Nvidia Bakal Akuisisi ARM Senilai Rp598 Triliun

Nvidia mengumumkan bahwa mereka akan mengakuisisi ARM dari SoftBank dengan nilai US$40 miliar (sekitar Rp598 triliun). Dengan akuisisi ini, ARM akan melebur dengan Nvidia sebagai salah satu divisi mereka. Meskipun begitu, ARM akan tetap bermarkas di Cambridge, Inggris.

Selain itu, Nvidia juga meyakinkan, mereka tidak akan memonopoli teknologi ARM. Perusahaan desainer chip itu masih akan menggunakan model lisensi terbuka yang mereka gunakan saat ini. Tak hanya itu, mereka juga akan menjaga netralitas mereka, menerima klien tanpa pandang bulu.

Dalam pernytaan resmi, Nvidia berkata, mereka akan membangun fasilitas R&D baru di markas ARM. Fasilitas R&D tersebut akan fokus pada pengembangan AI. Memang, tampaknya, AI menjadi salah satu alasan utama mengapa Nvidia tertarik mengakuisisi ARM.

nvidia akuisisi arm
ARM akan tetap bermarkas di Cambridge, Inggris. | Sumber: Office Snapshots

“Dalam beberapa tahun ke depan, triliunan komputer yang dilengkapi dengan AI akan menciptakan ekosistem internet-of-things yang ribuan kali lebih besar daripada ekosistem internet-of-people yang ada saat ini. Menggabungkan Nvidia dengan ARM akan membuat kami menjadi perusahaan yang sangat cocok untuk menyambut era AI,” kata CEO Nvidia, Jensen Huang, seperti dikutip dari PCGamer.

ARM merupakan perusahaan yang mengkhususkan diri dalam membuat chip untuk smartphone, tablet, konsol handheld, dan berbagai perangkat lainnya. Produk buatan ARM digunakan oleh berbagai perusahaan besar, termasuk Apple dan Nintendo di Switch. Sementara Nvidia dikenal sebagai pembuat GPU high-end. Memang, ARM juga membuat GPU. Namun, Nvidia biasanya tidak berkutat dengan pembuatan CPU atau mobile hardware. Satu-satunya mobile chipset milik Nvidia adalah lini Tegra.

Nvidia memang sempat berambisi untuk membuat CPU untuk smartphone. Hanya saja, mereka gagal merealisasikan ambisi tersebut. Dengan mengakuisisi ARM, mereka bisa kembali mencoba  untuk membuat CPU smartphone. Meskipun begitu, tampaknya saat ini, Nvidia lebih tertarik dengan data center dan bukannya smartphone. Kepada Forbes, Huang berkata bahwa mereka akan mengubah roadmap mereka. “Kita tahu bahwa data center dan cloud berlomba-lomba untuk menggunakan mikroprosesor ARM, CPU ARM,” ujarnya.

Belakangan, bisnis Nvidia memang sangat baik. Mereka baru saja meluncurkan GeForce RTX 30 Series. Tak hanya itu, laporan keuangan mereka untuk Q2 2020 juga melampaui perkiraan analis.

Sumber: PC Gamer, The Verge, Engadget

Fugaku Adalah Supercomputer Tercepat di Dunia yang Ditenagai Prosesor ARM

Supercomputer tercepat di dunia umumnya bertempat di Amerika Serikat atau Tiongkok, namun tidak untuk pertengahan tahun 2020 ini. Top500 baru saja mengukuhkan Fugaku, sebuah supercomputer buatan Jepang, sebagai yang tercepat; mengalahkan jawara sebelumnya, yaitu Summit milik Departemen Energi Amerika Serikat.

Fugaku adalah supercomputer milik Riken Center for Computational Science di kota Kobe, Jepang. Namun yang paling istimewa adalah komponen yang menjadi otaknya: bukan CPU Power9 bikinan IBM atau malah prosesor rancangan Intel dan AMD, melainkan system-on-a-chip (SoC) 48-core besutan Fujitsu (masih ingat merek ini?).

Kata kuncinya ada di “SoC” itu tadi, yang merujuk pada arsitektur prosesor ARM yang kita kenal selama ini sebagai prosesor smartphone. Ini merupakan pertama kalinya sebuah supercomputer yang ditenagai prosesor ARM ditetapkan sebagai yang tercepat, dan ini sejatinya juga bisa membantu kita lebih memahami rencana Apple untuk meluncurkan Mac versi ARM.

ARM sejatinya menyimpan potensi yang sangat besar di bidang komputasi, dan kalau dalam konteks supercomputer, performanya dapat betul-betul dimaksimalkan tanpa harus memperhatikan faktor seperti konsumsi daya. Fugaku pada dasarnya membuktikan bahwa ARM tidak kalah perkasa dibanding x86 maupun arsitektur prosesor lainnya.

Tentunya Fugaku tidak mengemas satu saja chipset bikinan Fujitsu tersebut, melainkan sebanyak 158.976 unit yang menghabiskan biaya sebesar $1 miliar dan waktu pengembangan selama 6 tahun. Dipadukan semuanya, Fugaku mencatatkan performa komputasi secepat 415,5 petaflop, atau sekitar 2,8 kali lebih kencang daripada supercomputer Summit itu tadi.

Juga menarik adalah bagaimana Fugaku bisa meraih pencapaian ini tanpa melibatkan kartu grafis khusus yang dirancang untuk mendongkrak kinerja komputasi berbasis AI, macam Nvidia Ampere misalnya. Meski begitu, Fugaku kabarnya sudah digunakan untuk membantu berbagai proses riset seputar COVID-19.

Guardian melaporkan bahwa Fugaku sudah menjalankan beragam simulasi terkait bagaimana virus SARS-CoV-2 menyebar via droplet di lingkup kantor dan kereta komuter, dan para ahli berharap Fugaku bisa membantu mengidentifikasi metode perawatan potensial dari sekitar 2.000 obat-obatan yang sudah tersedia, termasuk beberapa yang belum sempat diuji secara klinis.

Sumber: Engadget dan New York Times.

Kolaborasi ARM dan Samsung Buahkan Prosesor 3 GHz

Sampai saat ini, hampir setiap smartphone dan tablet dengan sistem operasi Android dan iOS menggunakan teknologi buatan ARM. Lisensi ARM terbagi dua untuk prosesornya, yaitu lisensi di mana sebuah vendor dapat menggunakan prosesor mereka tanpa adanya modifikasi dan lisensi yang membolehkan vendor untuk melakukan modifikasi. iPhone adalah contoh dari lisensi yang kedua.

Dalam mengembangkan prosesornya, kinerja ARM juga didukung dengan teknologi pengecilan transistor. Semakin kecil dimensi transistor yang ditanamkan, tentu saja semakin kecil daya yang dibutuhkan serta dapat mengurangi temperatur yang dihasilkan.

Saat ini ARM menjalin kolaborasi dengan Samsung untuk memproduksi prosesor Cortex A76. Tidak tanggung-tanggung, kedua perusahaan akan memproduksi prosesor tersebut dengan teknologi 7LPP (7nm Low Power Plus) dan 5LPE (5nm Low Power Early).

PCB Pixabay

Kedua perusahaan itu berharap, dengan menerapkan teknologi tersebut, Cortex A76 mampu berjalan pada clock 3 GHz atau lebih. ARM sendiri mengumumkan bahwa prosesor mereka yang berikutnya bakal mampu berjalan pada clock 3 GHz.

Selain prosesor Cortex A76, dengan proses pabrikasi yang sama, ARM juga berencana untuk mengimplementasikan inti prosesor terbaru mereka yang memiliki teknologi ARM DynamIQ. DynamIQ sendiri merupakan sebuah teknologi penerus big.LITTLE yang mampu menyediakan topologi baru.

Hasil produksi dari pabrik Samsung ini memang belum akan ditemukan dalam waktu dekat. Pengembangannya sendiri baru akan rampun sekitar pertengahan tahun 2019. Untuk produknya sendiri, mungkin akan dirasakan oleh konsumen pada akhir tahun 2020 nanti.

Sumber: Samsung NewsRoom.

Samsung dan ARM Berkolaborasi Meracik Chipset Berperforma Tinggi

Samsung Electronics baru saja mengumumkan kerjasama terbarunya dengan perusahaan semikonduktor ternama, ARM sebagai salah satu upaya untuk mendongkrak kapabilitasnya dalam menghadirkan komponen komputasi berperforma tinggi.

Menggunakan teknologi 7LPP (7nm Low Power Plus) dari Samsung Foundry dan teknologi 5LPE (5nm Low Power Early), platform IP fisik Arm Artisan bakal mampu menjalankan kinerja komputasi 3-gigahertz untuk sistem chip berdaya gempur tinggi.

Dalam keterangan resminya, wakil presiden Foundry Marketing Team di Samsung Electronics Ryan Sanghyun Lee mengatakan, “Membangun ekosistem desain yang luas dan berbeda adalah suatu keharusan. Kolaborasi dengan Arm di bidang solusi IP sangat penting untuk meningkatkan daya komputasi berkinerja tinggi dan mempercepat pertumbuhan kemampuan Artificial Intelligence (AI) dan Machine Learning.

Platform IP fisik Artists milik ARM yang diintegrasikan ke Samsung 7LPP dan 5LPE disebut mencakup arsitektur logika HD, GPIO 1.8V dan 3.3V libratries dan rangkaian kompiler memori lengkap. Samsung juga menjanjikan dukungan Artisan POP IP di inti prosesor terbaru dengan teknologi ARM DynamIQ.

Sebagai penyegar ingatan Anda, ARM pertama kali merilis Cortex A76 pada bulan Mei lalu. Tipe ini merupakan tipe CPU pertama yang menjalankan kode kernel 64-bit dan mendukung aplikasi yang menggunakan set instruksi 32-bit A32 dan T32 selain 64-bit A64. Bahasa sederhanya, bahwa semua aplikasi nantinya dapat berjalan dengan normal di CPU generasi mendatang ini. Perusahaan juga meluncurkan desain GPU premium Mali G76 untuk melengkapi A76.

Samsung menutup rilis resminya dengan mengatakan bahwa teknologi proses 7LPP akan siap untuk produksi awalnya pada paruh kedua tahun 2018. Teknologi proses litografi ultra violet (EUV) pertama dan IP kunci sedang dalam pengembangan dan diharapkan akan selesai pada paruh pertama tahun 2019.

Sumber berita Samsung.

Chipset Qualcomm Snapdragon 850 Dibuat Khusus untuk Laptop

Ketika membahas mengenai smartphone flagship, hampir bisa dipastikan nama Snapdragon selalu disebut. Chipset buatan Qualcomm tersebut, utamanya seri 8xx, telah menjadi andalan ponsel Android kelas high-end dalam beberapa tahun terakhir.

Namun sejak Snapdragon 835, Qualcomm melihat potensi chipset smartphone andalannya itu untuk digunakan di laptop. Itulah yang menjadi latar belakang di balik lahirnya Snapdragon 850, sebuah chipset yang secara eksklusif dirancang untuk laptop, dan bukan penerus Snapdragon 845 yang menjadi andalan ponsel flagship terkini.

Snapdragon 850 pada dasarnya menjanjikan peningkatan performa, konektivitas dan daya tahan baterai ketimbang Snapdragon 835 yang digunakan pada laptop. Berdasarkan klaim Qualcomm, performanya naik sekitar 30 persen, sedangkan daya tahan baterainya lebih awet 20 persen.

Sejatinya ada banyak kemiripan antara Snapdragon 850 dan Snapdragon 845, mulai dari proses fabrikasi 10 nm sampai integrasi Qualcomm Artificial Intelligence Engine dan Snapdragon X20 LTE, yang memungkinkan kinerja machine learning yang lebih optimal serta kemampuan transfer data hingga secepat 1,2 Gbps di atas kertas.

Dari kacamata sederhana, Snapdragon 850 bisa dianggap sebagai Snapdragon 845 yang telah dioptimalkan untuk ekosistem PC. Qualcomm gampangnya ingin menghadirkan keunggulan-keunggulan smartphone dan arsitektur ARM ke ranah laptop, utamanya prinsip always on dan always connected, serta baterai yang bisa tahan seharian.

Kalau semuanya berjalan sesuai rencana Qualcomm, laptop berbekal chipset Snapdragon 850 dari berbagai pabrikan bakal dirilis pada musim liburan tahun ini juga.

Sumber: Qualcomm.

Setelah eSIM, Ada iSIM yang Lebih Kecil Lagi dan Terintegrasi Langsung pada Prosesor

Ketika Apple meluncurkan iPhone 7 di bulan September 2016, banyak yang mengkritisi keputusan mereka meniadakan jack headphone. Apple beralasan kompromi ini harus diambil demi menghemat ruang yang tersedia dalam sasis ponsel, sehingga dapat dipakai untuk komponen yang lebih berguna, seperti misalnya baterai yang lebih besar.

Dari tahun ke tahun, pabrikan smartphone pada dasarnya terus mencari cara untuk menghemat ruang pada produk buatannya. Evolusi kartu SIM menjadi Micro SIM lalu Nano SIM adalah salah satu bentuk upaya ini. Belakangan, smartphone seperti Google Pixel 2 malah mulai menggunakan chip eSIM untuk menghemat ruang lebih banyak lagi.

Meskipun sudah sangat kecil, Nano SIM pada kenyataannya masih memakan ruang sebesar 12,3 x 8,8 mm. Dengan eSIM, angkanya turun drastis menjadi 6 x 5 mm. Akankah ini menjadi bentuk evolusi terakhirnya? Kemungkinan tidak, sebab baru-baru ini ada inisiatif lain yang diajukan oleh desainer arsitektur chipset mobile, ARM.

Mereka merancang sebuah komponen terintegrasi bernama iSIM. Berbeda dengan eSIM yang berupa chip sendiri, iSIM tertanam pada chip yang sama tempat prosesor bernaung. ARM bilang bahwa ukurannya hanya “sepersekian milimeter persegi”, dan ongkos produksinya diyakini tidak sampai 10 sen dolar per unit.

Lebih kecil, lebih murah, iSIM tentunya terdengar sangat menarik di telinga pabrikan smartphone. Ya, akan tetapi agar pengadopsiannya bisa meluas, dibutuhkan juga dukungan dari operator telekomunikasi. Untuk sekarang, bahkan eSIM pun belum begitu banyak yang mendukung.

iSIM bakal sangat ideal untuk perangkat seperti dash cam yang membutuhkan koneksi internet secara konstan / Owl Car Cam
iSIM bakal sangat ideal untuk perangkat seperti dash cam yang membutuhkan koneksi internet secara konstan / Owl Car Cam

Kendati demikian, iSIM akan lebih dulu muncul di perangkat IoT (Internet of Things) sebelum smartphone. Setidaknya untuk sekarang, ARM mengembangkan teknologi ini untuk perangkat-perangkat seperti sensor-sensor wireless yang membutuhkan jaringan selular. Saya pribadi melihat iSIM bisa berperan besar dalam perangkat seperti dash cam.

Tujuan ARM adalah menekan ongkos produksi perangkat-perangkat IoT, sehingga pada akhirnya bisa merambah lebih banyak konsumen. Oleh karena itu, mereka menilai iSIM bakal mendapat lampu hijau dari operator, sebab lebih banyak konsumen berarti lebih banyak pelanggan bagi operator.

Satu hal yang perlu diingat, ARM tidak memproduksi chip-nya sendiri. Mereka hanya menyediakan desain referensinya, dan untungnya ini sudah mereka bagikan ke mitra-mitranya, yang diperkirakan bakal merilis chip dengan iSIM paling cepat menjelang akhir tahun nanti.

Sumber: The Verge. Gambar header: Pixabay.

ARM Kembangkan Image Signal Processor Sendiri untuk Tingkatkan Kualitas Kamera Ponsel

Sudah bukan rahasia kalau iPhone menggunakan sensor kamera buatan Sony, tapi lalu mengapa banyak orang setuju kalau hasil fotonya lebih bagus ketimbang ponsel buatan Sony sendiri? Karena kamera sebenarnya baru sebagian dari cerita lengkapnya yang juga melibatkan sebuah komponen krusial bernama image signal processor (ISP).

Apple merancang ISP-nya sendiri, demikian pula Samsung dan Google, dan mereka sudah sangat berpengalaman di bidang ini. Itulah mengapa hasil foto kamera iPhone 7, Galaxy S8 dan Google Pixel bisa digolongkan sebagai yang terbaik saat ini. Kesimpulannya, walaupun sensor kamera yang dipakai sama, hasilnya bisa berbeda karena kualitas ISP itu tadi.

Untuk itu, ARM selaku perusahaan di balik desain arsitektur prosesor semua smartphone merasa perlu turun tangan dalam misi meningkatkan kualitas kamera ponsel. Mereka pun memutuskan untuk mengembangkan ISP-nya sendiri, dikemas dalam sebuah chip bernama Mali-C71.

Begitu superiornya kemampuan chip Mali-C71 dalam mengolah gambar, ARM sebenarnya menarget ranah pengembangan mobil kemudi otomatis / ARM
Begitu superiornya kemampuan chip Mali-C71 dalam mengolah gambar, ARM sebenarnya menarget ranah pengembangan mobil kemudi otomatis / ARM

Chip ini sendiri sebenarnya diciptakan untuk digunakan dalam pengembangan mobil kemudi otomatis, dimana kemampuannya mengolah gambar dengan sangat andal memegang peran penting dalam memberikan mobil-mobil itu kesadaran akan kondisi di sekitarnya. Pun begitu, ARM rupanya juga sudah merilis ISP ini untuk mitra-mitra pengembang prosesornya – Qualcomm salah satunya.

Secara teknis, ISP rancangan ARM ini akan menjalani 15 langkah selama proses pengambilan gambar. Langkah-langkah itu di antaranya adalah de-noising, de-mosaicing, dead pixel correction dan tone mapping. Sederhananya, semua langkah ini akan sangat berpengaruh pada hasil akhir foto yang ditangkap kamera smartphone.

Lalu ketika semua smartphone nantinya menggunakan sensor buatan Sony dan ISP rancangan ARM, apakah hasil foto kameranya bakal identik? Tidak, karena vendor smartphone nantinya dipersilakan untuk mengoptimalkan ISP-nya sendiri lebih lanjut.

Singkat cerita, inisiatif ARM ini diyakini bisa meningkatkan kualitas kamera smartphone secara luas, bukan cuma brandbrand yang selama ini menduduki kasta tertinggi saja.

Sumber: The Verge. Gambar header: Pixabay.

Prosesor Terbaru ARM Cortex-A72 3,5 Kali Lebih Cepat dari Cortex-A15

Kita memang belum lama menjalani tahun 2015, akan tetapi ARM, perusahaan pengembang prosesor reference untuk perangkat mobile, telah mengumumkan kehadiran prosesor terbarunya, yang rencananya siap dimanfaatkan oleh produsen prosesor mobile kelas mainstream seperti Qualcomm di tahun 2016. Continue reading Prosesor Terbaru ARM Cortex-A72 3,5 Kali Lebih Cepat dari Cortex-A15