Digiasia Bukukan “Debt Funding” 711 Miliar Rupiah, Perkuat Unit P2P Lending

Setelah mengantongi pendanaan Seri B awal tahun 2020 lalu, perusahaan fintech Digiasia Bios kembali merampungkan pendanaan melalui jalur debt funding senilai $50 juta atau setara 711,8 miliar Rupiah. Tidak diinfokan lebih detail mengenai institusi mana saja yang terlibat meminjamkan/menyalurkan dana tersebut.

Kepada DailySocial, Co-Founder & CEO Alexander Rusli mengungkapkan, dana segar tersebut nantinya akan dimanfaatkan untuk memperkuat kanal bisnis p2p lending.

“Saat ini channel tersebut sudah berjalan sejak 1,5 tahun terakhir, dengan pendanaan ini akan ramp up rencana kita. Kita telah memberikan pinjaman kepada sekitar 11 ribu warung,” kata Alex.

Modal tambahan tersebut juga akan dimanfaatkan untuk berinvestasi kepada mitra strategis. Untuk rencana ini Alex menegaskan masih dalam tahap pengembangan dan baru saja dirilis. Pihaknya masih dalam tahap monitoring dan pengamatan terlebih dulu.

Digiasia didirikan oleh mantan petinggi Indosat Ooredoo, yakni Alexander Rusli (mantan CEO) dan Prashant Gokarn (mantan Chief Digital & Service Officer) pada 2018 lalu.

Sejumlah kemitraan Digiasia

Dari sisi partnership, Digiasia telah bermitra dengan sejumlah perusahaan transportasi untuk menyediakan kemudahan bertransaksi, seperti kerja sama KasPro (unit usaha Digiasia) dengan Damri untuk rute tertentu di Bandung. Di sisi lain, penjualan produk B2B dari Metrodata difasilitasi KreditPro (unit usaha Digiasia).

Salah satu portofolio menarik dari Digiasia adalah layanan remitansi online. Sinergi strategis dengan Mastercard dapat menjadi penguatan layanan RemitPro atau chapter baru untuk menjadikan satu ekosistem dari seluruh produk existing Digiasia.

Menurut perusahaan, RemitPro sudah tersedia di 60 negara dengan dukungan 200 agen pembayaran. RemitPro juga bekerja sama dengan PT Eka Bakti Amerta Yoga sebagai mitra penyelenggara transfer dana remitansi, yang memungkinkan pencairan dana di 4.800 kantor pos dan 10.000 cabang BRI di Indonesia.

Alex Rusli in the Ecosystem: Startup Founder and Angel Investor

Alex Rusli is very familiar in ecosystem circles. One of the peaks of his career was when he served as CEO of Indosat Ooredoo (Indosat), one of the largest telecommunications services in Indonesia.

Now Alex Rusli is busy with his business and investments. DailySocial tries to find out what he is currently busy with as an entrepreneur, a commissioner in three companies, and an angel investor.

Enthusiasm for innovation

Alex first joined Indosat in January 2010 as an Independent Commissioner. Then he was appointed President Director and CEO two years later. Several digital products launched by Indosat under his leadership are Cipika, Cipika Play, Cipika Books, and Dompetku.

“Before serving as CEO at Indosat Ooredoo, my career at Indosat was quite long. Previously I also had experience working in government and other companies,” said Alex.

After leaving Indosat in 2017, Alex has been involved in various positions which are claimed to have spent more time working than when he was at Indosat.

“For me, activities as an entrepreneur, and especially starting a startup, provide its own adrenaline which is very interesting to follow. The structure of an irregular startup makes this process full of challenges but full of disruption,” said Alex.

Together with his former colleague at Indosat, Prashant Gokarn (former Chief Digital & Service Officer), Alex founded Digiasia Bios (Digiasia). The company, which targets fintech services, is the holding company for the e-wallet service KasPro, the P2P lending platform KreditPro, and remittance services with digital channels and the RemitPro offline network.

“Right now Digisasia is the biggest investment that I have made. Together with Prashant, we are starting to acquire several companies and their licenses and then we will refresh it into a new story,” said Alex.

All of his professional experiences are used by Alex to further understand fintech services, including regulatory compliance, in Indonesia.

Angel investor journey

Currently Alex has invested in around 11 companies. He does not hesitate to help develop the company’s business, provide consultation, and help them find the right solution for the company’s interests.

Alex claims to enjoy this new activity. Of the several investments made, only one, according to Alex, should be closed. The reason is because of the stubborn attitude and position of the startup founder.

“I have experienced several conditions when startup founders are very stubborn and reluctant to accept input or feedback from investors. As an angel investor, this is quite crucial and certainly disturbs the creation of a good relationship with the startup founder. angel investors, “said Alex.

In the future, Alex sees the dynamics and ecosystem of angel investors will increase in number. According to him, there are already many angel investors that exist in Indonesia, although their movements are not very visible. The concept of long-term investment is one of the attractions to become an angel investor.

“I who like things that are not standard and full of challenges are ideal [conditions] to enter the world of startups and entrepreneurship. But for those who like things that are organized and structured, it’s good to avoid getting into the world of startups,” said Alex.

The dynamics in operator business

Alex himself said that he did not close the opportunity to invest in the telecommunications sector which he has controlled for the last 7 years. However, at this time, he wanted to try to go outside and enter into new sectors and different innovations.

Regarding the challenges faced by telecommunication operators during the pandemic, even though it was a traffic harvest, Alex said, “I see this condition is quite difficult, because during the pandemic telecommunication operator companies could not raise prices. So even though traffic has increased, it is not accompanied by an increase in prices to customers. , “said Alex.

In fact, the telecommunication industry experienced an increase in revenue in the February-March period. However, income growth since March has continued to decline during the pandemic. The need for greater internet bandwidth makes their expectations quite high.

“I see that although fixed broadband services have experienced an increase in the number of new subscribers, from the connection side, there are still many who say that telecommunication operator connections are sometimes better than fixed broadband connections. This means that from the service side, it is still good for telecommunication operators,” said Alex.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Kiprah Alex Rusli di Ekosistem: Pendiri Startup dan “Angel Investor”

Sosok Alex Rusli sangat familiar di kalangan ekosistem. Salah satu puncak kariernya adalah saat menjabat sebagai CEO Indosat Ooredoo (Indosat), salah satu layanan telekomunikasi terbesar di Indonesia.

Kini Alex Rusli sibuk dengan bisnis dan investasinya. DailySocial mencoba mencari tahu kesibukan dirinya saat ini sebagai seorang pengusaha, komisaris di tiga perusahaan, dan seorang angel investor.

Antusias dengan inovasi

Alex pertama kali bergabung dengan Indosat pada Januari 2010 sebagai Komisaris Independen. Lalu ia ditunjuk menjadi Direktur Utama dan CEO dua tahun kemudian. Beberapa produk digital yang diluncurkan Indosat di bawah kepemimpinannya adalah Cipika, Cipika Play, Cipika Books, dan Dompetku.

“Sebelum menjabat sebagai CEO di Indosat Ooredoo, karier saya di Indosat sudah cukup panjang. Sebelumnya saya juga telah memiliki pengalaman bekerja di pemerintahan dan perusahaan lainnya,” kata Alex.

Pasca meninggalkan Indosat tahun 2017, Alex terjun di berbagai posisi yang diklaim menghabiskan waktu bekerja lebih banyak dibandingkan saat dirinya masih di Indosat.

“Buat saya, kegiatan sebagai seorang entrepreneur, dan khususnya mendirikan startup, memberikan adrenalin tersendiri yang sangat menarik untuk diikuti. Struktur startup yang tidak teratur menjadikan proses ini penuh tantangan namun sarat dengan disruption,” kata Alex.

Bersama dengan rekan kerja saat di Indosat dulu, Prashant Gokarn (mantan Chief Digital & Service Officer), Alex mendirikan Digiasia Bios (Digiasia). Perusahaan yang menyasar layanan fintech ini menjadi holding company layanan e-wallet KasPro, platform P2P lending KreditPro, dan layanan remitansi dengan channel digital dan jaringan offline RemitPro.

“Saat ini Digisasia merupakan investasi terbesar yang saya berikan. Bersama dengan Prashant, kita mulai melakukan akuisisi beberapa perusahaan dan lisensi mereka untuk kemudian kami segarkan kembali menjadi cerita yang baru,” kata Alex.

Semua pengalaman profesionalnya dimanfaatkan Alex untuk memahami lebih jauh layanan fintech, termasuk soal ketaatan regulasi, di Indonesia.

Suka duka menjadi angel investor

Saat ini Alex telah berinvestasi ke sekitar 11 perusahaan. Dirinya tidak segan membantu mengembangkan bisnis perusahaan, memberikan konsultasi, dan membantu mereka mencari solusi yang tepat untuk kepentingan perusahaan.

Kesibukan barunya ini diklaim dinikmati Alex. Dari beberapa investasi yang diberikan, hanya satu yang menurut Alex harus tutup. Alasannya karena sikap dan posisi pendiri startup yang keras kepala.

“Saya telah mengalami beberapa kondisi saat pendiri startup sangat keras kepala dan enggan untuk menerima masukan atau feedback dari investor. Sebagai angel investor, hal ini cukup krusial dan tentunya mengganggu terciptanya hubungan yang baik dengan pendiri startup tersebut. Hal tersebut menurut saya yang menjadi duka seorang angel investor,” kata Alex.

Ke depannya, Alex melihat dinamika dan ekosistem angel investor akan meningkat jumlahnya. Menurutnya, sudah banyak angel investor yang eksis di Indonesia, meskipun tidak terlalu tampak pergerakannya. Konsep investasi jangka panjang menjadi salah satu daya tarik untuk terjun menjadi angel investor.

“Saya yang menyukai hal-hal yang tidak baku dan penuh tantangan menjadi [kondisi] ideal untuk terjun ke dunia startup dan enterperneurship. Namun bagi mereka yang menyukai semua serba teratur dan terstruktur, ada baiknya untuk menghindari terjun ke dunia startup,” kata Alex.

Dinamika bisnis operator

Alex sendiri menyebut dirinya tidak menutup peluang untuk berinvestasi ke sektor telekomunikasi yang telah dikuasainya selama 7 tahun terakhir. Namun saat ini, dirinya ingin mencoba keluar dan terjun ke sektor baru dan inovasi yang berbeda.

Tentang tantangan yang dialami perusahaan operator telekomunikasi saat pandemi, meskipun sedang panen traffic, Alex mengatakan, “Saya melihat kondisi ini cukup sulit, karena saat pandemi perusahaan operator telekomunikasi tidak bisa menaikkan harga. Sehingga meskipun traffic mengalami peningkatan namun tidak dibarengi dengan peningkatan harga kepada pelanggan,” kata Alex.

Sebetulnya, industri telekomunikasi sempat mengecap kenaikan pendapatan di periode Februari-Maret. Namun, pertumbuhan pendapatan sejak Maret terus menurun selama pandemi. Kebutuhan bandwith internet yang lebih besar membuat ekspektasi mereka juga menjadi cukup tinggi.

“Saya melihat meskipun layanan fixed broadband mengalami peningkatan jumlah pelanggan baru, namun dari sisi koneksi masih banyak yang menyebutkan koneksi operator telekomunikasi terkadang lebih baik dari koneksi fixed broadband. Artinya dari sisi layanan memang masih baik untuk operator telekomunikasi,” kata Alex.

[Where Are They Now] Apa Kabar Lima Penggiat Startup Ini

Dalam waktu lima tahun terakhir banyak perubahan yang terjadi di dunia startup Indonesia. Merger dan akuisisi, pivot bisnis, pergantian posisi pimpinan, dan tutupnya startup mewarnai dinamika ini.

Beberapa orang yang menjadi pimpinan di suatu tempat kemudian memutuskan untuk mundur dan mendirikan startup baru. Berikut ini rangkuman informasi terkini beberapa penggiat startup yang tetap aktif di ekosistem ini.

Razi Thalib

Berada di bawah bendera PT Cinta Sukses Makmur, Setipe didirikan oleh Razi Thalib akhir tahun 2013. Di tahun 2017 Setipe mengumumkan pihaknya telah bergabung dengan Lunch Actually Group Singapura. Setipe menjadi unit bisnis di bawah kelolaan Lunch Actually Group dan Razi memimpin operasional Lunch Actually Group di Indonesia.

Setelah beberapa waktu mengelola Lunch Actually, Razi kemudian bergabung mendirikan RevoU. RevoU adalah platform pendidikan online yang mendorong individu mendapatkan keterampilan yang dibutuhkan untuk meluncurkan karier yang sukses di bidang teknologi.

I have always been passionate about education. Dulu pernah terlibat bantu kembangkan Indonesia Mengajar. Setelah exit dari Setipe/Lunch Actually di awal tahun lalu, saat melakukan consulting sekaligus mencari next thing I wanted to focus on, kebetulan diajak ketemuan sama Matteo [rekan eks Zalora] dan ngobrol-ngobrol tentang ide RevoU. The rest is history,” kata Razi kepada DailySocial.

Razi menambahkan, saat bekerja di Zalora dulu dirinya melihat kesulitan untuk menemukan talenta di bidang teknologi. Khususnya di bidang yang dikuasai Razi secara personal, yaitu Product dan Marketing, startup kebanyakan harus merekrut anak muda yang cerdas untuk kemudian diberikan pelatihan.

“Setelah saya cek perkembangan mereka yang dulu gabung di tim saya, senang banget melihat mereka sudah menjadi some of the leading digital marketing professionals in the region. That experience inspires how we teach at RevoU and also our expectations of graduates when they get into the workforce,” kata Razi.

Daniel Tumiwa

Sosok yang satu ini sudah lama malah melintang di industri startup. Selain di startup e-commerce, Daniel Tumiwa juga aktif di Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) sebagai Chairman pertamanya. Tahun 2017 Daniel mengumumkan pengunduran dirinya sebagai CEO OLX Indonesia.

Setelah meninggalkan OLX, Daniel disibukkan dengan startup adtech yang bernama Adsvokat. Daniel mendapatkan inspirasi mengembangkan memberdayakan medium tradisional dengan memanfaatkan teknologi. Setelah berjalan selama 11 bulan, startup ini tak lagi dilanjutkan.

Saat ini Daniel mengurusi platform e-learning Udemy for Government. Marketplace edtech asal Amerika Serikat Udemy meresmikan kehadirannya di Indonesia awal tahun 2019 lalu. Udemy berisi konten edukasi yang mengarah ke pengembangan karier profesional dan pengayaan pribadi.

Alex Rusli

Nama Alex Rusli dikenal saat dirinya menjabat sebagai Direktur Utama dan CEO Indosat Ooredoo. Banyak inovasi teknologi yang dilahirkan saat dirinya memimpin Indosat, namun akhirnya kebanyakan layanan ini ditutup dan Indosat kembali fokus sebagai operator.

Tahun 2017 Alex mundur dari jabatannya. Dirinya kemudian disibukkan dengan kegiatan baru, termasuk Chairman iflix Indonesia dan Co-founder dan Direktur Digiasia Bios, sebuah holding startup yang didirikannya. Alex juga terlibat sebagai komisaris di tiga perusahaan (Hermina, Linknet, Unilever) dan menjadi angel investor di beberapa perusahaan.

Dayu Dara Permata

Dayu Dara Permata kita kenal ketika menggawangi kelahiran GoLife. Layanan ini sempat mewarnai diversifikasi produk Gojek, namun sayangnya harus ditutup tahun ini seiring dengan meredupnya efektivitas bisnis sejak akhir tahun lalu.

Lepas dari Gojek, Dayu mengembangkan startup baru yang menyasar sektor properti (proptech). Bersama Ahmed Aljunied, Pinhome didirikan untuk memfasilitasi transaksi properti agar lebih mudah, cepat, dan transparan dengan bantuan teknologi. Kepada DailySocial Dayu mengklaim Pinhome bukanlah sebuah property house atau marketplace.

“Pinhome sangat berbeda. Kami adalah sebuah platform online yang memfasilitasi interaksi antara pemilik, pembeli, dan agen properti. Sebagai pemilik properti akan sangat dimudahkan karena ke depannya kami akan memiliki akses ke ratusan ribu agen yang siap membantu memasarkan propertinya.”

Brata Rafly

Brata Rafly sudah cukup lama berkecimpung di dunia teknologi Indonesia, termasuk bekerja di Microsoft, Yahoo dan Intel. Tahun 2015 Brata resmi menjabat sebagai CEO Dimo. Dimo bergerak di layanan sistem pembayaran berbasis kode QR dengan jargonnya Pay by QR.

Lepas dari Dimo, Brata kemudian menjabat sebagai CEO Finfleet. Finfleet adalah bentuk pivot dari Etobee, sebuah startup marketplace logistik.

Finfleet menempatkan diri sebagai startup yang bergerak di logistik dengan layanan khusus jasa keuangan, dengan model bisnis B2B2C. Jenis layanannya mulai dari verifikasi konsumen, pengiriman produk keuangan seperti kartu debit dan kredit, pembayaran dan pick up (dokumen, COD, mobile ATM) dan akuisisi konsumen (jual produk keuangan).

Operator Lokal Sebut Tarif Paket Data di Indonesia Terlalu Murah

Ilustrasi Mobile Data / Shutterstock

Gencarnya operator seluler Indonesia untuk memanjakan pelanggan dengan layanan 4G LTE memang dapat menguntungkan para pemain layanan Over The Top (OTT) seperti Google dan Facebook, tapi tidak demikian dengan operator Indonesia sendiri. Pihak operator seluler yang membangun jaringannya merasa harga paket data di Indonesia masih terlalu murah dan menyerukan kenaikan harga paket data secara kolektif.

Continue reading Operator Lokal Sebut Tarif Paket Data di Indonesia Terlalu Murah

Here Are The Winners of Indosat’s IWIC 8

The annual Indosat Wireless Innovation Contest 8 (IWIC 8) has successfully generated 23 young Indonesian technopreneurs. The event is a token of Indosat’s Corporate Social Responsibility (CSR) program and has been held annually since 2006. Continue reading Here Are The Winners of Indosat’s IWIC 8

Ini Dia 23 Pemenang Dalam Ajang IWIC 8 Indosat

shutterstock_127477574

Ajang tahunan Indosat Wireless Innovation Contest 8 (IWIC 8) yang merupakan ajang kompetisi pengembangan ide dan aplikasi mobile telah berhasil menjaring 23 technopreneur muda Indonesia. Ajang kompetisi ini diselenggarakan Indosat sejak tahun 2006 dan merupakan acara rutin tahunan yang dimasukkan sebagai program tanggung jawab perusahaan kepada masyarakat (Corporate Social Responsibility).

Continue reading Ini Dia 23 Pemenang Dalam Ajang IWIC 8 Indosat

Indosat Resmi Luncurkan Inkubator Baru, Ideabox

Indonesia kini kedatangan lagi satu inkubator startup baru. Pada hari Rabu (9/10) Indosat secara resmi telah meluncurkan inkubator startup terbaru yang diberi nama Ideabox. Inkubator yang juga menyediakan co-working space bagi sejumlah penggiat startup yang terpilih ini merupakan hasil kerjasama dari nama-nama besar di industri digital dunia. Continue reading Indosat Resmi Luncurkan Inkubator Baru, Ideabox

Alexander Rusli Terpilih Menjadi CEO Baru Indosat

Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Indosat memilih Alexander Rusli selaku Presiden Direktur & CEO baru untuk meneruskan kepemimpinan Harry Sasongko yang habis per 1 November 2012. Sebelumnya Alexander Rusli adalah Komisaris Indenpenden Indosat sejak tahun 2010. Selain Alexander Rusli, Rudiantara menjadi orang baru dalam jajaran baru Komisaris Indosat sebagai Komisaris Independen. Nama Rudiantara tidaklah asing di dunia telekomunikasi karena pernah menjadi bagian Dewan Direksi XL.

Continue reading Alexander Rusli Terpilih Menjadi CEO Baru Indosat