Antisipasi Masalah, Huawei Luncurkan Sistem Operasi Bikinannya Sendiri, Harmony OS

Samsung sudah lama punya Tizen, dan sekarang Huawei pun punya Harmony OS. Alasan di balik lahirnya kedua sistem operasi tersebut berbeda. Bagi Huawei, yang menjadi alasan tentu saja adalah potensi diputusnya kerja sama antara Google dan Huawei sebagai imbas langsung dari “trade war” antara Amerika Serikat dan Tiongkok.

Harmony OS adalah solusi yang disiapkan seandainya skenario terburuk itu benar-benar terjadi. CEO Huawei, Richard Yu, menjelaskan bahwa sistem operasi bikinan mereka ini sungguh berbeda dari Android maupun iOS, utamanya berkat arsitektur microkernel yang digunakan.

Huawei Harmony OS

Dari kacamata sederhana, Harmony OS menjanjikan kompatibilitas dengan banyak perangkat sekaligus, termasuk halnya smartwatch ataupun smart TV. Di Tiongkok, Huawei bahkan sudah merilis Honor Vision, smart TV sekaligus perangkat pertama yang menjalankan Harmony OS. Satu OS untuk semua, kira-kira demikian premis simpel yang hendak dihidangkan Harmony OS.

Arsitektur microkernel juga membawa sejumlah keunggulan lain, salah satunya adalah “Deterministic Latency Engine”, yang memungkinkan sistem untuk memprioritaskan aplikasi atau kegiatan sehingga semuanya berjalan dengan kapasitas maksimum. Menurut Huawei, Harmony OS punya performa lima kali lebih gegas ketimbang sistem operasi lain yang tersedia saat ini.

Huawei Harmony OS

Selanjutnya, Harmony OS juga diklaim mampu beradaptasi dengan layout layar yang berbeda secara otomatis, dengan harapan developer tidak perlu membuang waktu terlalu banyak hanya untuk menyesuaikan aplikasinya dengan beragam perangkat yang ukuran layarnya bervariasi. Bicara soal aplikasi, Harmony OS juga dirancang agar dapat menjalankan aplikasi-aplikasi Android, HTML5 maupun Linux.

Versi awal Harmony OS rencananya bakal meluncur ke sejumlah smartwatch dan perangkat pintar, sebelum akhirnya merambah kategori lainnya. Smart TV sudah, mungkin sebentar lagi kita bakal melihat Huawei Watch edisi Harmony OS?

Sumber: Wareable.

Lumi by Pampers Adalah Smart Diapers untuk Para Bayi Generasi Data Science

Dewasa ini semakin banyak produk yang dilabeli “smart” oleh pembuatnya, entah itu karena kemampuannya terhubung ke internet, atau berkat kemampuannya memonitor beragam data. Sejatinya hampir semua objek bisa dibuat pintar sekarang, tidak terkecuali popok sekali pakai alias diapers.

Tren smart diapers sebenarnya sudah dimulai sejak akhir tahun lalu di Korea dan Jepang. Tahun ini, tren itu bakal berlanjut ke Negeri Paman Sam berkat kreasi terbaru dari brand yang namanya begitu melekat di kategori ini: Pampers. Mereka baru saja mengumumkan Lumi by Pampers, yang mereka definisikan sebagai “all-in-one connected care system“.

Lumi by Pampers

Agar lebih mudah dicerna, anggap saja Lumi sebagai perpaduan dari smart diapers, security camera, baby monitor, dan aplikasi smartphone. Lumi merupakan hasil kerja sama Pampers dengan Logitech dan anak perusahaan Alphabet Inc. yang bergerak di bidang data science, Verily.

Lumi pada dasarnya dirancang dengan tujuan untuk memudahkan tugas para orang tua selama setahun pertama merawat buah hatinya. Caranya adalah dengan menyodorkan selengkap mungkin data yang relevan untuk dievaluasi. Sumber data yang pertama tidak lain dari smart diapers itu sendiri.

Lumi by Pampers

Diapers yang termasuk dalam paket penjualan Lumi merupakan varian khusus yang memiliki tempat untuk ditempeli sensor. Sensor tersebut tak hanya bertugas mengecek apakah sudah tiba saatnya untuk mengganti diapers dengan yang baru (berdasarkan garis kuning yang umumnya berubah warna menjadi biru setelah terkena cairan), melainkan juga memonitor pola tidur sang bayi.

Sumber data berikutnya adalah kamera pengawas Logitech Circle 2 yang telah dimodifikasi agar dapat mengukur suhu dan kelembapan di samping sekadar merekam. Kamera ini juga bertugas meneruskan data dari sensor yang melekat di diapers menuju ke akun Pampers milik masing-masing orang tua, yang kemudian bisa diakses data-datanya lewat aplikasi pendamping Lumi di smartphone.

Paket penjualan Lumi meliputi dua bungkus diapers, dua sensor dan kamera Logitech Circle 2 itu tadi. Diapers tambahannya bakal ditawarkan ke konsumen lewat mekanisme subscription, atau dijual terpisah di sejumlah toko. Pampers belum merincikan harga jual Lumi, namun pemasarannya di Amerika Serikat sudah dijadwalkan bakal berlangsung mulai musim semi nanti.

Sumber: Engadget.

Terus Genjot Upaya Inovasi, OPPO Bangun Pusat Litbang Baru Senilai Rp 20 Triliun

Di titik ini saya kira sudah tidak ada lagi yang berani meragukan keberanian OPPO dalam berinovasi. Di saat semua pabrikan smartphone latah mengikuti tren notch (termasuk OPPO sendiri), mereka masih menyempatkan diri untuk memikirkan alternatif yang lebih ideal. Alhasil lahirlah OPPO Find X yang memopulerkan tren kamera pop-up.

Lalu di saat mulai banyak pabrikan yang menerapkan teknologi serupa, OPPO sudah banting setir memikirkan alternatif yang lain lagi. Hasilnya adalah smartphone dengan kamera depan di balik layar, yang sempat mereka pamerkan prototipenya baru-baru ini, dan yang rencananya bakal diimplementasikan teknologinya ke produk untuk konsumen dalam waktu dekat.

Namun OPPO belum menunjukkan tanda-tanda untuk mengerem. Diumumkan lewat siaran pers, mereka malah baru saja melakukan peletakan batu pertama atas pembangunan pusat penelitian dan pengembangan (litbang) baru di kota Chang’an di provinsi Guangdong, Tiongkok. Tentu saja upaya ini berpotensi untuk mempercepat inovasi teknologi OPPO di ranah smartphone.

OPPO Chang'an R&D Center

Tidak tanggung-tanggung, OPPO siap menggelontorkan dana hingga sebesar 10 miliar yuan (± Rp 20,2 triliun) untuk menyelesaikan pembangunan pusat R&D baru ini. Sentra R&D ini tak hanya akan bertanggung jawab atas usaha penelitian dan pengembangan saja, tapi juga desain dan pengujian beragam perangkat pintar, baik di kategori smartphone maupun perangkat IoT (Internet of Things).

Dibangun di atas area dengan luas sekitar 82.000 m², pusat litbang ini nantinya diperkirakan bakal menampung sekitar 5.000 tenaga kerja. OPPO berharap pusat litbang ini nantinya juga bisa menjadi salah satu ujung tombak Guangdong-Hong Kong-Macao Greater Bay Area dalam mewujudkan salah satu misinya, yakni untuk menjadi “innovation and technology hub yang punya pengaruh dalam skala global”.

Lewat Acara ‘Hari Developer’, Oppo Undang Pengembang Lokal Untuk Berpartisipasi di Ekosistemnya

Bagi khalayak awam, Oppo merupakan nama yang sulit dipisahkan dari kegiatan swafoto berbekal kamera smartphone, meski belakangan sang perusahaan Guangdong itu pelan-pelan berupaya mengubah citra produknya. Yang tak banyak orang ketahui ialah, Oppo sudah cukup lama melakukan pengembangan di beragam ranah teknologi, contohnya seperti kecerdasan buatan, imaging, cloud, hingga persiapan 5G.

Di segmen mobile sendiri, Anda mungkin pernah mendengar soal Oppo App Market, yaituplatform penyedia konten dan aplikasi untuk perangkat bergerak. Sang produsen meramunya agar jadi ‘pasar app‘ yang menyajikan pengalaman pemakaian terpadu, cerdas serta menyeluruh. Oppo juga mendesain pasar aplikasinya secara terbuka dan mempersilakan para developer dari berbagai negara buat mendistribusikan kreasi mereka.

Oppo Developer Day 1

Tepat tanggal 20 Juni 2019 kemarin, Oppo menggelar acara Oppo Developer Day pertama di kota Jakarta. Di sana, sang produsen menyambut kedatangan kurang lebih 200 developer app dari Indonesia dalam sesi presentasi dan sharing. Oppo kabarnya telah menginvestasikan sumber daya dalam jumlah besar di tanah air demi mendukung para pengembang lokal. Program utamanya mereka namai Golden Seed Plan, bertujuan buat ‘menawarkan developer pendekatan operasional yang beragam secara personal’.

Berdasarkan penjelasan Oppo, Golden Seed Plan dieksekusi berdasarkan kemajemukan pengguna di Oppo Open Platform. Ekosistemnya meliputi browser, app market, game center dan lain-lain (akan dibahas lebih jauh di bawah). Anda mungkin penasaran soal seberapa banyak penggunanya.

Oppo Developer Day 3

 

Pontensi di Indonesia

Oppo melihat Indonesia sebagai pasar berpotensi tinggi. Di presentasinya, General Manager Oppo International Internet Business Centre Liu Xiaobo menyampaikan bahwa saat ini Indonesia menempati urutan ketiga pengguna terbesar layanan internet Oppo. Hanya dalam waktu satu tahun, pengguna aktif melonjak dari 10 juta (Mei 2018) ke 20 juta (Mei 2019). Di periode yang sama, angka pengguna App Market dan Browser juga meroket, masing-masing 50 dan 8 kali. Perusahaan menyampaikan pula bahwa distribusi game sudah mencapai 10 juta per bulan, dengan pemain aktif 10 juta orang selama periode 30 hari.

Masih terkait gaming, Xu Sheng selaku senior international business development manager di Oppo Interactive Entertainment Department sempat bilang, “Oppo Game Center menyediakan solusi pengembangan aplikasi untuk distribusi dan monetisasi. Berbekal kemampuan kami, kami dapat menyediakan 16,8 ribu sampai 31,5 ribu unduhan per hari untuk satu judul teratas di Indonesia.”

Oppo Developer Day 4

Untuk developer aplikasi mobile, Oppo menjamin komitmen mereka pada asas ‘keterbukaan, berbagi dan kebersamaan dalam kreasi’. Mereka mempunyai beragam layanan yang didesain khusus buat pengembang, dan bisa diakses dari situs developers.oppomobile.com. Di sana, pengembang dipersilakan mendaftarkan akun secara gratis, mengunggah serta mengelola aplikasi, dan mendistribusikan karya digital mereka ke negara-negara seperti Indonesia, India, Malaysia, Filipina, Vietnam dan Thailand via Oppo App Market.

Dari keterangan Oppo, partisipasi developer di Oppo Open Platform akan membawa lebih dari tiga miliar eksposur dengan valuasi lebih dari Rp 61 miliar.

Oppo Developer Day 5

Ini dia beberapa elemen krusial di Oppo Open Platform yang jadi penawaran utama perusahaan:

Browser: App selancar internet ini disiapkan agar terintegrasi dengan smartphone. Di sini, Oppo mencoba menggabungkan fungsi penelusuran dan update berita (news feed) terlokalisasi.

Oppo Game Center: Sama seperti App Market, namun sesuai namanya, bagian ini dikhususkan untuk developer game mobile. Dengan Oppo Game Center, perusahaan menjanjikan eksposur dan komersialisasi yang luas serta kemudahan proses distribusi update.

Theme Store: Juga dihadirkan secara native, developer bisa mempersilakan pengguna untuk mempersonalisasi tampilan perangkatnya melalui tema khusus, wallpaper, font dan lain-lain. Dari perspektif user, saya menduga ‘tema-tema’ tersebut ada yang tersaji gratis ataupun premium.

LockScreen: Fungsi ini bekerja untuk menampilkan gambar-gambar unik berkualitas tinggi ketika smartphone berada dalam kondisi terkunci. Menurut Oppo, LockScreen merupakan ‘portal paparan konten yang paling dekat dengan pengguna di antara seluruh sistem ponsel’. Kabarnya di luar negeri, bisnis lockscreen magazine Oppo cukup menguntungkan.

App Reviews: Adalah fitur rekomendasi di Oppo App Market. Setiap minggu, App Reviews akan menunjuk aplikasi-aplikasi pilihan, ditakar dari mutu, fitur dan pengalaman penggunaan, untuk disarankan ke user. Cara ini diharapkan mampu memperpendek jarak antara app berkualitas dengan pengguna.

App Premiere: Sebuah kampanye terbuka bagi developer yang mengungguh versi baru lebih awal dari situs resmi atau channel lain (12 jam lebih dini) di Oppo App Market.

Oppo Developer Day 6

Pihak Oppo masih belum bisa memastikan apakah mereka akan melangsungkan acara Developer Day secara berkala di Indonesia. Mereka sendiri berkeinginan untuk menggelarnya di rentang waktu lebih cepat, misalnya beberapa kali dalam setahun. Menjawab pertanyaan saya, Oppo tampaknya juga masih belum punya agenda pasti mengenai apakah mereka akan mengadakan event sejenis hackathon atau workshop di waktu ke depan.

Oppo Developer Day 7

Domino’s Pizza Kembali Uji Layanan Delivery Berbasis Robot

Di masa yang akan datang nanti, sebagian besar lahan pekerjaan kurir atau pengirim barang bakal diisi oleh robot. Tanda-tandanya sebenarnya sudah bisa kita pantau mulai sekarang, salah satunya Amazon Scout, robot mirip cooler box beroda yang telah diuji coba secara publik belum lama ini.

Amazon adalah peritel online terbesar sejagat, jadi wajar apabila mereka merasa perlu memulai tren armada robot pengirim barang. Bagaimana dengan pekerjaan kurir lain, semisal mengantar pizza? Well, di ranah itu sudah ada Domino’s Pizza yang tidak lelah bereksperimen dari tahun ke tahun.

Mereka sudah mencoba mengantarkan pesanan pizza konsumennya menggunakan robot, baik lewat darat maupun udara. Kedua percobaan itu dilangsungkan di Australia dan Selandia Baru, dan sekarang Domino’s ingin menjalankan program uji coba yang sama di kampung halamannya, Amerika Serikat.

Robot yang digunakan sekali lagi berbeda. Kali ini Domino’s bekerja sama dengan Nuro, startup bidang robotik yang didirikan oleh mantan engineer proyek self-driving milik Google (yang pada akhirnya berevolusi menjadi Waymo). Robot yang digunakan adalah Nuro R1, semacam mobil kecil yang dari awal dirancang untuk beroperasi secara mandiri.

Nuro R1

Nuro R1 tak bisa disamakan dengan mobil pada umumnya. Panjangnya cuma sekitar 2,5 meter, dan lebarnya pun hanya separuh sedan biasa. Ia sama sekali tidak mempunyai kabin untuk diisi manusia, melainkan hanya sepasang kompartemen untuk menyimpan kargo saja. Bahkan pedal rem dan lingkar kemudi pun ia tak punya.

Berhubung dimensinya cukup besar, Nuro R1 lebih pantas dianggap sebagai mobil tanpa sopir ketimbang robot, dan ia memang dirancang untuk melaju di jalanan umum, baik di kawasan urban ataupun suburban. Kecepatan maksimumnya berkisar di angka 40 km/jam.

Lokasi pengujian yang dipilih adalah kota Houston, yang kerap menjadi pilihan para penggiat teknologi autonomous berkat regulasi negara bagian Texas yang tidak begitu ketat. Program pengujian ini rencananya bakal dilancarkan antara kuartal ketiga atau keempat tahun ini.

Nantinya, pelanggan yang memesan dari salah satu cabang Domino’s tertentu dapat memilih untuk menerima pesanannya via sang robot, dan pelanggan pun bakal menerima kode PIN sekali pakai untuk membuka kompartemen R1 setibanya di lokasi. Mekanismenya tidak jauh berbeda dari mayoritas layanan pengiriman berbasis robot yang ditawarkan perusaahan lain.

Sumber: Fast Company dan Nuro.

5 Pengumuman Penting dari Apple WWDC 2019

Seperti biasa setiap tahunnya, ajang WWDC selalu menjadi panggung demonstrasi inovasi-inovasi terbaru Apple di ranah software, dan terkadang juga di bidang hardware. 2019 pun tidak luput dari tradisi tersebut, dan seperti biasa tentu saja selalu ada banyak hal menarik untuk disoroti.

Berikut sederet pengumuman paling menarik dari Apple WWDC 2019 yang telah saya rangkum.

iOS 13

iOS 13

Tahun demi tahun, iOS selalu menjadi bintang utama event WWDC. Dari segi tampilan, iOS 13 memang tidak menawarkan banyak perubahan, tapi sedikit bukan berarti tidak signifikan; untuk pertama kalinya di sepanjang sejarah iOS, ada fitur Dark Mode yang terintegrasi secara default.

Dark Mode pada dasarnya akan menyulap tampilan iOS 13 secara keseluruhan dari yang tadinya dominan putih menjadi gelap atau serba hitam. Fitur ini juga dapat diaktifkan secara otomatis sesuai jadwal yang ditetapkan pengguna, atau ketika waktu menunjukkan saatnya matahari untuk terbenam.

Dark Mode tak hanya berlaku untuk aplikasi bawaan iOS saja, tapi juga aplikasi pihak ketiga, dengan catatan developer terkait sudah memperbaruinya. Untuk seri iPhone X dan iPhone XS yang mengemas layar OLED, Dark Mode juga bisa membantu menghemat baterai – area berwarna hitam di layar OLED berarti backlight-nya tidak menyala di bagian tersebut.

iOS 13

iOS 13 turut memperkenalkan pembaruan cukup besar untuk aplikasi Photos. Tampilannya telah direvisi menjadi lebih minimalis sehingga pengguna dapat lebih berfokus terhadap koleksi foto dan videonya. Lebih lanjut, fitur penyuntingannya juga telah disempurnakan, dan sebagian kini juga berlaku untuk video (rotate, crop, filter), tidak seperti sebelumnya yang hanya mencakup trim saja.

Fitur lain iOS 13 yang tak kalah menarik adalah “Sign in with Apple”. Sesuai namanya, fitur ini dirancang untuk menggantikan opsi login menggunakan akun Facebook maupun Google. Apple percaya fitur ini jauh lebih simpel buat pengguna sekaligus lebih aman karena tiap-tiap aplikasi hanya akan menerima identifikasi yang bersifat acak.

Terakhir, iOS 13 juga menghadirkan peningkatan dari segi performa. Face ID kini diklaim bekerja 30% lebih cepat, sedangkan membuka aplikasi bisa sampai dua kali lebih cepat. Ini dikarenakan Apple berhasil memangkas besaran download aplikasi hingga 50%, sekaligus menjadikan besaran update aplikasi hingga 60% lebih kecil.

iPadOS

iPadOS

Namun kejutan terbesar WWDC 2019 datang dalam wujud iPadOS, iOS 13 yang sudah dioptimalkan demi memaksimalkan kapabilitas iPad, khususnya iPad Pro. Contoh optimasi yang paling gampang adalah deretan widget yang kini dapat dimunculkan langsung di home screen, bersebelahan dengan kolase icon aplikasi pada layar masif iPad Pro.

Multitasking juga semakin disempurnakan oleh iPadOS. Memang belum sekelas perangkat desktop, tapi setidaknya masih jauh lebih mumpuni daripada sebelumnya. Yang sudah sekelas desktop sekarang adalah Safari di iPadOS. Secara default, browser bawaan itu sekarang diperlakukan sebagai browser versi desktop, yang berarti web app macam Google Docs kini dapat berfungsi sebagaimana mestinya tanpa mewajibkan pengguna memakai aplikasi terpisahnya.

iPadOS

Perubahan penting lainnya adalah bagaimana iPad Pro generasi ketiga dengan port USB-C miliknya sekarang dapat membaca isi dari sebuah flash disk berkat iPadOS. Memindah foto, video maupun file lain dari flash disk ke iPad Pro kini semudah membuka aplikasi Files saja.

Juga sangat menarik adalah fitur iPadOS bernama SideCar. Bagi para pemilik Mac, fitur ini memungkinkan iPad untuk digunakan sebagai layar kedua Mac, baik secara wireless atau via kabel, tanpa memerlukan aplikasi tambahan. Setelah tersambung, pengguna dapat langsung mencorat-coret di layar iPad menggunakan Apple Pencil, dan coretannya akan muncul secara instan di layar Mac – sangat berguna mengingat latency Pencil kini semakin turun menjadi 9 milidetik saja.

watchOS 6 dan tvOS 13

watchOS 6

Beralih ke watchOS, selain menghadirkan sejumlah fitur fitness dan tracking anyar, watchOS 6 turut memperkenalkan mekanisme baru yang sangat penting: Apple Watch kini memiliki App Store-nya sendiri. Ini berarti developer dapat mengembangkan aplikasi khusus untuk Apple Watch yang dapat bekerja secara mandiri tanpa harus mengandalkan aplikasi versi iOS-nya.

watchOS 6 pada dasarnya memulai tren di mana Apple Watch secara perlahan mulai melepaskan ketergantungannya akan iPhone. Buktinya semakin kuat dengan adanya tiga aplikasi bawaan baru di Apple Watch, yaitu Voice Memos, Calculator dan Audiobooks. Kedengarannya memang sepele, akan tetapi memulai sesi rekaman audio secara mendadak jauh lebih mudah dilancarkan via Apple Watch ketimbang harus merogoh kantong terlebih dulu untuk mengambil iPhone.

tvOS 13

Untuk tvOS 13, pembaruan terbesarnya menurut saya adalah dukungan terhadap multi-user. Tidak seperti ponsel yang sifatnya pribadi, TV adalah gadget untuk semua orang di dalam kediaman, dan masing-masing individu tentunya punya preferensi tersendiri perihal konten TV yang hendak dinikmati.

Di sinilah dukungan multi-user berperan. Via Control Center, pengguna bisa langsung mengakses pengaturan user-nya masing-masing, dan ini tentu saja mencakup rekomendasi-rekomendasi konten yang telah disesuaikan dengan seleranya masing-masing.

Pembaruan kedua yang tak kalah menarik adalah dukungan terhadap game controller, spesifiknya controller Xbox Wireless beserta PlayStation DualShock 4. Dua controller ini sejatinya sudah bisa kita anggap sebagai de facto controller untuk sesi gaming sembari bersantai di atas sofa, dan dukungan terhadap keduanya merupakan antisipasi yang sangat ideal menjelang diluncurkannya layanan Apple Arcade.

macOS Catalina

macOS Catalinaaaa

Di ranah desktop, macOS Catalina tidak lupa membawa sejumlah kejutan. Yang paling keren menurut saya adalah hilangnya iTunes. Ya, aplikasi tua itu sekarang sudah digantikan oleh tiga aplikasi yang berbeda: Music, Podcasts dan TV. Sebagian besar fungsi iTunes pada dasarnya terdapat di aplikasi Music, termasuk halnya akses ke layanan Apple Music dan iTunes Store.

Lalu bagaimana dengan fungsi sinkronisasi yang selama ini ditawarkan iTunes? Semuanya masih tersedia di ketiga aplikasi tersebut, tergantung jenis media yang terkait. Untuk fungsi backup, update maupun restore perangkat, semua itu sekarang malah bisa diakses langsung lewat sidebar Finder sesaat setelah perangkat tersambung.

macOS SideCar

Hal menarik lain yang ditawarkan Catalina adalah kapabilitas baru bagi para developer (API dan tools) yang memudahkan mereka untuk menyulap aplikasi iPad menjadi aplikasi Mac, termasuk halnya game. Ini berpotensi menambah jumlah aplikasi dan game yang menarik untuk platform Mac, sekaligus menghadirkan kembali yang sudah lama hilang, seperti aplikasi resmi Twitter misalnya.

Terakhir, ada pembaruan menarik terkait fitur accessibility. macOS Catalina dilengkapi fitur Voice Control, yang menurut klaim Apple, memungkinkan pengguna untuk sepenuhnya mengoperasikan Mac hanya dengan suaranya. Apple merancang sistem label dan grid supaya interaksi via suara ini dapat dilancarkan di semua aplikasi, dan proses pengolahan suaranya pun terjadi secara lokal di perangkat (tidak memerlukan bantuan koneksi internet).

Voice Control ini sebenarnya juga bakal tersedia di iOS maupun iPadOS. Premisnya pun sama persis, yakni memberikan keleluasaan bagi para pengguna difabel agar mereka dapat sepenuhnya mengoperasikan perangkat via perintah suara, termasuk mengaktifkan gesture macam swiping maupun scrolling.

Mac Pro generasi baru dan Pro Display XDR

Mac Pro

Suguhan paling menarik yang terakhir dari WWDC 2019 adalah generasi terbaru dari Mac Pro. Sebagian dari kita mungkin tahu bagaimana Mac Pro generasi sebelumnya yang berwujud bak tong sampah banyak mengecewakan konsumen akibat keterbatasanannya perihal upgrade komponen, dan ‘penyakit’ utama itu akhirnya sudah terobati berkat desain yang benar-benar baru.

Wujud keseluruhannya kini lebih menyerupai komputer desktop biasa. Dilihat dari berbagai sudut, tampang depannya memang sepintas mirip seperti parutan keju, akan tetapi Apple mengklaim desain ini sangat membantu sirkulasi udara di dalam sasis Mac Pro, sehingga perangkat bisa terus mengerahkan seluruh keperkasaannya sepanjang waktu tanpa harus ‘mengerem’ akibat panas yang berlebih.

Bagian atasnya dibekali sepasang handle agar perangkat mudah dipindahkan atau dibawa-bawa, lalu di tengah panel atasnya, terdapat handle kecil sekaligus mekanisme pengunci yang dapat diputar lalu diangkat untuk ‘menelanjangi’ Mac Pro sepenuhnya, sehingga konsumen dapat mengakses komponen-komponennya dari segala sisi, memudahkan proses upgrade kala dibutuhkan.

Mac Pro

Namun masa upgrade buat Mac Pro generasi terbaru ini sepertinya masih cukup lama datangnya, sebab komponen-komponen di dalammnya benar-benar superior untuk saat ini. Kita mulai dari prosesornya dulu, konfigurasi termahalnya mencakup prosesor Intel Xeon W 28-core, sedangkan yang paling ‘murah’ masih ditenagai oleh prosesor 8-core.

Di sektor RAM, Mac Pro mengemas total 12 slot yang bisa diisi. Kalau budget bukan masalah, 12 slot RAM itu bisa dipasangi dengan masing-masing kartu 128 GB, memberikan total kapasitas RAM sebesar 1,5 TB. Sudah mirip dengan kapasitas storage komputer-komputer biasa.

Mac Pro

Beralih ke urusan grafis, Apple kembali memercayakan AMD, dan Mac Pro rupanya menjadi komputer pertama yang mengusung kartu grafis Radeon Pro Vega II. Bukan cuma satu, varian termahalnya bahkan bisa dijejali dua kartu beringas tersebut sekaligus, menghasilkan total daya komputasi sebesar 56 teraflop dan video memory sebesar 128 GB.

Bukan hanya itu saja, Apple turut membekali Mac Pro dengan accelerator card yang mereka juluki Afterburner. Afterburner bukanlah kartu grafis biasa, melainkan yang secara spesifik ditugaskan untuk urusan decoding video secara ekstrem.

Tidak tanggung-tanggung, Afterburner memungkinkan decoding hingga tiga video 8K ProRes RAW (file mentah langsung dari kamera) sekaligus, atau 12 video 4K ProRes RAW secara real-time. Ini berarti video-video tersebut dapat langsung diedit begitu saja tanpa perlu melalui proses proxy conversion terlebih dulu, yang sebelum ini dibutuhkan akibat keterbatasan hardware.

Pro Display XDR

Menemani komputer sangar itu adalah monitor yang tak kalah sangar yang dijual terpisah: Pro Display XDR. XDR merupakan singkatan dari Extreme Dynamic Range, mengindikasikan kapabilitas superiornya dalam hal menampilkan gambar yang berkualitas lebih bagus lagi daripada HDR.

Perangkat ini mengandalkan panel LCD 32 inci beresolusi 6016 x 3384 pixel (6K), lengkap dengan dukungan penuh atas spektrum warna P3 dan warna 10-bit. Meskipun tidak memakai panel berjenis OLED, Pro Display XDR dilengkapi sistem direct backlighting dengan tingkat kecerahan yang mampu menembus angka 1.600 nit, tidak ketinggalan pula rasio kontras yang mencapai 1:1.000.000.

Dua hardware berlabel “Pro” ini jelas tidak ditujukan untuk konsumen biasa. Itulah mengapa harganya luar biasa: Mac Pro dibanderol mulai $5.999 untuk konfigurasi paling rendahnya, sedangkan Pro Display XDR dihargai mulai $4.999, dan itu belum termasuk dudukannya, yang ternyata harus ditebus lagi secara terpisah seharga $999. Keduanya bakal dipasarkan mulai musim semi mendatang.

Sumber: Apple.

Pandangan dan Solusi Qualcomm Demi Mendorong Pengembangan Smart City dan IoT di Indonesia

Saya masih ingat ketika internet of things diangkat sebagai tema utama di pameran IT konsumen beberapa tahun silam. Ketika itu, konsep ‘kota pintar’ dan IoT tengah menjadi tren di dunia teknologi, dan orang-orang membayangkan segala macam kepraktisan yang bisa dihadirkan olehnya. Namun dilihat dari perspektif ini dan dikomparasi dengan Singapura serta Hong Kong, Indonesia memang tertinggal di belakang.

Tapi keadaan dapat berubah dengan pemanfaatan teknologi yang tepat. Qualcomm Technologies, perusahaan yang telah berkiprah di ranah semikonduktor dan telekomunikasi selama lebih dari tiga dekade, mencoba menawarkan solusi demi membantu Indonesia mewujudkan misi Industri 4.0, termasuk pula pada penerapan internet of things lebih jauh serta pengembangan gagasan kota pintar.

Di acara bertajuk Qualcomm Invention Forum, perusahaan berbagi segala macam hal yang bisa membantu mempercepat tibanya ‘zaman inovasi’, sembari merangkul pihak pemerintah, developer, operator seluler, hingga integrator sistem untuk saling bekerja sama. Satu aspek krusial dari semua itu adalah konektivitas 5G yang sebentar lagi berada dalam genggaman. Dan kita tahu Qualcomm ialah salah satu pionirnya.

QIF 1

 

5G

Di presentasinya, senior director of business development Qualcomm International Shannedy Ong menyampaikan bahwa durasi peluncuran 5G terbukti jauh lebih cepat dibanding 4G. Dahulu, hanya ada empat operator dan tiga produsen yang segera merangkul 4G begitu teknologi tersedia. Untuk 5G, terhitung ada lebih dari 20 operator dan 20 OEM memberikan dukungannya. Bagi konsumen awam, upgrade ke generasi selanjutnya biasa diaosisasikan dengan lompatan kecepatan akses. Hal ini tidak sepenuhnya keliru, tapi ada banyak aspek esensial lain yang dihidangkan oleh 5G, contoh kecilnya ialah kapasitas lebih besar dan latensi lebih rendah.

QIF 11

Kolaborasi antara Qualcomm, operator dan produsen perangkat memungkinkan direalisasikannya perilisan teknologi 5G di kuartal kedua tahun ini, terutama di wilayah-wilayah seperti Amerika Utara, Eropa, Korea Selatan, Tiongkok, Jepang, Australia dan sejumlah kawasan Asia Tenggara. Tentu saja beragam segmen akan merasakan dampak positifnya: proses manufaktur otomatis, terwujudnya sarana transportasi tanpa pengemudi, medis, keamanan, logistik, pengelolaan energi, dan sudah pasti ia membantu implementasi IoT.

QIF 9

Berdasarkan hasil studi IHS Markit yang diajukan oleh Qualcomm, 5G kabarnya akan mengekspansi ekosistem mobile hingga tercipta industri-industri baru. Sistem ini akan mentenagai ekonomi digital – baik berupa barang maupun jasa – senilai lebih dari US$ 12 trilyun.

 

Smart city dan IoT

Di presentasinya, senior director  Qualcomm Technologies Sanjeet Pandit menjelaskan bahwa smart city dapat terealisasi melalui penggabungan banyak segmen dan vertikal internet of things, di antaranya penerapan IoT di ranah utility monitoring, manufaktur, jaringan sensor dan kamera, tempat tinggal, serta agrikultur. Singkatnya, kota pintar adalah kota-kota yang menyimpan teknologi-teknologi digital di berbagai fungsi.

QIF 6

Smart city harus bisa menopang, mengelola dan mengevolusi diri serta segala layanan di sana dari waktu ke waktu. Mereka juga diharapkan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan warga dan pemerintahnya. Konsep ini diusung agar membuat kehidupan sosial, ekonomi, dan ekologi lebih berkesinambungan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas penduduk. Gagasan kota pintar juga berguna untuk meminimalkan efek negatif urbanisasi karena teknologi membantu menghemat banyak hal.

QIF 7

Pertanyaan yang kini mungkin muncul adalah, smart city memang memudahkan masyarakat, tapi apakah menguntungkan bagi pihak-pihak yang berkecimpung di sana? Berdasarkan perhitungan Harbor Research, pemasukan dari implementasinya berpeluang meningkat dari US$ 44 miliar di tahun 2018 menjadi US$ 367 miliar di 2025. Penerapan teknologi terbesar di smart city terletak pada aspek pengawasan lewat kamera, pemanfaatan lampu pintar, pengoptimalan fasilitas dan ruang publik, serta transportasi.

QIF 5

Secara keseluruhan, status adopsi gagasan kota pintar masih cukup belia dan akan mencapai puncaknya di sekitar tahun 2025. Lewat dari tahun 2030, penghasilan dari smart city diperkirakan mencapai US$ 7 triliun.

Ada tiga kategori kota pintar, ditakar dari level kerumitan integrasi teknologi: Tempat seperti St. Petersburg dan Sao Paulo masih disebut sebagai smart city sederhana, memiliki sistem siaga dan alarm, pengawasan, dan otomatisasi mendasar; Seoul, Chicago, Toronto serta Beijing masuk ke golongan menengah; kemudian kota-kota semisal Barcelona, Melbourne, Singapura, Dubai, Hong Kong dan London dianggap sebagai smart city ‘kompleks’ karena segala sistemnya sudah saling bersinergi.

QIF 4

Satu faktor yang perlu diingat adalah, IoT dan pernak-pernik pendukung kota pintar harus disesuaikan dengan kondisi di lokasi itu. Menurut Sanjeet Pandit, hal-hal yang bisa dilakukan di kota-kota di Amerika kemungkinan besar tidak cocok buat di Indonesia. Dan di sinilah Qualcomm mencoba memberi jawaban lewat ‘Smart City in a Box’. Singkatnya, Smart City in a Box merupakan solusi menyeluruh (end-to-end) serta terkustomisasi berisi komponen-komponen internet of things untuk membangun kota pintar.

QIF 3

Namun meski solusi sudah ada, Sanjeet Pandit menyampaikan pada saya bahwa pihak mana pun yang ingin membangun kota pintar perlu terlebih dulu mengidentifikasi masalah yang ingin diselesaikan – apakah kemacetan atau problem di layanan publik. Kendala itu harus bersifat umum, dirasakan oleh setidaknya 70 persen penduduk di tempat tersebut. Baru setelah itu mereka bisa mulai mempersiapkan infrastrukturnya.

QIF 10

XL Media Gathering 2019: Sediakan Aplikasi untuk Nelayan dan Update 4G LTE

Seperti biasa, XL selalu mengadakan kumpul-kumpul bersama para wartawan di setiap tahunnya. Pada kali ini, XL mengajak para jurnalis ke Banyuwangi untuk sekaligus memperkenalkan kebudayaan dan pariwisata dari daerah tersebut. Acara tersebut diadakan pada tanggal 4-6 April 2019.

Banyuwangi dipilih oleh XL karena di sana merupakan tempat penghasil ikan terbaik di pulau Jawa. Selain itu, sejak dua tahun terakhir ini Banyuwangi sangat menarik minat para wisatawan. XL pun ingin memperkenalkan Banyuwangi pada para wisatawan agar dapat meningkatkan pariwisata dari daerah tersebut.

XL Laut Nusantara

Acara XL Media Gathering 2019 ini pun diikuti oleh lebih dari 30 media. Dalam acara kali ini, XL langsung membawa para jurnalis ke sebuah desa bernama Mandar untuk mengumumkan aplikasi terbaru yang dikembangkan oleh XL Axiata, Laut Nusantara.

Laut Nusantara dikembangkan oleh XL untuk membantu para nelayan, khususnya mereka yang berada di kampung Mandar, dalam menangkap ikan. Aplikasi ini akan memberitahukan para nelayan keberadaan ikan, sehingga nelayan tidak lagi kesulitan dalam mencarinya. Pihak XL juga menyebut bahwa dengan menggunakan aplikasi ini, nelayan tidak lagi “mencari ikan” tetapi tinggal “menangkap ikan”.

XL NElayan

Keberadaan ikan ini sendiri dilacak melalui Balai Riset dan Observasi Laut pada Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia melalui jalur khusus atau tunnelling. Semua informasi kelautan yang terdapat dalam Aplikasi Laut Nusantara ini didapat secara langsung dari stasiun bumi Balai Riset dan Observasi Laut, sehingga cukup akurat.

XL pun memberikan pelatihan dan juga memberikan smartphone Xtream kepada para nelayan. Para nelayan pun juga merasa sangat terbantu dengan adanya aplikasi yang satu ini. Bapak Rachmat, salah satu nelayan di kampung Mandar, mengatakan bahwa setiap kali menggunakan aplikasi ini, beliau selalu mendapatkan ikan lebih banyak dari biasanya hanya bermodalkan aplikasi dan smartphone ber-GPS.

XL- Nelayan

Saat dikonfirmasi, informasi kelautan dari Balai Riset dan Observasi Laut didapatkan langsung melalui satelit. Oleh karena itu, mereka mengklaim bahwa keakuratan data yang mereka dapat sangat tinggi berkat informasi dari satelit tersebut. Selain nelayan, mereka yang memiliki hobi memancing juga dapat menggunakan aplikasi ini.

Acara kemudian berpindah ke Ballroom Hotel Dialoog Banyuwangi. Pada kesempatan kali ini, XL memaparkan peningkatan pertumbuhan yang mereka dapatkan selama tahun 2017-2019.

XL - QnA

Hingga akhir tahun 2018 lalu, kontribusi pendapatan data terhadap total pendapatan layanan telah mencapai 82%, meningkat dari 69% ditahun 2017. Pencapaian tersebut berhasil mendorong peningkatan EBITDA tahun 2018 sebesar 2% dibandingkan tahun sebelumnya. Kinerja XL Axiata di tahun 2018 tersebut secara rata-rata telah mengungguli para kompetitor, baik untuk pertumbuhan revenue maupun pertumbuhan EBITDA. Hingga akhir tahun pendapatan XL Axiata diharapkan bisa ditingkatkan minimal selaras bahkan di atas rata-rata industri.

Pihak XL juga menyebut 3 hal utama yang akan dilaksanakan sepanjang tahun 2019 ini. Pertama, terus membangun jaringan secara agresif di berbagai wilayah di luar Jawa. Perluasan jaringan ini termasuk mencakup wilayah yang secara geografis sebagai pelosok dan terluar dengan memanfaatkan jaringan Palapa Ring Barat dan Timur.

Kedua, dari sisi produk, XL Axiata akan terus menghadirkan layanan-layanan yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia dari berbagai segmen. Strategi yang sama dengan tahun lalu, yaitu dual brand XL dan AXIS pada layanan prabayar, serta XL Prioritas untuk pascabayar, akan terus ditingkatkan manfaatnya dengan menyesuaikan pada selera dan trend digital terkini dari masing-masing segmen.

Ketiga, melanjutkan inovasi bisnis untuk memperkuat pijakan di masa depan. Inovasi bisnis ini berupa pencipaan layanan-layanan baru yang saat ini masih di luar bisnis utama namun yang memiliki peluang besar di masa mendatang. Termasuk pada kategori ini, sekarang XL Axiata sudah memiliki antara lain layanan yang berbasis pada jaringan fiber, yaitu XL Home dan layanan bagi pelanggan korporasi XL Business Solutions. Untuk mendukung layanan-layanan tersebut, XL Axiata juga akan melanjutkan upaya fiberisasi jaringan. Termasuk dalam upaya ini adalah pengembangan layanan Internet of Thing (IoT).

XL - Kupang

Guna mendorong pertumbuhan layanan data di tahun 2019 ini, XL Axiata akan meningkatkan lagi tingkat penetrasi smartphone. Pada akhir tahun lalu, tingkat penetrasi telah mencapai 80% dari pelanggan, dan diharapkan hingga akhir tahun 2019 ini bisa terus meningkatkan lagi. XL Axiata akan berfokus mengakuisisi pelanggan smartphone yang merupakan heavy user layanan data, khususnya layanan data 4G. Dengan demikian, trafik data akan bisa terdorong kuat yang didukung oleh pertumbuhan trafik 4G.

Pada kesempatan yang sama, Yessie D. Yosetya selaku Chief Technology Officer XL Axiata mengatakan bahwa XL akan secara pelan-pelan mematikan jaringan 2G. Oleh karenanya, dalam dua sampai tiga tahun ke depan, jaringan 2G bakal dialihkan ke jaringan 4G.

Hal tersebut dilakukan dengan cara mematikan jaringan 2G pada daerah-daerah yang sudah rendah pemakaiannya. Setelah jaringan tersebut dimatikan, XL akan lebih leluasa untuk melakukan refarming jaringan. Hal tersebut tentu akan berimbas pada kecepatan dari jaringan 4G.

Dengan penutupan jaringan 2G tersebut, XL pun bisa lebih berhemat lagi. Direktur Keuangan XL Axiata, Mohamed Adlan Bin Ahmad Tajudin mengatakan bahwa jaringan 2G merupakan teknologi lama. Hal tersebut tentu saja berimbas pada daya yang digunakan lebih besar dari teknologi yang baru. Dengan penutupan ini dan dialihkan ke jaringan 4G, daya yang digunakan tentu lebih kecil.

Ketersediaan jaringan pada jaringan MRT juga menjadi pertanyaan yang banyak diajukan oleh wartawan. Menurut Yessie, XL sampai saat ini masih melakukan negosiasi untuk dapat memancarkan sinyal sepanjang terowongan MRT. XL pun meminta agar diadakannya aturan khusus untuk penyediaan layanan di ruang publik, sehingga kedepannya kejadian yang sama tidak akan terulang kembali.

Setelah pernyataan tersebut, XL pun mengakhiri acara Question and Answer pada hari pertama. XL pun juga berjanji akan mengadakan acara temu wartawan pada saat ada update-update terbaru mengenai jaringan XL. Oleh karena itu, mari kita tunggu saja pengumuman selanjutnya.

WPS Hadir Resmi di Indonesia, Kerja Sama dengan Erajaya

Sebuah kantor tentu tidak luput dari penggunaan aplikasi Office. Aplikasi yang satu ini sangat dibutuhkan untuk mempermudah pekerjaan, baik di kantor mau pun di rumah. Namun, sering kali kendala ada pada harga software Office itu sendiri. Sebuah paket lengkap Office dari perusahaan ternama bisa mencapai Rp. 4.000.000-an!

WPS Launch

Kingsoft datang menawarkan sebuah solusi murah sampai gratis. Saat ini, software Office buatan Kingsoft dikenal dengan nama WPS. WPS sendiri menawarkan fungsi-fungsi dasar dengan gratis. Namun, bagi mereka yang memerlukan fungsi lengkap, WPS juga menawarkan versi berbayar.

Akan tetapi, tidak sedikit orang yang ogah membayar dengan dolar atau menggunakan kartu kredit secara online. Nah, baru-baru ini, Kingsoft bekerja sama dengan PT. Azec Indonesia Management Services (AZEC), anak perusahaan Erajaya, dalam memasarkan produk Office-nya tersebut. Mereka pun mengadakan pengumuman dengan mengundang para jurnalis di Aprez Cafe pada tanggal 14 Maret 2019 lalu. Dengan kerja sama ini, setiap orang bisa membeli paket Office di setiap toko Erafone.

WPS Tanda Tangan

Kingsoft sendiri memiliki CEO yang sama dengan smartphone Xiaomi, yaitu Lei Jun. Oleh karena itu, baik software mau pun hardware dari perusahaan asal Tiongkok ini melakukan kerja sama dengan Erajaya.

Di Erajaya, versi Bahasa Inggris untuk WPS Office tipe Enterprise akan diperkenalkan dengan dua model pembelian; harga lisensi seumur hidup dengan harga Rp 1,499,000,- dan lisensi tahunan dengan harga Rp 499,000,- sebelum Ppn. Harganya tentu lebih murah dari paket Office yang ada saat ini yang dapat mencapai empat juta rupiah.

WPS Demo Product

WPS sendiri tersedia pada platform Windows, Mac, Linux, iOS, dan Android.

Lobi Pemerintah Indonesia

WPS merupakan software Office yang sukses di Thailand. Hal ini dikarenakan mereka berhasil melobi pemerintah Thailand untuk mengganti paket Office mereka ke WPS. Dan hal ini pun sudah diterapkan di negara tersebut hingga hari ini.

WPS Talk

Indonesia merupakan negara kedua yang disasar oleh Kingsoft karena memiliki potensi yang sangat besar. Oleh karena itu, menurut Mr. David Zhong sebagai Vice President WPS, mereka juga melakukan hal yang sama. Oleh karena itu, baru-baru ini beliau juga telah bertemu dengan Menkominfo Rudiantara.

Belum diketahui hasil akhir dari pertemuan tersebut. Kingsoft pun berharap bahwa software mereka bisa digunakan oleh pemerintah Indonesia, dengan premis bahwa hal tersebut bisa memberikan penghematan untuk biaya apikasi perkantoran alias office software. Meskpun selain fitur ada beberapa hal yang bisa jadi perhatian untuk adopsi perangkat lunak yaitu kultur dan ketersediaan sarana untuk berkeluh kesah jika ada kesulitan pengoperasian.

Berbekal Teknologi Molekuler, Startup Atomo Sajikan Kopi Tanpa Biji Kopi

Dalam Star Trek: Voyager, Kapten Kathryn Janeway pernah bilang bahwa kopi adalah zat organik terbaik yang pernah manusia ciptakan, membantu melewati tiga tahun terburuk dalam hidupnya. Seperti Janeway, sebagian penduduk Bumi saat ini tak bisa memulai hari sebelum menyeruput secangkir kopi. Banyak orang membuat minuman kopinya sendiri, tapi tak sedikit pula memilih untuk membelinya.

Apapun metode pilihan Anda demi mendapatkan segelas kopi, biji kopi punya andil besar dalam eksistensi minuman favorit itu. Kendalanya, tak semua orang menyukai kopi yang mereka konsumsi. Menurut riset yang dilakukan oleh startup asal Seattle, Atomo Coffee, sekitar 75 persen penikmat kopi masih belum puas pada rasanya, misalnya karena terlalu pahit atau terlalu asam. Sebagai jalan keluar sementara, umumnya kita menambahkan gula atau krimer. Belum lagi, harga biji kopi terus melambung meski tak dibarengi meningkatnya kualitas.

Atomo Coffee sendiri punya solusi lain atas masalah-masalah ini. Berbekal teknologi melekuler dan metode reverse engineering, tim berisi para pakar makanan serta ahli biokimia itu memperkenalkan minuman kopi tanpa biji kopi. Lewat teknik unik tersebut, Atomo dapat mengetahui komposisi kimia dari kopi, kemudian menjabarkannya dalam ‘dashboard kopi molekuler’, yaitu papan instrumen yang memungkinkan produsen menyempurnakan rasa kopi.

Para coffee snob mungkin akan segera meragukan rasanya. Bagaimana mungkin kopi terasa nikmat tanpa biji kopi? Untuk menjawab pertanyaan itu, Atomo Coffee belum lama ini melangsungkan coffee challenge di kampus Universitas Washington buat membandingkan rasa kopi Atomo dengan Starbucks (tanpa memberi tahu peserta merek apa yang mereka minum). Mengejutkannya, ada lebih banyak orang menyukai kopi Atomo (21 vs. 9).

Beberapa tester memuji tesktur lembut dari kopi Atomo, bahkan jika diminum tanpa campuran apapun, dan sebagian dari mereka berkomentar soal tidak adanya sensasi hangus. Dan terlepas dari pemanfaatan teknik molekuler dalam produksinya, kafein sebagai salah satu zat terpenting di secangkir kopi Atomo tetap ada di sana.

Saat ini, produsen tengah melangsungkan kampanye crowdfunding di Kickstarter. Uang yang mereka kumpulkan akan digunakan untuk mematangkan bahan-bahan alami penyusun ‘kopi tanpa biji kopi’. Kemudian, Atomo akan mengubah resep tersebut menjadi bubuk, sehingga kompatibel dengan berbagai tipe alat pengolah minuman kopi. Produsen juga berniat menambah pilihan jenis dan rasa, misalnya Kolombia, Etiopia, Kenya serta Decaf.

Sebungkus kopi Atomo dengan ukuran terkecil bisa menghasilkan 50 cangkir kopi, dijajakan seharga mulai dari US$ 24 di Kickstarter. Produk rencananya akan didisitribusikan pada bulan Desember 2019 nanti, tapi sayangnya belum dapat dipesan oleh kita yang tinggal di Indonesia.