Sepak Terjang Angon Digitalkan Proses Beternak di Indonesia

Jika waktu kecil akrab dengan permainan Tamagochi, itu adalah konsep yang paling mudah untuk menjelaskan bagaimana cara kerja Angon. Startup berbasis di Yogyakarta ini mencoba merambah dunia pertanian dengan pendekatan digital. Persisnya mereka berusaha menjadi jembatan antara orang yang ingin beternak (member), peternak rakyat, dan sentra peternakan.

Untuk mengetahui secara lebih gamblang bagaimana proses bisnis hingga visi Angon, DailySocial berbincang dengan Founder & CEO Angon Agif Arianto. Dalam pemaparannya, ide Angon muncul dari kegemaran Agif beternak sejak ia berada di bangku SMA. Dari hobinya tersebut ia menemui banyak permasalahan yang dialami oleh peternak maupun masyarakat yang baru memulai beternak.

Masalah yang muncul itu misalnya terkait kebutuhan bibit berkualitas. Karena pasar umumnya didominasi oleh tengkulak, kadang peternak yang tidak jeli malah mendapatkan bibit yang kurang bagus. Proses selanjutnya ialah perawatan, hal yang tidak mudah juga untuk dilakukan. Butuh pengetahuan, pengalaman dan kemampuan baik agar hewan ternak mendapati kecukupan nutrisi untuk bertumbuh.

Pun ketika hewan ternak sudah siap untuk dijual, permainan tengkulak “nakal” pada matai rantai peternakan kadang membuat harga jual kurang layak bagi petani. Tidak sesuai dengan effort yang dilakukan untuk membuat hewan tersebut menjadi gemuk.

Salah satu sentra peternakan rekanan Angon / Angon
Salah satu sentra peternakan rekanan Angon / Angon

“Pengalaman selama berjibaku dalam dunia peternakan inilah yang mendorong saya ingin membantu para peternak. Saya juga merasa bahwa Indonesia adalah negara yang sangat berpotensi swasembada daging. Namun hingga saat ini daging-daging yang dikonsumsi kebanyakan masih diimpor dari luar.”

Bagi masyarakat umum, Angon hadir bagi mereka yang tidak memiliki waktu dan kemampuan beternak untuk berinvestasi dalam peternakan. Seakan-akan seperti merawat hewan virtual sejak telur hingga menjadi besar. Masyarakat yang menjadi member cukup membeli hewan ternak, lalu membayar biaya peternakan per tiga bulan. Mereka akan mendapat laporan perkembangan, sekaligus dapat mengawasi hewan ternak mereka di dashboard aplikasi Angon.

Angon tidak menggunakan mekanisme crowdfunding

Angon bukan sekedar ingin menghadirkan bisnis untuk kepentingan ekonomi, melainkan juga ada misi sosial yang diemban. Yakni memberdayakan kaum peternak rakyat, dan sangat memperhatikan kesejahteraan mereka. Peternak rakyat mendapatkan upah bulanan secara rutin dan berbagai tunjangan. Upah ini didapat dari biaya perawatan yang dibayarkan member.

Peternak juga mendapatkan upah dari pengolahan kotoran hewan ternak. Tidak hanya upah yang layak, Angon juga peduli dengan kompetensi peternak. Peternak rakyat akan dibekali kemampuan dan keahlian dalam bidang peternakan melalui pelatihan. Hal ini dilakukan untuk menyetarakan kompetensi peternak sesuai dengan standar peternak Angon Indonesia.

Mesin produksi pakan ternak milik Angon / Angon
Mesin produksi pakan ternak milik Angon / Angon

“Pada dasarnya Angon merupakan pet shop yang mana kepemilikan hewan ternak 100% dimiliki oleh peternak online, member Angon, atau di Angon disebut dengan peternak pasif. Angon hanya merawatkan, menjualkan di saat waktu panen. Untuk itu Angon berbeda dengan kebanyakan ternak online yang kini marak beredar yang merupakan crowdfunding.”

Sistem crowdfunding ini akan mengambil keuntungan dari bagi hasil sesuai penjualan, tidak mengambil untuk dari penjualan ternak, Angon mengambil keuntungan murni dari biaya perawatan. Jadi, ketika hewan ternak member Angon dijual, member akan mendapatkan uang sebesar harga hewan ternak itu, tanpa potongan sepeser pun. Sehingga apa pun hasilnya, baik saat bobot ternak bertambah secara maksimal atau tidak, untuk proyeksi terburuk, hasil penjualan menjadi milik member seutuhnya karena ternak secara legal merupakan milik member.

Potensi dan keuntungan yang coba diberikan Angon

Sejauh ini sudah terdapat 11 ribu domba yang di Sentra Peternakan Rakyat (SPR). Jumlah member sendiri saat ini mencapai lebih dari 2000 orang, terdiri dari 54,15% pria dan 45,85% wanita dengan peternak pasif terbanyak terdapat pada rentang umur 18-24 tahun (27,5%) dan 25-34 tahun (33,5%). Data yang menarik, selama anggapannya sektor pertanian hanya diminati oleh kalangan 40 tahun ke atas.

Dari data tersebut, Angon optimis memproyeksikan potensi akan mencapai 10,2 juta ekor ternak, 1,02 juta member dan 204 ribu Peternak Rakyat yang terakomodasi. Jumlah ekor ternak ini terdiri dari jumlah ternak yang terdapat di SPR atau mobile sentra yang kemungkinan akan bekerja sama dengan Angon Indonesia.

“Ada banyak keuntungan menjadi member Angon. Pertama, kepemilikan hewan ternak yang terjamin. Kepemilikan ternak dibuktikan kepada member dengan memberikan SKTB (Surat Kepemilikan Ternak Berjangka) saat member membeli ternak. Dengan adanya surat ini ditambah dengan ternak yang memiliki chip dengan nomor seri, hewan ternak member tidak akan tertukar, tidak akan digelapkan baik oleh peternak atau pihak mana pun.”

Agif melanjutkan, “Selain itu, saat member membeli ternak dan menitipkan hewan ternaknya untuk diternakkan oleh Angon Indonesia, member akan membayar sejumlah uang sebesar 1,3% dari harga hewan yang menjadi biaya asuransi. Biaya asuransi ini menjadi cara Angon Indonesia memberi jaminan keamanan untuk meminimalkan kerugian member jika hewan sakit lalu mati. Dengan membayar asuransi tersebut, member memiliki hak untuk mengklaim hewan ternak dan mendapatkan hewan ternak yang baru.”

Rencana improvisasi jangkauan layanan

Tim Angon bersama para mentor di Indogo Startup Nation / Angon
Tim Angon bersama para mentor di Indigo Startup Nation / Angon

Dalam jangka dekat, Angon ingin menyediakan fasilitas yang lebih mumpuni bagi member seperti live streaming dengan deep screening yang mampu menganalisis identitas hewan dengan jelas untuk diakses sehingga member bisa melihat perkembangan hewannya dengan jelas. Akhir bulan Juli ini pun, Angon Indonesia akan membuka Farm House untuk kandang yang terletak di Bogor. Farm House ini dimaksudkan menjadi wahana edukasi dan rekreasi bagi siapa pun, termasuk member atau orang-orang yang ingin belajar lebih banyak tentang domba.

“Ya, Angon ini founder-nya luar biasa, sangat passionate bervisi besar dan mampu mengeksekusinya,” ujar Ery Punta Hendraswara selaku Dep. Executive General Manager Digital Service Division Telkom, yang menangani langsung program Indigo Creative Nation. Sebagai informasi bahwa Angon adalah salah satu startup yang diinkubasi oleh program Indigo.

Ery melanjutkan, “Di progran Indigo Angon berawal dari tahapan validasi ide sampai saat ini juga terus memvalidasi bisnisnya. Timnya tidak kenal lelah selalu penuh energi, dan salah satu yang penting adalah tim ini punya kemauan untuk dimentori. Kemampuan utk belajar hal baru dan un-learn cara-cara lama juga mendukung startup ini untuk terus berkembang. Ini yang kita perhatikan.”

“Angon sangat menarik, karena basic-nya sudah menjadi peternak sudah dari 2008. Dari situ dia kepikiran untuk mendigitalkan beberapa proses bisnis yang ada. Bagus, karena sebagai peternak ia [Agif] aware dengan perkembangan teknologi. Secara konsep bisnis dasar sudah sangat matang, dan kini dilanjutkan dalam mekanisme digital. Sangat optimis dengan kemajuan Angon,” ujar Saga Iqranegara sebagai salah satu mentor di Jogja Digital Valley menilai bagaimana Angon ke depannya.

Application Information Will Show Up Here

Angon.id Berikan Jembatan antara Investor dan Peternak

Angon.id memulai debutnya sejak Oktober 2016. Menggabungkan konsep startup investasi (fintech) sekaligus pertanian (agtech), perusahaan rintisan binaan Indigo ini mencoba memberikan layanan online untuk menghubungkan antara peternak rakyat dengan masyarakat urban. Jika pernah mendengar tentang konsep bisnis startup pertanian iGrow, konsepnya hampir sama, perbedaannya pada objek investasi, yakni peternakan sapi dan domba.

Angon.id memungkinkan masyarakat umum untuk investasi beternak tanpa harus memiliki kandang. Menggunakan layanan aplikasi Angon.id, pengguna cukup menggelontorkan sejumlah dana sesuai dengan kesepakatan untuk disalurkan kepada peternak yang sudah menjadi mitra bisnis Angon.id. Dari penjelasan tim Angon.id, rata-rata investor mendapatkan return of investment (ROI) sekitar 5-10 persen per tiga bulan.

Dipimpin Co-founder & CEO Agif Arianto, saat ini Angon telah mengakomodasi lebih dari 11 ribu hewan ternak yang dikelola Sentra Peternakan Rakyat (SPR) yang dimiliki oleh mitra bisnis dan dimiliki oleh tim Angon.id. SPR tersebut kini tersebar di berbagai wilayah, mulai dari Semarang, Bogor, Sukoharjo, hingga Sumbawa.

Proses kerja aplikasi Angon.id

Bagi investor yang ingin beternak di Angon.id, setelah mengunduh aplikasi pengguna diwajibkan melakukan upgrade profil menjadi full-services, yakni memastikan semua informasi data diri terisi dengan baik. Kemudian harus mengisi saldo TMoney untuk melakukan transaksi. Secara khusus, saat ini Angon.id juga telah menggandeng layanan fintech milik Telkom (TMoney) untuk mendukung sistem transaksi di aplikasi secara penuh.

Ketika sudah masuk ke dalam aplikasi, pengguna akan ditemani asisten virtual bernama Pak Arto. Asisten virtual tersebut akan memberikan arahan kepada pengguna. Mulai dari memilih jenis hewan yang dipilih, hingga memberikan informasi seputar investasi dan pemrosesan transaksi. Keanggotaan di Angon.id sendiri terdiri dari tiga jenis, yakni Member Angon, Member Peternak dan Member Investor Kandang/Bibit, masing-masing memiliki keterlibatan yang berbeda.

Salah satu sudut tampilan aplikasi Angon.id / Angon.id
Salah satu sudut tampilan aplikasi Angon.id / Angon.id

Ingin capai 50 SPR di tahun 2020

Melalui aplikasinya, Angon.id mengharapkan bahwa adanya investasi ke akar rumput dapat mendorong terjadinya distribusi peredaran uang yang saat ini banyak terpusat di kota. Sehingga masyarakat desa di daerah dapat hidup sejahtera tanpa harus pergi ke kota untuk mencari pekerjaan, yakni salah satunya dengan menjadi peternak. Cita-cita Angon.id, di tahun 2020 mendatang setidaknya akan ada 50 SPR yang masuk dalam jaringannya, hal ini sejalan dengan misi membantu pemerintah menyiapkan lapangan pekerjaan menghadapi bonus demografi ditahun tersebut.

Untuk menjamin kualitas layanan, mengacu pada standardisasi ISO 9001, Angon.id secara konsisten melakukan sertifikasi kepada para peternak rakyat sebagai bentuk meningkatkan daya saing kualitas yang dapat diterima secara global. Guna mencapai sertifikasi tersebut, salah satu yang diunggulkan dalam Angon.id adalah peternak berpengalaman dan bibit ternak yang sehat.

Secara garis besar apa yang dikelola Angon.id ialah menciptakan peluang kerja sama antara peternak dengan masyarakat sebagai investor. Dengan proses ini, produktivitas peternak diharapkan terus meningkat untuk menjamin kesejahteraan para peternak itu sendiri, dan memberikan keuntungan pula bagi para investor.

Application Information Will Show Up Here

Brambang.com Mudahkan Proses Pembelian dan Penjualan Bawang Merah Secara Online

Startup yang menyasar sektor pertanian saat ini sudah mulai banyak jumlahnya, sebagian besar startup tersebut memiliki alasan yang serupa yaitu ingin membantu para petani di Indonesia dengan memberikan edukasi yang baik, teknologi terkini hingga membantu proses pendistribusian dengan cara memotong mata rantai penjualan yang cukup rumit di sektor pertanian hingga saat ini.

Salah satu startup yang mencoba untuk menghadirkan produk bawang merah adalah Brambang.com. Brambang.com, yang berupa marketplace khusus untuk jual beli bawang merah secara online, telah meluncurkan layanannya dengan soft launching pada bulan Mei 2017 lalu.

Startup yang didirikan Dustin Haliman ini memiliki tujuan untuk menyediakan platform dagang online yang dididukung oleh logistik efisien agar perdagangan bawang merah yang saat ini berlangsung secara tradisional menjadi lebih cepat, mudah, dan murah. Brambang.com mengklaim menguntungkan pihak penjual maupun pembeli. Penjual atau pelaku bisnis bawang merah dapat memperluas pasar penjualan mereka dan pembeli dapat membeli bawang merah dengan mudah dan murah.

“Kami ingin mengambil peran penting meningkatkan efisiensi perdagangan hasil pertanian Indonesia. Kami mulai dengan bawang merah, mengingat harga bawang merah adalah salah satu komponen dalam perhitungan inflasi oleh Bank Indonesia,” kata Founder dan CEO Brambang.com Dustin Haliman.

Bawang merah langsung dari Brebes

Sejauh ini kami belum memperoleh informasi soal jumlah pengguna dan penjual yang sudah terlibat di Brambang.com. Dustin sendiri belum mengungkapkan bagaimana monetisasi layanan ini. Fokusnya saat ini untuk memastikan kualitas barang yang disuplai sesuai standar. Untuk mengontrol mutu bawang merah, Brambang.com disebutkan langsung menyuplai bawang merah segar dari Brebes.

“Menurut statistik Kementerian Pertanian, Kabupaten Brebes memproduksi bawang merah kira-kira 400.000 ton per tahun, dengan jumlah pelaku bisnis bawang merah yang diestimasikan sebanyak 200.000 orang. Brambang hadir dengan tujuan untuk membantu mereka memperluas pasar penjualan dan juga menyediakan jasa logistik yang jauh lebih efisien,” kata Dustin.

Saat ini Brambang.com baru melayani layanan di wilayah Jabodetabek. Untuk bisa mengakses Brambang.com, pengguna bisa melakukan transaksi melalui situs di desktop dan mobile browser, pembeli dapat memesan bawang merah di Brambang.com hanya dengan 4 langkah. Dimulai dengan menentukan jumlah berat, mendapatkan harga, melakukan pembayaran melalui transfer atau setoran tunai, dan kemudian bawang merah yang dipesan akan diantar pada hari berikutnya. Saat ini Brambang tidak melakukan pengiriman pada hari Minggu atau hari libur.

“Brambang.com menjamin mutu barang, ketersediaan barang serta harga yang transparan, terkini, dan kompetitif. Di samping itu, waktu pengiriman yang cepat serta kemudahan dan kenyamanan berbelanja online menjadi unggulan layanan kami,” tutup Dustin.

Kesempatan Pendanaan Bagi Startup yang Memiliki Visi Menyejahterakan Petani Indonesia

Menyejahterakan petani di Indonesia adalah hal yang coba diusung Agro Market-Linkages SDG Fund. Dana ini adalah sebuah inisiatif pendanaan di Indonesia untuk para startup yang memiliki misi menghubungkan petani di Indonesia kepada pangsa pasar domestik dan internasional. Isu di mata rantai pertanian saat ini adalah banyak hal yang menjadikan petani tidak mendapatkan hasil optimal, sehingga diharapkan peran serta inovasi dapat meningkatkan kesejahteraan hidup petani secara mandiri.

Kegiatan ini diinisiasi UNDP (United Nations Development Programme), ANGIN (Angel Investment Group in Indonesia), dan Challenger 88 (didirikan oleh pendiri dan mantan direktur LGT Venture Philanthropy dan mantan ketua IIX Investements di Asia Tenggara), serta didukung pemerintah Kanada. Agro Market Linkages-SDF Fund hadir untuk mengatasi beberapa isu yang sering ditemui oleh para penggerak sosial di bidang agrikultur, termasuk terkait pendanaan, pengembangan kapasitas dan celah akses pasar.

Agro Market-Linkages SDG Fund dalam memberikan bantuan pada inovator mengadopsi pendekatan blended finance, yakni menggabungkan sumber pendanaan publik dan swasta untuk diberikan dalam bentuk direct debt investment (pinjaman langsung) senilai $25.000 hingga $500.000. Syarat penerimanya secara umum adalah bagi mereka yang telah membuktikan diri mampu berperan menghubungkan petani kecil kepada pemain yang lebih besar di sepanjang rantai pertanian.

[Baca juga: Daftar Startup Indonesia di Bidang Pertanian, Perikanan, dan Peternakan]

Capacity building juga menjadi salah satu konsentrasi Agro Market-Linkages SDG Fund. Bagi startup atau inovator yang terpilih, nantinya akan dibimbing untuk mencapai SDG (Sustainable Development Goals) atau Tujuan Pengembangan Berkelanjutan dan meningkatkan situasi ekonomi pertani di Indonesia. Sebanyak 20 usaha terpilih akan diikutsertakan dalam proses edukasi pengembangan berkelanjutan tersebut.

Program ini menargetkan ragam inovasi di bidang agrikultur, seperti solusi untuk penyediaan kebutuhan petani (bibit, pupuk, pendanaan, hingga pelatihan), membantu proses produksi, agregator, distributor atau inovasi lain dalam bentuk teknologi untuk memperbaiki mata rantai pertanian. Marketplace untuk produk pertanian, platform crowdfunding untuk petani, aplikasi pertanian juga beberapa jenis inovasi yang diperbolehkan untuk mengikuti kesempatan ini.

Untuk info lebih lanjut dan formulir mengikuti Agro Market-Linkages SDG Fund, kunjungi laman resminya di sini.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner kegiatan Agro Market-Linkages SDG Fund di Indonesia.

Peluncuran Crop Enhancement di Indonesia dan Tantangan Klasik Startup Agritech

Meski tak seramai sektor fintech atau e-commerce, startup di bidang agritech (agro-technology) secara perlahan terus memperkuat eksistensinya di lanskap startup global. Baru-baru ini startup bentukan salah seorang profesor Teknik Kimia University of California bernama Crop Enhancement banyak disorot pasca pendapatan pendanaan Seri B sebesar $ 8,5 juta.

Agritech yang didirikan David Soane ini berencana akan meluncurkan produknya di Indonesia, Tiongkok, Malaysia dan Taiwan. Dengan pengalamannya sebagai seorang serial entrepreneur dan akademisi, produk Crop Enhancement diyakini akan berdampak pada sektor agro di wilayah tersebut.

Crop Enhancement akan menghadirkan sebuah solusi bagi dunia pertanian dalam mengurangi infeksi hama atau penyakit tanaman dan mengurangi penggunaan pestisida dengan menghadirkan produk kimia yang lebih bersahabat. Tak hanya itu, dalam penyemaian, produk tersebut dikemas dengan pendekatan berbasis teknologi. Penerapan teknologi lebih kepada penggantian alat semprot tradisional dengan sistem yang lebih otomatis. Pendekatan ini dinilai akan banyak memberikan efisiensi dalam penyebaran zat pelindung tersebut.

Tantangan startup agritech mengubah kultur pertanian

Investasi di bidang startup agro / TechCrunch
Investasi di bidang teknologi agro / TechCrunch

Bisnis pertanian menjadi salah satu yang masih kurang ter-disrupt dalam hype startup saat ini, terutama yang bersentuhan langsung dengan sistem produksi yang ada di dalamnya. Tantangannya cukup unik. Contohnya saat melihat dalam cakupan pertanian di Indonesia, proses tradisional masih menjadi panutan. Tantangannya juga pada sulitnya mengubah kultur tersebut.

Sederhananya ketika harus menggantikan dari membajak sawah dengan kerbau menuju traktor saja membutuhkan proses yang cukup lama, maka terbayang jelas bagaimana jika sistem komputasi (misalnya berbasis Internet of Things) diimplementasikan. Edukasi kepada pengguna menjadi hal rumit yang harus dihadapi secara rumit.

Beberapa startup memilih menjangkau kepada sistem yang lebih sederhana, misalnya bagaimana menjembatani antara petani dengan calon pembeli melalui portal online, atau menyajikan kanal penghubung antara petani dengan investor. Beberapa startup, termasuk di Indonesia, memang sudah mencoba masuk ke sistem produksi, namun alat yang mereka kembangkan umumnya masih digunakan oleh kalangan terbatas saja. Bahkan banyak yang baru tahap pengujian.

Sektor pertanian, kendati di beberapa negara seperti Indonesia masih terbilang kurang “mewah”, diyakini ke depan akan semakin besar. Simpelnya makanan adalah kebutuhan pokok, dan semua orang membutuhkan komoditas tersebut. Sesederhana itu potensi yang akan menumbuhkan agtech. Cepat atau lambat solusi modern untuk bisnis pertanian akan kian dicari, atau bahkan digemari. Itu hanya masalah waktu, dan mungkin membutuhkan panutan untuk berlari.

Daftar Startup Indonesia di Bidang Pertanian, Perikanan, dan Peternakan

Petikan lagu dari Koes Plus ini “orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman” rasanya sudah sangat cukup untuk menggambarkan betapa suburnya lahan di Indonesia. Ribuan hektar hutan dan pertanian menghiasi hijaunya pulau-pulau di Indonesia. Namun alangkah sia-sia jika anugerah tersebut tidak dapat memerikan penghidupan layak bagi bangsanya.

Berbagai pendidikan untuk ilmu pertanian, perikanan, dan peternakan terus diasah oleh putra-putri bangsa guna memastikan aset bangsa tersebut terkelola dengan baik. Tak berhenti di sana, di era modern ini, dengan pendekatan digital, para inovator muda pun tak mau kalah. Dengan berbagai jenis produk teknologi, mereka mencoba memberikan solusi terpadu untuk menguatkan sektor agro tersebut.

Di tengah hype startup teknologi yang umumnya menggarap sektor sosial, perdagangan, permainan dan hiburan, ternyata tak sedikit yang mau memfokuskan diri untuk mengembangkan sistem yang membantu tata kelola pertanian, perikanan dan perindustrian agro lainnya. Kali ini DailySocial mencoba mendaftar beberapa startup Indonesia yang telah sukses meluncurkan produk untuk suksesi di sektor pertanian, perikanan dan peternakan. Berikut ini daftarnya:

8villages

Mengadopsi pendekatan berbasis social platform, startup ini menawarkan sebuah forum interaktif yang menghubungkan antara para petani dengan konsumen. Petani umumnya tinggal di pedesaan, dengan infrastruktur jaringan yang terkadang hanya di batas “pas-pasan”, hal ini disiasati betul oleh 8Villages, karena untuk mengakses layanan tersebut tidak memerlukan konektivitas internet super-cepat, bahkan dapat diakses melalui SMS dan MMS yang tersedia di jaringan 2G/3G atau paket data apa pun.

Beberapa inovasi lain di bidang agrikultur hingga kini terus dilahirkan oleh 8Villages, baik secara mandiri maupun melalu kemitraan strategis yang dikembangkan. Salah satunya pengembangan aplikasi Urban Farming Indonesia, yang diinisiasi bersama East West Seed Indonesia untuk menyiasati menyusutnya lahan pertanian akibat meluasnya wilayah perkotaan. Aplikasi ini didesain untuk melakukan edukasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat perkotaan bahwa bercocok tanam dapat dilakukan di mana saja, termasuk di tengah hingar bingarnya kota besar.

Ada juga aplikasi Petani, yang memberikan kemudahan bagi petani untuk berkonsultasi langsung dengan para pakar pertanian. Melalui aplikasi Petani, para penggarap lahan bisa meminta bantuan untuk mengetahui kondisi tanaman atau keluhan hama dengan sangat interaktif dan observatif. Selain itu masih banyak lagi aplikasi yang dapat diunduh dari 8villages, seluruhnya dapat disimak dan diunduh di sini.

Application Information Will Show Up Here

Angon

Angon.id memulai debutnya sejak Oktober 2016. Menggabungkan konsep startup investasi (fintech) sekaligus pertanian (agtech), perusahaan rintisan binaan Indigo ini mencoba memberikan layanan online untuk menghubungkan antara peternak rakyat dengan masyarakat urban.

Angon.id memungkinkan masyarakat umum untuk investasi beternak tanpa harus memiliki kandang. Menggunakan layanan aplikasi Angon.id, pengguna cukup menggelontorkan sejumlah dana sesuai dengan kesepakatan untuk disalurkan kepada peternak yang sudah menjadi mitra bisnis Angon.id. Dari penjelasan tim Angon.id, rata-rata investor mendapatkan return of investment (ROI) sekitar 5-10 persen per tiga bulan.

Application Information Will Show Up Here

Blumbangreksa

BlumbangReksa adalah perangkat IoT (Internet of Things) yang dapat memantau kondisi air di tambak untuk berbagai jenis peternakan (seperti peternakan udang). Perangkat ini dapat memecahkan masalah budidaya udang dengan mengukur, menganalisis dan menyajikan semua rekomendasi berdasarkan kondisi kualitas air. BlumbangReksa dirancang untuk membantu petani atau peternak untuk menjaga kualitas air dan mengurangi kesalahan prosedur yang terjadi akibat kecerobohan manusia.

BlumbangReksa dikembangkan oleh ATNIC yang berisi sekumpulan mahasiswa Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Universitas Gadjah Mada dan didukung Indmira sebuah perusahaan berbasis riset dam teknologi di bidang pertanian, lingkungan dan energi terbarukan. Inovasi dari kota Yogyakarta itu menjadi satu-satunya wakil Indonesia dalam kompetisi para inovator teknologi ASME (American Society of Mechanical Engineers) IShow (Innovation Showcase) 2015.

Ci-Agriculture

Melalui pendekatan analisis big data, Ci-Agriculture (anak perusahaan Mediatrac) mengembangkan sebuah sistem manajemen pertanian yang mampu menghasilkan analisis komprehensif didasarkan analisis cuaca, informasi sensor tanah, serta pencitraan satelit dan drone yang dapat meningkatkan produktivitas pertanian. Sistem yang dikembangkan tersebut dirangkai dalam tiga produk, yaitu Crop Accurate, Agritrack dan Crop Insurance.

Crop Accurate memanfaatkan sistem sensor, drone, dan remote sensing untuk mengumpulkan data yang akan digunakan oleh sistem smart farming. Sistem tersebut dapat memandu kegiatan bertani para petani binaan aggregator (komunitas binaan bank, microfinance, produsen makanan atau komunitas mandiri) sehingga kegiatan bertani dapat menjadi lebih efektif dan efisien.

Agritrack merupakan sistem informasi terintegrasi untuk supply chain komoditas pertanian. Sistem tersebut dirancang untuk menjembatani petani, distributor, pasar dan pembeli akhir komoditas dengan memanfaatkan mobile application untuk memasukkan data riil keadaan supply, demand, dan problem di lapangan pada setiap titik jalur supply. Sedangkan Insurance merupakan sebuah produk asuransi pertanian, mirip dengan yang sudah ada di dunia asuransi. Tetapi yang membuat produk ini menjadi berbeda adalah CI-Agriculture mendasarkan semua perhitungan dan skemanya pada teknologi smart farming, sistem sensor dan analisis potensi pertanian.

eFishery

eFishery menggunakan pendekatan IoT untuk memberikan solusi di sektor perikanan dan peternakan. Ini merupakan sebuah alat pemberi pakan ikan otomatis. Alat ini tidak hanya mengotomatisasi pemberian pakan secara terjadwal dengan dosis yang tepat, tetapi juga mencatat setiap pemberian pakan secara real-time. Pengguna dapat mengakses data pemberian pakan kapan pun dan di mana pun. Tidak ada lagi masalah over-feeding, pemberian pakan ikan yang tidak teratur atau pakan yang diselewengkan. Secara spesifik, eFishery berusaha membantu peternak ikan dan udang, karena biasanya pemberian makan ikan menguasai antara 50 hingga 80 persen biaya operasi peternakan ikan.

eFishery juga dikenal sebagai startup yang sering memenangkan berbagai kompetisi startup tingkat global. Model bisnis eFishery adalah menjual alat pemberi pakan pintar kepada peternak dan distributor. Lebih jauh, seperti halnya konsultan, mereka juga mendapatkan penghasilan dari biaya langganan pemakaian piranti lunak untuk memonitor dan menganalisis aktivitas pemberian pakan ikan secara real-time di smartphone atau tablet tiap bulannya. Mereka mengklaim secara rata-rata optimasi yang dilakukan mengurangi jumlah makanan yang digunakan hingga sebesar 21 persen.

Eragano

Eragano merupakan sebuah aplikasi mobile yang didesain untuk membantu petani mendapatkan informasi terkait cara bercocok tanam, membantu petani terkoneksi dengan fasilitas pinjaman mikro, dan membantu menjual produk pertanian tersebut dengan harga terbaik ke restoran dan hotel. Eragano mengklaim pihaknya ingin membantu petani kecil, yang saat ini secara total jumlahnya lebih dari 15% penduduk Indonesia, dengan solusi end-to-end yang bertujuan akhir meningkatkan taraf hidup petani dan kualitas hasil pertanian.

Eragano disebutkan berusaha melepaskan petani dari jeratan rentenir dan tengkulak yang selama ini menjadi momok. Pasca panen, Eragano melalui EraganoStore, sebuah layanan B2B, membantu menjual hasil panen tersebut ke restoran, hotel, dan katering dengan harga layak.

Application Information Will Show Up Here

Etanee

Etanee memiliki visi untuk memberikan solusi atas permasalahan di sektor pertanian dan peternakan, baik dari sisi produsen sampai konsumen. Bukan hanya menjadi aplikasi digital berupa toko online bagi barang produksi pertanian dan peternakan, tetapi juga sebuah solusi digital menyeluruh yang mencoba menyelesaikan permasalahan industri pertunaian dan peternakan di Indonesia.

Etanee menggabungkan tiga rantai bisnis utama dari industri pertanian dan peternakan, yakni rantai pasokan di hulu meliputi digitalisasi kegiatan produksi peternakan dan pertanian, manajemen logistik selepas panen dan sistem distribusi hingga ke tangan konsumen, atau di bagian hilir. Semua itu diharapkan tidak hanya membantu para pembeli seperti ibu-ibu rumah tangga yang berbelanja tetapi juga menjaga proses produksi dan distribusi.

Application Information Will Show Up Here

iGrow

Gambaran paling mudah dari sistem iGrow adalah permainan Farmville. Ya, iGrow memiliki konsep yang sama dengan permainan tersebut. iGrow memungkinkan penggunanya untuk bercocok tanam secara digital. Pengguna mengelola dan berinvestasi lahan serta tanaman secara digital, mengelola secara digital, namun pertanian tersebut nyata adanya. Dasbor iGrow menjadi perantara antara pengguna dengan penggarap lahan. Konsep yang segar dan cukup menarik.

Konsep baru di sektor pertanian dapat terus digalakkan untuk mengembalikan swasembada di sektor pertanian. Inovasi dinilai akan mampu membuat sektor pertanian terlihat mentereng, terutama memudahkan jalur investasi. Faktanya di lapangan petani membutuhkan banyak sokongan untuk memaksimalkan budidayanya. Kendati tidak terlibat secara langsung di lapangan, antusias dan keikutsertaan masyarakat dengan model yang ditawarkan iGrow mampu memberikan penghidupan layak bagi para petani.

Karsa

Karsa merupakan sebuah aplikasi yang dikembangkan sebagai platform all-in-one untuk semua para stakeholder di sektor pertanian. Karsa memberikan informasi-informasi penting bagi petani meliputi informasi cuaca, harga, berita mengenai pertanian, dan termasuk fitur untuk memesan peralatan untuk pertanian.

Selain untuk petani Karsa juga didesain dan disiapkan untuk berbagai pihak yang terlibat di sektor pertanian, seperti aparat pemerintahan, pemilik produk pertanian, produsen alat pertanian, dan pelaku agrikultur lainnya. Selain dalam bentuk aplikasi mobile Karsa juga disebut bisa diakses menggunakan desktop dalam bentuk aplikasi web.

Application Information Will Show Up Here

Kecipir

Kecipir (atau awalnya bernama LOFMart – Local Organic Fresh Mart) merupakan online marketplace produk sayur, buah, bumbu, ayam organik berkualitas, memotong mata rantai distribusi konvensional di pasar tradisional menjadi lebih ringkas. Melalui marketplace ini, diharapkan semua petani sayuran organik bisa menjual langsung produknya dengan harga yang bersaing dengan sayuran biasa.

Saat ini Kecipir mengklaim telah memiliki 45 host (agen) yang tersebar di wilayah Jabodetabek, sementara jumlah anggota mendekati 1000 pelanggan yang telah melakukan pemesanan. Kecipir juga telah membuka layanan di wilayah Jakarta Barat dengan 5 host dan bulan Mei 2016 melayani Jakarta Utara dan Jakarta Timur dengan 10 host baru.

Dengan sistem marketplace yang diterapkan oleh Kecipir, hal ini seharusnya lebih menguntungkan bagi pihak petani yang bisa memperoleh harga jual lebih tinggi dari cara penjualan sebelumnya. Konsumen sendiri bisa mendapatkan harga yang nilainya bisa 50% lebih rendah dibandingkan dengan harga jual di supermarket atau pasar swalayan pada umumnya.

Application Information Will Show Up Here

LimaKilo

LimaKilo memiliki visi untuk memotong rantai distribusi komoditas pertanian. Solusi ini memungkinkan petani untuk langsung menjual hasil panennya ke konsumen dengan harga yang kompetitif. Dua layanan utama LimaKilo yakni Pasar Petani dan Microfunding. Program Microfunding membuka peluang kepada siapa saja untuk patungan memberikan pinjaman modal kepada petani yang terdaftar dalam mitra LimaKilo dengan nominal 3-5 juta setiap orangnya.

Application Information Will Show Up Here

MyAgro

MyAgro yang didirikan Uray Tiar Fahrozi mempunyai konsep unik dan berbeda dari platform investasi bidang pertanian yang sudah ada sebelumnya, yakni mengedepankan pada konsep investasi syariah dan jaminan minim risiko. Dikonsep sejak awal tahun ini, menurut pemaparan sang Founder, pengembangan MyAgro didasari fakta kurangnya optimalisasi lahan.

Uray menuturkan ada masalah besar yang dialami Indonesia, yakni pengelolaan sumber daya alam yang tidak maksimal. Salah satunya berupa lahan tidur di Indonesia seluas lebih dari 14 juta hektar. Mirisnya lahan di Indonesia sebenarnya adalah lahan subur dan produktif, yang bisa diolah untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri.

Alasan kedua yang disampaikan Uray ialah pemberdayaan petani yang sangat minim seperti subsidi bibit, ketersediaan pupuk, serta harga beli dari tengkulak sangat rendah. Dari kegelisahan itulah, ia dan tim membuat MyAgro menjadi platform yang menghubungkan antara investor, konsumen, dan petani.

Pantau Harga

Sebuah aplikasi yang bisa digunakan untuk tempat tawar menawar, dan melakukan jual beli antara penyedia bahan baku dengan petani, dilengkapi dengan basis data harga yang menjadi acuan aplikasi ini diharapkan untuk memudahkan petani dalam transaksinya. Pantau Harga menargetkan empat pengguna sekaligus, yakni konsumen, petani, Kantor Unit Desa (KUD) dan pemerintah.

target-user

Application Information Will Show Up Here

TaniHub

TaniHub merupakan sebuah kanal e-commerce yang memudahkan peternak dan petani untuk menjual hasil langsung kepada masyarakat. Layanan ini dikembangkan sekaligus untuk memberikan harga jual yang kompetitif kepada konsumen. Strateginya dengan memotong rantai distribusi. Beberapa petani, di Bogor salah satunya, sudah menjadi pemasok barang di TaniHub. Ke depannya TaniHub terus mengupayakan dapat menggandeng banyak lagi petani dan peternak yang ada di Indonesia.

Kanal e-commerce TaniHub menyediakan sedikitnya enam kategori penjualan, yakni sayuran organik, sayuran non-organik, hasil ternak, buah non-organik, dan bahan pangan organik. Dengan menjual langsung kepada konsumen, selain dapat memberikan kualitas produk dan harga yang kompetitif dari sisi konsumen, harapannya petani dan peternak mendapatkan harga jual produk yang lebih wajar dan menguntungkan, sehingga dapat mengembangkan lahan secara signifikan.

Application Information Will Show Up Here

Karsa Ramaikan Solusi Teknologi di Sektor Pertanian

Indonesia sebagai negara yang terkenal dengan pertaniannya tengah mengalami transformasi ke arah digital. Tak tertinggal, sektor pertanian juga menjadi perhatian beberapa pihak dengan menghadirkan solusi digital untuk membantu sektor pertanian Indonesia ke arah yang lebih baik. Salah satu yang baru adalah Karsa, aplikasi yang dikembangkan sebagai platform all in one untuk semua para stakeholder di sektor pertanian.

Dari segi konsep, Karsa yang dalam bahasa Indonesia berarti niat, mencoba memberikan hal-hal yang dibutuhkan petani dalam sebuah wadah yang dikemas dalam bentuk aplikasi mobile untuk platform Android. Karsa memberikan informasi-informasi penting bagi petani meliputi informasi cuaca, harga, berita mengenai pertanian, dan termasuk fitur untuk memesan peralatan untuk pertanian.

Dalam informasinya kepada DailySocial, salah satu penggagas Karsa Yudha Kartohadiprodjo menjelaskan bahwa selain untuk petani Karsa juga didesain dan disiapkan untuk pihak-pihak yang terlibat di sektor pertanian, seperti aparat pemerintahan, pemilik produk pertanian, produsen alat pertanian, dan pelaku agrikultur lainnya. Selain dalam bentuk aplikasi mobile Karsa juga disebut bisa diakses menggunakan desktop dalam bentuk aplikasi web.

“Kami merancang Karsa untuk memenuhi kebutuhan para pelaku agrikultur dan memastikan bahwa mereka menerima berbagai informasi secara tepat waktu dan efisien. Aplikasi ini memberikan kesempatan pada petani untuk mendapatkan informasi dari sebelum mereka menanam tanaman—apakah bibit yang ditanam cocok atau tidak untuk daerahnya, bagaimana cara menanam yang baik hingga jumlah panen dan penghasilan yang mungkin akan ia dapatkan,” ujar para Co-Founder Karsa Yudha dan Ming Alihan.

Lebih jauh Ming menjelaskan bahwa ide awal Karsa didapat dari semangat para petani muda memanfaatkan media sosial untuk mengembangkan pengetahuan mereka tentang dunia pertanian. Yudha melihat bahwa mungkin konsep media sosial yang memungkinkan komunitas membantu setiap orang di dalamnya adalah bentuk modern dari gotong-royong.

Yudha berharap Karsa bisa menjadi media untuk saling berkomunikasi sesama komunitas pertanian sekaligus bersama-sama dapat meningkatkan ketahanan pangan dan kemakmuran rakyat Indonesia.

Aplikasi mobile Android Karsa

Hal lain yang coba dilakukan Karsa dengan platform miliknya adalah memanfaatkan data untuk mendapatkan analisis terbaik untuk dunia pertanian. Setelah petani yang terdaftar melengkapi profil tanam, lokasi dan luas tanaman mereka selanjutnya data akan dipergunakan untuk memberikan saran kepada mereka secara berkala.

Data yang terkumpul juga bisa dimanfaatkan pemerintah untuk melakukan penyuluhan, menentukan kebijaksanaan, hingga memprediksi secara riil hasil pertanian dalam beberapa waktu ke depan. Data yang sama juga akan tersedia bagi para pemilik produk pertanian lainnya seperti produsen pupuk, bibit, alat pertanian hingga media massa.

Akan ada tim Karsa dari ahli pertanian yang akan memberikan saran yang khusus untuk setiap tanaman. Karsa saat ini didukung disebutkan telah didukung oleh dewan pakar yang terdiri dari 5 orang pengajar aktif dan ahli pertanian dari Institut Pertanian Bogor dan Universitas Gajah Mada. Sejauh ini, dari data internal Karsa, disebutkan bahwa layanan ini telah memiliki panduan untuk 12 macam tanaman dengan 300 macam varian.

Application Information Will Show Up Here

Startup Teknologi Pertanian Eragano Peroleh Pendanaan Awal dari East Ventures

Layanan teknologi pertanian Eragano mengumumkan perolehan pendanaan awal dari East Ventures dalam jumlah yang tak disebutkan. Investasi ini akan digunakan untuk memperbesar tim dan mengakselerasi pengembangan teknologi dan marketplace untuk musim tanam berikutnya. Saat ini Eragano membantu 38 petani yang bekerja di lahan seluas 19 hektar di Pengalengan dan Lembang, Jawa Barat.

Didirikan oleh Stephanie Jesselyn dan Aris Hendrawan, Eragano mengklaim pihaknya ingin membantu petani kecil, yang saat ini secara total jumlahnya lebih dari 15% penduduk Indonesia, dengan solusi ujung-ke-ujung (end-to-end) yang bertujuan akhir meningkatkan taraf hidup petani dan kualitas hasil pertanian.

Mereka menyediakan aplikasi mobile yang akan membantu petani mendapatkan informasi terkait cara bercocok tanam, membantu petani terkoneksi dengan fasilitas pinjaman mikro (micro loan), dan membantu menjual produk pertanian tersebut dengan harga terbaik ke restoran dan hotel. Eragano disebutkan berusaha melepaskan petani dari jeratan rentenir dan tengkulak yang selama ini menjadi momok.

Memang makin banyak layanan teknologi pertanian dengan tujuan serupa, termasuk yang sudah didukung pemerintah dan dipresentasikan di hadapan Presiden dalam Program Sinergi Aksi untuk Ekonomi Rakyat. Meskipun demikian, tampaknya belum ada yang benar-benar mencoba memberikan solusi end-to-end seperti Eragano. Sebagian fokus di pemutusan rantai distribusi penjualan, seperti Kecipir dan Lima Kilo, sebagian lagi fokus di bantuan informasi bercocok tanam.

Eragano memberi bantuan bagi petani dari ujung ke ujung
Eragano memberi bantuan bagi petani dari ujung ke ujung

COO Eragano Aris Hendrawan mengatakan, “Kesenjangan informasi adalah salah satu permasalahan yang dihadapi petani. Oleh karena itu kami juga mengusung bantuan virtual melalui aplikasi mobile dan bantuan konsultasi offline.”

“Petani kecil dulunya selalu ditekan oleh rentenir dan tengkulak. Mereka harus membeli bahan pendukung pertanian dalam harga mahal, tetapi menjual harga panen di harga rendah. Mereka juga memiliki akses terbatas di pinjaman mikro dan sangat rentan terhadap risiko finansial jika mengalami kegagalan panen. Eragano memiliki peluang besar untuk menciptakan dampak signifikan bagi kehidupan petani,” ujar CEO Eragano Stephanie Jesselyn.

Pasca panen, Eragano melalui EraganoStore, sebuah layanan B2B, membantu menjual hasil panen tersebut ke restoran, hotel, dan katering dengan harga layak. Seorang petani unggulan Eragano mengklaim keuntungan penjualannya meningkat 30% setelah memperoleh bantuan berbasis aplikasi pintar.

EraganoStore saat ini masih bersifat manual, tetapi Stephanie memastikan di bulan Agustus marketplace ini berubah menjadi platform online untuk publik.

Application Information Will Show Up Here

Platform Pembangun Pertanian Organik iGrow Bukukan Pendanaan Awal dari East Ventures dan 500 Startups

Platform pembangun pertanian organik iGrow mengumumkan perolehan pendanaan awal, dengan nilai yang tak disebutkan, dari East Ventures dan 500 Startups. Pendanaan ini akan digunakan untuk mendukung misi iGrow mengembangkan pertanian organik secara global. Saat ini iGrow sudah mengelola 1000 hektar lahan pertanian di Indonesia dan membidik lahan pertanian di Turki dan Jepang untuk beberapa jenis produk pertanian yang cocok dengan lahan di negara tersebut.

iGrow didirikan oleh Muhaimin Iqbal, Andreas Sanjaya, dan Jim Oklahoma untuk menghubungkan sponsor/investor, petani, pemilik lahan, dan pembeli hasil pertanian secara bersamaan. iGrow adalah jebolan program akselerasi 500 Startups Batch 16.

CEO iGrow Andreas Senjaya dalam rilisnya mengatakan, “Kami mengkoneksikan 3 stakeholder paling penting di dunia pertanian: pasar, skill, dan modal. Model ini secara komprehensif mengutilisasi lahan tidur untuk ditanami tanaman organik, dan di waktu bersamaan memberdayakan petani untuk meningkatkan pendapatan mereka.”

Andreas kepada DailySocial menambahkan, “Kita mau gunakan untuk perluasan penanaman. Saat ini sudah di 6 daerah di Indonesia. Sedang akan ekspansi juga untuk masuk penanaman dan pasar di Turki dan Jepang, product development, dan operasional.”

Sponsor atau investor dapat berpartisipasi dalam setidaknya 9 jenis produk pertanian yang diminatinya dengan skema investasi yang berbeda-beda.

Chief Business Development Jim Oklahoma menyebutkan Turki dibidik karena dianggap paling cocok untuk menanam zaitun, sementara mereka juga sedang menjalin komunikasi dengan pihak lokal Jepang. Di Indonesia sendiri disebutkan terdapat 16 juta lahan tidur yang membuat peluang di sektor ini terbuka luas.

Menurut data Organic Monitor, kebutuhan produk makanan dan minuman organik mencapai $80 miliar secara global di tahun 2014. Angka ini bertumbuh lima kali lipat dari tahun 1999 ke tahun 2014 dan menunjukkan tren yang terus bertumbuh.

Kondisi terkini

Andreas kepada DailySocial mengatakan pihaknya bekerja sama dengan pemilik lahan yang minimal memiliki 10 hektar lahan. Terkait skema keuntungan dan bagi hasil, Andreas menyatakan pihaknya telah membagi keuntungan hasil panen sebanyak tiga kali, dengan rata-rata keuntungan diperoleh selama 6 bulan mencapai 9-12% atau 18-24% per tahun.

Sebagai platform yang merangkul banyak pihak, Andreas menyebutkan pihaknya mengedukasi pasar dengan memberikan bukti nyata keuntungan yang bisa dibuat dengan menanam. iGrow juga membentuk komunitas yang memperoleh asupan info-info terbaru soal program yang dilakukan.

Khusus soal risiko, karena investasi ini melibatkan dana publik, Andreas menegaskan bahwa sebagai resource integrator, mereka memitigasi risiko dengan menyebarkan risiko ke banyak pihak, termasuk sponsor dan pemilik lahan, ketimbang seorang diri memiliki lahan dan mengusahakannya.

Suksesi Sektor Pertanian Indonesia dengan Teknologi

Inisiatif yang berkontribusi untuk meningkatkan sektor pertanian di Indonesia terhadap pertumbuhan ekonomi dirasa menjadi hal yang sangat krusial saat ini. Baik pemerintah maupun swasta sudah selayaknya memulai memikirkan bagaimana meningkatkan efektivitas dan potensi petani lokal dengan pendekatan modern, yakni dengan teknologi.

Hal ini penting, karena kendati diversifikasi ekonomi dan urbanisasi telah memberikan dampak ke sektor pertanian beberapa tahun terakhir, namun statistik di lapangan menyatakan bahwa pertanian masih menjadi mata pencaharian bagi mayoritas rumah tangga di Indonesia.

Sektor modern seperti e-commerce begitu bertumbuh pesat, menyasar 90 juta pengguna internet konsumtif yang sangat cepat beradaptasi dengan dinamika yang ada. Namun pembaruan sektor tradisional dirasa sangat penting untuk dijadikan prioritas, karena selain Indonesia memiliki kekuatan di sektor tersebut, dalam hal ini pertanian, berupa sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA).

Idealnya jika sektor baru seperti e-commerce saja bisa tumbuh dan diperkirakan mencapai nilai $130 miliar per 2020 mendatang, sektor agro yang memiliki komoditas lebih besar harus bisa didorong untuk memberikan sesuatu yang lebih.

Mengemas sektor tradisional dengan cara modern

Inisiatif untuk membangun platform pendorong bisnis pertanian menjadi salah satu program jangka panjang Presiden RI Joko Widodo. Salah satunya melalui inisiatif berbentuk aksi dan sinergi dalam sebuah proyek berbasis e-commerce di Brebes Jawa Tengah bulan April lalu. Sebuah layanan yang ingin menjembatani hasil panen dengan konsumen melalui pendekatan digital. Sama dengan komputerisasi di berbagai lini bidang, transparansi akan menjadi sebuah keuntungan ketika sebuah proses dijalankan secara algoritmik.

Melalui sistem online Presiden percaya bahwa transparansi akan memberikan hasil lebih kepada petani lokal. Dengan demikian akan mencegah spekulasi harga pangan yang sengaja diombang-ambingkan pihak tertentu, sehingga membuat hasil tani lokal justru kian tergerus. Proyek yang dikerjakan oleh beberapa startup agro, seperti Petani, LimaKilo, Pantau Harga dan TaniHub ini juga berusaha memberikan edukasi dan informasi seputar teknik bercocok tanam dan komoditas harga secara real-time.

Memanfaatkan keuntungan teknologi terbarukan

Biogas merupakan salah satu yang sedang digalakkan untuk menunjang sektor pertanian. Sebagai upaya untuk terus memutarkan hasil ataupun limbah pertanian, pemanfaatan teknologi terbarukan, khususnya di daerah dinilai mampu meningkatkan taraf hidup orang banyak. Biogas memiliki potensi yang signifikan. Dengan bahan baku sisa makanan ternak, kotoran hewan ternak, limbah pertanian dan sisa tanaman dapat dikonversi untuk penghasil listrik dan energi panas.

Beberapa waktu lalu proyek ini juga diimplementasikan di sebuah desa bersama Kalisari. Konversi tersebut berhasil memberikan keuntungan besar dari masyarakat, terlebih jika akses listrik yang sulit terjamah menjadikan BUMN seperti PLN sulit untuk menembus. Solusi inovatif terbukti menjadi penengah atas isu yang terjadi. Polusi pun juga berkurang, yang tadinya kotoran dibuang dan mencemari lingkungan, kini terkonversi menjadi sumber energi bermanfaat.

Berbagai komponen harus membentuk sebuah sinergi

Sebuah kemitraan pertanian keberlanjutan juga sedang digodok oleh Asosiasi Ekonomi Indonesia dan KADIN, dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan bagi petani lokal. Pemerintah pun juga ingin mendorong penggunaan metode modern lainnya untuk meningkatkan taraf hidup petani kecil di daerah. Skema kemitraan pertanian berkelanjutan berusaha mencapai tujuan untuk mengoptimalkan teknik produksi dan memecahkan masalah seperti akses kepada bibit unggul dan pupuk.

Inisiatif lain dalam bentuk pinjaman (KUR – Kredit Usaha Rakyat) juga menjadi prioritas pemerintah untuk memberikan “amunisi” kepada petani kecil. Di sisi lain inovator lokal juga menyajikan banyak opsi untuk memfasilitasi, salah satunya iGrow. Menggunakan model online marketplace, skema yang disajikan ialah menghubungkan antara investor dengan petani. Permodalan yang diberikan akan digunakan sebagai model petani menghasilkan hasil panen unggulan.

Idealnya sektor pertanian harus makin maju. Menguasai 35 persen total angkatan kerja, dan kontribusinya 13,6 persen terhadap PDB nasional, sektor ini wajib mendapatkan perhatian khusus dari berbagai pihak, khususnya inovator.