Cara Bergabung Menjadi Seller di Bhinneka, E-Commerce Pertama yang Terdaftar LKPP

Bhinneka atau yang sering dikenal dengan nama alamat situsnya, yakni bhinneka.com, adalah sebuah situs e-commerce yang bisa dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis dengan mendaftar sebagai seller. Cara daftar seller di Bhinneka cukup mudah.

Anda hanya perlu menempuh beberapa langkah untuk bisa mulai menjajakan produk Anda kepada ratusan pembeli dan instansi pemerintahan melalui Bhinneka. Tapi, sebelum masuk ke panduan daftar sebagai seller di Bhinneka, mari simak terlebih dahulu penjelasan singkat tentang situs Bhinneka.

Apa Itu Bhinneka?

Bhinneka adalah e-commerce penyedia layanan B2B dan B2C yang sebelumnya hanya fokus kepada barang elektronik. Kini, produk yang tersedia di Bhinneka sangat beragam mengikuti banyaknya merchant dari berbagai bidang penjualan yang bergabung bersama Bhinneka.

Bhinneka juga merupakan e-commerce pertama yang terdaftar dalam program pengadaan barang untuk instansi pemerintah di LKPP. Dengan terdaftarnya Bhinneka dalam LKPP membuat para seller Bhinneka memiliki privilege untuk bisa menjual produknya ke tingkat pemerintahan.

Cara Daftar Seller di Bhinneka

Jika Anda tertarik untuk bergabung dengan Bhinneka sebagai seller, terdapat tiga langkah yang perlu Anda tempuh. Di antaranya adalah melakukan registrasi pada situs Bhinneka, verifikasi email, dan melengkapi informasi pemilik dan toko.

Registrasi Akun

Langkah pertama dalam proses daftar sebagai seller di Bhinneka adalah membuat akun di situs Bhinneka. Berikut ini panduannya:

  • Anda akan melihat tiga pilihan akun untuk registrasi. Pilih daftar sebagai Seller.

  • Kemudian, lengkapi informasi yang diminta. Mulai dari nama depan, nama belakang, alamat email, nomor ponsel aktif, dan password.

  • Jika semua sudah terisi, klik Register.

Verifikasi Email

Setelah Anda menyelesaikan tahapan registrasi akun, Anda akan mendapatkan email verifikasi yang dikirimkan secara otomatis oleh Bhinneka. Untuk melakukan verifikasi, klik pada tombol Konfirmasi Email yang terdapat pada badan email atau klik pada tautan yang tersedia apabila tombol konfirmasi tidak berfungsi.

Apabila verifikasi berhasil, Anda akan langsung dialihkan ke laman login dan akan muncul pop up yang menginformasikan bahwa email Anda telah berhasil terverifikasi.

Lengkapi Data Pemilik dan Toko

Email Anda telah terverifikasi? Langkah selanjutnya adalah melengkapi data pemilik dan toko dengan cara berikut ini:

  • Masukkan email yang sebelumnya telah Anda daftarkan sebagai akun Bhinneka. Klik Selanjutnya.
  • Lalu, masukkan password dan klik Masuk.
  • Kemudian Anda akan langsung masuk ke halaman utama dari situs Bhinneka.com.
  • Klik pada logo toko di bagian kanan atas halaman utama untuk masuk ke laman pendaftaran seller.

  • Setelah itu, isi informasi yang diminta mengenai seller dan toko.
  • Pada bagian pertama, pilih jenis usaha dan masukkan nama toko.

  • Kedua, pilih status perpajakan, masukkan nama PIC, nomor telepon aktif PIC toko, nama pada NPWP, dan nomor NPWP. Lalu, unggah foto KTP PIC dan foto NPWP.

  • Ketiga, pilih nama bank, lalu masukkan nomor rekening dan nama pemilik rekening.

  • Lalu, klik Selanjutnya.
  • Berikutnya, pada tahap kedua pengisian data, Anda akan diminta untuk mengunggah dokumen PKP jika Anda adalah seller dengan PKP. Kemudian, klik Daftar Jadi Penjual.
  • Selanjutnya, Anda akan masuk ke halaman daftar syarat dan ketentuan. Baca dengan seksama dan centang kotak pernyataan bahwa Anda telah membaca dan memahaminya. Lalu, klik Selesai.
  • Tim Bhinneka akan melakukan verifikasi terhadap data yang Anda masukkan dan Anda akan langsung dialihkan ke halaman dashboard seller Bhinneka.

Demikian cara untuk daftar sebagai seller di Bhinneka. Setelah data telah berhasil diverifikasi oleh pihak Bhinneka, maka Anda bisa mulai menjajakan produk Anda di situs commerce Bhinneka dan mulai raih penghasilan dari ratusan ribu pengunjung Bhinneka setiap harinya.

Bhinneka Tambah Portofolio Produk dan Layanan B2B untuk Segmen UMKM

Platform e-commerce Bhinneka mengumumkan kolaborasi terbarunya dengan sejumlah mitra enabler untuk memperkuat portofolio produk dan layanan bagi segmen UMKM. Di antaranya adalah Mekari, Payrollbozz, Omegasoft, dan Krishand Software.

Dalam keterangan resminya, Chief of Commercial and Omnichannel Vensia Tjhin mengatakan bahwa ia menilai pelaku UMKM umumnya masih memanfaatkan sejumlah kegiatan bisnis secara manual, ambil contoh pencatatan keuangan dan pengelolaan data. Dengan shifting ke digital, pelaku UMKM dapat mengalokasikan waktu dan tenaga untuk aspek produktif lainnya.

Menurutnya, usaha perorangan pasti akan berkembang menjadi menjadi badan usaha yang akan menyerap tenaga kerja baru. Namun, sejalan dengan hal tersebut, pengembangan bisnis UMKM akan memunculkan tantangan baru, terutama terkait pengembangan tata kelola usaha.

Di samping itu, umumnya penghujung tahun menjadi momentum yang tepat bagi pelaku UMKM untuk mengevaluasi dan merencanakan bisnis di tahun depan. Maka itu, penambahan produk dan layanan ini diharapkan dapat mendorong pelaku bisnis untuk mulai bertransformasi digital sehingga mereka dapat menaikkan skala dan kapasitas bisnisnya.

“Penambahan mitra pemampu ini dapat mendorong pelaku bisnis untuk menikmati manfaat optimal dari platform Bhinneka sebagai one-stop-solution center,” ungkap Vensia.

Pada kerja sama ini, Mekari menawarkan sejumlah solusi pengelolaan biaya, pengeluaran, data transaksi pelanggan, pemasok dengan harga Rp199 ribu per bulan. Solusi-solusi tersebut akan menghasilkan sebuah laporan yang dapat membantu pelaku bisnis menyusun dan membuat keputusan strategis.

Kemudian, Payrollbozz menyediakan solusi penggajian (payroll), Krishand Software melayani aspek perpajakan (PPh21, PPN, dll), eFaktur, pengelolaan stok, dan invoice, serta Omegasoft yang menawarkan sistem pengelolaan pembayaran transaksi atau Point of Sales System (POS).

“Untuk itu, dukungan bagi UMKM diperlukan untuk mendorong mereka berinovasi, mempercepat transformasi digital, dan meningkatkan kapasitas produksi,” tambahnya.

Transformasi digital UMKM

Mengacu data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, UMKM termasuk dalam skema Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), di mana Pemerintah mengalokasikan anggoran PEN untuk UMKM sebesar RP161,2 triliun atau 21% dari total anggaran.

Ini menunjukkan bagaimana UMKM menjadi salah satu pondasi kuat perekonomian di Indonesia. Untuk membantu memulihkan ini, Pemerintah berupaya mendorong UMKM untuk go digital seiring dengan perubahan perilaku konsumsi dari offline ke online sejak pandemi Covid-19 di 2020.

Sejumlah startup SaaS di Tanah Air juga agresif mendorong pengembangan produk untuk mengakomodasi kebutuhan transformasi digital UMKM ini. Salah satunya adalah layanan POS yang dinilai dapat membantu pelaku bisnis untuk memudahkan proses pembukuan.

Dalam wawancaranya kepada DailySocial beberapa waktu lalu, CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro mengungkap bahwa POS menjadi titik mula dari berbagai kebutuhan solusi bisnis UMKM yang bakal muncul dan patut mendapat perhatian.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah UMKM di Indonesia telah mencapai 64 juta. Namun, baru sekitar 14 juta atau 22% yang menggunakan platform e-commerce per Agustus 2021.

Application Information Will Show Up Here

Business Super Ecosystem, Inovasi Bhinneka dalam Mempercepat Transformasi Ekonomi Digital

Industri perekonomian digital sejatinya merangkul seluruh sektor usaha dan bisnis di masyarakat. Tak terkecuali bagi sektor ekonomi perdagangan. Sejak digitalisasi bergulir di Indonesia, tidak butuh waktu lama bagi sektor ini untuk segera bertransformasi menjadi e-commerce, baik dalam model bisnis B2C maupun B2B.

Hampir tiga dekade lalu, atau tepatnya pada 1993, salah satu entitas teknologi yang bergerak di industri e-commerce yakni Bhinneka berdiri hingga saat ini menjadi pionir industri e-commerce di Indonesia. Perusahaan yang terkenal sebagai penyedia produk 3C (Computer, Communications, Consumer Electronics) terus menjelma menjadi market leader B2B e-commerce di Indonesia dengan menggarap berbagai layanan.

Tidak berhenti mengembangkan bisnisnya, saat ini Bhinneka sudah mempunyai 6 sektor bisnis, yaitu produk Teknologi Informasi (TI) dan Maintenance, Repair & Operational (MRO), digital printing solution, offline store dan service center, business solution, B2B2B platform marketplace, hingga digital products.

Business Super Ecosystem Bhinneka hadirkan layanan marketplace dan e-Procurement

28 tahun telah melayani Indonesia, Bhinneka terus perkokoh layanan B2B nya dengan menghadirkan inovasi baru, Business Super Ecosystem. Strategi Bhinneka menjadi pemain e-commerce B2B terdepan di Indonesia.

Ekosistem bisnis yang dibangun Bhinneka sejak akhir tahun 2019 ini membantu percepatan transformasi ekonomi digital melalui penyediaan teknologi untuk semua pelaku bisnis di segala sektor dan skala.

Konsep Business Super Ecosystem  Bhinneka adalah menghadirkan solusi bisnis dari hulu (bahan baku, barang setengah jadi) hingga ke hilir (end-products). Yakni menghubungkan para pelaku bisnis enabler mulai dari para penghasil barang, penyedia jasa, fintech dan logistik, dengan para pelanggan yang terdiri dari usaha mikro, UKM, dan enterprise. Menjadikannya ekosistem yang lebih luas dan tidak terbatas.

Business Super Ecosystem ini menghadirkan dua layanan solusi digital yakni marketplace dan e-Procurement marketplace . Kedua transformasi digital ini menyasar berbagai segmen mulai dari pemerintah daerah, swasta, akademisi/universitas hingga organisasi profesi.

Seperti contohnya Bhinneka dipercaya mengadakan marketplace di beberapa universitas dan pemerintah kota di Indonesia. Hingga saat ini, Bhinneka telah bekerja sama dengan tiga universitas dan tiga pemerintah kota. Dalam pendiriannya, dikenakan investasi 0% untuk pembuatan mini marketplace ini. Sehingga memungkinkan banyak komunitas, organisasi, lembaga, dan pemerintah menciptakan aliran pendapatan (revenue stream) baru dalam payung transformasi digital.

Beberapa hasil dari kerja sama Bhinneka dengan universitas pada bagian marketplace, akhirnya menghadirkan “SetSail BizAccel” yaitu campus marketplace President University, “Biemersshop” milik Universitas Bunda Mulia, dan “UII Gerai” milik UII Yogyakarta.

Bhinneka-Pelatihan-UMKM-Campus-Marketplace-scaled
Bhinneka bersama tim inkubator bisnis President University kepada para pelaku UMKM dari Desa Karangraharja, Cikarang, pertengahan November lalu dalam upaya pembinaan dan percepatan transformasi digital UMKM Tanah Air. (Sumber : Bhinneka.com)

Konsep pembangunan campus marketplace ini adalah menyediakan fasilitas yang dapat diakses oleh seluruh civitas akademika hingga alumni civitas akademika melakukan jual-beli. Semua juga berkesempatan menjadi merchant. Sebuah inovasi menarik yang bisa menjadi ruang belajar dan praktek langsung berbisnis karena secara tidak langsung Bhinneka menyediakan pangsa pasar untuk pelaku usaha di ranah kampus. Bahkan, sesuai komitmennya, merchant kampus pun juga masuk dalam kurasi Bhinneka untuk melayani pengadaan di program Bela Pengadaan pemerintah yang bernilai hingga Rp50.000.000,00 (Lima Puluh Juta Rupiah) per transaksi.

Di lain sisi, pemerintah kota juga menjalin kerjasama dengan e-marketplace Bhinneka yang diwujudkan dalam digitalisasi pelaku UMKM lokal guna memaksimalkan pelayanan publik dan menggenjot kebutuhan belanja daerah.

Sebab, berdasarkan catatan LKPP dalam transaksi pengadaan barang/jasa tertinggi melalui e-Katalog periode Januari 2020-Mei 2021, penyerapan anggaran belanja untuk barang/jasa dari produk impor tampak lebih tinggi, yaitu Rp31,3 triliun.

Beberapa pemerintah kota yang telah bekerja sama dengan Bhinneka guna menjawab permasalahan ini yaitu, Pemerintah Kota Mojokerto, Pemerintah Kota Ternate, dan Pemerintah Kota Surakarta.

Dalam pengembangan bisnisnya, seperti dikatakan di awal, Bhinneka juga melebarkan sayapnya dengan menawarkan layanan e-Procurement Marketplace. Layanan ini dirancang untuk memusatkan interaksi antara organisasi, pelanggan, dan vendor untuk meningkatkan kecepatan dan efisiensi proses procurement bagi segmen korporat, UKM, dan instansi pemerintah.

Dilansir dari Kontan.co.id, untuk layanan e-Procurement, Bhinneka menawarkan efisiensi biaya hingga 25% per tahun melalui platform Bhinneka Bisnis (business-to-business/B2B), dan bekerja sama dengan LKPP untuk pengadaan pemerintah dengan menawarkan 150.000 SKU dari 9.000 suppliers. Penetapan ini berlandaskan pada data Kinerja Pengadaan LKPP Per 17 Mei 2021, tentang anggaran belanja pengadaan barang/jasa pemerintah (PBJP) pemerintah daerah TA 2021 adalah sebesar Rp 606,6 triliun.

Business Super Ecosystem seperti milik Bhinneka akan jadi “The Next Big Thing”?

Melihat berbagai praktik yang telah dibangun oleh Bhinneka di atas, rasanya membuka lebar peluang bisnis yang dapat dipersonalisasi dengan mudah.

Ditambah lagi pada tahun 2020, Indonesia menjadi negara dengan skor Global Entrepreneurship Monitor’s National Entrepreneurship Context Index (GEM NECI) tertinggi. Ini berarti Indonesia merupakan negara yang sangat konduktif bagi pertumbuhan semua jenis entrepreneur. Sehingga, hal ini bisa menjadi peluang Bhinneka untuk mengembangkan bisnis nya dengan lancar.

Model B2B e-commerce seperti Bhinneka diperkirakan akan terus tumbuh besar. Menteri Perdagangan Indonesia menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi digital akan tumbuh delapan kali lipat, dari Rp632 triliun menjadi Rp4.531 triliun. Dalam hal ini, e-commerce turut andil dan memiliki peran yang sangat besar, yaitu 34% atau setara dengan Rp1.900 triliun. Diperkirakan, sektor B2B atau business-to-business juga akan tumbuh dengan besaran 13% atau setara dengan Rp763 triliun di tahun 2030.

Tingginya pengguna e-commerce di Indonesia dapat diarahkan untuk melakukan transaksi offline. Konsep Online-to-Offline (O2O) diharapkan dapat diterapkan dengan baik, sebab Online-to-offline (O2O) commerce merupakan strategi bisnis yang dapat menarik pelanggan potensial dari saluran online untuk melakukan pembelian di toko fisik. O2O dapat mengidentifikasi pelanggan di ruang online, seperti melalui email dan iklan Internet, dan kemudian menggunakan berbagai alat dan pendekatan untuk menarik pelanggan meninggalkan ruang online dan dapat melakukan transaksi offline.

Jauh sebelum bermunculan e-commerce baru yang mengimplementasi konsep O2O (online-to-offline), Bhinneka menjadi e-commerce pertama yang menawarkan konsep omnichannel dengan kanal penjualan yang terintegrasi (platform & physical store) yang diperkuat dengan 10.000+ vendors & merchants, 2.500.000 SKUs, dan total 1.500.000+ MSMEs, corporate customers, instansi pemerintah.

Seperti sebelumnya yang sukses menjadi pelopor perdagangan online, dua program pembangunan marketplace dan e-Procurement marketplace tadi menjadi upaya Bhinneka mengokohkan posisinya untuk selalu jadi yang terdepan dengan membangun Business Super Ecosystem (Ekosistem B2B2B) yang akan menjadi masa depan industri e-commerce B2B.

Dengan ini diharapkan inovasi yang dilakukan oleh Bhinneka benar dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia, serta dapat mengarahkan para pelaku UMKM melakukan digitalisasi. Pada era masyarakat digital ini sepatutnya kita memanfaatkan teknologi digital dengan maksimal.

The B2B2B Segment Proves Bhinneka as the Pioneer of B2B E-commerce

More than two decades Bhinneka has been able to solidify its position as the top of mind for B2B e-commerce brands, especially in the 3C category (Computer, Communications, Consumer Electronics). This is reflected through DSInnovate survey for “B2B Commerce Services in Indonesia 2018“, as many as 32.7% of respondents chose Bhinneka as the most popular platform, followed by Ralali, Bizzy (now a Warung Pintar Group), Mbiz, and others.

It’s not easy to maintain this position. It takes continuous innovation to stay relevant to the market. In an interview with DailySocial.id, Bhinneka’s Chief of Commercial & Omnichannel Vensia Tjhin explained, the company has a strong presence as a B2B e-commerce brand as it has consistently worked on this market.

In fact, while expanding outside of its segment, such as B2C, the platform still pays attention to its main advantage, entering the campaign as a masculine brand.

“In assortment, we slowly entered with products that are identical to the men’s choices, which are the same as the needs of corporations. Then, we enter the everything store like a marketplace in general.”

Tjhin continued, “As a B2B market leader, being strong and top of mind gives added value in providing peace of mind while shopping because Bhinneka is also a trusted marketplace.”

The industry, citing a 2018 Frost and Sullivan report, is estimated to grow by $56.3 billion globally by 2022. In Indonesia, according to the Trade Minister Muh. Lutfi is estimated to reach IDR 1,900 trillion in 2030 or more than 34% of the Indonesian digital market. In further detail, the B2B segment is predicted to contribute Rp763 trillion, including logistics and supply chain activities.

In general, Tjhin continued, Indonesia’s e-commerce industry has grown very rapidly, especially in the last 10 years, to respond to various challenges and needs of society through technology. Therefore, Indonesian e-commerce is currently divided into various segments. Since the beginning, it was known as the retail (B2C) realm, expanding to corporations (B2B), and government (B2G).

“Again, everything is possible because of technology, but the implementation characteristics indeed vary between B2C, B2B, and B2G.”

She said, the role of e-commerce is actually not just a downstream role, aka being a marketing channel for finished goods for later to end-users. As a B2B e-commerce player, he sees that with the accelerated digital transformation through the pandemic, the educational process also needs proper, transparent, and guaranteed support. Thus, in parallel the company will also get a high demand for raw materials.

Tjhin admits, the huge potential of this segment has helped Bhinneka, as a pioneer of B2B e-commerce, become a factory that spawns many talented people, therefore, they can work further into other B2B e-commerce startup models. The company continued with this step by participating in the Merdeka Campus program.

“Several projects by campus internals are products that target the B2B market. This concrete step is to educate about the different segments, as well as efforts to create ready-to-use talent in the industry.

E-procurement marketplace, best practice for B2B

Over time, the 3C category succeeded in establishing Bhinneka as a dominant player in the market since the Bhinneka.com website was first launched in 1999 until the end of 2018. It did not stop there, the company expanded into other categories, such as MRO (tools), and customized product solutions according to the business needs of customers from various sectors.

In Bhinneka’s journey since 2019, the company is focusing on serving the B2B2B marketplace segment with six business lines. It’s IT and MRO products, digital printing solutions (DPS), offline stores and service centers, business solutions, B2B2B marketplace platforms, and digital products.

In this regard, the company has developed several products, including an e-procurement marketplace, which is an open-platform and provided free of charge for all business players to process the procurement of goods/services by certain suppliers using the site/application as an interface.

The e-procurement marketplace is here to help customers sell and to do business with a complied procurement system and good governance, aimed at the corporate segment, SMEs, and government agencies. Tjhin said, this approach is actually accepted as a solution for B2B consumers that usually seed as a sector that is resistant to adapting technology.

“We first divided the B2B segment, for the large-mid with business processes exposed to the system, it tends to be easier to adapt the digital purchasing process, especially corporations that already using ERP. The adoption of this open market e-procurement is actually accepted as a solution. For the MSME market, this is very interesting, those who serve corporations are automatically in a procurement system.”

Currently, there are around 9 thousand merchants in close groups have joined the e-procurement marketplace offering more than 150 thousand SKUs. Outside the Bhinneka.com base, there are around 2 thousand individual merchants have also joined and ready to serve B2B client requests through the initial verification process.

“When on-boarding in e-procurement, they must have consistency to carry out procurement, that’s why we verify. This is to create  more satisfying customer journey and avoid problems in fulfilling requests.”

The next initiative is to encourage an innovative business ecosystem through a B2B mini marketplace by providing a Bhinneka marketplace platform to all parties in need. Whether it’s universities, communities, governments, to build economic activities from an ecosystem.

Tjhin said, Bhinneka has collaborated with a number of institutions, such as President University (Campus Marketplace), Bunda Mulia University (Biemers Shop), Mojokerto City Government (Mojokerto Marketplace), Ternate City Government (Ternate), and Solo City Government, to creation of mini marketplaces.

In the pipeline, nearly 30 educational institutions and communities are currently processing the mini marketplace through Bhinneka, two of which have officially launched. “The mature Bhinneka platform can be used easily, saving initial capital costs (the cost of creating your own platform) for campus businesses, MSMEs, including the City Government and Local Governments.”

Business contribution and future plans

Although all of the company’s products and services target all business scales, in percentage, Bhinneka’s largest business comes from B2B/G clients by 80%, and the rest comes from B2C clients. The product category that contributed the largest revenue is 3C, followed by MRO or tools.

“In terms of procurement, when the 2020 pandemic started, the business did experience an impact and there was a decline in several sectors. However, this is accompanied by an increase in other sectors, such as medical devices included in the MRO category. Masks, hand sanitizers, firing thermometers, are widely purchased until mid-2021.”

Tjhin was reluctant to explain further detail about the company’s performance using numbers. He only explained that the company continues to perform various leaning processes to be more agile and pay attention to productivity in various aspects. “With these various operations excellence activities, we are optimistic that the company can continue to grow and make profits.”

In the near future, the company will also announce several plans and strategies to firmly strengthen its position as a pioneer of e-commerce in Indonesia. “We remain focused on achieving the things we had planned, but were delayed due to the pandemic. We also have to make changes to some plans and strategies,” he concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Segmen B2B2B Jadi Pembuktian Bhinneka sebagai Pionir E-commerce B2B Terdepan

Lebih dari dua dasawarsa Bhinneka mampu mengukuhkan posisinya sebagai top of mind untuk brand e-commerce B2B, khususnya pada kategori 3C (Computer, Communications, Consumer Electronics). Hal tersebut terefleksi lewat survei DSInnovate untuk “B2B Commerce Services in Indonesia 2018”, sebanyak 32,7% responden memilih Bhinneka sebagai platform yang paling populer. Kemudian disusul, Ralali, Bizzy (kini menjadi Warung Pintar Group), Mbiz, dan lainnya.

Mempertahankan posisi ini tentu bukan hal yang mudah. Dibutuhkan inovasi terus menerus agar tetap relevan dengan pasar. Dalam wawancara bersama DailySocial.id, Chief of Commercial & Omnichannel Bhinneka Vensia Tjhin menjelaskan, perusahaan punya kehadiran yang kuat sebagai brand e-commerce B2B karena selama ini konsisten menggarap pasar tersebut.

Alhasil, ketika ekspansi ke luar segmennya, seperti B2C, tetap memperhatikan keuntungan utama tersebut, yakni masuk dengan kampanye sebagai masculine brand.

Assortment pun kami masuk perlahan dengan produk yang identik dengan pilihan para cowok, yang sama dengan kebutuhan korporasi. Dari sini kami masuk ke everything store layaknya marketplace pada umumnya.”

Vensia melanjutkan, “Sebagai B2B market leader, justru strong dan top of mind memberi nilai tambah dalam memberikan peace of mind saat berbelanja karena Bhinneka juga marketplace yang dipercaya.”

Industri ini, mengutip dari laporan Frost and Sullivan pada 2018, ditaksir bakal tumbuh sebesar $56,3 miliar secara global pada 2022. Di Indonesia saja, menurut Menteri Perdagangan Muh. Lutfi, ditaksir dapat mencapai Rp1.900 triliun di 2030 atau lebih dari 34% dari pasar digital Indonesia. Dirinci lebih detail, segmen B2B diprediksi berkontribusi sebesar Rp763 triliun, mencakup kegiatan logistik dan supply chain.

Secara umum, lanjut Vensia, industri e-commerce Indonesia tumbuh sangat pesat, terutama dalam kurun 10 tahun terakhir, untuk menjawab berbagai tantangan dan kebutuhan masyarakat lewat teknologi. Karena itu pula e-commerce Indonesia saat ini terbagi dalam berbagai segmen. Dari awalnya hanya dikenal ranah ritel (B2C), berkembang ke korporasi (B2B), dan pemerintah (B2G).

“Sekali lagi, semuanya menjadi mungkin karena teknologi, tetapi memang karakteristik implementasinya berbeda-beda antara B2C, B2B, dan B2G.”

Menurutnya, peran e-commerce ini sesungguhnya tidak hanya sekadar peran di hilir alias menjadi kanal pemasaran barang jadi untuk selanjutnya ke end-user. Sebagai pemain e-commerce B2B, ia melihat dengan transformasi digital yang dipercepat lewat pandemi, proses edukasi pun perlu dukungan yang tepat, transparan, dan terjamin. Dengan demikian, secara paralel perusahaan juga akan mendapat permintaan yang tinggi akan bahan baku.

Vensia mengakui, besarnya potensi segmen ini turut membuat Bhinneka, sebagai pionir e-commerce B2B, menjadi pabrik yang menelurkan banyak talenta berbakat agar dapat berkarya lebih jauh ke startup e-commerce model B2B lainnya. Langkah tersebut terus dilanjutkan perusahaan dengan turut berpartisipasi dalam program Kampus Merdeka.

“Beberapa project yang dikerjakan para intern kampus adalah produk yang menyasar market B2B. Langkah nyata ini untuk melakukan edukasi tentang perbedaan segmen, serta upaya mencetak talenta yang siap pakai di industri.

E-procurement marketplace, pendekatan terbaik untuk B2B

Seiring berjalannya waktu, kategori 3C berhasil mengukuhkan Bhinneka sebagai pemain yang dominan di pasar sejak situs Bhinneka.com pertama kali diluncurkan pada 1999 hingga akhir 2018. Tidak berhenti di situ, perusahaan memperluas ke kategori lainnya, seperti MRO (alat perkakas), dan juga solusi produk yang kustom sesuai kebutuhan bisnis pelanggan dari beragam sektor.

Dalam perjalanan Bhinneka sejak 2019, perusahaan sedang fokus melayani segmen B2B2B marketplace dengan enam lini bisnis. Yakni produk IT dan MRO, digital printing solution (DPS), offline store dan service center, business solution, B2B2B platform marketplace, dan digital products.

Berkaitan dengan hal tersebut, perusahaan mengembangkan beberapa produk, antara lain e-procurement marketplace, bersifat open-platform dan disediakan secara gratis untuk seluruh pelaku usaha memroses pengadaan barang/jasa oleh supplier tertentu dengan menggunakan situs/aplikasi sebagai antarmuka.

E-procurement marketplace hadir untuk membantu pelanggan dan menjual melakukan bisnis dengan sistem pembelian (procurement) yang comply dan good governance, ditujukan untuk segmen korporat, UKM, dan instansi pemerintah. Menurut Vensia, dengan pendekatan seperti ini, justru diterima sebagai solusi bagi konsumen B2B yang biasanya mendapat persepsi sebagai sektor yang resistan dalam mengadaptasi teknologi.

“Kita bagi dulu segmen B2B ini, untuk large-mid sudah memiliki bisnis proses yang ter-exposed dengan sistem, cenderung lebih mudah adaptasi proses pembelian secara digital, terutama korporasi yang sudah menggunakan ERP. Adopsi untuk e-procurement open market ini justru diterima sebagai solusi. Untuk market UMKM, ini sangat menarik, mereka yang melayani korporasi otomatis berada dalam sebuah sistem procurement.”

Tercatat saat ini ada sekitar 9 ribu merchant secara close group yang telah bergabung di e-procurement marketplace menawarkan lebih dari 150 ribu SKU. Di luar basis Bhinneka.com, terdapat sekitar 2 ribu merchant individu yang juga bergabung dan siap melayani permintaan klien B2B melalui proses verifikasi di awal.

“Saat on-boarding di e-procurement mereka harus punya konsisten untuk melakukan pengadaan, makanya kami melakukan verifikasi. Hal ini agar customer journey semakin memuaskan dan tidak ada masalah dalam pemenuhan permintaan.”

Inisiasi berikutnya adalah mendorong ekosistem bisnis yang inovatif melalui mini marketplace B2B dengan menyediakan platform marketplace Bhinneka kepada seluruh pihak yang membutuhkan. Entah itu universitas, komunitas, pemerintah, untuk membangun kegiatan ekonomi dari suatu ekosistem.

Menurut Vensia, hingga saat ini, Bhinneka telah bekerja sama dengan sejumlah institusi, seperti President University (Campus Marketplace), Universitas Bunda Mulia (Biemers Shop), Pemkot Mojokerto (Mojokerto Marketplace), Pemkot Ternate (Milik Ternate), dan Pemkot Solo, untuk pembuatan mini marketplace.

Dalam pipeline, sebanyak hampir 30 lembaga pendidikan dan komunitas sedang memroses mini marketplace melalui Bhinneka, dua di antaranya sudah resmi meluncur. “Platform Bhinneka yang sudah matang bisa digunakan dengan mudah, menghemat biaya modal awal (biaya pembuatan platform sendiri) untuk usaha kampus, UMKM, termasuk Pemkot dan Pemda.”

Kontribusi bisnis dan rencana berikutnya

Meski seluruh produk dan layanan perusahaan menyasar seluruh skala bisnis, namun secara persentase bisnis terbesar Bhinneka datang dari klien B2B/G sebesar 80%, dan sisanya datang dari klien B2C. Adapun kategori produk yang menyumbang pendapatan terbesar masih datang dari 3C masih memberikan kontribusi terbesar, diikuti MRO atau alat perkakas.

“Untuk pengadaan saat tahun 2020 pandemi dimulai bisnis memang terasa berdampak dan terjadi penurunan di beberapa sektor. Namun hal ini diiringi peningkatan di sektor lain, seperti perangkat kesehatan yang masuk kategori MRO semakin meningkat. Masker, hand sanitizer, termometer tembak, banyak dibeli hingga pertengahan 2021.”

Vensia enggan menjelaskan lebih detail terkait kinerja perusahaan dengan menggunakan angka. Ia hanya menjelaskan perusahaan terus melakukan berbagai proses leaning agar lebih gesit dan memperhatikan produktivitas dalam berbagai aspek. “Dengan berbagai kegiatan operation excellence ini, kami optimis perusahaan tetap dapat bertumbuh dan mencetak laba.”

Dalam waktu dekat, perusahaan juga akan mengumumkan beberapa rencana dan strategi sebagai untuk mengukuhkan secara tegas posisinya sebagai pionir e-commerce di Indonesia. “Kami tetap fokus dalam pencapaian hal-hal yang sudah sempat kami rencanakan, namun tertunda karena pandemi. Kami juga harus melakukan perubahan pada beberapa rencana dan strategi,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here

12 Tahun Beroperasi, Apa Kabar Dinomarket?

Seleksi alam di industri e-commerce sangat pelik dan sengit, sebab pilihannya hanya hidup atau mati. Dari sekian banyak, ada yang tutup, baru mulai mencoba, ada yang makin lama mendominasi pasar. Tokopedia dan Bukalapak termasuk angkatan perusahaan e-commerce tahun 2010-an, setelah Bhinneka dan Forum Jual Beli Kaskus di era awal 2000-an dan sebelumnya.

Satu pemain yang jarang “tampil” ke publik adalah Dinomarket. Perusahaan ini dipimpin Victor Wiguna sejak awal operasionalnya pada 2008. Saat peluncurannya, Dinomarket memosisikan diri sebagai situs e-commerce yang memberikan layanan premium untuk konsumen, meliputi keaslian produk, layanan konsumen, dan bebas risiko.

Produk yang dihadirkan memang sedari awal sudah mencakup gadget dan elektronik yang menjadi kekuatan Dinomarket hingga sekarang, selain peralatan rumah tangga, kebutuhan bayi, hingga perawatan diri. Gadget dan elektronik merupakan kategori andalan di sebagian besar layanan e-commerce karena memiliki basket size yang besar untuk per transaksinya.

Brand Dinomarket tidak sekuat rekan seangkatannya, baik dari dulu maupun sekarang. Hal ini tercermin dari data similarweb, total traffic Dinomarket dari Maret-Agustus 2021 stabil di angka 115 ribu kunjungan. Dibandingkan dengan Bhinneka, total kunjungan jauh lebih tinggi sekitar 4,67 juta kunjungan dalam periode yang sama. Berikut grafiknya:

Total traffic Dinomarket / Similarweb

DailySocial pun mencoba cari tahu perspektif umum brand Dinomarket di telinga sebagian orang melalui mini survei dari polling Twitter yang diikuti 112 responden. Meski tidak bisa menjadi acuan, namun kita bisa melihat sedikit gambaran bahwa sebanyak 70,5% responden mengatakan mereka tidak tahu Dinomarket. Sisanya 29,5% menjawab tahu apa itu Dinomarket dan pernah mencoba layanannya.

CEO Dinomarket Victor Wiguna mengakui bahwa konsumennya tidak sebanyak pemain e-commerce yang lain, tetapi diklaim jumlahnya terus tumbuh secara organik. Sehingga, meski tumbuh lambat, pelanggan lebih sticky terhadap layanan Dinomarket. Tidak disebutkan dalam angka seberapa banyak pengguna Dinomarket.

Ia hanya mengungkapkan, konsumen terbesar Dinomarket adalah pembeli produk gadget dan barang elektronik dengan basket size sekitar Rp2 juta per transaksi.

“Dengan jaminan layanan yang memuaskan dan jaminan produk yang asli bergaransi resmi. Konsep online retail memungkinkan kami bisa mengontrol dan menjamin kualitas produk. Hal ini juga yang menjadikan Dinomarket menjadi kepercayaan bagi bank-bank besar untuk melayani nasabah mereka,” kata dia kepada DailySocial.

Oleh karenanya, sambung Victor, brand awareness yang paling melekat dengan Dinomarket adalah kepercayaan yang selalu ditekankan sejak awal perusahaan beroperasi. “Dinomarket dikenal sebagai e-commerce belanja online bebas risiko. Kami menjamin 100% kepuasan berbelanja dari sisi layanan dan kualitas barang. Jaminan produk asli dan bergaransi adalah komitmen penting kami.”

Berkat landasan tersebut, Dinomarket dipercaya oleh banyak bank untuk melayani nasabah-nasabahnya melalui program loyalitas Dinopoin. Target konsumen Dinomarket justru kuat di B2B untuk penopang separuh pendapatan bisnisnya, tidak hanya B2C.

Sejumlah bank yang telah bermitra adalah Bank Mandiri, CIMB Niaga, Bank BNI, Panin Bank, Maybank, Bank BTN, OCBC NISP, dan Telkomsel. Dinopoin ini menjadi mitra penukaran poin yang berhasil dikumpulkan nasabah bank dengan berbagai penawaran. Mulai dari emas, gadget dan accessories, elektronik, dan produk kecantikan.

“Bisnis Dinomarket 50% melayani loyality program untuk puluhan juta nasabah dari berbagai bank-bank besar melalui Dinopoin.”

Sumber: Dinomarket

Menurutnya, bisnis B2B ini mampu membuat Dinomarket tetap bertahan, menjadi perusahaan yang unik, dan mampu membangun pertumbuhan yang sehat sejak awal. Bahkan, diklaim juga bahwa posisi perusahaan sudah profitable dan scalable, mampu untuk berinovasi.

Bagi dia, ketahanan startup — tumbuh sehat dan sustainable, menjadi tantangan utama bagi seorang founder. Oleh karena itu, startup dituntut untuk fokus pada produk dan inovasi agar menjadi perusahaan yang scalable dan mandiri, baik ketika belum memiliki atau sudah memiliki investor.

“Tetapi untuk mengejar pertumbuhan yang signifikan tentu tidak mudah tanpa modal baru yang besar. Kami yakin sudah berada di titik yang benar, yaitu profitable dan scalable. Kami selalu welcome untuk investor yang masih memiliki keyakinan bahwa 270 juta penduduk Indonesia masih membutuhkan e-commerce yang mampu bersaing di masa depan.”

Dinomarket juga tertutup soal pendanaan eksternal yang sudah diperoleh perusahaan. Satu-satunya pendanaan yang diumumkan adalah perolehan dana Seri A sebesar $6 juta dari Tiger Global Management, VC asal Amerika Serikat dengan portofolio Alibaba, Apple, dan Amazon, pada 2011 silam.

Saksi perkembangan industri e-commerce

Di tengah persaingan yang sengit, semua perusahaan dituntut untuk selalu berinovasi agar tetap relevan dengan konsumen. Sebagai saksi dari pertumbuhan e-commerce sejak masa dini, Victor menceritakan Dinomarket telah menyaksikan perkembangan yang begitu pesat selama 10 tahun terakhir, baik dari sisi jumlah platform yang tersedia, hingga jumlah pengguna.

Sejak awal, lanjutnya, memang sudah ada pertumbuhan pada solusi e-commerce tapi belum dapat melesat secara signifikan sampai di satu titik. Yang mana fasilitas pendukung, seperti sistem pembayaran dan logistik masuk serentak dan menjadi faktor krusial pertumbuhan industri e-commerce dapat melesat seperti roket.

“Sebagai pionir, Dinomarket boleh dikatakan mengalami semua fase. Di masa awal mengedukasi masyarakat tentang e-commerce dan mengajak agar mau melakukan transaksi. Saat itu pembayaran hanya ada bank transfer dan pengiriman hanya ada JNE. Semua serba terbatas, namun tetap ada hasil yang kita dapatkan yaitu customer-customer yang mulai mencoba berbelanja online.”

Selang beberapa tahun kemudian, mulai bermunculan pemain e-commerce lain. Banyak investor dari luar negeri mulai menjajaki, berinvestasi, dan membuat bisnis e-commerce semakin bergairah. Momentum ekosistem e-commerce untuk bertumbuh semakin melesat hingga sekarang ini.

Menurut estimasi e-Conomy SEA 2020, pasar e-commerce naik 54% menjadi $32 miliar pada 2020, dari $21 miliar pada 2019. Industri ini akan terus menjadi kekuatan utama ekonomi digital di Indonesia. Pertumbuhan momentum e-commerce pada 2020 juga tercermin dari peningkatan lima kali lipat jumlah supplier lokal yang mencoba berjualan online karena pandemi.

Tidak banyak diketahui seperti apa inovasi yang sudah dilakukan Dinomarket sejak 12 tahun operasionalnya. Namun perusahaan juga melakukan banyak penyesuaian bisnis seiring tumbuhnya ekosistem pendukung e-commerce. Salah satunya adalah memanfaatkan layanan logistik yang ada agar lebih efisien.

“Dulu saat awal kita membangun sendiri sistem logistik dan delivery. Namun sejak adanya tawaran dari layanan-layanan logistik, kami memilih bekerja sama saja agar lebih efisien.”

Dinomarket baru saja merambah secondhand marketplace yang dinamai SEKO. Dalam rencana besarnya, SEKO akan muncul di laman Dinomarket sebagai pusat sirkulasi barang gadget dan elektronik. Selain itu, ada fitur trade-in (tukar tambah) gadget dan elektronik kerja sama antara SEKO, Dinomarket, brand prinsipal, dan bank.

“Peran Dinomarket di sini [untuk SEKO] sebagai supporter sisi penggarapan teknis [layanan] e-commerce dan tentunya support fund,” terang dia.

Solusi ini bukan barang baru. Sebelumnya sudah muncul Jagofon dan Laku6 sebagai salah satu pemain e-commerce yang spesifik menjual gadget bekas. Bersama Tokopedia, Laku6 menyediakan fitur Tukar Tambah yang dapat dipilih konsumen saat ingin tukar-tambah dengan gadget yang dijual di Tokopedia.

Tidak ada pemain dominan dari era 2000-an

Bisa dikatakan tidak ada pemain e-commerce era 2000-an yang menjadi pemain dominan di pasar, terutama di B2C. Satu-satunya pemain yang sering diasosiasikan dengan produk elektronik lainnya adalah Bhinneka.com. Namun target utama mereka adalah B2B dan B2G.

Menurut Treasurer Amvesindo Edward Chamdani, strategi untuk mendominasi pasar harus didukung penuh oleh mindset dari founder itu sendiri. Apabila mindset dan strategi growth hacking kurang kuat, ditambah pula dengan sudah ada pemain yang mendominasi pasar, akan sulit untuk mengubah posisi suatu perusahaan di pasar tersebut.

Dia memberi contoh yang paling nyata adalah kehadiran Shopee. Perusahaan tersebut hadir di saat sudah ada Tokopedia dan Bukalapak yang mendominasi pasar. Akan tetapi, dengan tim yang tepat dengan eksekusi growth hacking yang rapi, kini mereka bisa memenangi di segmen yang berbeda sedikit dengan Tokopedia. Bahkan baik Shopee dan Tokopedia kini sering disandingkan satu sama lain karena gencarnya strategi growth hacking yang dilakukan oleh masing-masing tim.

Mindset itu memegang peranan yang sangat penting. Strategi growth hacking juga harus di pimpin oleh orang-orang yang mendukung,” terangnya.

Edward yang juga merupakan Managing Partner Ideosource, salah satu investor awal dari Bhinneka sejak 2015, menambahkan sosok kepemimpinan yang kuat juga turut memengaruhi sebuah perusahaan dapat bersaing atau tidak di industri. Sebab dari hal ini dapat menjadi gerbang awal dari founder dalam merealisasikan visi dan misinya dapat lebih tepat sasaran dibandingkan kompetitor.

Dia kembali mencontohkan kondisi di lapangan, kali ini melihat gaya kepemimpinan Co-Founder dan CEO Tokopedia William Tanuwijaya. Wiliam sedari awal konsisten dengan misinya yang ingin menciptakan pemerataan ekonomi secara digital dan secara terus menerus disampaikan di lapangan. Misi tersebut berhasil diterjemahkan ke dalam beragam fitur yang dirilis Tokopedia untuk para penggunanya.

“Mereka membuat fitur yang mempermudah ekosistem, merchant dimanjakan dengan fitur-fitur, tidak hanya konsumen. Jadi budget marketing mereka digunakan dengan tepat dan menjawab kebutuhan ekosistem.”

Edward melanjutkan, “Ada kemungkinan besar di permukaan, penerjemahan visi founder di lapangan yang konsisten itu adalah pemenang. Kompetitor mungkin melakukan hal yang sama, tapi kita sebagai konsumen tidak melihat fitur yang jelas. Sehingga saat mereka campaign di lapangan, kita tidak bisa melihat konsistensi tersebut.”

Khusus di Bhinneka sendiri, penerjemahan perusahaan sebagai e-commerce khusus produk IT dan elektronik untuk B2B sudah berhasil menjadi top of mind dan branding yang kuat di semua orang Indonesia. Hal tersebut bumerang bagi Bhinneka sendiri, jika mereka ingin bersaing di B2C akan sulit bersaing dengan platform yang dominan di kolam yang sama.

“Bagi konsumen B2B sudah tahu bahwa mereka bisa mengandalkan after sales di Bhinneka bila ada keluhan. Tapi bagi konsumen B2C belum tentu, walau SKU-nya sama, tapi dari kacamata konsumen ada banyak pemain yang lebih kompetitif dari segi harga daripada Bhinneka,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Perjalanan Bhinneka Pertajam Bisnis B2B2B

Bhinneka terus memperkuat posisinya sebagai pemimpin pasar e-commerce B2B di Indonesia lewat transformasinya sebagai business super ecosystem (b2b2b). Kontribusi bisnis yang didapatkan perusahaan dari segmen ini disebutkan tembus 90%, ketimbang B2C pada tahun lalu.

Chief of Commercial & Omni Channel Bhinneka Vensia Tjhin menjelaskan, transformasi ini sebenarnya sudah diumumkan sejak akhir tahun lalu lewat sejumlah rangkaian persiapan. Di antaranya, meluncurkan Bhinneka Smart Procurement, mengembangkan omnichannel O2O, dan memiliki selected merchant.

“Dan tahun ini titik untuk bertransformasi menjadi business super ecosystem. Kami ingin mengokohkan leadership kami di segmen B2B karena di situlah expertise kami, dari soal produk/jasa/solusi yang dibutuhkan untuk bisnis tetap berjalan secara efektif, hingga proses bisnis yang transparan,” jelasnya kepada DailySocial.

Posisi yang kini ditempati Vensia adalah nomenklatur baru untuk mempersiapkan model bisnis Bhinneka tersebut. Sebelum Februari 2020, ia menjabat sebagai Chief of Platform & Omnichannel.

Business super ecosystem ini secara konsep adalah ekosistem yang menghubungkan para pelaku bisnis enabler mulai dari para penghasil barang, penyedia jasa, fintech, logistik, dengan para pelanggan yang terdiri dari usaha mikro, UKM, dan enterprise.

Chief of Commercial & Omni Channel Bhinneka Vensia Tjhin / Bhinneka
Chief of Commercial & Omni Channel Bhinneka Vensia Tjhin / Bhinneka

Perusahaan mengklaim telah memiliki 1,5 juta pelanggan yang datang dari berbagai kelas usaha, termasuk institusi dan pemerintah. Di dalam platform tersebut, perusahaan mempertemukan semua kebutuhan bisnis dan memberi 1,5 juta peluang bisnis semuanya di ranah B2B2B/G.

“Para pelaku usaha dapat bergabung ke dalam Bhinneka, smart procurement yang telah kami luncurkan beberapa waktu lalu, semua ada dalam Bhinneka.com.”

Kategori produk telah ditambah, tidak hanya menjual produk IT; tapi ekstensi ke penyediaan produk MRO, solusi bisnis, dan jasa profesional yang dibutuhkan pelanggan. Beberapa pelaku usaha yang telah bergabung di antaranya adalah Markplus, Omnicom Media Group, SF Consulting, Ideoworks, dan BATS International.

Penyedia jasa lainnya akan ditambah, terutama dari segmen perpajakan, pengelolaan SDM, konsultasi marketing, riset komersial, dan lainnya.

Melalui model ini, pelaku bisnis dari beragam skala usaha dapat terhubung dengan penyedia jasa dan memanfaatkan layanan bisnis yang ditawarkan. Misalnya, melakukan konsultasi dan pelayanan pajak sejak awal bisnis; memperluas branding dan exposure; atau mendapatkan market insight melalui riset pasar yang penting dalam menyusun strategi bisnis.

Bhinneka telah menjalin kerja sama dengan lebih dari 10 ribu merchant, vendor/principal, menawarkan lebih dari 1 juta SKU di platform-nya.

Sejak memproklamirkan model bisnis ini pada akhir tahun lalu, Vensia mengklaim saat ini kontribusi bisnis terbesar buat perusahaan adalah belanja korporasi dan pemerintah tembus 90%. Sisanya datang dari bisnis konsumer (B2C).

Meski kontribusi bisnis konsumer minim, Vensia mengaku bahwa segmen ini tidak akan ditutup. Pihaknya melihat justru menjadi pelengkap posisi perusahaan sebagai pemimpin pasar e-commerce B2B.

“Bhinneka melayani konsumsi perorangan, para entrepreneurs yang belanja untuk startup, termasuk para individual, pebisnis yang ingin berjualan di Bhinneka dapat menggarap segmen konsumer dan korporasi sekaligus.”

Dia melanjutkan, “Jadi peluang-peluang usaha yang bergabung dalam ekosistem platform Bhinneka, membuka peluang untuk scale up bisnis. Apalagi kami sudah 27 tahun melayani korporasi dan institusi pemerintah, jadi compliance dalam berbisnis itu kami transform juga ke pemain UMKM.”

Dampak pandemi Covid-19

Vensia menambahkan perusahaan turut berdampak semenjak pemberlakuan PSBB hingga menjelang akhir paruh pertama tahun ini. Pandemi yang berlangsung sejak Maret menyebabkan perlambatan pertumbuhan revenue dibandingkan setahun sebelumnya (yoy). Akan tetapi, disebutkan ada pergeseran kategori produk yang mengimbangi kategori yang sebelumnya populer sebelum pandemi.

“Bhinneka dengan eksistensi produk yang disediakan via platform, kini selain IT, growth tertinggi disumbang dari MRO/perkakas dan alat kesehatan. Sementara itu, di marketplace kami mencatat lonjakan pada produk makanan dan kebutuhan harian. Jadi kami melihat ada balancing process dari kedua segmentasi.”

Perusahaan berupaya mengejar pertumbuhan bisnis dengan gencar menambah variasi pada kategori kesehatan dan perawatan. Sejak awal tahun, kategori ini tumbuh lebih dari 100% berdasarkan variasinya.

Dalam merespons kondisi normal baru, perusahaan mengembangkan produk kesehatan lainnya bersama para vendor. Misalnya, perbanyak mitra layanan kesehatan seperti test Covid-19 untuk perusahaan, menawarkan produk ThermoNex untuk mendeteksi suhu tubuh secara otomatis, terhubung dengan cloud, dan dilengkapi dengan fitur face recognition sebagai data dan terhubung dengan panel absensi.

Bermitra dengan mitra healthtech seperti Triasse dan Prixa untuk menyediakan layanan kesehatan, membuat produk Digital Classroom untuk sekolah yang ingin memaksimalkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) tanpa tim IT sendiri, dan produk Crinoid yakni multichannel management untuk bantu mengatur penjualan di beberapa marketplace sekaligus.

“Kecepatan dan agility menjadi kunci dalam menghadapi masa yang penuh uncertainties ini, kami melakukan berbagai aktivitas dan perubahan dengan menangkap peluang-peluang yang dapat segera dilakukan,” tutup Vensia.

Application Information Will Show Up Here

Menanti Tuah Normal Baru Bagi Layanan E-Commerce B2B

Pandemi membuat segala lini bisnis terdampak. Tidak hanya ritel, bisnis b2b dan bahkan anggaran belanja pemerintah pun ikut terpengaruh. Bisnis e-commerce b2b, pada khususnya, tidak luput dari pelemahan ini. Meski bisnis sempat turun, ada harapan untuk rebound mempersiapkan normal baru.

Sejumlah pemain e-commerce b2b yang DailySocial hubungi kompak menjawab bisnis turun selama dua bulan belakangan. Namun mereka meyakini ini bersifat sementara, karena sejak Juni, tepat normal baru diumumkan pemerintah, bisnis kembali bergeliat.

Di sisi lain, pandemi berhasil mengubah perspektif korporat bahwa proses pengadaan dapat dilakukan secara digital. Tak hanya transparan, mereka bisa mendapat harga lebih ekonomis dengan proses yang lebih cepat.

“Dengan adanya Covid-19, para mitra bisnis semakin terdorong untuk menggunakan layanan b2b untuk memenuhi kebutuhan IT dan operasional mereka. Ini dikarenakan saat krisis, mitra bisnis membutuhkan solusi cepat dan tepat, dengan harga ekonomis,” ucap EVP Corporate B2B Corporate Solutions Blibli Heriyadi Janwar.

Sepakat dengan Heriyadi, Co-Founder dan CEO Mbiz Rizal Paramarta mengatakan, pandemi berhasil memperlihatkan fundamental dari bisnis e-commerce b2b itu sendiri. Bahwa mereka mampu bertahan karena punya bisnis inti di bidang pengadaan barang dan jasa yang terdigitalisasi. Tujuannya untuk mempersingkat proses dan lebih transparan daripada metode manual.

Pengaruh bisnis

Rizal memaparkan, pada kuartal kedua tahun ini, penurunannya mencapai sepertiga hingga separuh dari total target bulanan. Digambarkan dalam setahun, setidaknya volume transaksi di Mbiz mencapai Rp1 triliun.

“Kita melihat ada dampak short term, pas April sebelum Lebaran ada penurunan belanja korporat terutama yang sifatnya non esensial. Overall spending capex korporat turun, tapi ada kenaikan drastis untuk kategori kesehatan sampai 2000%.”

Ia menyebut kondisi ini hanya sementara, karena pada bulan Juni mulai terjadi pemulihan, bersamaan dengan dimulainya kegiatan normal baru. “Kita menyiapkan kategori baru di bidang kesehatan dan kenaikan dari situ adalah kompensasi atas penurunan kemarin.”

Chief of Commercial & Omni Channel Bhinneka Vensia Tjhin menambahkan, perusahaan turut berdampak semenjak pemberlakuan PSBB hingga menjelang akhir paruh pertama tahun ini. Namun, diklaim perusahaan mencatat kenaikan hingga 30%.

Ini terjadi karena perusahaan tetap bermanuver perluas produk dan jasa, sehingga ada pergeseran kategori produk yang mengimbangi kategori yang sebelumnya populer sebelum pandemi.

“Bhinneka dengan eksistensi produk yang disediakan via platform, kini selain IT, growth tertinggi disumbang dari MRO/perkakas dan alat kesehatan. Sementara itu, di marketplace kami mencatat lonjakan pada produk makanan dan kebutuhan harian. Jadi kami melihat ada balancing process dari kedua segmentasi.”

Heriyadi tidak merinci penurunan seperti apa yang terjadi di Blibli. Menurutnya, Covid-19 telah memicu adopsi teknologi oleh pelaku bisnis, termasuk mitra b2b yang memerlukan solusi efisien dengan harga terjangkau agar mereka bisa menjaga keberlangsungan bisnis mereka.

Ia hanya menyatakan jumlah transaksi b2b pada bulan ini telah menyamai total transaksi yang tercatat selama keseluruhan 2019. “Ini adalah sinyal positif bagi pertumbuhan b2b untuk tahun ini.”

Sokong kategori baru

Dalam mendorong kinerja bisnis, juga mendukung kegiatan normal baru, peluang produk pendukung kesehatan paling dicari oleh semua konsumen, tidak terkecuali klien korporasi. Pemain e-commerce pun berlomba-lomba perbanyak mitra penjual alat kesehatan untuk melayani konsumen mereka.

Direktur BukaPengadaan Bukalapak Hita Supranjaya menerangkan, mereka menambah jumlah principal atau UMKM untuk menawarkan persiapan normal baru, seperti rapid test, program bundle APD, customize APD (masker dan hazmat), face recognition terminal, dan customized hand wash station.

“Kami telah menyiapkan strategi untuk terus memonitor perkembangan dan beradaptasi dengan permintaan melalui inovasi maupun kerja sama yang membantu user terpenuhi kebutuhannya,” papar Hita.

Saat ini BukaPengadaan telah terhubung dengan hampir enam juta penjual yang memiliki lebih dari 80 juta produk. Beberapa kategori diklaim menunjukkan peningkatan lebih dari dua kali lipat secara month-to-month sejak awal dimulainya pandemi ini.

Sebelum pandemi, BukaPengadaan diklaim mencatat profitabilias sebesar 500% year-on-year seiring dengan pertumbuhan jumlah konsumen b2b dan penjualan. Kategori yang paling diminati saat itu adalah gadget dan barang-barang procurement, seperti spare part mesin dan pabrik.

Semenjak pandemi, Bhinneka makin gencar menambah variasi pada kategori kesehatan dan perawatan. Sejak awal tahun, kategori ini tumbuh lebih dari 100% berdasarkan variasinya.

Dalam merespons kondisi normal baru, perusahaan mengembangkan produk kesehatan lainnya bersama para vendor. Misalnya, memperbanyak mitra layanan kesehatan, seperti test Covid-19 untuk perusahaan, menawarkan produk ThermoNex untuk mendeteksi suhu tubuh secara otomatis, terhubung dengan cloud, dan dilengkapi dengan fitur face recognition sebagai data dan terhubung dengan panel absensi.

Bhinneka bermitra dengan mitra healthtech seperti Triasse dan Prixa untuk menyediakan layanan kesehatan, membuat produk Digital Classroom untuk sekolah yang ingin memaksimalkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) tanpa tim IT sendiri, dan produk Crinoid yakni multichannel management untuk bantu mengatur penjualan di beberapa marketplace sekaligus.

“Kecepatan dan agility menjadi kunci dalam menghadapi masa yang penuh uncertainties ini, kami melakukan berbagai aktivitas dan perubahan dengan menangkap peluang-peluang yang dapat segera dilakukan.”

Sejak perusahaan mendeklarasikan tranformasi sebagai business super ecosystem akhir tahun lalu, kontribusi terbesar datang dari konsumen korporasi dan belanja pemerintah yang mencapai hingga 90%, naik dari tahun sebelumnya sebesar 80%.

Total pelanggan Bhinneka kini mencapai 1,5 juta dari level UMKM, korporasi, dan pemerintah. Ada lebih dari 10 ribu merchant, vendor/principal yang menawarkan lebih dari 1 juta SKU di dalam platformnya.

Blibli sendiri memprediksi permintaan terhadap layanan b2b akan meningkat. Perusahaan sudah menyiapkan berbagai strategi untuk mengoptimalkan layanan pada mitra bisnis. Perusahaan membuat virtual gathering bersama mitra bisnis, asosiasi-asosiasi industri, dan komunitas profesional untuk mengukur dan memahami lebih lanjut mengenai kebutuhan mereka dalam meneruskan usaha di normal baru.

“Kami menggunakan pemahaman tersebut untuk semakin meningkatkan layanan yang kami sediakan, contohnya dengan memberikan promosi khusus.”

Heriyadi mengatakan, perusahaan merancang rencana hingga akhir tahun untuk meningkatkan strategic business value dari b2b, termasuk kolaborasi dengan mitra bisnis pada transaksi offline dan online, seperti membangun microsite, memperluas varian produk, menyediakan produk bersama garansi asli. memperluas cakupan pengiriman nasional, dan menawarkan asuransi logistik.

Blibli melayani 19 mitra bisnis b2b yang bergerak di tujuh sektor, seperti layanan keuangan, perhotelan, distribusi & manufaktur, teknologi, teknologi dan IT.

Produk dan solusi yang disediakan untuk mitra bisnis tersebut dibagi menjadi dua kategori, yakni TI & pemeliharaan, dan reparasi & operasional. Di antaranya produk dan solusi mencakup client tools seperti tablet, notebook, server network seperti UPS, alat perkantoran, dan piranti lunak.

Untuk kategori operasional, Blibli menawarkan material handling, laboratorium & kimia, keamanan, alat pembersih, alat ukur dan pengetasan, dan alat berat.

Sumber : Unsplash
Produk kesehatan juga menjadi primadona belanja konsumen korporasi / Unsplash

Masuk ke pemerintah

Di sisi lain, Mbiz mengambil peluang dari pandemi dengan gencar menggaet konsumen dari kalangan pemerintah karena di sana masih dibutuhkan solusi pengadaan yang transparan. Kehadiran pemain e-procurement menjadi dorongan buat pemerintah untuk go digital.

Dari peraturan pun Perpres Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ditentukan bahwa pengadaan barang/jasa pemerintah dilakukan secara elektronik dengan memanfaatkan e-marketplace yang menyediakan infrastruktur teknis dan layanan dukungan transaksi berupa katalog elektronik, toko daring, dan pemilihan penyedia.

“Perpres ini menguntungkan pemain e-procurement. Selama ini pengadaan ada problem. Misalnya tidak transparan dan harus pakai cash. Yang kita lakukan adalah digitalisasi, semua transaksi harus digital, jadinya transparan.”

Debut Mbiz untuk melirik prospek di sektor ini sebenarnya dimulai sejak awal tahun ini. Perusahaan terpilih sebagai penyedia pengadaan untuk Pemprov Jawa Barat. Perjalanan dilanjutkan dengan Pemprov Bali baru-baru ini.

“Kita sedang dalam proses lagi untuk dua pemrov lainnya di Jawa. Bila ini berhasil, kita bisa lebih percaya diri untuk masuk ke pemprov lainnya di Indonesia.”

Keuntungan ini sebenarnya tidak hanya dirasakan buat Mbiz, tapi buat merchant, atau vendor skala UMKM memperluas cakupan penjualannya ke mana saja ke seluruh segmen konsumen Mbiz di Indonesia. Sebelum masuk ke platform, umumnya penjualan vendor hanya mencakup sekitar wilayah terdekatnya saja.

Para vendor tersebut juga bisa mengakses fasilitas layanan keuangan untuk membantu bisnis mereka melalui Mbiz. Perusahaan didukung platform pembiayaan Investree setelah mengantongi pendanaan pada akhir tahun lalu.

On Privacy and Data Security: Users Must be Aware Not to Rely only on The Platform

Recently, the news of data breach has made the highlight for dozens of digital service users in Indonesia. It is due to the platform where the data breach happens, is e-commerce with massive users, Tokopedia. Also, the latest news comes from Bhinneka.

In early May 2020, 91 million user data – several parties had proven the validity of the data and accordingly – were monitored for sale via the Dark Web for 73.5 million Rupiah. Only passwords are encrypted, while other information such as names, addresses, and contacts can be read with the naked eye. Then a few days ago, a hacker reportedly managed to infiltrate several sites, one of which was Bhinneka with 1.2 million data stolen.

This is not the first time, in previous years the cybersecurity issue has been reported several times to the public.

Incomprehensive Regulation

Regulations regarding the protection of privacy and personal data are mentioned in various laws, precisely in 32 regulations from the ITE Law, the Telecommunications Law, the Public Information Openness Act, the State Intelligence Act, to the Criminal Procedure Code. The fragmented regulation encourages the government to draft a Personal Data Protection Act – until now the status has reached the President and the Parliament, waiting to be reviewed and ratified.

“However, these laws and regulations [32 regulations] are yet to comprehensively regulate the protection of personal data. A comprehensive law is needed as a legal basis in providing protection, regulation and imposition of sanctions for personal data misuse as regulated,” said the Minister of Communication and Information Johnny G. Plate.

Regarding the recent issue of a data breach, the Minister of Communication and Information also gave his formal response after discussion with several parties, including Tokopedia and the national cyber and security agency (BSSN). “Every data hacking effort will be followed up, therefore, not to disrupt the e-commerce operational,” he further explained the details regarding the follow-up plan by the government.

Self-taught preventive steps

In fact, digital platforms such as e-commerce have certification related to information security, for example by getting ISO / IEC 27001: 2013. However, on the user’s side, they can also take several preventive steps to reduce the potential loss if the current system has been hacked.

Here are some simple preventive steps that can be done:

Perform regular application updates

Various digital applications with massive users are almost certain to experience a continuous development process. Not only a matter of adding features but also updates often rolled out to improve system performance and security to close the gaps. For this reason, it is important for users to keep the application up-to-date.

Nevertheless, for the operating system, it is strongly recommended to use the latest version supported by the device. The intensity is indeed not as often as the applications, but an update usually provides significant improvisation.

For smartphone users, application updates or operating system updates are usually done automatically when connected to a WiFi network. The user will get an update notification and approve the update process. However, for those who use mobile connectivity, updates are usually not automatic, users need to look periodically at Google Play / App Store or the update page in the system update section.

Use different passwords on each application

This tip is quite tedious for some people, but actually good anticipation if a data breach occurs in one of the applications. At least, distinguish personal account passwords such as an e-mail with passwords used for other applications. Email is crucial for recovery if an account is successfully taken over by a hacker.

The password manager application can actually help if users want to use a different password for each service. The application saves and records the password it has – some applications also make it easier when you want to login to certain services – without having to retype the password. Some examples of password management applications are LastPass or 1Password.

Then, as suggested in every digital security tips, it is highly targeted to use passwords with varying characters. For example, by including uppercase letters, lowercase letters, numbers, and symbols. Some applications have a password level indicator during the registration process.

Apply multiple authentications

For the sake of increasing security, some applications provide Multi-Factor or Two-Step Authentication features. In addition, users can choose the type of extended security, for example using a PIN, SMS token, or biometrics. The latter is very recommended, especially smartphones today are mostly equipped with fingerprint and facial recognition systems. On average, this feature is not automatically activated, the user must set it up for each application.

Be more aware of application in use

Always use an application from a credible developer, especially if the application requires personal data. Because credible developers will have discipline related to privacy and information protection policies. In addition, it’s good as the user also knows what applications are accessed from our device – for example the applications in the Play Store always informing the “Permission” section about the components of the device accessed by the application.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Soal Privasi dan Keamanan Data Jangan Hanya Andalkan Platform, Pengguna Harus Peka

Beberapa waktu terakhir kabar mengenai data breach alias pembobolan data kembali menjadi buah bibir pengguna layanan digital di Indonesia. Pasalnya pelanggaran data tersebut terjadi pada platform yang cukup masif digunakan, yakni pada situs e-commerce Tokopedia, dan baru-baru ini dikabarkan juga terjadi pada Bhinneka.

Awal Mei 2020 ini, 91 juta data pengguna – beberapa pihak sempat membuktikan validitas data tersebut dan sesuai – terpantau dijualbelikan melalui Dark Web seharga 73,5 juta Rupiah. Hanya kata sandi yang terenkripsi, sementara informasi lain seperti nama, alamat, dan kontak dapat dibaca dengan mata telanjang. Kemudian beberapa hari lalu, seorang hacker dikabarkan berhasil menyusup ke beberapa situs, salah satunya Bhinneka dengan 1,2 juta data berhasil dicuri.

Kejadian ini bukan yang pertama, di tahun-tahun sebelumnya isu keamanan siber ini juga beberapa kali terungkap ke publik.

Regulasi belum komprehensif

Beleid tentang perlindungan privasi dan data pribadi disebutkan dalam berbagai undang-undang, tepatnya ada di 32 regulasi mulai dari UU ITE, UU Telekomunikasi, UU Keterbukaan Informasi Publik, UU Intelijen Negara, sampai KUHAP. Aturan yang masih cukup terfragmentasi tersebut mendorong pemerintah menyusun UU Perlindungan Data Pribadi – hingga saat ini statusnya sudah sampai Presiden dan DPR, menunggu ditinjau dan disahkan.

“Namun peraturan perundang-undangan tersebut [32 regulasi] belum mengatur secara komprehensif mengenai pelindungan data pribadi. UU yang komprehensif diperlukan sebagai landasan hukum dalam memberikan pelindungan, pengaturan dan pengenaan sanksi atas penyalahgunaan data pribadi sebagaimana diatur,” ujar Menkominfo Johnny G. Plate.

Terkait isu pembobolan data akhir-akhir ini, Menkominfo juga memberikan tanggapan formalnya setelah melakukan pertemuan dengan beberapa pihak, termasuk Tokopedia dan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). “Setiap usaha peretasan data akan ditindaklanjuti agar tidak mengganggu jalannya e-commerce,” terangnya kendati tidak diungkapkan detail mengenai rencana tindaklanjut yang akan dilakukan pemerintah.

Langkah preventif dari diri sendiri

Sebenarnya untuk platform digital seperti e-commerce dapat mengupayakan sertifikasi terkait keamanan informasi, misalnya dengan mendapatkan ISO/IEC 27001:2013. Namun demikian, dari sisi pengguna pun dapat melakukan beberapa langkah preventif untuk mengurangi potensi kerugian jika sistem digunakan yang digunakan berhasil dibobol datanya.

Berikut beberapa langkah preventif sederhana yang dapat dilakukan:

Melakukan pembaruan aplikasi secara berkala

Berbagai aplikasi digital yang banyak digunakan pengguna hampir dipastikan mengalami proses pengembangan secara berkelanjutan. Tidak hanya soal penambahan fitur, pembaruan juga sering digulirkan untuk meningkatkan performa dan keamanan sistem menutup celah-celah yang ditemukan. Untuk itu, penting bagi pengguna tetap memastikan aplikasi selalu up-to-date.

Pun demikian untuk sistem operasi, sangat disarankan untuk menggunakan versi teranyar yang didukung oleh perangkat. Ketimbang aplikasi intensitasnya memang lebih jarang, namun ketika ada pembaruan biasanya memberikan improvisasi yang cukup signifikan.

Bagi pengguna ponsel pintar, biasanya pembaruan aplikasi atau sistem operasi dilakukan secara otomatis jika terkoneksi ke jaringan wifi. Pengguna akan mendapatkan notifikasi pembaruan dan menyetujui proses pembaruan. Namun bagi yang menggunakan konektivitas mobile, umumnya pembaruan tidak dilakukan otomatis, pengguna perlu melihat secara berkala di Google Play/App Store atau laman pembaruan di bagian pembaruan sistem.

Gunakan kata sandi berbeda di tiap aplikasi

Kiat ini cukup menjemukan bagi beberapa orang, namun sebenarnya jadi antisipasi baik jika terjadi pembobolan di salah satu aplikasi yang digunakan. Minimal selalu bedakan kata sandi akun personal seperti email dengan kata sandi yang digunakan untuk aplikasi-aplikasi lain. Email jadi krusial untuk kebutuhan pemulihan jika suatu akun berhasil diambil alih oleh hacker.

Aplikasi password manager sebenarnya juga bisa membantu jika pengguna menginginkan penggunaan kata sandi berbeda di setiap layanan. Aplikasi menyimpan dan mendokumentasikan kata sandi yang dimiliki – beberapa aplikasi juga memudahkan ketika hendak masuk layanan tertentu – tanpa harus mengetikkan ulang akta sandi. Beberapa contoh kata aplikasi pengelola kata sandi LastPass atau 1Password.

Kemudian, seperti yang disarankan di setiap tips keamanan digital, sangat diasarkan untuk menggunakan kata sandi dengan karakter yang bervariasi. Misalnya dengan menyertakan huruf besar, huruf kecil, angka, dan simbol. Beberapa aplikasi memiliki indikator tingkat keamanan kata sandi ketika proses pendaftaran.

Aktifkan autentikasi berlapis

Demi meningkatkan keamanan, beberapa aplikasi menyediakan fitur Multi-Factor atau Two-Step Authentication. Selain dengan kata sandi, pengguna bisa memilih tipe keamanan pendampingnya, misalnya menggunakan PIN, token SMS, atau biometrik. Yang terakhir ini juga cukup disarankan untuk digunakan, terlebih perangkat ponsel pintar masa kini kebanyakan dilengkapi dengan sistem sidik jari dan pengenalan wajah. Rata-rata fitur ini tidak aktif secara otomatis, pengguna harus menyetelnya secara manual di tiap aplikasi.

Lebih “aware” terhadap aplikasi yang digunakan

Selalu gunakan aplikasi dari pengembang yang kredibel, terlebih jika aplikasi tersebut memerlukan data personal. Karena pengembang yang kredibel akan memiliki disiplin terkait dengan kebijakan privasi dan perlindungan informasi. Selain itu, ada baiknya sebagai pengguna juga mengetahui apa saja yang diakses aplikasi tersebut dari perangkat kita – misalnya di aplikasi yang ada di Play Store selalu menginfokan di bagian “Permission” mengenai komponen dari perangkat yang diakses oleh aplikasi tersebut.