Free Fire Catatkan Rekor 100 Juta Daily Active User di Kuartal Kedua 2020

Industri esports belakangan ini masih mencatatkan pertumbuhan yang konsisten selama masa pandemi berlangsung. Ketiadaan event atau kompetisi secara offline masih tidak menghambat laju pertumbuhan sebuah game ataupun industri esports secara umum. Sebaliknya, kehadiran berbagai turnamen yang dilangsungkan secara online justru menyumbangkan angka penonton yang cenderung meningkat.

Mobile game Free Fire yang dibesut oleh Garena tercatat mengalami peningkatan dari sisi pemain yang signifikan bila dibandingkan dengan tahun yang sebelumnya. Di kuartal pertama tahun ini, Garena mencatatkan setidaknya 80 juta pemain aktif dalam sehari. Sambil menutup kuartal kedua di tahun ini, game Free Fire kembali menunjukkan angka yang fantastis dengana menembus 100 juta pemain aktif harian.

via: Garena
via: Garena

Memasuki tahun yang ketiga sejak diluncurkan secara global, perlahan namun pasti game Free Fire tumbuh manjadi game yang sangat diminati di kalangan usia muda. Secara khusus di region Asia Tenggara dan Amerika Selatan, game Free fire sudah berhasil mengumpulkan jumlah pemain yang tidak main-main. Tuntutan spesifikasi smartphone yang minim menjadi salah satu poin penting besarnya jumlah pemain game Free Fire di banyak negara berkembang.

Di kesempatan sebelumnya region Amerika selatan yang berpusat di Rio de Janeiro menghelat event Free Fire World Series 2019 yang menjadi kompetisi game Free Fire di tingkat global. Sedangkan bila tidak ada aral melintang, seharusnya Indonesia menjadi episentrum dari kejuaraan dunia game Free Fire bertajuk Free Fire Champions Cup di awal tahun 2020 kemarin. Semua gelaran event yang direncanakan harus dibatalkan seiring dengan merebaknya virus COVID-19.

Nyatanya antusiasme dari komunitas game Free Fire semakin meningkat. Seperti tercatat pada laman App Annie, game Free Fire tetap mengisi posisi tertinggi dari aplikasi game yang diunduh di region Amerika Selatan dan Asia Tenggara. Gelaran kompetisi Free Fire Gigantes dan Free Fire Asia All-Stars 2020 dijadikan pengganti yang mengisi kekosongan kejuaraan dunia di tahun 2020 yang gagal dihelat dan tercatat bisa mengumpulkan 120 juta penonton.

Adapun dalam usaha menarik lebih banyak lagi minat pemain, di bulan September nanti game Free Fire akan meluncurkan konten kolaborasi dengan film serial Money Heist besutan Netflix. Nantinya akan dirilis  in game item dan game mode yang diadaptasi dari film tersebut. Hal ini tentunya berpotensi untuk menarik lebih besar lagi dati komunitas gamers untuk setidaknya memainkan game Free Fire secara kasual.

Dengan berbagai capaian sampai tengah tahun ini, akhirnya Garena memutuskan unutk kembali mengaktifkan sirkuit kompetisi Free Fire di Indonesia. Tidak menutup kemungkin dalam waktu dekat master league akan diselenggarakan di beberapa negara lainnya.

Dari beberapa hal di atas dapat disimpulkan bahwa industri esports tetap bisa berjalan dan menjanjikan perkembangan yang baik di tengah masa yang sukar.

Apex Legends Season 6 Umumkan Karakter Baru Bernama Rampart

Respawn Entertainment baru baru ini mengumumkan Apex Legends Season 6. Merupakan sebuah update konten besar yang memang hadir secara musiman, Apex Legends Season 6 diberi judul “Boosted”, yang akan menghadirkan beberapa konten. Salah satu konten yang disajikan pada Apex Legends Season 6 ini adalah sosok karakter bernama Rampart.

Jika melihat trailer yang disajikan kanal YouTube resmi Apex Legends, Rampart ditunjukkan sebagai seorang perempuan yang ditunjukkan punya penampilan serta aksen bicara seperti dari India. Sampai saat ini, EA ataupun Respawn Entertainment belum secara resmi merilis soal kemampuan Rampart secara detil.

Tetapi, beberapa sneak-peek sudah ditampilkan, sehingga kita bisa menduga-duga kemampuan dari karakter Apex Legends terbaru ini. Lewat trailer promosi Season 6, kita melihat Rampart sedang menggunakan senjata Gatling menembaki para Legend di tengah pertarungan. Pada blog resmi EA, Rampart digambarkan sedang memegang senapan besar dan dideskripsikan sebagai, “An expert modder who made her name in underground fight clubs, Rampart talks big and has the ballistics to back it up.”

Dari dua petunjuk tersebut, kita bisa menduga sepertinya senjata dengan kemampuan perusak yang besar akan menjadi kemampuan utama milik Rampart (mungkin Ultimate). Selain itu dengan deskripsi sebagai “expert modder” bisa jadi ia akan memiliki kemampuan untuk memodifikasi atau mungkin memperbaiki sesuatu.

Selain karakter baru, blog resmi EA juga menjelaskan bahwa setidaknya akan 4 konten lain yang hadir pada Apex Legends Season 6. Empat konten tersebut termasuk Boosted Battle Pass yang menyertakan 100 lebih konten eksklusif mulai dari Spray, Legendary skins, Apex Packs dan lain sebagainya.

Sumber: EA
Volt, senjata terbaru Apex Legends yang akan hadir pada Season 6: Boosted. Sumber: EA

Fitur baru, Crafting, yang memungkinkan Anda untuk mengumpulkan berbagai materi di dalam peperangan, dan membuat sesuatu dari materi tersebut. Senjata baru bernama Volt yang merupakan SMG dengan Energy Ammo. Juga tentunya tidak ketinggalan, kehadiran Ranked Season 6.

Apex Legends Season 6 dijadwalkan akan rilis tanggal 18 Agustus mendatang dengan menghadirkan seluruh konten baru tersebut. Apakah kehadiran Legends serta senjata baru akan mengubah meta kompetitif dari Apex Legends? Apalagi ini mengingat turnamen sirkuit Apex Legends Global Series yang akan tetap bergulir di tengah pandemi, yang salah satunya akan diselenggarakan 12 – 13 September 2020 mendatang.

Hyper Scape Resmi Masuki Fase Open Beta, Masih Terbatas di Platform PC

Setelah sempat mendapatkan sedikit leak dan preview, kini game Hyper Scape besutan Ubisoft sudah memasuki tahapan open beta. Sekalipun Hyper Scape akan mengedepankan fitur cross-play, sampai berita ini diturunkan open beta baru tersedia bagia platform PC  dan hanya bisa diakses melalui Uplay.

Secara gamblang Hyper Scape menyajikan pertempuran battle royale bertempo cepat. Dalam sebuah lanskap kota futuristik, Neo Arcadia, 100 player akan melancarkan aksi baku tembak demi menjadi yang terakhir berdiri di akhir pertempuran.

Ubisoft melalui Hyper Scape menyuguhkan gameplay yang mirip dengan game dengan genre sejenis, hanya saja di penghujung permainan Hyper Scape mengubah mekaniknya. Akan ada dua cara untuk menutup sebuah pertempuran yaitu, memegang mahkota yang muncul menjelang kahir permainan dan menyempitnya zona selama 45 detik tanpa jeda atau menghabisi seluruh musuh yang masih tersisa.

Lebih jauh lagi, Hyper Scape menawarkan pengalaman yang sama sekali baru terkait senjata dan ability selama jalannya pertempuran. Setiap player akan memiliki kemampuan untuk menggunakan hacks untuk melindungi diri, melacak musuh, ataupun melancarkan serangan dengan cara yang tidak dapat diduga.

Di dalam pertempuran, player hanya memiliki dua slot senjata yang dikembangkan seiring berjalannya pertempuran. Menggunakan hacks player dimungkinkan untuk melakukan upgrade yang bisa menambah kapasitas magazine ataupun damage dan utility lainnya.

Ada beberapa senjata yang menarik untuk dibahas dari game Hyper Scape. Dimulai dari senjata hand gun, Riot One akan menjadi pistol yang sangat beguna di fase early game. Playstyle yang agresif akan menjadi sangat efektif jika dilengkapi dengan Riot One. Berikutnya ada Hexfire yang terasa seperti gatling gun di dunia nyata. Firing power dan kapasitas magazine yang besar akan sangat menguntungkan pada skenario close quarter combat.

Terakhir, ada Protocol V, yang memberikan ketajaman dalam menjangkau musuh di jarak menengah sampai jauh. Berbeda dari sniper riffle yang  biasanya tidak bisa melakukan aksi rapid fire, Protocol V bisa digunakan untuk memberondong musuh dari jauh.

Beberapa hal yang bisa membedakan Hyper Scape dari game dengan genre yang sama adalah fitur stream dan sistem revive selama permainanan berlangsung. Rencananya Hyper Scape akan terhubung dengan platform layanan streaming Twitch. Viewer secara real time dapat melakukan aksi yang bisa berdampak langsung pada jalannya permainan yang disiarkan secara langsung oleh streamer.

Sedangkan, ketika player terbunuh selama pertempuran berlangsung, itu bukanlah akhir dari dunia dan pertempuran. Player yang terbunuh bisa sebagai specter yang bergentayangan sambil melacak lokasi musuh dan bisa di-revive kembali oleh teman satu tim jika menemukan port untuk revive yang tersebar di map secara acak atau mengaktifkan proses revive dari sisa tubuh player lain yang terbunuh.

 

 

5 Pengumuman Paling Menarik dari Ubisoft Forward

Melalui livestream berdurasi sekitar 1,5 jam, Ubisoft resmi menyingkap sederet game yang telah disiapkan oleh sejumlah studio internalnya. Sebagian besar di antaranya sudah diantisipasi sejak lama, dan Ubisoft tentu tidak lupa untuk mengungkap lebih detail mengenai masing-masing game.

Di artikel ini, saya ingin membahas setidaknya 5 pengumuman paling menarik dari Ubisoft Forward, dan saya ingin memulainya dengan kejutan terbesar yang Ubisoft hadirkan, yaitu Far Cry 6.

Far Cry 6

Sebagai game keenam dari seri utama Far Cry, sudah semestinya Far Cry 6 menghadirkan pengalaman bermain di dunia open-world yang sangat memuaskan. Setting yang diambil kali ini adalah Yara, sebuah negara di Kepulauan Karibia yang sedang dilanda konflik bersenjata antara rakyat dan pemerintahannya.

Mengikuti tradisi franchise Far Cry selama ini, tentu saja yang ditampilkan di cover-nya adalah sosok antagonis utama dalam game. Sosok tersebut adalah Anton Castillo (diperankan oleh aktor tenar Giancarlo Esposito), presiden tangan besi yang memerintah Yara dengan motif balas dendam – 50 tahun sebelumnya, ayahnya yang juga menjabat sebagai presiden dieksekusi secara keji.

Pemain bakal bermain sebagai Dani Rojas (karakternya bisa dipilih antara laki-laki atau perempuan) yang, bersama kelompok pemberontak setempat, sedang berjuang untuk meruntuhkan rezim brutal Anton.

Far Cry 6

Far Cry 6 sejauh ini belum punya trailer gameplay, akan tetapi jadwal rilisnya sudah ditentukan: 18 Februari 2021. Ubisoft sejauh ini memang baru menyertakan sejumlah screenshot, tapi setidaknya sudah ada dua poin yang sangat menarik yang bisa kita angkat dari pengumuman singkat ini.

Yang pertama, Yara yang terinspirasi banyak oleh Kuba ini merupakan kawasan urban berskala besar pertama di sepanjang sejarah Far Cry. Pada gamegame sebelumnya, belum pernah ada setting kota yang super-sibuk seperti di Far Cry 6 ini. Selain suasana baru, hal ini tentu juga bakal berpengaruh pada gameplay; kalau biasanya pemain Far Cry sering bersembunyi di balik semak-semak, di Far Cry 6 mungkin mereka bakal menghabiskan lebih banyak waktu di gang-gang kecil atau di atap-atap gedung.

Far Cry 6

Poin yang kedua adalah seputar karakter antagonisnya. Anton Castillo di sini tidak sendirian, sebab Far Cry 6 sepertinya juga bakal banyak mengisahkan tentang anaknya, Diego, yang dalam trailer-nya sedang diuji secara ekstrem oleh si bapak. Di jagat internet sudah banyak bertebaran teori yang menyimpulkan bahwa Diego merupakan Vaas Montenegro sewaktu masih muda.

Buat penggemar sejati seri Far Cry, Anda semestinya ingat siapa itu Vaas. Buat saya pribadi, psikopat yang muncul di Far Cry 3 itu adalah tokoh antagonis terbaik dari semua Far Cry. Gagasan bahwa Diego merupakan versi muda Vaas datang dari bekas luka pada alis kanannya yang sama persis. Andai benar Diego merupakan Vaas versi muda, bisa diartikan juga bahwa Far Cry 6 merupakan prekuel dari Far Cry 3.

Tentu bakal sangat menarik melihat bagaimana seorang bocah polos seperti Diego bisa berubah menjadi karakter sekejam dan segila Vaas. Namun perlu diingat bahwa semua ini baru sebatas spekulasi, dan sejauh ini belum ada konfirmasi sama sekali dari Ubisoft.

Assassin’s Creed Valhalla

Sejak diumumkan pertama kali dua bulan lalu, Assassin’s Creed Valhalla akhirnya mendapat trailer gameplay yang sangat lengkap, plus jadwal rilis resmi: 17 November 2020. Kita sudah tahu setting-nya, karakternya, dan plotnya secara umum, dan akhirnya kita sekarang juga bisa melihat seberapa jauh formula RPG yang Ubisoft matangkan dibanding dua game sebelumnya, Assassin’s Creed Origins dan Odyssey.

Combat terkesan semakin mengasyikkan di Valhalla, dan Ubisoft rupanya tidak bohong soal kemampuan Eivor mengayunkan dua senjata yang sama sekaligus (dual-wield), termasuk halnya tameng. Bisa Anda bayangkan betapa konyolnya bertarung sembari menyeruduk menggunakan tameng seperti seekor banteng.

AI dalam Valhalla juga terkesan makin kreatif. Dalam trailer-nya, tampak musuh yang menjadikan mayat temannya sebagai senjata, melemparkannya ke arah Eivor dan memberikan efek stun kepada sang lakon. Beruntung Ubisoft tidak lupa sepenuhnya akan aspek stealth – toh judul game-nya masih ada kata “Assassin’s” – dan dalam beberapa misi, gaya bermain sembunyi-sembunyi dan mengendap-endap ini bakal jauh lebih efektif.

Assassin's Creed Valhalla

Ubisoft belum membahas lebih jauh mengenai sistem Settlement pada Valhalla, akan tetapi dipastikan Eivor bisa menyerbu markas musuh bersama sejumlah pasukan yang direkrutnya. Ini merupakan kemajuan jika dibanding Odyssey, yang sejatinya cuma memperbolehkan pemain merekrut pasukan untuk pertempuran di atas kapal, bukan di darat.

Random encounter, alias misi sampingan yang didapat dari NPC yang ditemui secara tidak disengaja selagi pemain bereksplorasi, disebut bakal menjadi elemen penting dalam Valhalla. Saya pribadi berharap misi-misi sampingan semacam ini bisa diperbanyak serta ditingkatkan variasinya ketimbang yang ada di Odyssey, yang menurut saya terlampau repetitif dan mudah sekali membuat pemain bosan.

Secara kuantitas, seri Assassin’s Creed boleh dibilang tidak pernah kekurangan konten. Assassin’s Creed Odyssey misalnya; saking besarnya konten dalam game tersebut, pemain bisa saja belum mencatatkan progres sejauh 50% meski sudah memainkannya selama 100 jam. Namun meski kontennya sangat melimpah, variasinya tergolong sangat minim dan berhasil membuat saya bosan dalam waktu sekitar 40 jam saja, meski sebelumnya saya menghabiskan ratusan jam pada Origins.

Di sisi lain, The Witcher 3 beserta kedua expansion pack-nya beberapa tahun lalu membuktikan bahwa konten yang melimpah tidak selamanya harus membosankan, dan saya berharap Ubisoft bisa menerapkan formula tersebut pada Valhalla.

Buat yang ingin mendalami lebih jauh lagi soal gameplay Assassin’s Creed Valhalla, Ubisoft sudah menyiapkan video walkthrough sepanjang 30 menit.

Watch Dogs: Legion

Sempat ditunda perilisannya, Watch Dogs: Legion akhirnya siap menyapa pemain pada tanggal 29 Oktober 2020 mendatang. Game ketiga dari seri Watch Dogs ini masih menerapkan formula open-world yang serupa seperti sebelumnya, akan tetapi ada satu perbedaan besar seperti yang tertera pada judulnya (Legion): pemain bisa merekrut hampir semua karakter yang ada dalam game, membentuk kru pemberontak yang terdiri dari 40 orang.

Karakter yang bisa direkrut itu sungguh bermacam-macam, mulai dari seorang petugas keamanan, suporter bola, pekerja kontraktor, petugas medis, sampai seorang nenek-nenek jago bela diri. Dan berhubung karakter-karakternya bervariasi, cara menyelesaikan misi di Legion pun sangat beraneka ragam tergantung kreativitas masing-masing pemain.

Saat memilih memakai karakter pekerja kontraktor misalnya, pemain bisa mengambil cara frontal dalam menyelesaikan suatu misi, dibantu oleh persenjataan unik macam nail gun. Sebaliknya, kalau memilih karakter petugas keamanan, pemain bisa menembus markas musuh secara lebih mudah karena karakternya memang orang dalam yang mempunyai akses masuk gedung.

Watch Dogs: Legion

Setelah dua game sebelumnya mengambil setting di Amerika Serikat, Watch Dogs: Legion memakai London sebagai lokasinya. Tentu saja deretan peralatan canggih masih menjadi pusat perhatian di sini, demikian pula teknik-teknik hacking yang amat kreatif.

Kabar baik bagi yang hendak memainkan Watch Dogs: Legion di PS4 atau Xbox One, Anda tak perlu membelinya ulang saat ingin memainkannya di PS5 atau Xbox Series X nanti.

Hyper Scape

Belum lama setelah diumumkan, Hyper Scape langsung menjalani fase open-beta. Shooter multiplayer bertema sci-fi ini sudah bisa kita mainkan sekarang juga di platform PC, mengusik genre battle royale yang sejauh ini didominasi oleh judul-judul seperti PUBG, Fortnite, Apex Legends, maupun Call of Duty: Warzone.

Sepintas, tempo permainan yang cepat dan sejumlah animasi dalam Hyper Scape terkesan mirip seperti Apex Legends, akan tetapi Ubisoft telah memodifikasi formula battle royale-nya supaya sedikit berbeda dari game lain di genre ini. Dari kacamata sederhana, Hyper Scape terkesan lebih ramah terhadap pemain baru.

Salah satu buktinya adalah absennya consumable item macam health pack. Sebagai gantinya, health bar karakter bisa terisi sendiri secara otomatis ketika pemain tidak terkena tembakan selama beberapa saat. Saat karakter mati pun, kita masih tetap bisa lanjut bermain sebagai ‘hantu’, dan hantu-hantu ini bisa dihidupkan kembali oleh rekan setim yang masih hidup.

Hyper Scape

Tidak ada kendaraan dalam Hyper Scape, dan tiap pemain hanya bisa membawa dua senjata plus dua skill yang Ubisoft sebut dengan istilah “Hack”. Baik senjata maupun Hack ini bisa di-upgrade dengan cara mengambil senjata dan Hack yang sama yang tersebar. Terdengar merepotkan? Well, setidaknya ini berarti di awal permainan Anda tidak akan bisa langsung mati seketika terkena tembakan sniper rifle, sebab senjatanya harus di-upgrade terlebih dulu supaya bidikan ke kepala bisa instant kill.

Singkat cerita, Hyper Scape menawarkan sesuatu yang agak berbeda dari permainan battle royale pada umumnya, dan ini bisa menjadi alasan kuat bagi kita untuk mencoba game free-to-play tersebut. Dalam satu match di Hyper Scape, total bisa ada 99 pemain yang tergabung dalam 33 tim yang berbeda.

Secara lore, Hyper Scape langsung mengingatkan saya pada film Ready Player One. Hyper Scape adalah ekuivalen OASIS di film tersebut, demikian pula perusahaan yang merancangnya, yakni Prism Dimensions, yang merupakan ekuivalen dari Gregarious Games di Ready Player One. Lebih jelasnya bisa Anda tonton sendiri di trailer sinematiknya.

Brawlhalla Mobile dan Tom Clancy’s Elite Squad

Beralih ke platform mobile, Ubisoft sudah mempersiapkan dua persembahan baru. Yang pertama adalah Brawlhalla, game fighting free-to-play Ubisoft yang sebelumnya sudah ada di PC, Xbox One, PS4, dan Nintendo Switch.

Tepat 6 Agustus nanti, Brawlhalla bakal tersedia di Android sekaligus iOS, dan yang paling penting sekaligus menarik adalah, fitur cross-play antar platform tetap berlaku di sini. Ini berarti pemain Brawlhalla di smartphone bisa berjumpa dan bertarung melawan pemain lain yang online di PC atau console.

Masalah adil atau tidak – satu pemain menggunakan controller, satu menggunakan touchscreen – semuanya tentu tergantung kemampuan masing-masing pemain. Toh di mobile kita juga tetap bisa memakai controller, dan berhubung grafiknya 2D, semestinya tidak ada perbedaan performa antara versi mobile dan console-nya.

Game yang kedua dan yang sepenuhnya baru adalah Tom Clancy’s Elite Squad, yang dideskripsikan sebagai tactical RPG free-to-play dengan total 70 karakter dari portofolio game hasil adaptasi novel Tom Clancy selama ini, termasuk tentu saja Sam Fisher dari franchise Splinter Cell maupun El Sueno dari Ghost Recon Wildlands.

Multiplayer tampaknya juga bakal menjadi bagian penting dari game ini, sebab Ubisoft juga menjanjikan fitur PvP 5 lawan 5. Tom Clancy’s Elite Squad dijadwalkan meluncur ke Android dan iOS secara cuma-cuma pada tanggal 27 Agustus mendatang.

Sumber: Ubisoft.

Ubisoft Bersiap Luncurkan Game Battle Royale Futuristik Hyper Scape

Fenomena populernya genre game battle royale beberapa tahun terakhir ini seolah menjadi bisnis yang menjanjikan. Dalam rentang beberapa waktu terakhir bermunculan deretan game  yang terbilang sukses di pasaran seperti Apex Legends, PUBG, Forntnite, dan masih banyak lainnya. Tidak hanya menumbuhkan komunitas gamers yang baru, tetapi game-game tersebut secara bertahap memberi pengaruh dan turut membentuk skena esports secara global.

Lebih jauh mengenai Ubisoft, tampaknya mereka tengah mencoba peruntungan yang baru. Ubisoft diketahui hampir selesai menggarap game berjudul Hyper Scape yang juga mengusung genre battle royale. Menurut sejumlah info yang beredar, nantinya akan ada sesi beta test yang dibuka di awal dan pertengahan bulan Juli 2020 mendatang.

Sebelumnya Ubisoft sudah pernah merilis Rainbow Six Siege. Ubisoft dapat dikatakan masih baru dalam urusan skena esports (link). Game yang dirilis lebih dari 4 tahun yang lalu, cukup laku di pasaran. Hal itu membuat Ubisoft perlahan membidik potensi pasar esports di masa depan melalui gamenya. Skena kompetitif Rainbow Six Siege di dunia terbilang cukup solid dan aktif. Game yang dikemas dengan tema strategi yang fast paced, bisa memberi warna baru dari genre FPS yang sudah lebih lama ada.

Adapun tema counter terrorism operation atau militer sangat melekat dengan game-game besutan Ubisoft. Memperkenalkan ide yang baru, game Hyper Scape nanti akan berbalutkan setting yang futuristik. Berdasarkan concept art yang beredar, Hyper Scape menunjukkan bentangan lanskap perkotaan bermandikan cahaya lampu neon berwarna-warni.

Hyper Scape Gameplay | via: Twitter @Slasher
Hyper Scape Gameplay | via: Twitter @Slasher

Untuk melakukan pendaftaran beta test Anda dapat beralih ke laman Prisma Dimensions. Sampai saat ini masih diperlukan kesabaran tingkat tinggi untuk mendapatkan konfirmasi pendaftaran beta test dan pembagian test key. Sekalipun belum ada informasi pasti kapan beta test dan peluncuran akan dilakukan, beberapa streamer sudah membuat konten dan mengantisipasi kehadiran game Hyper Scape.

via: prismadimensions.com
via: prismadimensions.com

Dengan beberapa alasan yang bisa dibayangkan, mungkin saja Ubisoft memberikan perhatian lebih kepada hubungan game dan streamer. Streamer yang aktif akan menambahkan exposure dan secara langsung terlibat mebangun kedekatan dengan khalayak gamers yang lebih luas. Hyper Scape berpontensi untuk berkembang secara pesat dikarenakan termasuk free to play game.

Sebagai penutup, sejak lama Ubisoft terkenal sebagai studio game AAA, bersiaplah untuk disuguhkna tampilan grafis yang memukau. Pastikan juga Anda melakukan upgrade hardware untuk pengalaman bermain game yang maksimal. Di sisi lain ada juga kemungkinan Hyper Scape akan mempunyai fitur crossplay.

 

 

Amazon Segera Luncurkan Game Hero Shooter-nya, Crucible

Sekitar empat tahun lalu, Amazon mengumumkan bahwa mereka akan merilis tiga game PC yang digarap menggunakan engine bikinan mereka sendiri, Lumberyard. Salah satu game-nya, Crucible, sudah dijadwalkan meluncur pada tanggal 20 Mei mendatang.

Crucible merupakan sebuah permainan hero shooter macam Overwatch atau Valorant. Valorant, seperti yang kita tahu, sempat memecahkan rekor jumlah penonton di Twitch walaupun masih berstatus beta. Jadi jangan heran kalau Amazon terkesan ingin mencuri momentum di sini.

Crucible

Tipikal game hero shooter, Crucible menawarkan sejumlah karakter yang dibekali beragam kemampuan uniknya masing-masing. Amazon menyebutnya dengan istilah hunter ketimbang hero, dan di awal peluncurannya bakal ada total 10 hunter yang bisa dimainkan.

Selain skill yang berbeda-beda, masing-masing hunter juga dilengkapi senjata yang berbeda pula. Di sini bisa kita lihat bahwa Crucible lebih mirip Overwatch ketimbang Valorant, dan itu juga berarti tim developer Crucible harus lebih cermat dalam hal balancing.

Crucible

Namun kemiripan Crucible dengan dua game tersebut terhenti di situ. Dari segi penyajian, Crucible justru lebih mirip Fortnite berkat tampilan dari sudut pandang orang ketiga (third-person view). Grafiknya memang tidak se-kartun Fortnite, dan dari trailer-nya tampak vegetasi yang cukup realistis – tipikal engine CryEngine yang merupakan basis dari Lumberyard.

Ada tiga mode permainan yang Crucible tawarkan, setidaknya di hari peluncurannya: Heart of the Hives, Alpha Hunters, dan Harvester Command. Dalam Heart of the Hives, dua tim yang masing-masing beranggotakan empat pemain akan bertempur dan memperebutkan sebuah sarang monster raksasa. Player vs AI vs player, kira-kira begitu deskripsi singkatnya.

Crucible

Untuk Alpha Hunters, modenya kurang lebih mirip seperti battle royale, di mana ada 8 pasang pemain (16 orang) yang memperebutkan titel last team standing. Terakhir, Harvester Command terdengar seperti mode capture the flag, menempatkan dua tim yang masing-masing beranggotakan delapan orang untuk berebut semacam control point.

Tanpa harus terkejut, Crucible merupakan game free-to-play. Belum diketahui bentuk monetisasinya bakal seperti apa, dan semoga saja tidak menjurus ke arah pay-to-win. Juga belum dijelaskan adalah bagaimana Crucible nantinya bakal terintegrasi dengan platform Twitch seperti yang Amazon singgung empat tahun silam.

Sumber: VentureBeat.

Epic Games ‘Terpaksa’ Melepas Fortnite di Google Play

Ketika pengguna PC sudah lama maklum mereka harus menggunakan banyak platform untuk mengakses konten berbeda, Google Play ialah satu-satunya portal ‘resmi’ di Android buat mendapatkan aplikasi. Tapi dari sejak pertama meluncurkan Fortnite di perangkat bergerak, Epic Games menolak menyediakan game populernya itu di Google Play. Mereka memilih menggunakan software buatan sendiri.

Namun sebuah perubahan datang minggu ini. Epic Games akhirnya menyerah dan resmi meluncurkan Fortnite di Google Play setelah 18 bulan memanfaatkan Fortnite Launcher/Epic Games App. Alasan mengapa Epic terpaksa melakukannya adalah karena Google ‘menempatkan app-app third-party di posisi yang kurang menguntungkan’ dengan cara memperingati pengguna terhadap potensi adanya masalah dan mengkategorikan software yang tidak tersaji via Play sebagai malware.

Dalam sebuah pernyataan, Epic menjelaskan bahwa sejumlah strategi Google jelas merugikan aplikasi pihak ketiga, baik dilihat dari sudut pandang bisnis maupun teknis. Contohnya adalah peringatan keamanan dan notifikasi update software yang muncul terus-menerus, kesepakatan dengan operator mobile serta vendor hardware yang restriktif. Selain itu lewat Play Protect, Google belakangan mulai aktif memblokir software-software yang diperoleh dari luar Play.

Dengan munculnya Fortnite secara resmi di Google Play, mulai sekarang Epic harus membayar Google sebesar 30 persen atas pemasukan yang mereka peroleh dari transaksi in-app. CEO Epic Tim Sweeney memang cukup vokal dalam mengutarakan ketidakpuasannya terhadap peraturan Apple App Store dan Google Play. Menurutnya, pemilik platform sering menyalahgunakan posisi mereka dan membebankan biaya tinggi pada developer.

Saat Fortnite dilepas di Android, Sweeney sempat menyampaikan bahwa potongan 30 persen merupakan angka yang sangat besar. Sementara itu, developer harus menggunakan 70 persen profit untuk terus mengembangkan konten, mengoperasikan, dan mendukung permainan mereka. Sebagai pemilik layanan distribusi digital, Epic sendiri menerapkan pembagian keuntungan 88:12 – menggoda banyak developer buat merilis game di storefront mereka.

Sikap Epic ini memang memperlihatkan ketidaksukaan mereka terhadap praktek monopoli pemegang platform, tapi bukankah tim pencipta Fortnite itu juga menerapkan strategi eksklusif di Epic Games Store? Hal inilah yang dikeluhkan oleh banyak gamer di PC terhadap Epic Store.

Terlepas dari penyediaan Fortnite di Google Play, sentimen Epic Games tidak berubah. Sweeney tetap berharap agar Google merevisi kebijakan serta cara mereka menjalankan bisnis dalam waktu dekat sehingga semua developer bisa bebas menjangkau konsumen dan menjajakan konten melalui layanan yang transparan. Epic bahkan meminta sang raksasa internet untuk tidak memaksa developer buat menggunakan metode pembayaran Google.

Sayangnya, Google menolak permintaan tersebut. Google menyatakan, mereka punya model bisnis dan kebijakan pembayaran sendiri, yang memungkinkan perusahaan menyediakan perkakas untuk membantu developer buat berkembang sembari memastikan pengguna tetap aman.

Via The Verge.

Activision Blokir Permanen Lebih dari 50 Ribu Cheater Call of Duty: Warzone

Cheat atau cara curang sudah jadi bagian dari video game dari sejak medium hiburan ini diperkenalkan ke publik puluhan tahun lalu. Beberapa permainan memang terlalu sulit untuk sebagian orang, dan penggunaan cheat di mode single-player adalah suatu hal yang bisa diterima. Namun tentu saja cheat diharamkan di multiplayer, terutama ketika ia memberi keuntungan dan keunggulan pada sejumlah oknum di atas pemain lain.

Bagi developer game online, memerangi para cheater ialah sebuah perjuangan yang tak ada habisnya. Ada begitu banyak sistem anti-cheat diciptakan dan diimplementasikan. Beberapa studio juga memberanikan diri untuk mengambil langkah ekstrem dengan resiko kehilangan jumlah pemain secara signifikan. Salah satunya adalah melalui pemblokiran permanen, seperti yang belum lama dilakukan oleh Activision terhadap lebih dari 50 ribu cheater di Call of Duty: Warzone.

Lewat blognya, sang publisher dengan tegas menyampaikan bahwa Call of Duty: Warzone bukanlah tempat bagi cheater dan tidak ada toleransi untuk mereka. Memastikan semuanya bermain adil ialah prioritas utama Activision dan merupakan sebuah aspek yang betul-betul diperhatikan. Meski demikian, sudah pasti Activision tak mau mengungkap metodenya secara gamblang, sebagai upaya buat terus mengejutkan para cheater.

Ada dua pihak yang jadi musuh utama Activision: para pemain curang serta penyedia jasa cheat (umumnya ditawarkan sebagai layanan premium). Dalam membungkam mereka, publisher dan developer mengimplementasikan sejumlah strategi, terutama lewat penyempurnaan sistem keamanan serta pengawasan secara terus menerus.

Activision menugaskan tim keamanan buat bekerja tanpa henti dalam menginvestigasi data serta mengidentifikasi potensi-potensi pelanggaran. Tim ini akan mengulas semua metode hack dan cheat yang dapat mereka temukan, seperti penggunaan aimbot (memungkinkan orang membidik lawan secara otomatis), wallhack (memberi kemampuan untuk melihat atau berjalan menembus tembok), dan lain-lain.

Selain itu, Activision juga terus berusaha menyempurnakan sejumlah sistem in-game demi mempermudah pemain melaporkan dugaan tindak kecurangan, misalnya dengan menyederhanakan user interface. Segala laporan tersebut selanjutnya segera dianalisa dan disaring berdasarkan data. Setelah investigasi selesai, tim akan bergerak cepat buat menjatuhkan pemblokiran pada pelaku pelanggaran.

Activision turut berjanji untuk terus memberi update terkait jumlah cheater yang berhasil diblokir.

“Tidak ada tempat buat para cheater di sini,” tutur Activision sembari menutup pengumuman mereka. “Kami menyadari bahwa tidak ada solusi tunggal dalam memerangi praktek cheating. Ini merupakan usaha yang mesti dilakukan setiap hari, 24 jam selama seminggu penuh. Tapi yakinlah, kami berkomitmen buat menjaga agar pengalaman bermain tetap menyenangkan dan adil bagi semua orang.”

Game Battle Royale Call of Duty: Warzone Siap Meluncur Minggu Ini

Call of Duty ialah salah satu franchise shooter populer yang segera merespons meledaknya tren battle royale dengan turut menyediakan mode ini di game-nya. Tidak tanggung-tanggung, last man standing bahkan menggantikan keberadaan campaign single-player di Black Ops 4. Namun kabar baiknya, Activision mengembalikan komposisi permainan seperti semula di reboot Call of Duty: Modern Warfare.

Meski begitu, tak berarti Activision melupakan battle royale begitu saja. Lewat sederetan bocoran, Anda mungkin sempat mendengar rencana sang publisher untuk meluncurkan mode last man standing di Modern Warfare. Dan lewat blog serta trailer, akhirnya Activision mengumumkan Call of Duty: Warzone dan mengungkap segala detail mengenainya. Game disajikan secara standalone dan bisa dinikmati tanpa perlu mengeluarkan uang.

Call of Duty: Warzone menjanjikan pengalaman tempur berskala besar, menawarkan dua pilihan mode: Battle Royale dan Plunder. Battle Royale tentu saja mengusung formula familier, mengadu 150 pemain dalam tim berisi tiga orang untuk jadi regu terahir yang mampu bertahan hidup. Seperti biasa, seiring berjalannya pertandingan, zona eksplorasi akan kian menyusut (kali ini diakibatkan oleh gas beracun).

Meski gameplay Battle Royale terdengar tak asing, developer turut menambahkan twist menarik di sana: ketika seorang karakter tumbang, ia akan dibawa ke Gulag dan diadu dalam pertandingan satu lawan satu. Jika berhasil menang, pemain akan diturunkan kembali ke medan tempur utama.

IMG_10032020_111410_(1000_x_650_pixel)

Di mode Plunder, pemain ditantang untuk mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya; dengan cara menjarah, merebutnya dari musuh, atau menyelesaikan kontrak. ‘Kontrak’ ialah tugas yang bisa Anda aktifkan, misalnya seperti mengumpulkan serta membuka sejumlah peti perbekalan atau mengamankan suatu lokasi – mirip mode Domination. Jika berhasil melakukannya, Anda akan mendapatkan uang dan segala macam perlengkapan.

Di Battle Royale ketika mengumpulkan uang bukanlah keharusan, kita dapat menggunakannya untuk membeli berbagai macam item di Buy Station (ditandai dengan ikon kereta belanja di map) seperti Killstreak, Self-Revive Kit serta Redeploy Token buat mengembalikan anggota regu yang tumbang. Developer juga menyediakan bermacam-macam kendaraan dan menyebarnya di penjuru peta: ATV, SUV, rover, truk serta helikopter.

IMG_10032020_111310_(1000_x_650_pixel)

Sekali lagi, Call of Duty: Warzone bisa dinikmati semua orang tanpa perlu memiliki Modern Warfare. Permainan rencananya akan meluncur di tanggal 10 Maret waktu Pasifik ((itu berarti akan tiba lebih terlambat di Indonesia) di PC via Battle.net, Xbox One dan PlayStation 4. Gamer Modern Warfare sendiri berkesempatan buat mengakses Warzone lebih dulu lewat menu in-game setelah permainan di-update.

Map Legendaris Counter-Strike, Dust 2, Akan Segera Hadir di Fortnite

Dust 2 – atau yang lebih dikenal dengan nama de_dust2 oleh pemain Counter-Strike klasik – mungkin adalah salah satu multiplayer map yang paling sering dimainkan di sepanjang sejarah gaming. Lokasi virtual ini pertama menyapa dunia pada tahun 2001 melalui game Counter-Strike versi 1.1, dan sampai sekarang masih sering dimainkan di Counter-Strike: Global Offensive.

Tidak lama lagi, Dust 2 malah bakal menyambangi Fortnite. Gambar di atas adalah penampakan map legendaris tersebut di Fortnite, sedangkan gambar di bawah adalah penampakannya di CS:GO. Seperti yang bisa kita lihat, tampilannya begitu mirip, dan nuansa kartun khas Fortnite-nya hanya kentara dari warna hijau mencolok pada pohon-pohonnya.

CS:GO Dust 2

Adalah Team Evolve yang bertanggung jawab atas eksistensi Dust II di Fortnite. Mereka adalah sekelompok desainer yang rajin merancang custom map dan custom mode menggunakan platform sandboxing Fortnite Creative untuk berbagai brand dan organisasi.

Ini tentu bukan pertama kalinya Dust 2 dibuat untuk game lain. Replikanya bisa kita temukan di Far Cry 5 Arcade, dan tentu saja komunitas Minecraft punya segudang versi Dust 2. Dalam waktu dekat, Dust 2 juga dapat dimainkan di salah satu game terpopuler saat ini.

Dust 2 di Fortnite nantinya bisa diakses melalui fitur Battle Lab, yang sejak Desember lalu memungkinkan mode battle royale untuk diterapkan pada custom map yang dibuat di Fortnite Creative. Buat yang tidak sabar, nantikan saja kode untuk map-nya yang akan segera dirilis Team Evolve melalui Twitter.

Sumber: Team Evolve (Twitter) via PC Gamer.