Freedom Wing Adapter Mampu Menyulap Kursi Roda Jadi Controller Xbox

Sebelum resmi diumumkan di bulan Mei 2018, pengerjaan Xbox Adaptive Controller dimulai di tahun 2015 oleh tim internal Xbox sebagai upaya mengeksplorasi aksesibilitas, khususnya aspek kompatibilitas ke aksesori pihak ketiga yang digunakan oleh gamer difabel. Pada akhirnya, Microsoft memutuskan buat mengangkatnya jadi produk konsumen, dibantu dukungan sejumlah organisasi non-profit.

Langkah Microsoft tersebut mendapat respons positif dari banyak kalangan, bahkan juga mendorong sejumlah perusahaan untuk menyediakan aksesori tambahan sebagai alternatif input. Salah satu contohnya adalah Adaptive Gaming Kit persembahan Logitech G. Kali ini organisasi amal AbleGamer dan sekelompok inventor serta pecinta teknologi yang tergabung dalam ATMakers memperkenalkan unit adaptor unik bernama Freedom Wing Adapter.

Freedom Wing Adaptor adalah aksesori berwujud kotak kecil yang bisa menyambungkan kursi roda listrik ke Xbox Adaptive Controller, secara efektif mengubah alat bantu tersebut menjadi unit kendali permainan video. Fungsi utama Freedom Wing Adapter ialah menerjemahkan tekanan pada tombol di kursi roda sehingga bisa dibaca oleh Xbox Adaptive Controller sebagai input, caranya cukup dengan mencolokkan connector ke port simbilan-pin di adaptor.

Di video, metode ini memberikan seorang penyandang disabilitas untuk menikmati Rocket League (dan kita lihat performanya di dalam permainan sama sekali tak buruk). Rocket League merupakan salah satu judul istimewa yang memperkenankan gamer di satu sistem bertanding dengan pemain di platform lain lewat fitur cross-platform play.

Lewat Twitter, COO AbleGamer Steve Spohn menjelaskan alasan di belakang perancangan Freedom Wing Adaptor. Ia ingin agar pengguna kursi roda – khususnya di tahun 2020 ini – bisa segera ‘tersambung’ ke Xbox. Kapabilitas ini sulit dibayangkan hingga sekarang. AbleGamer Foundation adalah organisasi yang terus mendorong dan mempromosikan kemudahan akses di ranah gaming. Bersama Microsoft, Special Effect, dan Warfighter Engaged, mereka punya andil dalam pengembangan purwarupa Xbox Adaptive Controller.

Freedom Wing Adapter 1

Saat ini, AbleGamers kabarnya telah mulai membagikan Freedom Wing Adapter – sebuah indikasi kuat bahwa organisasi tidak fokus pada profit. Namun untuk mempermudah pemakaian, mereka berencana buat menjual komponen printed circuit board Freedom Wing Adapter seharga US$ 7. Selanjutnya panduan perakitan akan segera dipublikasikan dan menghitung semua material yang dibutuhkan, unit adaptor ini bisa dibuat dengan modal kurang lebih US$ 35.

Anda mungkin sudah tahu, Xbox Adaptive Controller tak hanya didesain untuk dipasangkan ke console Xbox One. Periferal juga kompatibel dengan PC ber-sistem operasi Windows 10, sehingga membuka peluang bagi Freedom Wing Adapter buat menopang berbagai permainan. Xbox Adaptive Controller sendiri dibanderol seharga US$ 100.

Via The Verge & VentureBeat.

PhoneBook Bisa Ubah Segala Macam Smartphone Jadi Laptop

Beberapa dekade lalu, mungkin kita akan sulit menjelaskan bahwa di masa depan akan ada perangkat kecil serbaguna yang mampu mengakses informasi dari mana saja, kapan pun kita menginginkannya. Saat ini, alat bernama smartphone tersebut sulit dilepaskan dari kehidupan sehari-hari manusia modern. Kita menggunakannya buat bekerja, berkomunikasi, serta menghibur diri.

Dahulu, banyak orang memprediksi bahwa smartphone dan tablet akan menggantikan peran PC tradisional. Nyatanya, mereka malah saling melengkapi. Saat ini laptop masih jadi perangkat penunjang kegiatan produktif utama, namun di situasi-situasi darurat, banyak pula pengguna yang tak keberatan untuk bekerja dengan smartphone. Dan pengalaman bekerja lewat smartphone bisa jadi lebih praktis berkat bantuan aksesori bernama PhoneBook.

PhoneBook adalah perangkat plug-and-play unik yang mampu mengubah smartphone menjadi notebook berlayar 15,6-inci. PhoneBook berperan sebagai ‘cangkang’ berwujud PC laptop. Untuk menggunakannya, kita hanya perlu menyambungkan ponsel pintar via kabel ke PhoneBook. Segala macam proses pengolahan data dilakukan sepenuhnya oleh CPU di smartphone, jadi performanya bergantung dari jenis ponsel yang Anda miliki.

Tim pengembang menjelaskan bahwa smartphone merupakan perangkat portable yang bertenaga. Dengannya, kita dapat melakukan banyak hal: chatting, browsing hingga bermain game. Meski begitu, jarang sekali orang memanfaatkannya buat mengetik berlembar-lembar laporan atau menonton film berdurasi dua jam lebih. Produktivitas dan pengalaman penggunaan smartphone umumnya dibatasi oleh kecilnya layar dan kurang efisiennya keyboard berbasis touchscreen.

PhoneBook dirancang untuk menampilkan konten di smartphone ke layar yang lebih lebar. Panel berjenis IPS di sana menyuguhkan resolusi full-HD dan bisa membaca sentuhan jari. Dan layaknya laptop, PhoneBook menyuguhkan keyboard full-size lengkap dengan numpad serta touchpad. Perangkat juga memiliki speaker, menyimpan baterai internal (berdaya tahan hingga delapan jam) yang akan men-charge smartphone ketika terkoneksi, serta dibekali port-port fisik penting seperti USB, audio, HDMI, USB type-C – memperkenankan kita menyambungkan mouse.

Tim Anyware menjelaskan bahwa PhoneBook mempunyai banyak keunggulan dibandingkan solusi yang ditawarkan kompetitor, terutama dari sisi kompatibilitas. Contohnya: Samsung DeX hanya mendukung beberapa smartphone saja, sedangkan PhoneBook siap merangkul hampir seluruh perangkat Android dan iOS (termasuk model baru semisal iPhone 11). Perlu dicatat bahwa PhoneBook belum dapat bekerja dengan smartphone ber-SOC MediaTek.

Lewat kampanye crowdfunding di situs Kickstarter, sang produsen asal Shenzhen berhasil mengumpulkan modal berkali-kali lipat dari target awal mereka. PhoneBook rencananya bakal didistribusikan di bulan Desember 2019, diprioritaskan ke para backer. Produk bisa dipesan sekarang seharga mulai dari US$ 170.

Adaptor Keyboard dan Mouse Gamo G+ Siap Bantu Anda Jadi Raja Game Mobile

Sejujurnya saya tak pernah membenci game mobile. Sebaliknya, saya sangat mengapresisasinya karena mereka-lah yang membuat video game jadi mudah diakses dan kian merakyat. Saya hanya kurang suka menikmati permainan di layar kecil. Indra penglihatan ini sudah tidak lagi berada di kondisi prima, ditambah lagi sistem kendali berbasis layar sentuh yang bagi saya kurang intuitif.

Kini memang tersedia banyak aksesori tambahan smartphone yang dirancang untuk membuat gaming di layar kecil jadi lebih nyaman. Beberapa dari mereka sengaja didesain menyerupai gamepad. Pendekatan tersebut cukup fleksibel buat menangani sejumlah genre permainan, tetapi gamer hardcore mungkin punya pendapat berbeda: untuk mereka, keyboard dan mouse masih merupakan periferal kontrol paling akurat dan responsif.

Itu alasannya mengapa tim GamoHub tidak mencoba menawarkan suatu aksesori berdesain ‘inovatif’. Mereka malah menyodorkan solusi berupa opsi konektivitas yang memungkinkan kita untuk menyambungkan keyboard dan mouse favorit ke smartphone tempat Anda bermain. Sambungan itu dihadirkan melalui perangkat bernama Gamo G+ yang mereka presentasikan via Kickstarter.

Gamo G+ merupakan adaptor Bluetooth untuk keyboard dan mouse agar bisa dihubungkan ke perangkat berbasis iOS maupun Android. GamoHub menjanjikan koneksi Bluetooth bebas lag, memungkinkan kita mengakses permainan-permainan shooter, real-time strategy dan role-playing secara leluasa. Gamo G+ diklaim mendukung hampir semua game mobile (misalnya Fortnite, Creative Destruction, Rules of Survival, PUBG Mobile, Hearthstone), dan Anda dibebaskan buat mengonfigurasi shortcut hingga kombinasi beberapa tombol.

Adaptor ini mengusung tipe sambungan Bluetooth versi 4.0. Ia bekerja secara universal, tanpa membutuhkan root atau sistem emulasi, jadi kemenangan Anda di game tetap terhitung legal. Dengannya, Anda dapat memasangkan beragam jenis papan ketik – baik full-size maupun varian one-hand – serta mouse. Meski begitu, GamoHub menyarankan agar Anda menggunakan jenis berkabel/wired agar pengalaman bermainnya optimal.

Gamo G+ Game Adapter ialah aksesori berukuran kecil. Dimensinya hanya 94x31x16-milimeter dan mempunyai bobot 41,5-gram. Ia kompatibel dengan perangkat ber-OS Android 4.4 dan iOS 10, atau versi lebih baru. Mengulik lebih jauh, sepertinya Gamo G+ belum siap menopang smartphone-smartphone yang mengusung system-on-chip MediaTek.

Dengan kemampuannya ini, tentu saja Gamo G+ tak hanya siap menunjang kegiatan bermain, namun juga bisa membantu Anda bekerja layaknya membawa laptop.

GamoHub sudah mulai menawarkan produk tersebut melalui Kickstarter. Di situs crowdfunding tersebut, produsen menjajakannya seharga mulai dari US$ 40 (harga retail-nya adalah US$ 60). Proses distribusi rencananya akan dilakukan pada bulan Agustus 2019.

Hati-Hati, Nintendo Switch Pro Controller Palsu Mulai Beredar di Internet

Periferal seperti Joy-Con, DualShock 4, atau Xbox One controller bukan hanya berfungsi sebagai sistem kendali utama, tapi juga berperan sebagai identitas tak terpisahkan dari console yang didukungnya. Gamepad-gamepad ini selalu dibundel bersama paket penjualan, dan umumnya para produsen hanya menyediakan sedikit pilihan yang dijual terpisah.

Untungnya, beberapa perusahaan third-party sangat berdedikasi untuk menyediakan alternatif dari controller standar. Nama-nama yang mungkin sudah akrab di telinga Anda meliputi Hori, 8BitDo, hingga Razer. Langkah serupa bahkan diikuti oleh sejumlah startup, yang mencoba menjajakan produk-produknya di platform crowdfunding. Namun banyaknya opsi ini tidak menghentikan segerombolan oknum memasarkan produk palsu.

Nintendo Life melaporkan bahwa saat ini banyak beredar Switch Pro Controller imitasi yang dijual di situs eCommerce raksasa semisal eBay. Barang tiruan tersebut tidak seperti produk ilegal murahan yang ada di pasaran: Pro Controller palsu itu punya wujud meyajkinkan. Penampilannya menyerupai versi aslinya; dari mulai penempatan tombol, bentuk, warna, hingga pemakaian case semi-transparan.

Switch Pro Controller palsu.

Senjata utama dari controller imitasi ini ialah harganya. Di eBay Inggris, ‘Wireless Pro Controller Gamepad Joypad Remote For Nintendo Switch Console UK’ dibanderol € 20 atau kisaran US$ 23. Sedangkan harga eceran termahal versi orisinal Switch Pro Controller adalah US$ 70. Untuk mengelabui calon konsumen lebih jauh, sang oknum bahkan menggunakan gambar-gambar promosi Nintendo Switch.

Switch Pro Controller palsu 1

Yang membuat muslihat dari Switch Pro Controller palsu itu terkuak ialah detail-detail kecil di sana. Selain terlalu murahnya, produk tersebut tidak mempunyai logo/branding Nintendo Switch, baik pada tubuh maupun boks penjualan. Sayangnya, perbedaan-perbedaan kecil di sana boleh jadi hanya dapat diketahui oleh gamer berpengalaman. Konsumen awam kemungkinan bisa mudah terperdaya.

Belum dapat dipastikan dampak negatif yang dibawa oleh produk palsu pada Switch, tapi kita bisa menduga ia akan mengacaukan sistem console jika digunakan dalam durasi lama.

Di Indonesia sendiri, harga dari Switch Pro Controller sudah melampaui Rp 1 juta – jauh lebih tinggi dibandingkan DualShock 4 dan Xbox One controller di kisaran Rp 700 ribuan. Menyadari harga yang sangat mahal itu, sejumlah toko game turut menyediakan opsi gamepad third-party buatan Nyko dengan harga hampir sepertiga Switch Pro Controller orisinal.

Namun jika betul-betul menginginkan periferal berlisensi resmi, Anda bisa memilih Hori GameCube Controller buat Switch atau Wired Controller racikan PowerA. Tapi dengan harga yang lebih ekonomis, Anda harus mau menerima kekurangannya: hanya tersedia koneksi wired, tanpa NFC, gyro, serta HD Rumble.

Jumpgate Ialah Docking Serbaguna yang Siap Dukung Nintendo Switch Sampai MacBook

Uniknya konsep penyajian Switch serta lebih terbukanya Nintendo pada developer third-party dan kesediaan mereka menyuguhkan game-game retro membuat console hybrid itu jadi favorit produsen periferal. Ada beragam aksesori yang bisa membuat ber-gaming di Switch lebih praktis, dari mulai power bank hingga aksesori yang memungkinkan tablet Switch diposisikan vertikal.

Setelah sukses menggarap GripCase untuk Switch, kali ini, tim Skull & Co. mencoba menawarkan sebuah unit docking alternatif bernama Jumpgate. Dengannya, pemakaian Switch bisa menjadi jauh lebih fleksibel, lalu ia juga dapat membantu console current-gen Nintendo itu mengindari kerusakan. Hebatnya lagi, Jumpgate tak cuma kompatibel dengan Switch saja.

Jumpgate ialah docking berkonsep portable. Wujudnya sangat mungil, dengan dimensi hanya 107x100x25mm, sengaja didesain untuk bekerja sebagai dudukan Switch tanpa menutup bagian layar – mirip Adjustable Charging Stand. Lewat cara ini, kita bisa mengganti mode (dari TV ke tabletop) secara simpel dan kita tidak perlu melepas casing Switch sewaktu mau menaruhnya di docking.

Dalam perancangan Jumpgate, aspek sirkulasi udara turut menjadi perhatian Skull & Co. Aksesori ini mengusung struktur pop-op: tekan tubuhnya ke bawah untuk membuka celah ventilasi. Selain menopang Switch lebih mantap, celah ini berfungsi sebagai pintu masuk aliran udara. Dan karena tidak menutup tubuh console seperti Switch Dock standar, Jumpgate tidak akan membaret layar.

Jumpgate memperkenankan kita menikmati permainan di mode tabletop tanpa perlu cemas akan kehabisan baterai dan dapat disambungkan dengan dock standar Switch. Aksesori ini secara otomatis akan mengalihkan konten dari layar TV ke unit tablet jika kabel HDMI dicabut.

Jantung dari kapabilitas Jumpgate adalah bagian bernama ‘Core Drive’. Bagian ini bisa dikeluarkan dari Jumpgate dan dicolokkan langsung pada Switch jika Anda ingin menikmati game di mode handheld. Pada dasarnya, segala macam konektivitas fisik docking berada di Core Drive, dari mulai HDMI yang mendukung 4K di 30Hz, USB type-C dengan pasokan tenaga sampai 100W, sepasang port USB 3.0 dan slot kartu MicroSD/SD.

Itu berarti, Core Drive di Jumpgate juga kompatibel dengan laptop (termasuk MacBook) dan bisa menjadi sarana membaca konten thumb drive serta kartu SD via smartphone. Tak cuma itu, Jumpgate memiliki fungsi Samsung DeX, mempersilakan kita mengubah Galaxy S dan Note menjadi PC.

Selain fleksibilitas, harga juga menjadi faktor andalan Skull & Co. di Jumpgate. Untuk kemampuan ala Switch Dock (US$ 60), Apple AV Adaptor (US$ 70) dan Samsung DeX Pad (US$ 100), Jumpgate bisa Anda miliki cukup dengan membayarkan uang US$ 43 dolar selama periode kampanye crowdfunding-nya masih berlangsung di Kickstarter.

Hori Siapkan Alternatif Joy-Con yang Lebih Nyaman Untuk Menikmati Game Fighting dan Action

Namanya memang tidak seterkenal Logitech atau Razer, namun Hori merupakan salah satu perusahaan aksesori gaming third-party tertua di dunia. Berbisnis sejak tahun 1983, Hori memperoleh lisensi resmi untuk memproduksi periferal console Nintendo, Sony dan Microsoft; serta punya hubungan baik dengan studio-studio game ternama seperti Capcom, Konami hingga Sega.

Dan belakangan, produsen aksesori asal Jepang itu memfokuskan perhatiannya pada console hybrid Nintendo Switch. Minggu lalu, mereka memperkenalkan controller GameCube buat Switch bertema Pikachu, Mario dan Zelda. Dan hampir berbarengan dengan momen pengungkapan itu, Hori turut menyingkap alternatif controller Joy-Con sebelah kiri yang menyimpan directional pad.

Hori D-Pad Joy-Con Controller 3

Pendekatan desain ala GameCube Controller diusung lagi di Hori D-Pad Joy-Con Controller berupa decal dan stiker yang merepresentasikan tema The Legend of Zelda: Breath of the Wild dan Super Mario. Aksesori ini kabarnya menawarkan solusi atas keluhan utama pengguna Switch terhadap unit D-Pad Joy-Con orisinal,  terutama pada aspek input.

Selain buat digunakan secara personal, Nintendo sengaja merancang agar bagian kiri dan kanan Joy-Con dapat dijadikan dua controller terpisah, sehingga memungkinkan dua orang menikmati game (misalnya Mario Kart 8 Deluxe) via mode multiplayer split-screen. Walaupun penampilan Joy-Con kanan dan kiri tidak betul-betul simetris, Nintendo memang berusaha membuat wujud mereka identik.

Hori D-Pad Joy-Con Controller

Kendalanya muncul begitu Anda ingin bermain sendiri secara on-the-go. Directional pad berupa empat tombol terpisah memang kurang nyaman dan intuitif, apalagi buat menangani game-game fighting atau action side-scrolling. Melalui D-Pad Joy-Con Controller-nya, Hori menyuguhkan directional pad secara ‘utuh’ berupa satu tombol plus.

Tapi perlu diketahui bahwa Hori D-Pad Joy-Con Controller hanya bisa digunakan di mode handheld oleh seorang pengguna. Alasan mengapa produk dijajakan di harga yang cukup terjangkau (hanya US$ 25) adalah absennya sejumlah teknologi dan fitur, misalnya tidak adanya modul Bluetooth, gyroscope, HD Rumble, baterai, serta tombol SL/SR. Dengan begini, ia juga tidak siap menunjang mode couch/console via grip.

Hori D-Pad Joy-Con Controller 2

Ketiadaan baterai internal juga membuat Hori D-Pad Joy-Con Controller menyedot daya lebih banyak dari Switch, bahkan jika console berada dalam mode tidur. Hori berjanji untuk membereskan kendala ini di produk yang akan mereka pasarkan global pada bulan September 2018 nanti.

Hori D-Pad Joy-Con Controller – baik yang versi standar berwarna biru atau varian bertema Zelda dan Mario – kabarnya telah dipasarkan di secara lokal di Jepang mulai tanggal 26 Juli kemarin.

Via IGN & Nintendo Life.

Earphone Berwujud Anting Ini Pastikan Anda Tidak Akan Menghilangkannya

Apple sengaja meracik AirPods untuk menemani peluncuran iPhone 7 yang tidak lagi mempunyai port audio 3,5mm. Selain buat mendengarkan musik dan berkomunikasi, produsen menyematkan sejumlah teknologi seperti kompatibilitas Siri serta sinkronisasi iCloud otomatis. Tapi sejumlah orang mengeluhkan desainnya karena dalam pemakaian sehari-hari, AirPods mudah hilang.

Bahkan tanpa menggunakan desain ‘terpisah’ ala AirPods, produk in-ear phone punya banyak kelemahan: desainnya mungkin kurang nyaman di telinga, lalu ia juga gampang terlepas saat Anda sedang beraktivitas. Scandi Electronics punya jalan keluar menarik atas masalah-masalah tersebut. Startup yang didirikan oleh Melissa Eldridge itu memperkenalkan Swings, earphone dengan rancangan seperti anting.

Perlu Anda ketahui bahwa Swings tidak bisa dipakai oleh semua orang. Karena disajikan seperti anting, earphone wireless ini hanya bisa dikenakan oleh mereka yang pernah menindik/melubangi daun telinga. Swings memang sengaja didesain untuk wanita. Eldridge menjelaskan, Swings ialah sebuah pembuktian bagaimana rancangan anggun dan kualitas suara bisa ‘hidup berdampingan’.

Swings 3

Cara mengoperasikan Swings sangat mudah, dan ia bisa berkamuflase sebagai aksesori fashion tanpa membuat penampilan Anda jadi canggung (gaun dan earphone olahraga bukanlah pasangan serasi). Sematkan di daun telinga layaknya anting, lalu ketika ingin menikmati musik, tinggal posisikan bagian modul utamanya di lubang telinga layaknya in-ear headphone.

Swings 1

Tentu saja Anda tetap bisa membawa Swings saat berolahraga. Scandi Electronics sangat mendukung kegiatan tersebut, dan sebagai wujud dari perhatian mereka, produsen turut menyiapkan varian Swings Sport. Berbeda dari tipe standar yang dirancang layaknya aksesori fashion dengan warna emas-putih, Swings Sport mengusung warna hitam, dipadu band silikon ringan dan tubuh anti-keringat serta konstruksi tahan benturan.

Swings 4

Swings tersambung ke smartphone Anda melalui konektivitas Bluetooth 5.0, kompatibel ke perangkat Mac, iDevice, Android serta Windows. Masing-masing modul earbud mempunyai microphone, sehingga selain buat mendengarkan musik, Anda juga bisa berkomunikasi secara hands-free. Swings dibekali sensor sentuh untuk mengendalikan fungsinya, serta accelerometer – memungkinkan earphone secara otomatis menjalankan lagu begitu Anda pasang di lubang telinga.

In-ear headphone berwujud anting ini menyimpan baterai built-in yang menjanjikan lima jam penggunaan. Tim Scandi tak lupa menyediakan charging case dengan unit baterai tambahan, daya tahannya mencapai 24 jam.

Saat ini Scandi sedang melangsungkan kampanye crowdfunding agar Swings bisa sampai ke tangan konsumen. Mereka membutuhkan modal minimal US$ 200 ribu. Di situs Kickstarter, produk dijajakan seharga mulai dari US$ 130.

AirFly Sambungkan Headphone Bluetooth Apapun ke Perangkat Non-Bluetooth

Mayoritas headphone Bluetooth dilengkapi colokan 3,5 mm sehingga dapat disambungkan ke sumber audio yang tidak memiliki Bluetooth, semisal sistem hiburan dalam kabin pesawat. Lain ceritanya kalau Anda membawa true wireless earphone seperti Apple AirPods, yang benar-benar hanya bisa disambungkan via Bluetooth saja.

Soal kepraktisan dan portabilitas, AirPods memang sangat unggul. Namun bagaimana seandainya Anda ingin menikmati hiburan yang tersedia selagi berada dalam kabin pesawat, dan Anda tidak mau menambah barang bawaan dengan menyelipkan headphone atau earphone ekstra? Solusinya bisa dengan memanfaatkan aksesori bernama AirFly.

Twelve South AirFly

AirFly pada dasarnya merupakan adaptor Bluetooth yang mengemas konektor 3,5 mm, sehingga pada dasarnya ia dapat menghadirkan konektivitas Bluetooth pada perangkat apapun yang memiliki jack 3,5 mm, termasuk sistem hiburan dalam kabin pesawat itu tadi. Ini pun juga menjelaskan alasan di balik penamaan AirFly.

Cukup sambungkan AirPods ke AirFly, lalu tancapkan AirFly ke colokan yang terdapat di bangku pesawat dan Anda pun siap menikmati konten yang tersedia tanpa direcoki oleh kabel. Dalam satu kali pengisian via USB, AirFly bisa beroperasi sampai 8 jam, jauh lebih lama dari daya tahan baterai AirPods itu sendiri.

Twelve South AirFly

AirFly tidak hanya kompatibel dengan AirPods saja, tapi juga dengan hampir semua headphone dan earphone Bluetooth lain. Kebetulan saja penciptanya adalah Twelve South, yang selama ini memang dikenal sebagai produsen aksesori produk-produk Apple. Mengingat tema yang diusung adalah portabilitas, fisik AirFly pun tergolong ringkas: lebih ramping dari charging case AirPods, dengan bobot hanya sekitar 15 gram.

Satu-satunya kelemahan AirFly mungkin adalah harganya, yakni $40. Namun ini masih termasuk wajar kalau membicarakan tentang aksesori produk Apple, dan lagi ia bukanlah eksklusif untuk AirPods saja.

Sumber: Engadget.

MSI Perluas Koleksi Gaming Gear Mereka Lewat Tiga Produk Baru

Kira-kira sudah satu dekade berselang sejak MSI memutuskan untuk mensponsori Fnatic dan menyelami segmen gaming. Dalam perjalanannya itu, mereka mengembangkan banyak sekali pilihan perangkat buat gamer nomaden serta mulai mengekspansi bisnis untuk mendukung virtual reality. Dan di awal tahun lalu, MSI mulai menginvasi ranah gaming gear kelas premium secara agresif.

Kabar yang cukup menggembirakan buat MSI adalah, performa aksesori gaming racikan mereka ternyata tidak kalah dari produk-produk brand yang sudah lama bermain di sana. Kali ini, perushaan hardware gaming asal Taiwan itu mencoba memperluas koleksi gear dengan memperkenalkan tiga perangkat anyar: ada headphone, keyboard, serta satu combo kit.

 

Headset Immerse GH60

MSI 1

Dari gambar, Immerse GH60 mempunyai arahan desain yang hampir sama seperti kakaknya, Immerse GH70. Headphone ini mengusung headband dua bagian ala SteelSeries Siberia V2, cup over-ear bundar dengan bantalan empuk (berlapis kulit sintetis atau kain), serta lengan mic adjustable yang bisa dimasukkan ke housing. Bedanya, ia tidak dibekali LED RGB.

Di dalam, MSI mencantumkan unit driver Neodymium 50mm. Headphone kabarnya telah memperoleh sertifikasi audio Hi-Res, menjanjikan output yang jernih dan detail, sehingga sempurna buat mengekspos posisi lawan dalam permainan atau sekedar menikmati musik favorit Anda di PC. Lalu karena Immerse GH60 mengandalkan koneksi fisik berupa jack 3,5mm, penggunaannya juga sangat fleksibel.

 

Keyboard Vigor GK40

MSI 2

Vigor GK40 ialah keyboard gaming anti-tumpahan air ber-switch membran karet. Papan ketik ini menawarkan layout full-size, wrist rest ergonomis bertekstur, serta akses multi-media yang diintegerasikan ke tombol Function. Demi memenuhi tren estetika saat ini, GK40 juga ditunjang sistem RGB Mystic Light dengan enam zona pencahayaan, delapan efek berbeda, serta empat tingkat kecerahan.

 

Combo Kit Vigor GK40

MSI 3

Paket ini disediakan bagi Anda yang sedang berhemat, terdiri dari keyboard Vigor GH40 dan mouse gaming Clutch GM10. GM10 adalah mouse ergonomis untuk pengguna non-kidal dengan tubuh semi-simetris plus tekstur anti-slip yang dipersenjatai sensor PixArt. Tersedia empat opsi level DPI, dari 800 sampai 2.400. Switch-nya bisa tetap bekerja normal hingga 10 juta kali klik.

MSI bilang, ketiga produk ini sudah dipasarkan sejak bulan Januari 2018 kemarin, namun produsen sama sekali belum menyinggung harga. Berdasarkan estimasi saya – melihat dari nama serta fitur-fitur mereka – perangkat-perangkat ini disediakan sebagai alternatif lebih terjangkau dibanding gaming gear yang telah MSI pasarkan…

Mirabook Sulap Smartphone Anda Jadi Laptop Penunjang Kerja

Hanya beberapa tahun lalu, prediksi analis soal akhir dari era PC menghebohkan seisi industri. Pengapalan produk komputer konvensional memang terus menurun, tapi tidak berarti ranah ini sekarat. Yang terjadi hanyalah perubahan karakteristik pengguna: banyak orang beralih ke ranah DIY, kepopularitasan gaming PC meroket, lalu laptop jadi semakin ringkas serta bertenaga.

Namun sesuai perkiraan, smartphone juga terus berevolusi menjadi perangkat portable serbaguna. Dan menurut Miraxess, kita hanya perlu membubuhkan aksesori yang pas buat mengubah handset menjadi alat pendukung aktivitas produktif optimal. Anda mungkin sudah sering memanfaatkan keyboard portable untuk mengetik di smartphone, tapi developer asal Perancis ini mencoba menawarkan satu solusi all-in-one.

Mirabook

Lewat Indie Gogo, mereka memperkenalkan Mirabook, sebuah aksesori unik yang mampu menyulap smartphone biasa jadi laptop. Wujudnya betul-betul menyerupai notebook clamshell tradisional. Mirabook mempunyai layar, keyboard, touchpad, dan konektivitas fisik esensial. Tubuhnya berdimensi 320x220x15mm dengan bobot cuma 1-kilogra, menyuguhkan panel IPS seluas 13-inci beresolusi 1080p.

Mirabook 2

Tubuh Mirabook terbuat dari aluminium, memanfaatkan smartphone Anda sebagai unit utama pengolah data. Itu artinya, temperatur yang dihasilkan olehnya sangat minimal. Lalu tanpa kehadiran kipas, Mirabook beroperasi dengan hening. Fitur spesial lain di aksesori ini terdapat pada kemampuan ala power bank-nya. Saat tersambung, Mirabook dapat mengisi baterai smartphone Anda secara terus-menerus hingga 10 jam.

Mirabook 1

Mirabook saat ini kompatibel dengan sejumlah handset Android (dan Windows Phone) yang memiliki port USB type-C, di antaranya: Samsung Galaxy S8, LG G5, LG V34, LG V20, HTC U Ultra, HTC 10, Asus ZenFone 3 Ultra, HP Elite x3, Acer Liquid Jade Primo, Microsoft Lumia 950, dan Lumia 950 XL. Miraxess juga berjanji untuk memperluas kompatibilitas Mirabook agar mendukung produk Xiaomi, Nokia, LeEco, OnePlus, Huawei, Google Pixel, Motorola, Sony, BlackBerry, dan Oppo via adaptor universal.

Selain kelengkapan standar, Mirabook turut dibekali port HDMI, dua buah USB type-A, slot kartu SD, audio jack, serta sepasang speaker ‘premium’. Dan karena smartphone yang sebetulnya bekerja, Anda tetap ditunjang jaringan 4G, GPS serta Wi-Fi. Uniknya lagi, Mirabook tak cuma dapat ‘diotaki’ oleh smartphone, tapi juga dapat disambungkan ke Raspberry Pi serta PC-PC stick.

Kampanye crowdfunding Mirabook sudah rampung berbulan-bulan silam, namun produk ini tetap bisa Anda pesan di Indie Gogo seharga mulai dari US$ 250. Tersedia pilihan warna hitam, biru, merah, hijau, kuning dan merah muda.