EA Akan Hidupkan Kembali Command and Conquer di PC

Seri Command and Conquer mempunyai tempat spesial di hati para penggemar permainan strategi PC. Buat saya, ia mengingatkan pada malam tanpa tidur yang dihabiskan bersama kawan-kawan. Kepopuleran seri ini melahirkan sejumlah sekuel, spin-off dan expansion pack, tapi perjalanannya berakhir beberapa tahun silam karena respons pemain terhadap Tiberian Twilight dan Tiberium Alliances tidak begitu positif.

Di minggu ini, terdengar kabar gembira buat para fans Command and Conquer. Melalui post di Reddit, Jim Vessella selaku produser Electronic Arts menyampaikan bahwa timnya mengetahui ada banyak gamer di luar sana yang menginginkan kembalinya seri ini, apalagi dalam waktu dekat, franchise C&C akan berulang tahun yang ke-25. Namun sebelum EA mengumumkannya secara resmi, Vessella ingin mendengarkan masukan dari penggemar terlebih dulu.

Jim Vessella adalah individu yang berpartisipasi dalam pengembangan Tiberium Wars, Red Alert 3, Kane’s Wrath dan Tiberian Twilight. Sang produser sendiri mengaku sudah menjadi penggemar berat seri ini selama 20 tahun. Menurut penuturannya, Command and Conquer kembali jadi sorotan setelah EA memperkenalkan Command and Conquer: Rivals, meski mayoritas pemain menyuarakan ketidakpuasan mereka melihat seri RTS favorit itu berubah jadi game kompetitif mobile.

Arahan yang diambil Electronic Arts untuk menghidupkan kembali Command and Conquer ialah lewat metode remaster, dan developer kabarnya sudah mulai berdiskusi dan mengeksplorasi ‘beragam ide menarik’. Di Reddit, Vessella telah merespons sejumlah saran, terutama terkait permintaan seorang gamer yang berharap EA mempertahankan konten serta elemen gameplay C&C.

Menjawab komentar pengguna Reddit lainnya, Jim Vessella turut memastikan tidak ada microtransaction di ‘C&C Remaster’, walaupun sejumlah pemain tampak tidak keberatan jika game menawarkan skin, voicepack atau overlay user interface via in-app purchase seperti yang ada di StarCraft II. Diskusi di sana akhirnya meluas hingga membahas apakah game juga diarahkan ke ranah esports.

Tidak tertutup kemungkinan, proses remaster tersebut dilakukan dengan cara yang ambisius. Ketimbang sekadar meng-upgrade resolusi dan membuat objek 2D berbasis sprite terlihat lebih tajam (seperti Age of Empires II HD dan StarCraft Remastered), boleh jadi game dibangun menggunakan engine 3D, disertai sistem kendali dan UI/HUD yang lebih baik.

Developer juga tengah mempertimbangkan apakah mereka tetap mempertahankan aspek ‘balancing‘ faksi di versi klasiknya, atau menyempurnakannya lagi dengan resiko mengubah pengalaman bermain.

Harapan saya pribadi, semoga kita tidak perlu menunggu terlalu lama untuk menikmati versi remaster C&C itu.

Via PC Gamer.

Left Alive Rilis Maret 2019, Kolaborasi Kreator Armored Core dan Metal Gear Solid

Square Enix baru saja mengumumkan jadwal rilis untuk game terbaru mereka yang bergenre survival action shooter, Left Alive. Game tersebut akan terbit dalam bahasa Inggris pada tanggal 5 Maret 2019. Anda bisa mendapatkannya untuk PS4 maupun PC via Steam.

Left Alive adalah karya kolaborasi nama-nama besar di dunia game, terutama mereka yang sudah berpengalaman mengerjakan game dengan tema mecha (robot). Beberapa kreator yang terlibat antara lain Toshifumi Nabeshima (Armored Core), Yoji Shinkawa (Metal Gear, Zone of the Enders), serta Takayuki Yanase (Ghost in the Shell: Arise, Xenoblade Chronicles X).

Left Alive | Day One Edition PS4
Left Alive Day One Edition PS4 | Sumber: PS Blog
Left Alive | Day One Edition Steam
Left Alive Day One Edition Steam | Sumber: All Games Delta

Meski mengusung judul baru, sebenarnya Left Alive memiliki latar dunia yang sama dengan seri Front Mission. Beberapa ciri khas Front Mission juga muncul di sini, seperti kemampuan bertempur menggunakan robot yang disebut Wanzer serta pilihan dialog yang dapat mengubah jalannya cerita. Perbedaan terbesar tentu terletak pada gaya permainan. Bila Front Mission terkenal sebagai seri turn-based tactics, Left Alive adalah game bertipe action.

Khas game dengan tema survival, Left Alive memiliki fitur-fitur yang penting untuk membantu Anda bertahan hidup di medan perang. Misalnya crafting, di fitur ini Anda dapat menciptakan berbagai senjata dan peralatan. Anda juga dapat menarik perhatian musuh dan memancing mereka ke jebakan yang sudah Anda siapkan sebelumnya.

Left Alive | Mech Edition 1
Left Alive Mech Edition | Sumber: PS Blog
Left Alive | Mech Edition 2
Left Alive Mech Edition | Sumber: PS Blog

Pada awal peluncurannya, Square Enix menyediakan dua edisi khusus dengan berbagai bonus. Pertama adalah paket yang disebut Left Alive Day One Edition. Edisi ini berisi game serta DLC Survival Pack berisi senjata, armor, granat, serta item penyembuh. Khusus untuk versi Steam, Day One Edition juga mengandung bonus wallpaper dan soundtrack. Sementara bila Anda membeli secara digital di PS4, Anda akan mendapat bonus berupa static theme Left Alive.

Edisi kedua disebut Left Alive Mech Edition, dan merupakan barang wajib bagi para kolektor. Dengan harga US$159,99 (sekitar Rp2,4 juta), Anda akan mendapatkan game, DLC Survival Pack, artbook hard cover 80 halaman, SteelBook Case, serta action figure. Persis seperti mecha di dalam game yang dapat dikustomisasi, action figure ini pun memiliki berbagai senjata yang dapat diganti-ganti. Berminat?

Sumber: All Games Delta.

Razer Ekspansi Keluarga Laptop Gaming Ultra-Thin Blade 15

Lewat pengungkapan Blade beberapa tahun silam, Razer mencetus persaingan di sebuah segmen baru: perangkat gaming berdesain ultra-thin. Hingga kini Razer Blade tetap menjadi kiblat perancangan gaming laptop, dan dari waktu ke waktu, sang produsen terus me-refresh dan meng-upgrade-nya. Penjelmaan terkininya adalah notebook super-tipis Blade 15 2018.

Tentu saja, ruang penyempurnaan akan selalu ada. Hanya beberapa bulan setelah Blade 15 2018 tersedia, Razer mengekspansi lini tersebut lebih jauh dan memperkenalkan beberapa alternatif, terdiri dari edisi Dual Storage dengan kapasitas penyimpanan yang lebih lapang serta harga lebih terjangkau, dan versi ‘Mercury White’ dari laptop gaming berlayar 15,6-inci itu.

Seperti yang diindikasikan oleh namanya, Razer Blade 15 Dual Storage Edition menawarkan dua tipe penyimpanan: SSD yang memastikan sistem bekerja gesit, dan hard disk lapang buat tempat menyimpan file. Dual Storage Edition punya desain sedikit lebih tebal dari versi standar, karena laptop membutuhkan ruang untuk menaruh drive 2,5-inci di dalam. Bertambahnya luas permukaan tubuh itu dimanfaatkan Razer untuk membubuhkan port LAN.

Ditakar dari layout tombol dan bezel layar, Dual Storage Edition sangat mirip seperti produk yang sudah tersedia. Untuk mempercantik penampilannya, Razer melengkapi keyboard dengan sistem pencahayaan RGB single zone – bukan sistem RGB per key. Menariknya lagi, meski lebih tebal, Dual Storage Edition malah sedikit lebih ringan dari Blade 15 biasa, yakni berbobot 2kg.

blade 4

Karena disiapkan sebagai opsi yang lebih terjangkau, Dual Storage Edition tidak memiliki beberapa fitur andalan Razer Blade 15. Layar refresh rate 144Hz-nya diganti dengan panel FHD 60Hz, lalu ia juga tidak memanfaatkan vapor cooling chamber. Kabar baiknya, Razer tidak mengutak-utik konfigurasi hardware lainnya. Laptop tetap dipersenjatai prosesor Intel Core i7-8750H, GPU Nvidia GeForce GTX 1060 Max Q, dan RAM sebesar 16GB.

 

 

Edisi putih

Brand Razer memang kental dengan penggunaan warna hitam dan bumbu hijau, tapi di kesempatan ini, produsen turut memperkenalkan Blade 15 Mercury White Limited Edition. Produk tersebut merupakan varian bertubuh putih metalik plus finishing anodized, cocok bagi Anda yang menginginkan laptop gaming tipis bertema MacBook.

blade 3

 

Tema warna Mercury White juga Razer terapkan pada sejumlah aksesori gaming Razer, misalnya mouse Lancehead Tournament Edition, keyboard Blackwidow X Chroma, headset Kraken 7.1 V2, earphone Hammerhead dan mousepad Invicta.

blade 1

Razer Blade 15 Dual Storage Edition rencananya akan mulai dipasarkan di bulan November 2018, dijajakan seharga mulai US$ 1.600. Lalu Mercury White Limited Edtion sendiri baru akan menyusul di akhir tahun nanti, hanya tersedia di Kanada serta Tiongkok, dan harganya belum diketahui.

Via The Verge.

Setelah 12 Tahun, Akhirnya Online ID PlayStation Network Bisa Diubah

Beberapa hal paling menantang bagi pelanggan baru PlayStation Network adalah memilih nama, beradaptasi dengan bagaimana layanan ini bekerja, serta memaklumi jika ada ‘maintenance‘ dadakan. Tak seperti di Steam atau EA Origin, sejauh ini identitas PSN Anda bersifat permanen, dan penentuan jadi semakin sulit karena ‘nama-nama keren’ mungkin sudah digunakan orang lain.

Kurangnya fleksibilitas dalam menggota-ganti identitas PSN sudah lama dikeluhkan para pengguna. Mendengar begitu banyaknya permintaan user, Sony akhirnya mengumumkan rencana untuk melakukan uji coba fitur penggantian online ID PlayStation Network melalui console PlayStation 4. Langkah ini sangat menarik karena perlu waktu lebih dari satu dekade bagi Sony buat merespons permohonan gamer. Layanan PSN telah tersedia selama kurang lebih 12 tahun, meluncur di era PlayStation 3.

Ketika fungsi ini tiba, penggantian identitas PlayStation Network dapat dilakukan lewat menu Setting atau laman profile di PlayStation 4. Anda dipersilakan mengubah seluruhnya atau tetap mencantumkan ID sebelumnya agar teman-teman bisa mudah mengenal Anda. Pengguna harus memutuskan dengan bijak karena kita tidak lagi dapat memodifikasinya begitu identitas sudah diubah.

Sony memberikan satu kesempatan gratis untuk mengganti nama, namun buat penggantian selanjutnya, Anda perlu membayarkan biaya sebesar US$ 10 setiap kali ingin mengubahnya – atau US$ 5 untuk pelanggan PlayStation Plus.

Perlu Anda ketahui bahwa tidak semua game dan aplikasi kompatibel dengan perubahan online ID PlayStation Network, khususnya untuk judul-judul lama; baik di PlayStation 4, PlayStation 3 maupun PS Vita. Sony menjelaskan bahwa beberapa permainan yang tidak mendukungnya akan memunculkan pesan eror. Sebagai jalan keluarnya, Anda tetap bisa mengembalikan indentitas ke nama sebelumnya tanpa dikenakan biaya.

Hampir seluruh permainan PlayStation 4 kabarnya mendukung fitur ini, terutama game-game yang dirilis setelah tanggal 1 April 2018. Begitu fungsi perubahan nama ini resmi meluncur global, Sony Interactive Entertainment berjanji untuk memublikasikan daftar game yang kompatibel lengkap via situs PlayStation.com.

Buat sekarang, fungsi ini dapat diakses oleh sejumlah pengguna yang telah mendaftarkan diri dalam program uji coba beta sistem software PlayStation 4. Sony akan meluncurkan fitur baru tersebut buat seluruh pengguna console current-gen mereka di ‘awal tahun 2019’ dan berjanji untuk mengungkap update dalam waktu dekat.

Jika diberi kesempatan, saya ingin mengubah ID PlayStation Networks supaya sama seperti nama akun Steam.

Sumber: Blog PlayStation.

Razer Luncurkan 2 Aksesori Untuk Menyempurnakan Pengalaman Ber-gaming di Razer Phone 2

Suka atau tidak, PC dan console merupakan platform terbaik untuk menikmati video game, namun tren belakangan ini membuktikan bahwa ada banyak konsumen rela bercengkerama dengan mungilnya layar smartphone demi bermain secara ringkas di mana pun mereka berbeda. Sebagai pemain besar di ranah itu, Razer meresponsnya melalui penyediaan ponsel pintar khusus gaming.

Tepat di hari Kamis kemarin, perusahaan gaming gear Singapura-Amerika tersebut resmi meluncurkan Razer Phone generasi kedua. Perangkat ini mewariskan banyak fitur sang pendahulu, juga membawa sejumlah kekurangan serta kelebihannya. Bermaksud buat mengoptimalkan pengalaman bermain game mobile via Razer Phone 2, Razer turut meluncurkan dua asesori baru.

 

Raiju Mobile

Disiapkan sebagai alternatif lebih canggih dari DualShock 4 untu sistem PlayStation 4, Raiju menawarkan keleluasaan kustomisasi serta mengedepankan desain ergonomis. Segala aspek tersebut diadopsi oleh versi mobile-nya. Raizu Mobile mempersilakan kita mencantumkan smartphone secara horisontal via mount, menawarkan tombol-tombol empuk dan responsif, serta menyajikan keleluasaan konfigurasi fungsi tombol.

Razer 2

Berbeda dari varian Raiju standar, Raizu Mobile mempunyai layout menyerupai controller Xbox, di mana dua set tombol D-Pad dan action button, serta kedua stik analognya diposisikan secara asimetris. Gamepad juga dilengkapi dua pasang trigger button serta sepasang sensitivity clutch di bawah – sangat berguna ketika Anda sedang bermain game shooter. Raizu Mobile menunjang dua tipe koneksi, yaitu wireless dan wired.

Razer 3

Tentu saja kompatibilitas menjadi perhatian utama Razer, dan judul-judul mobile populer kabarnya siap ditangani oleh Raiju Mobile, di antaranya Vainglory, Lineage 2, Dead Trigger 2 dan Gear-Club.

 

Hammerhead USB-C ANC

Hammerhead USB-C diperkenalkan tak lama setelah Razer Phone meluncur sebagai jawaban produsen terhadap absennya port audio 3,5mm. Dan di versi anyar ini, Razer menyempurnakan desain Hammerhead serta membubuhkan satu fitur andalan berupa active noise cancellation (kepanjangan dari ANC di namanya), sehingga sesi gaming Anda tak lagi terganggu meskipun keadaan di sekitar sedang ramai dan berisik.

Razer 4

Hammerhead USB-C ANC mengusung teknologi Dual Driver, menjanjikan output dengan treble yang detail serta bass bertenaga. Earphone turut dibekali oleh unit digital-to-analog converter built-in untuk menghidangkan audio beresolusi tinggi 24-bit/96kHz. Selanjutnya, bagian eartip dibuat lebih nyaman, lentur dan tidak mudah terlepas. Bahan Comply t-500 yang digunakan di sana berperan pula sebagai sistem noise cancelling pasif.

Razer 5

Baik Raiju Mobile maupun Hammerhead USB-C ANC rencananya akan mulai dipasarkan secara global di kuartal keempat tahun ini juga. Masing-masing produk dibanderol seharga US$ 150 (Raiju Mobile) dan US$ 100 (Hammerhead USB-C ANC).

Sumber: Razer.

Razer Phone 2 Resmi Diumumkan, Meluncur ‘Tanpa Kejutan’

Eksistensi dari ponsel pintar kedua Razer dikonfirmasi langsung oleh perusahaan spesialis gaming gear itu di bulan September 2018. Dan sejak saat itu, bermunculan-lah berbagai bocoran, dari mulai spesifikasi hardware, tanggal perilisan, hingga penampakan perangkat. Dan sesuai jadwal yang telah terungkap sebelumnya, Razer Phone 2 akhirnya resmi meluncur.

Hampir seluruh informasi yang sempat bertebaran kemarin terbukti akurat. Razer mempertahankan banyak aspek di sana, sehingga Razer Phone 2 tak begitu berbeda dari pendahulunya. Upgrade diterapkan secara lebih halus, baik di aspek penampilan, jeroan ,serta software pendukung. Rekan saya Glenn berkomentar, produk ini lebih cocok diberi nama ‘Razer Phone S’ ketimbang Razer Phone 2, dan saya setuju dengan pendapat ini.

Razer Phone 2 4

Di tengah-tengah kencangnya arus perubahan ke desain ramping dan ‘layar penuh’, Razer Phone 2 tetap mengusung rancangan balok dan panel 16:9. Dengan arahan seperti ini, produsen dapat mencantumkan dua speaker stereo yang dihadapkan ke depan. Kelengkapan lainnya kurang lebih sama, ada sejumlah tombol fisik dan port USB type-C tanpa dukungan port audio 3,5mm. Aspek paling menonjol pada penampilan Razer Phone 2 adalah kehadiran sistem pencahayaan RGB Chroma di logo ularnya.

Razer Phone 2 1

Di produk baru ini, Razer kembali mengandalkan layar IGZO beresolusi 1440x2560p seluas 5,7-inci dengan refresh rate 120Hz. Panel tersebut kabarnya mendapatkan penyempurnaan sehingga mampu mereproduksi warna secara lebih presisi, serta bisa menghasilkan kecerahan 50 persen lebih tinggi dari Razer Phone generasi pertama.

Razer Phone 2.

Selanjutnya, Razer mengganti system-on-chip Qualcomm Snapdragon 835 dengan Snapdragon 845. Menurut tim pimpinan Min-Liang Tan itu, chip baru tersebut memberikan kinerja 30 persen lebih baik, dan siap malahap game dan aplikasi yang paling berat sekali pun. Smartphone dibekali memori RAM sebesar 8GB dan penyimpanan internal 64GB – berbeda dari laporan sebelumnya yang menyebutkan 512GB.

Razer Phone 2 2

Tubuh smartphone yang tidak terlalu tipis dimanfaatkan oleh Razer untuk membubuhkan sistem pendingin vapor chamber. Sang produsen menjelaskan bahwa solusi ini memanfaatkan luas permukaan yang lebih lapang agar panas bisa lebih cepat dibuang, tujuannya ialah demi menjaga kestabilian frame rate tanpa menyebabkan penggunaannya jadi tidak nyaman karena temperatur tinggi.

Untuk fotografi, Razer lagi-lagi mengusung setup dual camera di belakang, berisi modul berlensa wide-angle 12Mp plus OIS dan lensa telephoto dua kali zoom 12Mp. Di depan, tersedia kamera 8Mp yang mempersilakan kita melakukan streaming di resolusi full-HD.

Gerbang pre-order Razer Phone 2 sudah dibuka mulai hari ini, dan produk dijual seharga mulai dari US$ 800.

Sumber: Razer.

Stardew Valley Akan Dirilis untuk Android dan iOS, Lebih Murah dari Versi PS4

Dua tahun sejak pertama kali dirilis, Stardew Valley tampaknya dapat ditemui di nyaris semua platform gaming modern. Dari PC Windows, Mac, Linux, PS4, PS Vita, Xbox One, hingga Switch, semua kebagian RPG simulasi bertani ini. Tapi saya tak menyangka ternyata Stardew Valley juga akan tersedia untuk perangkat mobile...

Pengumuman akan versi mobile tersebut disampaikan oleh ConcernedApe (Eric Barone), developer Stardew Valley, lewat situs resminya. Pengumuman ini memang terkesan agak tiba-tiba, apalagi versi iOS ternyata akan dirilis dalam waktu dekat yaitu pada tanggal 24 Oktober. Namun ConcernedApe mengatakan bahwa sebenarnya pengembangan Stardew Valley versi mobile sudah berjalan selama lebih dari setahun.

Stardew Valley iOS | Screenshot 1
Tampilan Stardew Valley versi mobile | Sumber: ConcernedApe

ConcernedApe dibantu oleh studio mobile asal London yang bernama The Secret Police dalam pengembangan Stardew Valley versi mobile. Karena pengerjaannya benar-benar dilakukan oleh tim terpisah, port versi mobile ini tidak akan mengganggu pengembangan Stardew Valley di platform lain. Terutama fitur multiplayer untuk Switch, PS4, dan Xbox One yang saat ini masih belum selesai.

Stardew Valley versi mobile ini adalah game utuh sama seperti versi console maupun PC, bukan versi disederhanakan apalagi free-to-play. Perbedaan-perbedaan kecil tentu akan ada, tapi secara garis besar fiturnya identik dengan Stardew Valley versi asli. Konten di dalamnya setara dengan Stardew Valley setelah patch versi 1.3, namun tanpa fitur multiplayer. Serunya lagi, pemain PC bisa mentransfer save data mereka ke versi mobile!

Stardew Valley iOS | Screenshot 2
Tampilan Stardew Valley versi mobile | Sumber: ConcernedApe

Anda sudah dapat melakukan pre-order untuk Stardew Valley versi iOS di Apple App Store. Game ini dijual dengan harga US$7,99 saja, lebih murah dari versi PS4 dan Steam yang dijual seharga US$14,99. Akan tetapi, untuk kita yang tinggal di Indonesia, banderol harganya adalah Rp119.000. Justru sedikit lebih mahal dari versi Steam yang hanya Rp115.999. Concerned sudah mengonfirmasi bahwa Stardew Valley mobile tidak mengandung in-app purchase.

The Secret Police saat ini juga tengah mengembangkan Stardew Valley versi Android, namun belum ada keterangan pasti kapan versi tersebut akan diluncurkan. Kita tunggu saja kabar lebih lanjut dari ConcernedApe. Apakah Anda berminat memainkan Stardew Valley di smartphone?

Sumber: ConcernedApe.

Platform Cloud Gaming Skyegrid Luncurkan Game AAA Baru dan Fitur Skyegrid Media

Perusahaan penyedia layanan cloud gaming lokal, Skyegrid, baru saja mengumumkan penambahan sejumlah game menarik ke dalam koleksi mereka. Beberapa di antara game baru tersebut antara lain Paladins: Champions of the Realm, Path of Exile, DC Universe Online, Warhammer 40.000: Eternal Crusade, Smite, dan lain-lain.

Dengan tambahan judul-judul tersebut, hingga tanggal 1 Oktober 2018 Skyegrid telah mengantongi 56 judul game populer di dalam platformnya. Dari semua judul itu 22 di antaranya bisa langsung dimainkan secara streaming, sementara 34 sisanya hanya bisa dimainkan bila pengguna sudah memilikinya terlebih dahulu di akun Steam masing-masing.

Skyegrid | Paladins
Paladins, salah satu game yang tersedia di Skyegrid

Skyegrid juga masih akan terus menambahkan game baru di bulan Oktober ini. Beberapa game yang direncanakan masuk mencakup No Man’s Sky, Fallout 4, Rise of the Tomb Raider, serta For Honor. Skyegrid juga membuka peluang lebar bagi para developer game PC asal Indonesia untuk menerbitkan atau mendistribusikan game buatan mereka di platform ini.

“Target kami masih sama. Sekitar 100 hingga 150 game di akhir tahun. Dan, komposisi game lokal bisa didongkrak jadi 15 – 20 persen pada akhir tahun 2019,” demikian kata Rolly Edward, CEO Skyegrid, dalam siaran pers. “Kami juga akan memperbanyak bendahara game-game yang berlisensi, sehingga pelanggan non-Steam juga mempunyai banyak pilihan,” lanjutnya.

Skyegrid | Games
Beberapa koleksi game di Skyegrid | Sumber: Skygrid

Selain penambahan pustaka game, Skyegrid saat ini juga fokus pada dua hal lain. Pertama adalah pengoptimalan pengalaman bermain, yang kedua yaitu peluncuran fitur baru bernama Skyegrid Media. Cloud gaming memang masih termasuk teknologi baru dan butuh jaringan infrastruktur yang baik agar bisa dinikmati dengan nyaman.

Rolly mengaku bahwa Skyegrid terus berusaha mengurangi network latency yang sangat berpengaruh terhadap pengalaman bermain. Pengoptimalan ini berlaku untuk semua platform yang mendukung aplikasi Skyegrid, baik itu PC Windows, MacOS, Android, Google Chrome, hingga Xbox One.

Skyegrid | Skyegrid Media
Tampilan Skyegrid Media

Sementara itu Skyegrid Media adalah usaha Skyegrid untuk menyajikan pengalaman gaming yang lebih kaya. Tidak hanya bermain, pengguna juga bisa menikmati berita-berita terbaru seputar dunia game. Skyegrid juga ingin berkolaborasi, terutama dengan situs-situs media game lokal ternama yang lebih senior, dalam pengadaan konten Skyegrid Media.

“Alangkah indahnya jika kami dan teman-teman media lainnya bisa berkolaborasi, berlandaskan mutualisme, bertumbuh kembang bersama-sama gamer Skyegrid, pengembang dan penerbit di dalamnya, serta mitra perusahaan seperti GameSir, dan asosiasi,” pungkas Rolly.

IGG: Kami akan Fokus ke Esports untuk Game Selanjutnya

8 Oktober 2018 kemarin, IGG (I Got Games) meresmikan kantornya di Indonesia. Mereka membuka kantor di Indonesia untuk memastikan operasi yang lebih mulus di sini ujar Sherly Liu, Business Development Manager dari IGG Indonesia.

Richard Chua, Komisaris IGG Indonesia, juga menambahkan “Indonesia adalah pasar yang penting karena di sini adalah pasar terbesar di Asia Tenggara. Kenapa di 2018? Karena sebelumnya kami fokus menggarap pasar AS dan Eropa. Sekarang kami fokus garap Asia, termasuk Indonesia.”

Richard Chua (kanan). Dokumentasi: IGG
Richard Chua (kanan). Dokumentasi: IGG

Agni Olimpia, Operation Supervisor dari IGG Indonesia pun menjelaskan bahwa IGG sendiri sebenarnya sudah ada di Indonesia dari 2016. Namun kala itu, baru 1 orang yang ada di sini. Di 2017, IGG menambah personil jadi 4 orang tapi masih harus lapor ke kantor regional Asia Tenggara yang berada di Thailand.

IGG yang punya headquarter di Singapura sebenarnya sudah memiliki beberapa game, namun mereka biasanya lebih dikenal dengan Castle Clash dan Lords Mobile untuk platform Android dan iOS.

Menurut Agni, IGG awalnya didirikan di 2006 namun kala itu mereka masih belum bermain di pasar mobile. Baru di 2013, nama mereka melesat cepat saat merilis Castle Clash. Sedangkan Lords Mobile, yang menjadi game terlaris mereka, dirilis di 2016.

Lords Mobile. Sumber: IGG
Lords Mobile. Sumber: IGG

Lalu bagaimana IGG memandang esports, mengingat semakin banyak publisher game mobile besar lainnya semakin marak untuk terjun ke sini?

Richard mengatakan esports itu sangat menyenangkan, tidak hanya untuk para pemainnya tapi juga untuk para penonton. Sama seperti banyak orang senang menonton pertandingan sepak bola. Tidak semua orang bisa bermain di tingkat kompetitif tapi semua orang bisa menikmatinya saat menonton.”

Sherly juga menambahkan bahwa IGG akan fokus ke esports di game selanjutnya. Sayangnya, mereka belum bisa menyebutkan game seperti apa yang ingin mereka angkat jadi esports nantinya karena memang masih dalam tahap pengembangan.

Richard juga mengatakan hal yang sama. Ia belum bisa mengatakan game mereka yang akan jadi esports karena ada beberapa game yang masih dalam tahap pengembangan. Apalagi, menurutnya, IGG selalu memastikan kualitas game yang ingin dirilis. “Jika game tersebut tidak cukup baik, kami akan membatalkan rilisnya meski sudah jadi.”

“Namun rencananya,” cerita Richard “kami akan fokus ke esports di 2019 atau 2020.”

Jika sejumlah publisher dan developer game melihat esports sebagai alat marketing yang juga dapat memperpanjang umur (life-cycle) game mereka, Richard tidak setuju dengan hal tersebut. Menurutnya, jika game tersebut memang bagus, umur game tersebut memang sudah seharusnya panjang dengan ataupun tanpa esports. Ia pun mencontohkan Castle Clash yang masih dimainkan meski sudah berumur 5 tahun.

Sebelumnya, Lords Mobile sendiri sebenarnya memang sudah ada esports-nya. Namun Agni mengakui bahwa di game-nya sendiri memang belum dioptimalkan untuk itu. IGG harus membuat server dan Kingdom sendiri untuk gelaran kompetitifnya.

Sumber: IGG
Lords Mobile Tournament: Asia. Sumber: IGG

Agni juga bercerita bahwa sebelumnya Lords Mobile juga sudah menggelar turnamennya yang berskala internasional, meski masih untuk negara-negara Asia, yang bertajuk Lords Mobile Tournament: Asia di bulan April 2018. Indonesia juga kala itu turut bertanding di sana mewakili kawasan Asia Tenggara. Selain Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Tiongkok, Hong Kong, dan Taiwan juga mengirimkan perwakilannya.

Bagaimana realisasi esports-nya nanti? Game seperti apa dari IGG yang akan turut meramaikan maraknya gempita esports di perangkat mobile? Kita tunggu saja kabar selanjutnya dari IGG.

Sony Konfirmasi Bahwa Mereka Sedang Mengembangkan Console Next-Gen

Menakar dari produk generasi sebelumnya, perjalanan PlayStation 4 dan Xbox One akan berlangsung kira-kira dua sampai tiga tahun lagi hingga penerusnya diluncurkan ke publik. Tanda-tanda pengembangan yang dilakukan Sony sempat terungkap, tapi baru Microsoft saja yang terang-terangan mengakuinya lewat pengungkapan Project Scarlett di ajang E3 2018 bulan Juni kemarin.

Kali ini giliran Sony Interactive Entertainment yang angkat suara soal status produk next-gen mereka. Dalam wawancara dengan Financial Times, CEO Kenichiro Yoshida membenarkan bahwa console maker asal Jepang itu tengah mengembangkan perangkat gaming baru. Yoshida memang belum menyebutkan kata ‘PlayStation’, tapi melihat kepopuleran brand tersebut, kemungkinan besar produsen kembali mengusung namanya di perangkat anyar itu. Pertanyaannya sekarang adalah, apakah Sony akan sekadar menambahkan angka 5 di belakang namanya?

Komentar Yoshida juga mengindikasikan bagaimana Sony sedang bersiap-siap menyongsong akhir dari siklus hidup PlayStation 4, walaupun belum ada petunjuk mengenai berapa lama penerusnya akan tiba. Menurut sang CEO, sangat penting bagi mereka untuk menyiapkan hardware ‘generasi selanjutnya’. Tentu saja, aspek yang belum dibahas lebih jauh adalah komponen-komponennya.

Namun informasi dari sumber berbeda mengisyaratkan nama produsen yang dipercaya oleh Sony (dan kemungkinan Microsoft) untuk mengotaki platform next-gen mereka. Di bulan Mei kemarin, principal programmer Sony Eropa sempat ketahuan mengutak-utik teknologi AMD, tepatnya mengakses github LLVM yang berkaitan dengan prosesor Ryzen generasi pertama. Lalu dalam interview bersama Jim Cramer, CEO Dr. Lisa Su menginformasikan bahwa AMD kembali berkolaborasi dengan Sony dan Microsoft.

Berdasarkan narasumbernya, Financial Times melaporkan bahwa console baru Sony itu ‘tidak begitu berbeda’ dari apa yang pernah mereka tawarkan sebelumnya, khususnya dilihat dari basis arsitekturnya. Namun meski kehadiran platform next-gen tidak terelakkan, sebetulnya tidak ada alasan bagi Sony untuk buru-buru meluncurkan PlayStation ‘5’. PlayStation 4 tengah menikmati kesuksesan sebagai console terlaris saat ini, dan gamer masih menanti judul-judul besar seperti The Last of Us Part II, Death Stranding dan Ghost of Tsushima.

Sebagai komparasi, sang rival Microsoft tampaknya akan mengambil pendekatan berbeda dalam menghidangkan Xbox baru. Format home console tradisional mungkin akan tetap dipertahankan, namun kabarnya, konsumen juga diberikan solusi alternatif berupa metode streaming/cloud gaming. Arahan tersebut diperkuat oleh pengumuman Project xCloud hari Selasa lalu. Pada dasarnya, xCloud memungkinkan kita menikmati game Xbox di perangkat apapun, didukung oleh data center Azure.

Via Games Industry.