5 Tren Teknologi yang Terus Membantu Bisnis di Tahun 2020

Ekspansi dan pertumbuhan teknologi tidak menunjukkan tanda-tanda untuk melambat dalam waktu dekat. Teknologi digital tak jarang menjadi disrupsi utama dalam industri. Bahkan saat ini, digital membentuk kembali bagaimana industri dan berbagai perusahaan di dalam industri tersebut dalam beroperasi dan berkinerja. Yang menarik adalah bahwa teknologi baru diadopsi dengan cepat, yang memaksa berbagai bisnis untuk beradaptasi dengan cepat atau berisiko ketinggalan.

Adaptasi teknologi teranyar punya sifat disruptif. Hal tersebut seringkali mengubah cara sebuah perusahaan beroperasi sedikit demi sedikit, bahkan terkadang mengubah secara keseluruhan. Dengan kata lain, teknologi selalu berdampak pada bisnis. Di penghujung 2019 ini, masih banyak menyisakan pertanyaan tentang bagaimana teknologi dapat terus memberikan impact terhadap sebuah industri. Oleh karena itu, berikut ini adalah tren teknologi yang akan membantu bisnis di masa depan, khususnya di tahun 2020.

Artificial Intelligence (AI) dan Big Data

Walaupun masih ada perdebatan seputar Artificial Intelligence (AI) dan perkembangannya—sebagian orang khawatir AI akan menggantikan peran manusia sementara yang lain cukup antusias tentang manfaatnya—pengembangan AI di Indonesia masih dalam tahap awal pengembangan dan masih jauh dari perkembangan true AI. Namun, apa yang berkembang sejauh ini telah menemukan jalannya ke industri dan perusahaan.

Saat ini, AI dan Big Data hadir di hampir semua bidang bisnis mulai dari fitur chatbot hingga layanan transkripsi hukum bertenaga AI yang digunakan oleh firma hukum hingga penggunaan praktis dalam industri, seperti kesehatan, manufaktur, pendidikan, dan lain-lain. AI bisa dibilang adalah teknologi yang paling cepat diadopsi karena menggunakan machine learning, pembelajaran yang dalam, dan kemampuan pengenalan alami yang dapat digunakan oleh berbagai bisnis baik besar maupun kecil. Karena potensinya yang tampaknya tidak terbatas, tren AI akan terus mempengaruhi bisnis dan mendorong inovasi melalui industri di tahun-tahun mendatang.

Selain AI, Implementasi big data atau himpunan data dalam jumlah besar umumnya lebih sering ditujukan untuk kebutuhan bisnis. Dewasa ini, big data banyak dijadikan sebagai salah satu penentu dalam pengambilan keputusan bisnis.

Berbicara dalam scope yang lebih luas, big data tak hanya diandalkan semata-mata untuk itu. Big data dapat diaplikasikan pada jenis usaha yang dapat memberikan perubahan lebih baik terhadap masyarakat.

Internet of Things (IoT)

Internet of Things (IoT) dipercaya sebagai satu teknologi yang semakin memengaruhi kinerja bisnis berbagai lini kegiatan organisasi. Transformasi digital dimungkinkan dengan memanfaatkan teknologi ini. Industry 4.0, Intelligent Transportation System dan Smart City adalah bidang yang memanfaatkan IoT sebagai enabler nya. Tren ini sudah mulai mempengaruhi bisnis modern dan akan terus meningkat di masa depan. Permintaan ini menciptakan kebutuhan akan lebih banyak perangkat IoT. Saat ini, perangkat pintar dan gadget perlahan menjadi standar tidak hanya untuk konsumen tetapi juga untuk bisnis. Perangkat, seperti Amazon Alexa, Echo, Google assitant, dan lainnya cukup populer di kalangan konsumen akhir-akhir ini.

Selain fokus pada kota-kota yang sudah melek digital. Bidang industri juga memiliki pasar yang besar untuk pengembangan dan implementasi IoT. Syarat yang sama juga berlaku pada perusahaan-perusahaan pasar IoT. Memang, untuk skala Nasional, Indonesia masih jauh dikatakan siap untuk implementasi proyek IoT ini. Namun, dengan mulai pada beberapa area yang sudah “matang” bukanlah langkah yang buruk, hal tersebut akan mempercepat pengembangan dan implementasi IoT sehingga, proyek IoT tidak berhenti.

Fintech

Fintech merupakan kolaborasi antara finansial/keuangan dan teknologi. Cepatnya kemajuan teknologi membantu para startup membangun inovasi produk keuangan yang berbeda dari perbankan konvensional. Di banyak negara, inovasi keuangan dari startup tersebut terbukti tidak hanya memunculkan solusi-solusi baru yang inovatif buat konsumen, tetapi sekaligus menggoyang industri keuangan yang sudah mapan.

Fintech merupakan salah satu contoh primadona dibandingkan industri lainnya karena terus bertransformasi. Fintech tidak melulu berbicara soal sistem pembayaran dan lending, tapi ada juga vertikal bisnis lainnya seperti insurtech, remitansi, regtech, blockchain, kripto, data analytics, dan lain sebagainya.

Alasan pertama, layanan Fintech menawarkan kecepatan. Dengan teknologi big data, penggunaan algoritma, dan proses online, keputusan kredit bisa diambil dalam rentang waktu sangat cepat jika dibandingkan bank konvensional. Pengisian aplikasi dilakukan sepenuhnya melalui online dengan desain teknologi yang sangat memahami perilaku para penggunanya. Pinjaman diproses tanpa perlu tatap muka dengan nasabah

Health Tech

Salah satu vertikal startup yang diprediksi bakal mengalami perkembangan adalah health tech. Dalam survei Gallen Growth Asia dilaporkan beberapa tren perkembangan layanan healthtech, mulai dari kategori, pendanaan, hingga sebarannya di wilayah Asia Pasifik.

Bidang kesehatan menjadi salah satu segmen yang saat ini banyak digarap oleh para pengembang di level startup. Umumnya menyediakan layanan reservasi dan direktori dokter, namun beberapa lainnya mengeluarkan inovasi baru yang siap diandalkan untuk kebutuhan medis penggunanya.

Di Indonesia, layanan teknologi kesehatan diprediksikan sebagai sektor yang menyimpan potensi besar. Salah satu layanan yang ada di industri ini adalah layanan konsultasi dokter online. Sudah banyak penyedia layanan ini tersedia di Indonesia. Sebagai bisnis yang bergantung kepada kepercayaan pengguna, tantangan besar bagi para penyedia layanan untuk bisa menjaganya.

Cloud Computing

Cloud computing (atau komputasi awan) saat ini sudah menjadi sesuatu yang sangat umum, terutama di kalangan pengembang software. Berbagai keunggulan cloud computing, seperti dalam skalabilitas, keandalan dan portabilitas membawakan daya tarik tersendiri, terlebih sistem pembayaran layanan cloud kebanyakan cukup fleksibel, yakni dibayarkan sesuai dengan penggunaan atau umum disebut dengan istilah “pay as you use”. Teknologi telah menjadi komponen kritis dalam operasional bisnis, berbagai kegiatan, terutama yang menghubungkan langsung dengan konsumen banyak ditompang olehnya, dan salah satu platform yang banyak digunakan tak lain adalah cloud computing.

Pembiayaan untuk kebutuhan teknologi dalam lebih diefisienkan dengan pemanfaatan teknologi cloud computing, seperti meminimalisir biaya pembelanjaan hardware dan pemeliharaan, namun untuk menciptakan nilai yang optimal bisnis juga harus mengenal betul kemampuan dan kebutuhannya. Cloud computing menawarkan sistem pembayaran yang cukup fleksibel, gunakan sumber daya tinggi saat penggunaan tinggi, dan minimalkan penggunaan sumber daya saat kebutuhan rendah. Hal ini bisa dicontohkan di beberapa skema bisnis, misalnya sistem yang ramai di masa tertentu, sebut saja toko online baju muslim.

Sudah cukup banyak pilihan layanan cloud yang saat ini tersaji. Karena bisnis membutuhkan teknologi yang handal untuk operasional bisnis yang berkelanjutan, pastikan bisnis memilih layanan cloud yang sudah teruji dan terpercaya. Setidaknya sudah ada case study atau pihak bisnis yang sebelumnya pernah menggunakan layanan tersebut dan memberikan testimoni baik. Terlepas dari itu layanan global ataupun layanan lokal.

Tren teknologi tersebut akan terus subur jika pengembangan produk terus dilakukan. Inisiatif inovasi dari korporasi menjadi penting dalam hal ini, terutama perusahaan dengan market access yang besar. Telkomsel sebagai perusahaan telekomunikasi dengan lebih dari 163 juta pengguna, lebih dari 189.000 BTS yang beroperasi di 11 wilayah Indonesia, dan lebih dari 5.500 talenta di dalamnya, saat ini tengah melakukan upaya transformasi digital dengan kegiatan yang dapat membuka potensi inovator Tanah Air.

Telkomsel memperkuat keseriusannya dalam mendorong inovasi digital di Indonesia tersebut melalui program Telkomsel Innovation Center (TINC). Bentuk dukungannya antara lain berupa penyediaan laboratorium IoT (bagi startup yang menggunakan teknologi ini), development funding, development kit, platform, 5G Lab, working space, serta networking access bagi para startup, developer, maupun system integrator dengan para pemain industri terkait.

Tertarik dengan program inovasi dan segala keuntungan yang bisa kamu dapatkan dengan kolaborasi bersama TINC? Telkomsel telah membuka batch 4 dari program inovasi mereka. Informasi lebih lengkap, masuk ke www.instagram.com/tinc.id dan tinc.id.

Disclosure: Artikel ini adalah artikel bersponsor yang didukung oleh Telkomsel.

Lebih Jauh dengan VisionAIre, Platform AI Milik Nodeflux

Perusahaan teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) Nodeflux memiliki sebuah platform yang diberi nama VisionAIre. Platform ini disebut sebagai “otak” dari seluruh aktivitas implementasi AI yang dikembangkan selama bertahun-tahun, dikombinasikan dengan modul analitik, add-ons, dan pengembangan solusi yang dirancang khusus untuk kebutuhan bergam industri.

Pihak Nodeflux menjelaskan, VisionAIre dirancang untuk bisa memanfaatkan data yang didapat untuk meningkatkan kapabilitas pembelajarannnya secara otonom. Dengan kata lain, semakin sering VisionAIre digunakan, semakin handal pula kinerjanya.

Solusi ini cukup fleksibel dan dapat dikembangkan untuk berbagai sektor, seperti pemerintahan, pemasaran, periklanan, jasa keuangan dan pelayanan konsumen. Untuk sektor pelayanan konsumen, pihak Nodeflux membaginya menjadi dua, yakni Smart City Government dan Business Enterprise.

Untuk Smart City Government, VisionAIre memberikan tiga macam solusi. Pertama, pengawasan dan peningkatan keamanan lalu lintas melalui VisionAIre Traffic Management & Surveillance. Kedua, perlindungan individu, lembaga, dan masyarakat terhadap ancaman kejahatan yang melanggar hukum melalui melalui VisionAIre Public Safety, dan yang ketiga untuk mengoptimalkan manajemen kota melalui penegakan aturan dengan sistem otomasi tersedia solusi yang diberi nama VisionAIre Law Enforcement.

Sementara itu untuk kategori Business Enterprise ada empat solusi yang ditawarkan. Pertama adalah VisionAIre People & Facility Management yang ditujukan untuk otomatisasi proses registrasi saat pengunjung memasuki kawasan, proses absensi bagi karyawan, dan sekaligus sebagai solusi pemantau keamanan karyawan dalam sebuah gedung.

Yang kedua ada VisionAIre Know Your Customer, sebuah solusi yang ditujukan untuk mengimplementasikan AI dalam proses otomasi autentikasi. Solusi ini berusaha menghindari human error sekaligus berusaha untuk meningkatkan proses autentiasi dan mengurasi risiko fraud. Solusi ini ditujukan untuk industri keuangan atau perbankan dengan memanfaatkan teknologi pengenalan wajah.

Selanjutnya ada VisionAIre Store Analytics, didesain untuk memberikan analisa akurat terakit kepuasan dan ketertarikan konsumen. Dan yang terakhir ada VisionAIre Ads Analytics, solusi yang memberikan informasi mengenai efektivitas ads placement dan menambah wawasan terkait profil audiens untuk mempertam akurasi kampanye iklan sesuai target audiens.

Melihat VisionAIre bekerja

Sebagai sebuah platform, VisionAIre bekerja melalui proses optimasi teknologi kecerdasan buatan. Teknologi yang ditawarkan mampu mengubah unstructured data seperti gambar atau video menjadi data yang tersturktur yang nantinya bisa dimanfaatkan untuk pemberitahuan atau peringatan dini, analisa prediktif dan lainnya guna mendukung keputusan berbasis data secara langsung.

“VisionAIre dibangun mellaui metode deep learning dan computer vision yang diimplementasikan di atas teknologi virtualisasi dan distributed system. Deep learning sendiri merupakan salah satu teknik dari machine learning untuk mengajarkan komputer belajar melalui data berdasarkan jaringan syaraf buatan (Aritificial Neural Network).”

“Dalam machine learning tradisional, komputer belajar dengan menggunakan fitur yang telah sebelumnya dirancang oleh manusia. Sementara dalam deep learning, komputer akan berusaha untuk mempelajari fitur sendiri. Sedangkan computer vision merupakan metode untuk pemahaman interpretasi visual oleh komputer,” jelas Co-founder dan CEO Nodeflux Meidy Fitranto.

Meidy lebih lanjut jauh menyampaikan bahwa platform VisionAIre dikembangkan bertujuan untuk membuktikan bahwa Indonesia unggul dan mampu menjadi bagnsa mandiri dalam bidang teknologi, khususnya di bidang Artificial Intelligence.

Pencapaian Nodeflux untuk mendapat pengakuan dari instansi teknologi berskala global menjadi sebuah manifestasi bagi misi perusahaan untuk terus meningkatkan tingkat kepercayaan diri Indonesia dan kemandirian bangsa dalam meningkatkan teknologi mutakhir, dengan ini, harapannya ekosistem berbasis AI yang tercipta dapat mempercepat adanya disrupsi dari kecanggihan teknologi ini untuk lebih menyentuh kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia,” imbuhnya.

NIST Welcomes Nodeflux, the One Indonesian Based Tech-Developer for Face Recognition

This September, the National Institution of Standards and Technology (NIST) has welcomed the quality of an algorithm made by an Indonesian based AI tech company, Nodeflux. They put Nodeflux in the 25th position from a total of 90 AI tech companies competing in the Face Recognition Vendor Test (FRVT), with those from China and Russia in the same category.

NIST is a standardize institution and science & technology laboratory under the US Trading Department. It was to create a greater battle in tech development worldwide. One of the programs is FRVT as the fine benchmark of face recognition based on its algorithm.

“NIST benchmark is very helpful for vendors using face recognition to gain an assessment of its technology. Nodeflux, in the 25th place for the Wild 1E-4 dataset category worldwide, is making us very proud for bringing the Indonesian’ tech development to the global competition,” Nodeflux‘ Co-Founder and CEO, Meidy Fitranto said.

The assessment has three categories, Visa, Mugshot, and Wild Dataset by evaluating the identification performance through scenarios, ethnics, gender, and ages. The dataset testing works on some scenarios on field, such as territorial borders, ID access, and city safety.

Face recognition was done with a comparison concept between input and reference images consist of two types, 1:1 (one to one),  comparison of 1 input image with 1 reference image and 1:N (one to many), comparison of 1 input image with various images of all sides.

“In order to get into the Wild 1E-4 dataset category for the 1:1 type, our engineers are passing through the FRTV trial program assessment. In competition with AI giants from China and US is one challenge. We keep running trial to get the most accurate performance, up to this position. Furthermore, there will be improvements for the current technology,” Nodeflux’ Co-Founder and CTO, Faris Rahman.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Alibaba Apsara 2019 Day 2: Apsara Intelligence dengan Arsitektur X-Dragon

Tanggal 26 September 2019 merupakan hari kedua penyelenggaraan Alibaba Apsara Conference 2019. Sayangnya, lalu lintas tidak mendukung karena kami terkena macet yang cukup parah. Hal ini membuat para jurnalis dari Asia Pacific terlambat datang ke tempat perhelatan di Cloud Town, Hangzhou.

Alibaba Apsara Conference Day 2 - Conf

Pembicaraan yang ada di hari kedua Apsara Conference ini membahas mengenai Artificial Intelligence. AI yang diciptakan oleh Alibaba sendiri sampai saat ini sudah digunakan pada ekosistem mereka. Oleh karena itu, algoritma yang mereka ciptakan harus memiliki tingkat presisi yang tinggi. Hal tersebut tentu saja berkaitan erat dengan AI visual yang sedang dijalankan di Tiongkok untuk pengenalan wajah.

Tingkat presisi yang tinggi ini juga tentu sangat diperlukan pada saat AI digunakan untuk lalu lintas. Hal tersebut berkaitan dengan penguraian kemacetan serta prediksi kecelakaan lalu lintas yang akan terjadi. Dan hal ini sudah digunakan pada model smart city di Beijing.

Alibaba Apsara Conference Day 2 - Hanguan 800

Di dalam industri, AI dapat digunakan untuk pengawasan kualitas pada lini produksi. Untuk industri kesehatan, AI sudah digunakan untuk Orthopedik, Pulmonologi, dan Pathologi. Selain AI visual, Speech AI juga sudah digunakan pada ekosistem ekonomi Alibaba.

Alibaba juga memiliki AI untuk kendaraan tanpa supir atau Autonomous Driving. Tidak muluk-muluk, tujuan mereka saat ini adalah dengan menggunakan AI tersebut, maka logistik akan menjadi nyaman dan efisien. Hal ini juga sudah diimplementasikan Alibaba pada anak perusahaannya yang bergerak di bidang logistik, yaitu Cainiao.

Selain untuk logistik, tentu saja AI tersebut akan digunakan sebagai supir di jalan raya. Namun, ilmuwan Alibaba sendiri masih menghadapi kesulitan karena banyaknya dan rumitnya skenario yang ada di jalan raya. Namun, dengan platform yang dinamakan AutoDrive, Alibaba berhasil meningkatkan kinerja AI tersebut lebih dari 18,7%.

Alibaba juga memperkenalkan platform AI Apsara juga meningkatkan efisiensi pada semua aplikasi yang menggunakan teknologi Alibaba, seperti UC dan Lazada. Apsara AI Platform ini juga digadang akan lebih mudah utuk semua orang. Platform ini mendukung framework PyTorch, TensorFlow, MXNet, SQL, SparkML, FlinkML, dan lain sebagainya.

Alibaba Apsara Conference Day 2 - Wujian

Apsara AI Platform juga diklaim mampu memberikan kinerja yang ekstrim pada beberapa skenario. Misalnya saja hasil benchmark internal Alibaba mampu menunjukkan peningkatan kinerja 7 kali lipat dan penggunaan cluster GPU yang meningkat hingga 30%. Semua kemudahan dan kinerja ini dibangun untuk perusahaan-perusahaan di atas cloud dari Alibaba.

Semua AI dari Alibaba dijalankan pada NPU yang sehari sebelumnya diumumkan, yaitu Hanguang 800 yang sudah tertanam pada SoC Wujian. Alibaba juga menciptakan sebuah platform database baru yang dinamakan PolarDB, khusus untuk cloud. PolarDB juga diklaim memiliki performa yang lebih tinggi serta fasilitas yang lebih baik dibandingkan dengan platform database lainnya.

Alibaba Cloud juga meluncurkan generasi ke-3 dari arsitektur X-Dragon. Dimana X-Dragon menciptakan platform komputasi yang terintegrasi – seperti server metal elastic container service (ECS) dan mesin virtual dalam satu platform. Diuji dengan menggunakan berbagai skenario e-commerce yang membutuhkan penggunaan AI tinggi, generasi ke-3 X-Dragon ini diklaim mampu meningkatkan queries-per-second (QPS) sebesar 30% dan menurunkan latensi hingga 60%. Dengan solusi native dari cloud ini, dipastikan tidak ada lagi pemborosan daya dari operasional server fisik. Sehingga, biaya komputasi unit dapat terpangkas hingga 50%.

Alibaba Cloud juga memperkenalkan generasi ke-6 ECS Instance, yang berbasis arsitektur X-Dragon. Pembaharuan  ini menghasilkan peningkatan 20% dalam hal daya komputasi, 30% pengurangan latensi memori, dan 70% pengurangan latensi penyimpanan IO.

“Kami memahami bahwa pengembangan cloud dan AI secara bersama-sama sangat penting untuk mencapai kinerja maksimum di era digital ini. Alibaba Cloud berupaya mengggunakan pengalamannya selama bertahun-tahun dalam menangani sistem e-commerce Alibaba Group untuk menghadirkan kemampuan AI nya ke para konsumen,” ujar Ma Jin, President of Product and Solution, Alibaba Cloud Intelligence.

“Platform AI kami merupakan faktor pendorong kesuksesan Alibaba Group di bidang e-commerce dan logistik, hingga ke keuangan dan New Retail. Dengan menggunakan keahlian dan praktik di industrinya, cloud kami mampu menjadikan AI yang berkekuatan khusus lebih mudah diakses.”

Dengan diperkenalkannya arsitektur X-Dragon, maka berakhir pula acara Apsara Conference 2019 yang diadakan di Cloud Town tersebut. Namun, Alibaba masih mengajak kamu untuk memperlihatkan teknologi baru apa saja yang telah diimplementasikan AI dari Alibaba tersebut. Oleh karena itu, tunggu saja artikel selanjutnya.

NIST Apresiasi Nodeflux, Satu-satunya Pengembang Teknologi Pengenalan Wajah Asal Indonesia

National Institute of Standards and Technology (NIST) bulan September ini mengapresiasi kualitas algoritma pemrograman startup AI asal Indonesia. Startup tersebut adalah Nodeflux, perusahaan teknologi asal Indonesia yang fokus pada pengembangan AI. NIST menempatkan Nodeflux di posisi 25 dari 90 perusahaan teknologi AI yang bersaing dalam penilaian Face Recognition Vendor Test (FRVT), bersaing dengan perusahaan teknologi dari Tiongkok dan Rusia di kategori yang sama.

NIST merupakan lembaga standarisasi dan laboratorium bidang sains dan teknik yang berada di bawah Departemen Perdagangan Amerika Serikat. Tujuannya adalah untuk menciptakan kompetisi unggul dalam pengembangan teknologi di seluruh dunia. Salah satu program yang ada di sana adalah FRVT yang dijadikan tolak ukur kecanggihan teknologi pengenalan wajah berdasarkan algoritma pemrograman yang dipunyai perusahaan teknologi AI.

“Benchmark NIST sangat membantu para vendor yang memanfaatkan teknologi face recognition untuk mendapatkan penilaian dari kualitas teknologi yang dimiliki. Dengan peringkat ke-25 yang diraih Nodefluk untuk kategori Wild 1E-4 dataset di antara vendor dari seluruh dunia, kami sangat bangga terhadap perestasi ini untuk membawa pengembangan teknologi asli Indonesia ke dalam kompetisi global,” terang Co-Founder dan CEO Nodeflux Meidy Fitranto.

Penilaian FRVT memiliki tiga kategori penilaian, yakni Visa, Mugshot, dan Wild Dataset dengan mengevaluasi kinerja identifikasi melalui berbagai skenario, etnik, gender, dan umur. Pengujian dataset tersebut berguna untuk beberapa skenario di lapangan, misalnya untuk pengawasan perbatasan wilayah, akses ID, dan keamanan perkotaan.

Metode face recognition dilakukan dengan konsep pembanding antara wajah input dengan wajah referensi yang terbagi mejadi dua jenis, yakni 1:1 (one to one), perbandingan 1 image input dengan 1 image reference dan 1:N (one to many), perbanding 1 image input dengan beragam image dari tiap sisi.

“Untuk menempati posisi kategori Wild 1E-4 dateset ini untuk jenis 1:1, tim engineering kami berusaha melewati proses penilaian program uji FRTV. Berkompetisi dengan perusahaan raksasa AI di Cina dan US, misalnya memang menjadi tantangan. Kami terus melakukan uji coba berkelanjutan untuk mendapatkan performa akurasi terbaik, hingga menempati posisi ini. Ke depannya, tentu akan ada peningkatan berkelanjutan untuk teknologi yang dirancang,” terang Co-Founder dan CTO Nodeflux Faris Rahman.

Penipuan Jual Beli Online Tak Kunjung Surut, Inovasi Teknologi Bisa Jadi Solusi

Bertransaksi dan berbelanja online sekarang ini sudah menjadi bagian dari keseharian masyarakat Indonesia. Barang yang diperjualbelikan pun beragam, baik dari perabotan, elektronik, hingga digital. Inovasi teknologi memberikan ruang baru bagi kegiatan berbelanja. Kendati demikian, tindak penipuan masih sering terjadi. Modusnya pun beragam, mulai dari resi palsu sampai dengan struk pembayaran palsu.

Tindak kejahatan seperti penipuan memang sukar untuk dibasmi. Modus penipuan pun banyak berkembang mengikuti jaman. Meski banyak penyedia situs belanja memanfaatkan teknologi untuk pencegahan, pengguna tetap harus dituntut jeli dan waspada sebelum bertransaksi. Terutama mereka yang bertransaksi langsung melewati akun media sosial penjual.

Ada beberapa jenis penipuan yang umum dijumpai. Salah satunya adalah phising. Jenis penipuan ini bisa terjadi kepada seluruh pengguna internet. Kerugian yang ditimbulkan pun tak hanya sebatas transaksi yang dilakukan, tetapi juga informasi probadi, perbankan, hingga kata sandi.

Teknik penipuan phising bekerja dengan cara mengelabui pengguna. Mereka menyaru layaknya situs terpercaya dari segi tampilan. Pengguna yang kurang waspada pasti akan terkecoh dan tanpa sadar memasukkan informasi login hingga kartu kredit ke dalam tampilan palsu tersebut. Alih-alih transaksi berhasil data-data tersebut bisa disimpan pihak tak bertanggung jawab.

Penipuan jenis ini bisa diantisipasi sendiri oleh pengguna. Pengamatan terhadap url dan tautan yang mencurigakan menjadi benteng pertama dalam pencegahan penipuan ini. Beberapa penyedia layanan pun aktif mengedukasi penggunanya untuk senantiasa berhati-hati dalam mengisi informasi sensitif. Seperti yang dilakukan oleh Bukalapak.

“Ancaman peretasan / phishing yang dilakukan oleh pihak – pihak tidak bertanggung jawab terhadap industri teknologi digital selalu ada. Dari waktu ke waktu, kami selalu mengimplementasi berbagai upaya demi meningkatkan keamanan dan kenyamanan para pengguna Bukalapak serta memastikan data-data pengguna tidak disalahgunakan. Kami selalu membimbing seluruh pengguna untuk melakukan langkah-langkah pencegahan demi melindungi data dari upaya – upaya peretasan yang dilakukan pihak – pihak tidak bertanggung jawab, sesuai dengan Kebijakan Privasi Bukalapak,” jelas VP of Engineering Bukalapak Ibrahim Arief.

Ada juga penipuan yang merugikan penjual. Kondisi ini paling sering dijumpai ketika bertransaksi di luar sistem rekening bersama. Penjual yang “apes” akan menjumpai pembeli yang mengaku sudah melakukan transfer, lengkap dengan bukti foto struk pembayaran. Padahal struk atau bukti-bukti lainnya itu adalah palsu dan pembeli tidak pernah melakukan pembayaran.

Diceritakan Ihsan Muhammad, Founder Kredibel, sebuah situs yang menampung data rekening penipu online, ada modus baru yang berkembang. Modus baru ini melibatkan penjual dan pembeli.

Modus baru ini, penipu pura-pura menjadi penjual dengan menawarkan barang-barang fiktif dengan harga yang jauh lebih murah. Setelah berhasil menipu calon pembeli oknum penipu akan melakukan order kepada penjual asli dan terpercaya, namun alamat pengiriman ditujukan ke alamat penipu. Setelah itu tagihan pembayaran akan diberikan ke calon pembeli yang sebelumnya menghubungi penipu.

“Pembeli dan penjual dalam kasus ini sama-sama menjadi korban. Penjual asli tidak mengetahui yang mentransfer adalah calon pembeli yang tertipu. Pembeli pun tidak mengetahui bahwa ia membayar bukan untuk barang yang ia beli, dan barang yang dibeli pun tidak akan pernah sampai karena dikirimkan ke alamat penipu,” jelas Ihsan.

Tren penipuan yang ada di Indonesia

Dari data yang dihimpun Kredibel selama tahun 2019, pihaknya telah menerima lebih dari 50.000 ribu laporan penipuan, dengan rata-rata kerugian per transaksi sebesar Rp1,7 juta. Dari total yang transaksi tersebut 28,6% di antaranya merupakan transaksi fraud yang terjadi ketika membeli produk fashion dan kecantikan. Di posisi kedua diduduki transaksi barang elektronik dengan presentase 16,2%.

Penipuan-penipuan yang terjadi kebanyakan terjadi pada platform media sosial. Paling tinggi adalah Instagram dengan fraud sebesar 46,2%, WhatsApp 28,9%, dan Facebook dengan 12,9%.

“Peringat ini telah mengalami perubahan dibandingkan beberapa tahun silam. Jika pada tahun 2015-2016, penipuan paling banyak terjadi pada platform BBM, berbeda halnya dengan sekarang yang paling sering terjadi pada platform Instagram. Hal ini terkait dengan popularitas Instagram yang semakin hari semakin naik dan meredupnya popularitas BBM [BBM sudah menutup layanannya],” lanjut Ihsan.

Pencegahan dengan Teknologi

Ada banyak pendekatan yang dapat digunakan untuk mencegah penipuan. Bagi para pengguna, jargon teliti sebelum membeli mungkin jadi salah satu senjata paling ampuh. Sedangkan bagi para penyedia layanan, penggunaan teknologi bisa jadi solusi paling inovatif.

Bukalapak misalnya, mereka mengembangkan sebuah engine yang didesain untuk mendeteksi anomali dari kegiatan transaksi yang bisa merugikan pihak-pihak terkait. Sistem ini juga bisa digunakan untuk mendeteksi penjualan barang yang tidak sesuai ektentuan.

“Bukalapak memiliki engine khusus yang berfungsi untuk mendeteksi anomali dari kegiatan-kegiatan transaksi di Bukalapak. Anomali tersebut di antaranya transaksi fiktif dan penjualan barang yang tidak sesuai ketentuan,” jelas Ibrahim.

Ia melanjutkan, “Bukalapak akan terus mengembangkan kapabilitas dari engine ini agar dapat terus mengatasi tindakan-tindakan yang tidak diinginkan, termasuk di dalamnya fraud dan sejenisnya, yang cakupan serta modus operandinya terus berkembang. Secara garis besar, dari waktu ke waktu kami terus mengimplementasi berbagai upaya demi meningkatkan keamanan dan kenyamanan para pengguna Bukalapak.”

Teknologi yang digadang-gadang mampu sebagai solusi untuk mengurangi tindak penipuan dalam transaksi online adalah Artificial Intelligence (AI). Perusahaan seperti Visa bahkan sudah mengaplikasikan machine learning untuk mengidentifikasi anomali dari tindak penipuan.

Salah satu sistem pendeteksi penipuan milik Visa adalah Advanced Authorization. Sistem ini diklaim sudah mencegah penipuan hingga $25 miliar dalam satu tahun terakhir hingga 30 April kemarin. Sistem pencegahan penipuan milik Visa pun dikabarkan akan segera ditingkatkan dengan menggunakan model deep-learning, agar bisa lebih akurat memahami pola penipuan.

Saat Hoaks yang Dibuat Makin Canggih, Kecerdasan Buatan Jadi Harapan Melawannya

Persoalan berita palsu atau hoaks bukan soal remeh-temeh lagi. Selain muatannya yang berbahaya, sebarannya yang masif melalui media sosial merupakan ancaman nyata bagi siapa pun termasuk sebuah negara.

Seiring berkembangnya teknologi, berita palsu dan hoaks juga menjelma lebih canggih seperti menggunakan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) untuk memanipulasi audio atau video. Namun seperti halnya kejahatan itu dibuat, solusi dalam melawan berita palsu dan hoaks juga terletak pada AI seperti yang dijelaskan CEO Prosa.ai Teguh Eko Budiarto dalam #SelasaStartup edisi kali ini.

Produksi dan sebaran hoaks memang tanpa henti. Kementerian Komunikasi dan Informatika mengidentifikasi sekitar 771 hoaks dan 800.000 situs penyebar hoaks sepanjang Agustus 2018 hingga Februari 2019. Chatbot Anti Hoaks, chatbot buatan Kominfo dan Prosa yang ada di Line dan Telegram, menerima 2.103 aduan hoaks dari April-Agustus 2019.

“Untuk menggunakan manusia saja untuk melawan ini tidak cukup. Kita perlu mengotomatisasi deteksinya lalu menetralisasinya,” ujar Teguh.

Seperti yang dikatakan Teguh di awal, dampak hoaks memang sudah tak bisa dianggap remeh. Amerika Serikat dilanda badai berita palsu dan hoaks pada pemilu terakhir, Myanmar mengalami kerusuhan besar antaretnis akibat hoaks di Facebook, hingga Jerman menciptakan peraturan baru untuk menghukum platform media sosial jika gagal mencegah penyebaran hoaks di sana.

Menurut Teguh, sebuah kabar palsu atau hoaks kerap kali difabrikasi dengan tujuan tertentu, entah itu untuk melenyapkan legitimasi targetnya atau untuk menggoyang pemerintahan yang demokratis.

“AI sama manusia beda. Ketika bohong manusia merasa tingling atau seperti merinding tapi AI tidak. Perlu AI untuk mengetahui berita palsu buatan AI,” ucap Teguh.

Hoax Intel buatan Prosa merupakan contoh pemanfaatan AI untuk membasmi berita palsu. Chatbot Anti-Hoaks juga menjadi wujud pemanfaatan lain yang dilakukan bersama Kominfo untuk menjaring hoaks yang lebih banyak di tengah masyarakat.

Cara kerja mesin ini sederhananya dimulai dari memasukkan sebuah kabar yang sudah beredar untuk diverifikasi. Mesin kemudian bakal melakukan analisis terhadap kueri dan memeriksa di pangkalan data untuk menguji apakah kabar itu hoaks atau bukan.

Dari rangkaian proses itu, keterlibatan manusia hanya terletak pada pengaduan yang bisa dilakukan lewat situs web pemerintah, aplikasi Line, dan Telegram; serta diskusi dalam menarik kesimpulan tentang informasi tersebut.

Teguh mengatakan sejauh ini mesin mereka masih terbatas pada teks. namun ia menjanjikan deteksi serupa dapat dilakukan pada hoaks berbentuk gambar dan video serta terintegrasi di media sosial dan mesin pencari sesegera mungkin.

“Ini masih jauh dari sempurna tapi setidaknya kita sudah menemukan titik terang. Ada harapan dengan banyaknya informasi yang tersebar kita punya senjata untuk memeranginya,” pungkas Teguh.

Mercedes-Benz Sambut Era Baru Berkendara Lewat Pematangan Konsep Mobil Elektrik dan AI

Fenomena menarik yang terjadi di segmen otomotif adalah, satu terobosan besar malah dicetus oleh sejumlah raksasa teknologi dan bukan pemain tradisional di ranah itu. Anda mungkin ingat, konsep mobil tanpa pengemudi telah dieksplorasi Google sejak tahun 2010 dan terdengar lebih lantang di tahun 2013 sesudah kabar soal partisipasi IBM di sana. Tak lama berselang, Google memamerkan penampakan kendaraan tersebut.

Tentu saja para perusahaan otomotif tidak tinggal diam melihat cepatnya gagasan driverless car melesat. Di tahun 2015, Mercedes-Benz mengeksekusi sejumlah langkah strategis buat menghadapi persaingan yang tak terduga itu. Mereka mengakusisi layanan peta digital HERE Maps, memerintahkan divisi R&D untuk menyeriusi pengembangan kecerdasan buatan, bahkan meluncurkan layanan car-sharing Car2go lewat perusahaan induk Daimler AG.

MB 1

Sebagai implementasi ekspansi teknologi di produk konsumen, Mercedes sudah lama mengintegrasikan sistem perintah suara buat mengakses fitur serta fungsi kendaraan. Lalu dalam merespons naik daunnya mobil hybrid dan listrik, sang produsen membuka enam pabrik baterai di tiga benua lalu meluncurkan brand EQ yang dispesialisasikan pada penyediaan mobil elektrik tulen. EQC SUV jadi model pertama seri itu dan kabarnya mulai diproduksi tahun ini.

 

Bukan sekadar elektrik

Terinspirasi dari gagasan ‘kecerdasan dan emosi’, EQ punya arti ‘electric intelligence‘ dan merupakan brand teknologi sekaligus lini mobil listrik Mercedes-Benz. Konsep EQ mencakup seluruh aspek elektrik/kelistrikan, melampaui produk otomotif dan nantinya akan diintegrasikan ke semua sub-brand Mercedes, dari mulai Benz, AMG sampai Maybach. EQ juga diusung sebagai ujung tombak transisi varian-varian hybrid yang sudah produsen miliki selama ini.

MB 14

Setelah diperkenalkan, Mercedes-Benz membagi EQ ke dalam empat tier. Tipe paling ‘dasar’ ialah EQ Boost, yaitu mobil-mobil yang menyimpan unit power supply on-board 48V dan Integrated Starter-Generator. Naik satu level ada mobil-mobil hybrid plug-in (PHEV) EQ Power, lalu di atasnya adalah EQ Power+, yaitu model-model Mercedes-AMG dan kelas sport. Satu kategori lagi ialah EQ, yakni jenis kendaraan bertenaga baterai sejati.

MB 12

Namun pengembangan ke arah elektrik hanyalah satu dari empat visi yang ingin direalisasikan oleh Mercedes. Mereka punya harapan agar kendaraan-kendaraan itu nanti dapat saling terkoneksi, didukung sistem otomatis, serta bisa dipakai beramai-ramai dan menjadi dasar dari layanan transportasi publik. Mercedes menyebutnya sebagai CASE, kependekatan dari connected, autonomous, shared & services dan electric.

MB 8

 

Kendaraan terkoneksi

Butuh beberapa tahun (atau dekade) lagi hingga mobil tanpa pengemudi bisa hadir di tengah-tengah kita. Dan untuk sampai di sana, produsen terlebih dulu perlu memikirkan aspek koneksi dari kendaraan tersebut. Alat transportasi perlu diorientasikan pada konsumen, dapat diakses langsung, kemudian mampu berkomunikasi dengan perangkat bergerak, sesama kendaraan serta infrastruktur internet of things pendukung. Dan kita tidak boleh melupakan faktor keselamatan.

MB 17

Buat menuju ke sana, Mercedes menggodok Me Connect, yaitu layanan online yang dirancang untuk menyambungkan kendaraan ke perangkat bergerak sehingga mobil bisa menjadi ekstensi fitur-fitur pintar yang selama ini kita nikmati via smartphone. Dengannya, Anda dipersilakan membuka berita dan memanfaatkan deretan layanan, serta mengakses fitur-fitur khusus kendaraan: mengirim navigasi ke layar mobil, mengecek bahan bakar, mengunci pintu, memudahkan kita mencarinya di parkiran, serta memerintahkannya parkir secara otomatis.

MB 7

Perlu diketahui bahwa Mercedes Me Connect saat ini masih belum tersedia di Indonesia. Namun jantung dari kapabilitas tersebut telah ditanamkan dalam sejumlah varian Mercedes-Benz anyar yang diedarkan di tanah air, misalnya A-Class, B-Class, CLS dan GLE (jika saya tidak salah dengar). Perusahaan menamainya MBUX, atau Mercedes Benz User Experience.

MB 16

 

MBUX

Ada beberapa faktor yang dihidangkan oleh MBUX. Pertama-tama, sistem ini menyimpan kecerdasan buatan sebagai basis kapabilitas untuk mempelajari kebiasaan pengendara. Lalu jika mobil dipakai oleh lebih dari satu individu, masing-masing orang dipersilakan menyimpan profil beserta personalisasi yang ia lakukan – seperti mode berkendara (eco, comfort, sport), ambient light, jenis lagu atau stasiun radio favorit, sampai posisi kursi dan tema dashboard.

MB 9

MBUX juga menyederhanakan proses diagnosis mobil: suhu oli, voltase aki, tekanan ban, output tenaga sampai torsi mesin. Dan tak kalah penting, Mercedes-Benz User Experience menyuguhkan UI intuitif melalui layar lebar seluas 10,25-inci 1920x720p yang menyimpan chip grafis Nvidia Reilly Parker 128. Untuk berinteraksi dengan fitur dan konten, Anda bisa langsung menyentuhkan jari di panel, lewat trackpad ala BlackBerry di setir, atau via touchpad haptic yang berada di antara dua jok depan.

MB 6

Pengendara diperkenankan untuk mengutak-atik sejumlah aspek pada panel sentuh Nvidia di Mercedes-Benz, mesti kustomisasinya tidak selengkap smartphone. Satu contohnya adalah mengubah tampilan speedometer dari standar jadi sporty atau mode ‘understated‘ jika Anda sedang menginginkan pengalaman berkendara yang bebas gangguan.

MB 10

Alternatifnya, sejumlah fungsi di mobil bisa diatur lewat perintah suara. Cukup dengan mengucapkan “Hi Mercedes!“, Anda dapat meminta mobil untuk menunjukkan arah ke lokasi tertentu atau menaik-turunkan suhu AC. Berbekal Mercedes Me Connect, sebetulnya pengguna dipersilakan menggunakan bahasa percakapan/kasual, misalnya “It’s too cold in here.” Kemudian sistem segera menaikkan suhu AC. Namun karena MMC belum hadir di Indonesia, permintaan kita harus lebih spesifik, seperti “Set temperature to 20 degree Celcius.” atau sejenisnya.

MB 5

 

MBUX dan perannya membangun masa depan berkendara

Mercedes-Benz User Experience juga membuka jalan bagi teknologi-teknologi yang dahulu cuma ada di kisah-kisah sci-fi. Salah satunya adalah integrasi antara augmented reality dan solusi navigasi. Dengan memanfaatkan rangkaian kamera dan mapping, MBUX dapat menampilkan panduan arah di tampilan live via layar, mirip seperti ketika Anda bermain Need for Speed. Sistem akan memperlihatkan pedoman berupa anak panah, nama jalan sampai nomor rumah. Lalu saat mengantre lampu merah, kamera secara otomatis diarahkan ke lampu dan zoom-in agar kita bisa jelas melihatnya.

MB 15

Pada akhirnya, Mercedes memang punya ambisi untuk mematangkan ide alat transportasi otonom. Menurut perusahaan, sistem mobil tanpa pengemudi terbagi menjadi beberapa tahapan. Saat ini kita telah melewati tingkatan adaptive cruise control dan steering assist, dan sedang memasuki level ‘automasi bersyarat’. Contohnya saat menghadapi kemacetan, beberapa model kendaraan anyar dapat pindah sendiri ke jalur yang lebih lancar.

MB 11

Namun seberapa pun canggihnya teknologi yang membuat pengalaman berkendara jadi lebih simpel dan menyenangkan, satu hal tetap menjadi prioritas Mercedes – ditegaskan oleh PR manager Dennis Kadaruskan pada saya di sela-sela acara BIOS 2019 di kampus Universitas Multimedia Nusantara: perusahaan tidak akan berkompromi dan mengambil jalan pintas jika sudah berkaitan dengan keselamatan.

MB 18

Implementasi kendaraan otonom secara umum sudah terlihat di cakrawala, namun untuk dapat sampai di sana, dibutuhkan kolaborasi menyeluruh antara para pemain besar di ranah otomotif, penyedia teknologi dan infrastruktur, serta pembuat kebijakan.

MB 19

Pemanfaatan Chatbot untuk Kemudahan Bisnis Online

Sesungguhnya teknologi artificial intelligence (AI), atau bagian dari implementasinya, saat ini sudah menjadi bagian dari keseharian. Mulai dari rekomendasi pemesanan makanan di aplikasi Gojek hingga Grab, petunjuk arah atau navigasi peta di Waze dan Google Maps, hingga pertanyaan rutin yang kerap diajukan pembeli di marketplace memanfaatkan chatbot. Tidak saja memudahkan proses-proses dasar, teknologi AI dan turunannya juga membantu memangkas biaya pengeluaran.

CEO BJTech Diatce G. Harahap di sesi #SelasaStartup kali ini mengungkap bagaimana teknologi AI dan turunannya bisa membantu UKM meningkatkan transaksi tanpa menghambat proses penjualan.

Penerapan chatbot

Penggunaan AI yang paling umum saat ini adalah chatbot dan navigasi peta. Menurut survei yang dilakukan BJTech, penggunaan chatbot paling banyak dimanfaatkan untuk keseharian (76%). Sisanya, sekitar 15% untuk keperluan edukasi dan nonprofit, sementara 9% untuk keperluan pribadi.

Menurut survei tersebut, industri yang paling banyak memanfaatkan chatbot adalah perbankan. Perbankan memanfaatkan chatbot untuk menjawab pertanyaan rutin dan paling mendasar dari nasabah. Sementara 12% memanfaatkannya di platform e-commerce.

“Kita melihat kebiasaan dari masyarakat Indonesia adalah bertanya sebelum barang dibeli. Pertanyaan yang diajukan juga sangat mendasar yang sebenarnya sudah tertera dalam deskripsi dan informasi produk.”

Melihat potensi tersebut, BJTech, melalui Balesin, mencoba mengakomodir kebutuhan layanan chatbot sederhana dengan pilihan yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. BJTech telah mengembangkan produk yang diimplementasi BNI bernama “Cinta: Personal Intelligent Banking”.

Dengan sifat yang terbuka dan berupa platform tanya jawab, chatbot kerap disalahgunakan pengguna untuk penulisan kata-kata yang tabu dan dilarang. Meskipun demikian, penggunaan chatbot diklaim terbukti ampuh untuk menciptakan relasi atau engagement dengan pengguna.

Brand yang ingin memanfaatkan chatbot untuk engagement bisa memanfaatkan quiz atau bagi-bagi hadiah. Sebagian besar memang chatbot ideal untuk melancarkan kegiatan promosi dan marketing.”

Mendukung bisnis online

Salah satu kendala yang kerap dialami pelaku bisnis saat berjualan secara online adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar dari pembeli. Proses ini dinilai menghabiskan waktu yang cukup besar karena sudah menjadi budaya masyarakat. Persoalan lain yang kerap dialami adalah pengecekan produk yang tersedia.

Dengan chatbot, semua pertanyaan tersebut bisa dijawab secara otomatis. Chatbot memungkinkan proses berjalan sesuai dengan kebutuhan atau dikustomisasi dalam template. Dukungan chatbot diklaim bisa membantu proses penjualan hingga 80%.

“Sebagian besar UKM hanya ingin menjual produk mereka sebanyak mungkin, namun kegiatan tanya jawab dari pelanggan tidak bisa dihindari. Di sinilah fungsi chatbot bisa membantu mereka.”

Tren Inovasi “Digital Marketing” Berbasis Teknologi

Kemudahan yang ditawarkan teknologi saat ini mempengaruhi bisnis saat melancarkan kegiatan digital marketing (pemasaran digital). Mulai dari menerapkan teknologi artificial intelligence (AI), chatbot, video hingga omnichannel. Tidak hanya membantu memangkas pengeluaran, pemanfaatan teknologi bisa menjadi alat yang lebih efektif untuk mendukung kegiatan pemasaran dan mengakuisisi target pasar.

Artikel berikut ini merangkum tren teknologi yang mendukung kegiatan kegiatan pemasaran digital.

Artificial Intelligence

Saat ini teknologi AI sudah menjadi segmentasi paling besar dalam hal menentukan calon pelanggan yang tepat. Mulai dari retargeting, push notification, click tracking dan lainnya, kombinasi teknologi AI yang tepat bisa membantu bisnis memasarkan produk mereka.

Menurut riset yang dilakukan Blueshift, sekitar 28% kegiatan pemasaran telah menggunakan AI untuk memberikan rekomendasi produk, sementara itu sekitar 26% memanfaatkan AI sebagai optimasi kampanye mereka.

Dalam survei tersebut juga disebutkan, AI secara langsung bisa membantu bisnis untuk meningkatkan layanan pelanggan. Survei yang dilakukan Forrester dalam Global State of Artificial Intelligence menyebutkan, sekitar 57% bisnis memanfaatkan AI untuk meningkatkan pengalaman pelanggan, sementara sekitar 44% memanfaatkan AI untuk meningkatkan performa produk dan layanan yang tersedia.

Personalisasi yang saat ini sudah banyak diterapkan ternyata bisa diciptakan dengan memanfaatkan AI. Menurut survei yang dilakukan IDC dan Criteo, sekitar 67% kegiatan pemasaran akan menjadi lebih personal tampilannya dengan memanfaatkan AI, sementara itu sekitar 66% kegiatan pemasaran yang mengedepankan personalisasi dalam hal rekomendasi iklan dan format yang relevan.

Sementara itu, melihat tren yang ada, diprediksi pada tahun 2020 mendatang, sekitar 64% responden survei menyebutkan personalisasi yang bisa dilakukan secara real time dan penyebaran pesan yang dioptimasi akan menjadi kegiatan pemasaran digital yang paling banyak dilakukan.

Teknologi AI juga bisa membantu bisnis memberikan fitur seperti pencarian gambar yang relevan dan cepat. Konsep ini cocok diterapkan oleh platform e-commerce. Diprediksi di masa mendatang pencarian memanfaatkan keyword akan mulai ditinggalkan dan digantikan dengan mencari rekomendasi melalui gambar ke dalam platform.

Chatbot

Media sosial seperti Twitter, Facebook, dan Instagram saat ini sudah dimanfaatkan berbagai brand untuk menciptakan relasi yang lebih personal dengan pelanggan. Namun cara tersebut dinilai kurang efektif, jika dilakukan secara rutin, dalam hal menjawab pertanyaan mendasar. Untuk mengatasi kondisi tersebut, kehadiran chatbot diklaim mampu mempercepat dan membantu proses interaksi dengan pelanggan secara lebih efektif.

Dengan makin masifnya pengembangan chatbot saat ini, teknologi tersebut memberikan kemudahan dan kemampuan untuk melakukan percakapan yang mendasar secara cepat dibandingkan jika bisnis menempatkan tim layanan pelanggan. Teknologi ini juga mampu memangkas waktu yang terbuang, meskipun perusahaan telah menyematkan live chat dalam situs mereka. Dengan biaya yang tergolong terjangkau, chatbot menjadi solusi ideal bagi bisnis untuk kegiatan layanan pelanggan.

Dalam survei yang dilakukan Leadpages terungkap, setelah beberapa periode penggunaan chatbot untuk berinteraksi dengan pelanggan bisa meningkatkan jumlah percakapan hingga 36%. Dengan makin berkembangnya teknologi AI, dipastikan kemampuan chatbot bakal mengalami peningkatan.

Omnichannel

Berbagai pilihan channel, mulai dari media sosial, pencarian secara online memanfaatkan mesin pencari, hingga berkunjung langsung ke offline store, menjadi opsi bagi konsumen mengakses layanan sebuah perusahaan.

Melihat potensi yang ada, sudah waktunya brand menerapkan kegiatan omnichannel. Berbeda dengan multichannel yang diklaim efektif meningkatkan jumlah akuisisi pelanggan hingga transaksi, melalui omnichannel brand bisa memberikan pengalaman pengguna yang lebih optimal, seamless, dan konsisten melalui proses komunikasi yang efektif memanfaatkan berbagai channel.

Melalui interaksi langsung dengan pelanggan melalui media sosial, misalnya, terapkan juga kegiatan memanfaatkan SEO dan melalui email. Tujuan kegiatan omnichannel ini adalah melihat rekam jejak pelanggan dan interaksi apa yang paling banyak dimanfaatkan mereka. Harapannya, dengan menerapkan cara ini, pelanggan tersebut bisa lebih nyaman dengan berbagai pilihan channel dan interaksi yang tersedia.

Agar kegiatan ini bisa berjalan dengan baik, tempatkan tim CRM (customer relationship management) dan buatlah program CRM khusus, agar bisa memantau lebih lanjut interaksi pelanggan dalam platform yang berbeda.

Video

Dengan memanfaatkan platform seperti YouTube atau Facebook Live hingga video tools media sosial seperti Instagram dan TikTok, kegiatan pemasaran memanfaatkan video bisa sangat efektif. Dalam survei yang dilakukan oleh Cisco, diprediksi pada tahun 2021 mendatang sekitar 82% traffic internet akan banyak diserap konten video online.

Tidak heran jika diprediksikan tahun ini sekitar $20 miliar dikeluarkan untuk kegiatan pemasaran berbasis video. Jumlah tersebut meningkat dari sekitar $2 miliar pada tahun 2015.

Tren lain yang diprediksi akan banyak muncul adalah pemanfaatan platform Live Video.

Video bisa dimanfaatkan untuk kegiatan peluncuran produk hingga membangun reputasi yang berbeda saat menggelar kegiatan offline dan mempublikasikannya secara online. Penggunaan video juga memungkinkan bisnis untuk menjangkau target pengguna lebih luas lagi secara cepat dan langsung.

Augmented Reality dan Virtual Reality

Meskipun belum terlalu masif pemanfaatannya, augmented reality dan virtual reality terbukti mampu menciptakan positioning yang efektif ke target pengguna. Kegiatan pemasaran memanfaatkan teknologi ini  memberikan pengalaman pelanggan yang berbeda, sehingga kesan hard sell tidak terlalu terasa.

Berdasarkan survei yang dipublikasi eMarketer, sekitar 48,1 juta warga Amerika Serikat telah menikmati augmented reality setiap bulannya sepanjang tahun 2018. Jumlah ini diprediksi akan meningkat tahun ini hingga 54,4 juta orang.

Contoh implementasi augmented reality yang efektif adalah fitur yang diterapkan IKEA. Memanfaatkan smartphone, calon pembeli bisa melihat secara langsung gambaran penempatan furnitur di ruangan dengan menciptakan tampilan secara real time yang memberikan pengalaman pelanggan yang baik.

Sementara itu, teknologi virtual reality (VR) paling banyak dimanfaatkan untuk pengembangan game dan industri ritel.