Bank Mandiri dan BCA Siapkan QR Code Sebagai Inovasi Fintech Terbaru

Dua bank besar lokal, Bank Mandiri dan BCA, merilis fitur QR code sebagai inovasi terbaru di bidang teknologi finansial. Peluncuran ini dilakukan dalam waktu yang tidak terpaut jauh. Bank Mandiri dengan Mandiri Pay diperkenalkan saat perayaan hari jadi perseroan pada 24 Oktober 2018, sementara BCA merilis QRku pada 5 November 2018.

Group Head Digital Banking Bank Mandiri Sunarto Xie menuturkan, Mandiri Pay adalah fitur pembayaran berbasis QR Code yang bakal terintegrasi dengan dompet elektronik E-Money, kartu debit, dan kartu kredit. Serupa dengan Yap yang diusung BNI dan diharapkan ke depannya bisa menjadi alternatif bertransaksi pengganti EDC. Bakal ada aplikasi tersendiri yang perlu diunduh nasabah dalam menggunakan fitur QR code ini.

Untuk saat ini aplikasi tersebut belum tersedia untuk publik. Menurut Sunarto, perseroan masih menunggu izin dari Bank Indonesia. Secara prinsip, perseroan sudah menyesuaikan teknologi tersebut sesuai dengan standar BI, walaupun BI sendiri belum menetapkan standarisasinya.

“Bank Mandiri melihat solusi pembayaran dengan QR merupakan sesuatu yang menarik untuk melengkapi solusi pembayaran yang ada. Namun kami menyadari untuk mengadopsi ini perlu beberapa pertimbangan, seperti teknologi yang digunakan, strategi akuisisi nasabah, dan merchant,” terang Sunarto kepada DailySocial.

“Seiring dengan rencana Bank Indonesia menerapkan standarisasi QR, Bank Mandiri mulai menyesuaikan dengan standar tersebut, sehingga produk yang akan kami launching telah sejalan dengan standar BI,” tambahnya.

Sunarto menyebut perseroan merilis aplikasi terpisah khusus fitur QR lantaran aplikasi tersebut diperuntukkan untuk pembayaran saja. Nasabah hanya cukup membuka aplikasi Mandiri Pay dan langsung memindai QR code merchant dari smartphone. Kalau digabung dengan aplikasi mobile banking yang sudah ada dinilai cukup memberatkan karena di dalamnya sudah ada banyak fitur.

“Kita antri di kasir, maunya cepat proses pembayarannya. Yang tadinya pakai kartu dan swipe di [mesin] EDC, sekarang cukup pakai aplikasi dan scan QR.”

Secara terpisah, dikutip dari CNN Indonesia, Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan untuk jangka pendek, fitur ini baru menjangkau pembayaran dengan nominal kecil (small ticket items purchase), seperti pembayaran transportasi dan produk ritel.

Dia membuka kemungkinan membuka fitur tersebut untuk pembayaran dengan transaksi berjumlah besar, asal tingkat keamanan dan kecepatan transaksi sudah disempurnakan. Perseroan berencana merilis aplikasi ini pada Januari 2019, sembari menunggu izin keluar dari BI.

Disebutkan saat ini Bank Mandiri memiliki sekitar dua juta nasabah yang menggunakan aplikasi mobile banking. Sekitar 90% transaksi sudah terjadi secara online.

QRku dari BCA

Sementara itu, BCA menghadirkan QRku untuk dua implementasi. Di dalam aplikasi BCA mobile, QRku dikhususkan untuk transfer dana antar nasabah BCA (peer-to-peer payment), bukan sebagai QR pembayaran. Fungsi QRku lebih komprehensif dalam Sakuku, sebab bisa digunakan untuk pembayaran di merchant, selain transfer dana.

BCA tergabung sebagai salah satu peserta pilot project implementasi secara terbatas standarisasi QR Code BI.

Direktur BCA Santoso Liem menjelaskan, QR yang dihasilkan QRku hanya sebagai identitas unik yang menggantikan nomor rekening. Nasabah tidak perlu memasukkan PIN tabungan saat mentransfer dana. Proses pun jadi jadi lebih cepat tanpa harus pencet banyak tombol.

“Biasanya kalau mau transfer cukup repot, harus memasukkan nomor rekening kalau baru pertama kali mau transfer. Belum tentu hafal juga dengan nomor rekeningnya. Kalau sudah rutin transfer memang bisa disimpan rekeningnya ke daftar transfer. Jadi kami mengembangkan QR jadi seperti ID rekening menggantikan nomor,” ujar Santoso kepada DailySocial.

Strategi ini, menurutnya, masih bersifat soft lauching untuk memberikan pendekatan yang berbeda kepada para nasabahnya. Perbedaan fungsi antara BCA mobile dan Sakuku adalah strategi awal perseroan agar lebih mudah dalam menyesuaikan diri dengan standarisasi QR BI yang masih ditunggu kehadirannya. Pasalnya standarisasi QR untuk pembayaran dan transfer itu berbeda.

“Setiap produk yang kami rilis itu sudah ada persetujuan dari BI. Kami siap untuk melakukan penyesuaian standar QR dari BI apabila aturannya sudah terbit. Untuk sementara kami pakai QR private BCA.”

Disebutkan saat ini ada 8 juta nasabah BCA yang bertransaksi lewat aplikasi mobile banking dari total nasabah sekitar 18 juta. Volume transaksi online mendominasi sekitar 97%, sisanya dilakukan lewat kantor cabang.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

15 Brand Non-Endemic asal Indonesia yang Sudah Terjun ke Esports dan Game

Jika beberapa waktu yang lalu kami telah membuat daftar brand-brand terbesar dunia yang sudah terjun ke esports, seperti janji kami, sekarang kita akan melirik ke para pemain industri asal Indonesia yang sudah mulai main mata ataupun sudah basah kuyup nyemplung ke industri game dan esports.

Tanpa basa-basi lagi, mari kita langsung bahas satu per satu.

1. Telkomsel

Dokumentasi: Telkomsel
Dokumentasi: Telkomsel

Saya kira Telkomsel wajib ditaruh di urutan pertama karena mungkin investasi mereka yang paling besar di ekosistem esports dan industri game Indonesia dibandingkan yang lainnya di daftar ini – setidaknya saat artikel ini ditulis (akhir Oktober 2018).

Mereka yang berangkat dari industri telekomunikasi mungkin memang boleh dibilang bersinggungan dengan industri game dan esports yang butuh jaringan internet. Namun Telkomsel setidaknya terlihat lebih gencar dari yang lain untuk penetrasi ke pasar gaming.

Mereka punya divisi gaming sendiri yang diberi nama Dunia Games, yang punya bentuk media online dan event. Telkomsel juga sudah menggelar ajang kompetitif esports yang cukup mewah sejak IGC (Indonesia Games Championship) 2017 – yang jadi ajang esports tahunan mereka.

Belum cukup sampai di situ, Telkomsel malah juga merilis game Shell Fire yang berarti mereka juga melebar menjadi publisher game. Terakhir, mereka bahkan mengumumkan akan membuat liga mereka sendiri untuk 2 game, Mobile Legends: Bang Bang dan Free Fire.

Oh iya, Telkomsel juga sudah jadi sponsor salah satu tim esports Indonesia, Elite 8.

2. Indomie – Indomaret (Salim Group)

ESL Indonesia
Sumber: ESL

Akhir September 2018 kemarin, Salim Group memberikan kejutan saat mereka menggandeng ESL untuk garap industri esports di Indonesia. Pasalnya, ESL bisa dibilang sebagai salah satu perusahaan paling berpengaruh terhadap perkembangan ekosistem esports dunia. Sedangkan Salim Group sendiri juga salah satu perusahaan konglomerasi terbesar yang ada di Indonesia.

Anak-anak perusahaan Salim Group juga telah mengikuti jejak orang tuanya dengan terjun ke esports. 2 perusahaan yang sudah mampir adalah Indomie (Indofood) dan Indomaret.

Indomaret merupakan salah satu sponsor yang mendukung gelaran SEACA di bulan Oktober 2018 ini. Di dalam rangkaian SEACA sendiri, ada juga kompetisi yang bertajuk UIC (Unipin & Indomaret Championship).

Sedangkan Indomie (Indofood) juga sudah memutuskan untuk terjun ke esports. Lucunya, mereka justru memutuskan untuk jadi sponsor di Australia untuk gelaran AEL University Cup 2018. Harusnya, Indomie juga nantinya jadi sponsor untuk turnamen esports kelas mahasiswa di Indonesia karena Indomie adalah makanan pokok para mahasiswa kita.

3. GO-JEK

IGX 2018. Sumber: Kincir
IGX 2018. Sumber: Kincir

Meski memang tidak setua Telkomsel, GoJek merupakan salah satu startup kelas unicorn asal Indonesia yang perkembangnya begitu pesat dan langsung mendisrupsi industri transportasi dalam negeri.

GoJek memberikan kejutan saat mereka menjadi sponsor salah satu organisasi esports lokal, EVOS Esports, penghujung tahun 2016.

Selain itu, salah satu divisi GoJek, GoLive, juga mensponsori salah satu hajatan esports tanah air yang bertajuk Indonesia Game Xperience (IGX) bersama Metrodata. Mereka juga bekerja sama dengan Codashop untuk membuat GoPay Arena yang merupakan sebuah payment gateway untuk Mobile Legends: Bang Bangv (MLBB).

4. Tokopedia

Garuda Cup 2018
Garuda Cup 2018. Sumber: DailySocial

Satu lagi startup asal Indonesia yang sudah cukup besar investasinya di industri game dan esports. Tokopedia sudah beberapa kali menjadi sponsor utama untuk hajatan esports yang berkala nasional.

Jika saya tidak salah ingat, gelaran nasional pertama yang mereka buat adalah Tokopedia Garuda Cup yang digelar pada bulan Mei 2018 yang mempertandingkan MLBB dan PUBG.

Hebatnya lagi, mereka juga jadi sponsor salah satu turnamen yang berbentuk liga, yaitu IESPL – Tokopedia Battle of Friday yang mempertandingkan 4 game selama 22 minggu.

Tokopedia juga sudah menjadi sponsor beberapa tim esports besar nasional seperti EVOS Esports dan Rex Regum Qeon (RRQ).

5. KompasTV

Mungkin memang benar bahwa salah satu faktor terbesar kebangkitan esports Indonesia adalah berkat jumlah masif pemain MLBB namun saya kira KompasTV juga punya andil yang cukup besar dalam memancing media dan pemain industri mainstream lainnya untuk melirik ke esports.

Pertama, mereka membuat gempar komunitas gaming dan esports saat memutuskan untuk menayangkan final kompetisi MLBB se-Asia Tenggara, Mobile Legends: Bang Bang South East Asia Cup (MSC) 2018. Setelah itu, mereka pun tertarik untuk kembali menayangkan gelaran esports dan ajang terbesar Dota 2 di dunia pun (TI8) yang dipilih.

Peran KompasTV ini sebenarnya menarik karena Kompas adalah merek kedua tertua dari semua brand yang ada di sini (setelah BCA). Mereka juga berawal dari industri tua juga, media cetak. Karena itulah, jika brand tua ini saja tertarik untuk terjun ke esports, seharusnya mereka bisa membuat pemain lain yang lebih muda untuk ikut-ikutan.

6. XL Axiata

Sumber: TEAMnxl>
Sumber: TEAMnxl>

XL Axiata menjadi 1 lagi dari 3 pemain di industri telekomunikasi yang ada di daftar ini. Mereka sudah jadi sponsor organisasi esports Indonesia yang paling tua dan masih eksis sampai artikel ini ditulis, TEAMnxl>.

Tak hanya itu, bersama Garena, mereka memasukkan turnamen Arena of Valor (AoV) ke dalam rangkaian XL Axiata Digifest yang diklaim sebagai festival musik dan game pertama di Indonesia.

Mereka juga rutin kerja sama dengan Garena untuk memberikan berbagai bonus top-up untuk AoV.

7. BCA

Sumber: Unipin Esports
Sumber: Unipin Esports

Inilah brand tertua yang ada di sini karena BCA didirikan tahun 1957. Industrinya pun tua karena dari perbankan. Sayangnya, memang investasi dan penetrasi mereka ke esports mungkin masih bisa dibilang kurang agresif (mengingat sebesar apa BCA itu di Indonesia).

Pada SEACA 2018 kemarin, mereka mengadakan promo bersama Unipin untuk para pengguna yang top up menggunakan Sakuku. Jujur saja, saya pribadi penasaran akan sebesar apa jika BCA benar-benar terjun dan investasi besar-besaran ke esports. Kira-kira kapan ya?

8. Smartfren

Sumber: Esports ID
Sumber: Esports ID

Smartfren merupakan pemain ketiga dari industri telko yang sudah melek esports. Mereka pernah menjadi sponsor acara esports yang berbeda bersama salah satu EO esports Indonesia, World of Gaming (WOG), yang bertajuk WOG Goes to Campus.

Acara ini sedikit berbeda dengan kebanyakan acara esports lainnya karena bukan gelaran kompetitif, melainkan bersifat edukatif yang bergerak dari satu kampus ke kampus lainnya.

9. Kratingdaeng

IEC Kratingdaeng 2018. Sumber: Advance Guard
IEC Kratingdaeng 2018. Sumber: Advance Guard

Kratingdaeng adalah pemain pertama dari industri makanan dan minuman (F&B) yang menjadi sponsor utama gelaran kompetitif. Acara tersebut bernama Kratingdaeng Indonesia Esports Championship (IEC) yang digelar dari bulan Juli sampai September 2018.

Belum lama ini, Kratingdaeng juga mengumumkan bahwa mereka telah menjadi sponsor resmi untuk salah satu organisasi esports terbesar, RRQ. 

10. Biznet

Sumber: Rex Regum Qeon
Sumber: Rex Regum Qeon

Masih seputar RRQ, Biznet yang memang punya kedekatan dengan organisasi besar tadi menjadi salah satu sponsor pertama mereka.

Biznet sendiri merupakan penyedia jaringan internet yang cukup dikenal baik untuk perkantoran di kota-kota besar. Bahkan hampir semua perusahaan-perusahaan terbesar (baik nasional ataupun internasional) di Jakarta menggunakan provider ini.

Mungkin juga karena hal itulah (karena sudah cukup dikenal di kalangan perkantoran), Biznet juga ingin merangkul pasar gaming yang memang berhubungan erat dengan penyedia jaringan internet.

11. Traveloka

Satu lagi startup unicorn asal Indonesia yang terjun ke esports. Meski memang tak segalak GoJek penetrasinya, Traveloka juga jadi salah satu sponsor tim esports yang sama dengan GoJek: EVOS Esports.

12. Good Day

Sumber: Elite8
Sumber: Elite8

Satu lagi pemain dari industri F&B yang ada di daftar kali ini. Good Day terjun ke esports dengan menjadi salah satu sponsor untuk organisasi Elite 8 (sama dengan Telkomsel).

Elite 8 sendiri juga cukup menarik karena organisasi yang dipimpin oleh CEO muda, Heinrich Ramli, ini berhasil menggandeng sponsor-sponsor besar meski usianya yang relatif baru.

Sedangkan Good Day juga sudah beberapa kali turut mendukung gelaran esports seperti Point Blank National Championship (PBNC).

13. Torabika

Sumber: RevivalTV
Sumber: RevivalTV

Torabika juga sudah melek ke esports saat mereka menjadi sponsor untuk gelaran PINC 2018 (PUBG Mobile Indonesia National Championship).

PINC 2018 merupakan gelaran esports pertama untuk PUBG Mobile yang kualifikasinya digelar tatap muka alias “offline” di 12 kota yang berbeda. Sedangkan babak Grand Finalnya baru saja rampung diselenggarakan di Britama Arena (Mahaka Square), 21 Oktober 2018 kemarin.

14. Tiket.com

Buat yang belum tahu, Indonesia pernah satu kali (setidaknya sampai artikel ini ditulis) jadi tuan rumah ajang Minor Dota 2, yaitu GESC: Indonesia Minor yang digelar tanggal 15-16 Maret 2018.

Tiket.com adalah salah satu sponsor gelaran tersebut. Tiket.com sendiri adalah sebuah perusahaan yang head-to-head dengan Traveloka yang menyediakan tiket transportasi dan akomodasi.

15. Fruit Tea

Sumber; Garena
Sumber; Garena

Inilah brand terakhir yang ada di daftar ini. Namun Fruit Tea mungkin belum bisa dibilang sudah terjun ke esports secara langsung. Mereka baru berkolaborasi dengan Garena untuk AoV.

Meski demikian, kolaborasi promosi antara Garena dan AoV cukup menarik karena ada bonus in-game item di AoV yang bisa didapatkan saat membeli Fruit Tea di Indomaret ataupun Alfamart / Alfamidi.

Itu tadi 15 brand asal Indonesia yang sudah melirik ataupun terjun langsung jadi bagian dari ekosistem esports. Apakah daftar ini nanti akan bertambah besar di penghujung tahun 2019? Ada brand-brand yang terlewatkan di sini?

Inilah 15 Finalis Finhacks 2018 #DataChallenge yang Lolos ke Babak Demo Day

Finhacks 2018 #DataChallenge akan segera menuju acara puncaknya. Di akhir gelaran ini telah berhasil terkumpul sebanyak 605 machine learning model dari 222 tim. Tak lama lagi akan diketahui siapa saja yang berkesempatan memenangkan hadiah senilai total Rp 480 juta.

Pendaftaran Kompetisi Finhacks 2018 #DataChallenge telah dimulai pada tanggal 8 Agustus 2018 dan ditutup pada tanggal 13 Oktober 2018 lalu. Tingginya antusiasme masyarakat terhadap kompetisi Finhacks 2018 #DataChallenge yang diselenggarakan oleh BCA ini mematahkan kekhawatiran sebagian kalangan bahwa minat masyarakat Indonesia di bidang data science masih rendah. Sebanyak 4.162 peserta telah melakukan pendaftaran di situs resmi https://finhacks.id/. Para peserta kemudian harus menyelesaikan online pre-assessment test sebagai syarat untuk mendapatkan akses ke dataset dari tiga kategori yang dilombakan yaitu; Fraud Detection, Credit Scoring, dan ATM Cash Optimization. Dataset inilah yang akan peserta gunakan untuk mengembangkan machine learning model yang bisa menjawab tantangan dari ketiga kategori tersebut.

Untuk menjalin relasi dengan komunitas data science dan untuk mensosialisasikan kompetisi ini, telah dilaksanakan Workshop di tiga kota, yaitu Jakarta, Yogyakarta, dan Bandung. Workshop di ketiga kota tersebut sukses dilaksanakan, serta dihadiri oleh 331 peserta yang merupakan data science enthusiast dari berbagai kota di Indonesia.

Dari 605 machine learning model yang telah disubmit, terdapat 232 model dari kategori Fraud Detection, 249 model kategori Credit Scoring, dan 124 model kategori ATM Cash Optimization. Penyelenggara telah memilih 5 tim terbaik dari tiap-tiap kategori untuk berlaga di babak Demo Day yang akan diselenggarakan di Soehanna Hall Jakarta, tanggal 14 November 2018. Berikut daftar 15 Finalis Finhacks 2018 #DataChallenge:

Kategori Credit Scoring

  • yangmana
  • FullKeju
  • growingtaiba
  • S1mple
  • 4.5 Namun Tetap Keren

Kategori Fraud Detection

  • Pemula
  • exB202
  • 3M
  • NRGO
  • theDoctor

Kategori ATM Cash Optimization

  • dilan
  • Nasi Kuning
  • Talam
  • Resistance
  • Stat-Ion

Selamat kepada para finalis, selamat berjuang di babak Demo Day!. Selanjutnya panitia akan menghubungi para finalis melalui telepon dan email untuk menjelaskan mengenai mekanisme dan persiapan yang harus dilakukan untuk Demo Day.

Tidak lupa penyelenggara mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang tinggi kepada seluruh peserta yang telah berpatisipasi di kompetisi ini. Tetap semangat dan menjadi pelopor dalam mendorong kemajuan dan pertumbuhan data science di Indonesia.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial untuk rangkaian acara Finhacks 2018 #DataChallenge yang didukung oleh BCA.

BCA Plans to Develop “Digital Bank”

In an interview with GlobeAsia, Jahja Setiaatmadja, President Director of Bank Central Asia (BCA), said the plan to make an acquisition over two small banks or creditors, one of which was prepared to be a digital bank. It’s BCA’s strategy to face the digitization of the banking industry.

It’s now the time for BCA, as one of the largest banks in Southeast Asia, to present a digital bank. There are several kinds in Indonesia, such as Jenius by BTPN and Digibank by DBS which registration and account ownership processes don’t require physical presence.

The banking services transformation is certain. In several sectors, banking is said to be left behind the financial technology startups in taking roles among communities. The strategic partnership between banking and financial technology startups happened a lot.

Currently, there has been no further information from BCA regarding the funds prepared for acquisition. They’re also yet to submit the business plan, it’s only the Financial Service Authority (OJK) has confirmed to give special permission to establish a digital bank.

Jahja mentioned the digital bank they have in mind is a service that allows customers to create accounts and make transactions, including to develop QR Code-based payment service.

In the last two years, BCA has built some business units related to the digital sector includes a venture capital called Capital Central Ventura (CCV), OneKlik online payment solution, and chatbot-based customer service named VIRA.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

BCA Berencana Kembangkan “Bank Digital”

Dalam wawancara dengan GlobeAsia, Presdir Bank Central Asia (BCA) Jahja Setiaatmadja menyebutkan rencana BCA mengakusisi dua kreditur atau bank kecil yang salah satu di antaranya disiapkan menjadi bank digital. Rencana tersebut menjadi salah satu strategi BCA dalam menghadapi digitalisasi di dunia perbankan.

BCA, sebagai salah satu bank terbesar di Asia Tenggara, memang sudah waktunya untuk menghadirkan bank digital. Di Indonesia sendiri sudah ada Jenius dari BTPN dan Digibank dari DBS yang proses pendaftaran dan kepemilikan rekeningnya berlangsung tanpa perlu datang ke cabang bank secara fisik.

Transformasi layanan perbankan memang sudah seharusnya terjadi. Di beberapa sektor, perbankan bisa dikatakan mulai ketinggalan dibanding startup layanan teknologi finansial dalam mengambil peran di masyarakat. Strategi kerja sama perbankan dan statup teknologi finansial pun sudah banyak dilakukan.

Sejauh ini belum ada informasi lebih jauh mengenai biaya yang disiapkan BCA untuk rencana akuisisi. BCA juga disebut belum menyerahkan business plan untuk akuisisi, hanya saja Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dikabarkan telah memberi izin khusus untuk mendirikan bank digital.

Jahja menyebutkan, bank digital yang saat ini mereka rencanakan merupakan sebuah layanan yang memungkinkan pengguna membuat akun baru dan melakukan pembayaran, termasuk mengembangkan layanan pembayaran berbasiskan QR Code.

Dalam dua tahun terakhir ini, BCA telah membangun beberapa usaha yang berkaitan dengan sektor digital, termasuk pendirian perusahaan modal ventura Capital Central Ventura (CCV), solusi pembayaran online OneKlik, dan layanan pelanggan berbasis chatbot VIRA.

Application Information Will Show Up Here

Finhacks 2018 #DataChallenge Sambangi 3 Kota di Indonesia

Gelaran Finhacks 2018 #DataChallenge telah dimulai sejak 8 Agustus 2018 lalu. Ajang kompetisi ini hadir bagi kamu, para data science enthusiast, untuk menciptakan solusi inovatif dalam menjawab permasalahan dunia perbankan lewat perspektif data science. Selain menjadi bagian dari ekosistem data science di Indonesia, kamu juga berkesempatan meraih hadiah senilai total Rp 480 juta.

Finhacks 2018 #DataChallenge merupakan wujud nyata dari komitmen PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) untuk mendorong kemajuan dan pertumbuhan data science di Indonesia. Dalam kompetisi ini, para data science enthusiast ditantang untuk mengembangkan model machine learning, yang dapat menghadirkan solusi bagi tiga masalah perbankan yang diangkat, yaitu Credit Scoring, Fraud Detection, dan ATM Cash Optimization.

 

 

Kompetisi Finhacks 2018 #DataChallenge terbuka bagi seluruh warga negara Indonesia. Baik dari kalangan data scientist, IT developer, mahasiswa IT, hingga startup di Indonesia. Namun, kesempatan ini juga terbuka buat kamu yang masih awam dengan dunia data science, lho! Untuk membekali diri sebelum mengikuti kompetisi, kamu bisa mengikuti Workshop Data Science terlebih dahulu.

Workshop Data Science merupakan bagian dari rangkaian acara Finhacks 2018 #DataChallenge yang akan diselenggarakan di tiga kota, yaitu Jakarta, Yogyakarta, dan Bandung. Dalam Workshop ini, kamu bisa menyaksikan talkshow dan diskusi panel mengenai data science yang akan disampaikan oleh para praktisi ahli dan data scientist professional.

Berikut jadwal dan tema Workshop Finhacks #DataChallenge yang bisa kamu ikuti.

  • Workshop Jakarta: “Data Science Trend Forecasting
    1 September 2018, The Akmani Hotel Jakarta
  • Workshop Yogyakarta: “Why Effective Data Science Needs Customer- Centric Mindset
    8 September 2018, Hotel Tentrem Yogyakarta
  • Workshop Bandung: “Data as a Cornerstone of Business Sustainability
    15 September 2018, Mercure Bandung City Centre

Dalam acara Workshop Finhacks #DataChallenge, diadakan pula sesi training dan praktik secara langsung yang akan diberikan oleh tim dari Algoritma. Para peserta diwajibkan membawa laptop sendiri untuk dapat mengikuti sesi training ini, agar lebih mudah dalam mengikuti materi yang diberikan. Untuk mengikuti Workshop Finhacks 2018 #DataChallenge, kamu bisa mendaftarkan diri secara online lewat url berikut ini: https://finhacks.id/index/event

Dengan memperdalam pengetahuan dan wawasan lewat Workshop Data Science ini, kamu akan mendapatkan bekal yang cukup dan menambah kepercayaan diri kamu untuk mengikuti kompetisi Finhacks 2018 #DataChallenge. Kesempatan kamu pun terbuka lebar untuk meraih hadiah senilai total Rp 480 juta. Yuk daftarkan diri kamu sekarang juga!

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial untuk rangkaian acara Finhacks 2018 #DataChallenge yang didukung oleh BCA.

Ambil Kesempatanmu untuk Jadi Data Scientist!

Big data saat ini merupakan bagian tak terpisahkan dari bisnis berbasis teknologi. Apalagi bagi perusahaan-perusahaan besar di bidang perbankan, telekomunikasi, marketplace, dan sebagainya yang memiliki lalu lintas data sangat tinggi. Besarnya jumlah dan ukuran data yang masuk dalam sistem jaringan ini tentu membutuhkan penanganan khusus. Di sinilah dibutuhkannya peran penting para tenaga ahli di bidang data science.

Data scientist sedang marak diperbincangkan sebagai profesi yang menjanjikan dengan besaran penghasilan sangat tinggi. Bahkan, dalam majalah Harvard Business Review edisi Oktober 2012, Thomas H. Davenport dan DJ Patil mengatakan bahwa profesi data scientist merupakan “The Sexiest Job of the 21st Century” alias pekerjaan paling seksi di abad ke-21.

Peran data scientist memang sangat penting. Para data scientist harus mengolah, mengorganisir, serta menganalisis data dalam jumlah dan ukuran yang sangat besar tersebut dengan cermat. Mereka juga perlu memvisualisasikan hasil analisisnya dalam bentuk grafik agar lebih mudah dimengerti.

Lebih dari itu, lewat kesimpulan analisis yang dihasilkan, para data scientist diharapkan dapat memberikan saran terbaik mengenai langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam meningkatkan kinerja dan keuntungan perusahaan.

Gelaran Finhacks 2018 #DataChallenge

Namun dengan kebutuhan yang tinggi tersebut, jumlah data scientist di Indonesia masih belum mencukupi. Hal inilah yang mendorong PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) untuk menggelar Finhacks 2018 #DataChallenge, didukung oleh DailySocial.id dan Algoritma dalam penyelenggaraannya.

Gelaran ini sekaligus memperlihatkan komitmen BCA untuk meningkatkan perkembangan data science sekaligus juga pertumbuhan data scientist di Indonesia. Hal tersebut dimungkinkan mengingat Finhacks 2018 #DataChallenge menjadi sebuah ajang kompetisi yang memberikan kesempatan bagi para talenta muda di bidang data science untuk membuktikan diri dengan menciptakan terobosan di bidang machine learning data. Dampak positif lainnya, gelaran ini sekaligus juga mendorong peningkatan kualitas ekosistem data science di Indonesia.

Para peserta Finhacks 2018 #DataChallenge akan ditantang untuk mengembangkan model dari dataset yang diberikan. Model tersebut harus mampu memberikan solusi inovatif bagi tiga permasalahan dunia perbankan yang diangkat, yaitu Credit Scoring, Fraud Detection, dan ATM Cash Optimization. Semua tantangan dapat diikuti dan dikerjakan secara online lewat website resmi https://finhacks.id/.

Raih Hadiah Senilai Total Rp 480 Juta

Penyelenggara akan memilih 15 finalis dengan model terbaik yang akan mempresentasikan hasil karyanya dalam babak Demo Day di Jakarta. Terdapat hadiah uang tunai yang disediakan bagi para pemenang Finhacks 2018 #DataChallenge senilai total Rp 480 juta. Jadi, tunggu apa lagi? Bagi kamu yang berminat mengikuti ajang ini langsung saja mendaftar secara online lewat website resmi https://finhacks.id/.

Selain itu, bagi kamu yang tertarik untuk memperluas wawasan mengenai data science, akan dilaksanakan pula roadshow dan workshop Finhacks 2018 #DataChallenge di Jakarta, Yogyakarta, dan Bandung. Pendaftaran untuk acara ini juga dapat dilakukan secara online lewat website resmi https://finhacks.id/.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial untuk rangkaian acara Finhacks 2018 #DataChallenge yang didukung oleh BCA.

Data Merupakan Mata Uang Baru, Benarkah?

Data merupakan salah satu bagian penting dalam kehidupan manusia. Tidak hanya sekedar dari segi bisnis dan komersial, tetapi dapat dikatakan bahwa segala hal adalah data. Bahkan, kita sebagai manusia pun merupakan akumulasi data yang tersusun sedemikian rupa dan disebut DNA. Semua hal yang kita lakukan, serta segala bentuk interaksi kita dengan berbagai aspek kehidupan sangat erat kaitannya dengan data. Segala kegiatan yang kita lakukan menghasilkan informasi yang dapat dianalisis, diproses, dan digunakan untuk berbagai keperluan.

Karena cakupannya yang begitu luas, maka data yang tersedia pun sangatlah banyak jumlahnya. Namun, data sebanyak itu hanyalah merupakan barang mentah, layaknya sebongkah batuan emas yang belum memiliki nilai sebelum dijadikan perhiasan. Untuk itulah diperlukan tenaga ahli dalam bidang pengolahan data yang lebih dikenal sebagai ilmuwan data alias data scientist.

 

Data Science dalam Bisnis Perbankan

Data scientist memiliki peran yang penting dalam proses bisnis, sebab diperlukan keahlian khusus dalam menjalankannya. Proses pengolahan data mengubah sejumlah besar data yang acak dan tidak terstruktur, sehingga menjadi informasi lengkap serta sistematis dan dibutuhkan untuk kebutuhan analisis yang spesifik. Informasi yang telah diolah inilah yang memiliki nilai tinggi dan dapat digunakan. Sehingga seperti layaknya emas murni, data akan mampu menjadi mata uang baru di masa depan.

Salah satu bidang yang memanfaatkan pengolahan data adalah perbankan. Dunia perbankan saat ini mulai beralih dari metode konvensional menjadi digital banking atau perbankan digital. Mulai dari penggunaan aplikasi smartphone, asisten virtual / chatbot, dan berbagai fitur yang mempermudah nasabah dalam melakukan berbagai transaksi dan aktivitas perbankan lainnya.

Bentuk pemanfaatan pengolahan data dalam sektor perbankan juga cukup beragam. Mulai dari pendeteksi fraud, risk modeling, serta analisis pertumbuhan bank, baik secara real-time maupun analisis prediktif. Selain itu, terdapat pula pemanfaatan data yang lebih berorientasi kepada nasabah. Misalnya pengelolaan data nasabah, pembagian segmentasi nasabah, serta layanan dukungan nasabah (customer support).

 

Finhacks 2018 #DataChallenge

BCA sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia juga memahami pentingnya pemanfaatan data dalam bidang perbankan. Sebagai bentuk komitmen untuk memajukan dunia pengolahan data di tanah air, khususnya di sektor perbankan, BCA akan menyelenggarakan Finhacks 2018 #DataChallenge. Dalam ajang ini, kalian akan ditantang untuk mengembangkan solusi perbankan dengan memanfaatkan pengolahan data.

Buat kalian yang mau belajar dan memperluas wawasan kalian tentang data science, ada juga roadshow dan workshop di tiga kota yang menjadi bagian dari rangkaian acara Finhacks 2018 #DataChallenge. Lewat ajang ini, BCA berusaha mengajak generasi muda untuk dapat terlibat dalam kemajuan teknologi pengolahan data dalam perbankan, dan menjadi data scientist yang profesional. Sebab, pengolahan data dan pemanfaatan hasilnya akan menjadi kunci penting dalam kemajuan perbankan digital di masa depan.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial untuk rangkaian acara Finhacks 2018 #DataChallenge yang didukung oleh BCA.

Ramai-Ramai Mengembangkan Chatbot

Industri perbankan menjadi sasaran berikutnya yang ‘terganggu’ dengan kehadiran teknologi. Perkembangan teknologi yang tidak terbendung, mau tak mau tidak bisa dilawan, tapi harus jadi kawan.

Inilah yang terjadi ketika bank dihadapi dengan salah satu perkembangan teknologi terkini, chatbot. Sebuah robot yang diprogram untuk membalas pesan dibantu dengan kecerdasan buatan agar percakapan terasal lebih natural. Dari sana, lahirlah Vira (BCA), Cinta (BNI), Mita (Bank Mandiri), dan Sabrina (BRI).

Dalam mengembangkan chatbot, bank tidak harus bekerja keras sendiri, bisa gandeng startup yang spesialis di bidangnya. Ada Kata.ai, Bang Joni, Sprint Asia, Botika, Eva, dan lainnya. Persis seperti yang dilakukan oleh BRI dengan gandeng Kata.ai, Bank Mandiri dengan InMotion, BNI dengan Bang Joni.

Pertimbangannya, tren yang terjadi saat ini melakukan kegiatan perbankan sekarang tidak harus lagi harus datang ke cabang tapi bisa lewat ponsel saja tanpa harus unduh aplikasi tambahan apapun. Cukup pakai aplikasi chat messaging atau sosial media yang dipakai untuk bisa akses layanan bank.

Perlu diketahui, pada dasarnya fungsi chatbot digolongkan ke dalam dua kategori, yakni otomasi percakapan dan kebutuhan fungsional. Untuk otomasi percakapan umumnya sering diimplementasikan oleh pedagang online demi meningkatkan interaksi secara kontinu dengan konsumennya.

Sedangkan kebutuhan fungsional, umumnya dirancang secara spesifk dengan melibatkan fitur lain yang kompleks seperti API khusus, otomatisasi pembayaran dan lainnya.

Untuk tahap awal fungsi chatbot yang dihadirkan keempat perbankan tersebut masih menjalankan fungsi customer service yang ada di lapisan pertama. Bertugas membantu jawab pertanyaan yang sifatnya umum dan repetitif.

Dari fungsinya tersebut, chatbot jadi manuver bank bagaimana menjadikan selayaknya saat nasabah menghubungi CS, yang mana bisa dihubungi kapan saja, tutur bahasa yang ramah, dan dapat diandalkan.

Tidak menutup kemungkinan bank lainnya akan menyusul hal serupa seperti yang dilakukan keempat bank besar ini. Mengapa belakangan bank ramai-ramai lirik peluang dari chatbot?

CEO Sprint Asia Technology Setyo Harsoyo punya jawabannya. Menurutnya, pada dasarnya semua perusahaan termasuk bank ingin meningkatkan engagement dengan para customer-nya. Banyak cara yang sudah dilakukan, seperti lewat situs, call center, email, SMS, dan lainnya.

Kemudian lahirnya teknologi chatbot yang berbeda dari semua channel di atas. Dengan chatbot, nasabah dari suatu bank dapat dengan mudah berhubungan dengan bank karena chatbot bisa melayani secara interaktif ribuan nasabah pada saat bersamaan dengan biaya jauh lebih murah dibandingkan call center.

“Misalnya untuk dapat melayani 1.000 nasabah pada saat bersamaan cukup dengan satu bot, sementara call center memerlukan 1.000 agen,” terang Setyo.

Menambahkan pernyataan Setyo, CEO Kata.ai Irzan Raditya menuturkan chatbot adalah salah satu pilihan strategis karena mereka menyadari tren yang terjadi di masyarakat Indonesia.

Aplikasi messaging sudah jadi bagian terpenting dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, hal tersebut jadi peluang untuk lebih mudah jangkau nasabah melalui akun chatbot di aplikasi messaging favorit mereka.

“Hal inilah yang menurut kami menjadi kelebihan chatbot di bandingkan aplikasi. Friksi dan upaya yang diperlukan dari nasabah untuk mengakses chatbot jauh lebih kecil dibandingkan meng-install aplikasi, buka situs, atau menelepon CS,” terangnya.

“Terlebih lagi, banyak dari bank tersebut telah berinvestasi di kanal media sosial mereka sebagai sarana marketing untuk menggaet ratusan ribu bahkan jutaan audiens. Maka dari itu chatbot hadir sebagai layanan yang memberikan nilai tambah bagi nasabah mereka dengan berbagai macam kegunaan,” sambung Irzan.

Chatbot adalah suatu keniscayaan

DailySocial pun mencoba menghubungi perwakilan keempat bank tersebut untuk mengutarakan pendapatnya. Semuanya sepakat bahwa chatbot adalah suatu keniscayaan yang sudah saatnya untuk diadaptasi lantaran harus mengikuti tren yang terjadi.

“Teknologi yang dipilih dan dikembangkan tentunya didasarkan atas kebutuhan nasabah dari bank. Kami menerapkan pola customer centric dan research yang memadai sebelum launching suatu produk. Kami pilih chatbot untuk jawab kebutuhan masyarakat yang semakin dinamik lewat digital channel,” ujar Direktur BRI Indra Utoyo.

General Manager E-Banking Division BNI Anang Fauzie menambahkan, “Orang spending waktu lebih banyak di aplikasi chat dan mereka lebih menyukai menerima info dan promo lewat media sosial atau aplikasi.”

Pun demikian bagi BCA, Direktur BCA Santoso bilang, “Adopsi terhadap suatu teknologi harus seirama dengan fokus kami yaitu memberikan pengalaman terbaik bagi nasabah.”

Oleh karenanya, BCA melihat chatbot mampu menyampaikan dengan baik tujuan tersebut. Menurutnya informasi yang disampai Vira tidak hanya terbatas untuk nasabah saja, masyarakat umumpun dapat menikmati informasi-informasi yang diberikan Vira.

Bagi Bank Mandiri, chatbot mampu menciptakan komunikasi dua arah seperti selayaknya menghubungi customer service. Sebelumnya perseroan sudah menggunakan social messaging seperti Line untuk promosi dan edukasi, namun sifatnya hanya satu arah, dan masyarakat tidak bisa berinteraksi lebih lanjut.

“Pada perkembangannya, layanan contact center digital Bank Mandiri melalui email dan media sosial telah mencapai 10% dari total interaksi nasabah ke CS,” ujar Senior VP Customer Care Group Bank Mandiri Lila Noya.

Lila melanjutkan, “Pada tahap awal, nasabah dapat berinteraksi melalui chatbot untuk memperoleh informasi tentang produk, layanan, program promosi, dan informasi finansial. Sebab sekitar 70% nasabah yang berinteraksi dengan CS permintaannya terkait hal tersebut.”

Investasi yang worth it

Sekalinya sudah terjun, tentunya bank tidak bisa mundur begitu saja dari chatbot ini. Apalagi implementasinya ini masih tahap awal. Begitupun bagi BNI, Anang bilang keputusan bank untuk terjun ke chatbot ini worth it dengan manfaat chatbot bagi pengembangan bisnis.

Pihaknya mengaku investasi IT akan terus berlanjut menyesuaikan dengan tren industri. Sayangnya Anang tidak menerangkan lebih detil soal nominalnya.

Santoso pun menddukung pernyataan Anang. “Pastinya dengan shifting dunia yang semakin digital, teknologi jadi komponen yang tidak bisa dilepaskan dalam semua aspek kehidupan maupun dalam organisasi. Tentunya ini akan seiring dengan jumlah investasi IT yang akan dikeluarkan.”

“Kami melihatnya dari sisi efektifitas dan efisiensi layanan. Melalui chatbot, nasabah dapat lebih mudah berinteraksi dengan Bank Mandiri, sehingga bisa memperkuat loyalitas mereka yang pada akhirnya dapat mendorong peningkatan bisnis bank,” tutur Lila Noya.

Dari kacamata para pengembang, menurut Irzan, biaya pengembangan dan operasional chatbot sangat bervariasi, tergantung pada fitur yang ingin dihadirkan seiring ambisi bank ingin seberapa jauh teknologi AI dan machine learning yang ingin diimplementasikan. Termasuk pula pengaruh berapa banyak pengguna yang ingin disasar.

“Kami sendiri menagih biaya operasional chatbot berdasarkan penggunaan (berapa banyak pesan yang masuk, berapa pengguna yang mengajak ngobrol, berpaa lama sesi percakapan antara chatbot dengan pengguna).”

Berdasarkan pengalamannya, meski tidak tidak disebutkan nominalnya, jumlah investasi di chatbot tidak lebih mahal dari jumlah investasi IT yang biasa dihabiskan oleh perusahaan besar.

Sementara bagi CEO Bang Joni Diatche Harahap, biaya untuk pembuatan chatbot sekarang sudah relatif turun tapi tergantung sistem dan kegunaan apa yang akan dilakukan. Bahkan, di dalam platformnya, biaya pembuatannya sangat terjangkau, relatif tanpa harus lewati proses coding, kecuali untuk fitur yang dikostumisasi untuk spesifik perbankan.

Setyo Harsoyo turut berpendapat, “Biaya sangat relatif, tergantung dibandingkan dengan apa? Jika dibandingkan dengan biaya pengadaan dan pengelolaan call center jelas lebih murah.”

Kendati dianggap sebagai investasi yang worth it, masih ada kekurangan yang dirasa oleh para pemain. Lila Noya berpendapat, meski perekaman data melalui Mita sangat mudah dan dapat jadi bahan evaluasi untuk meningkatkan layanan kepada nasabah dan internal kontrol.

Akan tetapi, pengembangan sistem bot untuk dapat merespons permintaan nasabah yang kompleks masih membutuhkan waktu yang relatif lama.

Senada, Anang Fauzie melihat pengkayaan kosa kata sangat menantang karena akan sangat variatif cara orang bertanya dan berbahasa. Namun hal tersebut bisa diakali dengan mengoptimalkan kecerdasan buatan untuk pelajari bahasa, agar ia semakin pintar deteksi bahasa.

 

Teknologi baru, tantangan baru

Irzan Raditya memahami karena masih implementasi tahap awal, kemampuan chatbot yang diterapkan bank di Indonesia tergolong cukup terbatas. Banyak sekali pengembangan yang perlu dilakukan untuk memastikan chatbot memiliki fungsionalitas sekaya aplikasi atau situs.

Saat ini, sambungnya, tantangan utama untuk chatbot yang diimplementasi di kanal media sosial adalah keamanan data. Ketika chatbot merambah fitur transaksi (core banking), opsi terbaik untuk melakukannya adalah lewat aplikasi atau situs milik bank tersebut.

“Maka dari itu mayoritas chatbot yang ada saat ini masih terfokus di fungsi-fungsi komplementer, seperti CS, cari promo kartu kredit/debit, cari ATM terdekat, cari tahu soal produk, daftar kartu kredit, dan gimmick marketing lainnya. Namun kami yakin di masa yang akan datang, chatbot akan bisa mencapai fungsionalitas lebih baik dari sisi teknologinya.”

Ditambah pula, dari sisi teknis mengenai keamanan data, bank tidak diperkenankan untuk menyimpan data nasabah di server eksternal atau cloud. Semua data dan sistem teknologi harus tersimpan di server milik mereka sendiri (on premise).

Dampaknya, terletak pada biaya investasi yang perlu mereka keluarkan saat mencoba mengimplementasikan teknologi baru karena harus bangun infrastruktur teknologi mereka sendiri. Namun di sisi lain, bank hanya akan berinvestasi pada teknologi yang sudah terjamin mengingat kerumitan yang harus mereka hadapi saat implementasi teknologi baru.

“Dengan berlomba-lombanya bank di Indonesia eksplorasi chatbot, ini menunjukkan chatbot bukan lagi sekadar eksperimen teknologi. Tapi sudah jadi sebuah pilihan teknologi yang strategis untuk proses bisnis mereka.”

Di samping itu, tantangan lainnya yang masih harus dihadapi bank saat implementasi teknologi baru adalah soal regulasinya. Menurut Diatche Harahap, regulasi bank terkesan sangat terlambat untuk mengikuti perkembangan teknologi chatbot dengan AI.

Dia mencontohkan, untuk regulasi pembukaan rekening dan transaksi. Saat ini setelah hampir setahun, tak kunjung ada restu dari regulator padahal kebutuhan utama dari chatbot adalah regulasi yang mendukung.

“Regulasi adalah tantangan terbesar, bukan hanya data,” kata Ache, panggilan akrab Diatche.

Selalu membutuhkan sentuhan manusia

Kendati chatbot adalah robot yang menyerupai manusia, namun perbankan memastikan bahwa mereka akan selalu membutuhkan sentuhan manusia yang nyata dalam memberikan pelayanan kepada nasabah.

“Sampai saat ini, kami belum melihat bahwa robot akan menggantikan manusia 100%. Akan selalu dibutuhkan sentuhan manusia dalam setiap teknologi. Apalagi untuk jenis usaha finansial seperti bank,” kata Santoso.

Bagi bank, berhubungan dengan nasabah secara langsung merupakan sesuatu yang sangat penting. Teknologi atau robot dalam hal ini akan membuat beberapa hal lebih efisiens dan lebih cepat (responsif), baik dari sisi perusahaan maupun nasabah.

Diungkapkan bahwa manusia memiliki unsur relationship yang tidak dapat tergantikan oleh robot. Anang Fauzie menambahkan, chatbot jadi alat untuk bantu dan melengkapi layanan, bukan untuk menggantikan penuh tenaga manusia.

Chatbot, menurutnya, akan membantu tim melayani hal-hal yang simpel namun banyak sekali dibutuhkan atau ditanyakan. Dengan demikian SDM bisa lebih fokus untuk pekerjaan yang lebih kompleks, sehingga tidak menyita waktu mereka.

“Sebagian layanan yang tidak bisa direspon via chatbot misalnya, yang sifatnya konsultatif maka tetap membutuhkan kehadiran layanan manusia,” ucap Indra Utoyo.

Masa depan Vira, Mita, Cinta, dan Sabrina

Tak hanya berguna untuk meringankan beban pekerjaan tim CS, chatbot juga dapat dimaksimalkan untuk keperluan lainnya. Lila Noya mengatakan Mita juga dimanfaatkan perseroan untuk keperluan marketing, menggali kebutuhan nasabah lewat survei dan representasi Bank Mandiri secara korporat.

Selain itu, Anang menambahkan, chatbot dipakai sebagai alat peningkat transaksi dan akuisisi nasabah baru. Serta, data mining untuk mengetahui preferensi nasabah.

“Kelak nasabah bebas memilih sarana atau channel apa yang sesuai dengan keinginan atau preferensi dan pola laku (behavior) yang cocok bagi nasabah,” tandas Santoso.

Sejauh ini bisa dikatakan BCA sebagai bank pelopor yang menghadirkan Vira ke publik pada pertengahan tahun lalu. Santoso menuturkan dampaknya bagi perusahaan adalah peningkatan pengguna dan interaksi dengan nasabah setiap bulannya. Sayangnya, dia tidak disebutkan berapa angka detailnya.

Bagi BCA, hal tersebut menjadi pencapaian yang positif karena semakin sering Vira diajak ngobrol, dia akan semakin “pintar”.

Sedangkan bagi Cinta, dampak bagi BNI adalah perseroan dapat menyebarkan informasi dengan biaya yang rendah karena lewat aplikasi messaging.

“Dengan demikian setiap blast promo yang kami kirimkan dapat dilihat langsung oleh user lewat gadget mereka,” terang Anang.

Perjalanan Vira, Mita, Cinta, dan Sabrina masih sangat panjang. Masih banyak sekali fitur-fitur yang bisa dikembangkan dan akan terus bertambah. Inisiasi empat bank beraset terbesar di Indonesia ini dengan memulainya lebih dahulu bisa menjadi faktor pemicu untuk bank lainnya melakukan hal serupa.