Nusa Finance Rilis NFT Marketplace, Perkuat Ekosistem Web3 Di Satu Platform

Ekosistem blockchain dan kripto terus berkembang dari tahun ke tahun, ditandai oleh kemunculan platform maupun proyek di Indonesia. Salah satunya, Nusa Finance, platform Web3 dan Decentralized Finance (DeFi) yang sebelumnya bernama Tadpole Finance.

Nusa Finance didirikan oleh William Sutanto dan Oscar Darmawan yang juga petinggi platform investasi kripto ternama Indodax. Namun, untuk operasionalnya, Nusa Finance dinakhodai oleh Wildan Ramadhan (CEO) dan Ifan Wijaya (CTO). Adapun, Nusa Finance memiliki kemitraan strategis dengan Indodax dan Tokenomy.

Dalam keterangan resmi, CEO Nusa Finance Wildan Ramadhan mengungkapkan, “perkembangan teknologi blockchain turut melahirkan beberapa inovasi seperti aset NFT. Bagi para kreator, NFT dapat dimanfaatkan sebagai aset dengan sebuah hak kepemilikan atau proof of ownership yang jelas dan eksklusif. Peluang inilah yang coba kami tangkap melalui fitur NFT Marketplace di platform Nusa Finance.”

Sejak diluncurkan pada Oktober 2022, Nusa Finance menawarkan beberapa fitur unggulan, seperti Decentralized Finance (DeFi)layanan investasi berbasis token NUSA (governance), dan pasar terbuka untuk non-fungible token (NFT marketplace).

Selain itu, Nusa juga menawarkan layanan keuangan berbasis blockchain secara menyeluruh yang dapat beroperasi tanpa otoritas pusat, dengan beberapa fitur turunan seperti Lending, Staking, Swap, dan Liquidity.

“Lending Market Nusa ingin menciptakan sistem deposito di dalam blockchain yang memungkinkan orang meminjam dan menjaminkan kriptonya. Ini dapat dimanfaatkan sebagai tool untuk para trader,” kata Wildan ditemui di acara Media Luncheon, Kamis (6/7).

Nusa juga memfasilitasi Staking, mekanisme di mana pengguna dapat memperoleh passive income dalam bentuk bunga dengan mengunci aset kripto untuk jangka waktu tertentu. Selanjutnya, Farming, program Nusa untuk mempertemukan token project bagi pengguna yang ingin staking.

Nusa Finance menargetkan perilisan aplikasi mobile di kuartal ketiga 2023 untuk meningkatkan pengalaman pengguna. Perusahaan juga tengah mengupayakan semua fitur bisa terintegrasi dalam satu aplikasi. Belum satu tahun beroperasi, Nusa Finance mengklaim telah mencatatkan 20 token dan nilai transaksi aset kripto sebesar Rp600 juta dalam sehari.

Wildan menambahkan, perkembangan Web3 di Indonesia masih relatif baru dan masih berada pada tahap awal adaptasi. “Nusa Finance diciptakan dengan tujuan untuk menghadirkan platform Web3 yang sederhana, informatif, dapat diakses oleh siapa saja, dan menciptakan ekosistem insentif yang sehat bagi para pendukungnya.” tegasnya.

NFT Marketplace

Sebagian besar pasar NFT saat ini berpusat pada barang koleksi, seperti karya seni digital (ilustrasi, foto, musik, video), item dalam game, kartu olahraga, tiket acara, nama domain. Dengan teknologi blockchain yang dimiliki, setiap karya digital yang dijadikan NFT ini diberi kode pengenal yang unik, sehingga tidak dapat direplikasi maupun diduplikasi.

Dalam hal ini, Nusa Finance baru saja meluncurkan fitur NFT Marketplace, pasar terbuka untuk aktivitas aset non-fungible token (NFT)Pengguna dapat menciptakan, menyimpan, dan menjual aset NFT dalam platfrom NUSA. Fitur ini ditujukan bagi para kreator NFT yang ingin memperkenalkan karya-karyanya dengan mudah dalam sebuah platform yang sudah terjamin keamanannya. Fitur NFT Marketplace dapat diakses secara langsung melalui website resmi Nusa Finance.

Wildan menjelaskan proposisi nilai yang ditawarkan pasar NFT milik Nusa adalah memfasilitasi konsultasi blockchain untuk perusahaan konvensional yang ingin memasuki Web3. “Kita bisa memberikan konsultasi blockchain untuk perusahaan sesuai dengan model bisnis mereka. Misalnya kita membuat NFT untuk perusahaan ticketing,” jelasnya.

Hal ini sejalan dengan potensi NFT yang sedang berkembang dalam negeri, di mana Indonesia tercatat sebagai negara dengan pengguna NFT terbanyak di dunia. Mengutip laporan dari Statista Digital Economy Compass 2022, Indonesia berada pada urutan ke-8 dengan 1,25 juta pengguna.

Di Indonesia sudah ada beberapa marketplace NFT yang sudah lebih dulu beroperasi, seperti TokoMall, bagian dari ekosistem blockchain milik Tokocrypto yang belum lama ini telah diakuisisi Binance. Selain itu juga ada Kolektibel yang berdiri di atas jaringan public blockchain Vexanium untuk pencatatan kepemilikan NFT.

Crypto Asset Platform Blocknom Temporarily Terminate its Services due to License Issue

Crypto-asset earning platform Blocknom announced to temporarily halt its services from July 1, 2022. Blocknom did not specify the reason, however, it is said to consider the market situation and government regulations. On the other hand, the company is yet to have an operational permit or authority license, in this case from CoFTRA.

In its blog post, Blocknom’s management said to discontinue support for Decentralized Finance (DeFi), for which daily interest on USDT, USDC, and XIDR will also stop accruing.

“At this time, we advise you to withdraw your assets from the platform as soon as possible. You need not worry because your assets are safe. Please withdraw all your assets before July 31, 2022,” stated on the post.

According to management, the platform has stopped accepting new users and deposits since June 20, 2022. In order to simplify the asset withdrawal process, it appeals to users to immediately withdraw assets before July 31, 2022. After that, it is most likely that withdrawals will only be made via offline CS.

“We will come back stronger with more services as soon as we get our license. Please wish us luck.” Blocknom team stated.

Recently, crypto asset management services have risen in Indonesia. This is in line with the increasing number of people diversifying into this virtual currency. According to CoFTRA, as of February 2022, there are an estimated 12.4 crypto investors.

Aside from Blocknom, with a unique mechanism, several startups also offer crypto-earn services, including NOBI and Finblox. Both have received equity funding support from venture capitalists.

Recently secured funding

For a general note, Blocknom was initiated in January 2022 by former Gojek & Shopee employee Fransiskus Raymond and former engineer Ritasi Ghuniyu Fattah Rozaq. Blocknom is known to be one of the incubation startups in the Y Combinator batch Winter 2022.

Blocknom has recently secured seed funding of $500,000 or over IDR 7 billion from three investors, including Y Combinator, Number Capital, and Magic Fund last March.

In increasing the added value to its platform, Blocknom offers deposit yields on stablecoin-based crypto assets, namely USDT (Tether), USDC (Circle), and XIDR (StraitsX).

In addition, Blocknom applies transparency to the fund management process and has proof of a community system in the DeFi selection process for managing investor funds, and unlimited incentive programs for its community.

Since the last few months, Indonesia’s digital ecosystem has been hit by a bubble burst phenomenon due to global situations and conflicts. Crypto asset prices are also reported to continue to fall, including Bitcoin and Ethereum.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Terkendala Perizinan, Platform Aset Kripto Blocknom Hentikan Layanan Sementara

Platform earning aset kripto Blocknom mengumumkan akan menghentikan layanannya sementara mulai 1 Juli 2022. Blocknom tidak merinci alasan penghentian ini, tetapi pihaknya menyebut telah mempertimbangkan situasi pasar dan peraturan pemerintah. Di sisi lain, mereka memang belum memiliki izin operasional atau lisensi otoritas, dalam hal ini dari Bappebti.

Disampaikan dalam blognya, manajemen Blocknom mengatakan akan menghentikan dukungan untuk Decentralized Finance (DeFi), yang mana bunga harian pada USDT, USDC, dan XIDR juga akan berhenti bertambah.

“Saat ini, kami menyarankan Anda untuk menarik aset Anda dari platform sesegera mungkin. Anda tidak perlu khawatir karena aset Anda aman. Harap tarik semua aset Anda sebelum 31 Juli 2022,” demikian pernyataannya.

Menurut manajemen, pihaknya telah menutup penerimaan pengguna dan setoran baru sejak 20 Juni 2022. Untuk mempermudah proses penarikan aset, pihaknya mengimbau kepada para pengguna untuk segera menarik aset sebelum 31 Juli 2022. Setelah itu, kemungkinan besar penarikan hanya melalui CS offline.

We will come back stronger with more services when we get our license. Please wish us luck.” Tutup tim Blocknom.

Layanan manajemen aset kripto akhir-akhir ini memang mulai bermunculan di Indonesia. Hal ini seiring dengan makin banyaknya orang yang melakukan diversifikasi ke mata uang virtual ini. Menurut Bappebti, per Februari 2022 ada sekitar 12,4 investor kripto.

Selain Blocknom, dengan mekanisme yang unik, beberapa startup juga tawarkan layanan crypto-earn, di antaranya NOBI dan Finblox. Keduanya sama-sama telah mendapatkan dukungan pendanaan ekuitas dari pemodal ventura.

Baru peroleh pendanaan

Sebagai informasi, Blocknom baru dirintis pada Januari 2022 oleh eks pegawai Gojek & Shopee Fransiskus Raymond dan eks engineer Ritasi Ghuniyu Fattah Rozaq. Blocknom diketahui merupakan salah satu startup inkubasi di Y Combinator batch Winter 2022.

Blocknom juga baru memperoleh pendanaan tahap awal (seed) sebesar $500 ribu atau lebih dari Rp7 miliar dari tiga investor, yaitu Y Combinator, Number Capital, dan Magic Fund pada Maret lalu.

Untuk memberi nilai tambah pada platformnya, Blocknom menawarkan yield deposito pada aset kripto berbasis stablecoin, yaitu USDT (Tether), USDC (Circle), dan XIDR (StraitsX).

Selain itu, Blocknom menerapkan transparansi pada proses pengelolaan dana dan memiliki sistem proof of community pada proses pemilihan DeFi untuk pengelolaan dana investor, dan program unlimited incentives bagi komunitasnya.

Sejak beberapa bulan terakhir, ekosistem digital Indonesia tengah dilanda fenomena bubble burst akibat situasi dan konflik global. Harga aset kripto juga dilaporkan terus anjlok, tak terkecuali Bitcoin dan Ethereum.

Coinbase dan Crypto.com Siapkan Kehadiran di Indonesia

Platform aset kripto Coinbase dan Crypto.com tengah menyiapkan rencananya untuk hadir di pasar Indonesia. Kedua perusahaan tengah mencari direktur eksekutif untuk memimpin ekspansi dan operasional bisnisnya di sini. Seperti tertuang di laman LinkedIn masing-masing, Crypto.com tengah mencari Country Director dan Coinbase mencari General Manager di Indonesia.

Crypto.com sudah berdiri sejak 2016, saat ini melayani sekitar 10 juta pengguna global. Sementara Coinbase sudah didirikan sejak 2012 dan telah melantai di NASDAQ, saat ini layanan mereka memiliki 89 juta pengguna dari 100 negara di dunia.

Salah satu yang menjadi tugas dari eksekutif tersebut adalah untuk memastikan platform mendapat pertumbuhan dari pengguna dan transaksi yang dibubukan. Selain itu, dalam ketentuan yang disyaratkan, mereka juga akan bertanggungjawab memastikan operasional bisnis perusahaan mendapatkan perizinan dari regulator terkait — dalam hal ini dari Bappebti.

Kendati belum resmi di Indonesia, diketahui kedua platform telah memiliki pengguna di sini. Karena pada dasarnya layanan mereka memungkinkan transaksi aset kripto yang dilakukan pengguna global.

Sejatinya Coinbase sendiri juga sudah punya relasi bisnis di Indonesia. Pada Mei 2021 lalu, perusahaan turut berpartisipasi dalam pendanaan seri A platform kripto lokal Pintu bersama sejumlah investor lainnya.

Selain menyajikan platform jual-beli aset kripto, baik Coinbase ataupun Crypto.com juga memiliki layanan lain termasuk untuk segmen bisnis. Misalnya terkait dengan DeFi, platform crypto wallet, dan lain-lain.

Peminat aset kripto terus meningkat

Peminat aset kripto terus meningkat di Indonesia. Menurut data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan per Februari 2022, ada sekitar 12,4 juta investor kripto di tanah air. Hal ini tak lain dikarenakan ekosistem wealthtech yang banyak mengakomodasi dan memudahkan kebutuhan para investor.

Sejauh ini Bappebti juga telah merilis daftar 11 platform kripto yang ada dalam pengawasannya, sebagai berikut:

Entitas Perusahaan Platform Kunjungan Web* Peringkat App**
PT Indodax Nasional Indonesia Indodax 9 juta – 12,7 juta 82
PT Crypto Indonesia Berkat Tokocrypto 1,8 juta – 2,6 juta 100
PT Zipmex Exchange Indonesia Zipmex 2,9 juta – 5 juta 137
PT Indonesia Digital Exchange Idex n/a n/a (early access)
PT Pintu Kemana Saja Pintu 810 ribu – 1 juta 60
PT Luno Indonesia LTD Luno 1,2 juta – 1,7 juta 163
PT Cipta Koin Digital Koinku n/a n/a
PT Tiga Inti Utama Triv 241 ribu – 432 ribu n/a
PT Upbit Exchange Indonesia Upbit ID 52 ribu – 90 ribu n/a
PT Rekeningku Dotcom Indonesia Rekeningku 102 ribu – 362 ribu n/a
PT Triniti Investama Berkat Bitocto 17,9 ribu – 22,7 ribu n/a

*data statistik kunjungan di Similar Web Desember 2021 – Februari 2022; ** data statistik peringkat Playstore Indonesia di Appbrain per 6 April 2022

Kehadiran Coinbase dan Crypto.com tentu akan membuat persaingan antarplatform menjadi lebih menarik diperhatikan.

Hal lain yang perlu menjadi catatan, regulator di Indonesia akan segera mengenakan Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dengan tarif final masing-masing sebesar 0,1 persen untuk setiap transaksi pembelian aset kripto. Aturan tersebut akan efektif berlaku pada 1 Mei 2022. Kebijakan ini dilandasi aset kripto di Indonesia diakui sebagai komoditas, bukan alat pembayaran.

***
Ikuti kuis dan challenge #NgabubureaDS di Instagram @dailysocial.id selama bulan Ramadan, yang akan bagi-bagi hadiah setiap minggunya berupa takjil, hampers hingga langganan konten premium DailySocial.id secara GRATIS. Simak info selengkapnya di sini dan pantau kuis mingguan kami di sini.

Tantangan dan Peluang “Decentralization Finance” di Indonesia

DeFi atau decentralization finance sedang menjadi tren yang menarik di antara banyak variasi inovasi kripto. Salah satu yang mengakomodasi kehadiran DeFi adalah platform TokoCrypto. Untuk membahasnya secara mendalam, DailySocial menghadirkan COO TokoCrypto Teguh Kurniawan Harmanda yang akrab disapa Manda, dalam sesi #SelasaStartup.

Dalam paparannya, Manda menjelaskan bahwa DeFi merupakan salah satu kategori jenis token aset kripto yang beredar di dunia. Hasil transformasi dari industri finansial dengan tujuan untuk bisa memberikan layanan terbuka dan transparan kepada masyarakat tanpa perantara (permissionless).

DeFi umumnya berjalan dengan smart contract di atas platform Ethereum (ETH), salah satu aset kripto terpopuler selain Bitcoin (BTC). Smart contract tersebut memungkinkan DeFi berjalan secara otomatis tanpa kehadiran middleman atau pihak ketiga. Smart contract sendiri adalah bahasa pemrograman. Inilah pembeda utama DeFi dengan institusi keuangan tradisional seperti perbankan yakni disintermediasi.

Ekosistem kripto di Indonesia

Saat ini, perdagangan aset kripto di Indonesia terbilang cukup besar dan berkembang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Beberapa pemain yang juga sudah mendapatkan izin beroperasi dari Bappebti termasuk TokoCrypto, Indodax, Pluang, Pintu, dan beberapa lainnya.

Terkait regulasi, Manda mengungkapkan bahwa aturan DeFi di Indonesia yang baku itu belum ada, sementara terkait industri kripto regulasi yang diatur hanya sebatas perdagangan atau aset kripto sebagai komoditas. Sebagai sebuah instrumen baru yang bersinggungan dengan industri finance, wacana terus digulirkan untuk aturan bisa segera ditetapkan.

Meski belum bisa mencakup seluruh aspek yang melibatkan aset kripto, regulasi ini diharapkan menjadi titik awal ekosistem yang lebih terarah serta pedoman bagi para pemain dalam industri ini. Di samping itu, BPS juga telah mengeluarkan KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia) khusus tentang “Aktivitas Pengembangan Teknologi Blockchain”, hal ini menunjukkan proyeksi yang cerah bagi masa depan aset kripto di Indonesia.

Di akhir tahun 2020, telah dibentuk sebuah asosiasi khusus bernama ASPAKRINDO (Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia) yang menaungi hampir seluruh pedagang aset kripto di Indonesia serta Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (ICDX) dan Indonesia Clearing House (ICH). Lembaga nonprofit ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat terkait aset kripto serta berperan sebagai jembatan untuk berdiskusi dengan regulator.

Tantangan dan peluang

Selain transparansi, DeFi juga menawarkan keunggulan dari sisi jangkauan. Ada banyak masyarakat Indonesia yang masih unbankable, jangankan pengalaman merasakan fasilitas keuangan, akses terhadap sistem perbankan saja masih terbatas. Bersifat tanpa perantara, aset kripto ini bisa dimanfaatkan oleh siapa saja yang memiliki akses internet dalam jaringan global.

Pemanfaatan aset kripto ini termasuk sebagai collateral atau jaminan pinjaman, tentunya dalam platform DeFi yang terdaftar. Terakhir, dari segi biaya, DeFi dinilai sangat efektif dan efisien untuk para borrower atau peminjam.

Dari segi keamanan, DeFi memang diciptakan dengan sistem keamanan mumpuni serta tanpa perantara. Hal ini menjadi suatu keunggulan namun juga risiko tersendiri bagi penggunanya. Pasalnya, setiap kelalaian akan sepenuhnya menjadi tanggung jawab individu.

Perihal edukasi, DeFi memang membutuhkan pemahaman lebih dalam dari centralized-based crypto, karena segala seluk beluknya akan diurus secara personal. Dalam proses adopsinya, Manda turut mengungkapkan bahwa disrupsi tidak terjadi secara drastis, semuanya akan menempuh proses yang sering kali akan tidak nyaman di awal. Menjelang regulasi ditetapkan, TokoCrypto terus melakukan edukasi berikut implementasi dalam platformnya.

“Saat ini, mayoritas pengguna DeFi adalah mereka yang sudah lebih dulu terjun ke dunia aset kripto dan paham betul mengenai seluk beluk industri ini,” tambahnya.

Dalam implementasinya, teknologi DeFi bukan diciptakan untuk menggantikan bank sebagai lembaga finansial, namun sebagai alternatif dari fungsi bank yang semakin tergerus teknologi. DeFi menawarkan sistem yang efektif dan efisien sebagai transformasi antara industri finansial tradisional dan teknologi.

“Lima tahun ke depan, seiring dengan adopsi yang semakin masif serta semakin banyak orang yang merasakan manfaatnya, DeFi akan menjadi sesuatu yang umum di masyarakat,” pungkas Manda.

Mengenal DeFi, Tren Blockchain Baru yang Menarik dan Populer

Decentralized Finance atau biasa dikenal dengan sebutan DeFi telah menjadi topik yang hangat dibicarakan di dunia blockchain di seluruh dunia, tidak terkecuali DeFi coin Indonesia. Pada dasarnya, DeFi adalah sebuah sistem yang bertujuan untuk menghadirkan layanan keuangan terbuka dan transparan.

Menariknya, DeFi menawarkan sebuah keunggulan di mana individu dan lembaga dapat memanfaatkan akses yang lebih luas ke aplikasi keuangan tanpa memerlukan perantara pihak ketiga.

Secara umum, DeFi adalah bentuk upaya untuk mendesentralisasi kasus penggunaan keuangan tradisional inti seperti perdagangan, pinjaman, investasi, manajemen kekayaan, pembayaran dan asuransi di blockchain.

Sejatinya, DeFi memberikan kemudahan bagi setiap orang yang sebelumnya belum memiliki akses ke perbankan atau layanan keuangan. Dengan teknologi ini, biaya pun dapat diminimalisir dan setiap orang berpenghasilan rendah juga mendapatkan manfaat dari layanan keuangan yang lebih luas.

Tulang punggung dari semua protokol dan aplikasi DeFi adalah “smart contract”, yaitu aplikasi kecil yang disimpan di buku besar yang dijalankan oleh banyak komputer dalam sebuah jaringan yang didistribusikan.

Keuntungan dari smart contract adalah tingkat keamanannya yang tinggi, di mana teknologi ini menjamin eksekusi deterministik (deterministic execution) dan memungkinkan segala perubahan status yang dihasilkan dapat diverifikasi oleh siapa pun. Smart contract dikenal sangat transparan dan minimnya risiko akan manipulasi dan intervensi.

Terdapat 5 lapisan utama DeFi, yaitu:

1. The settlement layer

Terdiri dari blockchain dan protokol aslinya. Lapisan ini memungkinkan jaringan untuk menyimpan informasi kepemilikan dengan aman dan memastikan setiap perubahan yang terjadi mematuhi aturan yang ditetapkan jaringan.

2. The asset layer

Terdiri dari semua token yang dikeluarkan di atas settlement layer. Lapisan ini mencakup aset protokol asli serta token tambahan apa pun yang didasarkan pada standar token yang didukung blockchain.

3. The protocol layer

Memberikan standar khusus untuk penggunaan seperti pertukaran desentralisasi, pasar utang, derivatif dan manajemen aset on-chain. Standar-standar ini biasanya diimplementasikan sebagai sebuah smart contract dan dapat digunakan oleh setiap pengguna.

4. The application layer

Membuat aplikasi user-oriented yang terhubung ke protokol individu.

5. The aggregation layer

Membuat platform yang berfokus kepada user yang terhubung ke beberapa aplikasi atau protokol. Biasanya disediakan alat untuk membandingkan dan menilai layanan, memungkinkan pengguna dengan mudah menghubungkan beberapa protokol secara bersamaan dan menggabungkan informasi yang relevan dengan jelas dan ringkas.

DeFi memanfaatkan seperangkat alat yang progresif untuk memberikan kontrol kepada pengguna. Fakta bahwa tren DeFi ini menawarkan fungsi ekstra selain mengurangi risiko operasional menjadikan DeFi sebagai pengganti ideal untuk sistem keuangan saat ini.

Lalu, apakah perbedaan antara Decentralized Finance dan Keuangan Tradisional?

Perbedaan Antara DeFi dan Keuangan Tradisional

  • Dalam Decentralized Finance, blockchain berperan utama mengatur segala pengerjaan di sektor keuangan. Sebaliknya, pemerintah publik yang memerlukan hukum dan lembaga keuangan yang teregulasi bertindak sebagai sumber kepercayaan yang mengatur semua kegiatan dalam keuangan tradisional.
  • Decentralized Finance sangat menarik perhatian sejumlah kalangan karena sistemnya yang lebih terbuka dan transparan daripada keuangan tradisional. Siapa pun dapat mengambil bagian dalam membuat layanan dan alat finansial di atas teknologi blockchain.
    Sebaliknya dalam keuangan tradisional, seseorang harus memiliki lisensi dan otorisasi dari pihak yang berwenang atau regulator, sehingga hal ini membatasi inovasi-inovasi dalam sistem keuangan tradisional.
  • Dalam Decentralized Finance, user dapat melakukan transaksi tanpa perantara, sehingga prosesnya akan lebih cepat dan mudah. Hal ini menyebabkan DeFi juga membutuhkan biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan keuangan tradisional

Dari poin-poin di atas, dapat dikatakan bahwa kehadiran DeFi dapat menjembatani kesenjangan yang ada dan memungkinkan industri finansial dapat dinikmati oleh segala kalangan, setiap orang tanpa adanya batasan. DeFi membuka peluang besar bagi para pengguna untuk mengakses beberapa instrumen finansial tanpa adanya batasan-batasan umur, ras, agama, kewarganegaraan hingga masalah geografis.

Setelah mengetahui definisi DeFi dan perbedaannya, nah apa sih kegunaan dan manfaat DeFi itu sendiri?

Kegunaan dan Manfaat DeFi

Terbuka Bagi Siapa Saja

Manfaat yang utama adalah, teknologi DeFi memungkinkan orang-orang yang sebelumnya tidak memiliki akses pada layanan finansial dapat berpartisipasi dalam ekonomi global.

Berdasarkan data dari World Bank, 1,7 miliar orang di dunia (atau 1 dari 5 orang di dunia) tidak memiliki rekening bank. Artinya, mereka tidak memiliki akses ke rekening bank. Dengan tidak memiliki akses ke layanan finansial, orang-orang tersebut tentu tidak memiliki nilai kredit.

Padahal nilai kredit ini sangat penting dan terkadang dibutuhkan untuk membuka rekening bank atau melakukan pinjaman dana. DeFi memungkinkan orang-orang mengakses berbagai macam layanan keuangan dengan mudah.

Akses ke Bentuk Modal Lain

Di Decentralized Finance (DeFi), tiap orang tidak perlu menerima modal yang dipusatkan oleh pemerintah. DeFi memberikan alternatif pada tiap orang untuk menyimpan asetnya dalam bentuk lain yang stabil. Misalkan, kita tidak harus menyimpan dana dalam bentuk Rupiah, namun bisa dalam bentuk USDT (USD Tether) yang nilainya setara dengan dolar Amerika.

Mudah Diakses

Bukan hanya pengguna DeFi yang dapat merasakan manfaat teknologi ini, namun banyak dari pencipta produk keuangan juga mulai membangun generasi selanjutnya di atas DeFi.

Salah satu manfaat utama dari DeFi adalah bahwa sebagian besar protokol, seperti misalnya Ethereum adalah sebuah open source yang artinya dapat diakses dan digunakan oleh siapa pun, untuk proyek pribadinya.

Siapa pun yang memiliki akses internet bisa membuat DeFi DApps. Sehingga bukan hanya sebagai produk layanan finansial terbuka bagi penggunanya, tetapi juga bagi pemiliknya.

Transparansi Tingkat Tinggi

Di DeFi, segala informasi mudah tersedia dan dapat diakses secara terbuka. Sistem ini percaya bahwa minimnya transparansi dapat mengurangi akuntabilitas dan motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu secara bertanggung jawab.

Meminimalisir Biaya

DeFi dapat mengurangi biaya transaksi karena tidak dibutuhkan perantara dalam setiap layanannya.

Saat ini, DeFi Juga Dapat Digunakan Untuk:

Pemberian Pinjaman

Ini adalah salah satu jenis aplikasi terpopuler dari ekosistem DeFi. Jika dibandingkan dengan sistem kredit tradisional, transaksi pinjam-meminjam dalam DeFi dapat dilakukan secara instan serta ada kemampuan untuk menjamin aset digital tanpa pemeriksaan kredit dan adanya potensi standarisasi di masa depan.

Layanan Moneter Perbankan 

Layanan ini dapat mencakup penerbitan stablecoins, hipotek dan asuransi. Harga aset kripto dinilai dapat bergejolak dengan sangat cepat. Hal ini karena teknologi smart contracts yang dapat meminimalisir waktu dan biaya secara signifikan.

Dengan berbagai manfaat dan kegunaan yang memberikan kemudahan untuk pengguna, kepopuleran DeFi juga semakin meningkat di masyarakat Indonesia. Hal ini pula yang mendorong Tokocrypto, sebagai salah satu exchange dengan pertumbuhan terbesar di Indonesia meluncurkan proyek DeFi lokal pertama di Indonesia yaitu Toko Token (TKO)

Toko Token (TKO) Inisiatif DeFi Pertama di Indonesia

Resmi diluncurkan pada Rabu (31/03/2021), Toko Token (TKO) yang merupakan proyek aset kripto lokal pertama di Indonesia yang memiliki tujuan untuk memberi kemudahan kepada masyarakat yang belum memiliki akses ke fasilitas layanan perbankan. Selain itu, TKO juga menawarkan model token hybrid yang menggabungkan keunggulan dari CeFi dan DeFi dan dibangun di atas Binance Smart Chain.

Selain, pada saat peluncurannya. Kehadiran TKO mendapat respon yang sangat positif dari masyarakat, dibuktikan dengan melambungnya harga dari TKO pada saat pertama kali listing di Tokocrypto sebesar 3000%.

Gimana? Sudah paham kan tentang DeFi? dengan banyaknya sisi positif yang dibawa oleh DeFi, tidak heran pula kalau sistem blockchain yang satu ini cepat populer ya. Dan untuk Anda yang ingin mendukung dan berpartisipasi dalam proyek lokal DeFi coin Indonesia yang pertama bisa banget lho Anda dapatkan di siniSalam to the Moon!

Disclosure: Artikel ini pertama kali dipublikasikan di kanal Tokocrypto News

Tokocrypto to Offer CeDeFi Token through Binance Smart Chain

The crypto asset marketplace platform Tokocrypto will develop Indonesia’s first claimed hybrid CeDeFi (TKO) token on the Binance Smart Chain. Binance is an early-stage investor in Tokocrypto.

TKO combines Centralized Finance (CeFi) and Decentralized Finance (DeFi) mechanisms. Financial products with the DeFi mechanism are considered to help accelerate the improvement of financial literacy in Indonesia because they provide low fees, fast transactions, and easy to use.

In order to bridge the gap, Tokocrypto will focus on educating users about crypto finance and developing CeFi utilities, such as TKO Deposit, TKO Savings & TKO Cashback at Tokocrypto. Currently, Tokocrypto is building a liquid pool, while TKO is still in the process of distributing it to the community as a reward. TKO will be officially released by Tokocrypto in April 2021.

“Binance has been our support at Tokocrypto. Through this closer collaboration, it is expected to drive crypto adoption through TKO tokens throughout Indonesia. This will also allow us to leverage human resources and support throughout the BSC ecosystem,” Tokocrypto’s CEO Pang Xue Kai said.

DeFi’s existence as an open financial system is available in Indonesia. Although it is yet to be an official means of payment, Bitcoin and other crypto-assets have been recognized as commodities that can be traded in 13 crypto asset traders officially registered with BAPPEBTI. This crypto asset trading mechanism is regulated in Bappebti Regulation No. 5 of 2019.

Supported by Tokocrypto community

DeFi becomes very relevant for the Indonesian market, but there’s still no proof of successful players running DeFi. Tokocrypto has the ambition to fully support this ecosystem. One of those is by developing the community they have today.

“We want to become a DeFi platform in Indonesia, together with the community we want to initiate it. Currently, there are many products that are driven by the community,” Tokocrypto’s COO, Teguh Kurniawan Harmanda added.

Tokocrypto is the first crypto asset trader registered with BAPPEBTI. Born by a group of crypto enthusiasts who have full faith in the benefits offered by blockchain technology, Tokocrypto has a big goal to help Indonesians understand this industry and to integrate this technology into society and the global economy.

Although it’s still a lack of public interest to start investing in crypto assets, Teguh believes that market interest will begin to grow this year and in the future. One of the reasons is the support of the government and regulators, which encourage growth and awareness of the wider community of crypto assets.

“It is undeniable that there are lots of people still pessimistic about crypto assets. However, by the increasingly mature market and the growing number of stock investors, stock influencers, online motorcycle taxi drivers, to students playing with crypto assets, I am sure the market’s interest in Crypto assets will increase in number,” Teguh said.

He said that crypto-assets today and in the future are not only a place of speculation but have become a safe haven asset for the wider community. For this reason, it is wise for the community to be fully aware of what kind of funds are then worthy of being invested. Do not let personal funds or routine deposits be put into crypto-asset investments.

“For that I am responsible not only for the company but also as Chairman of the Indonesian Crypto Asset Traders Association (ASPAKRINDO), wanting to provide true and accurate education to the public about crypto-asset investment,” Teguh said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Tokocrypto Kembangkan Token CeDeFi di Binance Smart Chain

Platform marketplace aset kripto Tokocrypto akan mengembangkan token CeDeFi (TKO) hibrida yang diklaim pertama di Indonesia di atas Binance Smart Chain. Binance sendiri merupakan investor tahap awal Tokocrypto.

TKO menggabungkan mekanisme Keuangan Terpusat (CeFi) dan Keuangan Terdesentralisasi (DeFi). Produk finansial dengan mekanisme DeFi dinilai dapat membantu mempercepat peningkatan literasi finansial di Indonesia, karena menyediakan biaya yang rendah, kecepatan transaksi, dan mudah digunakan.

Untuk menjembatani kesenjangan, Tokocrypto di awal akan fokus untuk memberikan edukasi kepada pengguna tentang keuangan kripto dan pengembangan utilitas CeFi, seperti Setoran TKO, Tabungan TKO & Cashback TKO di Tokocrypto. Saat ini Tokocrypto sedang membangun liquid pool, sementara TKO masih dalam proses penyebaran kepada komunitas sebagai bentuk rewards. Secara resmi TKO akan dirilis oleh Tokocrypto pada bulan April 2021 mendatang.

“Binance selalu menjadi pendukung kuat kami di Tokocrypto. Melalui kolaborasi yang lebih erat ini, harapannya akan dapat mendorong adopsi kripto melalui token TKO ke lebih banyak wilayah di Indonesia. Ini juga akan memungkinkan kami memanfaatkan sumber daya manusia dan dukungan di seluruh ekosistem BSC, ” kata CEO Tokocrypto Pang Xue Kai.

Keberadaan DeFi sebagai sistem finansial terbuka sudah bisa dinikmati di Indonesia. Meskipun belum menjadi alat pembayaran resmi, Bitcoin dan aset kripto lainnya sudah diakui sebagai komoditas yang bisa diperdagangkan di 13 pedagang aset kripto yang resmi terdaftar di BAPPEBTI. Mekanisme perdagangan aset kripto ini diatur dalam peraturan Bappebti No. 5 Tahun 2019.

Dukungan komunitas Tokocrypto

DeFi menjadi sangat relevan untuk pasar di Indonesia, namun hingga saat ini belum ada pemain yang sukses menjalankan DeFi. Tokocrypto berambisi mendukung sepenuhnya ekosistem tersebut. Salah satunya dengan memperkuat komunitas yang mereka miliki saat ini.

“Kita ingin menjadi platform DeFi di Indonesia, bersama dengan komunitas kami ingin menginisiasi. Saat ini sudah banyak produk yang didorong oleh komunitas,” imbuh COO Tokocrypto Teguh Kurniawan Harmanda.

Tokocrypto adalah pedagang aset kripto pertama yang terdaftar di BAPPEBTI. Dilahirkan oleh sekelompok penggemar kripto yang memiliki keyakinan penuh akan manfaat yang ditawarkan oleh teknologi blockchain, Tokocrypto memiliki goal besar untuk membantu rakyat Indonesia memahami industri ini dan untuk mengintegrasikan teknologi tersebut ke dalam masyarakat serta ekonomi global.

Meskipun mengakui masih rendahnya animo masyarakat untuk mulai berinvestasi di aset kripto, namun Teguh percaya tahun ini dan ke depannya, mulai tumbuh dengan baik minat dari pasar. Salah satu alasan adalah berkat dukungan dari pemerintah dan regulator, yang mendorong pertumbuhan dan awareness kepada masyarakat luas terhadap aset kripto.

“Memang tidak bisa dimungkiri masih banyak beberapa kalangan yang pesimis dengan aset kripto hingga saat ini. Namun dilihat dari makin dewasanya pasar dan mulai banyak investor saham, influencer saham, pengemudi ojek online, hingga mahasiswa yang bermain dengan aset kripto, saya yakin minat pasar terhadap aset kripto akan makin meningkat jumlahnya,” kata Teguh.

Ditambahkan olehnya, aset kripto saat ini dan ke depannya bukan hanya sebagai ajang spekulasi saja, namun sudah menjadi safe haven asset untuk masyarakat luas. Untuk itu menjadi bijaksana bagi masyarakat menyadari sepenuhnya, dana seperti apa yang kemudian layak untuk diinvestasikan. Jangan sampai dana pribadi hingga simpanan yang sifatnya rutin, kemudian dimasukkan menjadi investasi aset kripto.

“Untuk itu saya bertanggung jawab bukan hanya untuk perusahaan namun juga sebagai Ketua Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (ASPAKRINDO), ingin memberikan edukasi yang benar dan akurat kepada masyarakat tentang investasi aset kripto,” kata teguh.

Mengenal DeFi, Tren Baru dari Komunitas Blockchain dan Industri Keuangan

Jika ada satu tren dari komunitas blockchain terbesar dalam beberapa waktu terakhir, decentralization finance atau biasa disebut DeFi adalah jawabannya. DeFi menjadi cukup populer karena memadukan nilai-nilai utama blockchain ke dalam bisnis keuangan yang sudah ada selama ini.

DeFi umumnya berjalan dengan smart contract di atas platform Ethereum (ETH), salah satu aset kripto terpopuler selain Bitcoin (BTC). Smart contract tersebut memungkinkan DeFi berjalan secara otomatis tanpa kehadiran middleman atau pihak ketiga. Smart contract sendiri adalah bahas pemrograman. Inilah pembeda utama DeFi dengan institusi keuangan tradisional seperti perbankan yakni disintermediasi.

Pandu Sastrowardoyo dari Blocksphere menjelaskan bahwa konsep yang diusung DeFi sejatinya tidak baru-baru amat. Pandu melanjutkan pada dasarnya DeFi mengusung sistem keuangan terbuka yang artinya tidak ada kendali atau otoritas tertinggi yang biasanya dipegang oleh bank dalam produk keuangan tradisional.

“Jadi kekuatan dari DeFi adalah tidak ada institusi yang mengelola dan enggak ada pegawai karena ini ditentukan oleh smart contract dengan coding. Ini transparan bisa dilihat semua orang. Kalau di perbankan kita percaya pada perusahaan, brand, atau orangnya, di DeFi kita percaya dengan smart contract,” jelas Pandu.

Produk DeFi yang ada saat ini rata-rata menyasar bisnis lending. Beberapa produk DeFi yang sudah cukup terkenal di dunia di antaranya adalah Compound, MakerDAO, dan Synthetic. Namun sesungguhnya potensi DeFi bisa menyapu semua jenis bisnis di industri keuangan. Tabungan, pinjaman, trading, hingga asuransi menurut Pandu dapat ditawarkan dengan protokol DeFi.

Meski potensi DeFi cukup luas, lending menjadi sektor yang paling digemari para penyelenggara protokol DeFi. Pada dasarnya cara kerja DeFi ditentukan dua hal penting, yakni smart contract dan token. Kedua hal ini yang menggantikan seluruh proses yang dijalankan oleh middleman/pihak ketiga di centralized finance (CeFi).

Di DeFi yang menghasilkan produk lending, borrower dapat memperoleh dananya dengan menjaminkan aset kripto yang ada. Bunga yang dipasang juga bersifat dinamis. Model yang digunakan dalam sistem DeFi memungkinkan borrower membayar lebih murah jika permintaan pinjaman yang ada lebih sedikit. Sebaliknya, jika permintaan sedang tinggi, lender atau investor bisa memperoleh bunga yang lebih tinggi.

Sebelum 2020, produk DeFi sebenarnya sudah bermunculan. Namun keberadaannya baru menjadi sensasi sejak tahun lalu. Ini bisa dilihat dari total nilai yang terkunci di dalam ETH pada 2020 mencapai $14,74 miliar atau sekitar Rp206 triliun, meningkat pesat dari total nilai 2018 dan 2019 yang hanya ratusan juta dolar saja.

Selain nilai bitcoin yang terus melejit dan diminati pasar, kenaikan drastis DeFi juga disebabkan penerimaan regulator. Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (US Securities and Exchange Commission), misalnya, membuat keputusan besar dengan menyetujui dana kelolaan berbasis ethereum pada Juli lalu. Di samping itu, pemain-pemain besar industri keuangan, seperti JP Morgan dan ANZ, mulai memakai blockchain untuk diintegrasikan ke sistem mereka.

Semarak DeFi pun sudah mulai berlangsung di Tanah Air. Meski produk-produk DeFi di sini masih bisa dihitung dengan jari, perbincangannya di komunitas kripto dan keuangan cukup ramai. VynDAO, UNYdex, dan Tadpole Finance merupakan contoh DeFi buatan dalam negeri. Pengecualian untuk Tadpole, DeFi rintisan Indodax tersebut justru sudah melantai di Bithumb Global, sebuah bursa di Korea Selatan yang memperdagangkan fiat dan kripto.

Terlepas dari segala keunggulannya, DeFi juga punya sejumlah tantangan. Pertama, blockchain tidak sepenuhnya bebas dari ancaman keamanan. Berikutnya nilai jaminan yang masih terlampau tinggi, bahkan bisa lebih tinggi dari nilai pinjamannya sendiri. Pandu juga menambahkan ada faktor ancaman penipuan yang memanfaatkan hype DeFi.

“Ini bisa terjadi karena bikin DeFi itu gampang banget. Bikin sekarang aja pun bisa,” ucap Pandu.

Ketua Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI) Oham Dunggio mengatakan kemunculan DeFi yang cukup sensasional sejak tahun lalu menjadi berkah tersendiri. Meski secara konsep yang dibawa tidak baru-baru sekali, namun Oham menilai DeFi sanggup menggerakkan entitas-entitas bisnis berinovasi lebih jauh di atas jaringan blockchain. Oham meyakini perusahaan-perusahaan di Indonesia segera mengadopsi inovasi anyar tersebut meski hanya sekadar eksperimen saja.

Hype dari DeFi ini lebih banyak positifnya ketimbang hype yang dibawa ICO (initial coin offering) dulu. Sebab DeFi ini lebih fokus ke produk, tidak seperti ICO yang lebih fokus menghimpun uang,” pungkas Oham.