Bank Danamon Resmikan Aplikasi Khusus Supply Chain “D-BisMart”

Bank Danamon meresmikan aplikasi D-BisMart untuk membantu pelaku bisnis dan komunitas financial supply chain atau rantai pasok dalam mengelola pemesanan barang. Platform ini memungkinkan pembayaran secara langsung atau tunda, mendapatkan rekonsiliasi seluruh transaksi, dan menjamin perputaran dana untuk kelancaran bisnis.

Transaction Banking Head Bank Danamon Andrew Suhandinata mengatakan, aplikasi ini dirancang untuk mendukung segmen kecil seperti UKM hingga mikro. Mereka pun dapat menekan biaya operasional karena transaksi dalam D-BisMart dapat terjadi tanpa tatap muka.

“Seluruh kebutuhan pemesanan, pembayaran, dan konfirmasi pembelian barang dapat diakses dengan mudah. Kami juga free [of] charge,” terangnya seperti dikutip dari SWA.

Menariknya, aplikasi ini memiliki konsep yang berbeda dengan marketplace karena menggunakan sistem closed group. Artinya, hanya melayani komunitas penjual dan pembeli yang sudah menjadi nasabah Bank Danamon dan terdaftar dalam layanan D-BisMart.

Keduanya juga diharuskan memiliki kerja sama komersil agar bisa saling terkoneksi. Kendati demikian, penjual dan pembeli yang bisa bergabung ini harus memiliki toko fisik, sehingga tidak diperuntukkan buat pedagang online.

Alhasil, konsep inilah yang dipertegas oleh perseroan bahwa ini bukan aplikasi marketplace. Sebab marketplace itu bisa belanja ke supplier mana saja, sedangkan pembeli (retailer) di aplikasi ini hanya bisa mendaftar apabila mendapat rekomendasi dari penjual (anchor).

“Tapi retailer bisa menyebar link-nya ke lebih dari satu penjual asalkan dia bagian dari komunitas anchor-anchor tersebut dan sudah terdaftar,” kata Head of Transaction Banking Product Bank Danamon Elisa Majasari Halim.

Bisa dikatakan aplikasi ini cocok bagi penjual yang belum memiliki platform jual beli barang. Mereka bisa mempromosikan produknya, mendapatkan laporan pemesanan dan pembayaran, dan memudahkan distributor untuk memintakan pembayaran dari pembeli. Di satu sisi, pembeli dapat melihat katalog barang, memesan barang secara online, dan bayar secara cashless.

Elisa menyebut, saat ini ada satu penjual dari industri consumer goods dengan 20 pembeli yang telah memanfaatkan aplikasi. Ada dua penjual tambahan sedang dalam penjajakan untuk bergabung.

Menurut Elisa, sektor yang dinilai potensial untuk bergabung adalah F&B dan toko bahan bangunan. Ditargetkan dalam lima tahun ke depan pengguna D-BisMart meningkat jadi 1.250 pembeli yang berasal dari 50 penjual.

Perseroan belum menetapkan monetisasi dari produk ini karena masih fokus pada penamabahan jumlah penjual dan pembeli untuk bergabung. Perlu diketahui, seluruh transaksi yang ada di D-BisMart adalah transaksi pindah buku antar rekening Bank Danamon.

CIMB Niaga dan Genesis Bangun “Venture Debt” untuk Startup Indonesia, Siapkan Dana 300 Miliar Rupiah

Bank CIMB Niaga dan Genesis Alternative Ventures mendirikan venture debt (pinjaman ventura) khusus untuk membiayai startup di Indonesia dengan menyiapkan dana awal sebesar 300 miliar Rupiah. Startup yang disasar bergerak di bidang fesyen dan ritel, manufaktur, F&B, properti, kesehatan, keamanan digital, dan bisnis transportasi.

Dalam pernyataan resmi, Presiden Direktur CIMB Niaga Tigor M. Siahaan menjelaskan, sinergi dengan Genesis diharapkan dapat memperkuat peran perusahaan dalam pengembangan ekosistem startup di Indonesia. Terlebih lagi, langkah yang diambil perusahaan ini tergolong unik karena pertama kalinya memilih ambil strategi dengan venture debt.

“Ekonomi digital Indonesia yang berkembang pesat telah menjadikannya salah satu hotspot teknologi di kawasan ini. Kami yakin banyak pengusaha akan melihat produk dan layanan ini sebagai alat integral untuk menciptakan pertumbuhan,” terangnya.

Kebanyakan VC memilih untuk membiayai startup dalam bentuk suntikan ekuitas (penyertaan saham). Makanya konsep ini lebih umum di Indonesia. Founder menerbitkan saham baru (rights issue) yang dibeli langsung oleh VC. Kurang lebih seperti pelaksanaan IPO, namun tertutup. Ada juga memakai skema obligasi konversi (convertible loans), namun kurang populer.

Tigor menjelaskan skema pembiayaan ini dapat menjadi alternatif bagi perusahaan startup yang kekurangan arus kas dan tidak dapat memenuhi kriteria tradisional pinjaman perbankan. Bagi modal ventura, hal ini sekaligus mengisi ruang yang selama ini tidak terlayani oleh perbankan.

Dikutip dari Bisnis, Tigor menambahkan keputusan perusahaan untuk mengambil langkah ini lantaran startup ada yang butuh equity funding dan saatnya butuh kredit. Di satu sisi, bank dengan rambu-rambu yang harus dipenuhi, bisa memenuhi kebutuhan tersebut dengan skema ini.

Terlebih, Genesis memiliki pengalaman yang cukup dalam untuk pembiayaan skema pinjaman di Singapura, akhirnya membuat CIMB Niaga cukup percaya diri untuk menerapkannya di Indonesia.

Tigor menjelaskan pembiayaan ventura ini serupa dengan kredit. Sehingga ada tenor dan bunga, namun bakal disesuaikan dengan kriteria debitur.

Perusahaan juga memperhatikan rekam jejak startup untuk mitigasi risiko kredit bermasalah. Sebab umumnya, startup yang bergerak di teknologi ini identik dengan strategi ‘bakar uang.’

“Ini yang kami lihat juga perusahaan yang sudah siap dari sisi manajemen, suplai, permintaan, tapi sulit tumbuh karena keterbatasan dana,” jelasnya.

Dia berharap skema ini dapat dimanfaatkan untuk perusahaan berusia muda yang berhasil memperlihatkan pertumbuhan tinggi dan perlu memperpanjang ladasan kasnya guna mencapai tahap pertumbuhan berikutnya.

DailySocial belum mendapat respons tambahan dari pihak CIMB Niaga terkait alasan lebih dalam mengapa mengambil skema pembiayaan ini, juga rencana ke depannya.

Di Singapura, Genesis telah membiayai tiga startup dengan skema venture debt. Di antaranya Horangi Cyber Security, Grain, dan co-working space GoWork. Mengutip dari DealStreet Asia, Genesis memiliki delapan startup baru untuk dibiayai dalam pipeline-nya.

Modal ventura lainnya di Asia Tenggara dengan konsep yang sama juga dilakukan oleh InnoVen Capital. Perusahaan tersebut mengklaim telah menyalurkan kredit hingga US$500 juta untuk lebih dari 200 startup.

Bank Danamon Launches API for Developer

Bank Danamon launches Application Programming Interface (API) Central, its an open API or open banking that allows the third party to connect directly with banks for all transactions, either financial or non-financial.

The commitment shows Bank Danamon intention to extend collaboration with related parties by providing digital technology-based services, with fast, safe, and easy implementation. Bank Danamon connection with customers is claimed to boost faster with API Central, therefore, it supports better business development and customer transactions.

“Previously, we launched API Central but it was limited to certain clients by holding a special meeting. Currently, our API Central is officially open for public,” Ronaldi Laksana, Danamon’s Vice President and IT Group Head said.

He added, open banking is now a thing, in order to expand collaboration with p2p lending, e-commerce, corporate, and other services.

Later, Bank Danamon will continue to develop and complete API Central’s service packages. Currently, Danamon provides 7 main services at API Central accessible on special website.

Developers can immediately learn about service packages provided by Danamon while testing in the safe environment sandbox.

In an effort to provide a more unique value proposition, Bank Danamon plans to launch a new feature which is quite advanced in terms of technology.

“Currently, the service is under development, but when it’s ready, we’ll announce it, and it’ll make Bank Danamon more unique than other bankings,” Djamin Nainggolan, Danamon’s Senior Executive Vice President and Digital Banking Head, said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Bank Danamon Buka API untuk Pengembang

Bank Danamon meluncurkan Application Programming Interface (API) Central, yaitu layanan open API atau open banking yang memungkinkan pihak ketiga terhubung langsung dengan bank untuk pelaksanaan transaksi, baik transaksi finansial maupun non finansial.

Sebelumnya Bank Danamon sudah menjalin kemitraan strategis dengan Go-Pay, Tokopedia, dan Investree sebagai pilihan pembayaran dalam bentuk Virtual Account, bank transfer, dan lainnya.

Komitmen tersebut menunjukkan niat Bank Danamon yang ingin memperluas kolaborasi dengan pihak terkait dengan menyediakan layanan berbasis teknologi digital dengan implementasi yang cepat, aman, dan mudah. Dengan API Central, diklaim koneksi antara Bank Danamon dan nasabah dapat dibangun dengan lebih cepat sehingga mendukung perkembangan bisnis dan transaksi nasabah dengan lebih baik lagi.

“Sebelumnya kami telah membuka API Central namun sifatnya tertutup hanya dengan klien tertentu saja dengan mengadakan pertemuan khusus. Saat ini API Central kami resmi buka untuk umum,” kata Vice President dan IT Group Head Danamon Ronaldi Laksana.

Ditambahkan Ronaldi, open banking saat ini menjadi wajib untuk dilakukan, agar bisa memperluas kolaborasi dengan layanan p2p lending, e-commerce, korporasi, dan lainnya.

Ke depannya, Bank Danamon akan terus mengembangkan dan melengkapi service package di API Central. Saat ini Danamon menyediakan 7 layanan utama di API Central, yang dapat diakses di situs khusus.

Pengembang dapat langsung mempelajari service package yang disediakan Danamon, sekaligus melakukan testing dalam environment sandbox yang aman.

Untuk memberikan value proposition yang lebih unik, Bank Danamon berencana meluncurkan layanan baru yang dinilai cukup advance dari sisi teknologi.

“Saat ini layanan tersebut masih dalam tahap pengembangan, namun jika sudah siap akan kami umumkan dan tentunya menjadikan Bank Danamon lebih unik dibandingkan layanan perbankan lainnya,” kata Senior Executive Vice President and Digital Banking Head Danamon Djamin Nainggolan.

Application Information Will Show Up Here

Pilihan Deposito di Era Digital

Tren deposito dianggap tengah menurun. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menyebutkan bahwa hingga awal 2018, suku bunga deposito (dan suku bunga global) akan mengalami penurunan. Padahal, sebagai produk keuangan, deposito yang penyetoran dan penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu ini termasuk mencuri perhatian di kalangan masyarakat. Bagi sebagian kalangan, deposito dinilai memiliki rerata keuntungan yang relatif stabil dibandingkan dengan produk lainnya seperti saham atau emas.

Sejalan digitalisasi di dunia perbankan, para deposan (nasabah deposito) kini dapat menggunakan deposito baik dengan cara konvensional maupun merambah ke arah online. Produk investasi berupa deposito banyak dinilai memiliki rerata keuntungan yang relatif stabil dibanding produk lainnya seperti saham, emas dan obligasi pemerintah.

Mulai mengadopsi sistem online

Pada era digital, pengguna internet kini semakin mudah dalam menemukan informasi atau menggunakan layanan perbankan. Termasuk juga yang berkaitan dengan deposito.

Banyak cara untuk memiliki deposito dengan mulai memanfaatkan basis digital dengan komputer, smartphone, atau perangkat lain yang terhubung dengan internet. Misalnya, DeposiGO dari Bank DBS Indonesia yang memanfaatkan cara pendaftaran online.

Merujuk pada program tersebut, calon nasabah cukup mengisi formulir di situs bank dan nantinya nasabah akan dihubungi lebih lanjut oleh petugas bank. Langkah ini tentu memudahkan proses pembuatan deposito tersebut, sebab proses antrean nasabah di kantor cabang sudah tereliminasi.

deposito online bank

Proses pendaftaran deposito online seperti ini terbilang memperlancar nasabah, karena dengan mengisi formulir pendaftaran secara online, dan nantinya pihak bank akan secara aktif melakukan menghubungi nasabah mengenai penempatan dalam prosesnya.

Pemanfaatan deposito konvensional dan “semi online” hanyalah soal preferensi. Jika belum memahami benar mengenai jenis deposito yang tersedia, sebaiknya nasabah mengakses situs atau menghubungi staf bank terkait untuk mendapatkan informasi lebih lanjut sebelum melakukan penempatan deposito. Sebab pada era digital, berbagai cara investasi tersedia agar memudahkan nasabah dalam mendapatkan keuntungan yang lebih meluas.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh DBS.

Dampak Implementasi Kantor Digital Bagi Bank Commonwealth

Beberapa waktu lalu, Bank Commonwealth meresmikan kantor digital, sebagai bentuk peningkatan pelayanan perbankan digital yang lebih efisien dan praktis. Hal in dilakukan sesuai dengan misi perusahaan yang ingin menjadi pemimpin pasar dalam menyediakan layanan keuangan digital untuk nasabah ritel dan UKM.

Head of Wealth Management and Customer Segments Bank Commonwealth Ivan Jaya menuturkan, dulunya ada banyak waktu nasabah terbuang karena menunggu antrean. Sekarang lewat kantor digital, para nasabah bisa melakukan kebutuhan finansial mereka sendiri.

Ia pun memastikan kehadiran kantor digital justru tidak membuat perusahaan mengurangi jumlah karyawan yang ditempatkan di kantor cabang operasional. Malah mengalihkan fungsi mereka jadi lebih “advisory”, dari sebelumnya lebih administratif.

“Karyawan kami dapat lebih fokus memberikan layanan terkait saran-saran keuangan maupun edukasi. Sehingga peran petugas bank lebih bergeser dari yang dulunya lebih banyak administratif, kini menjadi lebih banyak bersifat advisory,” katanya kepada DailySocial.

Menurutnya, jumlah karyawan yang ditempatkan dalam suatu cabang sangat bervariatif karena akan perlu melihat berbagai pertimbangan mulai dari jenis cabang itu sendiri, luas kantor, dan jumlah nasabah yang siap dilayani.

Adapun, total karyawan yang dimiliki Bank Commonwealth mencapai lebih dari 1.700 orang. Sementara total kantor cabang yang dimiliki Bank Commonwealth ada 55 unit, tersebar di 25 kota di Indonesia.

Sayangnya, Ivan enggan membeberkan lebih detail untuk investasi yang siap dikucurkan perusahaan terkait kantor digital. Namun pihaknya menekankan bahwa perusahaan sangat serius mengadopsi teknologi berskala dunia ini ke Indonesia, agar tetap relevan dengan kebutuhan nasabah.

“Dari segi jangka panjang, investasi ini akan sangat menguntungkan karena akan membantu baik bagi nasabah untuk memanfaatkan jasa keuangan kami dan juga karyawan kami dalam melayani nasabah.”

Kantor digital, sambungnya, akan lebih menyasar nasabah yang ada di kelas emerging affluent sampai affluent (nasabah kaya) untuk menikmati Premier Banking Lounge di dalamnya.

Sementara ini kantor digital baru hadir di tiga lokasi di Jakarta, yaitu WTC 6 Sudirman, Kensington Kelapa Gading, dan Pantai Indah Kapuk. Lokasi penyebarannya bakal fokus ke kota-kota besar seperti Bandung dan Surabaya. Dua kota tersebut akan disambangi perusahaan tahun depan.

Peluncuran bank digital ini merupakan bentuk komitmen lanjutan dari Bank Commonwealth dalam transformasi ke digital, setelah meluncurkan Tyme Digital Kiosk, mesin kios yang memungkinkan nasabah buka rekening bank dalam waktu 10 menit.

Kini Tyme Digital telah hadir di 30 titik yang tersebar di Jabodetabek, di antaranya Pluit Village Mal, Plaza Indonesia, Kota Kasablanka, Gandaria City, BSD, Summarecon Mal Serpong, Bekasi, dan lainnya.

Beberapa layanan yang dihadirkan kantor digital, di antaranya terdapat mesin Tyme Digital untuk membantu nasabah membuka dan aktivasi kartu ATM, internet banking, dan mobile banking. Ada area self-service digital center, dapat digunakan nasabah untuk mencari informasi produk dan mengakses internet dan mobile banking lewat perangkat tablet.

Petugas pun akan lebih bersifat mobile, tidak hanya di bagian layanan pelanggan atau teller, namun juga di area lainnya. Brosur dan pengisian form-nya juga telah diubah menjadi paperless.

Indonesia Knowledge Forum VI Digelar BCA, Bahas Pembentukan Ekosistem Ekonomi Digital

Bank Central Asia (BCA) pada 3-4 Oktober 2017 lalu kembali menggelar Indonesia Knowledge Forum (IKF) VI. Mengambil tema “Elevating Creativity & Innovation Through Digital Collaboration”, IKF VI 2017 menghadirkan 23 pembicara yang kompeten di bidangnya, baik dari dalam maupun luar negeri, untuk berbagi ilmu, pengalaman serta inspirasi dalam mengembangkan dunia bisnis berbasis digital.

Di hari pertama, seminar bertajuk “Peta Perekonomian di Era Digital” digelar dengan menghadirkan pengamat ekonomi nasional Faisal Basri. Dilanjutkan sesi seminar yang diisi oleh beberapa pemateri, termasuk Partner dan Presiden Direktur McKinsey Indonesia Phillia Wibowo, Celebrity Investor Ashraf Sinclair, dan Founder & Managing Kejora Group Sebastian Togelang.

IKF VI 2017 juga disemarakkan dengan serangkaian expo dan pameran yang diikuti oleh 35  startup dan penyedia pengetahuan teknologi terpilih yang diharapkan dapat menjadi inspirasi dan pengetahuan baru bagi perkembangan dunia usaha masyarakat Indonesia.

“Kami mencermati perkembangan startup belakangan ini sangat pesat, dan melalui gelaran IKF VI 2017 ini kami ingin memfasilitasi pertukaran ide, inovasi, dan kreativitas dalam memanfaatkan perkembangan teknologi saat ini untuk menjadi entrepreneur. Gelaran ini juga adalah bagian upaya kami melalui BCA Learning Service untuk memberikan nilai tambah bagi pengembangan kualitas sumber daya manusia melalui pembelajaran yang memadai dari narasumber-narasumber yang mumpuni dari sisi pengetahuan dan pengalaman,” ujar Cyrillus Harinowo selaku Komisaris BCA.

Memasuki hari kedua IKF VI menghadirkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Ignasius Jonan. Dalam pemaparan yang disampaikan, Jonan mengatakan pentingnya teknologi informasi dalam mendorong efisiensi pengelolaan sumber daya energi.

“Misalnya, dengan tersedianya aplikasi ESDM One Map Indonesia, semua data terkait sektor ESDM kini terintegrasi, tak ada lagi perbedaan data antar ditjen, mudah untuk menjadikannya sebagai acuan pengambilan kebijakan. Masyarakat juga bebas mengaksesnya untuk berbagai kepentingan,” ungkap Jonan.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja dalam closing remarks-nya menyampaikan pentingnya kolaborasi seluruh pemangku kepentingan dalam memajukan ekonomi digital yang inklusif di Indonesia. “Indonesia memiliki potensi besar menciptakan kesejahteraan melalui ekonomi digital. Kolaborasi di antara seluruh pemangku kepentingan di antaranya pemerintah, perbankan, dan pelaku startup sangat diperlukan sebagai fasilitator terwujudnya inklusi keuangan dan ekonomi digital di Indonesia.”


Disclosure: DailySocial merupakan media partner Indonesia Knowledge Forum (IKF) VI.

BRI Gandeng PAYFAZZ Hadirkan Layanan Perbankan Inklusif Melalui Smartphone

Bersamaan dengan perhelatan Indonesia Banking Expo (IBEX) yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center pada 19-20 September 2017 lalu, PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) mengumumkan jalinan kerja sama dengan PT Payfazz Teknologi Nusantara (PAYFAZZ). PAYFAZZ dikenal sebagai startup fintech jebolan program inkubasi Indigo yang mengembangkan sistem pembayaran berbasis aplikasi untuk menyasar unbanked society.

Melalui jalinan kerja sama ini, BRI berkomitmen memberikan dukungan kepada PAYFAZZ dalam pengembangan sistem dan teknologi termasuk mengandalkan keunggulan konektivitas melalui satelit BRIsat. Peran PAYFAZZ sendiri akan menyediakan produk aplikasi perbankan untuk BRI yang akan diintegrasikan ke dalam sebuah sistem keagenan untuk layanan perbankan mandiri (di luar kantor bank) di daerah. Selain itu nantinya produk-produk perbankan BRI dapat diakses melalui aplikasi smartphone yakni “BRI-Powered by PAYFAZZ”.

“Saat ini masih banyak masyarakat Indonesia yang belum bisa sepenuhnya menikmati layanan perbankan utamanya di luar Pulau Jawa. Dengan semakin banyaknya pengguna smartphone di berbagai wilayah di Indonesia, kami menjawab tantangan tersebut melalui inovasi layanan digitalisasi perbankan,” sambut Corporate Secretary Bank BRI Hari Siaga Amijarso.

Salah satu tujuan yang diharapkan, melalui aplikasi ini, masyarakat dapat mendaftarkan diri menjadi Agen Laku Pandai (Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif), bisa membuka rekening tabungan (Basic Saving Account), referral pengajuan aplikasi kredit mikro BRI, dan melakukan  berbagai transaksi perbankan lainnya seperti setor tunai, tarik tunai, pembayaran asuransi AMKKM, pembayaran multi-finance FIF, OTO, serta Verena.

“PAYFAZZ optimis bahwa dalam satu tahun ke depan, teknologi dan aplikasinya akan melahirkan 2 juta agen keuangan nusantara untuk menyediakan akses layanan keuangan bagi ratusan juta masyarakat Indonesia yang membutuhkannya. Dengan strategi partnership dan teknologi pemasaran digital yang tepat, 2 juta agen bukan angka yang sulit untuk dicapai,” ujar CEO PAYFAZZ Hendra Kwik.

Agen PAYFAZZ menjadi representasi sistem “ATM” BRI

Secara spesifik, selain Agen Laku Pandai, ada beberapa hal yang dikonsolidasikan dalam kerja sama ini. Beberapa penambahan fitur yang dibubuhkan di PAYFAZZ atas bantuan BRI di antaranya sistem Pulsa & Payment Point Online Bank (PPOB), fitur kanal akun virtual BRI, fitur kanal setor tunai, pengembangan sistem perbankan, termasuk bantuan pengajuan lisensi operasi dari Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Dari PAYFAZZ ada dua hal utama yang disampaikan dalam kerja sama ini. Pemanfaatan jaringan agen PAYFAZZ untuk distribusi produk perbankan BRI ke seluruh Indonesia dan pengembangan aplikasi agen maupun aplikasi nasabah.

Dengan hadirnya akses Laku Pandai di aplikasi PAYFAZZ, 50.000 agen PAYFAZZ yang ada saat ini akan berfungsi layaknya kantor cabang bank dan ATM untuk BRI. Jumlahnya yang banyak dan persebarannya yang luas membuat agen PAYFAZZ menjadi jalur distribusi yang lebih efektif dan efisien daripada kantor cabang bank dan mesin ATM konvensional.

Terkait kemungkinan kerja sama dengan mitra lain, Hendra menyampaikan, “Tentu ada, kami sangat terbuka untuk bekerja sama dengan berbagai perusahaan lain, terutama dengan bank dan perusahaan pembayaran. Semua ini dilakukan demi mempercepat proses digitalisasi pembayaran di Indonesia.”

Hendra mengaku bahwa timnya juga masih terus mencoba menganalisis perilaku agen dan pengguna layanan PAYFAZZ untuk meningkatkan kualitas aplikasi secara berkala. Beberapa pembaruan yang baru diluncurkan di antaranya fitur kredit untuk membantu agen yang membutuhkan tambahan modal dalam menyediakan layanan PAYFAZZ, fitur Virtual Account PAYFAZZ untuk memfasilitasi pembayaran real-time 24 jam, dan peningkatan performa aplikasi PAYFAZZ sehingga konsumsi datanya menjadi lebih ringan dan kecepatannya meningkat ketika digunakan.

Application Information Will Show Up Here

Inilah 60 Tim Finalis Finhacks 2017 #Codescape

Finhacks 2017 semakin mendekati puncak rangkaian acaranya. Melalui acara Mini Finhacks yang sudah diadakan di tiga kota (Surabaya, Yogyakarta, dan Bandung) dan melalui jalur pendaftaran langsung ke situs resmi finhacks.id, telah berhasil terkumpul total sebanyak 685 ide inovasi aplikasi digital banking.

Ratusan ide tersebut kemudian melewati proses seleksi, dan terpilih sebanyak 60 tim untuk berkompetisi di Finhacks 2017 #Codescape pada 26 – 27 Agustus 2017, di BCA Learning Institute, Sentul, Bogor.

Berikut ini adalah daftar 60 tim yang berhasil lolos ke acara puncak Finhacks 2017 :

Daftar finalis Finhacks 2017 #Codescape

No.   Nama Tim Nama Ketua Tim Nama Anggota 1 Nama Anggota 2
1 3FOX Ivan Gerard Dharmadi Tanamas Andrew Tandiawan
2 64-bit Gregorio Gringo Riko Briatna Erik Prakoso
3 86 Ian Budi Kurniawan Yuki Angelia
4 AgriCoder Jofan Muliawan Putra Jodhi Lesmana Putra Johan Purnama Putra
5 Archiv Lilis A Waffi Novia
6 Astaghfirullah Andang Rian Dimas I Putu Yoga Permana Havit Choirul Rovix/td>
7 Bakorteam Rizal Panji Islami Okharyadi Saputra Muhammad Riwandi
8 Bakpao Marcella Cindy Prasetio Edwin Prasetio
9 Blantik Media Reza Aqrobby Shodiqul Muzaki Achmad Safiul Ubab
10 bluecamel Picolov Anthony Hadi Huda Waskito
11 C2 dev Asep Hidayat Rahmaniansyah Dwi Putri
12 CanisNFelis Saiful Rachman Dani Susanto Mohammad Amin
13 CarryWin Edwin Wijaya Gerry Kastogi Jessica Andjani
14 CoffeCoders Ahmad Ridlo Fadlli Robbi Akhmad Bani Irulloh Joko Riyono
15 Diamond Muhammad Irfan Sulaiman
16 Digicoin Febrian Imanda Effendy Kukuh Budi Santoso Fahmi Alfiansyah
17 Digimedia Nugroho Nurcahyono Wahyu Febriana Taofik Khrisdiyanto
18 Dire F. Anggara Pradana H.P Gallan Widyanto Teguh Wahyu Santoso
19 Dysidea Handy Sadikin Rafi Randoni
20 Exclusor Tata Tricipta
21 Fauzan Erich Emmerling Fauzan Erich Emmerling Fauzan Erich Emmerling
22 GelatoKanibalGledek Fellita Candini Valentina Kania Prameswara Felicia Krismanta
23 Gloftech Ratu Aghnia Fadilah R Rogers Dwiputra Setiady M Fajar Hardianto
24 go wire Lukluk Santoso Zen
25 Gravicodev Rasyadh Abdul Aziz Ardika Bagus Saputro Muhammad Fatih Abdus Salam
26 GWK Michael Ingga Gunawan Anselmus Krisma Adi Kurniawan Andreas Bara Timur
27 Hacktiv-Ex Shabrina Virta Inmas Poppy Puspa Sari Priambodo Nur Kurniawan
28 Hashtag Miftakhul Ulum S Meiga S. Satriya Fathur Rahman
29 Hexagrit Afif Akbar Iskandar Dian Nurhayati Josi Aranda
30 IF Yosef Brian Yudhalaksana Shoddiq Jati Premono Luthfan Nur Ubai
31 iTM Ivan Sinarso Kelvin Alliandro
32 Jadwalkan Saja Ari Purnomo
33 Javasign Andwi Prima valentin Nur Avesina Mustari Reni Kumalawati
34 Jtkcode Ikhsan Hari Wijayanto Adika Suta Ali Qornan
35 Kertas Gilang Chandrasa Firzatullah Noviar
36 Kony Alif Raditya Rochman Ahmad Zaky Andre Susanto
37 Kucing Kampus Aldo
38 Lazato Samuel Martin Edwin
39 LEDGERNOW Leonardus Gazali Robert EHW
40 Linksoft Fanani Mafatikul Ihsan Gusti Tammam
41 Madani.Digital Firman Munthaha Gusti Tammam Ginanjar Cahaya Komara
42 Main Kode Arjuna Aji Negara Imam Abdul Hakim
43 MCU_Three Oscar Wongso Sulaeman Santoso Erico Darmawan Handoyo
44 Nanang tri andika Nanang tri andika
45 One Last Breath Tino Sambora Irvan Adhitya Ananta Pandu Wicaksana
46 Ordent Dimas Satrio Pratiwi Sukmawati Shafhi Kasyfillah
47 Passaja Rebby Rahmando Ahmad Ghofari Azka Nurun Ala
48 Pharaoh Team Bambang Handoko
49 Piraku Hernanda Naufal Mahardika
50 Sellution Project Firman Nizammudin Rizal Yogi Pratama Dwi Ahmad Faizal Zebua
51 semangat Heru Joko
52 Sipark Jecky fernando
53 SNAPME DP Widi Dody Rosjidi Ardityo Kurniawan
54 Tavest David Boy Tonara Sylvester Albert Samadhi Adinda Mellyaningsih
55 Tella Achmad Satria Putera Trikarsa Tirtadwipa Manunggal Ardhi Maarik
56 Triple Seven Raymond Sihotang
57 TSP Petrus Fajar Subekti Sandy Socrates Sihombing Stefanus Thobi Sinaga
58 Wekel Nurwanto Andre Aditya Pratama Subhan Syarif
59 YadaYada Angga
60 Yaitu Dwi Hastoto Hendra Wijaya Djiono Muhammad Anzar Syahid

Tim yang disebutkan di atas akan bertanding memperebutkan total hadiah senilai lebih dari Rp 120 juta, dengan menciptakan aplikasi digital banking yang dapat membuat layanan perbankan lebih mudah, aman, dan menyenangkan bagi gaya hidup nasabah sehari-hari.

Selamat bagi tim yang terpilih, dan kami ucapkan terima kasih untuk seluruh peserta yang telah bersemangat mensubmisikan ide aplikasinya. Bagi tim terpilih akan dihubungi oleh panitia untuk informasi mengenai kegiatan selanjutnya.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial dari rangkaian kegiatan Finhacks 2017 yang didukung oleh BCA.

OJK Bentuk Tim Khusus untuk Tangani Digital Banking

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membentuk tim Digital Banking untuk melakukan kajian terhadap berbagai aktivitas digital terkait perbankan. Termasuk agenda di dalamnya untuk menyampaikan rekomendasi tentang penerapan digital banking oleh perbankan di seluruh Indonesia. Hal ini sejalan dengan dorongan pemerintah kepada perbankan nasional untuk mengoptimalkan layanan digital guna meningkatkan efisiensi operasional bank.

Sebelum memulai, OJK mengatakan telah melakukan diskusi bersama beberapa perbankan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Ditjen Kependudukan dan Catatan Sipil Kemdagri, dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Dalam kegiatan operasionalnya, OJK juga akan dibantu Bareskrim Polri, Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas), Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), Desk Ketahanan dan Keamanan Informasi Cyber Nasional (DK2ICN) Kemkopolhukam, perwakilan perusahaan telekomunikasi dan pakar pengamanan informasi.

Menurut Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Nelson Tampubolon, efisiensi perbankan dengan digital banking bisa meringankan biaya operasionalitas. Termasuk bagi lembaga penyalur kredit untuk bisa menekan bunga yang dibebankan kepada nasabah. Kebijakan ini juga didorong untuk mendukung program pemerintah dalam ekonomi digital yang dicanangkan oleh Presiden RI.

“Proses jual beli secara online, interaksi sosial secara digital di media sosial, diskusi masalah Go-Jek dan Grab di DPR, dan kegiatan digital lainnya turut memberi dampak pada industri perbankan Indonesia. Presiden Jokowi mendorong perbankan digital banking, maka perbankan Indonesia harus mampu mendukung kebijakan baru tersebut,” kata ujar Nelson Tampubulon dalam sebuah diskusi seperti dikutip Detik.

Banyak tantangan yang masih ditemui oleh sektor perbankan untuk beranjak ke digital banking. Salah satunya pemikiran industri perbankan dan masyarakat yang belum merasa perlu untuk mengoptimalkan teknologi digital secara optimal. Terlebih untuk mengaplikasikan bank juga harus mengeluarkan investasi yang cukup besar.

Tim OJK spesialis Digital Banking ini diharapkan dapat mendampingi perbankan untuk menemukan strategi yang optimal menuju perbankan dengan konsep digital yang lebih matang.