Samsung Luncurkan Varian Baru Galaxy A21s dengan Storage Lebih Lega

Samsung hari ini (23/11) memperkenalkan varian baru dari Galaxy A21s. Saya bilang “varian baru” karena ponsel kelas menengah ke bawah ini sebenarnya sudah dipasarkan sejak bulan Juni lalu, dan sekarang Samsung memutuskan untuk memperbarui sejumlah bagiannya berdasarkan masukan dari para konsumen.

Menurut Irfan Rinaldi selaku Product Marketing Manager Samsung Electronics Indonesia, masukan yang paling banyak diterima adalah seputar kapasitas penyimpanan. Dijelaskan bahwa konsumen mendambakan kapasitas penyimpanan yang lebih besar, yang bisa mengakomodasi segala buah kreativitas mereka selama pandemi.

Atas dasar itulah Samsung memperkenalkan varian baru Galaxy A21s, yang kini dibekali dengan RAM 6 GB dan penyimpanan internal sebesar 128 GB (yang tentu saja dapat diekspansi lebih luas lagi dengan kartu microSD berkapasitas maksimum 512 GB). Supaya gampang dibedakan, varian baru ini mengusung warna baru (silver) sekaligus tekstur permukaan belakang yang agak berbeda.

Samsung Galaxy A21s

Selebihnya, Samsung tidak mengutak-atik jeroannya. Varian baru Galaxy A21s ini masih ditenagai chipset Exynos 850 dan baterai 5.000 mAh, lengkap beserta dukungan fast charging 15 W. Layarnya pun juga tidak berubah, masih berukuran 6,5 inci dengan resolusi 1600 x 720 pixel.

Seperti sebelumnya, varian baru Galaxy A21s ini juga masih mengunggulkan empat kamera belakang yang terdiri dari kamera utama 48 megapixel f/2.0, kamera ultra-wide 8 megapixel f/2.2, kamera macro 2 megapixel f/2.4, dan depth sensor 2 megapixel. Kamera depannya sendiri memakai sensor 13 megapixel dan lensa f/2.0.

Samsung Galaxy A21s

Menariknya, semua ini ditawarkan dalam harga yang lebih terjangkau daripada sebelumnya. Galaxy A21s varian anyar ini dibanderol Rp3.099.000, dan selama 23-25 November ini, Samsung malah juga mengadakan program flash sale dengan sejumlah penawaran menarik yang meliputi: potongan harga Rp200 ribu, plus bonus layanan Samsung Care+, casing resmi Disney, kuota IM3, dan langganan gratis YouTube Premium selama 2 bulan, dengan nilai total melebihi satu juta rupiah.

Galaxy A21s sebagai alat bantu berbisnis

Samsung Galaxy A21s

Kombinasi storage internal yang besar dan kamera yang mumpuni menjadikan Galaxy A21s sebagai ponsel yang oke untuk keperluan berbisnis. Pada kenyataannya, acara launching yang saya ikuti ini sebenarnya merupakan workshop bertemakan “Create awesome content for your business”, dan Samsung mencoba menyajikannya dari sudut pandang pengguna Galaxy A21s.

Narasumber yang dihadirkan ada dua, yakni Ian Agisti selaku Merchant Community and Engagement Lead Bukalapak, dan Berry Phann selaku pendiri sekaligus CEO Jasafotojakarta.com. Di sini saya coba rangkumkan sejumlah insight menarik dari mereka.

Dari Ian, beliau memaparkan bagaimana tren pencarian produk di Bukalapak – berlaku juga untuk e-commerce lain menurut saya – terus berganti setiap bulannya selama pandemi. Di bulan Maret misalnya, yang paling banyak dicari adalah produk-produk seperti masker dan hand sanitizer, tapi kemudian di bulan April sudah berganti menjadi produk-produk hobi macam game console, lego, dan lain sebagainya.

Namun yang lebih menarik adalah penjelasan beliau soal 5 hal pertama yang dilihat oleh konsumen dalam memilih produk yang hendak dibeli: foto produk, judul produk, harga, rating, dan label pelapak. Ya, foto ternyata adalah bagian pertama yang dilihat oleh calon konsumen sebelum mereka memutuskan untuk mempelajari lebih lanjut soal suatu produk. Kalau fotonya sudah tidak menarik, kecil kemungkinan produk yang dijual itu bakal dilihat.

Samsung Galaxy A21s

Dari situlah sejumlah tips fotografi yang diberikan Berry terdengar sangat menarik sekaligus applicable. Yang menjadi fokus Berry memang seputar fotografi makanan, tapi saya kira semestinya juga bisa diaplikasikan untuk foto produk secara umum.

Berry menjelaskan bahwa meski hanya bermodalkan smartphone seperti Galaxy A21s, foto yang dihasilkan bisa tetap memuaskan selama kita paham mengenai lighting. Pencahayaan di sini tidak harus mengandalkan set lampu yang biasa kita jumpai di studio foto, tapi bisa juga sebatas cahaya dari jendela, dibantu gorden semi transparan yang bertindak sebagai diffuser supaya bayangan produk yang difoto tampak lebih halus dan berkesan.

Satu kesalahan umum yang biasa dilakukan adalah lupa mematikan lampu ruangan, yang biasanya berujung pada terlihatnya bayangan tangan pengguna pada hasil foto (saat memotret dari atas misalnya). Idealnya, kalau sumber cahayanya berasal dari jendela, sebaiknya matikan lampu ruangan sehingga bayangan-bayangan yang tidak terduga ini tidak muncul begitu saja pada hasil akhir fotonya.

Berry turut memuji mode PRO pada Galaxy A21s yang memungkinkan pengguna untuk mengatur sejumlah parameter exposure secara manual. Secara keseluruhan, kamera Galaxy A21s memang terbukti cukup mumpuni, dan ini juga sudah pernah dibuktikan oleh rekan saya, Lukman, yang berkesempatan menguji varian lamanya secara mendalam.

Zepp Z Adalah Smartwatch Premium Sepupu Amazfit

Di tengah pasar smartwatch yang terbilang stagnan (kecuali di kubu Apple), nama Amazfit justru mencuat berkat konsistensinya meluncurkan produk-produk baru. Namun Amazfit rupanya bukan satu-satunya brand smartwatch yang dimiliki oleh Huami. Pada tahun 2018, Huami juga sempat mengakuisisi produsen sensor wearable bernama Zepp, yang di tahun 2020 ini memutuskan untuk ikut terjun ke ranah smartwatch.

Usai memperkenalkan smartwatch pertamanya pada bulan Agustus lalu, Zepp kini kembali dengan smartwatch baru lagi yang tak kalah menarik. Dijuluki Zepp Z, desainnya premiumnya langsung mencuri perhatian, dengan rangka yang terbuat dari bahan titanium yang kokoh tapi tetap ringan (40 gram), plus tahan air hingga kedalaman 50 meter.

Aspek desain ini pada dasarnya merupakan faktor pembeda yang paling utama antara smartwatch besutan Zepp dan Amazfit meski sama-sama berada di bawah satu induk perusahaan. Kalau kita bandingkan antara Zepp Z dan Amazfit GTR 2 yang diluncurkan belum lama ini, cukup jelas terlihat bahwa Zepp Z punya penampilan keseluruhan yang lebih mewah.

Zepp Z

Hal ini wajar mengingat sebelum bermain di pasar smartwatch, Zepp merupakan produsen sensor-sensor wearable untuk para pegolf. Untuk layarnya, Zepp Z mengemas panel AMOLED 1,39 inci yang always-on dengan resolusi 454 x 454 pixel, sama persis seperti layar milik Amazfit GTR 2. Masih soal layar, satu perbedaan kecil pada Zepp Z adalah tingkat kecerahan maksimumnya yang lebih tinggi di angka 550 nit.

Selebihnya, Zepp Z mewarisi banyak fitur unggulan milik Amazfit GTR 2, utamanya sensor BioTracker 2 PPG yang tak hanya bisa memonitor laju jantung saja, tapi juga memantau tingkat stres pengguna sekaligus kadar oksigen dalam darahnya (SpO2). Seperti halnya GTR 2, Zepp Z juga mampu mengalkulasikan skor PAI (Personal Activity Intelligence) agar pengguna bisa dengan mudah mengetahui seberapa banyak aktivitas fisik yang perlu mereka lakukan setiap harinya.

Zepp Z

Komponen esensial lain seperti GPS dan GLONASS juga hadir sebagai standar pada Zepp Z, dan ia pun turut dilengkapi 12 mode tracking olahraga yang sama seperti GTR 2. Lalu mungkin yang paling istimewa adalah klaim bahwa Zepp Z dapat bertahan sampai 15 hari pemakaian normal sebelum baterainya perlu diisi ulang.

Kalau boleh menyimpulkan, anggap saja Zepp Z ini sebagai versi mewah dari Amazfit GTR 2; fitur-fiturnya hampir identik, akan tetapi penampilannya jauh lebih berkelas. Tentu saja harganya juga lebih mahal: $349, alias hampir dua kali lipat harga Amazfit GTR 2 ($179).

Sumber: Wareable.

OPPO Luncurkan Versi Stabil dari ColorOS 11

September lalu, selang beberapa hari setelah Google meluncurkan Android 11 secara resmi, OPPO pun langsung bergegas memperkenalkan ColorOS 11 sekaligus merilis versi public beta-nya untuk sejumlah perangkat bikinannya.

Setelah dua bulan berlalu, OPPO sekarang sudah siap untuk melepas versi stabil dari sistem operasi terbaru tersebut buat pasar tanah air. Dalam kurun waktu yang terbilang singkat itu, OPPO tentu sudah memperbaiki sejumlah bug sekaligus mengevaluasi masukan-masukan dari ribuan pengguna di seluruh dunia yang sempat mencoba versi beta dari ColorOS 11.

Yang paling beruntung dan mendapat jatah update ColorOS 11 versi stabil pertama kali adalah para pengguna OPPO Reno4 F, yang sejatinya sudah menerima notifikasi pembaruan perangkat lunak sejak tanggal 12 November kemarin. Menyusul di gelombang perdana ini adalah update untuk Find X2, Find X2 Pro, dan Find X2 Pro Automobili Lamborghini Edition yang dijadwalkan tersedia pada tanggal 25 November.

Selebihnya, OPPO memastikan bahwa versi stabil ColorOS 11 ini bakal menjangkau lebih dari 30 perangkat besutannya, termasuk halnya seri Reno dan seri A secara bertahap hingga bulan Desember 2020. Sebuah langkah yang patut diapresiasi mengingat pengguna perangkat Android selama ini mungkin sudah terbiasa harus menunggu lama untuk mendapatkan update sistem operasi baru – atau malah tidak sama sekali karena perangkat yang digunakannya bukanlah model yang paling gres.

ColorOS 11

Sekadar mengingatkan, ColorOS 11 mengusung konsep “Make Life Flow“, mempertahankan fitur-fitur favorit yang ada pada Android, sekaligus menghadirkan opsi kustomisasi user interface (UI) yang lebih kaya dan banyak dinantikan oleh para pengguna OPPO. Bukan cuma sebatas mengganti tema, font, atau icon aplikasi saja, ColorOS 11 bahkan juga mempersilakan pengguna menciptakan tampilan always-on display-nya sendiri.

Bahkan fitur Dark Mode pun juga bisa diutak-atik lebih jauh pada ColorOS 11, sehingga pengguna dapat menyocokkan tingkat kontrasnnya sesuai dengan selera masing-masing. Juga menarik adalah pembaruan terhadap aplikasi OPPO Relax, yang kini juga dapat menyajikan suara ambience dari berbagai kota besar seperti Tokyo, Bangkok, dan Reykjavik yang sangat immersive.

Selain menawarkan kemudahan dalam hal personalisasi, ColorOS 11 juga menyuguhkan sejumlah fungsionalitas baru yang sangat menarik, salah satunya Three-Finger Translation, yang pada dasarnya merupakan perpaduan dari fitur screenshot menggunakan tiga jari dan terjemahan via Google Lens.

Buat para pengguna Reno4 F, Anda sekarang sudah bisa mendapatkan update ColorOS 11 dengan membuka menu pengaturan dan memilih opsi pembaruan perangkat lunak. Sisanya, silakan menanti peluncuran update-nya secara bertahap.

Samsung Luncurkan Chipset 5 nm Pertamanya, Exynos 1080

Seperti biasa menjelang pergantian tahun, produsen chipset smartphone sibuk menyiapkan chipset anyar yang bakal mengotaki banyak ponsel di tahun berikutnya. Tidak terkecuali Samsung, yang baru memperkenalkan chipset anyar untuk smartphone kelas menengah, yaitu Exynos 1080.

Sesuai namanya, Exynos 1080 merupakan penerus langsung dari Exynos 980 yang dipakai di Galaxy A71 dan A51 versi 5G, plus sejumlah smartphone bikinan Vivo. Tentu saja 5G kembali menjadi fokus di sini, dan Samsung tidak lupa menambahkan dukungan terhadap jaringan 5G mmWave yang punya kecepatan jauh lebih tinggi sekaligus jangkauan lebih terbatas.

Untuk performanya sendiri, Exynos 1080 mengandalkan prosesor 8-core yang dibagi menjadi tiga klaster: satu core Cortex-A78 dengan clock speed 2,8 GHz, tiga core Cortex-A78 dengan kecepatan 2,6 GHz, dan empat sisanya adalah core Cortex-A55 2.0 GHz yang irit daya. GPU yang digunakan sendiri adalah Mali-G78 MP10.

Kebetulan Exynos 1080 juga merupakan chipset pertama Samsung yang dibuat menggunakan proses pabrikasi 5 nanometer, yang berarti ia pasti lebih efisien daripada generasi sebelumnya. Kalau boleh menebak, sepertinya 2021 bakal menjadi tahunnya chipset 5 nm. Sejauh ini kita sudah melihat teknologi tersebut dipakai oleh Apple, Huawei, dan sekarang Samsung. Rumornya, Qualcomm juga bakal menyusul tidak lama lagi.

Samsung merancang Exynos 1080 agar dapat menampung RAM tipe LPDDR4x maupun LPDDR5, tidak ketinggalan pula storage UFS 3.1. Exynos 1080 juga siap menghadirkan fitur flagship pada smartphone kelas mid-range, spesifiknya dukungan terhadap layar dengan refresh rate yang tinggi; antara 90 Hz dengan resolusi WQHD+, atau 144 Hz dengan resolusi FHD+.

Terkait kemampuannya mengolah gambar, Exynos 1080 siap ditandemkan dengan kamera beresolusi 200 megapixel, atau sepasang kamera yang masing-masing beresolusi 32 megapixel. Resolusi maksimum perekaman video yang didukung adalah 4K 60 fps.

Lagi-lagi ponsel pertama yang ditenagai oleh Exynos 1080 bakal datang dari Vivo terlebih dulu pada awal 2021. Kita juga tidak perlu terkejut seandainya chipset ini kembali hadir pada seri Galaxy A.

Sumber: SlashGear.

Berkat ColorOS 7.2, OPPO Reno4 F Menghadirkan Keunggulan Personalisasi dan Keamanan

Dengan banderol Rp4.299.000 dan desain yang amat stylish – tidak ketinggalan juga kamera dengan fitur-fitur AI yang sangat menarik – cukup wajar apabila OPPO Reno4 F kemudian menjadi incaran konsumen muda. Namun di luar atribut-atribut umum seperti itu, Reno4 F juga tetap mengunggulkan aspek-aspek sekunder macam personalisasi dan keamanan.

Tentu saja hal ini tidak akan bisa terwujud tanpa bantuan software, dan di sini sistem operasi ColorOS 7.2 pada akhirnya berhasil menjadi tandem yang sangat harmonis bagi Reno4 F. Dari segi personalisasi misalnya, ColorOS 7.2 menawarkan kemudahan untuk mengganti iconicon aplikasi pihak ketiga secara mudah, sehingga dapat pengguna cocokkan dengan tampilan shiny matte milik Reno4 F.

Bukan cuma tampilan visualnya saja yang dapat dipersonalisasi, ColorOS 7.2 bahkan juga mempersilakan pengguna untuk membuat ringtone-nya sendiri jika mau. Proses pembuatannya tentu saja sudah dirancang seintuitif mungkin, dan total ada sepuluh ringtone berbeda yang dapat disimpan. Semua ini sejalan dengan prinsip utama Reno4 F yang memang diciptakan untuk menjadi medium berekspresi.

OPPO Reno4 F

Beralih ke aspek keamanan, ada fitur Private Safe yang sangat berguna untuk menyimpan foto, video, dan berbagai konten lainnya secara aman. Dokumen-dokumen pekerjaan pun juga bisa dimasukkan ke dalam Private Safe, dan yang dapat mengakses folder ini tentu saja hanyalah yang tahu kata sandinya. Lebih lanjut, demi semakin memaksimalkan keamanan informasi, perangkat sama sekali tidak dapat digunakan untuk mengambil screenshot selagi sedang membuka folder Private Safe.

Penguncian pun juga dapat diterapkan per aplikasi pada ColorOS 7.2 berkat fitur bernama App Lock. Cukup pilih aplikasi-aplikasi yang hendak diamankan, maka semua itu hanya bisa diakses setelah mencantumkan password yang tepat. Aplikasi-aplikasi media sosial seperti Instagram atau Twitter tentu merupakan kandidat yang tepat untuk fitur ini, sebab keduanya mungkin adalah yang paling sering menjadi korban keisengan teman ketika sedang nongkrong.

Sekali lagi, fitur-fitur yang mendukung aspek personalisasi dan keamanan mungkin cukup sering dikesampingkan oleh konsumen, akan tetapi hal itu tidak mencegah OPPO menyuguhkannya di Reno4 F. Ke depannya, kedua aspek ini juga akan semakin disempurnakan lagi ketika ColorOS 11 sudah tersedia buat Reno4 F.

OPPO Reno4 F

Ketika semua itu dikawinkan dengan spesifikasi yang mumpuni, maka kita bisa mendapatkan ponsel yang sangat layak dibeli di rentang harga 4 jutaan rupiah. Sekadar mengingatkan, Reno4 F hadir mengusung layar dual punch-hole Super AMOLED dengan ukuran 6,43 inci dan resolusi 2400 x 1080 pixel, lengkap beserta lapisan kaca Gorilla Glass 3+ dan sertifikasi TÜV Rheinland.

Performanya pun tergolong sangat baik untuk kebutuhan sehari-hari berkat penggunaan chipset MediaTek Helio P95, RAM 8 GB, dan kapasitas penyimpanan internal 128 GB yang dapat diperluas dengan bantuan kartu microSD. Di balik rangka Reno4 F yang tebalnya cuma 7,48 mm, bernaung baterai berkapasitas 4.000 mAh yang mendukung fast charging 18 W.

Urusan fotografi dan videografi, Reno4 F mengandalkan kamera utama 48 megapixel f/1.8 dengan sensor berukuran besar (1/2 inci), kamera ultra-wide 8 megapixel f/2.2, dan sepasang kamera monokrom 2 megapixel. Lubang pada layarnya sendiri dihuni oleh kamera 16 megapixel dan depth sensor 2 megapixel.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh OPPO.

Xiaomi Kembangkan Kamera Zoom Ala Teleskop untuk Smartphone

Pada tanggal 5 November lalu, Xiaomi secara resmi memulai ajang tahunan Mi Developer Conference (MIDC) di Beijing. Seperti biasa, ada sejumlah inovasi menarik yang Xiaomi umumkan di acara tersebut. Namun salah satu yang paling mencuri perhatian adalah teknologi kamera zoom dengan lensa yang bisa memanjang ala sebuah teleskop.

Lensa retractable semacam ini tentu sudah sejak lama digunakan oleh produsen kamera digital, dan manfaatnya pun sudah sangat jelas, yakni untuk menghemat ruang. Efeknya mungkin bakal jauh lebih terasa lagi ketika teknologi serupa diterapkan di smartphone, yang memang mempunyai ruang jauh lebih terbatas untuk menyimpan komponen optik – yang menjelaskan mengapa sebagian besar ponsel punya tonjolan kamera.

Xiaomi tidak bilang kamera teleskop bikinannya ini bisa memperbesar gambar hingga sejauh apa, tapi yang pasti bukaan lensanya (aperture) cukup besar sehingga dapat menyerap 300% lebih banyak cahaya daripada kamera telephoto milik ponsel pada umumnya. Kalau boleh menebak, jangkauan zoom-nya semestinya lebih jauh lagi daripada Mi 10 Ultra, yang sendirinya sudah sangat impresif karena menawarkan 5x optical zoom.

Kemampuan untuk menyerap lebih banyak cahaya ini penting karena ‘penyakit’ umum kamera telephoto milik smartphone baru terlihat ketika dipakai untuk memotret di malam hari. Karena aperture-nya kecil, cahaya yang diterima sensor pun jadi terbatas, dan pada akhirnya kelihatan cukup banyak noise di hasil fotonya.

Selain aperture yang besar, kamera teleskop Xiaomi ini turut dibekali sistem penstabil yang lebih efektif daripada biasanya, yang diyakini mampu meningkatkan ketajaman gambar hingga 20%. Sebagai bonus, kamera ini juga mampu mengunci fokus pada objek dari jarak yang sangat dekat layaknya sebuah kamera macro.

Dari sini bisa kita lihat bahwa manfaat yang dibawa teknologi ini bukan sekadar memastikan agar bodi smartphone bisa tetap ramping, melainkan juga menyederhanakan pengalaman pengguna. Jadi ketimbang harus mengemas empat kamera yang berbeda, ponsel mungkin hanya memerlukan dua modul kamera saja berkat teknologi ini: modul utama dengan sensor unggulan dan lensa retractable yang merangkap peran kamera telephoto dan kamera macro sekaligus, plus modul kamera ultra-wide.

Konsekuensinya mungkin smartphone harus mengorbankan sebagian ketahanannya terhadap air dan debu, tapi ini baru sebatas spekulasi saja mengingat Xiaomi memang belum menyinggung sama sekali soal ini. Kabar baiknya, kita sepertinya tidak perlu menunggu lama sebelum teknologi ini bisa direalisasikan, sebab proses pengembangannya dikabarkan sudah mencapai tahap pengujian terakhir.

Sumber: DPReview dan GSM Arena.

Huawei nova 8 SE Meluncur dengan Sejumlah Upgrade Sekaligus Downgrade

Huawei baru saja memperkenalkan nova 8 SE, suksesor dari nova 7 SE, model paling murah dari seluruh lini nova 7 yang diperkenalkan pada bulan April lalu. Dibandingkan pendahulunya, nova 8 SE yang datang sendirian ini tentu membawa sejumlah upgrade, tapi di saat yang sama juga ada beberapa bagiannya yang di-downgrade.

Perbedaan yang paling signifikan terletak pada layarnya. Seperti yang bisa kita lihat, lubang kamera milik pendahulunya telah digantikan oleh poni di sini, dan saya tidak heran seandainya beberapa orang menilai ini sebagai penurunan. Kendati demikian, kualitas layarnya sendiri meningkat berkat penggunaan panel OLED.

Panel ini memiliki bentang diagonal 6,53 inci dan resolusi FHD+, serta mendukung format HDR10. Berhubung OLED, Huawei pun bisa menyembunyikan sensor sidik jari di baliknya, berbeda dari nova 7 SE yang masih menggunakan sensor yang menyatu dengan tombol power.

Untuk chipset-nya, nova 8 SE menggunakan MediaTek Dimensity 720, tapi ada pula varian High Edition yang menggunakan Dimensity 800U. Keduanya sama-sama dilengkapi RAM sebesar 8 GB, storage internal 128 GB, dan baterai berkapasitas 3.800 mAh.

Angka ini jelas lebih kecil daripada kapasitas baterai milik nova 7 SE, akan tetapi kecepatan pengisiannya justru dua kali lebih cepat. Seperti halnya Huawei Mate 40 Pro, nova 8 SE mendukung teknologi fast charging dengan output maksimum 66 W yang dapat mengisi dari 0 – 100% dalam waktu 35 menit saja.

Untuk kameranya, nova 8 SE mengemas empat kamera belakang dengan konfigurasi mengotak. Kamera utamanya mempunyai resolusi 64 megapixel, diikuti oleh kamera ultra-wide 8 megapixel, dan kamera macro beserta depth sensor yang sama-sama memiliki 2 megapixel. Poni layarnya sendiri dihuni oleh kamera 16 megapixel.

Di atas kertas, kita bisa melihat bahwa spesifikasi kameranya tidak berubah jika dibandingkan dengan nova 7 SE. Semua itu dikemas dalam sasis setebal 7,46 mm, dan yang beratnya tak lebih dari 178 gram.

Di Tiongkok, Huawei nova 8 SE bakal segera dijual dengan harga 2.599 yuan (± Rp5,6 juta), atau 2.699 yuan (± Rp5,8 juta) untuk varian High Edition-nya. Huawei menawarkannya dalam empat pilihan warna yang berbeda.

Sumber: GSM Arena.

4 Fitur ColorOS 11 untuk Mendukung Efisiensi Kerja dari Rumah

2020 memang hanya menyisakan dua bulan, tapi kita masih belum tahu sampai kapan kita harus melangsungkan kegiatan dari kediaman masing-masing, baik itu bekerja maupun belajar. Di titik ini, saya yakin sebagian besar dari kita sudah merasa cukup terbiasa bekerja atau belajar dari rumah.

Pengalaman selama beberapa bulan terakhir tentu juga membuat kita semakin mengapresiasi beragam gadget yang kita gunakan sehari-harinya untuk bekerja maupun belajar. Dari sisi produsen, mereka juga terus berusaha agar perangkat bikinannya dapat menunjang kegiatan bekerja dari rumah konsumen secara efisien.

Salah satu cara yang termudah adalah melalui software, dan contohnya bisa kita lihat pada ColorOS 11, sistem operasi berbasis Android 11 dari OPPO yang sudah tersedia di sejumlah perangkat sejak bulan September lalu. Beberapa fiturnya ternyata sangat cocok dengan konteks WFH yang kita hadapi, terutama di saat PSBB gelombang kedua seperti sekarang.

Dalam artikel ini, kita akan membahas setidaknya empat fitur ColorOS 11 yang dapat mendukung efisiensi bekerja dari rumah.

Three Finger Translation

ColorOS 11 Three Finger Translation

Fitur ini boleh dibilang merupakan favorit saya dari semua fitur baru ColorOS 11. Di sini kita bisa melihat kolaborasi manis antara OPPO dan Google, di mana masing-masing telah menyumbangkan ide terbaiknya untuk mewujudkan Three Finger Translation.

Dari kubu OPPO, ide yang saya maksud adalah kemudahan mengambil screenshot dengan mengusap layar menggunakan tiga jari. Dari kubu Google, ada Google Lens yang pada dasarnya merupakan AI yang mampu membaca konten yang sedang ditampilkan pada layar. Gabungkan keduanya, maka Anda mendapat fitur Three Finger Translation.

Jadi saat pengguna mengambil tangkapan layar menggunakan tiga jari, akan ada opsi bertuliskan “Translate” di bagian bawah. Tekan tombol tersebut, maka Google Lens akan langsung mendeteksi teksnya, sekaligus menampilkan hasil terjemahannya. Bayangkan Anda menerima dokumen dalam bahasa asing, daripada harus membuka aplikasi terjemahan, jelas lebih praktis mengambil screenshot lalu menekan satu tombol, bukan?

FlexDrop

ColorOS 11 FlexDrop

FlexDrop pada dasarnya dirancang agar semua aplikasi dapat diubah tampilannya menjadi jendela kecil yang dapat dipindah-pindah posisinya pada layar dengan satu gerakan jari saja. Premis utamanya adalah supaya multitasking bisa menjadi lebih mudah, dan supaya pengguna dapat melihat lebih apa yang terjadi di berbagai aplikasi sekaligus.

Membuka lebih dari satu aplikasi secara bersamaan bukanlah ide baru, tapi setidaknya prosesnya bisa dipermudah dengan bantuan FlexDrop.

Icon Pull-Down Gesture

ColorOS 11 Icon Pull-Down Gesture

Icon Pull-Down Gesture sejatinya merupakan fitur one-handed mode versi ColorOS. Sesuai namanya, fitur one-handed mode dirancang supaya pengguna dapat membuka aplikasi yang sulit dijangkau pada tampilan home screen ketika menggunakan ponsel dengan satu tangan, sangat relevan dengan kondisi sekarang di mana tangan satunya sering kali disibukkan oleh berbagai ketidakpastian yang selalu muncul dalam konteks WFH.

Yang istimewa dari Icon Pull-Down Gesture adalah kemudahannya. Mudah dalam artian hanya memerlukan satu gerakan jari saja. Jadi saat berada di home screen, pengguna cukup mengusap ke atas dari ujung kiri bawah atau kanan bawah, maka icon aplikasi akan turun ke sudut layar. Lalu tanpa harus melepaskan jempol dari layar, pengguna tinggal mengarahkannya ke icon aplikasi yang hendak dibuka.

Quick Return Bubble

ColorOS 11 Quick Return Bubble

Fitur ini dirancang buat mereka yang masih terus memikirkan pekerjaan meski sedang asyik push rank Mobile Legends. Jadi ketimbang harus bengong selagi menunggu karakternya respawn, mereka bisa memanfaatkan celah waktu singkat tersebut untuk membalas pesan dari atasan, dan selagi berada di aplikasi lain, pengguna bisa melihat icon kecil yang menunjukkan berapa detik lagi sebelum karakternya hidup kembali di permainan.

Saat hitungan mundurnya selesai, pengguna tinggal menyentuh icon kecil tersebut untuk kembali masuk ke permainan. Selain Mobile Legends, Quick Return Bubble sejauh ini juga sudah bisa digunakan untuk PUBG Mobile maupun Arena of Valor.

Moment Luncurkan Deretan Aksesori MagSafe untuk iPhone 12

Pengguna lama MacBook pastinya sudah tidak asing dengan istilah MagSafe. Jenis konektor magnetis ini telah dipakai sebagai charger berbagai model MacBook sejak tahun 2006, sebelum akhirnya digantikan oleh konektor USB-C biasa pada deretan MacBook generasi terbaru.

Namun Apple rupanya belum lupa dengan MagSafe. Seperti yang sudah kita ketahui, MagSafe telah berevolusi menjadi teknologi wireless charging pada iPhone 12, memberikan kemudahan supaya pengguna tidak perlu repot mengepaskan posisi iPhone ketika hendak mengisi ulang baterainya secara nirkabel.

Lebih lanjut, MagSafe juga membuka peluang akan lahirnya kategori aksesori baru yang mengunggulkan sambungan magnetis. Jadi selain charger dan casing MagSafe, sekarang juga ada beragam aksesori kamera MagSafe, seperti yang diluncurkan Moment baru-baru ini.

Koleksi aksesori MagSafe besutan Moment ini cukup bervariasi, dari yang sesimpel dudukan untuk AC mobil, sampai dudukan tripod maupun yang bisa ditambahi aksesori lain macam LED flash atau mikrofon (cold shoe). Jadi ketimbang memanfaatkan mekanisme tradisional macam penjepit (clamp), semua aksesori ini bisa langsung menempel ke punggung iPhone 12.

Normalnya, konsumen pasti langsung bertanya-tanya apakah magnetnya cukup kuat untuk menggotong iPhone selagi, misalnya, terpasang pada tripod. Moment bilang bahwa mereka menggunakan susunan magnet khusus yang mampu menghasilkan medan magnet yang sangat kuat.

Perkara magnet ini memang bisa dibilang agak kompleks. Kalau terlalu kuat/erat, aksesorinya mungkin bakal sulit dilepas sehingga terkesan kurang praktis. Di sisi lain, kalau magnetnya kurang melekat, aksesorinya tentu bakal mudah terlepas, dan ini jelas tidak ideal untuk aksesori seperti dudukan AC mobil tadi.

Moment bilang aksesori MagSafe-nya ini bisa dipasangkan meski iPhone 12-nya dibalut casing. Mereka tidak lupa menyertakan lapisan empuk di setiap permukaan magnet sehingga konsumen tak perlu khawatir punggung iPhone-nya mudah lecet apabila berniat menggunakan aksesori-aksesori ini tanpa bantuan casing.

Harga aksesori MagSafe besutan Moment ini bervariasi, dari $20 untuk aksesori seperti wall mount, sampai $50 untuk dudukan tripod sekaligus cold shoe.

Anker Luncurkan Charger Mini untuk iPhone 12

Seperti yang sudah kita ketahui, semua unit iPhone 12 hadir tanpa charger di dalam boksnya. Alasannya, kalau menurut Apple, adalah supaya mereka dapat membantu upaya pengurangan sampah elektronik. “Toh semua konsumen pasti sudah punya charger sendiri di rumahnya,” kira-kira begitu pemikiran Apple.

Oke lah, mungkin kita memang masih menyimpan charger bekas smartphone lama kita. Namun yang menjadi masalah adalah, kemungkinan besar charger tersebut tidak cocok dengan kabel bawaan iPhone 12; yang termasuk dalam paket penjualan iPhone 12 adalah kabel Lightning ke USB-C, sedangkan kepala charger yang sebagian besar konsumen punya adalah USB-A.

Poin yang ingin saya angkat adalah, mereka yang membeli iPhone 12 kemungkinan besar juga harus membeli charger baru. Tentu saja Apple menjualnya seharga $19, tapi alternatifnya kita juga bisa melirik penawaran dari brand aksesori lain, salah satunya Anker.

Charger terbaru mereka, Anker Powerport Nano 20W dijual seharga $17 (di Indonesia sekitar Rp425 ribu). Bukan cuma lebih terjangkau, tapi ukurannya juga jauh lebih mungil daripada charger yang Apple jual walaupun output-nya sama persis – sama-sama mampu mengisi baterai iPhone 12 dan 12 Pro dari 0 – 50% dalam waktu setengah jam. Dimensinya bahkan nyaris identik dengan charger 5W bawaan iPhone lawas.

Di Tiongkok, Anker malah menjual produk yang sama dalam edisi khusus Doraemon. Tema Doraemon ini juga tersedia untuk produk-produk mereka yang lain, mulai dari wireless charger MagSafe untuk iPhone 12, kabel Lightning ke USB-C, kabel USB-C ke USB-C untuk iPad dan MacBook, sampai kepala charger 65W.

Sayang tidak ada keterangan apakah Anker juga bakal menjual produk tema Doraemon ini di negara lain. Padahal saya yakin kalau tersedia di Indonesia pasti laris manis, terutama mengingat pengguna perangkat Apple saat ini kemungkinan besar adalah kalangan milenial yang dulunya setia menanti kehadiran serial TV Doraemon di setiap Minggu pagi. Buat pengguna perangkat Android pun charger 20W ini juga tetap berguna.

Sumber: GSM Arena.