Cara Gabung Cloud Kitchen, Solusi untuk Ekspansi Bisnis Kuliner

Bagi pelaku bisnis kuliner, bergabung dengan layanan cloud kitchen dapat memberi dampak pada perkembangan bisnis. Salah satunya, dapat menghemat biaya operasional yang dikeluarkan saat ingin memulai dan melakukan ekspansi bisnis.

Pelaku bisnis kuliner tak perlu mengeluarkan biaya besar, seperti untuk pembelian peralatan dan sewa tempat. Cloud kitchen disebut dapat membantu menghemat biaya operasional, hingga kisaran 70%-80%, dari total biaya.

Selain itu, pelaku UMKM juga dapat melayani konsumen lebih cepat karena infrastruktur dapur yang sudah siap. Dengan begitu, pelaku UMKM dapat berpotensi meraup keuntungan yang lebih besar lagi.

Langkah Daftar Kemitraan Hangry, Everplate dan Yummy Kitchen

Bagi pelaku bisnis kuliner yang tertarik dengan konsep layanan yang ditawarkan cloud kitchen, ada beberapa opsi layanan cloud kitchen di Indonesia, yang dapat diikuti. Di antaranya, sebagai berikut:

1. Hangry

Hangry adalah cloud kitchen yang telah memiliki 73 outlet di seluruh Indonesia. Layanan ini membantu pelaku bisnis kuliner sebagai mitra untuk memberikan pelayanan terbaik bagi kosumennya melalui pemesanan dari aplikasi.

Begini cara mendaftar menjadi brand mitra Hangry:

  • Masuk ke laman resmi Hangry pada https://www.ishangry.com/ atau klik di sini.
  • Pilih opsi Kemitraan bagi pelaku bisnis yang ingin bergabung menjadi mitra. Sementara, jika ingin bergabung sebagai pendana, maka pilih opsi Tumbuh Bersama Hangry.
gabung cloud kitchen
gabung cloud kitchen
  • Selanjutnya, scroll menuju paling bawah pada laman Kemitraan.
gabung cloud kitchen
  • Kemudian, isi kolom pedaftaran di bawah tulisan “Tertarik? Daftarkan diri anda sekarang”.
  • Calon mitra akan diminta mengisi nama pendaftar, nama bisnis, jabatan, alamat email, Tautan Menuju Website Bisnis, Foto Bisnis.
  • Berikutnya, pilih lokasi outlet.
  • Setelah itu, klik Daftar Sekarang.
  • Setelah form pendaftaran terkirim, silakan tunggu konfirmasi selanjutnya dari pihak Hangry untuk diarahkan ke proses selanjutnya.

Ada pun syarat menjadi mitra Hangry, antara lain:

  • Pendapatan minimal Rp150.000.000 per bulan di tiap cabang bisnis.
  • Beroperasi di Jabodetabek atau kota besar lainnya di Indonesia.
  • Mayoritas pemasukan didapat dari jasa layanan antar online, seperti GoFood, GrabFood, dan ShopeeFood.
  • Sudah beroperasi minimal 12 bulan.

2. YummyKitchen

YummyKitchen merupakan layanan cloud kitchen yang diinisiasi oleh YummyCorp. Layanan ini telah memiliki 50 cabang kerja di lebih dari 50 lokasi di Indonesia, seperti di Jakarta, Depok, Tangerang, Bekaksi, Bandung dan Medan.

Begini cara mendaftar menjadi brand mitra YummyKitchen:

yummykitchen
  • Isi kolom pendaftaran dengan melengkapi informasi bisnis.
yummykitchen
  • Klik Kirim dan tunggu konfirmasi selanjutnya dari pihak YummyKitchen untuk diarahkan ke proses selanjutnya.

Ada pun keuntungan menjadi mitra YummyKitchen, antara lain:

  • Mempercepat pertumbuhan bisnis.
  • Tanpa modal awal.
  • Membantu meningkatkan brand awareness.
  • Biaya operasional ditanggung 100%.
  • Kebersihan bahan pangan dan tempat terjamin.
  • Lokasi yang sudah tersebar luas.

3. Everplate

Bagi pelaku bisnis kuliner yang ingin bergabung dengan Everplate, layanan cloud kitchen satu ini turut membantu mitranya melakukan analisa data, pemasaran brand, serta penambahan saluran penjualan seperti dengan mendaftarkan mitranya di semua platform food delivery.

Begini cara mendaftar menjadi brand mitra Everplate:

everplate
  • Isi kolom pendaftaran dengan melengkapi informasi bisnis.
everplate
  • Berikutnya, pilih lokasi outlet di beberapa wilayah strategis.
everplate
  • Klik Kirim dan tunggu konfirmasi selanjutnya dari pihak YummyKitchen untuk diarahkan ke proses selanjutnya.

Demikian serangkaian langkah yang perlu dilakukan dalam mendaftarkan bisnis kuliner di berbagai layanan cloud kitchen di Indonesia.

7 Layanan Cloud Kitchen di Indonesia, Tingkatkan Profit Bisnis Kuliner

Seiring dengan tren food delivery atau pesan antar makanan secara online yang banyak digunakan masyarakat saat ini. Layanan cloud kitchen atau restoran berbasis komputasi awan hadir mewarnai pasar bisnis kuliner di Indonesia.

Cloud kitchen atau dapur awan, yang dikenal juga sebagai ghost kitchen ini merupakan dapur atau restoran virtual yang beroperasi hanya untuk layanan pengiriman kuliner. Lain dengan restoran konvensional pada umumnya, cloud kitchen tidak melayani makan langsung di tempat.

Tingginya permintaan pasar saat ini, turut mendorong pertumbuhan layanan cloud kitchen. Ada pun beberapa layanan cloud kitchen yang ada di Indonesia saat ini, akan dipaparkan pada pembahasan berikut.

Daftar Cloud Kitchen di Indonesia

Bagi pelaku bisnis kuliner yang tertarik bergabung dengan bisnis kuliner, dapat memanfaatkan layanan yang disediakan oleh beberapa unit bisnis, antara lain:

1. Kitchen by GrabFood

Kitchen by GrabFood atau GrabKitchen ini adalah layanan dapur bersama yang disediakan oleh salah satu perusahaan teknologi terbesar yang ada di Indonesia, yakni Grab. GrabKitchen ini menjadi suatu bentuk ekspansi GrabFood melalui cloud kitchen.

GrabKitchen hadir dengan misi menyatukan pelaku bisnis kuliner dalam sebuah fasilitas terpusat, untuk memenuhi permintaan pelanggan. Layanan ini juga membantu pelaku bisnis kuliner menjangkau lingkup bisnis yang lebih luas, dengan hadir di wilayah-wilayah yang belum terpenuhi.

2. Dapur Bersama GoFood

aaafdaefbdcd

Dapur Bersama GoFood merupakan layanan dapur awan yang diinisiasi oleh Gojek, berupa ruang kerja yang difasilitasi lengkap untuk mendukung operasional bisnis kuliner dari berbagai jenis restoran dan UMKM kuliner.

Layanan ini terbuka untuk diikuti oleh seluruh pelaku bisnis kuliner, terutama bagi yang telah bergabung di GoFood. Saat ini, Dapur Bersama GoFood telah memiliki 27 outlet yang tersebar di Jabodetabek, Bandung, Medan, Yogya, Solo, Semarang, Malang, Bali, Lampung dan Palembang.

3. Everplate

Sebagai cloud kitchen, Everplate menyediakan fasilitas dapur yang dirancang khusus pesan antar. Everplate memiliki misi membantu pelaku bisnis kuliner melakukan ekspansi di berbagai lokasi strategis, dengan risiko minim dan keuntungan maksimal.

Bagi pelaku bisnis kuliner yang ingin bergabung, Everplate juga membantu mitranya dalam melakukan analisa data, pemasaran brand, serta penambahan saluran penjualan seperti dengan mendaftarkan mitranya di semua platform food delivery.

4. Yummykitchen

yo

Yummykitchen merupakan layanan dapur virtual yang diinisiasi oleh Yummy Corp. Layanan ini memiliki komitmen untuk meningkatkan peluang bisnis kuliner secara online, baik bagi brand ternama maupun pelaku UMKM.

Unit bisnis Yummy Corp satu ini memfasilitasi keperluan dapur secara lengkap, berikut dengan karyawannya, bagi pelaku bisnis kuliner. Hingga kini, YummyKitchen telah memiliki 50 cabang kerja di lebih dari 50 lokasi di Indonesia, seperti di Jakarta, Depok, Tangerang, Bekaksi, Bandung dan Medan.

5. Hangry

yuhu

Hangry adalah layanan dengan konsep restoran virtual yang berkomitmen menjadi one-stop-solution bagi konsumen bisnis kuliner. Layanan ini menyediakan kemudahan bagi konsumen pelaku bisnis kuliner sebagai mitra, agar dapat melakukan pemesanan melalui aplikasi.

Hingga kini, Hangry telah memiliki 73 outlet di seluruh Indonesia. Dapur awan ini sendiri telah bekerja sama dengan beberapa brand kuliner lokal seperti Moon Chiken, San Gyu, Dari Pada, dan Ayam Koplo.

6. Eden Kitchens

f aaefbdaaccefdbmv

Eden Kitchens merupakan cloud kitchen yang berlokasi di Jakarta. Fasilitas yang disediakan oleh cloud kitchen satu ini dilengkapi dengan peralatan dapur berkualitas tinggi, keamanan, pemeliharaan dan kebutuhan operasional lainnya.

Berbeda dengan cloud kitchen lainnya, Eden Kitchens tidak memungut activation fee ataupun revenue sharing dalam sistem kerja samanya. Hingga kini, Eden Kitchens telah bekerja sama dengan lebih dari 35 mitra bisnis kuliner.

7. Telepot Co-Kitchen

logos

Telepot adalah layanan dengan fasilitas berupa infrastruktur dapur pusat yang membangun restoran virtual bagi pelaku bisnis kuliner melalui aplikasi. Selain dapur dan jasa pengantaran, Telepot juga menyediakan keperluan operasional, konsultansi brand hingga administrasi bisnis. Sama seperti Eden Kitchens, Telepot saat ini baru tersedia di Jakarta.

Mengenal Cloud Kitchen, Konsep Bisnis Kuliner yang Sedang Tren

Kemajuan teknologi saat ini telah menghadirkan banyak inovasi dalam dunia bisnis, termasuk di bidang bisnis F&B (food and beverages) atau kuliner. Salah satunya dengan adanya konsep baru dalam berbisnis kuliner, yakni cloud kitchen.

Konsep bisnis cloud kitchen atau layanan restoran berbasis komputasi awan ini sedang marak digeluti oleh pelaku usaha kuliner. Layanan ini disebut dapat membantu pelaku UMKM dalam mengembangkan usaha kulinernya.

Berikut akan dijelaskan terkait apa itu konsep bisnis baru yang sedang tren ini, serta apa manfaatnya bagi pelaku UMKM? Simak penjelasannya!

Apa Itu Cloud Kitchen?

Cloud kitchen atau sering juga disebut ghost kitchen merupakan sebuah bisnis dengan layanan berbasis komputasi awan yang diciptakan untuk bisnis kuliner. Layanan restoran berbasis komputasi awan ini, biasanya ditawarkan oleh suatu unit bisnis tertentu untuk disewakan kepada pelaku usaha kuliner.

Konsepnya yakni dengan mengoperasikan dapur yang berfokus ke layanan pengiriman makanan saja. Bisnis ini tidak menyediakan layanan makan di tempat. Meski demikian, pelaku usaha kuliner sebagai penyewa akan mendapat bantuan fasilitas dari penyedia layanan.

Fasilitas yang disediakan oleh penyedia layanan restoran berbasis komputasi awan ini lengkap. Mulai dari fasilitas teknologi hingga fasilitas dapur bersama yang digunakan untuk memasak berbagai menu dari berbagai macam restoran.

Mengapa UMKM Perlu Gabung Cloud Kitchen?

Bagi pelaku UMKM, bergabung dengan bisnis restoran berbasis komputasi awan dapat memberi dampak pada perkembangan bisnis. Salah satunya, dapat menghemat biaya operasional yang dikeluarkan saat ingin memulai dan memajukan bisnis.

Pelaku UMKM tak perlu mengeluarkan biaya besar, seperti untuk pembelian peralatan dan sewa tempat. Melansir Kontan.co.id, cloud kitchen dapat membantu pelaku UMKM hemat biaya operasional hingga kisaran 70% hingga 80%, dari total biaya investasi mereka.

Selain itu, pelaku UMKM juga dapat melayani konsumen lebih cepat karena infrastruktur dapur yang sudah siap. Dengan begitu, pelaku UMKM dapat berpotensi meraup keuntungan yang lebih besar lagi.

Opsi Dapur Virtual Bagi Pelaku UMKM

Bagi pelaku UMKM kuliner yang tertarik dengan konsep bisnis yang ditawarkan cloud kitchen, kini di Indonesia telah hadir berbagai unit bisnis yang menawarkan layanan tersebut. Beberapa di antaranya, yakni GrabFood Kitchen dan Dapur bersama GoFood.

Selain kedua dapur virtual yang digarap oleh perusahaan teknologi ternama di Indonesia itu, layanan dapur virtual lainnya dapat ditemukan di antaranya pada Everplate, YummyKitchen, Kita Kitchen, Telepot dan Eatsii.

Tren Bisnis Cloud Kitchen, Ini Kelebihan dan Kekurangannya bagi UMKM

Bisnis dengan sistem cloud kitchen atau layanan restoran dengan komputasi awan kini tengah banyak diadopsi oleh para pelaku usaha kuliner, termasuk UMKM. Layanan cloud kitchen ini berfokus pada pesanan makanan secara online.

Alasan konsep cloud kitchen banyak dimanfaatkan oleh pelaku usaha adalah karena layanannya memudahkan pelaku usaha kuliner secara operasional. Salah satunya, layanan ini membuat pengantaran produk menjadi lebih cepat, dibandingkan dengan restoran biasa.

Cloud kitchen dinilai menjadi konsep bisnis kuliner yang lebih menguntungkan. Tetapi, sebelum memutuskan berbisnis dengan sistem cloud kitchen, pelaku UMKM perlu memahami terlebih dahulu keuntungan dan kekurangan cloud kitchen.

Keuntungan Cloud Kitchen bagi Pelaku UMKM Kuliner

  • Hemat Modal

Modal untuk membuka restoran fisik beserta dapurnya tentu memerlukan modal yang besar. Mulai dari biaya sewa atau pembuatan gedung, peralatan memasak dan makan, gaji karyawan dan keperluan-keperluan lainnya.

Dengan menyewa cloud kitchen, modal tersebut dapat dihemat sebab pelaku usaha kuliner tidak perlu membangun restoran sendiri. Cloud kitchen memfasilitasi tempat usaha, peralatan memasak hingga hal lain yang dibutuhkan.

  • Fasilitas Lengkap

Cloud kitchen menyediakan fasilitas lengkap bagi pelaku usaha kuliner sebagai penyewa. Segala keperluan operasional bisnis yang berkaitan dengan dapur, dapat terpenuhi dengan layanan restoran komputasi awan satu ini.

  • Kualitas Terjamin

Layanan restoran komputasi awan menjamin kualitas bahan baku makanan dan kebersihan tempatnya. Sehingga, pangan kuliner yang diproduksi oleh pelaku usaha higienis dan berkualitas baik.

  • Mudah Ekspansi

Dengan bergabung bersama layanan ini, harga sewa tempat yang dikeluarkan tak sebesar saat pelaku usaha membuka restoran konvensional sendiri. Sehingga, pelaku usaha dapat memiliki berkesempatan lebih untuk mengembangkan cabang usahanya ke banyak lokasi.

  • Minim Risiko

Jika pelaku usaha masih baru dalam berkecimpung di dunia bisnis kuliner, strategi bisnis tentu pelu dipikirkan secara matang. Dalam membuka restoran, banyak aspek yang perlu dipertimbangkan guna menghindari risiko kegagalan.

Dengan cloud kitchen, risiko kerugian dapat diminimalisir, sebab pelaku usaha tak perlu keluar modal besar. Pelaku usaha dapat memanfaatkan layanan ini untuk belajar dan bereksperimen, sebelum membuka restoran sendiri.

Kekurangan Cloud Kitchen bagi Pelaku Bisnis Kuliner

  • Persaingan yang Ketat

Dalam suatu cloud kitchen, pelaku usaha sebagai penyewa akan berdampingan dengan pelaku usaha kuliner yang lain, sehingga mungkin saja produk yang dijual serupa. Dengan begitu, pelaku usaha perlu memiliki karakter khas dan strategi branding yang kuat, agar dapat menang dalam persaingan dengan kompetitor.

  • Lakukan Branding Sendiri

Penyedia layanan cloud kitchen hanya memfasilitas keperluan operasional bisnis yang berkaitan dengan dapur. Di luar itu, pelaku usaha perlu menjalankan sendiri, termasuk terkait branding. Pelaku usaha perlu membuat dan menjalankan strategi brandingnya sendiri.

Hangry Memulai Strategi “Brand Aggregator”, Akuisisi Merek Kuliner Lokal

Hangry memulai strategi ala brand aggregator untuk melengkapi sajian kuliner di dalam outlet-outletnya. Dalam debutnya, Hangry “House of Winning Brands” mengakuisisi penuh pengembang merek makanan khas India bernama Accha. Nantinya produk Accha akan masuk sebagai varian menu di layanan Hangry.

“Semuanya dimulai ketika Hangry melihat kemajuan yang pesat dalam pertumbuhan Accha. Setelah beberapa kali melakukan pembicaraan, Hangry dan Accha menemukan kesamaan visi, misi, dan filosofi dalam membangun sebuah brand. Kesamaan ini membuat kami percaya bahwa kami dapat tumbuh lebih cepat dan lebih efisien saat kami bergabung ke dalam satu perusahaan,” ujar Co-Founder & CEO Hangry Abraham Viktor menanggapi akuisisinya atas Accha.

Di sesi wawancara, Abraham mengatakan, ke depan Hangry akan mengakuisisi lebih banyak brand kuliner — kendati demikian mereka tidak akan berhenti memproduksi brand makanan baru secara mandiri. Seperti diketahui, saat ini di setiap outlet Hangry terdapat beberapa brand makanan yang bisa dipesan, mulai dari Moon Chicken, San Gyu, Kopi Dari Pada, dan Ayam Koplo — keempatnya merupakan merek kuliner yang mereka kembangkan secara ‘in-house’.

Strategi menjadi brand aggregator juga diyakini bisa mendekatkan Hangry dengan cita-citanya untuk melayani pasar global, sehingga tidak menutup kemungkinan ke depan juga akan ada brand makanan di luar Indonesia yang akan diakuisisi dan dimasukkan ke dalam ekosistemnya.

Dalam kesempatan yang sama Abraham juga mengatakan, bahwa tahun ini akan menggencarkan penggalangan dana lanjutan, mengingat bisnis kuliner multi-brand seperti ini sedang meningkat pesat permintaannya di pasar. Menurut laporan terbaru Momentum Works, sepanjang 2021 layanan food delivery di Asia Tenggara mengalami pertumbuhan 24,3% menghasilkan GMV mencapai $4,6 miliar.

Pertumbuhan pasar tersebut turut didukung dengan penyedia layanan food delivery yang semakin beragam. Di Indonesia, untuk pemain skala nasional selain GoFood dan GrabFood, kini juga ada Shopee Food hingga Traveloka Eats Delivery.

“Ini adalah awal yang baik bagi kami di Hangry. Saat ini, kami memiliki empat brand yang dikembangkan sendiri dan Accha akan menjadi brand kelima dalam keluarga kami. Hangry juga membuka kesempatan ini bagi brand lain yang memiliki visi yang sama dengan kami untuk bekerja sama dalam satu perusahaan. Sila kunjungi website kami di ishangry.com/investment untuk informasi lebih lanjut,” imbuhnya.

Pertumbuhan bisnis Hangry

Sajikan produk makanan khas India yang diproduksi Accha / Accha

Sejak memulai bisnisnya di akhir tahun 2019, Hangry telah mengoperasikan 74 outlet yang tersebar di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, dan Semarang. Tahun lalu mereka juga mulai merambah ke restoran makan di tempat (dine-in), setelah sebelumnya hanya melayani pemesanan lewat aplikasi food delivery. Per Q4 2021 mereka juga melaporkan telah berhasil menjual 10 juta porsi makanan dan minuman melalui outlet yang dimiliki.

Ekspansi kencang ini dilakukan Hangry setelah berhasil membukukan pendanaan seri A 188 miliar Rupiah pada Mei 2021 lalu. Dengan pendanaan awal yang diterima, kurang lebih perusahaan berhasil membukukan dana modal dari investor hampir 250 miliar Rupiah. Alpha JWC Ventures, Sequoia Capital India, SALT Ventures adalah nama-nama yang turut menyokong dana.

Abraham turut meyakini, keberhasilan Hangry dalam bertahan dan melewati krisis akibat pandemi menjadi pembuktian tersendiri terhadap bisnis model yang mereka jalankan. Fundamental dari bisnis multi-brand sebelumnya dikenal dengan istilah cloud kitchen – yakni memungkinkan sebuah dapur terpusat mengelola beberapa jenis merek menu makanan sekaligus. Adanya platform pesan antar turut membuat bisnis ini bisa gesit melakukan perluasan.

Berbeda dengan bisnis restoran tradisional yang membutuhkan biaya operasional besar ketika ingin menambah kehadirannya di kota-kota baru, layanan seperti Hangry cenderung lebih efisien untuk diperluas. Justru tantangan mendasarnya adalah bagaimana mereka mampu menyajikan menu-menu yang relevan bagi pasar – di samping variasi menu yang ditawarkan.

Bisnis turunan cloud kitchen

Dengan mengusung konsep dasar cloud kitchen, Lokalkitchen juga menjadi startup lokal lain yang fokus mengembangkan multi-brand kuliner. Sedari awal, strategi mereka dengan menjaring brand F&B yang dianggap potensial. Mereka berperan sebagai pusat akselerator, menyajikan dukungan pendanaan, pemasaran, teknologi, dan logistik untuk memajukan brand kuliner terkait.

Pendekatan menjadi brand aggregator juga sebenarnya mulai dilakukan pemain lain, termasuk Dailybox yang baru-baru ini mengakuisisi Breadlife; juga ada Foodstory.

Hal lain yang juga khas terhadap bisnis kuliner yang memanfaatkan konsep cloud kitchen adalah penerapan teknologi. Tujuan utamanya untuk memberikan pengalaman pengguna yang unik kepada para pelanggannya. Bentuknya bermacam-macam, mulai dari penerapan konsep O2O (pesan di aplikasi, ambil di outlet), sistem keanggotaan, loyalitas, sampai dengan pembayaran.

Application Information Will Show Up Here

Yummy Corp Kuatkan Strategi M&A, Umumkan Akuisisinya Terhadap Listee

Setelah menutup tambahan pendanaan seri B pada Agustus 2021 lalu, Yummy Corp tunjukkan strategi pertumbuhan agresif, salah satunya melalui M&A (Merger and Acquisition). Hari ini (07/1) perusahaan mengumumkan akuisisinya atas Listee, startup pengembang layanan manajemen pesanan dan penjualan makanan melalui media sosial.

Pada Desember 2021 lalu, Yummy Corp juga telah mengakuisisi MyBrand, aplikasi social marketplace kuliner yang mendukung UMKM rumahan dengan penjualan dan sistem reseller.

Gabungan 3 startup ini mengumpulkan sekitar 18.000 merchant kuliner dari berbagai kota di Indonesia. Tim dari Listree dan MyBrand juga diboyong ke Yummy Corp setelah akuisisi ini.

Terkait akuisisi terbarunya, Co-Founder & CEO Yummy Corp Mario Suntanu mengatakan, “Visi dan misi Yummy Corp saat ini adalah membantu memberikan kemudahan kepada pelaku usaha kuliner terutama UMKM agar dapat menjangkau dan melayani konsumen mereka dengan teknologi yang kami miliki. Akuisisi ini kami yakini akan memperluas jangkauan kami terhadap UMKM di Indonesia untuk memiliki akses akan sebuah platform yang mendukung pertumbuhan usaha mereka.”

Listee didirikan pada Oktober 2020 dan resmi merilis layanannya ke publik pada Januari 2021. Startup ini didirikan oleh 4 orang founder, yakni Gideon Tjahjono, Melvin Juwono, Obed Tandadjaja, dan Marcel Christianis.

“Listee dikembangkan dengan tujuan melayani segmen pasar yang esensial, namun sering kali kurang diperhatikan. Target pasar usaha mikro dan kecil makanan kami tidak hanya mendorong perekonomian Indonesia, tetapi juga menyuntikkan unsur kreativitas dan keragaman yang dikenal masyarakat Indonesia,” ujar Melvin.

Ia melanjutkan, “Kami percaya bahwa produk Listee memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk yang hebat, dan melalui akuisisi ini produk akan diposisikan secara strategis untuk memanfaatkan sepenuhnya ekosistem Yummy Corp dan mencapai potensinya.”

Digitalisasi industri kuliner

Bisnis kuliner memang tengah naik daun, khususnya di tingkat mikro s/d menengah. Kehadiran cloud kitchen dan infrastruktur pendukung seperti yang disediakan Yummy Corp dinilai mampu membantu mereka untuk melakukan ekspansi dengan tetap menekan biaya modal dan operasional.

Tidak hanya dapur, Yummy Corp melahirkan sejumlah inovasi teknologi untuk mendigitalkan proses bisnis di usaha kuliner. Satu yang paling anyar adalah Yummyshop, yakni aplikasi yang bisa membantu pelaku UMKM kuliner bertransaksi lebih mudah dengan konsumen mereka. Konsepnya sebenarnya juga untuk social commerce, pelaku usaha yang sudah mendaftar dan mengisi galerinya, bisa mendapatkan tautan khusus yang bisa dibagikan kepada calon pelanggannya untuk pemesanan dan transaksi.

Selain itu saat ini ada beberapa layanan lain yang disediakan, mulai dari corporate branded outlet, pemesanan makanan untuk acara, hingga paket makanan harian. Jadi Yummy Corp turut menjadi kanal distribusi dari bisnis kuliner yang masuk di ekosistemnya. Sejak 2021, Yummy Corp juga bekerja sama dengan Grab untuk perluasan akses ke layanan cloud kitchen untuk merchant GrabFood.

Selain Yummy Corp, sejumlah startup lain turut menyediakan solusi serupa untuk membantu UMKM dan pemilik brand F&B perluas kehadiran mereka. Di antaranya ada Lokalkitchen, DishServe, hingga Rebel Foods lewat “Dapur Bersama GoFood”.

Application Information Will Show Up Here

Perkuat Ekosistem, Yummy Corp Akuisisi MyBrand

Setelah mengantongi pendanaan lanjutan seri B dari Sembrani Nusantara milik BRI Ventures bulan Agustus 2021, Yummy Corp melancarkan aksi strategis dengan mengakuisisi MyBrand. Yakni sebuah aplikasi social marketplace kuliner yang mendukung UMKM rumahan dengan penjualan dan sistem reseller. Sebelumnya MyBrand adalah delapan startup yang masuk ke dalam batch ketiga program akselerator Accelerating Asia.

MyBrand dikenal sebagai aplikasi yang menjadi wadah pendukung usaha berbasis media sosial agar dapat dijangkau oleh khalayak ramai melalui aplikasi marketplace khusus. Melalui aplikasi tersebut, pengguna dapat memilih restoran dari beragam partner usaha kuliner berbasis online yang ada di sekitar lokasi terdekat.

“Kami memiliki kesamaan visi dan misi dengan MyBrand untuk membantu pelaku usaha kuliner terutama UMKM agar lebih mudah menjangkau dan melayani konsumen mereka dengan teknologi yang kami miliki. Akuisisi ini kami yakini akan memperluas jangkauan kami terhadap UMKM di Indonesia untuk memiliki akses akan sebuah platform yang mendukung pertumbuhan usaha mereka,” kata Co-Founder & CEO Yummy Corp Mario Suntanu.

Akuisisi ini juga diikuti dengan bergabungnya seluruh tim MyBrand, termasuk Louise Lautan selaku founder yang kini menempati posisi strategis sebagai Managing Director di Yummy Corp.

Hingga saat ini merchant yang tergabung dengan Yummyshop dan MyBrand telah mencapai 15.000 unit di seluruh Indonesia. Dengan adanya akuisi ini, diharapkan menjadi awal terciptanya berbagai teknologi yang lebih inovatif untuk industri kuliner di tahun depan yang tentunya mampu memberikan fitur yang menjawab kebutuhan para pelaku bisnis kuliner di Indonesia.

Perkuat ekosistem

Sebagai perusahaan teknologi makanan yang bergerak dalam bidang penyedia fasilitas makanan, cloud kitchen, dan aplikasi pendukung pelaku UMKM berjualan kuliner secara online, selama ini Yummy Corp memang memiliki rencana untuk memperkuat ekosistem.

Sejauh ini Yummy Corp telah mengoperasikan lebih dari 70 dapur bersama yang tersebar di Jadetabek, Medan, dan Bandung; bekerja sama dengan lebih dari 50 brand makanan dan minuman seperti Dailybox, Gaaram, Kyochon, Sei Sapi Lamalera, dan lain-lain.

Beragam jenis makanan dihadirkan Yummykitchen guna untuk memberikan pilihan yang beragam untuk para konsumen menikmati pengalaman membeli brand makanan favorit mereka di satu tempat. Tahun ini Yummy Corp juga menggulirkan inovasi dengan membangun unit bisnis manajemen foodcourt yang terintegrasi dengan penjualan secara online.

Sebelumnya di bulan November 2021, Yummy Corp juga mengumumkan secara resmi peluncuran Yummyshop, aplikasi untuk membantu pelaku usaha UMKM kuliner untuk bertransaksi lebih mudah dengan konsumen mereka.

Bergabungnya MyBrand akan memperkuat Yummyshop sebagai aplikasi yang mendukung UMKM kuliner di seluruh Indonesia, dikarenakan semua merchant yang ada di MyBrand akan secara otomatis tergabung memiliki akun Yummyshop yang saat ini sudah terhubung dengan berbagai sistem pembayaran dan sistem logistik beragam.

“Kami juga meyakini bergabungnya MyBrand beserta tim mereka yang solid akan menambah kekuatan tim Yummy Corp di tahun yang akan datang untuk mewujudkan mimpi kami menjadi ekosistem terbesar untuk industri makanan dan minuman di Indonesia dan juga tentunya berperan positif sebagai wadah yang membantu pelaku usaha kuliner dengan berbagai kebutuhan mereka,” kata Mario.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Akuisisi Breadlife, Startup F&B DailyBox Ingin Terus Tambah Portofolio

Salah satu rencana yang ingin dilancarkan DailyBox akhir tahun ini adalah memperluas kolaborasi. Setelah menjalin kerja sama strategis dengan koki selebritas dan masyarakat umum yang memiliki passion di dunia kuliner,  DailyBox juga telah resmi mengakuisisi brand Breadlife. Kepada DailySocial, CEO DailyBox Kelvin Subowo mengungkapkan, Breadlife adalah salah satu brand roti terkemuka di Indonesia.

“Sudah menjadi brand top-of-mind di kategori roti serta memiliki tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi. Hal ini tidak lepas dari tim manajemen Breadlife yang diisi oleh orang-orang berpengalaman di bidangnya dan juga memiliki line-up produk yang melengkapi produk dari DailyBox.”

Pasca diakuisisi DailyBox Group, pelanggan Breadlife ini dapat memesan makanan melalui platform antar makanan, yaitu GoFood, GrabFood, ShopeeFoods, dan TravelokaEats.

“Sebagian besar outlet Breadlife berada di luar pulau Jawa sedangkan sebaran titik DailyBox Group terkonsentrasi di pulau Jawa. Tahun depan kami ingin fokus pengembangan diluar pulau Jawa. Hal ini sesuai dengan misi Dailybox Group untuk menjangkau lebih banyak lokasi di seluruh Indonesia,” kata Kelvin.

Terdapat 4 implementasi terkait dengan DailyBox dan Breadlife. Yang pertama adalah dalam hal jaringan. Breadlife dapat menggunakan jaringan DailyBox yang sudah ada di 120 titik untuk memperluas jangkauannya dengan kapital yang minimal. Sebaliknya, DailyBox dapat menggunakan jaringan Breadlife yang terkonsentrasi di luar pulau Jawa. Kolaborasi juga dilakukan untuk meningkatkan visibilitas brand.

Dalam hal resources, untuk meningkatkan inovasi produk yang diibantu  jajaran chef Dailybox Group, Breadlife akan menghadirkan produk roti secara tersentralisasi.

“Dulu roti-roti Breadlife dibuat dari awal di masing-masing outlet. Sekarang proses pengadonan dan baking dilakukan di central kitchen Dailybox Group untuk menjamin konsistensi rasa dan tekstur roti,” kata Kelvin.

Setelah mengakuisisi Breadlife sebagai brand keempat di portofolio (setelah Dailybox, Dailymeals, dan Shirato), rencana DailyBox tahun depan adalah mengakuisisi brand baru untuk memperkaya portfolio Dailybox Group dan menambahkan titik lokasi di luar pulau Jawa.

Fokus ke profit

Sebagai platform restoran online multi-brand, DailyBox selalu berupaya untuk fokus ke capaian profit. Meskipun sempat mengalami kendala saat awal pandemi tahun 2020 lalu, DailyBox mampu untuk bertahan sebagai early adopter cloud kitchen di Indonesia.

Dalam perbincangan sesi DScussion beberapa waktu lalu, Kelvin menyebutkan, ada beberapa alasan mengapa DailyBox mendapat pendanaan Seri A oleh dua VC, yaitu Vertex Ventures SEA dan Kinesys Group.

“Meskipun kita hadir sebagai startup, namun cara main kita sangat konservatif, yaitu menjaga bottom line dan fokus kepada profit. Karena unit economics sudah jelas untuk bisnis kuliner. Mindset ini yang kemudian dilihat oleh investor kepada DailyBox yaitu untuk selalu menjaga profitable level,” ujar Kelvin.

Entering QRIS’ Second Year: Various Challenges on Adoption to Startups and F&B

On the previous edition, DailySocial published a series of articles based on a mini survey highlighting QRIS based on the general consumer’s point of view and the transaction experience through digital financial apps. We have published both topics through two different articles, the first and second part.

Related to the previous series, DailySocial, throuh this writing, intend to validate a number of respondents’ assumptions regarding merchants as one of the barriers to QRIS adoption in Indonesia. In addition, the mini survey only represented a small part of the facts and challenges. This writing is part of our efforts to bridge issues in the field to stakeholders.

The mini survey was validated through several interviews with F&B startups in Indonesia, including Kopi Kenangan, Hangry, and Livera, on their perspectives of QRIS adoption in its outlets.

Customer and Merchant Presented Mode

A little reminder, two years after launching, the transaction value of Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) has reached Rp 9 trillion in the first semester of 2021 or grew 214% yearly (YoY). Bank Indonesia (BI) also recorded 8.2 million Indonesian merchants have adopted QRIS. The number has increased by about 3 million since the end of 2020.

Through this achievement, BI seeks to continue increasing the adoption of QRIS to all levels of Indonesian communities. In particular, considering the unprecedented situation due to Covid-19 pandemic, cashless transactions will always be on demand.

One of BI’s efforts is to release the Customer Presented Mode feature to facilitate the use of QRIS in the near future. The Customer Presented Mode allows merchant’s cashiers to scan a mobile user’s QRIS. Merchants will be provided with a scanner from the payment provider.

On the other hand, the Merchant Presented Mode we use enables transactions by scanning QRIS at the merchant and completing transactions through certain payment apps. Before QRIS, users have to submit the phone number on each EDC belonging to the payment service provider.

“In the near future, we will launch the Customer Presented Mode feature following the existing Merchant Presented Mode. We are also piloting QRIS transactions for cross borders, both inbound and outbound,” Bank Indonesia’s Assistant Governor and Head of the Payment System Policy Department, Filianingsih Hendarta said.

Validating QRIS adoption issues on merchant

Based on the QRIS mini survey results, we summarize some of the main reasons respondents are yet to use the QRIS method. First, they think that merchants only use QRIS as a ‘display’ or not properly utilized. Next, QRIS is already available, but not yet activated by merchants.

In addition, the clerk or cashier does not understand how to proceed transactions using QRIS. Also, there are too many QR Code displayed as each payment service provider has its own QRIS. Then, the availability of QRIS at merchants is still limited.

We have tried to validate the above issues by gathering a wider perspective from various F&B startups. However, only Kopi Kenangan, Hangry, and Livera are willing to reveal their perspectives of QRIS implementation. The challenges they experienced were quite different considering that Kopi Kenangan relies on physical outlets, while Hangry and Livera rely on cloud kitchens.

Illustration of using QRIS on a digital wallet payment platform / QRIS.id

In a statement to DailySocial, Kopi Kenangan Management said as many as 500 of its physical outlets have accepted the QRIS-based payment method. According to the records, the Kopi Kenangan transaction volume using QRIS payment method has increased 98% from May 2020 to August 2021. This growth is in line with the increase in public awareness of the QRIS payment method.

His team denied the assumption about cashiers who did not understand the QRIS terms. It is because Kopi Kenangan always provides education to staff regarding the procedures. Usually, the staff at the booth will ask the customer’s preferred payment method and its promotion.

“To date, the internet connection stability becomes the main challenge. It hinders the QRIS transaction process. Sometimes the barcode does not appear, or unavailable to be scanned,” Kopi Kenangan Management said.

Meanwhile, Hangry’s COO, Andreas Resha admitted that there is no crucial obstacle when his merchant staff processed QRIS transactions. The reason is, most of Hangry’s transaction orders use the delivery rather than take away method.

“We don’t have exact numbers, but we have seen a decline number since the pandemic, especially with many people doing activities at home. Therefore, the non QRIS based delivery methods are more widely used than the takeaway methods,” he said.

Currently, Hangry has implemented the QRIS payment method in 49 outlets across the Greater Jakarta and Bandung areas. Andreas admitted that his team is currently preparing a dine-in restaurant concept which will be opened in the near future and will include the QRIS payment method as well.

From a different perspective, Livera’s Founder and CEO, Marcello Judhandoyo considered that the QRIS adoption seems to be underutilized for F&B business people with cloud kitchen concept. It is because the money for food/beverage purchases via the ride-hailing platform will go directly to the merchant.

In a general note, cloud kitchen is a term used for restaurants that do not provide dine-in services, providing delivery and takeaway only.

“When it comes to the QRIS adoption in the F&B business with cloud kitchen concept, it’s actually not optimal. However, in the case of manual ordering via WhatsApp, it is actually possible. Livera offers payment via QRIS by sending a barcode to consumers. Unfortunately, in this case, most Livera consumers prefer transfer method. In fact, QRIS offer easier method as consumers don’t have to worry about the various bank accounts, let alone having to register one by one in the mobile banking application,” he explained.

Livera just started the business in 2020 and its operations are currently cloud kitchen only. Meanwhile, new product orders are available via delivery on the Gojek, Grab, and Tokopedia platforms as well as manual order via WhatsApp.

Expanding access of QRIS technology

No one thought the world would experience the Covid-19 pandemic where mobility would be very limited. In fact, the Government had just launched QRIS a few months before the first PSBB. This momentum can actually encourage the QRIS adoption, even more significantly than its current achievement.

At the same time, the cloud kitchen trend is developing among F&B businesses to deal with stifling costs and business uncertainty in the midst of a pandemic. People prefer to transact faster and easier without having to meet face to face and do physical interaction.

Layanan yang diharapkan mengadopsi QRIS / Sumber: Mini Survey QRIS 2021
Services that are expected to adopt QRIS / Source: QRIS Mini Survey 2021

The government’s act to introduce the Customer Presented Mode can also help accelerate the QRIS adoption. However, it is far more important to expand its implementation, therefore, it does not rely only on modern retail merchants. As many as 87.3% of our respondents expect QRIS to be used at street vendors, markets (81%), government services (76.2%), and public transportation (68.3%). This is actually the most anticipated thing to accelerate a more massive QRIS adoption.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

SaladStop! Dapat Pendanaan Seri B dari Temasek, East Ventures, dan Lainnya; Memvalidasi Ketangguhan “Cloud Kitchen”

Startup pengembang food chain yang fokus pada makanan sehat, SaladStop! Group, mengumumkan penutupan pendanaan seri B senilai SGD12 juta atau setara 125,7 miliar Rupiah. Putaran tersebut dipimpin Temasek, dengan keterlibatan East Ventures, Vulcan Capital, K3 Ventures, dan DSG Consumer Partners.

Saat ini layanannya sudah digunakan 3,5 juta orang per tahun oleh pengguna di Indonesia, Singapura, Jepang, Korea Selatan, Hong Kong, dan beberapa negara lainnya. Di Indonesia sendiri, layanan SaladStop! baru bisa dinikmati oleh pengguna di Jakarta dan Surabaya. Mereka juga telah mengoperasikan beberapa merek, termasuk Heybo, Wooshi, dan GoodFoodPeople dengan 69 gerai di seluruh negara basis operasionalnya.

Sesuai namanya, menu yang disuguhkan berupa salad, memadukan bahan segar nabati dan hewani. Selain itu ada beberapa menu lain juga seperti Wraps, Protein Bowl, dan makanan Korea. Menariknya, melalui situs yang disuguhkan untuk pemesanan, kita bisa menyusun makanan kita sendiri dengan memilih bahan dasar, sayuran, topping, sampai dressing-nya.  Setiap makanan yang dipesan akan dihitung kandungan nutrisinya.

“Misi kami untuk membentuk masa depan makanan di Asia dan memastikan bahwa makanan sehat itu nyaman dan dapat diakses oleh semua orang. Pandemi menunjukkan ketahanan bisnis kami di semua pasar dan mempercepat penetrasi online. Dipicu oleh teknologi inovatif, jaringan cloud kitchen, dan generasi baru merek makanan sehat  kami sangat senang dapat bermitra dengan investor strategis untuk meningkatkan skala bisnis,” ujar Co-Founder & CEO SaladStop! Adrien Desbaillets.

Manfaatkan cloud kitchen

Dalam menjajakan produknya, SaladStop! memanfaatkan konsep cloud kitchen. Ini dipilih agar dapat mendorong pertumbuhan yang lebih tinggi, terlebih didukung dengan teknologi yang mereka kembangkan. Di proses distribusi, mereka juga memanfaatkan ekosistem food delivery di masing-masing negara tujuannya. Seperti di Indonesia, mereka bermitra dengan GoFood dan Grab Food untuk pemesanan dan pengantaran makanan.

Selain itu, di Indonesia SaladStop! turut menggandeng operator cloud kitchen untuk membantu mereka memproduksi makanan untuk pelanggan. KitaKitchen menjadi platform yang mereka gandeng saat ini. Sebenarnya banyak opsi yang bisa digunakan juga, DailySocial.id mencatat setidaknya ada 15 operator yang kini terus memantapkan bisnis.

No Nama Operator Tahun berdiri Lokasi Minimum kontrak Ukuran dapur Harga sewa (mulai dari) Mitra brand
1 GrabKitchen 2018 45 outlet 1 tahun 10-20 m2 Bagi hasil Geprek Bensu, Reddog, The Good Habit Express
2 Dapur Bersama GoFood 2019 27 outlet 1 tahun 14-25 m2 Bagi hasil FamilyMart, Banzai, I am Geprek Bensu
3 Everplate 2019 9 outlet 1 tahun 6-17 m2 Biaya tetap, 6 juta/bln 2080 Burger, The Moo, Bakso Gembul
4 Yummy Kitchen 2019 40 outlet 6 bulan 5-10 m2 Bagi hasil, 7 juta/bln Dailybox, KyoChon, Se’i Sapi Lamalera
5 Kita Kitchen 2020 3 outlet 6 bulan 6-17 m2 Biaya tetap, 5 juta/bln Burgreens, Thai Alley, Yoshinoya, SaladStop
6 Telepot 2020 1 outlet 6 bulan 7-19 m2 Bagi hasil, 6 juta/bln Yuks Bowl, Kaka Bakes, CWIMS
7 Hangry 2020 40 outlet N/A N/A N/A Own brand
8 Popitsnack N/A 1 outlet N/A N/A N/A Segara Market, Tehna
9 Tabula 2020 53 outlet N/A N/A N/A Mujigae, Palava, Fondre
10 Eden Kitchen 2020 1 outlet N/A N/A Biaya tetap, 5 juta/bln Oppa Corn Dog, Unicorn Burger
11 Foodstory 2021 2 outlet N/A N/A N/A Ayam Sunda Empire, Nasi Goreng TikTok, Chick Pok!
12 Lookalkitchen 2021 50 outlet N/A N/A N/A Dapoer Bang Jali by Denny Cagur
13 DishServe 2021 100 outlet N/A N/A Komisi Phago, Daipan
14 Eatsii 2021 N/A N/A N/A N/A Nasi Goreng Endoy, Simply Fry
15 Boga Kitchen 2020 16 outlet N/A N/A N/A Own brand

Dengan mereduksi beban di sisi operasional, brand pengembang produk makanan memang cenderung bisa lebih gesit dalam melakukan inovasi produk dan ekspansi. Sebaran penyelenggara cloud kitchen yang terus meluas juga menjadi kesempatan tersendiri bagi pemain untuk memperluas pangsa pasarnya di tengah pergeseran kebiasaan pelanggan pascapandemi. Ini terbukti, sepanjang pandemi, lebih dari 50% penjualan SaladStop! dihasilkan secara online.

“Untuk mencapai strategi pertumbuhan ambisius kami berencana untuk memperdalam akar kami di pasar yang ada, sementara juga memperluas jejak di negara-negara baru yang dipilih. Kami telah membangun infrastruktur yang luas di seluruh wilayah selama beberapa tahun terakhir dan akan terus memanfaatkan kemampuan teknologi dan model operasi cloud kitchen eksklusif kami untuk mempercepat pertumbuhan kami di pasar negara berkembang,” imbuh Chief Growth Officer of SaladStop! Frantz Braha.

Konsep bisnis serupa di Indonesia

Hangry, Foodstory, Legit Group, dan beberapa pemain lokal lain sebenarnya juga telah mengadopsi model bisnis yang serupa, yakni “multi-brand cloud kitchen”. Melalui gerai-gerai mini yang tersebar di berbagai kota, bahkan sebagian tidak menyediakan opsi dine-in, mereka menghadirkan beberapa brand makanan sekaligus ke dalam satu opsi pemesanan. Contohnya Hangry!, dalam kedainya mereka memberikan beberapa opsi makanan mulai dari Moon Chicken, San Gyu, Kopi Dari Pada, dan Ayam Koplo.

Dari sisi pengguna model multi-brand ini juga menghadirkan keuntungan tersendiri. Dalam satu kali pemesanan, mereka bisa memperoleh varian item makanan dari merek yang berbeda — termasuk menghemat ongkos kirim.

Penerimaan pasar yang apik ternyata turut membuka mata pemodal ventura untuk turut menggarap lini industri ini. East Ventures berinvestasi ke Legit Group, sementara Alpha JWC Ventures juga turut mendukung Hangry! sejak debut awalnya.

Model bisnis yang dijalankan saat ini seperti bisa menjadi “template” untuk pengusaha kuliner generasi selanjutnya. Selain memungkinkan mereka bisa bergerak lincah untuk memperluas area bisnis, penerimaan pasar juga menjadi aspek penting yang kini mulai terbentuk. Di sisi lain infrastruktur yang mengakomodasi bisnis tersebut juga terus diperdalam. Sebut saja, untuk layanan pemesanan kini tidak hanya terpaku ke duo Grab-Gojek, platform lain seperti Shopee dan Traveloka mulai meningkatkan kualitas layanan food delivery mereka.

Tantangannya justru bagaimana ini pengusaha makanan menciptakan brand yang relevan dengan pangsa pasar di Indonesia – demi menghadirkan produk makanan berkualitas dengan biaya terjangkau. Toh di sisi operasional banyak biaya yang seharusnya bisa ditekan untuk diprioritaskan ke produk.