Binance dan MDI Ventures Bentuk Konsorsium untuk Bangun Platform Pertukaran Aset Digital

Platform pertukaran mata uang kripto Binance membentuk konsorsium melalui joint venture dengan MDI Ventures untuk mengembangkan platform pertukaran aset digital di Indonesia. Kolaborasi ini merupakan bagian dari strategi lebih luas Binance untuk membangun ekosistem blockchain di Indonesia.

Dalam keterangan resminya, Founder &  CEO Binance Changpeng Zao mengungkap ambisinya untuk mendorong pertumbuhan ekosistem blockchain dan mata uang kripto (cryptocurrency) secara global.

“Dengan kecepatan adopsi teknologi dan potensi ekonomi yang kuat, Indonesia dapat menjadi salah satu pusat ekosistem blockchain dan kripto yang memimpin kawasan Asia Tenggara. Dengan pengalaman mendalam mereka di pasar, kami yakin dapat memberikan produk unggulan bagi pengguna,” ungkap Zao.

Sementara itu, CEO MDI Ventures Donald Wihardja mengatakan, sebagai kendaraan investasi Telkom, pihaknya ingin berpartisipasi dalam perjalanan mengembangkan blockchain, aset kripto, mata uang kripto, dan teknologi turunannya. Menurutnya, semua itu akan memainkan peran penting dalam keuangan dan infrastruktur digital lainnya di masa depan.

“Kami tidak sabar untuk tumbuh bersama Binance dan mitra investasi kami, serta menjembatani segala kesempatan dan teknologi dengan Telkom untuk membantu upgrade kapabilitas infrastruktur digital di Indonesia,” papar Donald.

Sebagai informasi, Binance merupakan penyedia infrastruktur blockchain dan cryptocurrency global yang menawarkan berbagai produk keuangan, mencakup pertukaran aset digital berbasis volume. Binance memiliki misi untuk meningkatkan kebebasan uang bagi pengguna dan menampilkan portofolio produk kripto, termasuk trading, keuangan, pendidikan, hingga investasi.

Sementara, MDI Ventures merupakan kendaraan investasi dengan nilai $830 juta milik operator telekomunikasi terbesar di Indonesia PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (IDX: TLKM), yang juga anak usaha BUMN. MDI berinvestasi di vertikal bisnis startup yang bervariasi, mulai dari logistik, fintech, consumer tech, hingga deep IT.

Secara kolektif, konsorsium ini telah mengembangkan ekosistem teknologi digital dan keuangan terbesar di Indonesia, serta memiliki akses ke lebih dari 170 juta konsumen di negara dengan penduduk terbesar keempat di dunia ini.

Kerja sama korporasi

Menarik melihat upaya Binance merangkul Telkom melalui MDI Ventures. Pasalnya, Binance kebanyakan menggandeng startup, baik melalui aksi akuisisi, kemitraan, dan investasi, untuk beroperasi. Salah satunya adalah investasinya ke platform jual-beli kripto Tokocrypto pada 2020.

Sementara, Telkom termasuk perusahaan korporasi berskala besar yang juga dimiliki pemerintah. Per semester I 2021, Telkom memiliki 8,3 juta pengguna broadband dan 169,2 juta pelanggan mobile dari anak usahanya Telkomsel. Di luar bisnis telekomunikasi, Telkom melalui MDI Ventures telah mendanai lebih dari 50 startup di 12 negara, di mana 28 di antaranya berasal dari Indonesia.

Binance sendiri belum memiliki izin beroperasi di negara manapun. Beberapa negara sudah mengeluarkan peringatan terkait aksi Binance, seperti di Belanda dan Malaysia. De Nederlandsche Bank (DNB) sempat mengeluarkan surat peringatan kepada Binance terkait kegiatan operasionalnya yang dianggap ilegal.

Tindakan serupa juga dilakukan oleh pemerintah Malaysia. Meski sudah masuk ke dalam Daftar Peringatan Investor pada Juli 2020, Binance telah dianggap beroperasi secara ilegal karena mengoperasikan crypto exchange.

Legacy Adalah Game NFT Ciptaan Kreator Populous dan Black & White

Game NFT terus bermunculan bagai jamur di musim hujan. Yang terbaru dan dijadwalkan hadir tahun depan adalah Legacy, game NFT bikinan 22cans. Tidak pernah mendengar nama studio tersebut? Well, mungkin Anda bakal lebih familier dengan pendirinya, Peter Molyneux.

Peter boleh dibilang merupakan pionir di genre god game lewat seri Populous dan Black & White, dan ia sekarang ingin mengawinkan formula tersebut dengan tren blockchain gaming. Namun ketimbang memakai istilah game NFT, Peter dan timnya lebih memilih mengategorikan Legacy sebagai sebuah “blockchain business sim”.

Dalam Legacy, pemain bakal diajak untuk menciptakan produk dan bangunan digital dari ribuan komponen yang tersedia. Selesai dikonsepkan, produknya bakal diproduksi dan siap diperjual-belikan dengan para pemain lain. Legacy juga bakal menghadirkan sejumlah in-game event dan kompetisi yang akan menguji keterampilan mendesain pemain, sekaligus kemampuan manajemen kotanya.

Namun seperti halnya Axie Infinity dan beberapa game NFT lain, Legacy memerlukan sejumlah modal awal untuk mulai bermain. Modal tersebut adalah untuk membeli aset NFT berupa lahan virtual yang akan dikembangkan menjadi bisnis di dalam game.

Juga seperti Axie, Legacy bakal menerapkan semacam sistem scholarship. Jadi setelah membeli lahan NFT, Anda bakal memiliki akses ke sejumlah Legacy Key. Semakin besar luas lahannya, semakin banyak jumlah Legacy Key yang didapat. Item ini kemudian bisa dipinjamkan ke orang lain, dan mereka otomatis bakal menjadi mitra bisnis Anda selaku sang pemilik lahan, dengan sistem bagi hasil tentu saja.

Semua ini bakal melibatkan mata uang crypto baru bernama LegacyCoin (LEGACY) yang beroperasi di jaringan Ethereum. Meski game-nya masih belum dirilis, lahan-lahan NFT-nya rupanya sudah dijual melalui platform Gala Games, dan sebagian besar juga sudah sold out, termasuk yang paling langka yang laku dengan nilai setara hampir $900 ribu. Cukup sinting untuk sebuah game yang belum bisa dimainkan sama sekali.

Sumber: Gala Games via VGC.

Ubisoft Luncurkan Quartz, Platform NFT untuk Deretan Game-nya, Dimulai dari Ghost Recon Breakpoint

Suka atau tidak, tren game NFT tidak akan ke mana-mana. Malahan, sekarang sudah ada salah satu nama terbesar di industri video game yang resmi terjun ke segmen baru ini: Ubisoft. Perusahaan asal Perancis itu baru saja memperkenalkan Quartz, sebuah platform yang dirancang agar para pemainnya bisa mendapatkan aset NFT bernama Digit.

Melalui siaran pers, Ubisoft menjelaskan bahwa Digit merupakan in-game item unik yang hanya akan dirilis dalam beberapa edisi dengan jumlah terbatas. Digit bersifat kosmetik dan tidak akan berpengaruh sedikit pun ke gameplay, bisa berupa skin kepala, senjata, atau bahkan kendaraan. Setiap Digit bakal dilengkapi nomor serinya masing-masing yang bisa dilihat oleh pemain lain di dalam game.

Sebagai aset NFT, setiap Digit pastinya datang membawa sertifikat kepemilikan yang tersimpan di blockchain. Tentu saja, Digit juga bisa dijual ke pemain lain jika mau, dan blockchain akan selalu mencatat nama setiap pemain yang sempat memiliki aset tersebut.

Untuk sekarang, Quartz masih berstatus beta, dan Digit baru tersedia buat game Tom Clancy’s Ghost Recon Breakpoint di PC. Untuk bisa mendapatkan Digit, pemain harus mencapai setidaknya XP Level 5 dan berusia 18 tahun ke atas. Ini berarti Digit tidak bisa dimiliki sembarang orang yang bukan pemain.

Kalau ingin mendapatkan atau membeli Digit, Anda harus memainkan game-nya dulu selama beberapa waktu. Hal ini sengaja dilakukan demi menghindari mereka yang hanya mengejar nilai investasi Digit semata. Setiap pemain juga hanya bisa memiliki satu unit Digit dari suatu edisi, dan ini tentu bakal berkontribusi langsung ke nilai kelangkaan tiap aset Digit.

Quartz sebagai langkah awal membangun metaverse

Quartz merupakan hasil riset dan pengembangan Ubisoft selama empat tahun. Satu aspek penting yang tidak lupa mereka perhatikan adalah terkait efisiensi energi. Itulah mengapa mereka memilih menggunakan blockchain Tezos ketimbang Ethereum. Sebagai informasi, Tezos mengandalkan mekanisme Proof-of-Stake yang memerlukan lebih sedikit energi untuk beroperasi ketimbang mekanisme Proof-of-Work yang digunakan Ethereum maupun Bitcoin.

Didier Genevois, Blockchain Technical Director Ubisoft, menjelaskan bahwa satu transaksi di Tezos mengonsumsi energi yang kurang lebih sama besarnya seperti streaming video selama 30 detik. Ini kontras dengan Bitcoin, yang satu transaksinya diestimasikan mengonsumsi energi yang sama besarnya seperti streaming video nonstop selama setahun penuh. Dengan kata lain, konsumsi energi Tezos sekitar satu juta kali lebih rendah ketimbang Bitcoin.

Quartz kabarnya bakal resmi beroperasi mulai 9 Desember 2021, tapi berhubung statusnya masih beta, yang memiliki akses baru pemain-pemain di beberapa negara saja, dan sayangnya Indonesia masih belum termasuk. Ke depannya, ekspansi Quartz bakal ditentukan juga oleh regulasi masing-masing negara demi menghindari problem seputar legalitas.

Tanpa harus terkejut, Quartz juga dikaitkan dengan topik metaverse. “Ubisoft Quartz adalah batu fondasi pertama untuk visi ambisius kami dalam mengembangkan metaverse yang sesungguhnya,” ucap Nicolas Pouard selaku Vice President of Strategic Innovation Lab di Ubisoft dalam siaran pers.

Namun pernyataan yang lebih menarik lagi datang dari Blockhain Product Director Ubisoft, Baptiste Chardon. Menurutnya, inisiatif seperti ini ke depannya bisa membuka peluang-peluang baru, salah satunya interoperabilitas antar game.

Bayangkan saja satu skin kepala bisa kita pakai di Ghost Recon Breakpoint, Riders Republic, atau bahkan game Assassin’s Creed yang berikutnya. Di titik itu, konsep metaverse tentu dapat semakin terbentuk dengan matang.

Baptiste juga bilang bahwa ini baru awal dari rencana besar mereka. “Ini bukanlah proyek sekali jalan. Ini merupakan bagian dari strategi global Ubisoft untuk mencoba dan menguji hal baru,” terangnya.

Sumber: 1, 2, 3.

Indonesia Memberdayakan Proyek Blockchain Selain Perdagangan Kripto

Di Indonesia, tercatat sebanyak 7,4 juta orang telah membeli atau menjual cryptocurrency pada Juli 2021, menurut data Kementerian Perdagangan Indonesia. Sementara blockchain sering dikaitkan dengan aset digital dan produk keuangan, banyak proyek blockchain yang tengah dikembangkan untuk sektor-sektor lain termasuk filantropi, pertanian, permainan, dan karya seni digital.

Sebagian besar startup berbasis blockchain masih dalam tahap awal, tetapi para pendiri percaya bahwa teknologi ini dapat merevolusi operasional bisnis di pasar lainnya. Pengusaha blockchain sering menyoroti sifat teknologi blockchain yang terdesentralisasi serta kapasitasnya untuk mencatat transaksi dan meningkatkan akuntabilitas sebagai dua manfaat yang signifikan. Startup yang muncul juga menggunakan platform blockchain yang berbeda untuk menyesuaikan kebutuhan mereka, seperti Ethereum, Near, dan Binance Smart Chain.

Berikut adalah beberapa contoh proyek blockchain selain dalam hal keuangan dan perdagangan kripto di Indonesia.

Transparansi dalam sektor filantropi

BeKind adalah startup yang memanfaatkan teknologi blockchain untuk manajemen amal. Diluncurkan pada bulan Juni, BeKind ingin menjawab “dua tantangan utama dalam sistem donasi global—akuntabilitas dan keberlanjutan bisnis,” ujar CEO BeKind Fajar Jasmin.

“Para donatur yang menyumbang melalui badan amal tidak tahu persis berapa banyak uang mereka yang masuk ke tangan penerima manfaat (beneficiary). Sementara amal dikelola oleh organisasi nirlaba, banyak dari mereka beroperasi tanpa cadangan uang tunai yang cukup. Maka dari itu, tidak berkelanjutan,” sebut Jasmin kepada KrASIA.

Ide di balik BeKind sangat sederhana. Perusahaan membuat token, K1ND, yang dibangun di atas teknologi Binance Smart Chain. Donatur akan memperoleh K1ND di bursa Tokocrypto juga melalui saluran lain seperti transfer peer-to-peer setelah peluncuran resmi token pada bulan Desember. Para donatur kemudian dapat menyetorkan K1ND mereka ke dompet online organisasi amal dan nirlaba yang terdaftar di platform BeKind. Mereka juga bisa menggunakan token mereka untuk staking di platform BeKind Hub, seperti halnya bunga yang diperoleh di rekening tabungan.

Jasmin menyebutkan sistem ini dapat meningkatkan transparansi karena semua transaksi dicatat di blockchain dan dapat dilihat secara online oleh semua pengguna. Sistem ini juga memungkinkan donatur, badan amal, dan organisasi nirlaba untuk mendapatkan bunga dari staking. Token disetorkan ke akun staking dengan tingkat persentase tahunan tertentu atau persentase hasil tahunan, dan bebas untuk ditarik kapan saja. APY dapat mengalami fluktuasi tergantung pada berapa banyak token yang dipertaruhkan, atau dapat berupa APY tetap, tergantung tata cara pengaturannya oleh platform. Jasmin tidak memberikan rincian jelas.

BeKind adalah proyek donasi berbasis blockchain pertama di Indonesia. Perusahaan saat ini menjual tokennya melalui saluran penjualan pribadi seharga USD 0,17 per token, sementara perkiraan harga listingnya akan menjadi USD 0,24, menurut situs web. BeKind akan secara resmi meluncurkan dan mendaftarkan tokennya di bursa Tokocrypto pada bulan Desember.

Perusahaan juga berencana untuk menerapkan “sistem pelacak dampak” pada blockchain, yang akan memberikan informasi tentang pengembangan proyek yang didanai dengan K1ND. “Ke depannya, kami akan menyediakan dokumentasi dan laporan donasi dampak yang terkait dengan blockchain untuk memastikan transparansi,” ujar Jasmin.

Blockchain di sektor agrikultur

Pengusaha lain melihat kemungkinan digitalisasi sektor konvensional berkat blockchain. Salah satu contohnya adalah Hara, layanan pertukaran data berbasis blockchain untuk sektor pangan dan pertanian.

Hara diluncurkan pada tahun 2015 dengan tujuan untuk menerapkan konsep “pertanian presisi” berkat teknologi seperti sensor jauh. Tujuannya adalah untuk mengelola sektor pertanian agar lebih akurat dan meningkatkan hasil. Namun, startup ini mengalihkan bisnisnya menjadi pengumpulan data pada tahun 2017 setelah mengalami kesulitan dalam mengembangkan model bisnis intinya.

Pendiri Hara, Regi Wahyu dan Imron Zuhri, percaya bahwa data tanaman yang dapat dipertanggungjawabkan akan membantu para pelaku di sektor pertanian. Saat ini, perusahaan mengumpulkan, memverifikasi, dan mencatat data pertanian di atas platform blockchain, termasuk data produksi, proses budidaya, kondisi tanah dan tanaman, serangan hama, dan kepemilikan tanah.

Hara mengumpulkan dan berbagi data tanaman untuk membantu berbagai pelaku di sektor pertanian. Foto oleh Eddie Kopp di Unsplash

“Hara bekerja sama dengan agen yang kami sebut agripreneurs. Mereka memiliki ponsel Android, dan berkat aplikasi kami, mereka dapat bertindak sebagai pengumpul data di komunitas mereka,” ungkap kepala pengembangan bisnis Hara Firnando Sirait kepada KrASIA.

Hara memberi insentif kepada petani, atau “agen lapangan”, untuk menyediakan data dengan menawarkan poin loyalitas yang dapat ditukarkan di platform Hara dengan diskon produk pertanian atau pulsa. Hara kemudian memanfaatkan data tersebut untuk menjalankan beberapa proyek seperti kegiatan crowd planting, dimana petani dapat menggunakan pekarangan atau lahan non produktif untuk bercocok tanam menggunakan polybag. Hara juga memberi para petani prakiraan produksi berdasarkan data yang dikumpulkan. Petani bisa mendapatkan “berbagai jenis dukungan seperti praktik pertanian terbaik, pinjaman usaha, atau akses ke lebih banyak pembeli,” kata Firnando.

Hara juga menjual data yang dikumpulkan ke perusahaan swasta, lembaga pemerintah, dan lembaga keuangan melalui token utilitas yang disebut HART. Token dibuat di atas Ethereum dan diperdagangkan di bursa Indodax.

Menurut Hara, pembeli memanfaatkan data ini untuk meningkatkan pelayanan mereka di sektor agrikultur. Misalnya, lembaga keuangan dapat melakukan penilaian kredit dan profil risiko untuk memberikan kredit mikro kepada petani. Pada saat yang sama, pemerintah daerah dapat membuat keputusan untuk mengatasi masalah pertanian berdasarkan data rinci yang dikumpulkan oleh petani.

Perusahaan saat ini sedang mengerjakan lebih banyak kasus penggunaan untuk teknologi blockchain-nya. Hara juga sedang membangun platform NFT yang akan diluncurkan pada kuartal pertama tahun depan, namun Firnando tidak mengungkapkan detail tentang proyek tersebut.

NFT dan koleksi digital

Karena semakin banyak orang menggunakan teknologi kripto dan blockchain, platform NFT juga menjadi penting bagi kreator dan kolektor seni. Menurut laporan terbaru oleh DappRadar, orang Indonesia hanya mengikuti dunia AS dalam “ketertarikan yang diungkapkan” terhadap teknologi NFT dan pasar NTF. DappRadar adalah toko aplikasi global terkemuka untuk aplikasi terdesentralisasi (dapps) yang digunakan oleh lebih dari 600.000 pengguna bulanan. Perusahaan melacak lebih dari 3.000 dapps di sepuluh blockchain untuk menyajikan laporan tentang tren terkait blockchain.

Meningkatnya minat pengguna di Indonesia pada token yang tidak dapat dipertukarkan (NFT) telah memotivasi berbagai startup untuk ikut serta dalam gelombang NFT. Salah satu contohnya adalah Tokocrypto, yang meluncurkan marketplace NFT, TokoMall, pada bulan September. Platform ini menampung lebih dari 1.403 pedagang dan 1.391 karya seni hanya satu bulan setelah peluncurannya serta berhasil menjual lebih dari 176 NFT, ungkap salah satu pendiri Tokocrypto, Pang Xue Kai kepada KrASIA dalam sebuah sesi wawancara.

TokoMall sudah memiliki lebih dari 8.000 pengguna. Foto dari Tokocrypto.

Startup lain yang sedang naik daun di ruang blockchain adalah Paras, marketplace NFT untuk koleksi digital, termasuk komik, game, dan item kartu seni digital. Startup ini juga mengelola Paras Comic, sebuah layanan pertukaran di mana pengguna dapat membaca, membeli, dan meminjamkan komik NFT yang dapat dikoleksi.

Perusahaan ini beroperasi di ats blockchain Near. “Semua transaksi menggunakan NEAR, token asli platform, tetapi ke depannya kami akan mendukung cryptocurrency lain,” kata pendiri Paras Rahmat Albariqy kepada KrASIA.

Perusahaan baru-baru ini mengumpulkan pendanaan tahap awal sebesar USD 5 juta dari berbagai investor, termasuk Black Dragon Capital, Digital Renaissance Foundation, dan GFS Ventures. Startup disebut akan menggunakan investasi untuk mengembangkan lebih banyak kekayaan intelektual asli kripto yang berfokus pada game dan komik, sebut Rahmat.

“Kami berharap akan lebih banyak lagi proyek NFT baru dari Indonesia sehingga kami dapat menjadi pemimpin regional dalam tiga hingga lima tahun ke depan,” tambahnya.

Ketidakpastian serta tantangan teknologi blockchain

Terlepas dari meningkatnya popularitas cryptocurrency dan aset berbasis blockchain, banyak konsumen masih memiliki sedikit pemahaman dan ragu tentang blockchain dan nilainya. Pengusaha menyadari hal ini, tetapi mereka percaya bahwa potensi manfaatnya lebih besar daripada risiko dan skeptisisme tentang hal ini.

Jasmin, misalnya, mengakui bahwa sifat spekulatif cryptocurrency dapat berdampak pada BeKind dan tokennya di masa depan. “Kami menyadari bahwa mungkin ada orang yang menggunakan token BeKind untuk berdagang guna mendapatkan keuntungan cepat. Kami tidak mempromosikannya, tetapi kami tidak dapat mengontrol cara orang menggunakan token mereka. Ini memang menimbulkan risiko, tetapi kami percaya blockchain adalah teknologi penting yang dapat meningkatkan kehidupan masyarakat,” ungkap Jasmin.

Peretasan data yang belum lama terjadi memengaruhi platform kripto serta pandangan konsumen terhadap blockchain. Firnando dari Hara percaya bahwa ketika industri blockchain matang, pihak berwenang akan membuat peraturan yang lebih kuat, yang akan memotivasi pemain yang relevan untuk menerapkan “sistem yang lebih aman pada platform mereka untuk meningkatkan kepercayaan publik pada blockchain dan crypto.”

Rahmat dari Paras mengungkapka bahwa bakat lokal akan banyak diperlukan untuk sektor ini dapat berkembang. “Blockchain dan kontrak pintar adalah teknologi baru yang akan selalu berkembang, serta proyek berbasis NFT membutuhkan tim teknis yang kuat,” katanya.

Terlepas dari kesulitan, ketiga pendiri optimis tentang masa depan blockchain di negara ini. “Indonesia terbuka terhadap inovasi dan cepat dalam mengadopsi teknologi baru untuk menjawab tantangan di masyarakat. Kami memperkirakan pasar yang berkelanjutan untuk blockchain di sini,” sebut Jasmin.


Artikel ini pertama kali dirilis oleh KrASIA. Kembali dirilis dalam bahasa Indonesia sebagai bagian dari kerja sama dengan DailySocial

Sebuah Aset NFT Super-Langka untuk The Sandbox Berhasil Terjual Seharga $650.000

Seberapa serius respon publik terhadap hype seputar game play-to-earn, NFT, cryptocurrency, metaverse, dan pada dasarnya semua komponen yang terkait dengan teknologi blockchain? Cukup serius untuk mengeluarkan dana ratusan ribu dolar buat sebuah aset digital di dalam game yang masih setengah jadi.

Belum lama ini, beredar kabar bahwa sebuah kapal pesiar digital bernama Metaflower Super Mega Yacht berhasil terjual seharga 149 ETH, atau kurang lebih setara $650.000. Kapal pesiar digital tersebut merupakan aset NFT untuk game/metaverse The Sandbox.

Tentu saja ini bukan pertama kalinya kita mendengar berita tentang in-game item yang laku dijual dengan harga selangit. Kalau statusnya benar-benar sangat langka, bahkan skin senjata di CS:GO pun bisa dihargai lebih dari $100.000. Namun perlu diingat, CS:GO merupakan game yang sudah eksis selama hampir satu dekade, dengan skena esport berskala global yang amat sukses. The Sandbox di sisi lain masih berstatus closed alpha.

Metaflower Super Mega Yacht merupakan kreasi Republic Realm, sebuah perusahaan yang aktif mengembangkan ekosistem metaverse untuk berbagai game P2E. Salah satu proyek NFT terbesarnya di The Sandbox adalah Fantasy Islands, yang terdiri dari 100 pulau virtual yang masing-masing merupakan aset NFT. Semuanya sudah terjual habis dalam waktu 24 jam, dan harga terendah untuk sebuah pulau saat ini disebut mendekati $300.000.

Kenapa bisa ada orang yang rela menggelontorkan uang sebanyak itu demi sebuah objek digital yang pixelated di dalam game yang belum selesai digarap? Entahlah, tapi toh ini bukan NFT teraneh yang pernah terjual dengan harga luar biasa mahal. Agustus lalu, sempat beredar berita mengenai sebuah gambar batu yang terjual seharga $1,3 juta. Benar-benar sebuah gambar batu dalam format JPEG yang oleh penciptanya sendiri disebut tidak ada fungsinya.

Setidaknya kapal pesiar digital tadi masih punya nilai fungsional sebagai sebuah playable asset.

Sumber: Hypebeast dan Republic Realm.

Platform Investasi Kripto Pintu Meluncurkan Token “PTU”

Platform jual-beli dan investasi kripto Pintu resmi meluncurkan Pintu Token (PTU). Untuk tahap awal, pengguna baru dapat memperjualbelikan aset kripto PTU di platform Pintu, FTX, dan ByBit.

Dalam keterangan resminya, Founder & CEO Pintu Jeth Soetoyo mengatakan bahwa kehadiran PTU dapat membantu mendukung ekosistem aset kripto yang tengah berkembang pesat di Indonesia. Di samping itu juga melengkapi ekosistem aset kripto yang sudah tersedia di aplikasinya.

Saat ini, Pintu tercatat telah memiliki lebih dari satu juta pengguna dengan lebih dari 30 aset kripto diperdagangkan di platformnya.

“Kami meyakini jumlah investasi aset kripto terus meningkat, di mana sejak kehadiran Pintu di 2020 kami mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan ini tidak terlepas dari peran masyarakat yang memercayakan Pintu sebagai platform untuk berinvestasi aset kripto,” tutur Jeth.

PTU adalah token investasi aset kripto yang dihadirkan untuk mendukung pengembangan ekosistem aplikasi Pintu. Ke depanya, Pintu akan memperluas ketersediaan PTU di berbagai mitra exchange lain.

Token tersebut dibangun di atas ekosistem Ethereum dan menggunakan standar ERC-20 dengan total suplai maksimal token yang beredar sebanyak 300 juta. Jeth menyebut bahwa perancang PTU memiliki latar belakang pengalaman yang kuat dalam membangun proyek berbasis blockchain, dan berkomitmen dalam mengembangkan industri kripto di Indonesia melalui aplikasi Pintu.

Lebih lanjut, pengguna akan mendapat berbagai keuntungan dengan memegang aset PTU, mulai dari bonus dari program referral, kuota untuk mengirim aset kripto via blockchain secara gratis, hingga berbagai bonus lain dari kampanye yang diselenggarakan Pintu.

“Kami harap dapat memperkuat komunitas pengguna PTU dengan ketersediaan PTU beserta nilai dan manfaat yang diberikan,” ucapnya.

Sebagai informasi, Pintu merupakan platform jual-beli dan investasi aset kripto berbasis aplikasi mobile yang diklaim pertama di Indonesia. Pintu telah terdaftar dan berlisensi resmi dari Badan pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) dan Kementerian Komunikasi dan informatika.

Sebelumnya pada Agustus 2021 lalu, Pintu juga baru mengumumkan perolehan pendanaan seri A+ sebesar $35 juta atau setara 503 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh Lightspeed Venture Partners, serta didukung oleh Alameda Ventures, Blockchain.com Ventures, Castle Island Ventures, Intudo Ventures, dan Pantera Capital.

Potensi pasar kripto

Antusiasme masyarakat Indonesia terhadap aset kripto terus tumbuh dari tahun ke tahun. Terlihat dari masih tingginya minat pasar Indonesia terhadap aset kripto, seperti Bitcoin, Ethereum, dan Cardano.

Untuk mendorong antusiasme masyarakat dan komunitas kripto, banyak platform jual-beli dan investasi kripto yang meluncurkan token sendiri, seperti misalnya koin kripto Toko Token (TKO) dan Kala Coin yang nantinya dapat bersaing dengan token-token lain di skala global.

Pemerintah pun menyambut antusiasme tersebut dengan menyiapkan bursa khusus aset kripto Indonesia di akhir 2021. Berdasarkan pemberitaan terakhir, Bappebti telah menyiapkan sebanyak 229 jenis aset kripto yang dapat ditransaksikan di 13 pedagang aset kripto terdaftar di Bappebti

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, nilai transaksi aset kripto di Indonesia mencapai Rp478,5 triliun dari Rp65 triliun di 2020. Sementara, jumlah pengguna kripto tercatat sebanyak 7,4 juta atau naik dua kali lipat dari tahun sebelumnya sebesar 4 juta.

BRI Ventures to Launch a New Fund “Sembrani Kiqani”, Targeting D2C Sector

After launching the Sembrani Nusantara Venture Fund last year which focuses on early-stage startups funding, BRI Ventures (BVI) is to launch another investment vehicle named “Sembrani Kiqani”.It is still targeting the early-stage startups, but rather focuses on consumer brands targeting the direct-to-consumer (D2C) sector.

BVI’s CEO, Nicko Widjaja, in his opening remarks at the BRI Ventures Networking Day (23/11) mentioned the potential of the D2C sector growth in Indonesia for the fashion, F&B, and beauty segment. He said, this sector is capable to drive the current industry, especially amidst the economic recovery from the Covid-19 pandemic.

Marcel Lukman, owner of one of the well-known retail groups 707company, also one of the Partners at Sembrani Kiqani said that apart from D2C, this managed fund is also targeting the blockchain industry and its derivatives related to cryptocurrencies. BVI alone is planning to strengthen its investment to develop the crypto ecosystem in the country.

Previously, through Sembrani Nusantara, BVI has invested in the beverage brand developer Haus!, which is also its first non fintech portfolio. They disbursed around 30 billion Rupiah in the debut fund for startup. In addition, the local shoe product developer Brodo also received funding through its series A round.

Indonesian D2C industry

Retail is one of the industries that highly contributes to the national economy. However, the Covid-19 pandemic that shaken this industry’s resilience had caused many businesses to change strategies or even give up on the situation. The one strategy being used is currently to directly target the consumers or direct-to-consumer (D2C).

According to data compiled in the “Driving Growth with D2C” report by Ogilvy, Commercetolls, and Verticurl, it is considered a must for brand owners to have a D2C digital strategy to win the market. The main goal is to build a more personal relationship with customers, thereby creating a more effective and engaging brand experience as a value proposition. D2C provides invaluable ownership of customer data.

In Indonesia alone, there are already several startups have adopted the D2C concept, including Brodo and Saturdays (fashion), Kopi Kenangan, Fore Coffee, Lemonilo (F&B), Dropezy (grocery), as well as the retail group startup Hypefast which focuses more on being a venture builder. VCs such as East Ventures are also targeting this sector, proven by its two newest portfolios, mohjo and Kasual.

Blockchain invesment

In early 2010, perhaps not many people understood the concept of blockchain and its utility in the technology industry. Today, discussions regarding crypto assets that run on blockchain platforms are heard everywhere both in the real world and on social media. However, the crypto ecosystem in Indonesia is quite premature and still requires in-depth education.

In an effort to develop the crypto ecosystem in Indonesia, BRI Ventures in collaboration with Tokocrypto, is planning a new initiative called the Tokocrypto Sembrani Blockchain Accelerator (TSBA). The first blockchain project is targeted to be launched in 2022.

In addition to crypto assets, a product that is currently captured the market, especially among tech enthusiasts, is NFT. As one of the unique digital assets, all types of media can be printed or tokenized and converted into NFT. This product has been available in various industries from digital art, virtual real estate, also collectibles, games, and many more.

The NFT hype encourages people to try this platform as an alternative investment commodity, supported by the presence of secondary markets on various popular marketplace platforms. Nonetheless, NFT is still a very new market, therefore, being prudent is mandatory.

There are several NFT marketplace platforms available in Indonesia, including TokoMall, Kolektibel, and Paras Digital.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

BRI Ventures Segera Luncurkan Dana Kelolaan “Sembrani Kiqani” untuk Startup D2C

Setelah tahun lalu meluncurkan Dana Ventura Sembrani Nusantara yang fokus mendanai startup tahap awal, BRI Ventures (BVI) kembali akan menghadirkan kendaraan investasi mereka yang diberi nama “Sembrani Kiqani”. Masih dengan misi untuk mendanai startup tahap awal, hanya saja difokuskan untuk consumer brands menyasar sektor direct-to-consumer (D2C).

Dalam kata sambutannya di acara BRI Ventures Networking Day (23/11), CEO BVI Nicko Widjaja juga menyinggung tentang potensi pertumbuhan sektor D2C di Indonesia yang kian meningkat baik di bidang fesyen, F&B, dan kecantikan. Menurutnya, sektor ini mampu menjadi penggerak industri terutama di tengah pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19.

Marcel Lukman, pemilik salah satu grup ritel ternama 707company, juga salah satu Partner Sembrani Kiqani turut menyampaikan, selain D2C dana kelolaan ini juga ditargetkan untuk menyasar industri blockchain serta turunannya yang terkait dengan cyptocurrency. BVI sendiri tengah berencana memperkuat investasi untuk mengembangkan ekosistem kripto di tanah air.

Sebelumnya, melalui Sembrani Nusantara, BVI telah berinvestasi kepada pengembang brand minuman Haus!, yang juga menjadi portofolio pertama mereka di luar fintech. Dana yang dikucurkan mencapai 30 miliar Rupiah untuk debut ke startup. Selain itu, pengembang produk sepatu lokal Brodo juga mendapat suntikan dana dalam putaran seri A mereka.

Industri D2C di Indonesia

Ritel merupakan salah satu industri yang berkontribusi besar pada perekonomian nasional. Namun, pandemi Covid-19 yang sempat mengguncang daya tahan industri ini menyebabkan banyak usaha harus mengubah strategi bahkan menyerah dengan situasi. Salah satu strategi yang sedang ramai digunakan adalah dengan langsung menyasar konsumen atau direct-to-consumer (D2C).

Menurut data yang dihimpun dalam laporan “Driving Growth with D2C” oleh Ogilvy, Commercetolls, dan Verticurl, pemilik brand saat ini dinilai harus memiliki strategi digital D2C untuk dapat memenangkan pasar. Tujuan utamanya untuk membangun hubungan yang lebih personal dengan pelanggan, sehingga bisa menciptakan pengalaman brand yang lebih efektif dan menarik sebagai proposisi nilai. D2C memberikan kepemilikan data pelanggan yang tak ternilai.

Di Indonesia sendiri, sudah ada beberapa startup yang mengadopsi konsep D2C ini termasuk Brodo dan Saturdays (fesyen), Kopi Kenangan, Fore Coffee, Lemonilo (F&B), Dropezy (grocery), juga startup grup ritel Hypefast yang fokusnya lebih menjadi venture builder. VC seperti East Ventures juga semakin gencar menyasar sektor ini, termasuk dua portfolio terbaru mereka mohjo dan Kasual.

Investasi di industri blockchain

Di awal tahun 2010, mungkin belum banyak orang yang mengerti konsep blockchain serta utilitasnya dalam industri teknologi. Dewasa ini, pembahasan terkait aset kripto yang dijalankan di atas platform blockchain semakin marak terdengar baik di dunia nyata maupun media sosial. Meskipun begitu, ekosistem kripto di Indonesia masih terbilang prematur dan membutuhkan edukasi mendalam.

Dalam upaya mengembangkan ekosistem kripto di Indonesia, BRI Ventures bekerja sama dengan Tokocrypto, sedang merencanakan inisiatif baru yang dinamakan Tokocrypto Sembrani Blockchain Accelerator (TSBA). Proyek blockchain pertama ini ditargetkan untuk bisa segera meluncur di tahun 2022.

Selain aset kripto, produk yang juga tengah digandrungi masyarakat, terutama di kalangan penggiat teknologi, adalah NFT. Sebagai salah satu aset digital yang terbilang unik, semua jenis media dapat dicetak atau diberi token dan diubah menjadi NFT. Produk ini sendiri telah hadir di berbagai industri, mulai dari seni digital, real estate virtual, hingga barang koleksi, game, dan masih banyak lagi.

Hype NFT membuat orang-orang berbondong-bondong menjadikan platform ini sebagai komoditas alternatif investasi, terlebih didukung kehadiran secondary market di berbagai platform marketplace populer. Meskipun demikian, NFT masih merupakan pasar yang sangat baru, sehingga perlu ekstra hati-hati.

Beberapa platform marketplace NFT yang sudah beroperasi di Indonesia termasuk TokoMall, Kolektibel, dan Paras Digital.

Misi Vexanium Perkuat Ekosistem Blockchain di Indonesia

Sempat berkiprah di awal mula perkembangan startup Indonesia melalui Evoucher, Danny Baskara–yang sejak lama memiliki ketertarikan di dunia kripto dan blockchain–pada tahun 2019 meluncurkan Vexanium sebagai sebuah public blockchain lokal.

Membangun infrastruktur blockchain, Vexanium menyediakan beberapa fitur teknologi berbasis blockchain yang bisa dimanfaatkan entitas digital. Mereka juga memiliki token digital sendiri yang bernama Vexanium Coin atau Vex.

Vexanium sebagai public blockchain merupakan organisasi DAO pertama di Indonesia. Berada di bawah entitas Yayasan Vexanium Teknologi Nusantara, tahun 2022 mendatang mereka memiliki beberapa rencana yang ingin dicapai, sesuai dengan semangat desentralisasi komunitas dan bagaimana pengguna bisa tumbuh bersama.

Pasar blockchain Indonesia

Masih rendahnya kepercayaan dan edukasi masyarakat Indonesia tentang kripto dan blockchain di tahun 2017 membuat Danny sempat enggan membangun bisnis berbasis blokchain. Namun, setelah mendapat nasihat dari salah satu mentor untuk mulai membangun infrastruktur kepada komunitas kripto di Indonesia, Danny memutuskan membangun infrastruktur blockchain yang bisa digunakan semua pemain lokal tanpa harus memanfaatkan platform asing.

Untuk mematangkan ide bisnisnya, Danny mempelajari lebih mendalam tentang kripto dan blockchain selama 5-6 bulan di Tiongkok. Akhirnya ia meluncurkan Vexanium dengan semangat membangun infrastruktur blockchain di Indonesia.

“Untuk blockchain sendiri ada dua kategori, yaitu bisnis yang berdasarkan project base dan infrastruktur. Untuk infrastruktur sudah jelas desentralisasi dan tidak ada pihak yang memiliki entitas ini, karena semua bisa menjadi miner dan berpartisipasi,” kata Danny.

Secara khusus terdapat tiga core di blockchain, yaitu Bitcoin, Ethereum dan EOSIO. Untuk memudahkan bisnis menggunakan Vexanium, model turunan teknologi yang digunakan Vexanium adalah EOSIO.

Di blockchain juga dikenal dua jenis model, yaitu Transaction Model dan Resource Model. Untuk Transaction Model, seperti Ethereum atau blockchain pada umumnya, fee setiap transaksi dibebankan kepada pengguna.

Sementara Resource Model adalah bisnis yang menyewa resource untuk memproses data (serupa dengan bisnis model hosting). Model ini lebih cocok ke bisnis yang sentralisasi atau bisnis yang tidak membebankan transaksi kepada pengguna.

“Kita percaya di masa mendatang akan ada dua pilihan di bisnis ini, yaitu pelanggan yang membayar atau bisnis yang membayar. Konsep ini kita yakin bisa dibawa kepada perusahaan yang nondesentralisasi. Ada proyek di bawah Vexanium yang tidak sepenuhnya desentralisasi,” kata Danny.

Ekosistem Vexanium / Vexanium

Ada beberapa fundamental yang bisa didisrupsi dari solusi berbasis blockchain. Yang pertama adalah bisnis yang berhubungan dengan finansial. Yang kedua adalah database yang dulunya bersifat sentralisasi, bisa didisentralisasi dengan menggunakan blockchain. Yang ketiga adalah yang berhubungan dengan sertifikasi, misalnya seperti NFT.

Di Indonesia sendiri saat ini ada tiga kategori jaringan publik yang populer. Mereka adalah Binance Smart Chain (BSC), Ethereum dan Vexanium. Menurut Danny, karena sifatnya lebih fleksibel, BSC menjadi pilihan terbanyak komunitas di Indonesia.

Tercatat saat ini sudah ada 50 entitas bisnis yang menggunakan Vexanium, termasuk tiga startup yang menghadirkan solusi berbasis NFT yang populer tahun ini, yaitu Kolektibel, Baliola dan Rivernity.

Rencana bisnis tahun depan

Berbeda dengan model bisnis pada umumnya yang mengenakan biaya untuk pemanfaatan teknologi dan produk, Vexanium–karena fokus pada basis komunitas–tidak menerapkan strategi monetisasi pada umumnya. Keunikan  ekosistem desentralisasi telah memberikan kesempatan agar monetisasi dibagikan sesuai dengan stakeholder. Pengguna juga bisa menjadi bagian dari komunitas.

“Idealnya pengguna yang memiliki kripto Vexanium bisa menikmati hasil tersebut juga. Dengan cara ini bisa membuat ekosistem lebih baik. Ketika pengguna puas mereka bisa membangun sesuatu di Vexanium. Itulah kelebihan dari desentralisasi,” kata Danny.

Ada beberapa target yang ingin dicapai yayasan di tahun 2022. Setelah sepanjang tahun ini fokus Vexanium adalah mengajak lebih banyak ekosistem berdiri di atas infrastrukturnya, tahun depan mereka berharap bisa menjembatani beberapa solusi blockchain.

Hal tersebut, menurut Danny, menjadi kelebihan solusi berbasis blockchain, yaitu bisa melakukan komunikasi antara yang satu dan yang lainnya. Ke depannya diprediksi tidak ada lagi batasan antara satu solusi blockchain dengan lainnya.

“Tahun 2022 kita juga ingin mengajak lebih banyak pengguna yang membangun smart contract di atas Ethereum dan BSC dengan basis Ethereum Virtual Machine (EVM) agar kemudian published di [infrastruktur] blockchain Vexanium. Secara teknis hal tersebut bisa dilakukan,” kata Danny.

Anak Usaha Fazz Financial Luncurkan Stablecoin Rupiah “XIDR”

StraitsX, platform aset digital yang dikembangkan Xfers, mengumumkan peluncuran stablecoin Rupiah XIDR, setelah XSGD untuk wilayah Asia Tenggara. Setiap token XIDR memiliki nilai yang sama dengan satu Rupiah dan akan tersedia di ekosistem StraitsX.

XIDR adalah stablecoin berdenominasi Rupiah di atas blockchain Ethereum dan Zilliqa dengan masing-masing XIDR memiliki nilai yang sama dengan satu Rupiah yang disimpan dan dilindungi di institusi finansial teregulasi di Indonesia. XIDR diterbitkan oleh PT Xfers StraitsX Indonesia, anak usaha Fazz Financial Group (FFG).

FFG telah memperoleh izin penerbitan e-money dan transfer dana dari Bank Indonesia, melalui PT Cashfazz Teknologi Nusantara. StraitsX menawarkan jalan alternatif bagi pengguna untuk melakukan transaksi keuangan atas nama nasabah yang tidak memiliki akses ke bank dan atau tidak memiliki rekening bank.

Head of StraitsX Aymeric Salley mengatakan, “Riset Google menyebutkan 66% dari 275 juta penduduk Indonesia tidak memiliki rekening bank. Seiring dengan pertumbuhan luar biasa yang sedang terjadi di fintech, blockchain, dan ruang aset digital di Indonesia, serta permintaan yang kuat atas stablecoin berdenominasi Rupiah, XIDR memberikan jalan untuk mendemokratisasi, mempercepat, dan membuka akses ke aset digital bagi individu dan bisnis-bisnis di Asia dan sekitarnya.”

XIDR memiliki visi untuk menjadi stablecoin Rupiah yang paling hemat biaya, dengan dibebaskannya biaya untuk mencetak dan menukar XIDR melalui platform StraitsX. Selain itu, biaya transaksi keluar di atas blockchain akan dibatasi, aman, dan tanpa memerlukan pihak ketiga.

Pengguna dapat membuat akun StraitsX dan mendapatkan token XIDR dengan mentransfer Rupiah ke rekening bank mereka. XIDR selalu dapat dikonversi dengan perbandingan 1:1 dengan Rupiah di platform StraitsX. Selain itu, pengguna dapat mentransfer, menggunakan, dan menerima XIDR dengan daftar mitra ekosistem StraitsX.

XIDR akan menjadi stablecoin berdenominasi Rupiah pertama di blockchain Zilliqa, memungkinkan pengguna lokal untuk mengakses blockchain Zilliqa yang dinamis. XIDR akan tersedia di bursa keuangan terdesentralisasi Uniswap, Zilswap, HaloDAO, VexSwap, LiteDex, Savvix & DFX finance, di mana pengguna dapat menukar XIDR dengan token lain seperti XSGD, USDC, ETH & ZIL. Pengguna juga bisa mendapatkan hadiah dengan menyediakan likuiditas dengan XIDR.

XIDR dapat segera diperoleh dari mitra exchange seperti Cex.io, NovaDax, Omnidax, Tokenize Exchange dan Coinut. Berikutnya, untuk platform analitik seperti Etherscan, Viewblock, Coinmarketcap, Coinecko, Onchain Custodian, Merkle Science, dan Elliptic, juga akan tersedia XIDR.

Sebelumnya, StraitsX merilis XSGD pada Oktober 2020, stablecoin berdenominasi dolar Singapura pertama yang menjadi stablecoin non-USD terbesar yang didukung fiat. Setahun kemudian, StraitsX mengungkapkan transaksi aset digital XSGD telah mencapai lebih dari 2 miliar dolar Singapura di platform pembayaran StraitsX sepanjang tahun 2021.

Pertumbuhan transaksi tersebut membuktikan bahwa minat investor terhadap aset digital sebagai alternatif investasi yang menawarkan likuiditas dan imbal hasil semakin meningkat. Diharapkan XIDR dapat mereplikasi kesuksesan XSGD.

Sebelum XIDR hadir, sudah ada dua pengembang yang juga menyediakan stablecoin Rupiah. Mereka adalah IDRT yang dikembangkan oleh Rupiah Token dengan memanfaatkan jaringan blockchain Ethereum dan Binance Chain; dan BIDR yang dikembangkan oleh Binance dan Tokocrypto.

Di Indonesia aset kripto makin populer, Kementerian Perdagangan (Kemendag) per Juli 2021 mencatat jumlah investor kripto sudah mencapai 7,4 juta orang, atau tumbuh hampir dua kali lipat dari tahun lalu 4 juta orang. Untuk nilai transaksi juga mengalami lonjakan menjadi Rp 478,5 triliun, dari 2020 sebesar Rp 65 triliun.

Angka tersebut sudah melampaui jumlah investor saham. Berdasarkan data KSEI per akhir Oktober 2021, jumlah SID pasar modal mencapai 6,75 juta SID. Angka ini tumbuh 74,15% dari posisi akhir 2020 lalu yang sebanyak 3,88 juta SID. Adapun, untuk jumlah pemain exchange yang sudah mengantongi izin resmi dari Bappebti ada 13 perusahaan. Mereka adalah:

No. Perusahaan pedagang aset kripto
1 PT Indodax Nasional Indonesia (Indodax)
2 PT Crypto Indonesia Berkat (Tokocrypto)
3 PT Zipmex Exchange Indonesia (Zipmex)
4 PT Indonesia Digital Exchange (Idex)
5 PT Pintu Kemana Saja (Pintu)
6 PT Luni Indonesia Ltd (Luno)
7 PT Cipta Koin Digital (Koinku)
8 PT Tiga Inti Utama
9 PT Upbit Exchange Indonesia
10 PT Birsa Cripto Prima
11 PT Rekeningku Dotcom Indonesia
12 PT Triniti Investama Berkat
13 PT Plutonext Digital Aset