OnlinePajak Terapkan Blockchain, Bantu Wujudkan Transparansi Perpajakan

Belum banyak yang tahu, aplikasi OnlinePajak memungkinkan masyarakat untuk menghitung, melapor, dan menyetor pajak secara online. Layanan ini dapat dikatakan sebagai aplikasi pihak ketiga atau alternatif untuk solusi perpajakan.

OnlinePajak memiliki upaya baru mewujudkan misinya dalam menyederhanakan proses administrasi yang selama ini rumit. OnlinePajak mengadopsi teknologi blockchain untuk meningkatkan transparansi pada sistem pembayaran pajak di Indonesia.

Pengumuman implementasi blockchain ini diresmikan pada Jumat (27/4/) lalu dan turut dihadiri oleh sejumlah tokoh, seperti Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara, Sekjen Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI) Steven Suhadi, dan pengamat pajak Yustinus Prastowo.

Dalam sambutannya, Founder & Direktur OnlinePajak Charles Guinot mengatakan bahwa teknologi blockchain dapat memberikan jaminan transparansi tak hanya untuk masyarakat, tetapi juga untuk sistem pemerintahan.

“Masalah utama dalam sistem perpajakan selama ini adalah trust. Mereka selalu bertanya-tanya apakah yang pajak yang dibayarkan sudah tercatat atau belum. Sama seperti saat mau membeli properti, mereka tidak tahu kan pajak propertinya sudah dibayarkan oleh pemilik sebelumnya atau belum,” ungkap Guinot.

Sistem pembayaran pajak melibatkan sejumlah pihak, mulai dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP), Direktorat Jenderal Pembendaharaan (DJPb), Bank Indonesia (BI), bank persepsi, dan pihak ketiga lainnya.

Dalam kasus ini, pihak-pihak yang terlibat di atas akan memiliki catatan dari setiap transaksi pembayaran pajak dan dapat saling mengecek keberlangsungan pembayaran pajak. Adapun, data wajib pajak tetap terjamin kerahasiaannya.

Lebih lanjut, Menkominfo Rudiantara mengungkapkan harapannya agar teknologi blockchain dapat diadopsi secara luas, tak hanya untuk lingkungan pemerintahan tetapi juga korporasi. Menurutnya, hal ini akan memancing sektor lain untuk turut mengadopsi blockchain.

“Bagaimanapun juga masyarakat tidak mau tahu teknologinya apa, buat mereka ini ribet. Yang penting adalah manfaatnya ini ditonjolkan juga. Saya harap teknologi ini bisa diadopsi untuk urusan lain di korporasi, karena kalau ini (OnlinePajak) sukses, sektor lain akan ikut,” tutur pria yang karib disapa Chief RA ini.

Dukungan serupa diungkapkan Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI) yang baru resmi berdiri. Asosiasi ini memiliki visi untuk proaktif mendorong implementasinya mengingat implementasi blockchain masih sangat hijau di sini.

“Ini baru permulaan, tetapi kami harap dapat mengedukasi blockchain secara berkelanjutan ke pihak pemerintahan, apa saja benefit yang bisa didapat dari teknologi ini,” ucap Steven Suhadi.

Potensi Tax Payer Baru

Rudiantara juga menekankan dampak positif dari penerapan blockchain pada sistem pembayaran pajak. Misalnya, mendorong pelaku usaha over-the-top (OTT) untuk membayar pajak, termasuk pelaku usaha kelas menengah (UKM) yang berpotensi menjadi pembayar pajak baru.

“Di Go-Jek, jumlah driver-nya ada berapa? Seller di Tokopedia juga demikian, kan termasuk kelas UKM. Mereka bukan obyek pajak, melainkan peserta pajak baru. Blockchain menjadi solusi untuk mencari proses baru supaya masyarakat dipermudah [untuk membayar pajak],” tambahnya.

Pengamat pajak Yustinus Prastowo menambahkan bahwa teknologi blockchain kini dinilai menjadi solusi untuk menyederhanakan sistem perpajakan yang dianggap rumit.

“Tantangan kita saat ini adalah tax ratiotax payer-nya banyak tetapi yang kue yang diambil kecil. Kita ada 50 juta potential tax payer, tetapi 30 juta yang baru daftar. Masih ada 20 juta orang lagi yang berpotensi menjadi tax payer. Mengapa demikian? Karena masalah trust,” ungkap Yustinus.

Implementasi blockchain, menurut Yustinus, diharapkan dapat mendorong transparansi sehingga masyarakat lebih percaya dengan sistem perpajakan saat ini. Dengan kata lain, negara bisa mendapat tax payer lebih banyak.

Konferensi BlockJakarta akan Kembali Dilaksanakan, Mengeksplorasi Peluang Blockchain

Acara konferensi BlockJakarta akan kembali diselenggarakan. Kali ini akan dibahas berbagai peluang dan mekanisme implementasi teknologi blockchain di berbagai bidang. Konferensi tersebut dijadwalkan pada 9 Mei 2018 mendatang, bertempat di Ritz Carlton Pacific Place Jakarta.

Penerapan blockchain di berbagai jenis sistem akan dibahas dalam acara ini, termasuk bagaimana merealisasikan sistem kontrak, transaksi dan pencatatan di berbagai lini bisnis. Visi yang diharapkan blockchain nantinya dapat menjadi salah satu peluang transformasi digital ekonomi di Indonesia.

Di Indonesia implementasi blockchain masih menjadi hal baru. Perlu adanya eksplorasi berbagai kemungkinan peluang dan tantangan penerapannya. BlockJakarta ingin menjadi wadah untuk kebutuhan eksplorasi tersebut.

Sejumlah pembicara yang mengonfirmasi kehadirannya termasuk:

  1. Riki Arif Gunawan –  Head of Sub Directorate Technology, Directorate Information Security, Ministry of Communications & Information
  2. I Nyoman Sastrawan – Group Head of Research PPATK, Govt of Indonesia
  3. I Made Wisnu Wardhana – Financial Crime Analyst
  4. Oscar Darmawan – CEO, INDODAX
  5. Steven Suhadi – Asosiasi Blockchain Indonesia
  6. Constantin Papadimitriou – President, Pundi X
  7. Santosh Sinha – Founder, OIX Global
  8. Michael Costache – Managing Partner, KrowdMentor
  9. Dan Gailey – CEO, Synapse AI
  10. Dr Walter Tonetto – VP ASEAN, Digital Town
  11. Senior Representative – IDACB

Informasi dan pendaftaran acara ini dapat dilakukan dengan mengunjungi https://www.blackarrowconferences.com/blockjakarta-partners.html


Disclosure: DailySocial merupakan media partner konferensi BlockJakarta

Fokus Aplikasi Mecapan Jembatani Penyedia Jasa Kecantikan dan Konsumen

Makin maraknya tren layanan jasa kecantikan saat ini, melahirkan beragam konsultan kecantikan hingga make-up artist di tanah air. Melihat peluang tersebut, startup lokal yang menyasar sektor tersebut mencoba hadir menawarkan platform yang menyeluruh yaitu, Mecapan.

Aplikasi Mecapan merupakan end-to-end mobile management untuk jasa kecantikan, yang terdiri dari dua aplikasi yang berbeda, yaitu Mecapan untuk pelanggan dan Mecapan for Business untuk penyedia layanan kecantikan (beauty service provider). Aplikasi Mecapan sendiri menggabungkan penyedia jasa kecantikan home service dan beauty parlor dalam satu aplikasi.

Kepada DailySocial, CEO dan Co-Founder Mecapan Naula Kamila menyebutkan, memanfaatkan penetrasi smartphone yang tinggi di tanah air, aplikasi Mecapan kemudian diluncurkan.

“Pada tahun 2016 saya dan kedua teman saya Syifa Alsakina dan Galih Taufiqurrahman membicarakan suatu masalah yang kerap terjadi di sekitar kami. Pada saat itu kami merasa bahwa hingga saat ini, orang-orang di sekitar kami, terutama wanita, tidak memiliki kesempatan atau akses yang sama dalam memperoleh perawatan kecantikan yang mereka butuhkan.”

Ditambahkan oleh Naula, saat ini masih ada persoalan terkait dengan keterbatasan yang dimiliki oleh para pemilik jasa kecantikan untuk menyebarkan dan mempromosikan nilai jual yang mereka miliki, sehingga menyulitkan konsumen untuk menemukannya.

Cara kerja Mecapan

Pengguna dapat memanfaatkan berbagai fitur utama yang dimiliki aplikasi Mecapan, di antaranya discovery, online booking, dan scheduling. Fitur tersebut memungkinkan pengguna untuk melakukan request booking terhadap layanan jasa kecantikan yang sesuai dengan kebutuhan dan budget mereka. Mecapan juga dilengkapi dengan fitur filter berdasarkan lokasi, harga, rating dan review hingga berdasarkan besaran diskon yang diberikan oleh penyedia jasa kecantikan.

“Sejak awal 2018, penyedia jasa kecantikan atau beauty provider yang bergabung dengan Mecapan terus bertambah. Saat ini Mecapan telah menggaet lebih dari 500 beauty provider dari 12 kategori kecantikan yang datang dari berbagai kalangan, mulai dari UKM maupun bisnis yang besar dengan variasi harga yang luas di area Jabodetabek,” kata Naula.

Untuk strategi monetisasi yang diterapkan, Mecapan menerapkan Booking Fee kepada penyedia jasa kecantikan, untuk setiap transaksi yang berhasil dilakukan melalui aplikasi Mecapan.

“Di tahun 2018 ini, Mecapan memiliki target untuk membantu perempuan dapat dengan mudah mengakses jasa kecantikan dan bisa menjembatani penyedia jasa kecantikan dengan konsumen di Indonesia. Mecapan akan terus melakukan pengembangan fitur-fitur yang terdapat dalam aplikasi hingga memperluas area Mecapan ke kota-kota besar lainnya di Indonesia,” kata Naula.

Didanai oleh investor asal Malaysia

Untuk mengembangkan bisnisnya, Mecapan mendapatkan dana segar senilai RM300,000 dan menarik perhatian dari 20 investor melalui kampanye crowdfunding equity (ECF) oleh ATA Plus. Ata Plus sendiri adalah operator blockchain-enhanced yang memiliki ijin resmi dan berbasis di Malaysia. Melalui kampanye ECF, Mecapan secara langsung mendapatkan dua mitra investor strategis, yaitu Midana Capital dan Ant Internet yang nantinya akan mengakselerasi ekspansi dari Mecapan di regional dan meningkatkan teknologi.

Dalam rilisnya Co-Founder dan Director Ata Plus Kyri Andreou mengungkapkan, keberhasilan kampanye ECF Mecapan dan efeknya terhadap pertumbuhan startup saat ini.

“Kampanye ECF memiliki potensi untuk bisa membantu startup memperluas jaringan, dengan demikian peluang yang ada semakin terbuka, berdasarkan inklusi yang unik dan crowd-at-large,” kata Andreou.

Layanan Crypto Exchange Asal Korea Coinone Siap Masuk Ke Indonesia

Banyaknya masyarakat Indonesia yang tertarik cryptocurrency berhasil menarik minat Coinone, salah satu penyedia layanan cryptocurrency exchange asal Korea Selatan, untuk masuk ke pasar Indonesia. Berencana memulai debutnya di Indonesia Mei mendatang, Coinone siap membawa pengalaman dan layanan terbaik mereka masuk ke Indonesia, kemdahan dan keamanan transaksi.

Coinone awalnya fokus pada pasar Korea, dan mulai di tahun 2018 mereka mencoba menembus pasar internasonal dan masuk ke pasar Eropa, AS, Jepang, dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Menurut penuturan Head of Business Strategy Coinone Indonesia Sheila Suekto, pihak Coinone melihat Indonesia sebagai salah satu pasar yang penting untuk pertumbuhan bisnis Coinone. Menurut mereka masyarakat Indonesia tidak menolak teknologi dan inovasi baru, serta termasuk dalam masyarakat yang terbuka dalam menerima tren global. Oleh karena itu Coinone mencoba membantu agar industri blockchain dan cryptocurrency untuk bisa tumbuh di Indonesia.

“Dibanding negara lain, Indonesia merupakan negara yang menerima dan memanfaatkan dengan baik inovasi baru yang ada. Sebagai contohnya, walaupun Indonesia cenderung lama dalam menerima teknologi internet (desktop), namun, Indonesia berhasil menjadi negara yang menyerap teknologi mobile network dengan baik, bahkan dibanding negara lainnya pengguna mobile network di Indonesia sangatlah aktif. Sehingga, kami percaya bahwa teknologi blockchain yang saat ini mendapat perhatian dari seluruh dunia dan dianggap sebagai sebuah teknologi barupun akan diterima dengan baik di Indonesia dan juga dengan cepat akan diserap dan banyak digunakan sebagai teknologi yang memiliki potensial tinggi,” terang Sheila.

Coinone juga percaya bahwa teknologi blockchain memiliki potensi untuk bisa berkembang menjadi industri yang lebih besar daripada perkembangan mobile internet network. Dengan mengusung harapan untuk menjadi gerbang bagi masyarakat memahami teknologi blockchain, Coinone di awal kehadirannya menyajikan layanan crypto exchange untuk Bitcoin, Bitcoin Cash, LiteCoin, dan Qtum (jenis cryptocurrency yang baru dibawa masuk ke Indonesia).

Soal persaingan dan regulasi

Coinone bukan layanan crypto exhange yang pertama di Indonesia. Meskipun demikian, dengan bekal pengalaman mereka di Korea, mereka optimis masuk ke Indonesia. Kehadiran mereka di Indonesia diharapkan membawa efek positif bagi industri blockchain dan cryptocurrency tanah air. Mereka menganggap ini bukan persaingan, tetapi bagaimana para pemain bisa saling menyatukan kekuatan mengangkat industri blockchain tanah air.

Sebagai pemain global yang masuk ke Indonesia, selain mempertimbangkan pemain lokal Coinone juga harus melihat bagaimana regulasi dan sikap pemerintah. Untuk yang satu ini pihak Coinone menyebutkan akan tetap mematuhi regulasi yang ada.

“Beberapa institusi pemerintah di Indonesia, seperti BI, OJK, sudah sejak lama telah mempersiapkan beberapa aturan mengenai ini (blockchain dan cryptocurrency). Pemerintah di negara-negara lain memberikan respon yang berbeda-beda terhadap inovasi ini sehingga menimbulkan kebingungan. Kami rasa pemerintah Indonesia sudah melakukan langkah yang tepat dalam mempertimbangkan situasi dan potensi masa depan teknologi ini, di mana pemerintah tidak terlalu cepat, ataupun terlalu lambat, serta tidak terlalu ekstrem dalam mempersiapkan regulasi,” jelas Sheila.

Ia juga menambahkan bahwa posisi Coinone untuk saat ini adalah tetap berencana mengembangkan layanan dan industri blockchain yang diambil, sambil tetap mengikuti langkah yang diambil pemerintah, industri teknologi finansial, dan industri IT di Indonesia.

Peluncuran dan target

Menurut penuturan Sheila, Coinone telah menyiapkan acara khusus untuk memungkinkan pengguna mereka mendapatkan kupon trading gratis dan airdrop QTUM coin. Melalui masa pre-registrasi yang berlangsung mulai 16 April, pihaknya menawarkan bagi 10 ribu pengguna pertama untuk mendapatkan airdrop QTUM senilai maksimal Rp10 juta.

Sheila juga menjelaskan dua target mereka di Indonesia tahun ini. Yang pertama yaitu membangun kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap layanan Coinone dan segala jenis layanan yang diberikan dan yang kedua adalah terus menambah daftar koin baru atau blockchain baru yang reliable setiap bulannya.

“Untuk me-listing koin jenis baru mungkin bisa dilakukan oleh semua orang. Akan tetapi, untuk memilih koin mana yang terbukti aman secara teknikal, dan memiliki nilai investasi untuk jangka panjang, hanya bisa dilakukan dengan informasi dan know how yang tepat. Kedua hal inilah yang menjadi target kami di tahun pertama,” tutup Sheila.

Mengeksplorasi Potensi Pemanfaatan Blockchain di Indonesia

Melalui artikel terdahulu yang bertajuk “Mengenal Cryptocurrency dan Mekanisme Transaksinya”, DailySocial mengulas konsep dasar cryptocurrency dan cara kerja blockchain sebagai salah satu aplikasinya. Dari ulasan tersebut disimpulkan, bahwa secara umum blockchain memberikan beberapa manfaat ketika diterapkan dalam sebuah proses bisnis. Pertama, sifatnya yang terdesentralisasi dapat memperluas akses keuangan karena tidak terbatas adanya perantara dalam proses transaksi. Hal ini sekaligus menghadirkan efisiensi karena tidak ada batasan waktu dan tempat dalam operasinya.

Kedua, menciptakan solusi keuangan dengan biaya transaksi yang lebih murah –jika dibandingkan dengan rate transaksi konvensional—dengan tetap mengedepankan keamanan transaksi. Sifat mata uang crypto yang tersusun dari algoritma rumit (terenkripsi) dan divalidasi oleh jaringan yang mengusung membuat blockhain dinilai sangat aman. Dengan keunggulan tersebut, diharapkan bisnis perbankan akan menjadi yang paling merasakan disrupsi blockchain, terlepas dari penerapan riil saat ini yang masih terbatas.

Menurut Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, Eny Panggabean, penerapan blockchain di sektor finansial publik di Indonesia dapat didesain menjadi beragam bentuk. Misalnya untuk mendukung layanan pembayaran lintas negara (cross-border payment) dan remitansi melalui private blockchain. Selain yang merujuk langsung pada transaksi finansial, Eny turut menyampaikan beberapa skenario lain yang dapat didorong melalui blockchain, misalnya mencatat kepemilikan tanah, membantu rekap perdagangan saham, hingga merekam obligasi pemerintah.

Ettienne Reinecke, CTO Dimension Data Group, turut memberikan contoh penerapan blockchain yang dirasa cukup visioner dengan perkembangan digital, yakni mendukung bisnis Internet of Things (IoT). Dalam IoT platform berjalan secara real-time, pebisnis akan menghasilkan jutaan transaksi yang dikumpulkan dari mesin yang terdistribusi. Log yang dihasilkan akan sangat banyak. Jika sistem tersebut menerapkan model transaksional dan harus dikelola secara tersentralisasi, menggunakan middleware sebagai perantara,  kemungkinan besar sistem akan menjadi lambat dan mahal.

Mengenal risiko

Di balik sifatnya yang terdesentralisasi, modal blockchain juga menghadirkan beberapa risiko yang perlu dicermati. Sistem berbasis blockchain tergolong sangat “bebas”, artinya tidak ada jaminan perlindungan konsumen seperti dalam proses yang tersentralisasi (misalnya Bank Indonesia sebagai regulator). Semua transaksi dikelola di ranah publik, sehingga privasi data konsumen juga terancam tidak terjaga baik. Di luar  sistem, blockchain juga memungkinkan terjadinya kegiatan kriminal, seperti pencucian uang dan pendanaan untuk kegiatan terorisme –pihak berwenang akan sulit untuk melayak atau mengontrol kegiatan transaksi tersebut.

Salah satu tugas utama negara dalam sektor keuangan ialah menjaga stabilitas sistem yang ada. Jika blockchain tidak diregulasi, besar kemungkinan akan terjadi disrupsi yang mengganggu sistem. Kebijakan sentralisasi yang ada saat ini selalu menitikberatkan kebijakan moneter dari aturan yang dirilis Bank Indonesia. Untuk itu jika memang ke depannya akan dimungkinkan penerapan blockchain secara masif, sejak sekarang perlu ada banyak hal yang dilakukan, khususnya untuk pihak yang berkepentingan meregulasi sistem moneter di negara.

Hal krusial yang tidak pertama dilakukan ialah adanya uji coba dan melakukan pembuktian dari keandalan yang ditawarkan oleh blockchain ain. Dari situ, pemerintah perlu menyesuaikan regulasi dan menyusun aturan untuk penegakan hukum sebagai payung penyangga sistem yang berjalan, misalnya guna mencegah kegiatan pencucian uang atau korupsi. Lalu, harus ada tata kelola, manajemen risiko, dan standardisasi operasional yang kuat, tujuannya untuk menghindari fragmentasi pasar. Untuk membangun sistem blockchain sebenarnya juga diperlukan investasi yang tidak sedikit, sehingga perlu dilakukan kajian mendalam soal ROI (Return of Investment) dari penerapannya.

Studi kasus penerapan blockchain di Indonesia dan dunia

Bank Central Asia (BCA) mengklaim saat ini sudah menggunakan teknologi blockchain untuk aktivitas operasional di internal perusahaan. Visi dari penerapannya ialah untuk mempercepat transaksi pembayaran, mengurangi kompleksitas transaksi di back-office. Selain itu juga ada POS Indonesia, perseroan ini mengembangkan sebuah sistem bernama “Digiro.in”, yakni penerapan blockchain untuk layanan multicurrency atau lebih tepatnya ialah untuk evolusi layanan giro yang menjadi salah satu model bisnis yang diterapkan POS Indonesia.

Ada juga Digital Artha Media Corporation (DAM Corp), sebuah perusahaan fintech-enabler beroperasi di Indonesia yang mencoba mengembangkan solusi white label blockchain untuk membantu perusahaan di bidang finansial. Solusi yang ditawarkan diklaim mampu membantu perusahaan dalam melakukan transisi dari model bisnis tersentralisasi menjadi terdesentralisasi. Sebuah startup asal Singapura juga baru mengumumkan kehadirannya di Indonesia. Bernama Veiris, startup tersebut mengusung teknologi visual komputer berbasis blockchain guna membantu korporasi menyelesaikan proses Know Your Customer untuk meningkatkan engagement dengan para mitra.

Infografik penerapan blockchain di Indonesia / DailySocial
Infografik penerapan blockchain di Indonesia / DailySocial

Di luar negeri, blockchain juga sudah mulai terealisasi. Misalnya di Kanada, Royal Bank of Canada (RBC) sudah mengembangkan sebuah sistem berbasis Distributed Ledger Technology (DLT) yang diberi nama Hyperledger. Penerapannya sudah diaplikasikan untuk membantu transaksi dengan cabang bank di wilayah Amerika Serikat dan Kanada. Menariknya, Hyperledger didesain secara terbuka, melalui mekanisme tertentu institusi perbankan bisa terhubung ke dalamnya. Di Singapura, Bank Oversea-Chinese Banking Corporation (OCBC) menerapkan blockchain untuk membantu memuluskan transaksi antar kantor Cabang di Singapura dan Malaysia. Dengan suksesi tersebut, diklaim membuat proses transaksi hanya memakan waktu maksimal 5 menit.

Pendapat para pakar soal implementasi blockchain

Dalam sebuah kesempatan diskusi di sesi #SelasaStartup yang diselenggarakan DailySocial, salah satu pemateri Country Blockchain Leader IBM Indonesia, Juliandri Jenie, menerangkan lebih lanjut seputar implementasi blockchain di beberapa bidang. Di awal presentasinya ia menunjukkan tentang ambisi Spotify membawa blockchain di industri musik digital. Pada bulan April 2017 lalu, Spotify mengakuisisi sebuah startup blockchain bernama Mediachain Labs. Tujuannya Spotify ingin menghadirkan sebuah mekanisme perhitungan dan pembayaran royalti yang lebih adil untuk pencipta musik. Keunggulan blockchain yang ingin dikembangkan ialah untuk melacak melacak siapa pencipta lagunya, judul lagu yang sudah diciptakan, dan sebagainya, sehingga royalti dapat didistribusikan dengan lebih tepat juga.

Untuk di Indonesia Janie menjelaskan ada beberapa bidang yang dapat dioptimalkan dengan blockchain, salah satunya di bidang supply-chain. Menjelaskan soal aplikasinya, ia menuturkan:

Blockchain akan sangat terasa manfaatnya untuk perusahaan supply chain. Keuntungan yang bisa mereka rasakan adalah peningkatan visibilitas informasi logistik dan dokumentasi di seluruh rantai pemasok. Keuntungan lainnya termasuk mengurangi biaya dan risiko melalui otomasi, pelacakan yang dapat diukur dan aman terhadap risiko fisik dan kejadian dalam rantai pasokan, serta memungkinkan terciptanya model bisnis baru.”

Menjelang akhir tahun lalu, DailySocial turut hadir dalam konferensi blockchain internasional di Bali. Di sana beberapa ahli menyampaikan ide dan penemuannya soal pemanfaatan blockchain di tingkat lanjut. Salah satu praktisi blockchain yang hadir adalah Chief Scientist CyberMiles Michael Yuan. Dalam presentasinya ia menjelaskan bagaimana bisnis e-commerce dapat terbantu dengan teknologi blockchain, misalnya untuk menghadirkan efisiensi dalam manajemen identitas, termasuk membantu mewujudkan sistem pelacakan dan keaslian produk, karena semua data bisa disimpan di dalam blockchain dan disinkronisasikan ke semua jaringan. Solusi seperti itu dinilai bisa merevolusi kembali bisnis dan teknologi e-commerce.

Menurut Matej Michalko, CEO Decent, di konferensi yang sama, blockchain dinilai dapat menjadi solusi dari masalah menaun yang menghantui industri konten, yakni pembajakan. Dengan sistem blockhain, para kreator dengan mudah menjual dan mendistribusikan konten ke para penikmat konten secara langsung dengan mekanisme yang disebut dengan “data exchange”. Bayangkan jika sebuah konten dapat didistribusikan dengan enkripsi dan identitas yang unik untuk setiap penikmatnya. Ketika terjadi distribusi di luar ketentuan, pelacakannya akan lebih mudah atau bahkan menjadi mustahil lantaran sistem enkripsi yang diterapkan.

Bank Indonesia sebagai regulator

Sebagai langkah preventif, Indonesia perlu segera menyusun kebijakan baku soal blockchain. Perkembangannya tidak terlihat, namun jika melihat tren teknologi yang ada sebelumnya yang memiliki perkembangan sangat cepat, Bank Indonesia menjadi komponen kunci di sini.

Pertama, dalam kaitannya dengan perlindungan konsumen, perlu diciptakan solusi pengaduan, penanganan, atau transparansi dalam setiap proses bisnis yang diterapkan.

Infografik payung regulasi yang perlu disiapkan untuk blockchain di Indonesia / DailySocial
Infografik payung regulasi yang perlu disiapkan untuk blockchain di Indonesia / DailySocial

Bank Indonesia juga perlu menjadi trigger terjadinya kolaborasi lintas otoritas, termasuk membangun kemitraan dengan pihak internasional mengingat cakupan blockchain tidak terbatas di suatu negara. Untuk mencegah dampak negatif dalam penyelenggaraan sistem pembayaran, perlu adanya ketetapan untuk menjamin kesetaraan di sistem pembayaran yang diaplikasikan. Yang terakhir, sekaligus paling esensial, Bank Indonesia perlu menjadi penentu skala prioritas. Teknologi boleh saja maju dengan tetap mempertimbangkan perkembangan, stabilitas, dan integritas ekonomi negara.

Menurut pemaparan Bank Indonesia dalam sebuah kesempatan, pihaknya membutuhkan waktu dua tahun untuk menyelesaikan proses kajian penerbitan uang digital, kurang lebih akan selesai pada tahun 2020 mendatang. Tampaknya regulasi blockchain akan menjadi salah satu bagian di dalamnya.

Antusiasme blockchain di Indonesia sebagai sinergi tahap awal

Menyusul perkembangan blockchain yang ada di dunia dan di Indonesia, enam perusahaan blockchain lokal (Blocktech Indonesia, Blockchain Zoo, IndoDAX, Indonesian Blockchain Network, Luno, dan Pundi X) mendirikan Asosiasi Blockchain Indonesia.

Diketuai CEO IndoDAX Oscar Darmawan, asosiasi tersebut membawa sejumlah visi. Salah satunya ialah untuk mendorong kolaborasi antara pemangku kebijakan dengan pelaku usaha yang akan menggunakan blockchain dan cryptocurrency sebagai landasan teknologi.

Sebagai langkah awal, asosiasi juga telah menjadi bagian Kamar Dagang Indonesia (KADIN) untuk bersama-sama merumuskan program penyelarasan perkembangan blockchain dengan regulasi di Indonesia.

Startup Berbasis Blockchain Veiris Mungkinkan Proses KYC yang Lebih Ringkas

Veiris mengumumkan kehadirannya di Indonesia dengan mengusung teknologi visual komputer berbasis blockchain. Perusahaan berbasis di Singapura ini hadir untuk membantu perusahaan menyelesaikan proses KYC untuk para mitranya dari kalangan korporat.

Co-Founder dan CEO Veiris Anwar Yunus menuturkan selama ini perusahaan yang bergerak di sektor perbankan, fintech, wisata, serta asuransi harus mengumpulkan foto kartu identitas yang menampilkan wajah pelanggan untuk memverifikasi identitas mereka. Regulasi juga secara gamblang menyebutkan bahwa perusahaan tidak bisa menerima verifikasi pelanggan hanya lewat tulisan.

Proses ini menjadi bertele-tele dan memakan waktu yang lama, tidak hanya untuk perusahaan, tapi juga semua pihak yang terkait. Bagi perusahaan, proses pelayanan jadi terhambat karena verifikasi yang memakan waktu. Bagi pelanggan, mereka harus menunggu waktu lama sampai perusahaan berhasil membenarkan identifikasi mereka.

“Perusahaan kini bisa menggunakan ekosistem visual komputer yang terdesentralisasi, untuk memverifikasi data pelanggan dengan lebih cepat, seperti dari gambar wajah, warna dokumen, hingga informasi tulisan dengan institusi mitra. Cara ini sekaligus mengurangi risiko pemalsuan dokumen secara signifikan,” terang Anwar dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial.

Veiris, sambungnya, menghubungkan perusahaan di berbagai sektor melalui sistem Veiris Enterprise Ecosystem (VeE) yang berbasis blockchain, menjamin integritas dan kepemilikan data real-time secara penuh.

Model bisnis Veiris

Perusahaan menggunakan software development kit (SDK) agar semua informasi pelanggan tidak perlu keluar dari server perusahaan. Terdapat pula solusi penyimpanan cloud menggunakan web API dan teknologi inframe untuk perusahaan.

Teknologi KYC yang dimiliki Veiris membantu para pelaku bisnis untuk memverifikasi kebenaran identitas lewat algoritma gambar, wajah, warna, dan tulisan. Dengan demikian, perusahaan bisa mendapatkan penghasilan lebih tinggi dengan memastikan orisinalitas dan kepemilikan dokumen gambar yang akurat.

Apabila ada yang mencoba mengubah informasi atau wajah dalam kartu identitas dan paspor, ekosistem Veiris akan segera mendeteksi hal tersebut.

“Bagi pelanggan hal ini akan membuat mereka merasa lebih nyaman karena data mereka selalu terlindungi. Mereka juga bisa tahu ketika seseorang mencoba menggunakan atau mengubah data mereka. Singkatnya, Veiris membuat verifikasi jarak jauh semudah dan seakurat proses verifikasi secara face-to-face.”

Sejak hadir pada 2015, Anwar mengklaim perusahaan ini telah berkembang dengan cepat tanpa mengandalkan investasi eksternal. Saat ini Veiris sedang bekerja sama dengan para pelaku bisnis di Indonesia yang bergerak di payment gateway dan bitcoin exchange. Di saat yang sama, Veiris juga sedang beruji coba dengan beberapa bank. Dari situ, waktu tunggu bagi para pelanggan diklaim turun secara drastis.

Pada kuartal kedua tahun ini, Veiris akan mengadakan penjualan token VeE dengan harga banderol maksimal US$18 juta (Rp247 miliar) dan diadakan di beberapa bursa yang akan diumumkan dalam beberapa minggu mendatang. Penjualan tersebut digunakan untuk membangun ekosistem di bank, pariwisata, fintech, asuransi, dan perusahaan lain dengan lebih baik.

Dorong Pengembangan dan Regulasi, Asosiasi Blockchain Indonesia Resmi Berdiri

Menyusul perkembangan industri blockchain yang semakin masif di dunia, termasuk Indonesia, enam perusahaan blockchain tanah air berinisiatif mendirikan Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI). ABI resmi berdiri pada 21 Maret 2018.

Keenam perusahaan blockchain ini adalah Blocktech Indonesia, Blockchain Zoo, IndoDAX, Indonesian Blockchain Network, Luno, dan Pundi X. CEO IndoDAX Oscar Darmawan ditunjuk sebagai Ketua Umum ABI.

Dalam sambutannya, Oscar mengungkapkan bahwa teknologi blockchain sebagai teknologi generasi 4.0 diyakini menjadi salah satu pilar penting terhadap pengembangan sektor industri di Indonesia.

ABI disebut membawa sejumlah visi dan misi untuk dapat mendorong kolaborasi antara pemerintah dan pelaku usaha untuk mengembangkan teknologi blockchain dan cryptocurrency di Indonesia.

Diharapkan ABI dapat membuka dialog dengan pemerintah dan mengumpulkan data transaksi investasi yang masuk ke para pemain blockchain di Indonesia.

Sebagai langkah awal, ABI telah menjadi anggota Kamar Dagang Indonesia (KADIN). Pihaknya tengah merumuskan berbagai program sembari melakukan dialog dengan pemerintah untuk pengembangan blockchain.

Mengingat asosiasi ini baru saja berdiri, pihaknya belum memiliki data transaksi investasi yang sudah masuk dan diterima para pemain blockchain di Indonesia.

“Kebanyakan perusahaan blockchain masih berbentuk perusahaan rintisan dan teknologi ini juga masih terbilang baru di Indonesia. Makanya, kami harap asosiasi ini dapat mendorong pengembangannya,” ujar Oscar ditemui di peresmian Asosiasi Blockchain Indonesia, Rabu (21/3/2018).

Bagi Oscar, banyak kesalahpahaman terjadi pada masyarakat terhadap teknologi blockchain. Masyarakat hanya tahu bahwa blockchain itu adalah bitcoin dan mata uang crypto. Padahal, adopsi blockchain dapat diterapkan ke berbagai macam sektor industri.

“Sebetulnya tanpa kita sadari nanti di masa depan kita sudah mengadopsi blockchain untuk berbagai aktivitas kita, karena sesungguhnya teknologi ini adanya di belakang, bukan di depan,” jelas Oscar.

Yos Ginting yang ditunjuk sebagai Ketua Dewan Pengawas ABI mengatakan, pengembangan blockchain di Indonesia akan menemui sejumlah tantangan. Salah satu yang terbesar adalah regulasi mengingat teknologi ini belum memiliki payung hukum.

“Kita belum memiliki regulasi atau sistem yang sekiranya dapat berjalan berdampingan dengan pengembangan teknologi blockchain di Indonesia. Untuk itu, kami harap dapat menjadi mitra pemerintah dan swasta.”

 

IBM Ungkap Komputer Termungil Buatannya, Lebih Kecil dari Butiran Garam

Komputer mengacu pada alat yang mampu menerima instruksi, kemudian memproses perintah itu secara logis dan otomatis berbekal dukungan central processing unit dan memori. Di era modern ini, kemampuan tersebut bisa kita temui di mana-mana, dari mulai oven microwave, remote control, hingga perangkat-perangkat multi-fungsi seperti PC dan smartphone.

Kini komputer bukan hanya semakin canggih, tapi dikemas dalam ukuran yang kian mengecil. Pertanyaannya, seberapa besar ukuran komputer paling mungil ciptaan manusia? Beberapa dari kita mungkin akan menjawab: PC berwujud thumb drive atau komputer single-board. Namun belum ada yang berhasil menyamai kreasi IBM Research ini. Dalam konferensi IBM Think 2018 ditanggal 19 Maret 2018, perusahaan teknologi asal Amerika itu menyingkap PC berukuran lebih kecil dari butiran garam.

Tentu saja ia tidak bisa digunakan untuk bermain Overwatch atau Call of Duty. Komputer super-mungil ini dirancang sebagai crypto-anchor dalam menunjang blockchain, disiapkan buat membantu melacak pengiriman barang serta mendeteksi percobaan pencurian atau penipuan. Ia dapat dibubuhkan ke berbagai produk, bermanfaat jadi sidik jari digital anti-tamper, dan bisa melakukan tugas dasar semisal menyortir data.

Komputer mini IBM mempunyai dimensi 1×1-milimeter, berisi ‘beberapa ratus ribu’ transistor dan ditunjang oleh random-access memory statis (SRAM). Selain itu, tim IBM Research turut membubuhkan fitur komunikasi berupa LED dan photo-detector, serta mencantumkan sel photo-voltaic sebagai unit penghasil tenaga. Kabarnya, komputer tersebut mempunyai performa setara chip x86 tahun 1990.

IBM 1

Via Mashable, head of research IBM Arvind Krishna mengestimasi bahwa dalam lima tahun lagi komputer cryptographic anchor akan dicantumkan ke benda sehari-hari. Metodenya bisa jadi sangat sederhana, misalnya dengan mencoretkan tinta khusus atau sekadar menyematkan komputer mini tersebut pada barang. Jika perkiraan Krishna tepat, maka dalam waktu dekat kita akan melihat kelahiran lebih banyak komputer ‘butiran garam’.

IBM belum mengungkapkan harga dari kreasinya itu dan kapan mereka akan mulai merilisnya, namun kabarnya, biaya ongkos produksi komputer crypto-anchor ini kurang dari 10 sen.

Mungkin Anda penasaran mengapa gambar header artikel ini menunjukkan chip berukuran ‘cukup besar’, bukan 1x1mm. Papan kecil tersebut sebetulnya ialah kumpulan dari 64 motherboard dengan dua komputer mungil IBM di pojok kiri atasnya. Rekor komputer terkecil di dunia sebelumnya dipegang oleh Michigan Micro Mote, berukuran 2-milimeter.

Di bawah ini adalah gambar komparasi komputer IBM dengan butiran-butiran garam.

IBM 2

Sumber: Mashable.

Bitcoin.co.id Ubah Nama Menjadi INDODAX

Bitcoin Indonesia atau dikenal dengan Bitcoin.co.id kini resmi berganti nama sebagai INDODAX (Indonesia Digital Asset Exchange). Dengan wajah baru ini INDODAX berharap bisa tetap menjawab tingginya minat dan kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap layanan pengelolaan aset digital.

INDODAX akan tetap bisa melayani jual dan beli aset digital seperti Bitcoin, Ethereum, Ripple, dan beberapa cryptocurrency lainnya. Dalam keterangan resminya, INDODAX menyampaikan bahwa pihaknya berusaha mengedepankan keamanan, kemudahan, kecepatan, dan pelayanan yang memuaskan dalam setiap transaksinya. Dengan wujud terbarunya ini memungkinkan pengguna untuk membeli atau menjual aset digital setiap saat, 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu, termasuk juga pada saat hari libur.

“Kami percaya bahwa teknologi digital asset dapat memberikan dampak positif yang besar terhadap ekonomi. Kini peranan digital asset di Indonesia sebagai salah satu media spekulasi pun semakin berkembang, khususnya dengan makin berkembangnya teknologi blockchain. INDODAX hadir untuk membantu pelanggan dalam memberikan tempat untuk membeli dan menjual digital asset dengan cara yang mudah, aman dan cepat,” terang CEO INDODAX Oscar Darmawan.

Keamanan dan transparansi dalam bertransaksi digital asset menjadi fokus utama INDODAX. Salah satu perwujudannya adalah dengan peraturan yang diterapkan oleh perusahaan di mana setiap orang yang ingin membeli atau menjual digital asset melalui INDODAX harus mendaftarkan diri sesuai dengan data pribadi yang sah untuk menghindari munculnya tidak kriminal.

Selain itu pihak INDODAX mengklaim bahwa mereka didukung dengan teknologi blockchain yang membuat semua aset digital dan perpindahannya dapat dilacak dengan lebih mudah. Karena semua transaksi yang terjadi tercatat secara elektronik di dalamnya.

Saat ini INDODAX mencatat sudah memiliki 1,1 juta anggota terdaftar yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Rata-rata pertumbuhan baru pun mencapai angka 3000 per hari dengan rata-rata volume transaksi yang sekarang terjadi mencapai 100 miliar rupiah.

“Hingga saat ini, terdapat berbagai pilihan digital asset yang dapat dibeli dan dijual seperti Bitcoin, Bitcoin Cash, Bitcoin Gold, Ethereum, Ripple, Dogecoin, Litecoin, Bitshares, NXT dan NEM, serta DASH. Kami akan terus melengkapi produk yang kami tawarkan agar dapat terus memenuhi kebutuhan pengguna,” terang Oscar.

Application Information Will Show Up Here

Mengenal Cryptocurrency dan Mekanisme Transaksinya

Istilah cryptocurrency makin diperbincangkan pasca meningkatnya berbagai jenis uang virtual seperti Bitcoin mulai banyak diminati sebagai investasi karena nilainya yang terus meningkat secara fluktuatif. Artikel ini akan mengulas tentang konsep dasar cryptocurrency, bagaimana sistem di dalamnya bekerja, fakta-fakta berkaitan dengan sistem tersebut, dan apa yang coba ditawarkan sebagai sebuah disrupsi dalam tatanan bisnis finansial.

Pengertian cryptocurrency

Secara etimologis, cryptocurrency tersusun dari dua kata, yakni crypto yang merujuk pada cryptography atau bahasa persandian dalam dunia komputer dan currency yang merujuk pada nilai mata uang. Dapat ditarik definisi bahwa cryptocurrency adalah sebuah mekanisme mata uang digital yang dapat digunakan untuk bertransaksi secara virtual (melalui jaringan internet) yang dilindungi sebuah persandian komputer yang rumit.

Lantas apa yang membedakan dengan mata uang yang saat ini umum digunakan, seperti mata uang Rupiah, yang juga sudah banyak digunakan untuk transaksi secara digital? Cryptocurrency memiliki sifat terdesentralisasi, sedangkan model transaksi yang selama ini sering digunakan dalam masyarakat sifatnya tersentralisasi.

Berikut penjelasan tentang perbedaan dua sifat tersebut dalam sebuah studi kasus.

Sifat tersentralisasi dicontohkan pada model transaksi yang selama ini sering digunakan oleh masyarakat. Misalnya dalam kasus ini dicontohkan orang tua yang ingin mengirimkan uang kepada anaknya di perantauan, maka yang ia lakukan ialah menggunakan layanan perbankan (ATM, Mobile Banking, atau datang langsung ke bank terkait) lalu mentransfer sejumlah uang ke nomor rekening anaknya tersebut. Transaksi tersebut pada dasarnya dilakukan melalui perantara bank dan layanan yang dipercaya.

Jadi prosesnya uang yang ditransfer sebenarnya masuk ke bank terlebih dulu, lalu diteruskan ke penerima. Prosesnya real time sehingga perpindahan tersebut tidak terasa. Namun yang cukup dirasakan justru karena prosesnya melalui perantara, maka ada imbalan yang harus dibayarkan, yakni berupa biaya administrasi, baik yang dikeluarkan saat itu juga (jika mengirimkan ke rekening bank yang berbeda) atau dalam biaya administrasi yang dikenakan setiap bulan.

Ilustrasi proses transaksi keuangan yang tersentralisasi
Ilustrasi proses transaksi keuangan yang tersentralisasi

Sedangkan sifat terdesentralisasi artinya tidak ada yang menjadi penengah atau pihak khusus yang menjadi perantara. Transaksi dilakukan secara peer-to-peer dari pengirim ke penerima. Seluruh transaksi dicatat dalam komputer yang berada di jaringan tersebut, di seluruh dunia, atau disebut dengan miner (penambang yang ikut membantu mengamankan dan mencatat transaksi di jaringan). Miner sendiri akan mendapatkan komisi dengan uang virtual yang digunakan, namun tidak semua orang bisa menjadi miner, karena dibutuhkan keahlian khusus dengan pemrosesan komputasi yang rumit untuk memecahkan kriptografi yang digunakan. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa para penambang cryptocurrency umumnya menggunakan komputer berspesifikasi tinggi dan khusus.

Ilustrasi proses transaksi keuangan yang terdesentralisasi
Ilustrasi proses transaksi keuangan yang terdesentralisasi

Sifat desentralisasi ini yang menjadi DNA sistem Blockchain. Pada dasarnya Blockchain menjadi platform yang memungkinkan mata uang digital cryptocurrency dapat digunakan untuk bertransaksi.

Pengertian Blockchain

Blockchain adalah sistem pencatatan atau basis data yang tersebar luas di internet, sering disebut juga sebagai distributed ledger. Setiap transaksi yang dicatat juga dapat dilihat oleh seluruh pengguna internet. Jadi Blockhain juga bisa didefinisikan sebagai sebuah buku besar yang bisa diakses oleh siapa saja, termasuk orang yang tidak melakukan transaksi. Blockchain juga memiliki beberapa ciri khas dalam melakukan transaksi dan pencatatan, yakni sebagai berikut:

  1. Memiliki perhitungan yang lebih logis

Pada dasarnya Blockhain adalah sesuatu yang dapat dihitung secara matematis, karena blok-blok yang ada di dalamnya berbentuk kode yang dapat diterjemahkan dan diverifikasi developer. Algoritma di dalamnya membuat nilainya bisa lebih terukur, berbeda dengan mata uang yang sehari-hari digunakan saat ini. Misalnya USD, nilainya biasanya dikontrol oleh Bank Sentral di Amerika Serikat. Mereka bebas untuk mencetak seberapa banyak yang dalam masa tertentu, termasuk implikasi suku bunga.

Berbeda dengan cryptocurrency, karena berbasis perhitungan matematis yang terstruktur, bahkan jumlah sebaran mata uangnya pun dapat diprediksikan. Sehingga semua orang bisa tahu, tiga tahun lagi akan ada berapa banyak uang digital yang ada di dunia. Bahkan nilai inflasinya pun dapat dikalkulasi dengan baik. Salah satu gambaran pertumbuhannya dapat diakses dalam grafik berikut: https://bashco.github.io/Bitcoin_Monetary_Inflation.

Proyeksi jumlah dan inflasi Bitcoin
Proyeksi jumlah dan inflasi Bitcoin
  1. Memiliki keamanan yang mumpuni

Manfaat sifat terdesentralisasi Blockchain adalah tidak ada data yang dipusatkan di satu tempat. Semua tersebar ke server para miner, alias para penambang yang ikut membantu mengamankan jaringan Blockchain. Untuk menjadi miner pun mereka harus secara akurat memecahkan algoritma perhitungan yang ada, sehingga tercipta blok baru (dengan komisi berupa nominal uang digital). Karena informasinya tersebar, jika ada hacker yang mencoba membobol sistem pun mereka harus bisa minimal mengontrol 50% dari komputer miner yang ada di jaringan.

Cryptocurrency yang ada saat ini

Ada beberapa jenis cryptocurrency yang saat ini sudah banyak digunakan, misalnya Bitcoin, Ethereum, Litecoin, Monero, atau Ripple. Bitcoin menjadi uang digital yang pertama kali diluncurkan, dan saat ini menjadi yang paling bernilai. Salah satu keunikannya, Bitcoin ini hanya diciptakan sampai 21 juta koin saja (diprediksikan baru akan habis ditambang pada tahun 2140 mendatang), ini merupakan protokol yang tidak dapat diganggu gugat karena sudah menjadi kesepakatan sejak awal.

Adanya batas sebaran yang sudah pasti, membuat Bitcoin tidak bisa dipalsukan ataupun mengalami inflasi. Bitcoin turut menjadi awal baru dari transformasi finansial. Dengan Bitcoin memungkinkan orang untuk melakukan transaksi secara global dengan perangkat komputasi, tanpa perlu adanya perantara seperti bank atau layanan lainnya.

Yang saat ini tak kalah populer adalah Ethereum, yang diciptakan Vitalik Buterin pada tahun 2015. Konsepnya hampir sama dengan Bitcoin, karena sama-sama dibangun pada jaringan Blockchain. Di sini para miner bekerja untuk mendapatkan Ether, mata uang cryptocurrency yang membantu menjalankan jaringan Ethereum.

Untuk konsep transaksi yang terdesentralisasi, Ethereum dapat memanfaatkan Decentralized Autonomous Organization, sebuah badan kepengurusan transaksi yang dijalankan sepenuhnya oleh kode pemrograman dan smart contract yang tidak ada pusat otoritas dan kontrol. Tidak ada pihak ketiga yang bisa mengubah data yang telah tersimpan ke dalam jaringan Blockchain.

Selain dua jenis koin di atas, masih sangat banyak koin alternatif dengan karakteristiknya masing-masing. Menurut Coinmarketcap.com, saat ini sudah lebih 1560 jenis mata uang digital berbasis cryptocurrency yang tersebar di seluruh dunia.

Yang mempengaruhi nilai cryptocurrency

Mata uang cryptocurrency fluktuasi nilainya didasarkan pada beberapa kondisi, salah satunya karena ketersediaan/kelangkaan. Namun kadang nilainya juga meningkat atau turun karena kepercayaan dan penggunaan di kalangan komunitas penggunanya. Secara umum naik turunnya nilai cryptocurrency dipengaruhi oleh mekanisme pasar.

Fluktuasi niai tukar Bitcoin satu tahun terakhir
Fluktuasi niai tukar Bitcoin satu tahun terakhir

Sayangnya pasar cryptocurrency memiliki volatilitas atau tingkat perubahan yang cukup tinggi, sehingga sangat fluktuatif. Jika banyak orang menginginkan mata uang tersebut dan nilainya tidak terlalu banyak, maka nilainya juga akan meningkat. Faktor lain kadang turut mempengaruhi. Serangan WannaCry beberapa waktu lalu secara tidak langsung turut meningkatkan gejolak nilai, karena memaksa pengguna untuk melakukan pembayaran melalui cryptocurrency.

Mekanisme transaksi

Konsep dasarnya dalam setiap transaksi cryptocurrency, seluruh jaringan akan mencatat histori yang berjalan, termasuk besaran transaksi dan saldo yang dimiliki. Misalnya seseorang telah berhasil melakukan transaksi dan dikonfirmasi oleh penerima, maka seluruh jaringan yang terhubung ke Blockchain tersebut akan langsung mengetahui informasi yang berisi penjelasan bahwa telah terjadi transaksi sejumlah tertentu dan telah ditandatangani secara digital dengan memberikan private key ke dalam sistem.

Konfirmasi penerima menjadi hal yang sangat krusial dari sebuah transaksi cryptocurrency. Transaksi yang terkonfirmasi tersebut disimpan ke dalam wadah yang disebut Blocks. Catatan transaksi sifatnya permanen, tidak dapat diubah, dibajak, atau dipalsukan dan menjadi bagian dalam sebuah rantai blok atau Blockchain. Sifat permanen tersebut yang membuat cryptocurrency transaksinya immutable alias tidak bisa dibatalkan saat sudah dikirim.

Cryptocurrency di Indonesia

Bank Indonesia secara eksplisit sudah menyatakan larangan terhadap cryptocurrency untuk kegiatan transaksi atau tidak diakui menjadi alat pembayaran yang sah. Pernyataan tersebut didasarkan pada undang-undang yang menyatakan bahwa alat pembayaran yang diterima di Indonesia hanya menggunakan Rupiah. Yang perlu digarisbawahi adalah uang virtual cryptocurrency tidak dianggap ilegal, hanya transaksinya yang tidak diperbolehkan.

Sejauh ini kebanyakan orang di Indonesia masih memanfaatkan cryptocurrency untuk sekedar dimiliki (investasi), karena untuk transaksinya pun masih cukup terbatas. Tidak banyak merchant yang menerima pembayaran dengan cryptocurrency.

Pelarangan tersebut salah satunya didasari kekhawatiran akan potensi kejahatan cryptocurrency. Internet Development Institute (ID Institute) mengungkapkan setidaknya ada tiga hal yang mungkin terjadi, yakni private key, ransomware, dan ancaman fisik ke pemilik dompet. ID Institute mencontohkan, aspek kerentanan pada sistem Blockchain yang digunakan  Bitcoin ada potensi penyisipan malware yang sangat besar. Miner butuh sumber daya besar untuk mengelola block, aspek tersebut berisiko penyebaran ransomware ke komputer yang ada di bawah kendalinya.

Pandangan berbeda disampaikan Country Blockchain Leader IBM Indonesia Juliandri Jenie. Dalam sebuah sesi #SelasaStartup ia mengatakan bahwa sifat ledger dalam Blockchain itu dapat dilihat ke orang lain namun pada saat yang sama tetap aman karena tidak bisa diubah oleh sembarang orang. Ini menjadi keuntungan, karena bisa membuat integrasi bisnis antar perusahaan jadi lebih efisien. Semua orang bisa saling percaya karena seluruh data dapat terekam dengan baik, dapat dilihat oleh orang lain meski perlu ada akses khusus terlebih dulu.

Saat ini beberapa perbankan dan instansi besar di Indonesia mulai mengeksplorasi potensi Blockchain sebagai platform yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas, meskipun tidak mengikutsertakan cryptocurrency di dalamnya.