Bangun Organisasi Terkuat dalam Assassin’s Creed: Rebellion untuk iOS dan Android

Menyusul Assasin’s Creed: Odyssey yang baru saja dirilis di awal Oktober lalu, Ubisoft akan segera merilis satu judul baru Assassin’s Creed untuk para gamer kasual. Game ini berjudul Assassin’s Creed: Rebellion, dan akan tersedia di iOS ataupun Android mulai tanggal 21 November 2018. Anda sudah dapat melakukan praregistrasi sekarang.

Assassin’s Creed: Rebellion agak berbeda dari seri Assassin’s Creed biasanya karena di sini kita tidak hanya akan mengunjungi satu era. Menggunakan teknologi Animus terbaru, Anda dapat mengunjungi berbagai era untuk membangun organisasi Assassins Order terkuat. Terdapat lebih dari 40 karakter untuk Anda mainkan, termasuk di antaranya Ezio, Aguilar, Shao Jun, dan lain-lain. Beberapa karakter orisinal juga muncul di game bergenre strategi ini.

Assassin's Creed: Rebellion | Screenshot 1
Assassin’s Creed: Rebellion | Sumber: Google Play
Assassin's Creed: Rebellion | Screenshot 2
Assassin’s Creed: Rebellion | Sumber: Google Play

Lawan yang Anda hadapi dalam Assassin’s Creed: Rebellion, lagi-lagi, adalah organisasi Templar. Anda dapat mengirim tim Assassin untuk menyerang markas Templar dalam misi-misi rahasia. Pendekatan stealth tentu akan membuat Anda merasa layaknya Assasin sungguhan, tapi di sini Anda juga bisa melakukan serangan frontal bila yakin dengan kekuatan tim.

Sisi grinding dalam game free-to-play pasti selalu ada, dan Assasin’s Creed: Rebellion menyajikannya dalam bentuk mata uang Coin, Helix Credit, serta DNA Cube. Coin dan Helix Credit berguna untuk membeli perlengkapan serta melakukan upgrade markas Assassin milik Anda. Sementara DNA Cube adalah item yang harus Anda kumpulkan untuk mendapat hero tertentu.

Assassin's Creed: Rebellion | Screenshot 3
Assassin’s Creed: Rebellion | Sumber: Google Play
Assassin's Creed: Rebellion | Rewards
Hadiah praregistrasi bila mencapai milestone tertentu | Sumber: Ubisoft

Ubisoft menawarkan bonus khusus bila sesi praregistrasi berhasil mencapai angka 500.000 hingga 3.000.000 pemain di seluruh platform. Semua pemain yang melakukan praregistrasi bisa mengklaim bonus tersebut, syaratnya cukup dengan mengunduh Assassin’s Creed: Rebellion pada periode tanggal 21 – 30 November 2018. Menurut situs resmi Ubisoft, total hadiah yang ditawarkan memiliki nilai sekitar US$15. Simak trailer Assasin’s Creed: Rebellion di bawah.

Application Information Will Show Up Here

Sumber: Gematsu, Ubisoft.

Assassin’s Creed Odyssey Akan Tersedia di Nintendo Switch via Cloud

Dengan mengusung komposisi hardware sekelas perangkat mobile, salah satu ‘keajaiban teknis’ Nintendo Switch adalah kemampuannya menjalankan game-game blockbuster bergrafis berat. Setelah kehadiran Skyrim dan Wolfenstein II, console hybrid itu rencananya akan kedatangan Doom Enternal. Menariknya, Switch juga memanfaatkan metode tak biasa dalam menjalankan game.

Di presentasi Direct tanggal 13 September minggu lalu, Nintendo menyingkap banyak sekali permainan dari developer third-party buat Switch. Namun ada satu judul menarik yang publisher siapkan khusus untuk konsumen mereka di Negeri Bunga Sakura. Rencananya permainan action adventure Ubisoft terbaru, Assassin’s Creed Odyssey, akan mendarat di Switch, dengan sedikit twist.

Assassin's Creed Odyssey 2

Di tanggal peluncuran Assassin’s Creed Odyssey nanti, pemilik Switch yang berdomisili di wilayah Jepang dipersilakan menikmati game ini via metode streaming. Itu berarti, Odyssey merupakan permainan Assassin’s Creed ketiga yang melakukan pendaratan di platform game Nintendo, setelah sebelumnya dilakukan oleh Assassin’s Creed: Altair’s Chronicles di Dual Screen dan Assassin’s Creed III di Wii U. Pendekatan Odyssey sendiri serupa dengan versi Switch permainan Resident Evil 7.

Lewat metode cloud, game sepenuhnya ditangani oleh server, dan unit console hanya berperan sebagai medium penyajian konten. Cara ini memungkinkan Assassin’s Creed Odyssey disuguhkan dengan tingkat grafis di atas kemampuan hardware Switch. Namun tentu teknik streaming menuntut internet kerkecepatan tinggi, dan ini sebabnya Nintendo baru membuka gerbangnya untuk konsumen Jepang saja.

Trailer dari Assassin’s Creed Odyssey Cloud Version buat Switch sendiri dinarasikan dalam bahasa Jepang. Di YouTube, user dipersilakan menonton videonya di resolusi 1080p dan 60 frame per detik. Dengan begini, ada indikasi game disajikan di tingkat grafis FHD 60FPS. Selanjutnya, Ubisoft tak lupa memodifikasi user interface, teks dan dialog ke bahasa Jepang.

Hampir sama seperti ‘Biohazard 7 Resident Evil Cloud Version’, game Ubisoft ini tidak dijual dengan cara konvensional. Saat tersedia nanti, Nintendo menawarkan tiket akses senilai ¥ 730 (US$ 6,5) sehari, ¥ 2.000 (US$ 17,85) selama 180 hari, atau ¥ 8.400 (US$ 75) untuk dua tahun.

Assassin's Creed Odyssey 3

Dikerjakan oleh tim Ubisoft Quebec, Assassin’s Creed Odyssey akan membawa pemain ke era Yunani Kuno, sekitar 430 tahun sebelum Assassin’s Creed Origins berlangsung. Odyssey merupakan game Assassin’s Creed pertama yang betul-betul mengedepankan elemen role-playing. Di sana Anda bisa memilih jenis kelamin karakter protagonis, menjalin persahabatan dengan NPC, hingga menentukan arah percakapan.

Selain di Switch, game juga akan dirilis di Windows, PS4 dan Xbox One pada tanggal 5 Oktober.

Via IGN.

Mampukah PC Anda Menjalankan Assassin’s Creed Odyssey?

Walaupun belum bisa dikatakan sempurna, Assassin’s Creed Origin merupakan salah satu permainan open world terbaik di tahun 2017. Kecanggihan teknis dan kesuksesan Ubisoft menciptakan ulang peradaban Mesir Kuno patut diacungi jempol, dan saya cukup yakin Origin tak akan kesulitan mengumpulkan fans tanpa perlu mengusung kata ‘Assassin’s Creed’ di judulnya.

Hal tersebut membuat sekuelnya juga sangat diantisipasi gamer. Dan di Assassin’s Creed Odyssey, tim Ubisoft Quebec memutuskan untuk menonjolkan lebih banyak elemen role-playing dibanding game-game Assassin’s Creed sebelumnya. Di sana Anda dipersilakan memilih karakter utama, menentukan opsi dialog, hingga membangun hubungan dengan tokoh-tokoh NPC ala RPG. Odyssey rencananya akan memeriahkan pelepasan game di bulan Oktober 2018; bersama RDR2, Forza Horizon 4 dan Mega Man 11.

Dan sebulan sebelum pelepasannya, Ubisoft mengumumkan daftar hardware yang dibutuhkan untuk menjalankan versi Windows PC dari Assassin’s Creed Odyssey, disiapkan buat mereka yang ingin menikmati game dengan grafis terbaik. Developer membagi daftarnya dalam tiga kategori, yakni minimal, rekomendasi, dan konfigurasi optimal buat ber-gaming di 4K. Berikut detailnya.

 

Kebutuhan minimal:

  • Sistem operasi: Windows 7 SP1, Windows 8.1, Windows 10 (64-bit)
  • Prosesor: AMD FX 6300 3,8GHz, Ryzen 3 1200, Intel Core i5 2400 3,1GHz
  • Kartu grafis: AMD Radeon R9 285 atau Nvidia GeForce GTX 660 (2GB VRAM, Shader Model 5.0)
  • Memori: 8GB RAM
  • Resolusi: 720p
  • Framerate: 30 FPS
  • Preset grafis: Low
  • Ruang penyimpanan: 46GB
  • DirectX: DirectX June 2010 Redistributable
  • Suara: kartu suara DirectX 9.0c compatible

 

Rekomendasi:

  • Sistem operasi: Windows 7 SP1, Windows 8.1, Windows 10 (64-bit)
  • Prosesor: AMD FX-8350 4GHz, Ryzen 5 – 1400, Intel Core i7-3770 3,5GHz
  • Kartu grafis: AMD Radeon R9 290 atau Nvidia GeForce GTX 970 (4GB VRAM, Shader Model 5.0) atau lebih baik
  • Memori: 8GB RAM
  • Resolusi: 1080p
  • Framerate: 30 FPS
  • Preset grafis: High
  • Ruang penyimpanan: 46GB
  • DirectX: DirectX June 2010 Redistributable
  • Suara: kartu suara DirectX 9.0c compatible

 

Konfigurasi 4K

  • Sistem operasi: Windows 10 (64-bit)
  • Prosesor: AMD Ryzen 1700X 3,8GHz, Intel Core i7 7700 4,2GHz
  • Kartu grafis: AMD Vega 64, Nvidia GeForce GTX 1080 (8GB VRAM, Shader Model 5.0)
  • Memori: 16GB RAM
  • Resolusi: 4K
  • Framerate: 30 FPS
  • Preset grafis: High
  • Ruang penyimpanan: 46GB
  • DirectX: DirectX June 2010 Redistributable
  • Suara: kartu suara DirectX 9.0c compatible

Berdasarkan jadwal Ubisoft, Assassin’s Creed Odyssey akan meluncur pada tanggal 5 Oktober di PC, PlayStation 4 dan Xbox One. Baik Sony maupun Microsoft juga telah mengonfirmasi dukungan versi high-end console current-gen mereka dalam menangani game. Grafis versi console Odyssey akan tersaji lebih baik jika dijalankan dari PS4 Pro dan Xbox One X.

Transisi yang Dilalui Assassin’s Creed Odyssey Sebagai Action-RPG

Seri Assassin’s Creed akan selalu dikaitkan dengan tema sejarah, aksi parkour serta pertarungan jarak dekat, serta formula open world. Untuk membuat gameplay-nya lebih adiktif, Ubisoft pelan-pelan mengimplementasikan formula role-playing di judul-judul Assassin’s Creed baru, termasuk Origins. Kabarnya, elemen itu diadopsi Assassin’s Creed Odyssey secara lebih frontal lagi.

Diumumkan resmi di E3 2018, Odyssey merupakan permaian ‘utama’ ke-11 dalam seri Assassin’s Creed dan menjadi game pertama yang mengusung genre action-RPG sejati. Pendekatan ala RPG memang sudah dipakai di game Ubisoft lainnya – seperti Far Cry 5 – namun Assassin’s Creed Odyssey merangkulnya secara tak tanggung-tanggung dan membuatnya lebih terasa seperti Mass Effect atau Dragon Age.

Elemen role-playing akan segera pemain rasakan begitu Assassin’s Creed Odyssey dimulai: game menyodorkan Anda dua pilihan karakter utama, yaitu Alexios atau Kassandra. Walaupun kedua tokoh ini berbeda jenis kelamin, mereka memiliki kisah serta petualangan yang sama; dan Anda akan disuguhkan opsi dialog, quest yang bercabang, hingga ending berbeda – bergantung dari pilihan selama bermain.

Odyssey 1

Via IGN, creative director Jonathan Dumont menjelaskan bahwa dengan meneruskan transformasi Assassin’s Creed sebagai RPG, tim Ubisoft Quebec bermaksud memberikan pengalaman bermainan yang lebih kaya dan lebih personal. Lewat keleluasaan khas permainan role-playing, Anda bisa merasakan kehidupan di zaman Yunani Kuno benar-benar melalui perspektif Alexios atau Kassandra.

Bagian paling menantang dari pengembangan Odyssey adalah memadukan gameplay bebas ala RPG dengan penyajian narasi. Di permainan-permainan sebelumnya, hasil dari suatu cerita (baik quest utama ataupun sekunder) telah ditentukan. Di Odyssey, ada peluang aksi yang tengah Anda lakukan akan memicu opsi alternatif atau bahkan quest baru lagi. Itu berarti, narrative director Mel MacCoubrey dan timnya harus memikirkan solusi terbaik dalam menyajikan transisi antara cutscene, misi, kemudian cutscene lagi.

Odyssey 2

Hal menarik lain dari Assassin’s Creed Odyssey adalah konsekuensi terhadap perbuatan Anda. Di game terdahulu, tidak sengaja melukai (atau membunuh) warga hanya akan memunculkan peringatan bahwa ‘karakter Anda tidak membunuh orang tak berdosa’. Di Odyssey, Ubisoft Quebec menggantinya dengan sistem karma. Jika Alexios atau Kassandra melakukan tindakan kriminal pada penduduk, tokoh protagonis akan diburu oleh tentara bayaran.

Odyssey 4

Bagi penggemar RPG seperti saya, premis tersebut terdengar sangat menarik. Dan kabar gembiranya lagi, kita tak perlu menunggu terlalu lama buat menikmati Assassin’s Creed Odyssey. Permainan stealth action-RPG baru Ubisoft ini akan dirilis di PC, PlayStation 4 dan Xbox One pada tanggal 5 Oktober 2018.

Odyssey 5
“This is Sparta!”

Fitur Baru Assassin’s Creed Origins Mempersilakan Anda ‘Meretas’ Permainan

Walaupun bukan yang terbaik, Assassin’s Creed Origins merupakan satu dari sedikit game yang sukses menyajikan pengalaman berpetualang di era Mesir Kuno secara apik. Komitmen Ubisoft untuk memperkaya konten pasca-rilis juga perlu diapresiasi. Selain meluncurkan dua DLC premium besar, sang developer telah merilis mode edukatif hasil kerja keras mereka selama bertahun-tahun.

Dan minggu lalu, Ubisoft Montreal kembali melepas satu lagi add-on unik, kali ini dikhususkan untuk para penikmat Assassin’s Creed Origins di Windows PC. Melalui patch ke versi 1.5, mereka memperkenalkan fitur baru bernama Animus Control Panel. Sederhananya, ACP mempersilakan gamer mengatur sendiri pengalaman bermain Assassin’s Creed Unity dengan cara meretas permainan.

Animus Control Panel memberikan gamer paling awam kesempatan buat merasakan pengalaman menjadi modder tanpa adanya resiko merusak permainan. ACP dapat diakses dari opsi sub-menu Play atau di menu Uplay (tekan Shift + F2). Ia memungkinkan kita mengubah tokoh utama, kemampuan fisik mereka, bahkan mengubah hubungan antar-faksi yang ada di era itu – misalnya tentara Ptolemy, pemberontak dan bandit.

ACP bekerja dengan file save yang sudah ada. Jangan cemas Anda merusak progres di sana karena game akan membuat duplikatnya. Setelah itu, Anda tinggal mengutak-atik setting dan menerapkannya. Tentu saja modifikasi tersebut dapat mengubah keseimbangan dunia game dan boleh jadi mengakibatkan efek samping tak terduga. Namun perlu diingat: Anda merupakan penguasa Animus Control Panel. Dan jika berantakan, pemain bisa mengembalikan semuanya ke setting awal.

Fitur ini menyajikan banyak opsi kustomisasi dalam kolom berbeda. Beberapa contohnya meliputi pengaturan tingkat efektivitas serangan, kecepatan berlari, hingga mengubah lamanya perputaran siang dan malam. Ubisoft turut menyediakan preset seperti ‘god mode‘, mode super-sulit yang mewajibkan stealth, serta mode yang membuat dunianya kacau. Saat game tengah berjalan, Anda bisa bermain sebagai karakter selain Bayek.

Produser Jose Araiza menjelaskan bahwa Animus Control Panel dirancang buat memenuhi tipe pemain Assassin’s Creed Origins yang berbeda. Beberapa gamer mungkin merasa permainan ini terlalu lambat dan ingin memberinya bumbu ‘arcade‘; lalu untuk orang seperti saya yang merasa nightmare terlalu mudah, kita dapat mendongrak tingkat kesulitannya lebih jauh lagi.

Animus Control Panel tersaji gratis melalui patch terlepas dari apakah Anda membeli season pass atau tidak. Buat saya, kehadirannya memperpanjang umur permainan, memanggil kembali mereka yang sudah menamatkan Assassin’s Creed Origins untuk menikmatinya lagi dengan ‘rasa’ berbeda.

[Game Playlist] Assassin’s Creed Origins Simpan Begitu Banyak Potensi Edukasi

Ada banyak permainan yang mengangkat tema atau terinspirasi dari kejadian bersejarah, namun mungkin tak ada yang menyajikannya seunik Assassin’s Creed. Dalam meramu seri ini, Ubisoft memadukan elemen sejarah bersama latar belakang sci-fi, lalu mengemasnya sebagai permainan action-adventure open world yang mudah dinikmati oleh semua kalangan gamer.

Para penggemar terberatnya mungkin akan berargumen bahwa Assassin’s Creed II dan Assassin’s Creed IV: Black Flag merupakan game terbaik di franchise ini. Namun meski saya tidak terlalu mengikutinya, saya tidak akan sungkan-sungkan merekomendasikan Assassin’s Creed Origins bagi Anda yang menyukai sejarah kebudayaan kuno, khususnya di wilayah Mesir pada era Ptolemaic (tahun 49-47 sebelum Masehi).

ACO 7

Bahkan jika tidak terlalu familier dengan periode ini, Origins berpeluang untuk memukau Anda lewat aspek visual dan konten. Tak hanya Ubisoft berhasil menciptakan dunia yang indah, daratan kuno itu juga dihuni oleh ekosistem yang benar-benar hidup: pusat kota dan pasar terlihat begitu sibuk, orang-orang tampak fokus pada aktivitasnya. Lalu saat mengunjungi alam liar, tak jarang Anda akan menyaksikan kawanan macan tutul memburu kelompok rusa.

ACO 8

ACO 13

Ubisoft Montreal menjelaskan bahwa riset yang dilakukan untuk membangun dunia tersebut menghabiskan waktu bertahun-tahun. Mereka mengombinasikan beragam metode penelitian, dari mulai mempelajari ensiklopedia, buku, film, hingga merekrut pakar sejarah Mesir ke dalam tim pengembangan. Tetapi sudah pasti developer punya ketentuan yang harus dipenuhi: mereka ingin karakter-karakter penting seperti Cleopatra dan Caesar muncul di sana.

ACO 10

ACO 6

Satu hal yang saya sangat apresiasi adalah kepiawaian Ubisoft merekonstruksi bangunan-bangunan bersejarah seperti Piramida hingga kota Alexandria. Tiap bangunan dibuat ulang dengan begitu indah dan realistis, sehingga betul-betul membawa Anda kembali ke era kuno. Di Alexandria misalnya, kota ini terbagi dalam distrik berbeda, ada yang dihuni oleh penduduk Mesir asli dan juga warga Yunani. Lalu jika Anda tidak terlalu buru-buru, silakan nikmati pertunjukan drama di amphitheatre.

ACO 14

ACO 12

Beberapa aspek di sana juga segera memicu saya untuk mencari tahu lebih jauh: Siapa itu Ptolemy XIII yang membuat Mesir jadi berantakan? Apa sebetulnya peran Medjay? Kemudian apa latar belakang dibangunnya Piramida di Giza? Area Giza sendiri merupakan salah satu wilayah paling ikonis di game, dan Anda tentu saja dipersilakan menjelajahi isi Piramid hingga menguak rahasia Sphinx.

ACO 5

ACO 4

Ubisoft berhasil melebur elemen fakta dengan fiksi begitu mulus sehingga eksplorasi terasa mengagumkan. Bahkan walaupun Anda tahu Piramida tersebut tidak dihuni oleh manusia (kecuali beberapa jasad yang bersemayam di sana), ancaman kutukan Firaun di hieroglyph dalam ruang yang cuma diterangi cahaya obor terasa menakutkan.

ACO 11

ACO 2

Dilihat dari aspek gameplay, desain permainan (bukan ‘desain dunia game’) Assassin’s Creed Origins memang belum menyamai kelas judul open world besar lain seperti The Witcher 3. Untuk berjelajah, Anda harus menyelesaikan sesi intro terlebih dahulu, lalu tiap area juga baru nyaman dijelajahi jika Bayek – tokoh utama game ini – telah mencapai level tertentu. Hal tersebut membatasi proses eksplorasi.

ACO 3

ACO 9

Namun kekurangan ini tak jadi masalah besar jika edukasi menjadi perhatian utama Anda. Di bulan September lalu, Ubisoft sempat mengungkap rencana untuk membubuhkan mode pembelajaran di Assassin’s Creed Origins, berjudul Discovery Tour. Mode ini sama sekali tidak menyajikan pertempuran, gunanya ialah mengubah permainan jadi satu museum hidup yang interaktif. Di sana Anda bisa mengkaji beragam ilmu seperti proses mumifikasi hingga riwayat hidup Cleopatra.

ACO 1

Discovery Tour rencananya akan dibagikan secara gratis untuk seluruh pemilik Assassin’s Creed Origins, atau dapat dibeli terpisah via Steam atau Uplay seharga US$ 20, akan meluncur pada tanggal 20 Februari 2018.

Update Assassin’s Creed Origins Disiapkan Untuk Menyongsong DLC Baru

Ditakar dari aspek kompleksitas dan desain gameplay, Assassin’s Creed Origins mungkin masih belum melampaui canggihnya The Witcher 3 atau Horizon Zero Dawn. Namun ada alasan kuat mengapa DailySocial memasukkannya dalam daftar permainan open world terbaik di 2017: Ubisoft Montreal berhasil menciptakan kembali era Mesir Kuno dengan akurat dan begitu indah.

Untuk memperkaya isi permainan pasca-rilis, Ubisoft punya rencana untuk melepas setidaknya dua downloadable content: The Hidden Ones dan The Curse of the Pharaohs, masing-masing dirilis di bulan ini dan Maret besok. Dan demi mempersiapkan pendaratan The Hidden Ones, developer mengumumkan agenda peluncuran update 1.2.0, jatuh di hari ini tanggal 16 Januari 2018.

Waktu pelepasan patch memang sedikit lebih lambat di Indonesia. Saat artikel ini ditulis, proses update masih belum berlangsung, kemungkinan akan dimulai sebentar lagi. Ada tiga hal yang dibawa oleh patch 1.20. Selain persiapan kehadiran DLC, Ubisoft juga menambahkan quest baru bertajuk Incoming Threat, serta memperbanyak jenis konten Heka Chest (diperoleh dengan membelinya dari Nomad’s Bazaar).

Patch sebesar 1,2 sampai 3GB ini tentu menyimpan beragam perbaikan dan penyempurnaan gameplay. Nanti, Anda bisa menjual kembali pakaian yang dibeli di Weaver, dapat melihat wilayah Sinai dan Valley of Kings di Peta Dunia, lalu akan ada tombol untuk menyembunyikan atau memunculkan item di menu Gear. Sejumlah aktivitas memperoleh penyesuaian tingkat kesulitan, lalu transisi di quest juga dibuat lebih sinematik.

Di sisi teknis, Ubisoft berjanji game akan berjalan lebih stabil lagi serta menumpas sejumlah bug besar – misalnya infinite loading, masalah freezing di Windows 7, serta hang dengan tampilan hitam. Selain itu, beberapa bug juga sudah diketahui developer, meliputi kandang yang dapat terbuka sendiri, objek yang bisa ditembus oleh karakter, hingga suara percakapan yang terus terdengar meskipun tokoh tersebut tewas.

Daftar lengkap dari konten patch 1.20 Assassin’s Creed Origins bisa Anda baca di tautan ini.

The Hidden Ones di-setting beberapa tahun setelah kisah di Origins usai. Di sana, Bayek akan berpetualang ke wilayah Sinai dan terlibat dalam konflik antara pasukan Romawi dengan tentara pemberontak. DLC ini merupakan penerus cerita persaudaraan Hidden Ones, yaitu para pendahulu dari Orde Assassin. Hidden Ones didirikan oleh sang tokoh protagonis Medjay Bayek dan istrinya, Aya dengan memastikan orang bisa hidup bebas.

Sesudah itu, DLC The Curse of the Pharaohs akan membawa Bayek ke Thebes dan Valley of the Kings untuk memecahkan misteri. Add-on ini didesain untuk mengeksplorasi mitos Mesir Kuno lebih jauh lagi.

PS4 dan Xbox One Akan Kehadiran Assassin’s Creed Rogue: Remastered

Assassin’s Creed Rogue digarap sebagai penerus dari Assassin’s Creed IV: Black Flag sekaligus prekuel dari Assassin’s Creed III. Untuk pertama kalinya, game mengajak Anda berperan jadi anggota faksi Templar – musuh bebuyutan dari Orde Assassin. Twist ini menyuguhkan perspektif berbeda di jagat fiksi seri permainan action-adventure kebanggaan Ubisoft tersebut.

Tiga bulan setelah Assassin’s Creed Origins dirilis, sang publisher asal Perancis itu mengumumkan rencana untuk meluncurkan kembali Assassin’s Creed Rogue, kali ini di-remaster khusus buat console current-gen, Xbox One dan PlayStation 4. Di sana, Anda akan berpetualang sekali lagi sebagai Shay Patrick Cormac di wilayah Amerika dan Atlantik Utara sebelum pecah Perang Revolusi untuk memburu para Assassin.

Seperti game-game yang sebelumnya di-remaster, Ubisoft memusatkan perhatian mereka pada perbaikan aspek grafis. Assassin’s Creed Rogue: Remastered kabarnya akan menyajikan tekstur dan efek bayangan (pada karakter serta objek) dengan resolusi lebih tinggi. Developer turut membubuhkan beragam visual efek baru sehingga alam liar, daerah Kutub, hingga Kota New York tersaji lebih realistis dan meyakinkan. Selanjutnya, mereka tak lupa menambah jumlah populasi NPC.

Assassin's Creed Rogue Remastered 1

Buat para pemilik Xbox One X dan PlayStation 4 Pro, Assassin’s Creed Rogue dapat dinikmati di resolusi 4K (versi Remastered standar menghidangkan resolusi 1080p). Saat artikel ini ditulis, Ubisoft masih belum menjelaskan frame rate yang disuguhkan oleh game, tapi developer berani menjamin Anda akan memperoleh visual yang sangat cantik.

Assassin's Creed Rogue Remastered 3

Assassin’s Creed Rogue: Remastered tetap menyajikan gameplay serupa versi asli yang dilepas di tahun 2014. Selain bertualang di darat, Shay dapat mengeksplorasi samudra. Mekanisme petualangan di laut merupakan penyempurnaan dari Black Flag, memungkinkan pemain menjelajahi perairan sempit seperti sungai. Musuh Anda kini juga lebih pintar dan sulit diprediksi.

Assassin's Creed Rogue Remastered 2

Versi remaster ini akan dibundel bersama dua bonus misi, yakni The Armor of Sir Gunn yang membawa Shay ke Amerika Utara untuk memecahkan misteri, serta misi menyerbu benteng berjudul The Siege of Fort de Sable. Anda juga akan mendapatkan kostum Master Templar Pack (berisi tiga set pakaian, senjata dan item), Explorer Pack, pakaian Bayek (Assassin’s Creed Origins), serta kostum para Assassin legendaris seperti Altair, Ezio, Connor, Edward, Arno, Jacob dan Aguilar.

Assassin’s Creed Rogue: Remastered akan mendarat di PlayStation 4 dan Xbox One pada tanggal 20 Maret 2018.

Sumber: Ubisoft.

4 Game Xbox 360 Legendaris Ini Mendapatkan Dukungan Xbox One X

Sebagai versi mutakhir dari console current-gen mereka, Xbox One X menyempurnakan penga-laman bermain lewat beberapa cara: menstabilkan frame rate, mengimplementasikan HDR10, menerapkan texture filtering hingga Vsync, serta mendongrak resolusi ke ultra-HD (4K). Namun ternyata bukan game-game console Xbox One saja yang memperoleh dukungan Xbox One X.

Bersamaan dengan pengumuman ekspansi kemampuan backward compatibility Xbox One sehingga bisa menjalankan permainan-permainan Xbox generasi pertama, Microsoft mengabarkan pada IGN bahwa Xbox One X juga siap meng-upgrade kualitas visual sejumlah game di sistem last-gen. Sebagai langkah awalnya, tim Xbox memilih empat judul legendaris di Xbox 360 yang akan memanfaatkan kecanggihan hardware Xbox One X. Demam nostalgia tampaknya sedang merebak di kalangan console maker

Game-game Xbox 360 yang turut memperoleh titel ‘Xbox One X Enhanced’ meliputi:

  • Assassin’s Creed
  • Fallout 3
  • Halo 3
  • The Elder Scrolls IV: Oblivion

Di beberapa permainan, elemen color depth mendapatkan banyak peningkatan. Restriksi 8-bit telah diangkat, di-upgrade ke 10-bit. Dengan begitu, gamer Xbox One X disuguhkan pixel on-screen sembilan kali lebih tinggi dari Xbox 360. Hal tersebut diakui oleh IGN dalam komparasi Halo 3 antara veri Enhanced dan standar via mode developer. Selain warna yang lebih kaya, frame-nya lebih stabil, tekstur lebih menonjol, lalu ujung objek tampil lebih halus.

Frank O’Connor selaku development director franchise Halo merespons dukungan Xbox One X pada Halo 3 dengan sangat antusias, dan mengakui peningkatan yang hadirkan oleh hardware gaming anyar Microsoft itu – seperti pengurangan efek jaggy dan noise. O’Connor turut menjelaskan alasan timnya memilih untuk memasukkan Halo 3 ke daftar Xbox One X Enhanced: ada banyak gamer ingin bisa menikmati versi ‘ultimate‘ permainan ini.

Meski demikian, masih tetap ada kemungkinan Microsoft Game Studios akan mencoba menghidangkan game-game Halo lawas di Xbox One X – misalnya Halo: Combat Evolved dan Halo 2 yang dahulu dirilis di Xbox generasi pertama.

IGN juga melaporkan kenaikan kualitas visual di Fallout 3, terutama saat berkunjung ke Megaton. Sekali lagi, objek-objek di dalam permainan terlihat lebih halus, kemudian teks di papan penunjuk arah jadi lebih tajam dan jelas.

Microsoft berencana melepas Xbox One X di tanggal 7 November 2017. Daftar lengkap permainan Xbox One X Enhanced bisa Anda lihat di sini.

Penggemar Assassin’s Creed? Ayo Miliki Headphone Edisi Spesial Berbahan Emas Seharga $ 60 Ribu

Dalam mempromosikan game blockbuster baru, sering kali para publisher raksasa dan perusahaan hardware berkolaborasi untuk menyediakan produk edisi terbatas. Implementasi umumnya dilakukan di unit console (PS4 Gran Turismo Sport contohnya) serta gaming gear. Tapi jarang sekali publisher melakukan apa yang dilakukan oleh Ubisoft demi memublikasikan Asassin’s Creed Origins.

Dalam merayakan momen perilisan game action open-world terbaru di seri Assassin’s Creed itu, Ubisoft melangsungkan kerja sama dengan para seniman dari berbagai bidang demi menciptakan sebuah produk yang tidak biasa. Perusahaan game asal Perancis itu belum lama menyingkap headphone Philippe Tournaire Assassin’s Creed Origins Utopia berbahan emas. Pemakaian logam mulia tersebut bukan sekedar buat melapisi, namun juga berperan jadi konstruksinya.

Tournaire Assassin's Creed Origins Utopia 3

Tournaire Assassin’s Creed Origins Utopia merupakan headphone dengan desain tradisional. Earcup-nya oval, mengusung tipe overear, tersambung oleh sebuah headband. Aspek yang tidak ‘standar’ di sana terletak pada beberapa zona dengan warna kuning berkilat – pada sisi luar earcup, lalu di ujung headband. Di sana Anda bisa melihat logo khas persaudaraan Assassin yang dikombinasi bersama tema Mesir kuno, dipadu hieroglif dan pola Eye of Horus sebagai background-nya.

Tournaire Assassin's Creed Origins Utopia 2

Bagian tersebut terbuat dari emas 18-karat dan bukan sepuhan. Tiap produk headphone menyimpan emas seberat kurang lebih 150 gram. Selain itu, Tournaire Assassin’s Creed Origins Utopia turut dilengkapi bantalan empuk berlubang yang dilapisi kulit (kemungkinan besar kulit asli kelas premium). Dan dengan memeriksa gambar-gambarnya lebih seksama, saya dapat melihat pola serat karbon di bagian engsel headband.

Tournaire Assassin's Creed Origins Utopia 1

Selain menyebutkan kadar dan berat emas, Tournaire belum mengungkap detail headphone ini lebih rinci, termasuk info terkait spesifikasi, perperforma suara dan fitur-fitur audionya. Produsen hanya menjelaskan bagaimana device dikerjakan bersama-sama oleh seniman 3D, ahli perhiasan, serta pengrajin emas; dan mengklaim bahwa produk tersebut 100 persen buatan Perancis.

Tournaire Assassin's Creed Origins Utopia 4

Kabarnya, Philippe Tournaire dan tim hanya menciptakan sepuluh unit headset Assassin’s Creed Origins Utopia. Dan tentu saja, seluruh kemewahan ini menuntut harga yang sangat tinggi. Headphone dibanderol € 50.000 atau kurang lebih US$ 60.000 (atau hampir Rp 800 juta). Tournaire menerima pembayaran secara kredit, transfer atau dalam bentuk cek.

Untuk melengkapinya, Tournaire juga menjual stand eksklusif berbahan perunggu secara terpisah, dirancang sedemikian rupa agar menyerupai kepala karakter Bayek. Aksesori tambahan ini bisa Anda miliki dengan mengeluarkan uang sebesar € 12.000 atau kisaran $ 14.100.

Selamat berbelanja. 🙂

Sumber: Tournaire.