Berdesain Menawan, TRNTBL Adalah Turntable Nirkabel untuk Generasi Modern

Seiring perkembangan zaman, konektivitas nirkabel semakin dipercaya sebagai sarana pengantar audio yang efisien yang mampu mempertahankan kualitas seperti ketika menggunakan kabel. Bahkan mesin pemutar vinyl alias turntable pun dalam beberapa tahun terakhir juga hadir dalam varian nirkabel.

Salah satu yang terbaru adalah TRNTBL, sebuah turntable nirkabel dari VNYL, yang notabene merupakan perusahaan penyedia layanan berlangganan piringan hitam. Meski bukan wireless turntable yang pertama, perangkat ini masih menyimpan sejumlah fitur yang cukup menarik.

Melihat desainnya saja para kolektor vinyl mungkin sudah bisa tergiur. Wujudnya memang amat simpel, tapi tampak mewah berkat perpaduan warna hitam atau putih matte dengan aksen emas di sekujur tubuhnya.

TRNTBL mengusung desain yang simpel nan elegan / VNYL
TRNTBL mengusung desain yang simpel nan elegan / VNYL

Bertolak belakang dengan konsep desainnya yang simpel, konektivitas nirkabelnya termasuk lengkap. Selain Bluetooth, TRNTBL juga bisa menyambung via AirPlay maupun dengan sistem multi-room besutan Sonos.

Namun yang menjadi nilai jual utama TRNTBL adalah fitur identifikasi lagu ala Shazam. Jadi setiap piringan hitam yang sedang diputar, TRNTBL akan mengenali judul lagunya dan pengguna bisa membagikannya ke Spotify.

TRNTBL juga hadir dalam varian putih yang tak kalah anggun / VNYL
TRNTBL juga hadir dalam varian putih yang tak kalah anggun / VNYL

Lebih unik lagi, TRNTBL juga menawarkan fitur bertajuk Tune-In, dimana pengguna lain bisa mengikuti sesi memanjakan telinga Anda via Spotify secara real-time atau mengakses playlist yang Anda putar sejak awal. Menurut pengembangnya, fitur ini bisa dibilang seperti Periscope, tapi untuk musik bukan video.

Pre-order TRNTBL saat ini sudah dibuka di angka $351. Pemasarannya sendiri baru akan dimulai pada musim panas mendatang, dengan harga retail $420. Tentu saja perangkat ini sangat ideal digandengkan dengan layanan berlangganan milik VNYL, namun sayang pengiriman internasionalnya belum mencakup Indonesia.

Sumber: Engadget.

B&O BeoPlay A1 Tawarkan Keseimbangan Antara Desain dan Kualitas Suara dalam Kemasan Mini

Selama bertahun-tahun, pabrikan audio asal Denmark, Bang & Olufsen, sudah amat dikenal lewat produk-produknya yang menawarkan keseimbangan antara desain dan kualitas suara. Berkaca pada tren perangkat audio portable, mereka kembali mengaplikasikan pengalaman panjangnya tersebut pada BeoPlay A1.

Fisik A1 sangat sederhana, elegan sekaligus kokoh berkat pemakaian material aluminium sebagai rangka utamanya. Sepintas ia terlihat seperti panci dalam posisi terbalik, namun lekukan-lekukannya begitu mulus, membuatnya sangat mudah dijejalkan ke dalam tas atau kantong jaket.

Ukurannya sangat ringkas, dengan bobot sekitar 600 gram. Pada kenyataannya, ia merupakan speaker terkecil yang pernah B&O buat hingga kini. Namun jangan sesekali meremehkan kemampuannya, sepasang amplifier miliknya sanggup menggelontorkan suara berdaya 2 x 140 watt, dan berkat bentuknya yang membulat, suara terdistribusi secara 360 derajat.

Separuh bagian atas BeoPlay A1 terbuat dari aluminium, sedangkan separuh ke bawahnya berlapis karet lembut / Bang & Olufsen
Separuh bagian atas BeoPlay A1 terbuat dari aluminium, sedangkan separuh ke bawahnya berlapis karet lembut / Bang & Olufsen

A1 memiliki respon frekuensi 60 – 24.000 Hz. Tepat di bagian tengahnya, bernaung sebuah sub-woofer dengan bahan inti aluminium, siap mendetumkan bass yang mantap; “lebih dahsyat ketimbang yang kita bayangkan dari perangkat sekecil ini,” koar B&O.

B&O melengkapi A1 dengan konektivitas Bluetooth 4.2, plus jack audio standar jikalau dibutuhkan. Baterainya diklaim sanggup bertahan selama 24 jam nonstop, sebelum perlu di-charge lewat sambungan USB-C. Yup, USB-C, sama seperti yang smartphone flagship terkini tawarkan.

Sama halnya seperti mayoritas speaker Bluetooth, A1 turut mengemas mikrofon untuk kebutuhan panggilan telepon. Sebuah tombol di sisinya berfungsi untuk menerima sekaligus menolak panggilan telepon yang masuk ke smartphone.

BeoPlay A1 dilengkapi tali berbahan kulit yang bisa digantungkan di berbagai tempat / Bang & Olufsen
BeoPlay A1 dilengkapi tali berbahan kulit yang bisa digantungkan di berbagai tempat / Bang & Olufsen

Fitur lain yang cukup unik dari A1 adalah pengguna bisa menyambungkan dua unit untuk mendapatkan suara stereo. Sebuah tali berbahan kulit memudahkan pengguna untuk menggantungnya di tembok. Sederhananya, ia ideal ditempatkan di mana saja.

Saat ini B&O memasarkan BeoPlay A1 seharga $249. Ia tersedia dalam dua pilihan warna: silver atau hijau lumut.

Sumber: Engadget dan B&O.

Nativ Vita Ialah Pemutar Audio Hi-Res dengan Layar Sentuh Masif dan Desain Premium

Kalau sudah hobi, berapa pun biaya yang dibutuhkan pasti akan dipenuhi. Mungkin seperti itu jawaban yang dilontarkan komunitas audiophile ketika ditanya mengapa mereka rela mengucurkan dana yang besar hanya demi memanjakan kedua telinganya.

Kalau kita menikmati musik menggunakan headphone yang tersambung ke smartphone, komunitas audiophile lebih percaya dengan pemutar audio Hi-Res portable besutan Astell & Kern, Onkyo, Fiio yang harganya bisa mencapai ratusan bahkan ribuan dolar.

Kalau di ranah portable pilihan pemutar audio Hi-Res cukup banyak, tidak demikian untuk kebutuhan rumahan. Celah inilah yang ingin diisi oleh startup asal Hong Kong bernama Nativ Sound. Lewat Indiegogo, mereka memperkenalkan sistem pemutar audio Hi-Res perdananya.

Nativ Vita
Nativ Vita juga akan menampilkan informasi merinci seputar dunia musik / Nativ Sound

Inovasi Nativ ini terpisah menjadi dua bagian. Yang pertama dan paling utama adalah Nativ Vita. Sebuah pemutar audio Hi-Res yang menyerupai sebuah tablet. Ia bahkan dilengkapi layar sentuh berukuran 11,6 inci yang bertindak sebagai pusat kontrol dari konten audio yang tengah dijalankan.

Vita dirancang secara spesifik untuk audio Hi-Res, dengan dukungan resolusi hingga 32-bit/384 kHz. Untuk itu, kapasitas penyimpanannya pun tidak tanggung-tanggung. Nativ menawarkan varian dengan kapasitas hingga 4 TB.

Namun kalau Anda lebih suka streaming, Nativ Vita pun siap meneruskan audio dari berbagai layanan macam Apple Music, Spotify dan masih banyak lagi. Buat penggemar video musik, Vita pun siap meneruskannya ke televisi via sambungan HDMI atau secara nirkabel.

Nativ Vita juga dapat digunakan untuk memutar video musik / Nativ Sound
Nativ Vita juga dapat digunakan untuk memutar video musik / Nativ Sound

Semua ini dikemas dalam wujud yang amat elegan. Strukturnya tersusun dari perpaduan material aluminium, kayu dan kaca, tidak kalah premium dari speakerspeaker kelas atas besutan Bang & Olufsen maupun Bowers & Wilkins. Vita sendiri siap meneruskan audio ke hampir semua jenis speaker dan headphone, baik melalui sambungan kabel atau nirkabel.

Yang tak kalah menarik adalah bagaimana Nativ merancang Vita dengan platform yang terbuka. Artinya, developer bebas menciptakan aplikasi untuknya. Hal ini berarti nantinya Vita juga bisa berperan sebagai pusat kontrol perangkat smart home selagi meneruskan audio Hi-Res ke sound system kepercayaan di kediaman Anda.

Nativ Wave
Nativ Wave ditenagai oleh sepasang DAC kelas high-end / Nativ Sound

Menemani Vita adalah Nativ Wave. Ia pada dasarnya merupakan perpaduan DAC (digital-to-analog converter) dan amplifier untuk digunakan bersama Vita maupun pemutar musik lainnya, seperti PC misalnya. Vita sendiri sebenarnya sudah mendukung audio Hi-Res, akan tetapi Wave akan membawanya ke tingkat yang lebih tinggi lagi buat mereka yang bertelinga istimewa.

Wave didesain dengan gaya yang senada seperti Vita, dan ia memang dimaksudkan sebagai pelengkap untuk Vita. Di dalamnya bernaung sepasang DAC 24-bit/192 kHz besutan Burr-Brown. Agar semuanya bisa berjalan maksimal, daya listrik akan disuplai oleh komponen opsional bernama Native Pulse.

Tentu saja Nativ Vita saja sudah lebih dari cukup untuk memanjakan telinga konsumen secara umum, tapi untuk audiophile kelas berat, Wave dan Pulse sepertinya juga akan masuk dalam pertimbangan.

Ketiganya saat ini sedang ditawarkan di Indiegogo. Selama masa early bird, Vita dibanderol $999, lalu Wave dan Pulse seharga $1.199.

A Blind Legend Ialah Game Untuk Tunanetra, Disajikan Sepenuhnya Lewat Suara

Hingga sekarang, game masih menjadi jenis hiburan ‘mewah’ yang hanya bisa diakses oleh orang normal. Saya ingat ucapan Stevie Wonder setelah tampil di acara VGA beberapa tahun silam. Di sana sang penyanyi legendaris itu menyampaikan harapannya: seandainya saja permainan juga bisa dinikmati para penderita kebutaan atau gangguan penglihatan pada umumnya.

Kabar gembira, keinginan Stevie Wonder (dan jutaan orang lain) itu terkabul. Developer Dowino menyingkap kreasi unik mereka, A Blind Legend, yaitu permainan pertama yang dirancang khusus bagi tunanetra. Mengusung genre action-adventure dengan pertempuran berformula hack-and-slash tanpa output video, A Blind Legend disuguhkan sepenuhnya lewat suara.

Dunia game tersusun seluruhnya dari audio, oleh karena itu developer menyarankan Anda untuk menggunakan headphone yang cukup mumpuni. Pemain disajikan suara-suara seperti derap langkah, percakapan, kereta kuda, bunyi hantaman palu pandai besi, dan lain-lain. Suara berubah mengikuti arah karakter Anda berjalan. Layaknya permainan action, gerakan dan pertempuran dikendalikan menggunkan controller atau keyboard.

Tak hanya komponen in-game, opsi menu dan instruksi disampaikan lewat suara. A Blind Legend memberi tahu Anda saat sedang loading serta ketika ‘cutscene‘ berjalan – semua tanpa grafis. Sebagai notifikasi, permainan akan mengeluarkan dua dentingan berbeda untuk menandai apakah mereka hanya diminta mendengar atau sudah bisa mengambil alih kendali.

A Blind Legend 01
Logo A Blind Legend, dengan huruf Braille.

A Blind Legend mengambil latar belakang fantasi Zaman Pertengahan. Anda berperan sebagai Edward Blake, seorang kesatria buta dalam petualangan menyelamatkan sang istri yang diculik gerombolan penjahat. Blake tidak menempuh perjalanan itu sendirian, ia ditemani putrinya Louise. Dengan mendengarkan langkah kakinya, Louise memandu Anda ke mana harus berjalan. Ia juga akan membantu lewat instruksi, seperti “Belok kiri!” atau “Sudah dekat!”

Dowino bahkan tak lupa menyertakan elemen penting permainan actionhealth bar, ditunjukkan melalui suara detak jantung sewaktu Blake bertarung. Jika Anda terkena serangan lawan, temponya jadi lebih cepat. Anda ditantang mempelajari ritme serta arah serangan musuh, dan kapan tepatnya Blake harus mengangkat perisai atau mengayunkan senjata.

Menariknya lagi, A Blind Legend tak hanya bisa dinikmati oleh pengidap gangguan penglihatan. Developer menjelaskan bahwa permainan ini cocok bagi gamer yang menginginkan pengalaman sensoris orisinil. Game juga dimaksudkan buat membantu meningkatkan kesadaran khalayak terhadap disabilitas yang diderita 280 juta jiwa ini.

A Blind Legend tersedia untuk platform PC di Steam, Android serta iOS.

Sumber: ABlindLegend.com.

Earphone Terbaru JBL Dirancang Khusus untuk Smartphone dengan USB-C

Pabrikan audio kenamaan asal Amerika Serikat, JBL, baru-baru ini mengumumkan earphone baru yang sangat unik. Unik karena earphone ini sama sekali tak dilengkapi jack 3,5 mm, melainkan colokan USB-C.

Ya benar, dari namanya saja – JBL Reflect Aware C – sudah kelihatan kalau ia secara khusus dirancang untuk smartphone ataupun perangkat lain yang memiliki port USB-C, seperti HTC 10 yang baru saja dirilis. Tak hanya meneruskan audio, koneksi ini juga menjadi penyalur daya listrik supaya fitur noise cancelling milik earphone bisa terus aktif.

Fitur noise cancelling yang dimiliki Reflect Aware C ini sendiri dapat disesuaikan intensitasnya; apakah pengguna benar-benar ingin memblokir suara luar secara menyeluruh, atau hanya sedikit saja supaya tidak terlalu mengganggu.

JBL Reflect Aware C

Ear tip-nya mempunyai desain yang ergonomis dan anti-keringat supaya tidak mudah terlepas saat digunakan selagi beraktivitas, dan masing-masing ditenagai oleh driver berukuran 14,8 mm dengan respon frekuensi 10 – 22.000 Hz. Di tengah-tengah kabelnya, hadir sebuah in-line remote yang turut mengemas mikrofon dan pengontrol volume.

JBL belum mengungkapkan harga jual maupun ketersediaan Reflect Aware C, namun bisa dipastikan ia termasuk salah satu aksesori resmi yang akan dijual secara terpisah menemani HTC 10 saat sudah mulai dipasarkan nanti.

Sumber: HTC via The Verge.

Audio-Technica Luncurkan Turntable Berkonektivitas Bluetooth

Dengan maraknya layanan seperti Spotify, kehadiran turntable memang menjadi kurang relevan. Tak usah sejauh itu, pemutar CD lagu saja mungkin sudah jarang sekali digunakan, apalagi pemutar piringan hitam/vinyl.

Namun dalam beberapa tahun terakhir vinyl berhasil menggaet secuil popularitasnya kembali. Minat konsumen yang meningkat membuat pabrikan-pabrikan audio jadi tertarik untuk kembali berinovasi di ranah ini.

Sebagai salah satu pemasok cartridge turntable terbesar, nama Audio-Technica di industri vinyl jelas tak bisa dipandang sebelah mata. Perusahaan asal Jepang tersebut baru-baru ini meluncurkan AT-LP60-BT, sebuah pemutar piringan hitam berbekal konektivitas Bluetooth dan tampang premium.

Yup, perangkat ini dilengkapi konektivitas nirkabel layaknya perangkat audio modern lainnya. Dengan demikian, hanya dengan menekan satu tombol saja, pengguna bisa meneruskan output suara piringan hitam menuju headphone maupun speaker favoritnya tanpa harus mengandalkan kabel.

Seandainya tidak ada headphone atau speaker Bluetooth, toh perangkat ini juga masih bisa berfungsi menggunakan kabel audio 3,5 mm standar. Ia pun turut mengemas colokan RCA, dan pengguna bisa langsung menyambungkan speaker karena ia telah dibekali phono preamp terintegrasi.

Audio-Technica AT-LP60-BT

Semua ini dikemas dalam rangka aluminium berwarna hitam, putih atau biru yang terlihat elegan. Namun untuk menekan harga jualnya, material plastik pun turut digunakan di beberapa bagian, seperti misalnya pada tombol-tombolnya.

Hal ini sekaligus menjadikan Audio-Technica AT-LP60-BT sebagai alternatif cukup terjangkau untuk para penggemar vinyl yang harus membagi budget-nya antara perangkat audio dan koleksi vinyl itu sendiri. Ia sekarang sudah dijajakan seharga $180.

Sumber: Pocket-lint.

Dengan Hub by Ekko, Output Suara dari Satu Sumber Bisa Diteruskan ke Beberapa Perangkat Sekaligus

Sistem audio multi-room yang dipopulerkan oleh Sonos terbukti sanggup mengubah arah industri perangkat audio secara menyeluruh. Kini tidak sedikit pabrikan audio lain yang mengikuti jejak Sonos dengan meluncurkan lini sistem multi-room-nya sendiri. Namun bagi para konsumen, masalahnya hanya satu: kalau mereka ingin menikmati sistem ini, mereka harus berinvestasi pada perangkat baru, dan move on dari perangkat lamanya.

Tidak seperti smartphone atau tablet, speaker keluaran beberapa tahun yang lalu belum tentu lebih jelek kualitas suaranya daripada yang baru dirilis bulan kemarin. Hal inilah yang kerap menjadi dasar mengapa konsumen terkadang enggan meninggalkan perangkat lamanya demi berpindah ke ekosistem baru besutan Sonos atau pabrikan lainnya.

Namun sekarang ada solusi unik jika Anda hendak menikmati sistem multi-room menggunakan perangkat lawas. Bernama Hub by Ekko, perangkat ini pada dasarnya memungkinkan pengguna untuk mengirim output suara dari satu sumber menuju ke beberapa perangkat yang berbeda.

Hub terdiri dari dua komponen. Unit utamanya bertindak sebagai pemancar sinyal nirkabel. Unit ini Anda colokkan ke perangkat sumber audio, misalnya TV atau smartphone. Lalu komponen yang kedua, yang disebut dengan istilah Sound Puck dan berbentuk bulat pipih, bertindak sebagai penerima sinyal dan meneruskannya ke speaker, headphone atau earphone.

Hub by Ekko

Sederhananya, dari satu TV saja, output suara bisa dibagi ke empat headphone yang berbeda, yang masing-masing tersambung ke komponen Sound Puck tadi. Hal ini berarti setiap pengguna headphone akan mendengarkan konten audio yang sama yang berasal dari TV, akan tetapi dengan volume atau equalizer yang bisa diatur sesuai seleranya masing-masing.

Sistem unik ini bisa dimanfaatkan untuk menciptakan sistem multi-room dari speakerspeaker lama. Semisal Anda sudah punya beberapa speaker yang tersebar di berbagai ruangan di dalam rumah, Anda tinggal menyambungkan masing-masing ke Sound Puck, lalu semuanya akan menghasilkan output suara yang sama yang berasal dari satu sumber.

Semua pengaturan bisa diakses dari aplikasi pendamping Hub di perangkat mobile. Aplikasi ini juga menawarkan akses ke sejumlah layanan streaming musik maupun fitur unik seperti membatasi volume pada suatu Sound Puck yang dipakai oleh anak-anak.

Hub by Ekko

Masing-masing Sound Puck punya daya tahan baterai sekitar 4,5 jam nonstop. Untuk mengisi dayanya kembali, tinggal tancapkan saja Sound Puck di unit utama Hub yang tersambung dengan adapter, dan charging secara nirkabel akan segera berlangsung. Soal kualitas audio, unit utama Hub telah dilengkapi dengan chip DAC yang sanggup mengolah audio dengan resolusi Hi-Res, alias 24-bit 96 kHz.

Untuk sekarang, Hub by Ekko baru bisa dipesan melalui situs crowdfunding Kickstarter. Ada dua varian yang ditawarkan: Hub ($229) yang mencakup empat Sound Puck dan Hub Mini ($159) dengan dua Sound Puck. Sound Puck-nya sendiri nanti bakal dijual secara terpisah; satu unit Hub bisa meneruskan output audio hingga ke 10 Puck sekaligus.

Pabrikan Gitar Ternama Fender Kini Jualan Earphone

Setelah memproduksi gitar selama lebih dari enam dekade, Fender memperluas cakupan bisnisnya menuju ranah headphone. Perusahaan yang bermarkas di Arizona, Amerika Serikat tersebut kini tak lagi melayani permintaan para pemusik saja, tetapi juga para pendengar lewat lini earphone perdananya, Fender In-Ear Monitor Series.

Guna memberikan kualitas yang terbaik, Fender tidak serta-merta bereksperimen di bidang yang baru buat mereka ini tanpa ada dasar pengalaman sama sekali. Mereka mengakuisisi Aurisonics, pabrikan headphone asal AS yang terkenal di kalangan audiophile maupun musisi profesional, memanfaatkan aset dan pengalamannya guna merancang earphone dengan label Fender di atasnya.

Total ada lima model earphone yang diperkenalkan. Sebagian di antaranya merupakan model yang pernah dijual Aurisonics, akan tetapi telah disempurnakan di berbagai aspek semenjak proses akuisisinya rampung. Kelimanya mengemas driver yang terbuat dari material titanium, sedangkan beberapa model kelas atasnya mempunyai desain yang diklaim bisa terasa nyaman di telinga 95 persen konsumen.

Masing-masing model juga mengandalkan konfigurasi driver yang berbeda. Ada yang memakai driver berjenis balanced armature, ada juga yang memadukan balanced armature dengan dynamic driver. Tidak kalah penting, kelimanya disertai kabel konektor yang bisa dilepas-pasang.

Fender In-Ear Monitor Series

Soal harga, rentangnya antara $99 sampai $499. Model yang paling murah adalah DXA1 Pro, yang mempunyai case semi-transparan dan ideal untuk digunakan dengan smartphone. Kemudian ada FXA2 Pro seharga $199 yang ditargetkan buat para bassist ataupun drummer.

Model yang ketiga, FXA5 Pro, dihargai $299 dan mengemas sepasang driver balanced armature. Di atasnya lagi ada FXA6 Pro seharga $399 yang memadukan driver balanced armature tunggal dengan dynamic driver. Terakhir, FXA7 Pro seharga $499 menjanjikan kualitas suara yang terbaik berkat penggunaan sepasang driver balanced armature dan dynamic driver.

Sumber: The Verge dan Fender.

Sennheiser Topang Virtual Reality Melalui Teknologi Ambeo

Pengenalan open headphone pada konsumen oleh Sennheiser puluhan tahun lalu melambungkan perusahaan Jerman tersebut sebagai brand audio papan atas. Selain tak berhenti mengembangkan produk high fidelity premium, ternyata Sennheiser juga memperlihatkan ketertarikan terhadap ranah yang belakangan mendapatkan perhatian besar: virtual reality.

Berkat kerja keras Oculus VR, Valve dan HTC, sebentar lagi khalayak umum dengan mudah bisa menikmati VR. Dan dari sana, kita bisa menerka, kulitas konten serta keberagaman periferal kendali akan meningkat. Namun bidang reproduksi suara tampaknya merupakan faktor yang kurang memperoleh perhatian. Dan karena alasan itulah, Sennheiser mengembangkan sebuah teknologi ‘3D immersive‘. Diungkap di CES 2016 silam, mereka menamainya Ambeo.

Sennheiser Ambeo adalah solusi yang didesain spesifik buat menopang virtual atau augmented reality, sehingga penyajian suara sama-sama realistisnya dengan elemen visual. CEO Dr. Andreas Sennheiser memberi penjelasan pada Digitial Trends bahwa Ambeo ialah ‘payung’ untuk beberapa tipe konfigurasi audio immersive berbeda. Prosedur diterapkan saat merekam, mixing, ketika memproses suara, serta tentu saja dalam penyuguhan output.

Ambeo memanfaatkan kombinasi teknologi berbeda, misalnya playback 9.1, playback di headphone, kemudian proses perekaman via microphone virtual reality. Ketika head-mounted display virtual reality dirancang buat mengelabui pengelihatan pengguna, seolah-olah mereka berada di tempat lain, Ambeo diramu untuk memperdaya indra pendengaran kita.

Tak cuma suara yang begitu akurat serta menyeluruh, Ambeo sanggup mengangkat detail-detail kecil. Ia sangat efektif buat menyajikan konser musik digital. Di CES, Ambeo dipadukan bersama headphone HD-630VB serta headset Samsung Gear VR. Digital Trends mengaku, penempatan audio di ruang virtual sangat mengagumkan. Ketika kepala digerakkan, ia sanggup melacak arah datangnya suara instrumen musik secara sempurna. Bahkan dari arah belakang.

Namun tentu saja, virtual reality tak bisa lepas dari tema gaming, dan Sennheiser sadar akan hal tersebut. Mereka menggandeng Soulpix dan mengimplementasikannya dalam Eden – demo proof of concept bertenaga Unreal Engine 4. Melalui algoritma khusus, sumber bunyi-bunyian di permainan jadi sangat mudah dideteksi.

Andreas Sennheiser menuturkan, “Engine rendering suara 3D yang Sennheiser gunakan di Eden memungkinkan transisi mulus antara dunia nyata dan audio virtual. Teknologi ini akan menjadi dasar masa depan suara 3D di aplikasi augmented reality.”

Kabar gembiranya, teknologi Ambeo rencananya akan hadir di produk audio tidak lama lagi, diperkirakan tiba tahun ini.

Sumber tambahan: Sennheiser.com.

Naim Luncurkan Mu-so Qb, Speaker Nirkabel Premium Berukuran Ringkas

“Ukuran itu tidak penting.” Anda pasti sering mendengar kalimat ini terlontar dari seseorang dalam berbagai konteks. Di konteks perangkat audio, khususnya speaker, ukuran memang cukup berpengaruh dalam menghasilkan suara yang keras. Tapi keras saja belum tentu enak, dan sekarang pun ada banyak speaker berukuran ringkas yang tidak kalah berisik dari saudara-saudaranya yang lebih bongsor.

Salah satu yang terbaru datang dari pabrikan audio tersohor asal Inggris, Naim. Tahun lalu, mereka mulai menekuni lini speaker nirkabel dengan meluncurkan Naim Mu-so. Tahun ini, di hadapan pengunjung event CES 2016 minggu kemarin, mereka memperkenalkan Mu-So Qb, adik kecil Mu-so yang tidak kalah wah dari segi desain maupun performa.

Nama Qb diambil dari wujudnya yang berbentuk kubus, dengan dimensi 210 x 218 x 212 mm dan bobot 5,6 kg. Wow, berat sekali untuk ukuran speaker sekecil ini? Yup, karena selain terbentuk dari kombinasi material polymer dan kaca, Qb juga mengemas lima unit driver yang fenomenal.

Naim Mu-so Qb

Sepasang tweeter yang berada di bagian atas diposisikan miring ke kiri dan kanan untuk memaksimalkan penyebaran suara pada frekuensi tinggi. Sama halnya dengan di frekuensi tengah, dimana sepasang driver mid-range miliknya juga diposisikan miring. Keempat unit driver ini masing-masing ditenagai oleh amplifier Class-D berdaya 50 watt.

Terakhir yang melengkapi adalah sebuah woofer yang ditenagai oleh amplifier 100 watt dan sepasang radiator, bertugas mengguncang tubuh Anda dengan dentuman bass yang luar biasa. Jadi kalau ditotal-total, speaker kecil ini bisa menyemburkan daya total 300 watt dari kelima unit driver-nya.

Tak hanya penempatan driver yang diperhatikan, Naim juga membekali Mu-so Qb dengan prosesor sinyal digital 32-bit yang sama seperti milik Mu-so standar. Pengguna bisa memilih dua pengaturan equalizer guna mengoptimalkan kualitas suara yang dihasilkan berdasarkan posisinya di dalam ruang – apakah berada di dekat tembok atau di tengah-tengah ruangan.

Naim Mu-so Qb

Pengoperasian Mu-so Qb mengandalkan panel sentuh yang terletak di permukaan atasnya, yang dikitari oleh kenop volume berbahan aluminium. Kendati demikian, pengguna juga bisa melakukan pengaturan lebih lanjut lewat aplikasi pendamping yang tersedia di Android maupun iOS.

Kecil, cantik dan bertenaga, Mu-so Qb turut dibekali konektivitas yang cukup lengkap. Selain Bluetooth, pengguna juga bisa menyambungkannya ke perangkat NAS lewat Ethernet, kemudian ada pula sambungan Wi-Fi yang kompatibel dengan sistem AirPlay besutan Apple. Input digital dan analog pun juga tersedia, begitu juga dengan jack standar 3,5 mm. Masih kurang? Mu-so Qb mengemas port USB sehingga Anda bisa memutar lagu yang tersimpan di dalam flashdisk.

Kalau Anda punya dana yang cukup, Anda bahkan bisa menyambungkan lima Mu-so Qb sekaligus – atau dengan speaker nirkabel lain dari Naim – lalu menempatkannya di lima ruangan yang berbeda dan memutar lagu yang sama. Saya katakan harus punya dana cukup karena satu unit Naim Mu-so Qb saja dibanderol seharga $860, dan muilai dipasarkan pada bulan Maret mendatang.

Sumber: Gizmag dan Naim.