Tiga Startup Fintech Tunjukkan Komitmen Atasi Masalah Pendidikan

Tiga startup fintech yang bergerak di lending, Dana Cita, Dana Didik, dan KoinWorks, menunjukkan komitmennya untuk terus mengembangkan solusi pembiayaan pendidikan bagi mahasiswa dengan terus menambah kemitraan dengan institusi pendidikan tinggi. Lewat kemitraan, diharapkan bakal semakin banyak mahasiswa yang terbantu dan bisa merintis karier lebih baik ke depannya.

Komitmen tersebut kian agresif ditunjukkan pasca Presiden Joko Widodo meminta perbankan mendorong penyaluran kredit pendidikan seperti di Amerika Serikat yang dilontarkan pada pertengahan Maret lalu saat rapat terbatas.

Tantangan yang diberikan Presiden tersebut dijawab sejumlah perbankan, seperti BNI dan BRI dengan meluncurkan kredit pendidikan atau student loan. BRI menghadirkan Briguna Flexi Pendidikan ditujukan bagi mahasiswa S2 dan S3 dalam negeri yang sudah memiliki penghasilan tetap.

Sementara BNI memanfaatkan kemitraan dengan ITS untuk program BNI Fleksi-Pendidikan dengan menyasar mahasiswa dan dosen dari S1 hingga S3 di lembaga pendidikan dalam dan luar negeri.

Yang berbeda dengan institusi perbankan tersebut, ketiga fintech ini bermain ke sektor pendidikan yang lebih “berani” karena masuk ke ranah pembiayaan mahasiswa untuk jenjang diploma, sampai ke sarjana S1. Jenjang tersebut notabene penuh risiko karena mahasiswa belum lulus kuliah dan belum memiliki karir yang jelas, sehingga kurang diminati oleh perbankan.

“Total APBN untuk sektor pemerintah adalah 20%, namun keseluruhannya masih menyasar untuk pendidikan dasar dan menengah. Bagaimana dengan pendidikan tingginya? Itu butuh peran dari swasta, maka dari itu fintech hadir untuk bantu menyelesaikan masalah tersebut,” ucap Co-Founder Dana Cita Susli Lie, Selasa (3/4).

Susli menuturkan, Dana Cipta hadir pada awal tahun lalu dengan fokus pinjaman pembiayaan pendidikan untuk pelajar yang masih duduk di bangku perguruan tinggi dan vokasi di Indonesia. Saat ini perusahaan telah memfasilitasi pembiayaan untuk 50 mahasiswa yang berasal dari 27 PTN dan PTS, termasuk di antaranya UI, ITB, IPB, PNJ, dan STMIK.

Dana Cipta memberikan kesempatan bagi siswa untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan hingga 100% dari biaya kuliah, tenornya maksimal enam tahun dan bunga yang bervariasi tergantung profil pemohon dan program studinya.

Mahasiswa dapat mengajukan permohonan melalui situs, apabila disetujui biaya akan dicairkan langsung ke lembaga pendidikan terkait sesuai dengan jadwal pembayaran. Untuk mengatasi kredit macet, perusahaan mewajibkan setiap pemohon mengajukan permohonan bersama dengan orang tua atau saudara yang memenuhi syarat sebagai peminjam pendukung dan penanggung jawab.

“Sebanyak 12% dari total peminjam kami adalah generasi pertama yang ingin meraih gelar sarjana. 33% peminjam memiliki orang tua dengan pekerjaan sebagai wiraswasta, yang punya cashflow tapi tidak menentu. Dari sini terlihat bahwa duduk di bangku perguruan tinggi punya potensi untuk meraih karier pekerjaan yang lebih baik meski belum terukur waktunya itu kapan terwujud,” kata Suslie.

Sedikit mirip dengan Dana Cita, Dana Didik memanfaatkan dana pinjaman dengan sistem crowdfunding. Perusahaan memberikan pinjaman dengan tenor maksimal empat tahun dengan model pembagian pendapatan sehingga tidak membebani siswa. Co-Founder Dana Didik Dipo Satria Ramli mengatakan perusahaan memiliki tiga produk pembiayaan untuk program pendidikan di bidang kesehatan, teknologi, dan pinjaman pendidikan umum.

Untuk pengembalian dana, apabila sebelum masa kelulusan dan/atau belum berpenghasilan mahasiswa sudah mampu mengembalikan pinjaman, mereka dapat keringanan bunga 0%. Sementara untuk yang sudah berpenghasilan menganut skema bagi hasil dengan kisaran antara 10%-30% tergantung besaran pendapatan mahasiswa nantinya.

“Secara personal, banyak investor yang tertarik berinvestasi di sektor pendidikan karena mereka ingin bantu anak-anak yang ingin serius sekolah. Secara bunga memang tinggi, namun mereka ada kepuasan di sana. Dari mahasiswa yang sudah melunasi cicilan di kami, penghasilan mereka tercatat naik 3x lipat dari besaran pinjaman,” ucap Dipo.

Minta insentif

Kendati secara bisnis ketiga startup fintech ini cukup berani untuk terjun ke ranah yang masih enggan dimasuki perbankan, mereka meminta bantuan insentif kepada pemerintah untuk dorong geliat pembiayaan di sektor pendidikan jadi lebih bergairah.

CEO KoinWorks Benedicto Haryono menuturkan insentif tersebut bisa berupa peringanan pajak untuk para investor, bantuan pendanaan agar tenor bisa lebih panjang, dan lain sebagainya.

“Tentunya kalau ada insentif akan lebih menyenangkan buat investor dan perusahaan, kalau ada peringanan PPh tentunya akan lebih senang,” tuturnya.

KoinWorks memiliki dua produk lending yang menyasar target konsumen berbeda, untuk pengusaha UKM dan pendidikan (Koin Pintar). Secara bertahap, perusahaan mengembangkan Koin Pintar dengan sasaran awal pelajar untuk program kursus singkat (non formal), kemudian mengembangkan ke tahap lebih lanjut ke sektor formal perguruan tinggi.

Sejak pertama kali berdiri di 2015, perusahaan telah membiayai pendidikan untuk 100 mahasiswa dengan komposisi 30% di antaranya untuk pendidikan formal dan sisanya untuk pendidikan non formal.

“Kami harapkan komposisinya nanti bisa berimbang 50:50, untuk itu kami akan perbanyak kemitraan dengan perguruan tinggi.”

Dalam memberikan penyaluran ke sektor pendidikan, selama ini KoinWorks mengandalkan sumber dana dari institusi luar negeri, seperti dari Jepang dan Hong Kong, sebagai investor.

KoinWorks’ RoboLending Automates Profit Estimation and Investment Process

P2P lending provider KoinWorks announces new features in its platform. It’s a feature designed for giving comprehensive information related to potential benefit for lenders that already being estimated within a certain period.

The feature automates every investment process and funding allocation of specified investment. RoboLending is developed using machine learning, studying the existing transaction model for the whole year (in 2017).

For KoinWorks, having an autorun service becomes a necessity in the midst of increasing number of enthusiasts. Currently, there are more than 40 thousand lenders in KoinWorks. There are 600 investors participate for all loan applications in average. Using RoboLending, KoinWorks side mission is to facilitate newcomer investors, especially those expecting quick results.

“RoboLending is a machine learning-based feature we create from our investment activities during 2017. We hope this feature can help to increase financial inclusion, for young investors wanting to invest, can allocate funds using this feature. RoboLending is one of KoinWorks innovation in technology because we believe that innovation is the base of economic development,” KoinWorks’ CEO & Co-Founder Benedicto Haryono responded.

He explains with lumpsum return method, all lenders using RoboLending feature will get a refund according to the interest of the terms approved. This feature also considered being a breakthrough in Indonesia’s p2p lending network, complementing KoinWorks commitment to present innovations within the framework of p2p lending service it provides.

Previously, KoinWorks has launched Dana Proteksi to minimize lender’s loss everytime the borrower fails to pay back. Other services such as KoinBisnis, KoinPintar, KoinSehat, and KoinInvoice are presented to cover a variety of loan needs. In 2017, KoinWorks has launched Multi Auto Purchase that allows autorun funding distribution to all existing investment products based on investor’s preference.

So far, KoinWorks has managed to distribute funding to over 824 borrowers. This feature is expected to increase the amount of investment and recruit more lenders with the easy investment.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

RoboLending dari KoinWorks Otomasi Proses Investasi dan Estimasi Keuntungan

Penyedia layanan p2p lending KoinWorks mengumumkan kehadiran fitur baru di platformnya. Bernama RoboLending, fitur tersebut didesain untuk mampu memberikan informasi komprehensif bagi pemberi dana seputar potensi keuntungan yang sudah diestimasi dalam jangka waktu tertentu.

Fitur ini membuat otomatis seluruh proses investasi dan alokasi dana investasi yang ditentukan.  RoboLending dikembangkan dengan memanfaatkan kapabilitas machine learning, mempelajari model transaksi yang telah berjalan sepanjang tahun 2017.

Bagi KoinWorks, memiliki layanan yang dapat berjalan secara otomatis menjadi kebutuhan tersendiri di tengah peminat layanan yang makin banyak. Diinformasikan saat ini sudah ada lebih dari 40 ribu pendana di KoinWorks. Rata-rata untuk setiap pengajuan pinjaman yang dilakukan pengguna, ada 600 pendana yang turut andil meminjamkan investasinya. Melalui fitur RoboLending, misi lain KoinWorks ialah untuk memudahkan pendana pemula, khususnya bagi mereka yang ingin cepat mengetahui hasil yang didapat.

“RoboLending ini sebagai fitur yang kami ciptakan berdasarkan machine learning yang belajar dari aktivitas pendana kami selama 2017. Kami berharap fitur ini dapat membantu meningkatkan inklusi finansial, jadi bagi para investor muda yang ingin mencoba berinvestasi, dapat mengalokasikan dananya menggunakan fitur ini. RoboLending merupakan salah satu inovasi KoinWorks dalam sisi teknologi, karena kami yakin bahwa inovasi merupakan landasan dari perkembangan ekonomi,” sambut Co-Founder & CEO KoinWorks Benedicto Haryono.

Benedicto turut menerangkan, dengan menggunakan metode pengembalian lumpsum, setiap pendana yang menggunakan fitur RoboLending akan mendapatkan pengembalian sesuai bunga yang tertera pada akhir jangka waktunya. Hadirnya fitur ini juga dinilai menjadi terobosan baru dalam dunia p2p lending tanah air juga melengkapi komitmen KoinWorks dalam menghadirkan inovasi demi inovasi dalam kerangka layanan p2p lending yang disediakannya.

[Baca juga: Penerapan Teknologi Kecerdasan Buatan untuk Startup Fintech]

Sebelumnya KoinWorks juga menghadirkan layanan Dana Proteksi untuk meminimalkan kerugian modal lender setiap kali peminjam gagal bayar. Layanan lain, seperti KoinBisnis, KoinPintar, KoinSehat, hingga KoinInvoice, dihadirkan demi mencakup beragam kebutuhan pinjaman. Terakhir di tahun 2017 KoinWorks meluncurkan Multi Auto Purchase, memungkinkan pendana untuk mengotomasi pendistribusian dana investasinya ke berbagai produk investasi yang tersedia sesuai preferensi.

Sejauh ini KoinWorks sudah berhasil menyalurkan dana ke lebih dari 824 peminjam. Hadirnya fitur ini diharapkan akan menambah jumlah penyaluran dana investasi dan merekrut lebih banyak pendana dengan kemudahan berinvestasi yang dimilikinya.

Application Information Will Show Up Here

KoinWorks Hadirkan Cicilan Pendidikan Khusus Mahasiswa Binus

KoinWorks, startup fintech p2p lending, menambah kemitraan baru untuk program KoinPintar dengan menggandeng Binus Online Learning. Melalui program ini, KoinWorks mulai memasarkan produk cicilan pendidikan untuk mahasiswa Binus.

KoinPintar merupakan program khusus untuk bantuan dana pendidikan yang sudah diluncurkan sejak tahun lalu. Sejauh ini KoinWorks sudah bekerja sama dengan sembilan institusi kursus lintas industri sebagai mitra. Beberapa industri di antaranya IT, fesyen, digital marketing, kuliner, desain, dan kecantikan.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), kurang dari 30% lulusan SMA yang melanjutkan ke jenjang D3/S1. Dari angka tersebut, ketika ditelusuri alasannya sekitar 50% dari responden menjawab dengan alasan biaya. Ditambah juga belum banyak universitas yang memberikan program cicilan biaya kuliah untuk mahasiswanya.

“Kami menyadari pendidikan menjadi kebutuhan dasar yang belum sepenuhnya terpenuhi bagi seluruh golongan. Di sisi lain, pendidikan dapat membuka peluang kehidupan yang lebih baik. Oleh karena itu, Kami ingin menghadirkan p2p lending yang juga mengandung nilai sosial, tidak hanya bernilai bisnis saja,” terang Co-Founder dan CEO KoinWorks Benedicto Haryono, Rabu (20/9).

Lewat kemitraan terbaru ini, investor KoinWorks mendapat pilihan tambahan alternatif investasi yang mengandung unsur sosial. Mereka sendiri dapat memilih pembiayaan ini, bila perlu akan diarahkan oleh algoritma yang sebelumnya sudah disesuaikan dengan preferensi selera investasi masing-masing.

Strategi mitigasi risiko

Ben, panggilan akrab Benedicto, melanjutkan alasan pihaknya menggaet Binus Online dikarenakan secara bisnis model cocok dengan gaya KoinWorks itu sendiri yakni semua hal hanya perlu online dan dapat menjangkau seluruh Indonesia.

Lagipula, target mahasiswa di dalam Binus Online adalah kalangan pekerja yang sudah memiliki pekerjaan namun kesulitan mengatur waktunya untuk datang ke kampus. Kalangan tersebut dinilai secara risiko gagal bayar lebih kecil, dibandingkan menyasar masyarakat secara umum.

“Sejauh ini, mahasiswa yang mengajukan di Binus Online adalah kalangan pekerja yang tidak punya banyak waktu. Hasil [kuliahnya] cukup baik karena mereka cukup berkomitmen untuk serius kuliah,” ucap Direktur Binus Online Learning Engke Achmad Kuncoro.

Dia berharap, kehadiran KoinWorks dalam Binus Online dapat menjangkau seluruh segmen masyarakat, di luar kalangan profesional, membuka kesempatan untuk belajar jadi semakin luas.

Untuk mitigasi risiko lebih lanjut, KoinWorks menerapkan persyaratan minimal mahasiswa berusia 21 tahun, memiliki pilihan program studi Binus Online Learning, ada pendapatan tetap, dan memiliki akun media sosial Facebook. Keseriusan komitmen untuk kuliah pun juga akan dipertanyakan.

Mereka hanya perlu memberikan bukti KTP, kartu keluarga, slip gaji, dan bukti mutasi rekening selama tiga bulan terakhir. Apabila usia mahasiswa di bawah 21 tahun, maka diperlukan relasi sebagai penjamin dana, bisa orang tua ataupun kakak kandung.

Setiap aplikasi yang diterima, akan diverifikasi oleh KoinWorks dan dilanjutkan dengan proses interview. Apabila pengajuan disetujui dana akan dicairkan langsung KoinWorks ke Binus Online tanpa melalui rekening calon mahasiswa.

“Kami akan langsung transfer 80% dana dari total biaya ke rekening Binus. Di satu sisi, akan melegakan mahasiswa karena mereka bisa langsung kuliah tanpa mengkhawatirkan biayanya. Di sisi lain, kami tidak bayari penuh sebagai langkah mitigasi untuk membuat mereka tetap bertanggung jawab terhadap cicilannya,” terang Ben.

Mahasiswa dapat mengangsur cicilannya dengan tenor mulai dari 6-24 bulan, bunga pinjaman yang ditawarkan sekitar 9%-12,5% flat per tahun. Adapun program pendidikan yang dapat dibiayai, untuk program SMA ke S1, D3 ke S1, dan S1 ke S2.

Jurusan yang tersedia di Binus Online adalah akuntansi, manajemen bisnis, sistem informasi, teknik informatika, dan teknik industri.

Target KoinWorks

Sejak kemitraan dengan Binus dilaksanakan pada Agustus 2017, Ben mengaku bahwa pihaknya telah memberikan pinjaman kepada lima mahasiswa. Kemudian, bertambah menjadi sekitar 40 mahasiswa pada bulan lalu. Pencapaian ini membuat pihaknya yakin pada November 2017 mendatang dapat menggaet minimal 500 calon mahasiswa baru.

“Awalnya kami hanya menargetkan 100 orang pada jadwal pendaftara gelombang Oktober. Namun dari hasil ini, kami yakin minimal bisa dapat target jaring 500 orang sampai penutupan pendaftaran untuk gelombang Oktober.”

Hingga Agustus 2017, KoinWorks sudah menghimpun lebih dari 18.500 investor dan menyalurkan pinjaman sekitar Rp45 miliar. Untuk program KoinPintar itu sendiri, telah menjaring sekitar 100 orang sejak setahun lalu berdiri.

Lengkapi Transparansi Analisis Kredit, KoinWorks Gandeng Pefindo

Startup fintech P2P lending KoinWorks umumkan peresmian kerja sama dengan perusahaan pemberi rating PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) untuk keperluan analisis kredit perusahaan yang transparan guna meningkatkan tingkat kepercayaan pemberi pinjaman (investor).

Langkah ini disebut sebagai komitmen perusahaan untuk memberikan layanan terbaik bagi investor. Melalui publikasi rating kinerja perusahaan yang transparan, investor dapat selalu mengevaluasi pilihan investasi mereka tanpa perlu khawatir pada status perusahaan.

“Setelah resmi terdaftar di OJK, kerja sama dengan Pefindo menjadi penting bagi kami karena menurut jadwal dari Pefindo pada bulan Juli 2017, kami sebagai fintech pertama yang memiliki akses ke biro kredit,” terang Co-Founder dan CEO KoinWorks Benedicto Haryono dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial, (5/7).

[Baca juga: DStour #22: “Rumah Kedua” Karyawan KoinWorks]

Diharapkan rasa aman investor terhadap KoinWorks dapat meningkat, terutama saat bertransaksi melalui layanan yang diberikan. Pasalnya, investor kini dapat mengakses riwayat kredit calon peminjam, pola pembayaran kredit, dan keberadaan institusi lain sebagai sumber dana.

Pihak KoinWorks juga dapat menggali beragam informasi data pribadi calon peminjam, untuk digunakan sebagai pengecekan latar belakang profil mereka. Seluruh pengetahuan tersebut, tentunya akan sangat membantu penilaian kelayakan calon peminjam di KoinWorks.

Dari sisi peminjam, KoinWorks dapat menerapkan prinsip transparansi yang sama. Apabila peminjam tidak disiplin melunasi kewajiban mereka, akan ada risiko pelaporan transaksi tidak lancar ke Pefindo. Mekanisme tersebut diharapkan menciptakan efek jera, sebab akan mempengaruhi transaksi keuangan para peminjam di masa depannya, misalnya saat pengajuan kredit pembayaran rumah (KPR).

“Contoh paling mudah adalah membandingkan orang yang pernah mengambil kredit, dengan orang yang tidak pernah punya kredit. Kita pasti lebih nyaman dengan orang yang terbiasa memiliki kredit dan status cicilan yang lancar dalam periode tertentu,” tambah COO KoinWorks Bernard Arifin.

Sejak pertama kali diresmikan pada awal 2016, kini KoinWorks telah memiliki lebih dari 11 ribu investor.

DStour #22: “Rumah Kedua” Karyawan KoinWorks

Lokasinya yang cukup strategis di Jakarta Pusat, menjadikan kantor startup fintech P2P lending KoinWorks mudah untuk diakses. Desain yang dihadirkan juga sangat dinamis mengadopsi gaya industrial dan open space.

Dalam edisi DStour kali, CEO KoinWorks Benedicto Haryono mengajak DailySocial melihat-lihat isi kantor KoinWorks yang terbilang mungil namun berfungsi baik supaya layak menjadi “rumah kedua” bagi para karyawannya.

KoinWorks Berharap Peroleh Pendanaan Lanjutan dan Perluas Wilayah Layanan Tahun Depan

Menjelang akhir tahun 2016 layanan peer-to-peer lending KoinWorks mengklaim telah mengalami peningkatan dari jumlah lender dan borrower. Startup yang didirikan bulan Maret 2016 ini telah memiliki sekitar 3000 lender dan 80 borrower yang telah melalui proses penyaringan hingga bulan Desember 2016.

“Jumlah borrower yang mendaftarkan sudah cukup banyak jumlahnya sekitar 7 ribu, namun kami ingin memastikan borrower sesuai dengan kategori dan tentunya standar dari KoinWorks,” kata Co-Founder KoinWorks Benedicto Haryono kepada DailySocial.

Sepanjang tahun 2016 Koinworks fokus mencari borrower dari mitra yang kebanyakan adalah merchant layanan e-commerce. Potensi layanan peer-to-peer lending tidak hanya dimanfaatkan pelaku UKM, tetapi juga kalangan individu yang membutuhkan dana untuk edukasi dan kebutuhan lainnya.

“Selama menjalankan usaha kami banyak menerima borrower yang membutuhkan dana untuk kuliah atau melanjutkan studi. Ke depannya kami akan terus menerima kategori borrower tersebut,” kata Benedicto.

Uji coba perluasan wilayah layanan

Sepanjang tahun 2016 ini KoinWorks masih memasuki tahap promosi dan awareness kepada calon lender dan borrower. Dari proses perkenalan tersebut KoinWorks telah mendapatkan gambaran, produk, dan fitur apa yang ideal untuk masyarakat di Indonesia.

“Kami cukup surprise ternyata sejak Agustus, ketika KoinWorks mulai dipromosikan kepada publik, mendapatkan sambutan baik dari lender dan borrower, terutama di kawasan Jabodetabek,” kata Benedicto.

Hingga kini Koinworks masih enggan untuk melakukan ekspansi di luar pulau Jawa, meskipun sudah banyak menerima banyak permintaan dari masyarakat Indonesia yang tinggal di luar Pulau Jawa.

Terkait merchant dari mitra yang berasal dari Surabaya, Malang, Purwokerto hingga Kediri, KoinWorks masih melakukan uji coba untuk kemudian menentukan apakah pinjaman bisa diberikan atau tidak.

“Kita saat ini masih melakukan kontrol untuk wilayah di luar pulau Jawa dan keuntungan kami bermitra dengan layanan e-commerce besar, seperti Lazada, sudah bisa dipastikan merchant atau calon lender tersebut sudah divalidasi,” kata Benedicto.

Sejak awal Koinworks mengklaim model bisnis yang diterapkan adalah sepenuhnya mengandalkan kemitraan dengan pihak terkait yang terbilang sudah memiliki nama dan kredibilitas yang baik terutama dari kalangan pemain e-commerce.

Rencana KoinWorks tahun depan dan pendanaan Pra-Seri A di Q1 2017

Tahun 2017 mendatang KoinWorks ingin memasuki ke tahap scaling up, terutama dalam hal penambahan lender dan proses penyaringan yang ketat dengan calon borrower. Sedikitnya 3 borrower telah berhasil melunasi pinjaman dengan lender di KoinWorks. Semua kisah sukses proses peminjaman di Koinworks kemudian dikumpulkan menjadi Borrower Story oleh Koinworks.

“Kami ingin memastikan pinjaman yang telah didapatkan oleh borrower memiliki impact yang positif untuk para borrower kami dan bukan sifatnya finansial saja. Jadi bukan hanya meminjam uang saja namun tidak membuahkan hasil yang positif,” kata Benedicto.

KoinWorks juga berencana menggalang dana segar untuk tahap pendanaan Pra-Seri A dan Seri A dari investor lokal. Masih dalam tahap perbincangan dan negosiasi,  jika sesuai dengan rencana dana segar akan didapatkan kuartal pertama tahun 2017 hingga akhir tahun 2017 mendatang.

“Saat ini kita sudah pre-seed round dan sekarang sedang diskusi untuk second seed round jadi Pre-Series A. Nantinya dana tersebut akan kita gunakan untuk pengembangan produk dan akuisisi lender serta borrower,” kata Benedicto.

Layanan P2P Lending Koinworks Hadirkan KoinPintar dan KoinSehat

Di sela-sela acara Indonesia Fintech Festival & Conference 2016, layanan P2P Lending Koinworks mengumumkan dua layanan terbarunya yaitu KoinPintar dan KoinSehat. Dengan diluncurkannya dua fitur terkini tersebut diharapkan KoinWorks turut mengembangkan sektor pendidikan dan kesehatan di Indonesia.

Nantinya, pinjaman melalui KoinPintar dapat digunakan oleh individu untuk meneruskan pendidikan lebih lanjut ke lembaga atau institusi pendidikan rekanan KoinWorks. KoinPintar juga dapat digunakan institusi atau lembaga pendidikan tertentu untuk mengembangkan infrastruktur penunjang pendidikan seperti renovasi bangunan atau membangun fasilitas baru.

“Sejalan dengan misi KoinWorks, yaitu untuk bersama membangun Indonesia melalui platform peer-to-peer-lending. Kami berpikir bahwa edukasi dan kesehatan adalah faktor yang penting dalam misi ini, dan di kedua area ini masih ada kebutuhan yang belum terpenuhi, kata Co-Founder KoinWorks Benedicto Haryono kepada DailySocial.

Saat ini KoinWorks telah melakukan kerja sama dengan Hacktiv8 untuk KoinPintar. KoinWorks memfasilitasi pembiayaan pendidikan untuk masyarakat umum yang tertarik belajar menjadi web developer dengan skema pembayaran cicilan yang dapat dipilih sesuai kemampuan dan tingkat suku bunga yang rendah.

“Untuk KoinPintar, tanggapannya sangat baik. Beberapa dari pendana kami sangat antusias bisa membantu edukasi orang lain, sedangkan mayoritas menyetujui untuk mendanai sedikit pinjaman di KoinPintar,” kata Benedicto.

Bukan hanya menyasar kalangan pelajar, KoinPintar juga bisa dimanfaatkan oleh pekerja yang ingin melanjutkan edukasi melalui pinjaman KoinPintar. Cara pendanaan program ini sama dengan cara pendanaan pinjaman lainnya di KoinWorks. Pendana dapat menemukan pinjaman KoinPintar pada halaman “Telusuri” dengan mencari pinjaman dengan tujuan “Education Loan”.

KoinSehat membantu masyarakat mendapatkan dana untuk berobat

Layanan lain yang juga dihadirkan oleh KoinWorks adalah KoinSehat. KoinSehat menyediakan pembiayaan kesehatan dan mempertemukan pasien dengan lembaga atau institusi kesehatan rekanan KoinWorks, dengan metoda peminjaman yang lebih cepat dan bunga yang lebih rendah dibandingkan lembaga keuangan lainnya.

Bisa di prediksi layanan yang satu ini akan mendapat perhatian yang cukup besar dikalangan masyarakat umum, KoinSehat sendiri menawarkan bantuan pendanaan untuk beberapa kategori perawatan diantaranya perawatan kecantikan, kehamilan, fisioterapi, perawatan gigi, berbagai layanan scan dan check dan perawatan mata. Saat ini, KoinWorks bekerja sama dengan Klinik Mata Nusantara (KMN) untuk opsi pendanaan operasi mata yang murah dan mudah.

“Kami harapkan dengan hadirnya KoinPintar dan KoinSehat bisa memperluas kemitraan dengan rekan-rekan yang berpotensi dan memiliki misi yang sama,” kata Benedicto.

Mengalami peningkatan jumlah pengguna dan pemberi pinjaman aktif

Sejak resmi diluncurkan bulan Juli 2016 silam, KoinWorks mengklaim telah mengalami jumlah peningkatan pengguna yang melakukan pendaftaran hingga 3 ribu orang, dan 600 orang diantaranya adalah para pemberi pinjaman yang sudah aktif. Selain mendorong kemajuan UMKM, KoinWorks juga memiliki komitmen menghadirkan layanan dengan konsep peer-to-peer-lending yang juga sarat dengan misi sosial.

“Kerjasama yang telah terjalin merupakan langkah awal KoinWorks dalam industri fintech di Indonesia, kedepannya KoinWorks akan terus berinovasi dan bersosialisasi mengenai pembiayaan peer-to-peer lending dan crowdfunding yang tergolong masih baru di Indonesia” tutup Benedicto.

Layanan P2P Lending Koinworks Gelar Program, Ajak Masyarakat Jadi Pemberi Pinjaman Secara Gratis

Untuk mengedukasi dan mempromosikan keberadaan layanan peer-to-peer lending di kalangan masyarakat umum, Koinworks akan menggelar program pemberian kredit gratis kepada calon lender atau pemberi pinjaman di situsnya. Pendaftaran akan dibuka pada tanggal 11 Juli 2016 dan menargetkan 1000 calon pemberi pinjaman baru. Kegiatan ini sendiri akan berlangsung selama dua minggu dan akan resmi diluncurkan pada akhir Juli 2016.

“Nantinya setelah melakukan proses registrasi calon lender atau pemberi pinjaman akan kami pilih dan jika sesuai dengan kriteria akan diberikan kredit dari Koinworks yang bisa langsung digunakan untuk berinvestasi,” kata Co-Founder Koinworks Benedicto Haryono kepada DailySocial.

Tujuan dilakukannya kegiatan ini adalah untuk memaksimalkan strategi pemasaran sekaligus mengedukasi secara langsung kepada masyarakat umum untuk lebih terbiasa menggunakan Koinworks. Koinworks menggelontorkan dana sekitar 2 miliar Rupiah untuk pemberian kredit gratis kepada calon pemberi pinjaman.

“Jika program Koin ini mendapatkan respon yang positif dari masyarakat umum, besar kemungkinan kegiatan ini akan kami teruskan dan kami lakukan secara berkala,” kata Benedicto.

Selama ini Koinworks telah memberikan invitation kepada kalangan teman dan keluarga untuk menjadi pemberi pinjaman. Hal ini dilakukan untuk mengumpulkan feedback dan melakukan koreksi terhadap layanan dan fitur di Koinworks.

“Saat ini kami telah memiliki pemberi pinjaman yang berasal dari kalangan umum, namun akun tersebut belum kami aktifkan,” kata Benedicto.

Peluncuran aplikasi mobile

Tim Koinworks di kantor pusatnya

Selain meluncurkan program Koin, akhir bulan Juli Koinworks juga berencana meluncurkan aplikasi mobile versi beta khusus untuk pengguna smartphone Android. Tidak berbeda jauh dengan fitur yang saat ini telah tersedia di mobile browser, aplikasi tersebut nantinya akan dilengkapi dengan dashboard dan push notification yang dilengkapi dengan informasi pinjaman terkini yang bisa secara langsung diinvestasikan oleh lender atau pemberi pinjaman.

“Selain itu kami juga akan memberikan launching tools untuk memudahkan lender melakukan investasi. Bentuknya seperti semi-automated, artinya setiap ada loan yang naik, lender bisa langsung investasi,” kata Benedicto.

Menargetkan pasar e-commerce dan marketplace

Merchant layanan e-commerce menjadi sasaran utama calon peminjam uang
Merchant layanan e-commerce menjadi sasaran utama calon peminjam uang

Saat ini Koinworks telah menjalin kemitraan dengan pelaku e-commerce seperti Berrybenka, Lazada dan Livaza. Kemitraan strategis ini sengaja dilancarkan oleh Koinworks untuk bisa menjangkau lebih banyak SME Lending yang merupakan merchant dari masing-masing e-commerce dan marketplace terkait.

Borrowers atau peminjam biasanya fokus kepada online bisnis, bisnis yang selling atau marketing online, Koinworks yang pertama meng-cater pasar tersebut. Sebelumnya tidak ada bisnis yang meng-cater online pasar tersebut sampai akhirnya [masuk] Tokopedia bersama bank,” kata Benedicto.

Koinworks juga tengah melakukan negosiasi dengan layanan e-commerce lokal lainnya. Rencananya sekitar pertengahan bulan Agustus 2016 akan diumumkan siapa saja e-commerce yang bermitra dengan Koinworks

“Target kita adalah untuk mendiversifikasi produk untuk pemberi pinjaman. Guiding principal di fase pertama adalah mencari peminjam yang memiliki online presence, karena kita berbasis data hal ini yang membedakan Koinworks dengan peer-to-peer lending lainnya,” kata Benedicto.

Dengan menerapkan metode yang tradisional namun diperkuat dengan analisis big data, Koinworks mengklaim menghasilkan credit scoring yang komprehensif dan tentunya berguna untuk pemberi pinjaman dan Koinworks.

Credit scoring di Koinworks target akhirnya adalah fully-automated namun saat ini yang diterapkan sepenuhnya augmented decisions making. Jadi orang yang menentukan namun augmented by data,” kata Benedicto.

Hingga kini Koinworks telah memiliki sekitar 1000 borrower atau peminjam, namun dari data yang telah masuk masih terus dilakukan proses penyaringan untuk menghindari terjadinya fraud. Saat ini baru sekitar 20 peminjam saja yang secara resmi telah mendapatkan persetujuan dari Koinworks, namun dari partner untuk approval rating telah mencapai 10 hingga 20%.

“Secara keseluruhan target pasar kita adalah productive loan dan harus mutually beneficial, artinya semua partner, borrower dan lender bisa mendapatkan keuntungan dari produk tersebut,” tutup Benedicto.

Koinworks Hadirkan Layanan P2P Lending

Satu lagi startup Indonesia berbasis layanan finansial hadir, kali ini menyediakan platform pasar online yang menghubungkan pemberi pinjaman dengan peminjam, atau biasa disebut dengan istilah Peer-to-peer Lending (P2P Lending). Bernama Koinworks, layanan ini terinspirasi dari LendingClub di Amerika Serikat. KoinWorks menyediakan sistem penilaian pinjaman, sistem pembayaran, dan teknologi yang memberikan pengalaman lebih baik untuk para pemberi pinjaman dan peminjam.

Layanan peminjaman uang digital ini diinisiasi dengan dalih untuk memberikan sebuah alternatif layanan finansial yang sederhana. Selain itu juga memberi pilihan di tengah opsi pinjaman dari institusi finansial yang masih mematok margin bunga (Net Interest Margin) yang sangat tinggi (jika dibandingkan negara-negara lain).

Kepada DailySocial Co-Founder Koinworks Benedicto Haryono bercerita tentang awal mula pendirian layanannya:

“Kami sudah memulai riset dan idea kami di awal 2015, kemudian mulai mencari key persons untuk tim kami. Di pertengahan 2015 kami memulai part-time development dari sisi business processes dan legal due dilligence untuk product design dan company structure kami. Di Oktober 2015 kami akhirnya memulai full time development. Untuk pendanaan, sekarang ini kami masih memakai seed capital yang kami galang di 2015.”

Ben juga menambahkan, dengan Koinworks pengguna akan mendapatkan keuntungan berupa produk dan interaksi yang lebih baik bagi kedua belah pihak. Bagi peminjam akan mendapatkan bunga yang lebih rendah, biaya yang lebih murah, aplikasi yang lebih cepat dan fleksibel, dan juga kemudahan lainnya seperti pelunasan awal tanpa denda.

Sedangkan bagi pemberi pinjaman akan mendapatkan bunga yang lebih baik dari deposito, sistem penyaluran pinjaman yang mudah didiversifikasi ke banyak peminjam, dan sistem pembayaran kembali yang mudah.

“Di model kami, semua keuntungan dari bunga dinikmati oleh pengguna. Kami hanya mengenakan service fee untuk transaksi yang sukses. Apabila transaksi tidak berhasil, maka tidak ada fee apa pun yang dikenakan ke pengguna. Service fee kami adalah 3% untuk peminjam yang berhasil mendapatkan pendanaan, dan 1% untuk pemberi pinjaman sewaktu pengembalian. Biaya lainnya seperti asuransi atau biaya transfer bank kita kenakan at-cost,” ujar Benedicto.

Di Indonesia sendiri saat ini belum memiliki peraturan yang secara khusus mengatur pinjaman peer-to-peer, seperti yang dihadirkan Koinworks. Kendati demikian pihak Koinworks siap jika sewaktu-waktu regulasi tersebut dirilis, dan bersedia untuk menyesuaikan proses layanannya.

“Kepercayaan itu tidak bisa diberikan, tapi didapatkan dengan layanan yang baik melalui proses waktu. Karena itu, kami lebih fokus untuk membuat sistem yang baik dan aman […] Kami pikir peraturan resmi akan dirancang oleh pemerintah, dan kami dukung itu karena akan menjadi dorongan positif untuk industri peer finance,” imbuh Benedicto.

Untuk memaksimalkan kepuasan pelanggan tersebut, Koinworks berfokus pada berbagai improvisasi dan strategi. Dari sisi IT dan operasional, Koinworks melakukan banyak uji coba dan masukkan contingency plannings. Dari sisi analisis kredit, Koinworks merekrut dan berkonsultasi dengan orang-orang yang sudah berpengalaman di bank.

Koinworks juga menerapkan sistem fraud-check yang ketat, dan juga membuat algoritma khusus untuk analisa kredit.  Dari sisi peraturan, Koinworks melakukan konsultasi dengan OJK baik secara langsung ataupun dari tim legal.

“Di tahun ini kami tidak menargetkan volume bisnis yang besar, tapi lebih fokus ke pelayanan yang baik untuk para pengguna kami. Dengan ini, kami berharap untuk mengawali track record yang bagus bagi brand kami. Saya rasa reputasi dan kepercayaan harus dibangun secara perlahan,” pungkas Benedicto.