Human Resource as The Biggest Challenge Towards The Industrial Revolution 4.0

Some of the experts consider Indonesia requires to improve its human resource skills in the manufacturing field towards adapting to the era of Industry 4.0.

In the panel discussion at ConnectTechAsia titled “Digital Innovation in the Manufacturing Sector in Indonesia”, a number of technology observers and players leaked some biggest challenges towards the automation era.

Chairman of the National Association of Information and Communication Technology Entrepreneurs (Aptiknas) Fanky Christian said we still have low skilled talents in the manufacturing field. It happens not only in Indonesia but also in the Asia-Pacific region.

In order to adapt towards Industry 4.0, Christian highlighted the urgent need to improve talent’s skillset. He said the challenges will make different impacts on the more tech-friendly environment sectors, such as telecommunication.

“Entering the Industry 4.0, digitize and digitization become two main elements towards efficiency. Before we get there, manufacturing companies should use two approaches, it’s upskilling and reskilling, in order to stay adaptive,” he said, Wed (12/5).

In the same occasion, the Chairman of Indonesia’s Big Data & AI Association, Rudi Rusdiah saw a different obstruction in terms of technology, it’s the lack of implementation of tech-solution, such as big data and Artificial Intelligence (AI). It shows that many companies didn’t consider technology adoption as important for the business.

In fact, Industry 4.0 is the data exchange and automation trend where the implementation will be very related to the sophisticated technology adoption, such as Internet of Things (IoT), cloud, big data, and AI.

“The number of experts in the big data or AI sector isn’t large. It’s hard to find a good data scientist in Indonesia. The development cost [big data and AI] also extravagant,” he added.

Before even discussed the kinds of sophisticated technologies as mentioned, cloud adoption as the basic tech-solution is in fact low. Quoted from Gartner, the shifting from data to cloud is estimated to increase to 28% by 2022.

“In ours [service], there aren’t many implementations for manufacturing sector. They are mostly from banking institutions. Whereas, the cloud has been very useful in terms of asset revitalization, agile innovation, and digital economy growth,” Telkom Telstra’s VP Product Management Cloud & UC, Arief Rakhmatsyah said.

Another highlight is from Deputy General Manager Mitsubishi Electric, Ivan Chandra on the importance of ideation to solution and innovation that is scalable. Thus, the industry can calculate the costs incurred to be in accordance with the desired results.

Indonesia is currently in the preparation stage. The Ministry of Industry even has made a roadmap of Making Industry 4.0 stated that this revolution will be a big step for the manufacturing sector to amplify Indonesia’s economy.

The research recently published by Informa Tech has revealed some of the challenges in the manufacturing sector. In terms of technology, the main challenges are (1) the cybersecurity and backup data (57%), (2) upskilling human resources (43%), and (3) looking for a reliable tech-supplier (36%).

In terms of business, the biggest challenges are (1) skillset for competition (53%), (2) looking for new customers (47%), and (3) following or adapting through new technology (34%).


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Kesiapan SDM Jadi Tantangan Utama Menuju Revolusi Industri 4.0

Sejumlah pengamat menilai Indonesia perlu meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) di sektor manufaktur dalam rangka mempersiapkan diri untuk beradaptasi di era Industri 4.0.

Pada sesi diskusi panel ConnecTechAsia bertajuk “Digital Innovation in the Manufacturing Sector in Indonesia”, sejumlah pengamat dan pemain teknologi mengungkap sejumlah tantangan besar yang akan dihadapi di era otomasi tersebut.

Chairman Asosiasi Pengusaha Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Aptiknas) Fanky Christian menilai, kemampuan SDM di sektor manufaktur masih rendah. Ini terjadi tak hanya di Indonesia, tetapi juga SDM di kawasan Asia Pasifik.

Untuk beradaptasi menuju Industri 4.0, Fanky menggarisbawahi pentingnya peningkatan kemampuan SDM. Menurutnya, tantangan tersebut tentu akan sedikit berbeda dirasakan pada sektor industri yang lebih ramah dengan perkembangan teknologi terkini, misalnya sektor telekomunikasi.

“Untuk menuju Industri 4.0, digitasi dan digitalisasi menjadi dua elemen penting dalam mencapai efisiensi. Sebelum ke sana, perusahaan manufaktur perlu melakukan dua approach, yakni upskilling dan reskilling agar terus belajar beradaptasi,” ujar Fanky, Rabu (5/12).

Pada kesempatan sama, Chairman Asosiasi Big Data & AI Indonesia Rudi Rusdiah melihat tantangan lain dari sisi teknologi, yaitu masih rendahnya implementasi solusi teknologi, seperti big data dan Artificial Intelligence (AI). Ini menandakan belum banyak perusahaan melihat pentingnya adopsi teknologi terhadap bisnis.

Padahal Industri 4.0 merupakan tren otomasi dan pertukaran data di mana pelaksanaannya akan sangat lekat dengan pemanfaatan teknologi canggih, seperti Internet of Things (IoT), cloud, big data, dan AI.

“Jumlah tenaga yang kompeten di ranah big data maupun AI tidak banyak. Sulit mencari data scientist di Indonesia. Biaya pengembangan [big data dan AI] juga tidak sedikit,” ungkap Rudi.

Jangankan bicara teknologi canggih seperti contoh di atas. Adopsi cloud sebagai solusi teknologi mendasar juga belum tinggi. Mengutip data Gartner, perpindahan data ke cloud diestimasi naik menjadi 28 persen pada 2022.

“Di [layanan] kami, belum banyak sektor manufaktur yang pakai. Kebanyakan masih dari perbankan. Padahal, cloud itu memberikan manfaat pada pembaruan aset, inovasi yang lebih lincah, dan peningkatan ekonomi digital,” papar VP Product Management Cloud & UC TelkomTelstra Arief Rakhmatsyah.

Tak kalah penting, Deputy General Manager Mitsubishi Electric Ivan Chandra juga menyoroti pentingnya penciptaan solusi atau inovasi bagi industri yang seharusnya dapat terukur. Dengan demikian, industri dapat mengetahui apakah biaya yang dikeluarkan dapat sesuai hasil yang diinginkan.

Indonesia saat ini tengah berada di posisi untuk mempersiapkan hal ini. Bahkan Kementerian Perindustrian telah menerbitkan Peta jalan (roadmap) Making Industri 4.0 yang menyebutkan bahwa revolusi ini akan menjadi lompatan besar bagi sektor manufaktur untuk mendongkrak perekonomian di Indonesia.

Riset yang dirilis Informa Tech menyebutkan sejumlah tantangan yang dihadapi sektor manufaktur Indonesia. Dari sisi teknologi, tantangan utamanya antara lain (1) keamanan siber dan cadangan data (57%), (2) peningkatan kemampuan teknologi karyawan (43%), dan (3) mencari supplier teknologi andal (36%)

Sementara dari sisi bisnis, tantangan terbesarnya adalah (1) kemampuan menghadapi kompetisi (53%), (2) mencari customer baru (47%), dan (3) mengikuti atau beradaptasi dengan perkembangan teknologi baru (34%).

Alibaba Cloud Perkuat Eksistensi di Indonesia: 2000 Pelanggan di 2020

Kehadiran Alibaba Cloud di Indonesia memang disambut baik oleh para pegiat bisnis di Indonesia. Sudah banyak perusahaan besar di Indonesia yang meliputi kategori e-commerce, fintech, media, serta logistik yang sudah menggunakan jasa dari Alibaba Cloud. Alibaba pun masih ingin melebarkan eksistensinya di Indonesia.

Leon Chen, Head of Alibaba Indonesia menginginkan agar Alibaba Cloud bisa mencapai 2000 pelanggan di tahun 2020. Hal tersebut didasari oleh pesatnya pertumbuhan jumlah pelanggan dibandingkan dengan tahun lalu.

Alibaba Cloud

Leon mengatakan bahwa mereka bakal menambah sumber daya manusia (SDM) Alibaba Cloud di Indonesia. Hal tersebut tentunya akan mengambil talenta-talenta lokal Indonesia. Leon mengaku akan menambah talenta lokal hingga dua kali lipat pada tahun depan. Nantinya talenta itu akan dididik dalam sebuah workshop yang diadakan oleh Alibaba sendiri.

Alibaba juga berencana untuk membawa beberapa tool mereka ke Indonesia. Salah satu yang bakal dibawa adalah Cloud Storage Gateway dengan PolarDB buatan mereka ke Indonesia. Selain itu, Remote Direct Memory Access yang digunakan pada parallel cluster computing juga bakal diimplementasikan di Indonesia sehingga akses data akan menjadi lebih cepat lagi.

Alibaba pun juga akan menggelar sebuah program startup yang bernama Create @ Alibaba, sebuah inisiasi yang mengajak para wirausahawan muda dan startup-startup untuk dapat lebih berkembang lagi bersama Alibaba. Nantinya, yang terpilih akan mendapatkan mentoring yang diadakan di kantor pusat Alibaba di Hangzhou, Tiongkok. Selain itu, mereka juga bakal diperkenalkan kepada para investor-investor.

Alibaba juga mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan sudah mengikuti aturan yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, Alibaba juga sudah siap untuk mendukung Inisiasi pemerintah Indonesia untuk digitalisasi di tahun 2020.

IBM Tawarkan Solusi Pengolahan Big Data dengan Teknologi AI

Saat ini smartphone sudah menjadi sebuah kebutuhan setiap orang. Aktivitas kita di dunia digital termasuk di sosial media menghasilkan banyak data yang jumlahnya terus bertambah.

Data pun menjadi sangat kritis bagi konsumen, pemerintah, dan perusahaan di berbagai jenis. Misalnya bagi perusahaan, data yang besar memungkinkan mereka melakukan riset pasar mengenai apa yang disukai oleh konsumen.

Namun banyak tantangan untuk mengelola big data karena variasi dan volumenya sangat tinggi, kita perlu tool yang mampu menangani big data dan IBM memilikinya lewat Cloud platform serta teknologi AI.

Menurut IBM perusahaan mulai perlu memindahkan beban kerja kritisnya ke cloud dalam melakukan optimalisasi pekerjaan. Untuk membantu klien dalam memenuhi tuntutan akses terhadap inovasi teknologi seperti AI, IBM terus berinovasi dan baru saja memperbaharui portofolio Cloud dan Watson yang dimilikinya.

PSX_20191106_140136

“IBM berkomitmen untuk memberikan arahan kepada klien kami untuk menjalankan AI diberbagai jenis Cloud di manapun data tersebut ditempatkan untuk bisa memudahkan klien mengadopsi AI dalam menjalankan bisnisnya,” ujar Tan Wijaya, Presiden Direktur IBM Indonesia.

IBM Cloud saat ini telah diadopsi oleh perusahaan-perusahaan yang sangat ketat akan regulasi seperti perbankan dan pemerintahan. Industri dari perusahaan ini memiliki data yang sangat kritis dan melalui kemampuan IBM Cloud yang aman, open dan bisa digunakan secara enterprise memudahkan perusahaan untuk melakukan modernisasi dan membuat aplikasi bisnis baru dengan menggunakan Cloud tanpa harus mengganggu keamanan pada aplikasi lain yang telah ada.

Selain itu, untuk mendukung kebutuhan inovasi teknologi, IBM juga mengedepankan pendekatan Watson Anywhere pada AI dengan mengedepankan core tekonologi Watson termasuk Watson OpenScale, Watson Assistant dan Watson Discovery, serta platform data Analisa terintegrasi pertama di industri yaitu Cloud Pak for Data. Inovasi ini antara lain memudahkan Watson untuk bisa menyesuaikan bahasa sesuai lingkungannya.

5 Tren Teknologi yang Terus Membantu Bisnis di Tahun 2020

Ekspansi dan pertumbuhan teknologi tidak menunjukkan tanda-tanda untuk melambat dalam waktu dekat. Teknologi digital tak jarang menjadi disrupsi utama dalam industri. Bahkan saat ini, digital membentuk kembali bagaimana industri dan berbagai perusahaan di dalam industri tersebut dalam beroperasi dan berkinerja. Yang menarik adalah bahwa teknologi baru diadopsi dengan cepat, yang memaksa berbagai bisnis untuk beradaptasi dengan cepat atau berisiko ketinggalan.

Adaptasi teknologi teranyar punya sifat disruptif. Hal tersebut seringkali mengubah cara sebuah perusahaan beroperasi sedikit demi sedikit, bahkan terkadang mengubah secara keseluruhan. Dengan kata lain, teknologi selalu berdampak pada bisnis. Di penghujung 2019 ini, masih banyak menyisakan pertanyaan tentang bagaimana teknologi dapat terus memberikan impact terhadap sebuah industri. Oleh karena itu, berikut ini adalah tren teknologi yang akan membantu bisnis di masa depan, khususnya di tahun 2020.

Artificial Intelligence (AI) dan Big Data

Walaupun masih ada perdebatan seputar Artificial Intelligence (AI) dan perkembangannya—sebagian orang khawatir AI akan menggantikan peran manusia sementara yang lain cukup antusias tentang manfaatnya—pengembangan AI di Indonesia masih dalam tahap awal pengembangan dan masih jauh dari perkembangan true AI. Namun, apa yang berkembang sejauh ini telah menemukan jalannya ke industri dan perusahaan.

Saat ini, AI dan Big Data hadir di hampir semua bidang bisnis mulai dari fitur chatbot hingga layanan transkripsi hukum bertenaga AI yang digunakan oleh firma hukum hingga penggunaan praktis dalam industri, seperti kesehatan, manufaktur, pendidikan, dan lain-lain. AI bisa dibilang adalah teknologi yang paling cepat diadopsi karena menggunakan machine learning, pembelajaran yang dalam, dan kemampuan pengenalan alami yang dapat digunakan oleh berbagai bisnis baik besar maupun kecil. Karena potensinya yang tampaknya tidak terbatas, tren AI akan terus mempengaruhi bisnis dan mendorong inovasi melalui industri di tahun-tahun mendatang.

Selain AI, Implementasi big data atau himpunan data dalam jumlah besar umumnya lebih sering ditujukan untuk kebutuhan bisnis. Dewasa ini, big data banyak dijadikan sebagai salah satu penentu dalam pengambilan keputusan bisnis.

Berbicara dalam scope yang lebih luas, big data tak hanya diandalkan semata-mata untuk itu. Big data dapat diaplikasikan pada jenis usaha yang dapat memberikan perubahan lebih baik terhadap masyarakat.

Internet of Things (IoT)

Internet of Things (IoT) dipercaya sebagai satu teknologi yang semakin memengaruhi kinerja bisnis berbagai lini kegiatan organisasi. Transformasi digital dimungkinkan dengan memanfaatkan teknologi ini. Industry 4.0, Intelligent Transportation System dan Smart City adalah bidang yang memanfaatkan IoT sebagai enabler nya. Tren ini sudah mulai mempengaruhi bisnis modern dan akan terus meningkat di masa depan. Permintaan ini menciptakan kebutuhan akan lebih banyak perangkat IoT. Saat ini, perangkat pintar dan gadget perlahan menjadi standar tidak hanya untuk konsumen tetapi juga untuk bisnis. Perangkat, seperti Amazon Alexa, Echo, Google assitant, dan lainnya cukup populer di kalangan konsumen akhir-akhir ini.

Selain fokus pada kota-kota yang sudah melek digital. Bidang industri juga memiliki pasar yang besar untuk pengembangan dan implementasi IoT. Syarat yang sama juga berlaku pada perusahaan-perusahaan pasar IoT. Memang, untuk skala Nasional, Indonesia masih jauh dikatakan siap untuk implementasi proyek IoT ini. Namun, dengan mulai pada beberapa area yang sudah “matang” bukanlah langkah yang buruk, hal tersebut akan mempercepat pengembangan dan implementasi IoT sehingga, proyek IoT tidak berhenti.

Fintech

Fintech merupakan kolaborasi antara finansial/keuangan dan teknologi. Cepatnya kemajuan teknologi membantu para startup membangun inovasi produk keuangan yang berbeda dari perbankan konvensional. Di banyak negara, inovasi keuangan dari startup tersebut terbukti tidak hanya memunculkan solusi-solusi baru yang inovatif buat konsumen, tetapi sekaligus menggoyang industri keuangan yang sudah mapan.

Fintech merupakan salah satu contoh primadona dibandingkan industri lainnya karena terus bertransformasi. Fintech tidak melulu berbicara soal sistem pembayaran dan lending, tapi ada juga vertikal bisnis lainnya seperti insurtech, remitansi, regtech, blockchain, kripto, data analytics, dan lain sebagainya.

Alasan pertama, layanan Fintech menawarkan kecepatan. Dengan teknologi big data, penggunaan algoritma, dan proses online, keputusan kredit bisa diambil dalam rentang waktu sangat cepat jika dibandingkan bank konvensional. Pengisian aplikasi dilakukan sepenuhnya melalui online dengan desain teknologi yang sangat memahami perilaku para penggunanya. Pinjaman diproses tanpa perlu tatap muka dengan nasabah

Health Tech

Salah satu vertikal startup yang diprediksi bakal mengalami perkembangan adalah health tech. Dalam survei Gallen Growth Asia dilaporkan beberapa tren perkembangan layanan healthtech, mulai dari kategori, pendanaan, hingga sebarannya di wilayah Asia Pasifik.

Bidang kesehatan menjadi salah satu segmen yang saat ini banyak digarap oleh para pengembang di level startup. Umumnya menyediakan layanan reservasi dan direktori dokter, namun beberapa lainnya mengeluarkan inovasi baru yang siap diandalkan untuk kebutuhan medis penggunanya.

Di Indonesia, layanan teknologi kesehatan diprediksikan sebagai sektor yang menyimpan potensi besar. Salah satu layanan yang ada di industri ini adalah layanan konsultasi dokter online. Sudah banyak penyedia layanan ini tersedia di Indonesia. Sebagai bisnis yang bergantung kepada kepercayaan pengguna, tantangan besar bagi para penyedia layanan untuk bisa menjaganya.

Cloud Computing

Cloud computing (atau komputasi awan) saat ini sudah menjadi sesuatu yang sangat umum, terutama di kalangan pengembang software. Berbagai keunggulan cloud computing, seperti dalam skalabilitas, keandalan dan portabilitas membawakan daya tarik tersendiri, terlebih sistem pembayaran layanan cloud kebanyakan cukup fleksibel, yakni dibayarkan sesuai dengan penggunaan atau umum disebut dengan istilah “pay as you use”. Teknologi telah menjadi komponen kritis dalam operasional bisnis, berbagai kegiatan, terutama yang menghubungkan langsung dengan konsumen banyak ditompang olehnya, dan salah satu platform yang banyak digunakan tak lain adalah cloud computing.

Pembiayaan untuk kebutuhan teknologi dalam lebih diefisienkan dengan pemanfaatan teknologi cloud computing, seperti meminimalisir biaya pembelanjaan hardware dan pemeliharaan, namun untuk menciptakan nilai yang optimal bisnis juga harus mengenal betul kemampuan dan kebutuhannya. Cloud computing menawarkan sistem pembayaran yang cukup fleksibel, gunakan sumber daya tinggi saat penggunaan tinggi, dan minimalkan penggunaan sumber daya saat kebutuhan rendah. Hal ini bisa dicontohkan di beberapa skema bisnis, misalnya sistem yang ramai di masa tertentu, sebut saja toko online baju muslim.

Sudah cukup banyak pilihan layanan cloud yang saat ini tersaji. Karena bisnis membutuhkan teknologi yang handal untuk operasional bisnis yang berkelanjutan, pastikan bisnis memilih layanan cloud yang sudah teruji dan terpercaya. Setidaknya sudah ada case study atau pihak bisnis yang sebelumnya pernah menggunakan layanan tersebut dan memberikan testimoni baik. Terlepas dari itu layanan global ataupun layanan lokal.

Tren teknologi tersebut akan terus subur jika pengembangan produk terus dilakukan. Inisiatif inovasi dari korporasi menjadi penting dalam hal ini, terutama perusahaan dengan market access yang besar. Telkomsel sebagai perusahaan telekomunikasi dengan lebih dari 163 juta pengguna, lebih dari 189.000 BTS yang beroperasi di 11 wilayah Indonesia, dan lebih dari 5.500 talenta di dalamnya, saat ini tengah melakukan upaya transformasi digital dengan kegiatan yang dapat membuka potensi inovator Tanah Air.

Telkomsel memperkuat keseriusannya dalam mendorong inovasi digital di Indonesia tersebut melalui program Telkomsel Innovation Center (TINC). Bentuk dukungannya antara lain berupa penyediaan laboratorium IoT (bagi startup yang menggunakan teknologi ini), development funding, development kit, platform, 5G Lab, working space, serta networking access bagi para startup, developer, maupun system integrator dengan para pemain industri terkait.

Tertarik dengan program inovasi dan segala keuntungan yang bisa kamu dapatkan dengan kolaborasi bersama TINC? Telkomsel telah membuka batch 4 dari program inovasi mereka. Informasi lebih lengkap, masuk ke www.instagram.com/tinc.id dan tinc.id.

Disclosure: Artikel ini adalah artikel bersponsor yang didukung oleh Telkomsel.

Alibaba Apsara 2019 Day 2: Apsara Intelligence dengan Arsitektur X-Dragon

Tanggal 26 September 2019 merupakan hari kedua penyelenggaraan Alibaba Apsara Conference 2019. Sayangnya, lalu lintas tidak mendukung karena kami terkena macet yang cukup parah. Hal ini membuat para jurnalis dari Asia Pacific terlambat datang ke tempat perhelatan di Cloud Town, Hangzhou.

Alibaba Apsara Conference Day 2 - Conf

Pembicaraan yang ada di hari kedua Apsara Conference ini membahas mengenai Artificial Intelligence. AI yang diciptakan oleh Alibaba sendiri sampai saat ini sudah digunakan pada ekosistem mereka. Oleh karena itu, algoritma yang mereka ciptakan harus memiliki tingkat presisi yang tinggi. Hal tersebut tentu saja berkaitan erat dengan AI visual yang sedang dijalankan di Tiongkok untuk pengenalan wajah.

Tingkat presisi yang tinggi ini juga tentu sangat diperlukan pada saat AI digunakan untuk lalu lintas. Hal tersebut berkaitan dengan penguraian kemacetan serta prediksi kecelakaan lalu lintas yang akan terjadi. Dan hal ini sudah digunakan pada model smart city di Beijing.

Alibaba Apsara Conference Day 2 - Hanguan 800

Di dalam industri, AI dapat digunakan untuk pengawasan kualitas pada lini produksi. Untuk industri kesehatan, AI sudah digunakan untuk Orthopedik, Pulmonologi, dan Pathologi. Selain AI visual, Speech AI juga sudah digunakan pada ekosistem ekonomi Alibaba.

Alibaba juga memiliki AI untuk kendaraan tanpa supir atau Autonomous Driving. Tidak muluk-muluk, tujuan mereka saat ini adalah dengan menggunakan AI tersebut, maka logistik akan menjadi nyaman dan efisien. Hal ini juga sudah diimplementasikan Alibaba pada anak perusahaannya yang bergerak di bidang logistik, yaitu Cainiao.

Selain untuk logistik, tentu saja AI tersebut akan digunakan sebagai supir di jalan raya. Namun, ilmuwan Alibaba sendiri masih menghadapi kesulitan karena banyaknya dan rumitnya skenario yang ada di jalan raya. Namun, dengan platform yang dinamakan AutoDrive, Alibaba berhasil meningkatkan kinerja AI tersebut lebih dari 18,7%.

Alibaba juga memperkenalkan platform AI Apsara juga meningkatkan efisiensi pada semua aplikasi yang menggunakan teknologi Alibaba, seperti UC dan Lazada. Apsara AI Platform ini juga digadang akan lebih mudah utuk semua orang. Platform ini mendukung framework PyTorch, TensorFlow, MXNet, SQL, SparkML, FlinkML, dan lain sebagainya.

Alibaba Apsara Conference Day 2 - Wujian

Apsara AI Platform juga diklaim mampu memberikan kinerja yang ekstrim pada beberapa skenario. Misalnya saja hasil benchmark internal Alibaba mampu menunjukkan peningkatan kinerja 7 kali lipat dan penggunaan cluster GPU yang meningkat hingga 30%. Semua kemudahan dan kinerja ini dibangun untuk perusahaan-perusahaan di atas cloud dari Alibaba.

Semua AI dari Alibaba dijalankan pada NPU yang sehari sebelumnya diumumkan, yaitu Hanguang 800 yang sudah tertanam pada SoC Wujian. Alibaba juga menciptakan sebuah platform database baru yang dinamakan PolarDB, khusus untuk cloud. PolarDB juga diklaim memiliki performa yang lebih tinggi serta fasilitas yang lebih baik dibandingkan dengan platform database lainnya.

Alibaba Cloud juga meluncurkan generasi ke-3 dari arsitektur X-Dragon. Dimana X-Dragon menciptakan platform komputasi yang terintegrasi – seperti server metal elastic container service (ECS) dan mesin virtual dalam satu platform. Diuji dengan menggunakan berbagai skenario e-commerce yang membutuhkan penggunaan AI tinggi, generasi ke-3 X-Dragon ini diklaim mampu meningkatkan queries-per-second (QPS) sebesar 30% dan menurunkan latensi hingga 60%. Dengan solusi native dari cloud ini, dipastikan tidak ada lagi pemborosan daya dari operasional server fisik. Sehingga, biaya komputasi unit dapat terpangkas hingga 50%.

Alibaba Cloud juga memperkenalkan generasi ke-6 ECS Instance, yang berbasis arsitektur X-Dragon. Pembaharuan  ini menghasilkan peningkatan 20% dalam hal daya komputasi, 30% pengurangan latensi memori, dan 70% pengurangan latensi penyimpanan IO.

“Kami memahami bahwa pengembangan cloud dan AI secara bersama-sama sangat penting untuk mencapai kinerja maksimum di era digital ini. Alibaba Cloud berupaya mengggunakan pengalamannya selama bertahun-tahun dalam menangani sistem e-commerce Alibaba Group untuk menghadirkan kemampuan AI nya ke para konsumen,” ujar Ma Jin, President of Product and Solution, Alibaba Cloud Intelligence.

“Platform AI kami merupakan faktor pendorong kesuksesan Alibaba Group di bidang e-commerce dan logistik, hingga ke keuangan dan New Retail. Dengan menggunakan keahlian dan praktik di industrinya, cloud kami mampu menjadikan AI yang berkekuatan khusus lebih mudah diakses.”

Dengan diperkenalkannya arsitektur X-Dragon, maka berakhir pula acara Apsara Conference 2019 yang diadakan di Cloud Town tersebut. Namun, Alibaba masih mengajak kamu untuk memperlihatkan teknologi baru apa saja yang telah diimplementasikan AI dari Alibaba tersebut. Oleh karena itu, tunggu saja artikel selanjutnya.

Alibaba Apsara 2019 Day 1: Cloud sebagai Basis Big Data

Apa yang ada di benak Anda pada saat muncul kata “Cloud“? Saat ini mungkin hanya cloud storage seperti yang ditawarkan oleh Google pada Drive atau Dropbox yang cukup banyak terdengar di Indonesia. Well, setidaknya hal tersebut yang secara cepat terlintas di pikiran saya pada saat mendapatkan tugas untuk menghadiri sebuah acara konferensi di Hangzhou, Tiongkok pada tanggal 24 dan 25 September 2019 lalu.

Akan tetapi, definisi Cloud yang ada ternyata sedikit mirip, namun dalam penggunaan yang jauh lebih luas lagi. Cloud yang digunakan kali ini adalah milik Alibaba, sebuah perusahaan yang didirikan oleh Jack Ma. Dan jika Anda berpikiran bahwa Alibaba hanyalah sebuah perusahaan e-commercenope, it’s way bigger than that!

Apsara Day 1 - Extra

Saya pertama kali datang ke sebuah kota yang bernama Cloud Town di distrik Hangzhou, Tiongkok. Di sana, dihelat sebuah acara yang dinamakan Alibaba Apsara Conference 2019. Ternyata, konferensi yang satu ini sudah dihelat selama 10 tahun.

Saat memasuki pintu, terlihat peserta konferensi yang begitu banyak. Mungkin jumlahnya mencapai ribuan. Media dari Asia Pacific sendiri mencapai sekitar 30-40 orang, yang 7 di antaranya datang dari Indonesia.

Acara Apsara Conference dimulai dengan kata sambutan dari para pejabat pemerintah daerah Tiongkok. Ternyata, implementasi AI (Artificial Intelligence) di Tiongkok sudah berjalan dengan baik. Seperti Hangzhou misalnya, AI yang dipasangkan untuk kebutuhan lalu lintas sudah dapat mendeteksi kemacetan dan menurunkan tingkat kemacetan di titik-titik tertentu.

Sebagai informasi saja, penggunaan Cloud dan AI pada perangkat pemerintahan sudah dilakukan di Tiongkok. Jika Anda melihat kamera tilang elektronik yang ada di jalan Jendral Sudirman, perangkat yang sama sudah terpasang di sana untuk mengurai kemacetan. Hal ini tentu saja mempermudah pekerjaan dinas lalu lintas dalam mendeteksi pelanggaran.

Daniel Zhang: Rencana 5 Tahun Ke Depan

Acara dilanjutkan dengan Daniel Zhang sebagai pemimpin Alibaba yang menggantikan Jack Ma. Executive Chairman dan CEO Alibaba Group ini menyatakan bahwa Alibaba Group akan tetap berkomitmen pada misi yang telah dibentuk 20 tahun lalu untuk memudahkan aktivitas bisnis dimana pun dan kapan pun.

Apsara Day 1 - Daniel Zhang

Daniel Zhang juga menjelaskan bahwa membekali para pedagang dengan pengetahuan teknologi data dan cloud intelligence menjadi sangat penting untuk dapat memenuhi misi ini di era digital. Zhang juga mengatakan bahwa dia akan menyokong 10 juta UKM yang ada di Tiongkok.

Tiga tahun lalu, Jack Ma memiliki visi bahwa masa depan dapat didefinisikan dalam “5 New” atau lima cara baru berbisnis, yaitu ‘New Retail, New Finance, New Manufacturing, New Technology dan New Energy. Tren ini merupakan panduan utama bagi Alibaba Group, yang menuntun pengambilan keputusan, mulai dari inisiatif bisnis hingga struktur organisasi. Dan ternyata, “5 New” tersebut sudah berjalan saat ini.

Zhang juga berencana untuk mengubah slogan “5 New” tersebut menjadi “100 New” yang nantinya bakal bisa dicapai seiring dengan transformasi digital industri, organisasi, kota, dan sekolah. Akan tetapi, nantinya hal ini akan menimbulkan “Demands and Supply” yang baru. Tentu saja, tingkat konsumsi ini akan dikendalikan dengan Data Intelligence, yang akan dipelajari secara internal Alibaba untuk menganalisa agar mendapatkan solusi yang tepat di masa depan.

Oleh karena itu, Alibaba membutuhkan pengumpulan data dalam jumlah yang besar. Untuk mencapai itu, Alibaba memiliki Alibaba Business Operating System, yaitu serangkaian digital tools satu pintu yang menggabungkan ekosistem penjualan Alibaba dengan teknologi cloud intelligence untuk memacu pertumbuhan konsumen, baik brand maupun perusahaan, serta untuk memahami kebutuhan konsumen lebih lanjut.

Dengan adanya Big Data (mahadata) yang terkumpul, serta cara komputasi awan yang tepat, keduanya akan menjadi “bahan bakar” dan “mesin” dari ekonomi digital. Alibaba juga memprediksi bahwa tren pertumbuhan data global pada tahun 2025 sendiri akan mencapai 175 ZB (zeta bytes). Oleh karena itu, Alibaba juga akan ikut andil dalam perekonomian digital tersebut.

Jeff Zhang: Teknologi Digital dengan NPU Baru

Setelah Daniel Zhang, Jeff Zhang selaku  CTO Alibaba Group dan President Alibaba Cloud menjadi pembicara kali ini. Beliau mengatakan bahwa ekonomi digital secara konsisten berkontribusi lebih dari 50% dari GDP Tiongkok pada lima tahun terakhir ini. Pada tahun 2018, kontribusi pada pertumbuhan GDP sendiri mencapai 67,9%.

Transformasi digital sendiri memfokuskan pada permintaan, produksi, persediaan, dan operasinya. Semua itu harus dikendalikan sebagai momentum untuk masuk ke ekonomi digital. Akan tetapi, informasi dan teknoogi modern lah yang mengendalikan transformasi digital.

Apsara Day 1 - Jeff Zhang

Jeff mengatakan bahwa ada empat pilar dari transformasi digital. Keempatnya merupakan cloud yang dapat diandalkan, Big Data (mahadata) yang pintar, Jaringan cloud yang pintar, serta mobilitas yang tak tertandingi.

Cloud bakal menjadi infrastruktur dari digital ekonomi. Oleh karena itu, sebuah cloud harus lebih stabil, lebih nyaman, dan juga lebih hemat biaya. Hal tersebut juga harus sejajar dengan pergeseran pemikiran ke arah teknologi dengan desain dan implementasi yang tepat.

Mahadata yang pintar sendiri nantinya akan menurunkan siklus pencarian data. Hal tersebut dapat dicapai dengan mengumpulkan data, meningkatkan serta memilah data, mengklasifikasi dan penyimpanan data, mengetahui dan menggali data, serta mengaplikasikannya secara pintar. Hal ini sudah dilakukan pada sebuah inisiasi pada provinsi Zhejiang.

Mahadata tersebut nantinya harus dimasukkan ke dalam sebuah jaringan cloud yang pintar pula. Semua perangkat akan dikoneksikan melalui internet secara real time. Dengan melakukan monitor data, hal ini akan meningkatkan efisiensi produksi. Dan menggunakan pengelompokkan DEMGC (dynamic evaluating model for grey clustering) dapat meningkatkan efisiensi manajemen sebesar 30%.

Untuk mendapatkan mobilitas yang tak tertandingi, sebuah perusahaan harus membentuk kembali manajemen operasi bisnis mereka. Misalkan saja merevolusi tempat kerja para karyawannya dengan membuat aplikasi mobile agar dapat bekerja di mana saja. Hal inilah yang sudah dilakukan oleh Alibaba.

Alibaba menggunakan sistem Apsara sebagai basis untuk memajukan Tiongkok ke era cloud. Sistem ini sendiri dikembangkan oleh Akademi DAMO (Discovery, Adventure, Momentum and Outlook) buatan Alibaba. Empat hal yang dikembangkan adalah kecerdasan mesin, block chain, Quantum computing, dan Autonomous Driving.

SoC Wujian

Semua yang dikembangkan tersebut tentu saja membutuhkan infrastruktur industri cip dari era IoT (Internet of Things). Oleh karena itu, Alibaba pun mengembangkan cip AI dengan platform SoC Wujian yang memiliki CPU bernama Xuantie.

Apsara Day 1 - Hanguang

Alibaba juga mengumumkan bahwa mereka meluncurkan Hanguang 800 sebagai NPU terkencang di dunia saat ini yang terpasang pada SoC Wujian.  Dalam sebuah tes benchmark, Hanguang 800 bisa mengklasifikasikan 78563 gambar per detik. Efisiensi dayanya sendiri mencapai 500 gambar per detik per watt. Hanguang 800 bahkan mengalahkan GPU NVIDIA T4 yang juga digunakan untuk mengkalkulasi AI.

Jeff mengatakan bahwa sebuah NPU Hanguang 800 setara dengan 10 GPU. NPU ini juga sudah diimplementasikan pada aplikasi Pailitao yang dapat mengklasifikasi dan mengidentifikasi gambar dengan 1 juta gambar terunggah tiap harinya. Dengan pengenalan dan indeksasi gambar oleh AI, dapat tercapai efisiensi proses klasifikasi gambar lebih dari 12 kali.

Fintech: Pendukung Era Ekonomi Digital

Alibaba juga melakukan transformasi produktivitas finansial dengan sains dan teknologi. Hal tersebut dilakukan dengan cloud computing, IoT, serta Quantum Computing. Dengan teknologi finansial (Fintech), akan membuka sebuah peluang besar di era ekonomi digital. Semua transaksi finansial akan dilakukan secara online, dan seluruh industri finansial akan dikendalikan dengan teknologi.

Walaupun begitu, Fintech harus menggunakan dan memperhatikan lima teknologi berikut: Data Intelligence, kendali keamanan dan resiko, BlockchainBiometrics, serta proteksi privasi.

Seperti yang dibicarakan sebelumnya, Data Intelligence merupakan “mesin” penting dari sebuah fintech. Data harus dipelajari dengan menggunakan platform berbasis grafis, platform pintar yang digunakan bersama-sama, serta arsitektur komputasi pintar dan terbuka.

Semua yang dibicarakan tersebut sudah dilakukan oleh Alibaba dengan menciptakan Alipay. Mesin yang sama juga digunakan di Indonesia di bawah merek Dana.

Alibaba juga menciptakan Digital ID yang bakal menjembatani antara Fintech dengan dunia. Hal tersebut bisa digunakan untuk kartu ID, pembayaran melalui pemindaian wajah pada toko, kunci untuk menyalakan mobil, masuk ke stasiun kereta, serta untuk check in di hotel.

Akhir kata, Alibaba menganggap bahwa pusat keuangan pasti bakal menjadi pusat teknologi.

Konferensi Apsara pun akan dilanjutkan di hari kedua dengan tajuk Artificial Intelligence.

[Computex 2019] Synology Perkenalkan Solusi Storage Enterprise yang Lengkap

Setiap tahunnya, Computex selalu diadakan di kota Taipei di negara Taiwan. Ajang komputer terbesar di Asia ini memang mengundang minat tidak hanya para pebisnis yang ingin menjual peripheral komputer, namun juga para wartawan yang haus akan berita baru. Di tahun 2019 ini, Dailysocial secara khusus diundang oleh Synology yang selalu dikenal dengan produk Network Attached Storage mereka di Indonesia.

Synology Computex 2019 - Computex 2019

Produk dari Synology sendiri tidak hanya berkisar pada NAS saja. Saat ini, mereka memiliki produk router serta server yang selalu siap dijual kepada perusahaan-perusahaan besar. Yang sepertinya belum diketahui oleh banyak orang adalah ternyata Synology memiliki beberapa solusi lengkap untuk perusahaan dalam menyimpan data mereka. Hal inilah yang mereka perkenalkan di ajang Computex 2019.

Computex 2019 sendiri diadakan pada beberapa lokasi di Taipei, Taiwan. Pada tahun 2019, perhelatan terbesarnya terpusat di Nangang yang saat ini sudah memiliki dua gedung besar. Infrastruktur yang disediakan oleh pemerintah Taiwan pun juga sangat apik, karena selain terhubung dengan MRT jalur biru yang dikenal dengan Bannan Line, pada saat perhelatan Computex, bis-bis gratis yang dapat mengantarkan pengunjung dari hotel ke gedung pameran dan sebaliknya pun tersedia banyak.

Akan tetapi, Synology kali ini tidak membuka booth pada Computex 2019. Secara eksklusif, kami diundang oleh mereka langsung ke gedung yang menempati kantor barunya. Gedung yang bernama Taipei Far Eastern Telecom Park tersebut terletak pada kota New Taipei.

Synology Computex 2019 - Auf

Untuk dapat memenuhi undangan Synology, saya pun harus datang ke sana dengan menggunakan MRT jalur biru atau Bannan. Perjalanan dari hotel saya yang terletak di bilangan Ximen memakan waktu sekitar 45 menit untuk mencapai stasiun Far Eastern Hospital. Setelah itu, dari stasiun menuju ke Telecom Park membutuhkan waktu 15 menit berjalan kaki.

Sesampainya di sana, kami langsung disambut oleh Beata Chu, Marketing Specialist yang sering berkunjung ke Indonesia. Tentunya, saya cukup tergelitik untuk menanyakan mengapa Synology tidak membuka sebuah booth di Computex 2019. Beata pun menjawab dengan cukup diplomatis, “Computex 2019 sebenarnya ditujukan agar para produsen bisa menjual produknya ke seluruh dunia dengan memamerkan segala yang baru di sana. Mereka juga ingin membuka channel sebanyak mungkin. Synology sudah memiliki channel yang lengkap sehingga kami sebenarnya tidak perlu lagi membuka di sana”.

Kami pun diperkenalkan dengan seseorang yang bernama Clara Hsu, seorang Sales Specialist yang ternyata berasal dari Indonesia. Hal ini cukup melegakan karena walaupun kami dan para pegawai Synology cukup fasih berbahasa Inggris, namun masih ada kendala pada aksen yang digunakan oleh masing-masing orang. Komunikasi pun menjadi sangat lancar berkat kehadiran Clara.

Synology membuka sebuah pameran sendiri pada gedung Telecom Park tersebut yang terletak pada lantai dasar. Acara tersebut pun dinamakan Synology Solution Exhibition 2019 yang memamerkan semua hardware dan software yang dimiliki oleh Synology.

Solusi server merupakan hal yang paling ditonjolkan pada acara kali ini. Saat kami memasuki area pameran, Yang cukup menarik adalah server yang diperlihatkan kali ini menggunakan media penyimpanan berbasis flash, yaitu Solid State Drive (SSD). Tiga server yang menggunakan SSD adalah FS3400, FS3600, dan FS6400.

FS3400 menggunakan prosesor Intel Xeon D-1541 dengan RAM 16 GB yang dapat ditambah hingga 128 GB. Di dalamnya terdapat 24 rak untuk dipasangkan SSD hingga 500 TB. Model ini juga mendukung penggunaan dua PSU serta penambahan laci  sehingga dapat ditambahkan hingga 48 rak.

FS3600 juga mendukung 24 rak. Akan tetapi, prosesor yang digunakan lebih kencang dari FS3400, yaitu Intel Xeon D-1567 dengan RAM 16 GB yang dapat ditambahkan hingga 128 GB. Terakhir adalah FS6400 yang menggunakan prosesor Intel Xeon Silver4110 yang dapat dipasangkan RAM hingga 512 GB. FS6400 mendukung hingga 72 rak.

Ketiga produk ini nantinya akan tersedia mulai kuartal ke tiga tahun 2019. Namun saat ditanyakan, belum ada kepastian apakah Indonesia menjadi salah satu negara yang bisa mendapatkan ketiga server tersebut.

Synology Desktop

Setelah memperkenalkan server,  Synology pun memperkenalkan kemampuan server mereka saat menjalankan virtual machine. Saat ini, Synology merekomendasikan untuk menggunakan maksimal 24 VM agar sistem dapat dioperasikan bersamaan secara optimal. Jika ingin lebih dari itu, Synology menyarankan untuk melakukan clustering agar lebih maksimal.

Selain untuk menggunakannya sebagai penyimpanan VM, Synology pun juga memiliki solusi untuk keamanan. Tidak hanya dari penggunaan storage saja, ternyata Synology memiliki software dan hardware canggih untuk keamanan. Saat ini Synology telah memiliki CCTV untuk dapat melakukan deteksi kasus-kasus tertentu.

Software pengawasan dari Synology dapat dipasang sesuai dengan profile-profile tertentu. Misalkan saja menggunakan kamera pengawasan untuk menjadi sebuah alat penghitung berapa orang yang sudah masuk ke sebuah pintu. Contoh lainnya, Synology mendemokan adanya orang yang sedang berjalan di trotoar depan sebuah rumah, di mana parameter untuk keamanan telah dipasang tepat di depan pintu. Pada saat orang tidak menginjak area yang sudah ditetapkan, alarm tidak akan berbunyi. Cukup canggih bukan?

Synology Computex 2019 - VisualStation

Alat untuk keamanan ini salah satunya adalah VisualStation VS960HD yang bisa memproses hingga 96 kamera dengan kualitas 720p. Kamera yang digunakan pun diklaim dapat menggunakan merek apa saja, bahkan yang sudah ada dipasaran. Nantinya video dapat dihasilkan dengan menggunakan H.265. Synology pun juga menekankan bahwa VS960HD dapat bekerja pada rentang suhu -20 derajat sampai 50 derajat celcius.

Synology Computex 2019 - VS with Camera

Tidak hanya untuk perusahaan besar saja, pada acara kali ini Synology juga memperlihatkan beberapa DiskStation NAS terbaru mereka. Dua di antaranya adalah DS620 Slim dan DS419 Slim. DS620 Slim menggunakan prosesor Intel Celeron J3355 yang berkecepatan 2 GHz serta memiliki enam bay yang dapat menampung hard disk hingga kapasitas 24TB. DS419 Slim menggunakan empat bay dan menggunakan prosesor Marvell Armada.

Synology Computex 2019 - DiskStation

Belum jelas apakah Synology akan langsung memboyong solusi mereka ke Indonesia dalam waktu dekat ini. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa Synology saat ini sudah menjadi pilihan solusi bagi beberapa perusahaan ternama, seperti kosmetik Shiseido dan lain sebagainya. Di Indonesia sendiri, Synology mengklaim bahwa solusi mereka telah dipakai di beberapa bank dan perusahaan. Sayangnya, Synology tidak dapat menyebutkan perusahaan mana saja yang sudah menggunakan solusi mereka. Setelah itu, selesailah tur dari pameran Synology.

Synology juga memiliki sebuah topologi tentang bagaimana mereka menyimpan data dan melakukan backup agar data yang ada aman. Cukup rumit memang untuk dijelaskan. Oleh karenanya, kami akan menjelaskannya pada artikel yang terpisah.

Kami juga melakukan wawancara dengan Simon Hwang yang menjabat sebagai Synology APAC President. Ada beberapa pertanyaan menarik yang kami utarakan kepada beliau mengenai produk dan strateginya di Indonesia. Hal tersebut juga akan kami sajikan pada artikel yang terpisah juga.

*Semua foto diambil dengan menggunakan Samsung Galaxy S10+.

Cloud Computing for Process Accelerating and Cost Cutting

At the Alibaba Cloud APAC Summit in Singapore last time, there are some Indonesian partners among the participants, such as Tokopedia, MNC, and Adira Finance. Those three have been using Alibaba Cloud services and cloud computing technology. In the Q&A session led by Alibaba representation, they shared insights and notion related to cloud computing.

Accelerating the process and cutting costs

Tokopedia’s Vice President of Engineering, Herman Widjaja said, the cloud computing has been accelerating the services. They currently intensify the Same Day Delivery service, that is said to be 30%-40% faster than usual. The success rate target is to be increased by 80%.

“In collaboration with Alibaba Cloud, we intend to accelerate the process and scale up. In the near future, we should’ve capable of 200 transactions per second,” he added.

To date, Tokopedia has around 90 million active users and more than 5,5 million merchants. As a marketplace with such categories and unique sales, Tokopedia plans to build a smart fulfillment center, supported by the latest technology.

The use of cloud computing is claimed to cut costs for server maintenance and internal technology. It was said by Adira Finance’s IT Deputy Director, Dodi Soewandi. He said, after using the technology, their company can minimize 10-15% spending.

Yet to build a new data center

Dodi Soewandi (Adira Finance) with Leon Chen (Alibaba Cloud) / DailySocial
Dodi Soewandi (Adira Finance) with Leon Chen (Alibaba Cloud) / DailySocial

Alibaba Cloud Indonesia’s General Manager, Leon Chen also participates in the event. Regarding the data center, he said they have no plans to build the third one in Indonesia. They’re still focused on getting more clients for the latest innovation, Alibaba Cloud is to tighten its position in Indonesia.

“We’re very enthusiastic with Indonesian companies spirit and appreciation in adopting our technology. With more requests to come for us to build the new data center, the plan will be discussed further,” he said.

Indonesia is currently the key market for Alibaba Cloud. With the warm welcome from startups to corporates in using the technology, he also mentioned with the various technology, many clients are used to adoption, even wait for the next innovation by Alicloud.

“The latest one for our clients and partners in Indonesia is, 10 Alibaba Cloud’s new features to ensure business acceleration by using our technology,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

AWS Siap Buka Region Baru di Indonesia

Amazon Web Services (AWS) hari ini mengumumkan rencana membuka regional infrastruktur baru di Asia Pasifik, tepatnya di Jakarta, Indonesia, yang direncanakan hadir pada akhir 2021 atau awal 2022. Regional AWS di Jakarta akan terdiri dari tiga Availability Zones ketika diluncurkan dan akan menjadi regional ke-9 di Asia Pasifik, menyusul Beijing, Mumbai, Ningxia, Seoul, Singapura, Sydney, Tokyo, dan juga Hong Kong SAR yang direncanakan segera hadir.

Cloud memiliki kekuatan untuk mentransformasikan bisnis, institusi pedidikan, dan seluruh badan pemerintah di seluruh Indonesia, dan dengan wilayah infrastruktur AWS lainnya yang datang ke Asia Pasifik, kami berharap dapat membantu mempercepat transformasi ini,” terang VP of Global Infrastructure and Customer Support Amazon Web Services Peter DeSantis.

Peter lebih jauh menjelaskan, membuka AWS Region di Indonesia akan mendukung ekosistem startup yang sedang tumbuh, perusahaan besar, dan lembaga pemerintah di Indonesia. Karena kehadiran AWS Region di Indonesia diharapkan bisa membantu mendorong lebih banyak pekerjaan bisnis dan teknologi, meningkatkan ekonomi lokal, dan memungkinkan oraganisasi di semua vertikal untuk menurunkan biaya, menambah agility dan meningkatkan fleksibilitas.

“Kami senang ketika AWS menjadi bagian berarti dari perjalanan ini,” imbuh Peter.

AWS Region sendiri merupakan infrastruktur teknologi yang terdiri dari beberapa Availability Zone yang ditempatkan pada lokasi yang terpisah dan terletak di lokasi dengan jarak yang cukup signifikan untuk mengurangi risiko satu peristiwa yang berdampak pada kelangsungan bisnis.

Pembukaan AWS Region di suatu kawasan diklaim akan berdampak pada tingginya ketersediaan dan latensi jaringan yang rendah, sehingga mampu meningkatkan kualitas layanan yang diberikan perusahaan.