Grab Gandeng PayTren Sebagai Mitra Strategis [UPDATED]

Grab resmi menggandeng PayTren sebagai mitra strategis yang diumumkan lewat penandatanganan perjanjian kerja sama. Sebagai langkah awal, pada pertengahan Januari 2018, Grab akan memanfaatkan jaringan PayTren untuk merekrut mitra pengemudi baru melalui aplikasi PayTren.

Mitra PayTren, yang kini sudah menyentuh angka 1,7 juta orang, akan diberikan pelatihan bagaimana cara mendaftarkan mitra pengemudi Grab yang baru. Mitra juga terbuka untuk digandeng sebagai mitra pengemudi Grab.

Kemitraan strategis ini berlaku selama lima tahun dengan evaluasi secara berkelanjutan.

“Ini adalah kemitraan yang kuat, tidak ada investasi atau akuisisi. Kami melihat dengan kolaborasi bersama perusahaan lokal akan memperlebar akses untuk orang-orang yang ingin bergabung ke Grab,” terang Managing Director GrabPay Southeast Asia Jason Thompson, Rabu (13/12).

Dari kemitraan strategis ini, setidaknya ada dua angle yang dibidik ketiga perusahaan (Grab, Kudo, dan PayTren). Pertama, bagi Grab jadi salah satu upaya untuk mempersiapkan ekosistem GrabPay. Diharapkan setiap mitra PayTren berpotensi menjadi nasabah GrabPay karena mereka akan membutuhkan sistem pembayaran yang bisa difasilitasi GrabPay.

“Ujung-ujungnya ke arah inklusi keuangan. Kita enggak akan bawa ini ke kota besar saja, secepatnya ke seluruh Indonesia, di mana kita berada tersebar di 104 kota bisa pakai GrabPay,” jelas Managing Director GrabPay Indonesia Ongki Kurniawan.

Menurut Ongki, berkat kemitraan ini ketiga perusahaan memiliki aset yang bisa digunakan untuk keuntungan bersama.

Manfaatkan teknologi Kudo untuk PayTren

Angle kedua adalah pemanfaatan teknologi Kudo untuk dukung sistem keamanan di PayTren. Menurut Founder dan Owner PayTren Yusuf Mansur, teknologi yang dihadirkan Kudo juga mendukung langkah perusahaan agar tetap selaras dengan aturan Bank Indonesia, apabila PayTren berhasil mengantongi lisensi uang elektronik. Yusuf Mansur optimis pihaknya yakin akan mendapat lisensi tersebut.

“Kami yakin pasti dapat, Insya Allah. Ketika sudah dapat itu, PR-nya adalah penguatan sistem dan teknologi. Kami enggak becanda ketika bicara ini, takut ada fraud makanya perlu kerja sama dengan perusahaan teknologi yang di-back-up dengan baik,” kata Yusuf Mansur.

Secara aturan yang ditetapkan BI, perusahaan yang mengajukan izin harus memiliki persyaratan, salah satunya data center dan disaster recovery center berlokasi di Indonesia ketika bersinggungan dengan perlindungan data transaksi nasabah. Kedua syarat ini disebutkan sudah dipenuhi Kudo.

“Secara aturan Kudo sudah comply dengan aturan di BI. Terlebih kami dan PayTren adalah sama-sama perusahaan lokal,” kata CEO dan Co-Founder Kudo Albert Lucius.

Untuk pengembangan kolaborasi antara Kudo dengan PayTren, menurut Albert, nantinya akan ada produk Kudo maupun PayTren yang hadir di masing-masing platform. Hal ini dimaksudkan agar mendorong para pengusaha untuk berjualan, hingga pada akhirnya dapat meningkatkan taraf kesejahteraan.

“Ini kan kerja sama, jadi lebih ke pengembangan servis saling melengkapi. Saat ini pembahasannya masih di sana dan belum ada pembicaraan untuk dilebur.”

Peleburan aplikasi Grab dan Kudo

Saat ditanya mengenai proses peleburan Grab dengan Kudo, Albert menjelaskan proses peleburan sudah dimulai terlihat dari aplikasi Grab yang kini mulai menyediakan jasa pembelian pulsa di Grab Rewards. Meskipun demikian ini baru sekadar layanannya.

Pasalnya, Grab memiliki dua aplikasi yang berbeda, satu untuk mitra pengemudi, satu lagi untuk pengguna. Sementara Kudo hanya memiliki satu aplikasi untuk mitra pengusaha. Menurutnya, peleburan aplikasi akan dilakukan secara perlahan-lahan.

“Jadi enggak mungkin tiba-tiba di-merge [aplikasi Grab dan Kudo]. Tapi kalau servisnya Kudo yang di-plug ke Grab itu sudah bisa dan sudah dimulai dari sekarang. Nanti semua servis Kudo bisa masuk ke Grab,” pungkas Albert.

Update: Kami menambahkan kutipan dari tiga perwakilan perusahaan

Monika Rudijono Menjadi Presiden Direktur Uber Indonesia

Uber mengumumkan penunjukan Monika Rudijono sebagai Presiden Direktur Uber Indonesia efektif per bulan Januari 2018. Monika sebelumnya adalah Presiden Direktur Grey Group Indonesia, agensi periklanan terkemuka, dan memiliki gelar Business Administration in Marketing and Finance dari UC Berkeley’s Haas School of Business.

Monika akan mengisi kekosongan posisi yang ditinggalkan Alan Jiang sejak awal tahun ini. Alan mengundurkan diri terkait skandal penyuapan yang melibatkan pegawai lokal. Meskipun isu ini tidak ramai dibahas di ranah lokal, hal ini mendorong Uber secara global, di bawah kepemimpinan CEO baru Dara Khosrowshahi, untuk mempraktikkan bisnis yang lebih “bersih”.

Monika sendiri memiliki pengalaman sekitar 20 tahun berkecimpung di dunia agensi periklanan dan pemasaran. Selain Grey Indonesia, ia sempat berkiprah di FCB, Leo Burnett, dan Isobar.

Dalam pernyataannya, Monika menyebutkan, “Ridesharing telah mengubah bagaimana Indonesia bergerak, dan menghadirkan kesempatan-kesempatan ekonomi bagi jutaan orang. Saya sangat senang menjadi bagian dari perubahan ini, dan memimpin babak baru transformatif untuk perjalanan Uber di negara yang saya banggakan.”

Monika memiliki tugas memimpin Uber menghadapi kompetisi yang lebih ketat di sektor on-demand yang terus bertumbuh, dengan pesaing GO-JEK dan Grab. Uber di Indonesia masih fokus di sektor transportasi dan pengiriman barang dan sudah hadir di 34 kota dan 7 provinsi.

Mereka masih belum meluncurkan layanan pengiriman makanan UberEATS yang tadinya diharapkan hadir tahun 2017 ini.

“Teknologi Uber menghadirkan manfaat bagi jutaan penumpang dan mitra-pengemudi di seluruh Indonesia, dan bersama tim yang kuat dan terus berkembang, kami terus berkomitmen pada sumber daya manusia, inovasi produk dan kemitraan di Indonesia,” ungkap Chief Business Officer Uber Asia Pasifik Brooks Entwistle.

Application Information Will Show Up Here

BRI Segera Hadirkan Layanan Chatbot untuk Nasabah

Bank Rakyat Indonesia (BRI) akan mengeluarkan platform chatbot sebagai salah satu solusi perseroan agar terus selaras dengan perkembangan teknologi. Untuk mengimplementasi teknologi ini, BRI menggandeng Kata.ai sebagai pihak pengembangnya.

Kehadiran chatbot diharapkan dapat melayani nasabah BRI untuk mengakses layanan perbankan kapan pun dan di mana pun lewat smartphone mereka.

“Kami akan resmikan chatbot BRI pada hari ulang tahun kami yang ke-122, akan jatuh pada 16 Desember 2017,” terang Executive Vice President BRI Kaspar Situmorang di sela-sela diskusi panel yang diadakan Kata.ai, Selasa (12/12).

Secara terpisah, kepada DailySocial, Kaspar menerangkan untuk sementara chatbot baru bisa melayani fitur standar perbankan, seperti cek transaksi, info dan promo, dan lainnya. Chatbot ini juga baru bisa diakses lewat platform messaging Facebook Messenger. Kemungkinan perseroan akan membawa chatbot ini ke WhatsApp pada tahun depan.

Menurutnya, kehadiran chatbot dapat menjadi strategi perseroan dalam meningkatkan engagement dengan nasabah, sekaligus upaya menjaring nasabah baru. Saat ini BRI memiliki 52 juta nasabah tersebar di seluruh Indonesia, sementara pengguna internet banking dan SMS banking mencapai 16 juta nasabah.

Penerapan chatbot di perbankan

BRI akan menjadi bank ketiga yang mengimplementasi teknologi chatbot di Indonesia, setelah BCA dengan Vira dan BNI dengan Cinta (bekerja sama dengan Bang Joni).

BCA menghadirkan chatbot untuk memberikan informasi dan promosi terkini, juga transaksi perbankan mulai dari cek saldo, cek mutasi rekening, info kartu kredit, dan administrasi. Vira hadir di tiga platform messaging, yaitu Facebook Messenger, Line, dan Kaskus Chat.

Sementara untuk Cinta, nasabah BNI dapat melakukan kegiatan perbankan lewat percakapan via Facebook Messenger dan Direct Message di Twitter. Chatbot Cinta juga dihadirkan dalam mobile banking BNI dengan opsi Chat Now.

Kata.ai Hadirkan Produk Baru “Kata Bot Platform”, Bantu Startup Miliki Chatbot Sendiri

Kata.ai, startup yang bergerak di bidang kecerdasan buatan (AI), meresmikan produk baru Kata Bot Platform untuk membantu developer startup miliki chatbot sendiri. Tidak hanya untuk startup, platform ini juga disasar untuk developer dari perusahaan skala besar.

“Bila diibaratkan kami membuat rel yang bisa dipakai untuk bangun chatbot sendiri oleh para developer, bisa berkreasi semau mereka. Platform ini memenuhi standar industri, aman, serta dapat menangani perkembangan skala setinggi apapun,” terang CEO Kata.ai Irzan Raditya, Selasa (12/12).

Menurut Irzan, chatbot itu sendiri sebenarnya bisa dibuat oleh siapapun, hanya saja ada tantangan tersendiri saat hendak membawanya ke tingkat lebih lanjut. Apalagi saat harus menciptakan percakapan yang menarik dengan pelanggan. Antara lain, manajemen konteks, manajemen saluran, dan pengolahan bahasa secara alami.

Kata Bot Platform diklaim menangani seluruh tantangan tersebut dan menyajikannya dalam platform yang rapi. Sehingga memungkinkan developer untuk berkonsentrasi dan memastikan pengguna chatbot bisa menikmati pengalaman yang mulus.

Di dalam Kata Bot Platform, Kata.ai menyediakan kerangka kerja yang mengintegrasikan pengelolaan infrastruktur dan machine learning untuk proses pengembangan chatbot dari awal hingga akhir.

Developer pun juga dibebaskan untuk mengembangkan kemampuan chatbot hingga level tiga. Pengembangan chatbot, menurut Irzan, memiliki tiga level tingkatan. Pada level pertama, chatbot bottom based, kemudian disusul chatbot dengan Natural Language Processing (NLP) yang dapat memahami percakapan sehari-hari.

Terakhir, di level tertinggi chatbot dengan kemampuan personalisasi atas big data konsumen yang dikumpulkan brand.

“Developer startup dapat mengembangkan platform chatbot yang sudah mereka buat, tidak hanya dari level pertama saja tapi sampai ke level ketiga. Inilah yang membedakan kami dengan produk lainnya yang sudah beredar di pasaran.”

Kehadiran platform ini, diharapkan dapat membantu pelaku bisnis lebih cepat dalam meluncurkan chatbot mereka sendiri. Di saat yang bersamaan, mereka dapat menurunkan biaya investasi untuk penelitian dan pengembangan teknologi dari nol.

Kata Bot Platform sendiri baru resmi dihadirkan untuk publik pada hari ini, (12/12). Sejauh ini produk tersebut sudah diuji coba 20 perusahaan startup.

Sebelumnya, startup pengembang kecerdasan buatan lainnya BangJoni juga membuka mesinnya BJtech ke publik. Hal ini membuka kesempatan kepada pelaku bisnis atau individu mengembangkan chatbot sendiri dalam aplikasi, situs, atau platform lainnya.

Pencapaian dan rencana Kata.ai

Selain mengumumkan produk baru, Kata.ai juga mengungkapkan kinerjanya setahun setelah pivot dari YesBoss yang lebih menyasar pengguna dari kalangan B2C. Kata.ai diklaim mengalami pertumbuhan revenue hingga 34 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya, tanpa menyebutkan nominal.

Dilihat dari jumlah klien, Kata.ai telah bermitra dengan 10 perusahaan. Mulai dari Telkomsel (Veronika), Unilever (Jemma), Microsoft Indonesia (Rinna), Infomedia, Qiscus, Skyshi, Prism, Codigo, dan lainnya. Dilihat dari total pengguna dari seluruh platform, pengguna yang memakai Kata.ai mencapai 26 juta pengguna dengan 200 juta perputaran pesan.

Tahun depan Kata.ai akan tetap fokus pada pengembangan chatbot berbasis pesan teks, sambil mempersiapkan chatbot berteknologi baru lainnya. Salah satu teknologi yang kemungkinan akan dikembangkan adalah chatbot berbasis suara.

Menurut CMO Kata.ai Reynir Fauzan, tahun depan Kata.ai akan mengumumkan berbagai inisiasi baru dengan berbagai perusahaan untuk terus membawa teknologinya agar dapat diimplementasikan ke berbagai sektor bisnis. Salah satunya, mengumumkan kemitraan dengan BRI.

Helpster Bukukan Pendanaan Pra-Seri A Senilai 33,8 Miliar Rupiah, Tetap Fokus di Pasar Indonesia dan Thailand

Hari ini (12/12) pengembang platform penyedia tenaga kerja temporer asal Thailand Helpster mengumumkan penutupan putaran pendanaan pra-seri A sebesar 33,8 miliar yang dipimpin oleh Mojo Partners dan Wavemaker. Investor sebelumnya, termasuk Convergence Ventures, turut berpartisipasi dalam pendanaan tersebut. Dengan pendanaan ini, Helpster berhasil mengumpulkan total pendanaan senilai 67,7 miliar rupiah.

Seperti diketahui sebelumnya, Helpster melakukan ekspansi pertamanya ke Indonesia pasca pendanaan awal yang diterima pada akhir 2016 lalu. Mencoba menguasai dua pangsa pasar tersebut, Indonesia dan Thailand, saat ini Helpster memiliki anggota tim sebanyak 60 orang. Helpster didirikan oleh Mathew Ward dan John Srivorakul, yang sebelumnya mendirikan Admax Network, Ardent Capital, Ensogo, dan aCommerce.

“Helpster berbeda dari aplikasi lain karena kami beroperasi seperti agen tenaga kerja resmi. Kami mengelola proses kepegawaian end-to-end. Mulai dari screening, wawancara, hingga pembayaran gaji, semua termasuk ke dalam deskripsi kerja kami. Pada akhirnya, kami ingin menciptakan kembali model agen tenaga kerja baru di wilayah ini,” sambut Ward.

Di Bangkok dan Jakarta, Helpster mengaku telah berhasil memfasilitasi ribuan pekerja untuk mendapatkan pekerjaan temporer setiap bulannya. Bisnis ini memiliki tingkat pertumbuhan month-to-month sebanyak 100 persen dalam hal jumlah hari kerja yang dilakukan oleh penggunanya. Beberapa pelanggan awal platform Helpster di Indonesia termasuk Ismaya Group, Lazada, dan Union Group.

Helpster cukup percaya diri dengan debutnya, karena ditaksirkan pasar tenaga kerja temporer di wilayah Asia Tenggara dapat menghasilkan hingga 94,8 triliun setiap tahunnya. Di lain sisi sebanyak 35 persen pelaku bisnis di wilayah tersebut menginginkan solusi tenaga kerja yang lebih efektif. Dari sisi pengguna (pekerja), Helpster membantu dengan memberikan notifikasi mengenai lowongan kerja dalam aplikasi, serta membebaskan mereka untuk memilih pekerjaan yang ingin mereka lakukan.

Ward menambahkan bahwa penggunaan platform digital sangat penting di Asia Tenggara.

“Ada 100 juta pekerja di Asia Tenggara yang bekerja di bidang jasa. Sebanyak 40 persen dari mereka terikat kontrak atau mengambil kesempatan kerja seadanya dan  menemukan pekerjaan melalui saluran offline, namun mayoritas dari mereka kini lebih memilih untuk menggunakan smartphone. Teknologi kini dapat membantu para pelaku bisnis dan pekerja untuk saling menemukan dan terhubung satu sama lain.”

Application Information Will Show Up Here

Grab dan Garuda Indonesia Jalin Kerja Sama Strategis

Hari ini (11/12) Grab dan Garuda Indonesia resmi menandatangani sebuah nota kesepahaman untuk memulai kerja sama strategis antar perusahaan. Secara umum bagi pengguna, kerja sama ini akan menghubungkan program loyalitas dari kedua perusahaan untuk bisa dinikmati secara bersama. Sebelumnya kerja sama serupa juga telah dilakukan Grab bersama Singapore Airlines pada awal Oktober lalu.

Para pengguna maskapai Garuda Indonesia kini dapat menikmati manfaat voucher GrabGift untuk pembelian tiket Garuda Indonesia secara online. Sebaliknya, pelanggan Grab di Indonesia juga akan memiliki kesempatan untuk menjadi anggota GarudaMiles dan menukarkan akumulasi poin GrabRewards yang dimilikinya dengan GarudaMiles.

GarudaMiles merupakan produk layanan yang diperuntukkan bagi pelanggan setia Garuda Indonesia. Dikabarkan kini telah memiliki jumlah lebih dari 1,6 juta anggota dengan 6 tingkatan keanggotaan. Sedangkan GrabRewards merupakan program loyalti Grab.

“Kerja sama ini merupakan upaya terus-menerus Garuda Indonesia untuk memberikan nilai lebih bagi para pengguna jasanya, khususnya dalam memberikan lebih banyak pilihan untuk menukarkan GarudaMiles yang dimiliki. Sementara itu, bagi pengguna Grab, dengan memiliki GarudaMiles, pemegang kartu dapat mengakses layanan dan kemudahan berbagai mitra, dan bandara di seluruh dunia. Data mileage atau jarak tempuh perjalanan dapat juga ditukar dengan manfaat perjalanan dan benefit lain yang tersedia,” sambut Direktur Utama Garuda Indonesia, Pahala N. Mansury.

Selain bagi pengguna, kerja sama strategis ini juga akan dimanfaatkan untuk memberikan nilai tambah bagi karyawan Garuda Indonesia. Melalui program Grab for Business, kini para karyawan dapat memanfaatkan layanan transportasi Grab untuk kebutuhan sehari-hari. Grab juga akan menjadi mitra transportasi on-demand guna memaksimalkan jaringan layanan door-to-door Cargo Garuda Indonesia.

Managing Director Grab Indonesia, Ridzki Kramadibrata dalam sambutannya mengatakan, “Grab dan Garuda Indonesia memiliki komitmen yang sama untuk senantiasa berinovasi dan memberikan pengalaman berkendara terbaik dan aman kepada para pelanggan. Melalui integrasi program loyalitas GrabRewards dengan GarudaMiles, kami berharap dapat menjadikan perjalanan para pelanggan lebih bermakna dan sarat manfaat. Kami menyambut gembira kerja sama strategis ini dan akan fokus untuk pada peningkatan pengalaman pengguna secara berkesinambungan dengan memanfaatkan jaringan layanan kami yang luas.”

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Survei IoT Forum: Ada Ekspektasi dan Minat Cukup Tinggi terhadap Laboratorium IoT

Industri Internet of Things (IoT) di Indonesia belum begitu sepopuler industri e-commerce maupun fintech. Namun dalam beberapa tahun belakangan mulai banyak pengembang yang melakukan riset, bergabung dengan komunitas atau pun workshop dan seminar bertajuk IoT. Cukup banyak kebutuhan bagi para pengembang maupun pebisnis IoT di Indonesia, salah satunya adalah adanya laboratorium IoT.

Dari survei yang diadakan IoT Forum, kebanyakan narasumber menginginkan keberadaan adanya laboratorium IoT untuk membantu mengembangkan produk IoT dan mempercepat komersialisasi solusi IoT di Indonesia.

Survei disampaikan Founder IoT Forum Teguh Prasetya dalam rangka mewujudkan upaya menggapai pasar IoT yang diperkirakan akan tumbuh mencapai Rp 444 Triliun di tahun 2022 dan dengan kebutuhan perangkat perangkat atau sensor sebesar 400 juta di tahun 2022. Hasil riset yang melibatkan 112 responden dari berbagai latar belakang seperti pegawai perusahaan, pengusaha, mahasiswa, dosen, peneliti, dan regulator yang bergerak di industri TIK menunjukkan ada ekspektasi dan minat yang cukup tinggi akan peran laboratorium IoT untuk membantu membuka akses ke pasar potensial.

“Mayoritas mereka ingin bergabung dengan Lab IoT untuk belajar dan merasakan pengalaman mengembangkan produk IoT sembari membangun jejaring dengan stakeholders dalam industri ini. Sebanyak 72,3% responden bahkan sudah memiliki ide dan berniat mengembangkan produk mereka sendiri,” terang Teguh.

Laboratorium IoT juga disebut mampu menawarkan ekosistem yang mampu mengumpulkan pengembang, pengguna akhir, dan inovator untuk menjalin kolaborasi atau kerja sama demi menghadapi tantangan nyata menuju pasar komersial.

Teguh menjelaskan regulator bisa membantu dengan memberikan proteksi atau pun insentif, salah satunya dengan menerapkan kebijakan sandbox, khususnya untuk perkembangan IoT yang fleksibel sehingga memberikan ruang bagi para pengembang, mulai dari ide, perencanaan, pengembangan, sampai dengan komersialisasi.

Laboratorium IoT idaman

Hasil survei yang telah dilakukan mencatat mayoritas responden mengharapkan laboratorium IoT yang dimiliki murni oleh swasta atau pemerintah, kemudian prioritas selanjutnya adalah independen dan yang terakhir adalah laboratorium milik institusi pendidikan.

Dari hasil survei terlihat bahwa responden menginginkan laboratorium yang komplit, baik dari segi teknologi maupun dari segi industri. Ada 87,5% yang berpendapat IoT bisa memberikan manfaat khususnya untuk akses terhadap pasar komersial dan kesempatan bekerja sama dengan multi stakeholder. Harapan lainnya juga soal kesempatan mendapat pendanaan hingga kemudahan mengenai legal atau regulasi.

Untuk teknologi, responden terlihat menginginkan laboratorium yang canggih yang mendukung penerapan teknologi mutakhir. Mulai dari lingkup tersedianya platform, jaringan, perangkat dan aplikasi menjadi keinginan para responden. Untuk lokasi laboratorium, mayoritas (77% responden) menginginkan berlokasi di tengah kota dan mudah dijangkau oleh sarana transportasi publik.

spesifikasi IoT forum

Penerapan teknologi mutakhir seperti perangkat pengukuran dan uji coba, NB-IoT (Narrow Band) atau LoRa, AI, Big Data, Cloud, Wearable device dan lainnya juga menjadi harapan bagi 90% responden. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden menginginkan “kemewahan” dari segi teknologi.

Disampaikan Founder DyCodeX Andri Yadi, sebagai maker atau pengembang IoT, laboratorium IoT sebaiknya tidak hanya fokus pada riset dan pengembangan, namun juga bisa membantu produksi dalam volume terbatas.

“Perlu ada fasilitas untuk melakukan produksi dalam jumlah terbatas untuk memproduksi perangkat IoT seperti sensor atau actuators, guna memenuhi kebutuhan piloting atau trial atau Proof of Concept. Hal ini sangat mahal kalau dilakukan di luar negeri,” ujarnya.

GO-JEK Mulai Ekspansi Tahun 2018, Filipina Jadi Tujuan Pertama

GO-JEK akan melebarkan sayap ke Filipina di tahun 2018 mendatang. Selain itu, negara-negara Asia Tenggara juga tidak luput dari pengawasan GO-JEK sebagai tempat ekspansi selanjutnya. Hal tersebut diinformasikan CTO GO-JEK Ajey Gore, seperti dikutip dari Reuters. Selain rencana ekspansi regional, GO-JEK juga akan menambah layanan baru, seperti pengambilan dan pengantaran laundry dan peletakan charging station di sejumlah tempat.

Dalam pemberitaan tersebut, Gore menyebutkan bahwa seluruh negara di Asia Tenggara berada dalam radar GO-JEK dalam tiga, enam, atau dua belas bulan mendatang. Filipina akan menjadi yang pertama untuk rencana ekspansi ini. Bisa jadi karena karakter masyarakat dan penetrasi metode pembayaran digitalnya yang tidak jauh berbeda. Di Filipina, GO-JEK disebutkan akan menguji coba layanan transportasi dan layanan pembayaran digital.

Secara umum, pasar Asia Tenggara kini menjadi arena persaingan Uber dan Grab. Masuknya GO-JEK, yang selama ini menguasai pasar Indonesia, bakal membawa dinamika baru. GO-JEK sepanjang tahun ini dikabarkan mencari pendanaan baru senilai total $1,2 miliar, dengan Tencent dan JD.com dipastikan menjadi salah satu pendukungnya.

Tahun 2018 akan menjadi tahun yang sibuk bagi GO-JEK. Selain kabar mengenai ekspansi ini, GO-JEK sebelumnya juga disebutkan telah berinvestasi di startup ride sharing Bangladesh, Pathao. Tahun depan juga bakal menjadi pembuktian GO-PAY yang bakal menjadi platform pembayaran independen, tak hanya untuk kegiatan di dalam ekosistem GO-JEK.

Application Information Will Show Up Here

MailTarget Mengumumkan Perolehan Dana Awal dari Azure Ventures dan “Angel Investor”

Startup SaaS yang fokus di otomasi pemasaran email MailTarget mengumumkan dua kali perolehan dana di tahun 2017 yang tidak disebutkan jumlahnya. Perolehan pertama dari Azure Ventures, sementara yang kedua dari seorang angel investor yang tidak disebutkan namanya. Fokus pendanaan kali ini untuk mengembangkan produk dan mengembangkan tim, khususnya di segmen penjualan dan pemasaran.

“Kami membutuhkan pendanaan ini untuk mengembangkan team Sales, Marketing, dan Customer Success; dan menjalankan purpose kami, yaitu ‘mendigitalkan Indonesia’, yang artinya akan banyak porsi edukasi untuk para UKM Indonesia.”

MailTarget, yang didirikan akhir tahun 2016 oleh Yopie Suryadi, Masas Dani, dan Johan Tahardi, diklaim sedang dalam fase pertumbuhan yang bagus. Kepada DailySocial, CEO MailTarget Yopie Suryadi mengatakan mereka memiliki 730 klien berbayar dan sudah mampu membiayai operasional dari pendapatannya.

Yopie mengungkapkan, “UKM memang market yang besar, namun ini juga market yang terkenal sangat keras tantangannya, sebab butuh sumber daya dan dana yang tidak sedikit untuk mengedukasi. Memasuki pasar UKM butuh strategi tertentu, jika tidak ingin kehabisan napas di tengah jalan.”

“Untuk tim teknis, [..] kami akan menambah developer tidak terlalu banyak untuk membantu pengembangan fitur-fitur lainnya,” lanjutnya.

Azure Ventures bisa dibilang masih baru di kancah industri startup Indonesia. Meski tidak menyebutkan jumlah dana kelolaannya, mereka memastikan saat ini fokus berinvestasi di sektor SaaS.

Managing Partner Azure Ventures Felix Setyomulyono tentang pendanaan ini menyebutkan, “Startup SaaS akan naik daun dalam waktu 1 atau 2 tahun lagi di Indonesia karena mereka memecahkan masalah business process yang artinya membuat impact dalam performa perusahaan.”

Rencana ke depan

Para pendiri MailTarget
Para pendiri MailTarget

Yopie mengatakan secara performa pihaknya terus berinovasi dan kini telah mencapai kecepatan pengiriman hingga 300 email per detik.

“Setiap landing page yang sudah dibuat bisa menggunakan domain masing-masing UKM dan bisa ditaruh Google Analytics ID serta Facebook Pixel untuk keperluan retargeting ads yang sedang tren saat ini,” ungkapnya.

Ke depannya MailTarget disebutkan ingin menjadi suatu perangkat all-in-one yang bisa membantu UKM membantu kegiatan pemasaran digital. Yopie juga menyebutkan pemanfaatan teknologi machine learning untuk pengembangan produk.

Ia menyebutkan machine learning system akan membantu pengguna untuk mengukur performa pemasaran digital mereka. MailTarget juga akan mengembangkan asisten personal digital untuk memberikan rekomendasi bagi para pengguna, termasuk melakukan kegiatan email sederhana berdasarkan machine learning.

Yopie menyebutkan pihaknya optimis menyongsong tahun 2018.

“Kami membangun MailTarget karena produk dan bisnisnya sendiri sudah matang. Secara bisnis, kami akan berusaha untuk mencapai BEP di tahun 2018,” tutupnya.

Aplikasi Keanggotaan Restoran Premium “Alacarte” Resmi Meluncur

Aplikasi keanggotaan restoran premium Alacarte resmi meluncur di Jakarta, hari ini (7/12) setelah lakukan tes beta selama tiga bulan belakangan. Alacarte memberikan penawaran hidangan kepada para anggotanya berupa beli-1-gratis-1 (buy-one-get-one) di restoran ternama yang sudah menjadi mitra. Anggota akan menikmati penawaran mulai dari makanan pembuka, hidangan utama, makanan pencuci mulut, koktail, dan lainnya. Sasaran penggunanya adalah kalangan menengah hingga ke atas, sampai profesional muda.

Ide mendirikan Alacarte dimulai sejak awal 2017 oleh Ferdinand Sutanto (CEO), Low Meng Ee Kenneth (COO), dan Philip Chen (Direktur). Ketiganya melihat di Jakarta saja, terdapat lebih dari 380 juta transaksi di restoran senilai US$1,5 miliar dalam setahun.

Dari angka tersebut, terlihat bahwa orang Jakarta suka menyantap makanan bersama di restoran. Akan tetapi, permasalahannya terletak di kemacetan sehingga opsi untuk santap bersama tersebut jadi terkendala karena harganya yang mahal.

“Kami ingin menjembatani kebutuhan pemilik restoran dan pelanggan dengan memperkenalkan produk yang dapat menguntungkan kedua belah pihak. Anggota dapat menjelajahi restoran baru sambil menghemat hingga 50% dari total tagihan,” terang CEO Alacarte Ferdinand Sutanto, Kamis (7/12).

Ferdinand mengungkapkan perusahaan telah menerima investasi dari angel investor dengan identitas yang dirahasiakan. Aplikasi Alacarte sudah tersedia di Google Play Store dan App Store.

Menghemat dengan berlangganan

Dia mengklaim dengan keanggotaan, pengguna Alacarte bisa menghemat sebanyak lebih dari Rp50 juta per tahun. Asumsi ini diambil dari jumlah restoran yang sudah jadi mitra dihubungkan dengan penghematan hingga 50% dari total tagihan.

Untuk menikmati penawaran tersebut, pengguna diwajibkan membayar sejumlah uang keanggotaan. Ada dua tipe keanggotaan yang ditawarkan, yaitu lite membership dengan membayar Rp199 ribu berlaku untuk mencoba selama satu bulan saja sebelum membeli membership tahunan. Sementara, untuk premium membership dengan membayar Rp599 ribu berlaku selama satu tahun.

Mekanisme kemitraan antara Alacarte dengan restoran, jadi setiap restoran menyediakan tiga jenis promosi beli-1-gratis-1. Anggota premium dapat memilih ketiganya secara sekaligus, namun tidak bisa redeem kembali untuk promosi yang sama. Jangka waktu redeem sepanjang tahun keanggotaan aktif.

Sementara untuk anggota lite, mereka hanya bisa memilih satu dari tiga promosi yang ingin mereka kehendaki. Setelah dipilih, secara otomatis dua promo lainnya akan terblokir sehingga tidak bisa digunakan.

Menurut Ferdinand dengan mekanisme tersebut, tentunya akan menguntungkan pemilik restoran beserta anggota. Bagi pemilik restoran, mereka akan mendapat konsumen baru yang sesuai dengan target pasarnya main, meningkatkan jumlah kunjungan, dan meningkatkan cross-sell melalui penawaran beli-1-gratis-1. Sedangkan bagi anggota, mereka dapat menikmati restoran baru dengan biaya yang hemat dikantong.

Saat ini, Alacarte baru bermitra dengan restoran berskala menengah ke atas yang berlokasi di Jakarta dengan total lebih dari 100 restoran. Terdapat lebih dari 300 penawaran yang bisa dinikmati anggota.

Application Information Will Show Up Here