Alipay Approaches BRI and BCA to Handle Chinese Tourist in Indonesia

After WeChat, Alipay is getting its business ready for Indonesia by approaching BRI and BCA. The pilot project is yet to be announced.

Quoted from Detik, Alipay has just signed the MoU with BRI. After that, there’ll be homework, including license.

BRI can be a facilitator for tourist to make easier transaction as the acquirer. They can use Alipay at some merchants partnered with BRI.

However, they haven’t calculate potential income for the company in the MoU. Therefore, the internals are preparing another IT system because the one used by Alipay is different with Visa and Mastercard.

“In addition to GPN (National Payment Gateway), something will be added related to the payment from China,” he said.

Aside from BRI, BCA is also rumored to be approached by Alipay, but it is yet to discuss MoU. Santoso, BCA’s Director said to DailySocial they currently in the exploratory process of how long BCA’s acquiring system can collaborate with Alipay.

“In terms for collaboration, system development is indeed necessary, to be able to connect with one another,” he explained.

Still, he didn’t have a definite answer regarding the finalization because it’s still on progress.

“We’ll see, it’s to be announced in time.”

Previously, Bank Indonesia said the China-based digital wallet, Alipay and WeChat Pay is getting serious in digging Indonesia’s market by approaching national bank. In fact, WeChat development is getting better in Indonesia because they already passed the transaction test with BNI in Bali at IMF 2018 event.

Sugeng, Deputy Governor BI said, besides Bali, WeChat is now available for Chinese tourists in Medan, North Sumatra. Both locations are chosen due to the most favorite destination for Chinese tourists.

“CIMB Niaga is said to have signed the partnership with WeChat,” he added.

Sugeng also said if the business to business partnership has approved by both China’s digital wallet with four national bank, the legal business from BI will follow.

“If everything is settled [partnership], we’ll review business legal and technical problem, and business process. Bank in 4th category will register ask for license to BI.”

Partnership between two will be made according to the current regulation, it is PBI (BI Regulation) Number 20/6/PBI/2018 of E-Money Organizer.

Stated in the regulation that transaction from Chinese tourists in Indonesia will be converted into rupiah. Also, transactions will be recorded in GPN system.

The amount of Chinese tourists

Alipay and WeChat aggressive movement to enter Indonesia is due to the high rate of Chinese tourist in this country. Quoted from BPS data, Chinese tourists is in the fourth position of the total cumulative, 14.39 million by November 2018, or increased by 11.63%.

As per November 2018, the number of Chinese tourist has reached 124,616 people, decrease from the same period in previous year of 148,306. The first position is taken by Malaysian tourist of 186,422, followed by Singaporean (153,988), and Timor Leste (142,050).

Bali is the favorite destination, especially for Chinese and Australian people with 3-day visit in average.

Based on BPS data, a total tourist during January to November 2018 is 5.57 million. Sort by nationality of tourists in Bali, Tiongkok (22.99%), Australia (19.16%), England (4.51), and Japan (4.29%).


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Alipay Dekati BRI dan BCA untuk Layani Turis Tiongkok di Indonesia

Setelah WeChat, kini giliran Alipay yang mulai kencang menyiapkan bisnisnya di Indonesia dengan menggaet BRI dan BCA. Belum disebutkan pilot project yang akan segera dilaksanakan.

Dengan BRI, dikutip dari Detik, Alipay baru melakukan penandatanganan MoU. Setelahnya ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, termasuk soal perizinan.

Direktur BRI Handayani menjelaskan, dalam kesempatan ini perseroan berharap bisa mendukung industri pariwisata nasional. Pasalnya banyak turis dari Tiongkok datang ke Indonesia dan memiliki alat pembayaran khusus.

BRI bisa menjadi fasilitator agar turis bisa mudah bertransaksi sebagai pihak acquirer. Turis bisa membayar dengan Alipay di merchant yang sudah bekerja sama dengan BRI.

Namun dia belum memperhitungkan potensi pendapatan yang bisa diraih perseroan dari MoU tersebut. Untuk itu, dalam internal perseroan sedang melakukan berbagai persiapan IT karena sistem yang dipakai Alipay berbeda dengan Visa dan Mastercard.

“Selain ada Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) juga, nanti kita akan tambahkan lagi terkait pembayaran dari Tiongkok,” katanya.

Tak hanya dengan BRI, BCA juga dikabarkan didekati oleh Alipay, namun belum sampai ke tahap MoU. Kepada DailySocial, Direktur BCA Santoso menjelaskan saat ini perusahaan masih proses penjajakan dan pendalaman sejauh mana sistem acquiring BCA dapat berkolaborasi dengan Alipay.

“Tentunya untuk bisa berkolaborasi butuh pengembangan sistem agar bisa saling connect satu dengan yang lainnya,” terang Santoso.

Hanya saja, dia belum memberikan jawaban pasti terkait kapan penjajakan ini selesai karena dia mengaku masih berlangsung.

“Kita tunggu saja, nanti kami akan informasikan pada waktunya.”

Sebelumnya Bank Indonesia menyebut dompet digital asal Tiongkok, Alipay dan WeChat Pay kian serius mendalami pasar Indonesia dengan menggandeng bank nasional. Adapun WeChat sudah lebih maju perkembangannya di Indonesia, lantaran perusahaan tersebut sudah uji coba transaksi dengan BNI di Bali saat momen pertemuan tahunan IMF 2018.

Deputi Gubernur BI Sugeng menyebut, selain Bali, WeChat juga sudah bisa digunakan oleh turis Tiongkok yang berada di Medan, Sumatera Utara. Kedua lokasi ini dipilih karena menjadi destinasi terbesar yang dikunjungi turis Tiongkok.

“CIMB Niaga juga disebut sudah tanda tangan kerja sama dengan WeChat,” tambah Sugeng.

Sugeng menyatakan bila kerja sama secara bisnis ke bisnis sudah berhasil disepakati oleh dua dompet digital Tiongkok dengan empat bank nasional, maka legal bisnis dari BI juga akan menyusul.

“Kalau semua sudah settle [kerja sama], maka kami lihat legal bisnis dan masalah teknis, serta bisnis proses. Nanti bank BUKU 4 akan mendaftarkan dan minta persetujuan dari BI.”

Kerja sama antara kedua belah pihak dilakukan sesuai dengan aturan main yang berlaku, yaitu Peraturan BI (PBI) Nomor 20/6/PBI/2018 tentang Penyelenggaraan Uang Elektronik.

Di dalam aturan tersebut, juga menjelaskan transaksi pembayaran dari turis Tiongkok di Indonesia akan dikonversikan ke rupiah. Selain itu, transaksi pembayaran juga akan terekam dalam sistem GPN.

Jumlah wisman Tiongkok

Gencarnya Alipay dan WeChat untuk masuk ke Indonesia, lantaran potensi turis Tiongkok yang mendatangi negara ini cukup tinggi. Dikutip dari data BPS, wisman Tiongkok menempati urutan keempat terbesar dari total kumulatif hingga November 2018 ada 14,39 juta kunjungan atau naik 11,63%.

Per November 2018, jumlah kunjungan wisman Tiongkok mencapai 124.616 orang atau turun dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya sebanyak 148.306. Peringkat pertama ditempati oleh wisman dari Malaysia sebanyak 186.422, kemudian diikuti Singapura (153.988), dan Timor Leste (142.050).

Bali menjadi destinasi favorit para wisman, terutama buat orang Tiongkok dan Australia dengan rata-rata lama kunjungan selama 3 hari.

Data BPS menyebut kunjungan wisman pada Januari hingga November 2018 sebanyak 5,57 juta. Menurut kebangsaan wisman yang datang ke Bali adalah Tiongkok (22,99%), Australia (19,16%), India (5,75%), Inggris (4,51), dan Jepang (4,29%).

BRI Siapkan “Pinang”, Platform Pinjaman secara Online

Bank Rakyat Indonesia (BRI) tengah mempersiapkan peluncuran platform pinjaman secara online kepada nasabah yang bernama Pinang. Cara kerjanya tidak jauh berbeda dengan yang ditawarkan layanan peer-to-peer lending.

Nantinya Pinang akan dikelola BRI Agro, anak usaha BRI. Masih dalam tahap pengembangan, jika sesuai dengan jadwal, platform ini akan diluncurkan BRI akhir November 2018 mendatang.

Menurut Direktur Teknologi Informasi dan Operasional Bank BRI Indra Utoyo, pinjaman yang bisa didapatkan nasabah melalui Pinang adalah maksimal Rp20 juta. Proses verifikasi dan credit scoring diklaim BRI dilakukan hanya dalam waktu 15 menit. Terkait dengan bunga yang dikenakan, ia menjamin akan lebih terjangkau dibandingkan yang ditetapkan layanan fintech, khususnya payday loan, saat ini.

“Ini bentuknya kredit tanpa agunan (KTA). Rate-nya tentu lebih murahlah, kita kan bank,” jelas Indra seperti dilansir dari CNBC Indonesia.

Upaya BRI adopsi teknologi

Pinang yang segera diluncurkan BRI merupakan bagian upaya BRI mengadopsi teknologi digital. Sebelumnya BRI juga mengumumkan peningkatan kemampuan chatbot Sabrina yang kini bisa diakses dengan perintah suara, dari sebelumnya yang hanya berbasis teks. Peningkatan teknologi ini diharapkan dapat membantu mempercepat nasabah mencari informasi seputar produk atau layanan BRI, serta melakukan transaksi seperti memesan tiket bioskop.

BRI juga cukup agresif menjalin kemitraan dengan layanan e-commerce seperti Bukalapak. Bukalapak resmi menjadi mitra Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk perluasan fasilitas perbankan kepada para pelapak dan pengguna. Layanan yang dibuka untuk Bukalapak meliputi Briva Online, CMC payment priority, E-pay, WS Overbooking dan notification, serta jasa perbankan lainnya.

BRI juga memberikan dukungan kepada PAYFAZZ dalam pengembangan sistem dan teknologi termasuk mengandalkan keunggulan konektivitas melalui satelit BRIsat. Peran PAYFAZZ sendiri akan menyediakan produk aplikasi perbankan untuk BRI yang akan diintegrasikan ke dalam sebuah sistem keagenan untuk layanan perbankan mandiri (di luar kantor bank) di daerah.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

BRI Buat Perangkat Khusus Mantri, Hasil Kemitraan dengan Telkomsel dan BlackBerry

BRI bermitra Telkomsel dan BlackBerry untuk pengadaan perangkat khusus mantri BRI demi permudah proses bekerja saat di lapangan jadi lebih digital dengan jaminan keamanan tinggi. Perangkat yang disebar BRI sudah ter-install secara default oleh jaringan Telkomsel yang didukung oleh sistem keamanan BlackBerry Unified Endpoint Management (UEM).

Mantri BRI adalah singkatan dari marketing dan analisis mikro yang bertugas tidak hanya mengurusi bagian kredit, tapi juga simpanan. Diklaim total mantri BRI saat ini sekitar 34 ribu orang tersebar di seluruh Indonesia. Mantri berbeda dengan agen BRILink yang merupakan layanan Laku Pandai dari Bank BRI.

Dengan perangkat khusus ini, seluruh informasi berharga pelanggan akan lebih terjamin keamanannya. Staf BRI dimungkinkan untuk berbagi data pelanggan yang sensitif dalam lingkungan terpercaya, mengurangi ancaman siber, dan risiko pencurian data.

BRI pun kini memiliki manajemen endpoint yang lengkap dan kontrol kebijakan untuk beragam perangkat dan aplikasi yang semakin berkembang. Membantu mengembangkan dan mengelola pekerjaan seperti loan applications. Hal ini juga memastikan bank selalu siap untuk peraturan privasi dan keamanan baru.

“BRI memilih BlackBerry UEM tidak hanya karena kemampuannya melindungi file dan data, tetapi untuk skalabilitas dan pengelolaannya yang sederhana untuk berbagai hal yang terkoneksi di tempat kerja,” ucap Direktur TI BRI Indra Utoyo, Rabu (8/8).

Sebelumnya, para mantri BRI harus menggunakan dokumen fisik untuk memproses pengajuan kredit dari calon nasabah. Mereka juga harus membuat laporan harian setiap harinya untuk mengukur produktivitasnya.

Kini proses kredit sudah bisa disetujui kurang dari 12 jam dari awalnya perlu menunggu hingga berhari-hari. Dengan demikian, produktivitas para mantri meningkat lebih tajam. BRI juga bisa mendeteksi secara langsung produktivitas mantri berdasarkan lokasi GPS. Dari data BRI disebutkan, terjadi peningkatan penjualan antara 30%-40%.

“Digitalisasi itu membuat risiko manajemen dan operasional bisa lebih ditekan, sehingga risikonya jadi lebih termitigasi dengan baik saat menyalurkan kredit mikronya.”

VP Enterprise Mobile Product Marketing Telkomsel Arief Pradetya menambahkan perangkat yang disediakan BRI itu didesain khusus untuk kerja, sudah dikunci sehingga tidak bisa ditambah atau dihapus oleh mantri. Hanya berisi delapan aplikasi, mayoritas adalah aplikasi internal dari BRI dilengkapi aplikasi pendukung kerja.

“Perangkat sudah di-roll out ke seluruh mantri, selesainya sudah dari bulan lalu. Karena ini corporate device, jadi memang didesain untuk kerja saja, tidak bisa untuk yang lain. Mantri bisa langsung kerja dengan jaringan Telkomsel di mana saja mereka berada,” terang Arief.

BlackBerry UEM adalah sebuah perangkat lunak yang merupakan bagian dari BlackBerry Enterprise Mobile Suite menyediakan satu tampilan untuk semua perangkat, aplikasi dan manajemen konten, dengan keamanan dan konektivitas yang terintegrasi.

Perangkat lunak BlackBerry dimanfaatkan untuk menghubungkan dan mengamankan endpoint, bersifat fisik dan digital, serta membantu perusahaan mengembangkan sistem yang pintar dengan solusi embedded yang aman dan bersertifikasi. Diklaim BlackBerry memiliki lebih dari 80 sertifikasi keamanan dan telah menerima beberapa penghargaan tertinggi di industri, salah satunya Gartner, Inc.

Asisten Virtual BRI Sabrina Kini Bisa Disapa di WhatsApp

BRI mengumumkan inovasi selanjutnya dari layanan chatbot Sabrina (Smart BRI New Assistant) . Setelah sebelumnya hadir di FB Messenger dan Telegram, kini Sabrina bisa disapa melalui platform WhatsApp. Kehadiran Sabrina di WhatsApp masih dalam tahap piloting atau uji coba layanan, namun Sabrina sudah bisa menjawab pertanyaan.

Sabrina merupakan sebuah layanan chatbot dengan teknologi kecerdasan buatan, atau yang sering dikenal dengan Artificial Intelligence (AI), yang berfungsi layanan customer service. Selain bisa menginformasikan promo dan produk simpanan dan pinjaman BRI, Sabrina bisa memberikan peta lokasi Kantor Cabang BRI, ATM, hingga lokasi top up Brizzi. Sabrina juga disiapkan untuk berfungsi sebagai layanan aduan.

Disampaikan Corporate Secretary BRI Bambang Tribaroto, dengan kehadiran Sabrina di platform WhatsApp pihaknya bisa lebih memudahkan nasabah BRI untuk mendapatkan layanan perbankan, mengingat WhatsApp merupakan salah satu aplikasi pesan instan paling populer di Indonesia.

“Dengan hadirnya Sabrina di aplikasi WhatsApp, BRI berharap untuk dapat memenuhi kebutuhan nasabah melalui layanan perbankan yang mudah, cepat, akurat, aman, dan nyaman,” ujar Bambang.

Untuk terhubung dengan Sabrina melalui WhatsApp, nasabah bisa mengakses laman http://bit.ly/WhatsappSabrinaBRI, atau menyimpan nomor 08121214017 sebagai kontak.

“Untuk keamanan, kami menghimbau nasabah agar memastikan keaslian profil bisnis Bank BRI yang memiliki tanda ccentang hijau dan terdapat kata ‘Verified as Bank BRI’. Selain itu, Bank BRI tidak pernah meminta User ID, password, dan token dengan alasan apa pun,” imbuh Bambang.

Sabrina dikembangkan oleh BRI dan Kata.ai. Keduanya berusaha mewujudkan sebuah chatbot yang responsif dan akurat dan diharapkan mampu memberikan pelayanan prima bagi nasabah.

Sejauh ini Sabrina sudah mendapat beberapa inovasi, salah satunya adalah kemampuan memproses perintah berdasarkan suara yang diumumkan April silam. Saat ini belum ada keterangan resmi apakah Sabrina juga mampu memproses perintah melalui suara.

Ramai-Ramai Mengembangkan Chatbot

Industri perbankan menjadi sasaran berikutnya yang ‘terganggu’ dengan kehadiran teknologi. Perkembangan teknologi yang tidak terbendung, mau tak mau tidak bisa dilawan, tapi harus jadi kawan.

Inilah yang terjadi ketika bank dihadapi dengan salah satu perkembangan teknologi terkini, chatbot. Sebuah robot yang diprogram untuk membalas pesan dibantu dengan kecerdasan buatan agar percakapan terasal lebih natural. Dari sana, lahirlah Vira (BCA), Cinta (BNI), Mita (Bank Mandiri), dan Sabrina (BRI).

Dalam mengembangkan chatbot, bank tidak harus bekerja keras sendiri, bisa gandeng startup yang spesialis di bidangnya. Ada Kata.ai, Bang Joni, Sprint Asia, Botika, Eva, dan lainnya. Persis seperti yang dilakukan oleh BRI dengan gandeng Kata.ai, Bank Mandiri dengan InMotion, BNI dengan Bang Joni.

Pertimbangannya, tren yang terjadi saat ini melakukan kegiatan perbankan sekarang tidak harus lagi harus datang ke cabang tapi bisa lewat ponsel saja tanpa harus unduh aplikasi tambahan apapun. Cukup pakai aplikasi chat messaging atau sosial media yang dipakai untuk bisa akses layanan bank.

Perlu diketahui, pada dasarnya fungsi chatbot digolongkan ke dalam dua kategori, yakni otomasi percakapan dan kebutuhan fungsional. Untuk otomasi percakapan umumnya sering diimplementasikan oleh pedagang online demi meningkatkan interaksi secara kontinu dengan konsumennya.

Sedangkan kebutuhan fungsional, umumnya dirancang secara spesifk dengan melibatkan fitur lain yang kompleks seperti API khusus, otomatisasi pembayaran dan lainnya.

Untuk tahap awal fungsi chatbot yang dihadirkan keempat perbankan tersebut masih menjalankan fungsi customer service yang ada di lapisan pertama. Bertugas membantu jawab pertanyaan yang sifatnya umum dan repetitif.

Dari fungsinya tersebut, chatbot jadi manuver bank bagaimana menjadikan selayaknya saat nasabah menghubungi CS, yang mana bisa dihubungi kapan saja, tutur bahasa yang ramah, dan dapat diandalkan.

Tidak menutup kemungkinan bank lainnya akan menyusul hal serupa seperti yang dilakukan keempat bank besar ini. Mengapa belakangan bank ramai-ramai lirik peluang dari chatbot?

CEO Sprint Asia Technology Setyo Harsoyo punya jawabannya. Menurutnya, pada dasarnya semua perusahaan termasuk bank ingin meningkatkan engagement dengan para customer-nya. Banyak cara yang sudah dilakukan, seperti lewat situs, call center, email, SMS, dan lainnya.

Kemudian lahirnya teknologi chatbot yang berbeda dari semua channel di atas. Dengan chatbot, nasabah dari suatu bank dapat dengan mudah berhubungan dengan bank karena chatbot bisa melayani secara interaktif ribuan nasabah pada saat bersamaan dengan biaya jauh lebih murah dibandingkan call center.

“Misalnya untuk dapat melayani 1.000 nasabah pada saat bersamaan cukup dengan satu bot, sementara call center memerlukan 1.000 agen,” terang Setyo.

Menambahkan pernyataan Setyo, CEO Kata.ai Irzan Raditya menuturkan chatbot adalah salah satu pilihan strategis karena mereka menyadari tren yang terjadi di masyarakat Indonesia.

Aplikasi messaging sudah jadi bagian terpenting dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, hal tersebut jadi peluang untuk lebih mudah jangkau nasabah melalui akun chatbot di aplikasi messaging favorit mereka.

“Hal inilah yang menurut kami menjadi kelebihan chatbot di bandingkan aplikasi. Friksi dan upaya yang diperlukan dari nasabah untuk mengakses chatbot jauh lebih kecil dibandingkan meng-install aplikasi, buka situs, atau menelepon CS,” terangnya.

“Terlebih lagi, banyak dari bank tersebut telah berinvestasi di kanal media sosial mereka sebagai sarana marketing untuk menggaet ratusan ribu bahkan jutaan audiens. Maka dari itu chatbot hadir sebagai layanan yang memberikan nilai tambah bagi nasabah mereka dengan berbagai macam kegunaan,” sambung Irzan.

Chatbot adalah suatu keniscayaan

DailySocial pun mencoba menghubungi perwakilan keempat bank tersebut untuk mengutarakan pendapatnya. Semuanya sepakat bahwa chatbot adalah suatu keniscayaan yang sudah saatnya untuk diadaptasi lantaran harus mengikuti tren yang terjadi.

“Teknologi yang dipilih dan dikembangkan tentunya didasarkan atas kebutuhan nasabah dari bank. Kami menerapkan pola customer centric dan research yang memadai sebelum launching suatu produk. Kami pilih chatbot untuk jawab kebutuhan masyarakat yang semakin dinamik lewat digital channel,” ujar Direktur BRI Indra Utoyo.

General Manager E-Banking Division BNI Anang Fauzie menambahkan, “Orang spending waktu lebih banyak di aplikasi chat dan mereka lebih menyukai menerima info dan promo lewat media sosial atau aplikasi.”

Pun demikian bagi BCA, Direktur BCA Santoso bilang, “Adopsi terhadap suatu teknologi harus seirama dengan fokus kami yaitu memberikan pengalaman terbaik bagi nasabah.”

Oleh karenanya, BCA melihat chatbot mampu menyampaikan dengan baik tujuan tersebut. Menurutnya informasi yang disampai Vira tidak hanya terbatas untuk nasabah saja, masyarakat umumpun dapat menikmati informasi-informasi yang diberikan Vira.

Bagi Bank Mandiri, chatbot mampu menciptakan komunikasi dua arah seperti selayaknya menghubungi customer service. Sebelumnya perseroan sudah menggunakan social messaging seperti Line untuk promosi dan edukasi, namun sifatnya hanya satu arah, dan masyarakat tidak bisa berinteraksi lebih lanjut.

“Pada perkembangannya, layanan contact center digital Bank Mandiri melalui email dan media sosial telah mencapai 10% dari total interaksi nasabah ke CS,” ujar Senior VP Customer Care Group Bank Mandiri Lila Noya.

Lila melanjutkan, “Pada tahap awal, nasabah dapat berinteraksi melalui chatbot untuk memperoleh informasi tentang produk, layanan, program promosi, dan informasi finansial. Sebab sekitar 70% nasabah yang berinteraksi dengan CS permintaannya terkait hal tersebut.”

Investasi yang worth it

Sekalinya sudah terjun, tentunya bank tidak bisa mundur begitu saja dari chatbot ini. Apalagi implementasinya ini masih tahap awal. Begitupun bagi BNI, Anang bilang keputusan bank untuk terjun ke chatbot ini worth it dengan manfaat chatbot bagi pengembangan bisnis.

Pihaknya mengaku investasi IT akan terus berlanjut menyesuaikan dengan tren industri. Sayangnya Anang tidak menerangkan lebih detil soal nominalnya.

Santoso pun menddukung pernyataan Anang. “Pastinya dengan shifting dunia yang semakin digital, teknologi jadi komponen yang tidak bisa dilepaskan dalam semua aspek kehidupan maupun dalam organisasi. Tentunya ini akan seiring dengan jumlah investasi IT yang akan dikeluarkan.”

“Kami melihatnya dari sisi efektifitas dan efisiensi layanan. Melalui chatbot, nasabah dapat lebih mudah berinteraksi dengan Bank Mandiri, sehingga bisa memperkuat loyalitas mereka yang pada akhirnya dapat mendorong peningkatan bisnis bank,” tutur Lila Noya.

Dari kacamata para pengembang, menurut Irzan, biaya pengembangan dan operasional chatbot sangat bervariasi, tergantung pada fitur yang ingin dihadirkan seiring ambisi bank ingin seberapa jauh teknologi AI dan machine learning yang ingin diimplementasikan. Termasuk pula pengaruh berapa banyak pengguna yang ingin disasar.

“Kami sendiri menagih biaya operasional chatbot berdasarkan penggunaan (berapa banyak pesan yang masuk, berapa pengguna yang mengajak ngobrol, berpaa lama sesi percakapan antara chatbot dengan pengguna).”

Berdasarkan pengalamannya, meski tidak tidak disebutkan nominalnya, jumlah investasi di chatbot tidak lebih mahal dari jumlah investasi IT yang biasa dihabiskan oleh perusahaan besar.

Sementara bagi CEO Bang Joni Diatche Harahap, biaya untuk pembuatan chatbot sekarang sudah relatif turun tapi tergantung sistem dan kegunaan apa yang akan dilakukan. Bahkan, di dalam platformnya, biaya pembuatannya sangat terjangkau, relatif tanpa harus lewati proses coding, kecuali untuk fitur yang dikostumisasi untuk spesifik perbankan.

Setyo Harsoyo turut berpendapat, “Biaya sangat relatif, tergantung dibandingkan dengan apa? Jika dibandingkan dengan biaya pengadaan dan pengelolaan call center jelas lebih murah.”

Kendati dianggap sebagai investasi yang worth it, masih ada kekurangan yang dirasa oleh para pemain. Lila Noya berpendapat, meski perekaman data melalui Mita sangat mudah dan dapat jadi bahan evaluasi untuk meningkatkan layanan kepada nasabah dan internal kontrol.

Akan tetapi, pengembangan sistem bot untuk dapat merespons permintaan nasabah yang kompleks masih membutuhkan waktu yang relatif lama.

Senada, Anang Fauzie melihat pengkayaan kosa kata sangat menantang karena akan sangat variatif cara orang bertanya dan berbahasa. Namun hal tersebut bisa diakali dengan mengoptimalkan kecerdasan buatan untuk pelajari bahasa, agar ia semakin pintar deteksi bahasa.

 

Teknologi baru, tantangan baru

Irzan Raditya memahami karena masih implementasi tahap awal, kemampuan chatbot yang diterapkan bank di Indonesia tergolong cukup terbatas. Banyak sekali pengembangan yang perlu dilakukan untuk memastikan chatbot memiliki fungsionalitas sekaya aplikasi atau situs.

Saat ini, sambungnya, tantangan utama untuk chatbot yang diimplementasi di kanal media sosial adalah keamanan data. Ketika chatbot merambah fitur transaksi (core banking), opsi terbaik untuk melakukannya adalah lewat aplikasi atau situs milik bank tersebut.

“Maka dari itu mayoritas chatbot yang ada saat ini masih terfokus di fungsi-fungsi komplementer, seperti CS, cari promo kartu kredit/debit, cari ATM terdekat, cari tahu soal produk, daftar kartu kredit, dan gimmick marketing lainnya. Namun kami yakin di masa yang akan datang, chatbot akan bisa mencapai fungsionalitas lebih baik dari sisi teknologinya.”

Ditambah pula, dari sisi teknis mengenai keamanan data, bank tidak diperkenankan untuk menyimpan data nasabah di server eksternal atau cloud. Semua data dan sistem teknologi harus tersimpan di server milik mereka sendiri (on premise).

Dampaknya, terletak pada biaya investasi yang perlu mereka keluarkan saat mencoba mengimplementasikan teknologi baru karena harus bangun infrastruktur teknologi mereka sendiri. Namun di sisi lain, bank hanya akan berinvestasi pada teknologi yang sudah terjamin mengingat kerumitan yang harus mereka hadapi saat implementasi teknologi baru.

“Dengan berlomba-lombanya bank di Indonesia eksplorasi chatbot, ini menunjukkan chatbot bukan lagi sekadar eksperimen teknologi. Tapi sudah jadi sebuah pilihan teknologi yang strategis untuk proses bisnis mereka.”

Di samping itu, tantangan lainnya yang masih harus dihadapi bank saat implementasi teknologi baru adalah soal regulasinya. Menurut Diatche Harahap, regulasi bank terkesan sangat terlambat untuk mengikuti perkembangan teknologi chatbot dengan AI.

Dia mencontohkan, untuk regulasi pembukaan rekening dan transaksi. Saat ini setelah hampir setahun, tak kunjung ada restu dari regulator padahal kebutuhan utama dari chatbot adalah regulasi yang mendukung.

“Regulasi adalah tantangan terbesar, bukan hanya data,” kata Ache, panggilan akrab Diatche.

Selalu membutuhkan sentuhan manusia

Kendati chatbot adalah robot yang menyerupai manusia, namun perbankan memastikan bahwa mereka akan selalu membutuhkan sentuhan manusia yang nyata dalam memberikan pelayanan kepada nasabah.

“Sampai saat ini, kami belum melihat bahwa robot akan menggantikan manusia 100%. Akan selalu dibutuhkan sentuhan manusia dalam setiap teknologi. Apalagi untuk jenis usaha finansial seperti bank,” kata Santoso.

Bagi bank, berhubungan dengan nasabah secara langsung merupakan sesuatu yang sangat penting. Teknologi atau robot dalam hal ini akan membuat beberapa hal lebih efisiens dan lebih cepat (responsif), baik dari sisi perusahaan maupun nasabah.

Diungkapkan bahwa manusia memiliki unsur relationship yang tidak dapat tergantikan oleh robot. Anang Fauzie menambahkan, chatbot jadi alat untuk bantu dan melengkapi layanan, bukan untuk menggantikan penuh tenaga manusia.

Chatbot, menurutnya, akan membantu tim melayani hal-hal yang simpel namun banyak sekali dibutuhkan atau ditanyakan. Dengan demikian SDM bisa lebih fokus untuk pekerjaan yang lebih kompleks, sehingga tidak menyita waktu mereka.

“Sebagian layanan yang tidak bisa direspon via chatbot misalnya, yang sifatnya konsultatif maka tetap membutuhkan kehadiran layanan manusia,” ucap Indra Utoyo.

Masa depan Vira, Mita, Cinta, dan Sabrina

Tak hanya berguna untuk meringankan beban pekerjaan tim CS, chatbot juga dapat dimaksimalkan untuk keperluan lainnya. Lila Noya mengatakan Mita juga dimanfaatkan perseroan untuk keperluan marketing, menggali kebutuhan nasabah lewat survei dan representasi Bank Mandiri secara korporat.

Selain itu, Anang menambahkan, chatbot dipakai sebagai alat peningkat transaksi dan akuisisi nasabah baru. Serta, data mining untuk mengetahui preferensi nasabah.

“Kelak nasabah bebas memilih sarana atau channel apa yang sesuai dengan keinginan atau preferensi dan pola laku (behavior) yang cocok bagi nasabah,” tandas Santoso.

Sejauh ini bisa dikatakan BCA sebagai bank pelopor yang menghadirkan Vira ke publik pada pertengahan tahun lalu. Santoso menuturkan dampaknya bagi perusahaan adalah peningkatan pengguna dan interaksi dengan nasabah setiap bulannya. Sayangnya, dia tidak disebutkan berapa angka detailnya.

Bagi BCA, hal tersebut menjadi pencapaian yang positif karena semakin sering Vira diajak ngobrol, dia akan semakin “pintar”.

Sedangkan bagi Cinta, dampak bagi BNI adalah perseroan dapat menyebarkan informasi dengan biaya yang rendah karena lewat aplikasi messaging.

“Dengan demikian setiap blast promo yang kami kirimkan dapat dilihat langsung oleh user lewat gadget mereka,” terang Anang.

Perjalanan Vira, Mita, Cinta, dan Sabrina masih sangat panjang. Masih banyak sekali fitur-fitur yang bisa dikembangkan dan akan terus bertambah. Inisiasi empat bank beraset terbesar di Indonesia ini dengan memulainya lebih dahulu bisa menjadi faktor pemicu untuk bank lainnya melakukan hal serupa.

GDP Venture and PTB Venture Lead Investment for AI Startup Element Inc

Artificial Intelligence (AI) Startup, Element Inc, announces Series A funding of $12 million (about Rp171 billion) led by GDP Ventures and PTB Ventures. Also participating are some of Indonesia’s top-tier corporates, such as BCA (through its investment company, Central Capital Ventura), BRI (through its investment unit), Telkom Indonesia (through MDI Ventures), and Maloekoe Ventures (partner of Ayala Corporation, the Philippines).

David Fields, PTB Ventures’ Managing Partner and GDP Venture’s CTO On Lee will join Element Inc’s board of Directors. Pandu Sjahrir also continues his investment in this round.

Element Inc was founded by Adam Perold (Stanford’s graduate in product design) and Yann LeCun (machine learning expert) in the US. LeCun is a professor in NYU and previously was Facebook’s AI Research Director.

This startup develops and distributes mobile-based software platform creating a biometric identity. The company produces a thorough biometric solution that mostly used to build global vaccination platform. It allows initiate diagnose, gives identity source to the health services, and creates access for financial services.

“Our mission in Element is to provide an identity for billions of people in need. We want to build an efficient and inclusive public. Currently, the opportunity for digital transformation in Asia and Africa is very engaging. We are honored to be able to partner with these world-class companies,” Adam Perold, Element Inc’s CEO and Co-Founder, said in the release.

In Indonesia, Element Inc has built the operational team by recruiting Rizki Suluh Adi as the Head of Indonesia.

Martin Hartono, CEO of GDP Venture, said on this funding, “GDP is always open for global investment that can give a big impact on Indonesia’s development, world’s fourth-largest population. By investing in Element Inc, we spot a chance to advance Artificial Intelligence technology, particularly for digital identity safety to be implemented in various sector.”

“After years of operation, we’ve observed the well-known companies using Artificial Intelligence in Asia, US, Canada, and Europe. The end-to-end AI produced by Element for mobile and cloud is very unique,” On Lee, CTO of GDP Venture, added.

David Bangun, Telkom Indonesia’s Director of Digital & Strategic Portfolio, said, “Currently, Telkom has 180 million customers and business unit that provides national-scale IT infrastructure includes cloud, security, and broadband solution. With Element, we notice a big opportunity for partnerships that can give numerous advantage to our customers on a big scale.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

GDP Venture dan PTB Ventures Pimpin Pendanaan untuk Startup Artificial Intelligence Element Inc

Startup Artificial Intelligence (AI) Element Inc mengumumkan perolehan dana Seri A sebesar $12 juta (sekitar 171 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh GDP Venture dan PTB Ventures. Turut berpartisipasi dalam pendanaan ini sejumlah korporasi ternama Indonesia, yaitu BCA (melalui perusahaan investasi Central Capital Ventura), BRI (melalui unit investasinya), Telkom Indonesia (melalui MDI Ventures), dan Maloekoe Ventures yang bermitra dengan Ayala Corporation (Filipina).

Managing Member PTB Ventures David Fields dan CTO GDP Venture On Lee akan bergabung di dewan direksi Element Inc. Investor Pandu Sjahrir juga melanjutkan investasinya di putaran kali ini.

Element Inc didirikan oleh Adam Perold (desainer produk lulusan Stanford) dan Yann LeCun (peneliti machine learning kenamaan) di Amerika Serikat. LeCun adalah Profesor di NYU dan pernah menjabat sebagai Direktur Facebook AI Research.

Startup ini mengembangkan dan mendistribusikan platform software berbasis mobile yang menciptakan identitas biometrik. Perusahaan ini memproduksi solusi biometrik dari hulu ke hilir yang banyak digunakan untuk membangun platform imunisasi global. Hal ini memungkinkan diagnosis awal, memberikan sumber identitas untuk penyedia jasa kesehatan, dan mendorong akses terhadap layanan finansial.

Menggunakan teknologi Element Inc yang tersedia dalam bentuk aplikasi mobile, identitas seseorang (pengenalan wajah, sidik jari, dan lain-lain) akan lebih mudah disimpan dan digunakan. Hal ini dapat mengubah bagaimana berbagai layanan, termasuk perbankan dan kesehatan, mengelola data konsumennya.

“Misi kami di Element adalah untuk memberikan identitas pada miliaran orang yang membutuhkannya. Kami ingin membangun masyarakat yang lebih efisien dan inklusif. Saat ini, kesempatan untuk melakukan transformasi digital di Asia dan Afrika sangatlah menarik. Kami merasa terhormat bisa bergabung dengan perusahaan-perusahaan mitra kelas dunia ini,” kata Co-Founder dan CEO Element Inc Adam Perold dalam rilis yang kami terima.

Di Indonesia Element Inc telah membangun operasionalnya dengan merekrut Rizki Suluh Adi sebagai Head of Indonesia.

Menanggapi pendanaan ini, CEO GDP Venture Martin Hartono berujar, “GDP selalu terbuka untuk melakukan investment global yang dapat memberikan dampak besar terhadap pembangunan Indonesia, negara yang memiliki populasi keempat terbesar di dunia. Dengan berinvestasi di element inc, kami melihat adanya kesempatan untuk memajukan teknologi Artificial Intelligence khususnya keamanan identitas digital yang bisa diterapkan di berbagai bidang di Indonesia.”

“Setelah bertahun-tahun beroperasi, kami telah memantau perusahaan-perusahaan ternama yang menggunakan Artificial Intelligence di Asia, Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa. Teknologi end-to-end AI yang diproduksi oleh Element untuk penggunaan mobile dan cloud sangatlah unik,” CTO GDP Venture On Lee menambahkan.

Director of Digital & Strategic Portfolio Telkom Indonesia David Bangun mengatakan, “Saat ini, Telkom memiliki 180 juta pelanggan seluler serta unit bisnis yang menyediakan infrastruktur TI berskala nasional, termasuk layanan cloud, solusi broadband dan security. Bermitra dengan Element, kami melihat banyaknya peluang kolaborasi yang akan memberikan sejumlah manfaat bagi pelanggan kami dalam skala besar.”

Pembaruan Kemampuan, Chatbot Bank BRI “Sabrina” Bisa Diakses dengan Perintah Suara

Bank Rakyat Indonesia mengumumkan peningkatan kemampuan chatbot Sabrina yang kini bisa diakses dengan perintah suara dari sebelumnya hanya berbasis teks. Peningkatan teknologi ini diharapkan dapat mempercepat nasabah dalam mencari informasi seputar produk atau layanan BRI serta melakukan transaksi seperti memesan tiket bioskop.

“Yang ingin kami sampaikan hari ini adalah tentang bagaimana Sabrina akan ada juga via voice, jadi sangat mempercepat layanan pencarian informasi tentang BRI, info promonya, bantuan, dan lainnya,” ucap EVP Digital Center of Excellence BRI Kaspar Situmorang seperti dikutip dari DetikInet.

Sabrina bisa diakses lewat Facebook Messenger dan aplikasi Telegram. Cukup klik tombol “like” dan “follow” akun Bank BRI atau input @BANKBRI_ID_BOT. Ke depannya, BRI akan menghadirkan Sabrina di aplikasi WhatsApp yang rencananya direalisasikan pada akhir April 2018.

“Sekitar tanggal 20 Januari lalu kita sudah launching Sabrina di Messenger. Nanti April ini akan tersedia juga di platform lain yakni WhatsApp.”

Sabrina juga telah ditanamkan dalam situs korporat Bank BRI versi terbaru. Selain itu, melakukan sejumlah perubahan lainnya meliputi tampilan antar muka, aksesibilitas terhadap berbagai fitur, dan kontekstualitas konten. Dari pembaruan ini, diharapkan akan semakin memudahkan nasabah dalam mendapatkan layanan perseroan.

“Dengan adanya integrasi dengan Sabrina di situs korporat, nasabah dapat langsung berinteraksi secara aktif dan mendapatkan pelayanan secara langsung layaknya datang ke kantor Bank BRI,” ucap Corporate Secretary Bank BRI Bambang Tribaroto secara terpisah dalam keterangan resminya.

Dalam menghadirkan Sabrina, Bank BRI menggandeng perusahaan pengembang AI Kata.ai sebagai mitra teknologinya.

Rilis Indonesia Mall

Tampilan muka Indonesia Mall di Blanja / Bank BRI
Tampilan muka Indonesia Mall di Blanja / Bank BRI

Selain merilis pembaruan kemampuan Sabrina, Bank BRI juga menghadirkan platform e-commerce Indonesia Mall hasil kerja sama antara perusahaan dengan perusahaan e-commerce, seperti Blanja, Bukalapak, dan Lazada. Platform ini menjadi senjata Bank BRI dalam mendorong UKM untuk go online, sekaligus meningkatkan jangkauan penjualan produk UKM binaan perseroan.

Lewat Indonesia Mall, mitra binaan cukup mengunggah produk mereka sekali dan produk akan terpajang secara otomatis di situs e-commerce. Tercatat saat ini sudah ada 150 mitra UKM terpilih yang menampilkan produknya di sana.

“Kami akan terus menjalin lebih banyak kerja sama dengan para pemain e-commerce besar agar semakin meningkatkan exposure produk UKM lokal binaan BRI,” pungkas Bambang.

Kata.ai Perkenalkan Kehadiran Chatbot untuk BRI dan Alfamart

Kata.ai hari ini mengumumkan kehadiran dua platform chatbot yang bakal membantu BRI dan Alfamart berkomunikasi dengan konsumennya. Sabrina adalah nama yang disematkan untuk chatbot layanan pelanggan BRI, sementara Shalma akan berinteraksi untuk meningkatkan pelanggan berbelanja konsumen Alfamart.

Kehadiran Sabrina dan Shalma adalah milestone baru Kata.ai dalam menggaet klien-klien korporasi. Sebelumnya Veronika sudah hadir untuk konsumen Telkomsel dan Jemma untuk Unilever. Kata.ai memiliki spesialisasi membangun chatbot yang secara natural dapat berinteraksi dalam bahasa Indonesia.

Co-Founder dan CEO Kata.ai Irzan Raditya dalam rilisnya mengatakan, “Kami yakin apa yang bisa kami capai melalui kemitraan dengan BRI dan Alfamart adalah langkah menuju demokratisasi AI sebagai suatu perangkat yang dapat meningkatkan produktivitas masyarakat Indonesia.”

Kata.ai adalah salah satu startup yang bakal mengikuti SXSW 2018 di Texas, Amerika Serikat, sebagai bagian dari program Bekraf.

Sabrina tersedia di platform Facebook Messenger dan Telegram, sementara Shalma di LINE. Meskipun demikian tidak menutup ke depannya baik Sabrina maupun Shalma bakal tersedia di platform yang lain.

Menggunakan Sabrina, konsumen dapat menanyakan lokasi BRI terdekat dan menyampaikan keluhannya. Shalma sendiri diterapkan dengan tujuan yang berbeda, yaitu memberikan sarana komunikasi dan interaksi yang memberikan personalisasi kebutuhan konsumen Alfamart.

Kaspar Situmorang, EVP Digital Centre of Excellence BRI, dalam rilisnya tentang peluncuran Sabrina menyebutkan, “Menjawab tantangan digital di dalam dunia finansial, salah satu yang menjadi faktor penting adalah membuat produk yang sesuai dengan kebutuhan nasabah. Sabrina memberikan kesempatan kepada kami untuk melayani dengan lebih baik dan juga sekaligus menjadi tempat untuk mendengarkan suara dari nasabah.”

Sabrina adalah chatbot ketiga yang diterapkan perbankan di Indonesia. Sebelumnya BCA sudah mengimplementasikan VIRA, sementara BNI mengeluarkan Cinta.

Dalam wawancara terdahulu dengan DailySocial, Kaspar mengatakan, kehadiran chatbot dapat menjadi strategi perseroan dalam meningkatkan engagement dengan nasabah, sekaligus upaya menjaring nasabah baru. Saat ini BRI memiliki 52 juta nasabah tersebar di seluruh Indonesia, sementara pengguna internet banking dan SMS banking mencapai 16 juta nasabah.

Sementara Linda Valentin, General Manager Marketing Alfamart, tentang kehadiran Shalma, berkomentar, “Alfamart mencoba melihat dari kacamata konsumen, di mana informasi promo yang sesuai dengan kebutuhan konsumen akan lebih bermanfaat dan memiliki redemption rate yang lebih tinggi. Saat ini Alfamart melakukan [penerapan] big data analytics atas data member untuk memberikan pendekatan yang lebih customized bagi seluruh member-nya. Dan dengan inovasi terbaru ini, Shalma diharapkan mampu menjadi channel komunikasi dan pelayanan terbaru Alfamart.”