Facebook Luncurkan Sticker Musik dan Perluas Akses Fitur Lip Sync Live

Di samping meluncurkan Messenger versi baru dengan tampilan yang gres, Facebook turut memperkenalkan sejumlah fitur seputar musik. Facebook, seperti diberitakan pada bulan Maret lalu, telah mengantongi lisensi dari tiga label musik ternama, dan mereka tampaknya tidak mau menyia-nyiakan investasi besar ini.

Fitur yang pertama adalah sticker musik. Ya, fitur ini sama persis seperti yang lebih dulu diluncurkan untuk Instagram Stories, yang memungkinkan pengguna untuk menambahkan sebuah lagu pada foto atau video yang diunggahnya. Bedanya, sticker musik di sini tak hanya tersedia pada Facebook Stories saja, melainkan juga di News Feed.

Sama seperti di Instagram, pengguna bebas menentukan bagian lagu spesifik yang hendak digunakan. Bersiaplah untuk melihat lebih banyak lagi video lip sync di Facebook, mengingat fitur ini memang sangat cocok dipakai untuk itu.

Facebook Lip Sync Live

Bicara soal lip sync, Facebook juga memperluas akses fitur Lip Sync Live yang mereka luncurkan pada bulan Juni lalu ke lebih banyak pengguna di berbagai negara. Di samping itu, fitur ini sekarang juga dapat diakses oleh para musisi dan kreator via Facebook Page-nya masing-masing, memberikan mereka cara baru untuk berinteraksi dengan para penggemarnya.

Facebook tak lupa mengintegrasikan lirik pada sejumlah lagu populer di Lip Sync Live, sehingga pengalaman yang ditawarkan jadi lebih mirip sesi karaoke betulan. Jumlah lagu yang dibekali lirik dipastikan akan terus bertambah seiring waktu.

Music on Facebook Profile

Terakhir, Facebook bakal menambahkan seksi baru khusus untuk musik pada profil masing-masing pengguna, sehingga kita semua bisa memamerkan lagu favorit kita maupun yang sedang kita gandrungi saat ini.

Kalau perlu, lagu favorit ini bisa kita pin ke bagian paling atas. Saat pengguna lain melihat dan memutarnya, mereka bakal disuguhi sepotong klip lagunya beserta video yang menampilkan foto sekaligus album art karya sang musisi terkait. Selanjutnya, mereka juga bisa menambahkan lagu yang sama ke profil mereka jika mau.

Sumber: Facebook.

Facebook Luncurkan Versi Baru Messenger dengan Tampilan yang Jauh Lebih Simpel

Dengan jumlah pengguna aktif bulanan setara populasi India (± 1,3 miliar), Facebook Messenger merupakan aplikasi pesan instan terbesar kedua setelah WhatsApp. Saya pribadi sangat jarang menggunakannya, utamanya karena tampilannya yang kelewat kompleks dan terkesan terlalu banyak fitur.

Facebook sadar akan hal ini, dan mereka memutuskan untuk merombak tampilan Messenger secara signifikan pada versi terbarunya. Seperti yang bisa Anda lihat pada gambar, tampilan Messenger 4 tampak jauh lebih menarik sekaligus lebih mudah dipahami ketimbang sebelumnya.

Facebook Messenger 4

Jumlah tab yang ada berkurang drastis dari sembilan menjadi tiga. Semua percakapan, baik individual maupun grup, sekarang dijadikan satu di tab Chats. Tombol untuk membagikan foto atau video kini diposisikan di kanan atas pada tab Chats, bukan lagi sebagai tab terpisah di tengah seperti sebelumnya.

Untuk melihat siapa saja rekan yang sedang aktif di Messenger, kita bisa langsung lompat ke tab People. Di sini kita juga bisa menyimak deretan Stories yang diunggah oleh semua teman kita.

Terakhir, ada tab Discover yang menyimpan semua fitur ekstra yang ditawarkan Messenger, mulai dari chat dengan Facebook Page sampai akses ke Instant Games. Meski secara keseluruhan tampilannya telah disederhanakan, Facebook memastikan tidak ada satu pun fitur yang dihilangkan dari Messenger.

Facebook Messenger 4

Sebaliknya, Facebook malah menambahkan sejumlah fitur untuk semakin mempermanis tampilan anyar Messenger 4. Yang pertama adalah fitur untuk mengatur warna chat bubble dalam percakapan. Yang kedua adalah Dark Mode, yang baru akan menyusul bersama update selanjutnya.

Messenger 4 akan diluncurkan secara global dalam beberapa minggu ke depan, tapi secara bertahap, bukan serentak. Jadi bersabarlah seandainya Anda belum menerima update-nya.

Sumber: Facebook.

Application Information Will Show Up Here

Instant Games Kini Hadir di Facebook Lite dan Facebook Group

Masih ingat zaman kita membuka Facebook hanya untuk memainkan game seperti FarmVille, Restaurant City, dan lain sebagainya? Era tersebut sudah resmi berakhir sejak kebangkitan industri mobile gaming, akan tetapi bukan berarti Facebook sudah menyerah di bidang gaming.

Sebagai gantinya, Facebook ikut mengarahkan fokusnya ke mobile gaming melalui platform Instant Games, yang memanfaatkan kecanggihan HTML5 agar game dapat konsumen nikmati di perangkat apapun yang bisa dipakai untuk mengakses Facebook.

Konsep Instant Games yang tidak mengharuskan pengguna untuk mengunduh apa-apa sejatinya sangat cocok untuk konsumen di negara berkembang, yang umumnya memiliki akses internet cukup terbatas. Oleh karena itu, Facebook baru-baru ini memutuskan untuk membawa Instant Games ke Facebook Lite.

Di samping itu, Instant Games rupanya juga bakal segera hadir sebagai suatu fasilitas untuk grup Facebook seputar gaming, sehingga pengguna dapat menikmati sederet permainan yang tersedia bersama rekan-rekan sejawatnya. Untuk grup non-gaming, Facebook berencana menghadirkan Instant Games sebagai fitur yang opsional.

Facebook Instant Games

Kehadiran Instant Games di lebih banyak tempat ini pada dasarnya merupakan kabar baik bagi para developer game, apalagi mengingat Facebook sudah membuka aksesnya ke semua developer sejak bulan Maret lalu. Sejumlah opsi monetisasi tentu saja sudah disediakan agar developer bisa memanfaatkan platform ini sebagai lahan bisnis barunya.

Dilansir TechCrunch, pendapatan Facebook dari sektor gaming tentu tidak lagi sebesar pada masa keemasan FarmVille. Kendati demikian, angka $190 juta per kuartal masih tergolong lumayan, dan ini sejatinya yang mendorong Facebook agar tidak patah semangat di ranah gaming.

Belum lama ini, Facebook juga telah merilis portal gaming-nya, fb.gg, sebagai aplikasi mobile – meski baru berstatus beta. Tanpa harus terkejut, Instant Games juga merupakan salah satu fitur yang ditawarkan di aplikasi tersebut.

Sumber: TechCrunch dan Facebook.

Data 29 Juta Akun Facebook Dipastikan Bocor!

Apabila Anda termasuk yang rajin berinteraksi via Facebook, sepertinya sekarang adalah waktu yang tepat untuk memeriksanya keamanan akun Anda. Pasalnya, media sosial nomor satu di dunia, Facebook baru saja mengumumkan bahwa sekitar 30 juta akun Facebook telah diretas, mencakup data nama pengguna, nomor telepon, email dan informasi pribadi lainnya.

Dalam laporan terdahulu dikatakan bahwa peretas memanfaatkan celah di dalam fitur “View As” dengan cara mencuri akses token yang memungkinkan pengguna untuk tetap masuk tanpa harus login setiap kali membuka Facebook. Dalam laporan awal itu, Facebook memperhitungkan ada 50 juta akun terdampak.

Setelah melakukan penyelidikan mendalam, Facebook menemukan angka yang lebih rendah, hanya 30 juta akun namun dengan kerusakan yang cukup menakutkan. Ada sekitar 15 juta pengguna Facebook yang mengalami kebocaran nama pengguna dan informasi kontak termasuk nomor telepon, alamat email, dan informasi kontak lainnya tergantung informasi yang tercantum di profilnya.

Kemudian ada sekitar 14 juta pengguna yang selain dua set informasi yang disebutkan di atas, juga mendapatkan serangan pada informasi jenis kelamin, bahasa, status hubungan, agama, kota asal, kota saat ini, tanggal lahir, jenis perangkat yang digunakan untuk mengakses Facebook, pendidikan, pekerjaan, 10 tempat terakhir yang mereka periksa atau ditandai di web, orang atau halaman yang mereka ikuti, dan 15 pencarian terbaru.

Sisanya, sekitar 1 juta pengguna Facebook diserang tetapi peretas tidak memiliki data pribadi pengguna.

Kabar baiknya, peretas tidak dapat mengakses konten pesan pribadi apa pun, seperti informasi di Messenger, Messenger Kids, Instagram, WhatsApp, Oculus, Workplace, Pages, pembayaran, aplikasi pihak ketiga, akun pengembang dan iklan.

Untuk memeriksa apakah Anda terkena dampak dari kejadian ini, silahkan ke laman bantuan yang sudah disediakan oleh Facebook. Tapi pihak Facebook berjanji akan mengirimkan pesan khusus ke 30 akun terdampak untuk menjelaskan apa yang terjadi dan apa langkah yang harus diambil selanjutnya.

Sumber berita Newsroom.

Facebook Luncurkan Fitur 3D Photos untuk Semua Pengguna

Smartphone berkamera ganda macam iPhone XS memanfaatkan kedua kamera belakangnya untuk menghitung informasi kedalaman (depth), yang pada akhirnya digunakan untuk menyimulasikan efek blur pada foto. Pertanyaannya, cuma inikah kegunaan data depth itu?

Tidak kalau menurut Facebook. Data yang sama rupanya juga bisa dipakai untuk menyulap foto biasa menjadi foto tiga dimensi. Itulah premis yang ditawarkan fitur 3D Photos, yang baru saja Facebook luncurkan ke publik secara luas.

Foto-foto 3D ini bakal bereaksi mengikuti gerakan scroll, pan atau tilt. Efeknya kurang lebih sama seperti ketika kita sedang mengintip sesuatu yang berada di balik jendela. Lebih jelasnya bisa Anda lihat sendiri pada video di bawah ini.

Seperti yang saya bilang, fitur ini memanfaatkan data depth yang ditangkap oleh perpaduan dua kamera belakang iPhone. Ini berarti untuk sekarang pengguna hanya bisa menciptakan foto 3D di Facebook menggunakan iPhone 7 Plus, 8 Plus, X atau XS.

Foto yang dapat diunggah sebagai 3D Photos hanyalah yang diambil menggunakan fitur Portrait Mode. Kendati demikian, 3D Photos dapat dilihat oleh semua pengguna, termasuk para pengguna VR headset.

Agar efek 3D-nya bisa benar-benar terasa, Facebook bilang fotonya harus memiliki objek di foreground sekaligus background. Contohnya, foto keluarga yang sedang berdiri di depan hamparan bunga.

Warna yang kontras juga merupakan faktor penting untuk 3D Photos, demikian pula tekstur. Foto dengan objek yang transparan seperti kaca maupun yang mengilap tidak disarankan karena kerap mengecoh kinerja depth sensor milik perangkat.

Fitur ini pertama diumumkan pada konferensi developer tahunan Facebook di bulan Mei lalu. Facebook berniat menghadirkannya ke semua pengguna dalam beberapa minggu ke depan.

Sumber: Facebook.

Google+ Bakal Ditutup Agustus 2019, Tapi Versi Enterprise-nya Masih Lanjut

Apa kabar Google+? Saya tidak menyalahkan apabila Anda lupa dengan eksistensi media sosial yang satu ini, tapi jika dibandingkan Facebook dan Twitter, Google+ memang sangat tidak laku.

Sejak lama saya bertanya dalam hati, “kapan Google+ bakal ditutup?” Path belum lama ini sudah mengumumkan rencana penutupannya, dan saya semakin penasaran kapan Google bakal mengambil keputusan yang sama. Pertanyaan itu sudah terjawab: Google+ bakal berhenti beroperasi pada akhir Agustus 2019.

Namun yang menjadi alasan penutupannya bukanlah jumlah pengguna yang sedikit – meski Google pada akhirnya mengakui hal tersebut dan mengatakan bahwa 90 persen dari semua sesi penggunaan Google+ berlangsung kurang dari lima detik. Yang dijadikan alasan justru adalah kasus kebocoran data.

Kasus ini pertama dilaporkan oleh Wall Street Journal, lalu Google mengonfirmasinya dan menjelaskannya secara lebih merinci lewat blog resminya. Dijelaskan bahwa ada sebuah bug pada Google+ API yang memungkinkan aplikasi untuk mengakses informasi pada profil pengguna yang statusnya privat.

Bug tersebut sebenarnya sudah ditangani Google sejak bulan Maret lalu, akan tetapi salah mereka adalah tidak menginformasikannya sama sekali ke pengguna. Pembelaan Google adalah mereka sama sekali tidak menemukan bukti penyalahgunaan bug tersebut.

Terlepas dari itu, kasus ini pada akhirnya memaksa Google untuk berbenah. Imbasnya, Google+ pun harus dikorbankan. Namun ternyata yang ditutup hanyalah Google+ versi konsumen, versi enterprise-nya yang terbilang cukup populer masih akan lanjut beroperasi seperti biasa.

Jadi apabila Anda pernah aktif menggunakan Google+ dan merasa ada data yang perlu diselamatkan, Anda masih punya waktu sekitar 10 bulan untuk melakukannya. Dalam beberapa bulan ke depan, Google bakal menyediakan informasi lebih lengkapnya.

Sumber: Google via Engadget.

Dibobol Peretas, 50 Juta Akun Facebook Terkena Dampak

Baru saja skandal Cambridge Analytica mereda, Facebook kembali jadi sorotan menyusul pengakuan baru mereka bahwa pihaknya telah menjadi target serangan siber yang berdampak pada sedikitnya 50 juta akun Facebook.

Dalam sebuah pernyataan, wakil presiden manajemen produk di Facebook, Guy Rosen mengatakan bahwa peretas mengeksploitasi kerentanan dalam fitur ‘view as’, fitur yang memungkinkan pengguna melihat bagaimana profil mereka dilihat oleh orang lain.

Menurut Rosen, serangan peretas itu ditemukan pada hari Selasa setelah peretas mengeksploitasi kerentanan untuk mencuri token akses dari akun yang ditargetkan, yang memungkinkan para peretas untuk mengambil alih akses ke akun-akun tersebut. Token akses adalah kunci digital yang memungkinkan pengguna untuk tetap masuk tanpa harus memasukkan kata sandi setiap kali mengakses kembali akun mereka.

Meski berjanji menjadikan insiden ini sebagai prioritas, Facebook tak menampik belum mengetahui seberapa besar kerusakan yang telah ditimbulkan akibat ulah para peretas. Mereka beralasan saat ini masih melakukan penyelidikan. Facebook pun mengakui belum mengetahui siapa dalang di belakang serangan ini.

Sebagai respon terkini, Facebook mengatakan telah memperbaiki kerentanan dan untuk sementara mematikan fitur “View As” untuk melakukan peninjauan kembali.

Facebook juga mengonfirmasi bahwa akses token ke 50 juta akun terdampak telah disetel ulang, bersama dengan 40 juga akun lain yang khusus menyasar penggunaan fitur View As sebagai langkah pencegahan. Sehingga total akan ada 90 juta pengguna Facebook yang akan dikeluarkan secara otomatis dan diminta untuk login ulang demi alasan keamanan. Agar tak menimbulkan keresahan akibat dari perilaku baru ini, Facebook juga telah menampilkan pemberitahuan di atas News Feed yang menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

Sumber berita NewsrooomFB.

Notifikasi Instagram Sekarang Terlihat Juga di Browser dan Versi Lite

Meski baru saja kehilangan co-foundernya, tak lantas membuat Instagram berhenti berinovasi. Aplikasi berbagi gambar kepunyaan Facebook justru kembali menggulirkan perubahan baru bagi pengguna setianya.

Perubahan yang pertama adalah kehadiran notifikasi bagi pengguna yang mengakses Instagram melalui peramban Chrome. Itu artinya, mereka akan mendapatkan pemberitahuan saat ada pengikut baru atau adanya komentar dan jempol baru dari pengikut yang sudah ada sebelumnya.

Kedua, Instagram juga mulai menguji fitur notifikasi yang sama untuk Instagram Lite, aplikasi versi ringan yang lebih ringkas. Meski baru dalam tahap penggodokan, namun fitur ini secara perlahan mulai memangkas faktor pembeda antara versi lite dan versi standar.

screenshot-www.androidpolice.com-2018-09-26-15-31-28

Untuk versi peramban, sejumlah laporan mengatakan bahwa notifikasi tampil di platform desktop dan mobile. Namun seperti sebelumnya, di versi peramban dan lite ini ketersediaan fitur Instagram masih sangat terbatas. Pengguna belum bisa mengirimkan pesan DM dan mengunggah video, tetapi dari sana pengguna sudah dapat berselancar ria membaca linimasa, mencari postingan tertentu, melihat Stories teman atau jika memang diperlukan mereka bisa menggunggah foto.

Instagram Lite sendiri digulirkan pertama kali di Meksiko. Kabar ini terendus media pada bulan Juni lalu. Tergolong lambat memang, tetapi menurut Techcrunch saat ini Instagram sedang mempertimbangkan untuk memboyong versi ringannya itu ke lebih banyak negara berkembang.

Popularitas Instagram sendiri diprediksi masih akan meroket di tahun-tahun mendatang. Statista memproyeksikan pertumbuhan pengguna Instagram melampaui 111 juta pada tahun 2019. Jadi cukup wajar jika layanan berbagi foto ini terus berbenah dan menyempurnakan semua platform yang ia dukung.

Sumber berita AndroidPolice dan gambar header Medium.

Flickr Perbarui Fitur Gallery Demi Semakin Mempererat Komunitas

Saat Flickr diakuisisi oleh SmugMug pada bulan April lalu, banyak konsumen yang merasa lega mengetahui bahwa layanan yang mereka gunakan itu tak lagi dioperasikan oleh korporasi besar, melainkan oleh perusahaan yang betul-betul peduli terhadap komunitas fotografi sejak lama. Anggapan itu benar, dan Flickr baru saja membuktikannya.

Mereka baru saja memperbarui fitur Gallery. Gallery pada Flickr sejatinya bisa dianggap sebagai alat bantu untuk mempererat komunitas. Dalam Gallery, yang dipertunjukkan bukanlah foto kita sendiri, melainkan foto dari pengguna lain yang kita kurasi dan kemas menjadi kisah visual yang menarik.

Pembaruan yang paling utama adalah, jumlah foto yang bisa ditambahkan ke Gallery sekarang naik drastis dari 50 menjadi 500. Agar lebih memudahkan proses kurasinya, pengguna sekarang bisa menambahkan beberapa foto sekaligus langsung dari Faves ke Gallery.

Flickr redesigned Galleries

Layout tampilannya pun juga ikut diperbesar mengikuti tren layar gadget yang membesar dan meninggi resolusinya. Tampilan daftar Gallery yang pengguna buat juga telah didesain ulang agar menampilkan tiga foto di setiap Gallery (satu cover photo, dua lainnya foto terakhir yang ditambahkan).

Selebihnya, fungsi Gallery tidak berubah. Mengganti cover photo tetap bisa dilakukan kapan saja pengguna mau, begitu pula mengedit judul maupun deskripsikan. Singkat cerita, penyempurnaan Gallery ini sekali lagi bisa kita lihat sebagai penekanan Flickr terhadap pentingnya komunitas pasca diakuisisi oleh SmugMug.

Sumber: Flickr.

Selain Live Video, Twitter dan Periscope Kini Juga Tawarkan Live Audio

Live video sudah menjadi makanan sehari-hari pengguna Twitter selama sekitar tiga tahun semenjak mereka mengakuisisi Periscope. Tipe konten itu tak lagi eksklusif di tahun 2018, akan tetapi Twitter telah menyiapkan penawaran lain yang masih tergolong cukup langka, yakni live audio.

Ya, selain menyiarkan live stream video, pengguna Twitter dan Periscope sekarang juga dapat menyiarkan live stream audio saja. Ingin eksis tapi tak mau wajah tanpa make-up Anda dilihat banyak orang? Manfaatkan saja fitur ini. Breaking news yang masih dalam tahap developing dan belum dilengkapi laporan dalam bentuk video pun juga dapat memanfaatkan fitur ini.

Cara menggunakannya sangat mudah, dan pada dasarnya tidak berbeda dari live video. Jadi usai mengklik tombol “Go Live” seperti biasanya, pengguna sekarang juga akan menjumpai icon mikrofon untuk berganti ke mode audio-only. Selain dua skenario penggunaan di atas, tentu saja fitur ini juga bisa dimanfaatkan untuk membuat semacam mini-podcast.

Seperti halnya live video, siaran live audio juga dilengkapi dengan statistik lengkapnya, mulai dari jumlah pendengar, jumlah yang me-replay, waktu yang dihabiskan pendengar, dan sejumlah data lainnya. Seumpama 280 karakter masih belum cukup untuk menyampaikan unek-unek Anda, fitur ini tentu bisa dijadikan alternatif.

Sayangnya, untuk sekarang yang baru bisa menikmatinya adalah pengguna Twitter dan Periscope di iOS. Twitter sama sekali belum menyinggung kapan fitur ini akan tersedia di platform lain. Kendati demikian, semua pengguna tanpa terkecuali tetap bisa menikmati konten live audio yang beredar, hanya saja mereka belum bisa ikut membuatnya.

Sumber: TechCrunch.