Developer Game Indonesia Dominasi SEA Games Awards 2021, Rebut 5 dari 10 Kategori Penghargaan

Ajang SEA Games Awards 2021 telah usai digelar pekan lalu, dan Indonesia boleh berbangga melihat sekumpulan developer-nya mendominasi perhelatan tersebut. Dari 10 kategori penghargaan yang diperebutkan, 5 di antaranya berhasil dimenangkan oleh developer game asal tanah air.

Di kategori Best Game Design misalnya, ada rogue-lite platformer Rising Hell yang keluar sebagai pemenang, mengalahkan judul-judul lain seperti Tank Brawl 2: Armor Fury, The Signal State, Malice, dan Eldritch. Rising Hell dikembangkan oleh Tahoe Games, studio game indie yang bermarkas di kota Kediri.

Rising Hell tak hanya menerima pujian dari sisi gameplay. Musik heavy metal dalam game ini rupanya juga cukup memukau sampai-sampai ia berhasil memenangkan kategori lain, yakni Best Audio. Padahal, saingannya di kategori ini bisa dibilang berat-berat, termasuk Coffee Talk yang soundtrack resminya kini dikemas sebagai vinyl.

Selanjutnya, ada kategori Best Technology yang dimenangkan oleh Biwar Legend of Dragon Slayer karya Devata Game Production asal Bali. Biwar merupakan sebuah action adventure dengan banyak elemen puzzle. Grafiknya tampak memukau berkat penggunaan Unreal Engine 4, akan tetapi bagian yang lebih istimewa adalah, keseluruhan game-nya menggunakan dialek tradisional Bali.

Beralih ke kategori Best Visual Art, giliran When the Past Was Around yang terpilih sebagai pemenang. Game petualangan ini digarap oleh Mojiken Studio, developer asal Surabaya yang portofolionya memang dipenuhi oleh game-game yang masing-masing memiliki art style uniknya sendiri-sendiri.

Kategori kelima sekaligus yang paling prestisius adalah Grand Jury Award yang berhasil dimenangkan oleh Coffee Talk. Mahakarya Toge Productions ini sejatinya sudah tidak perlu perkenalan lagi, dan game-nyapun juga telah beberapa kali mendapat sorotan internasional sejak diluncurkan pertama kali di awal 2020. Sekuelnya sudah dijadwalkan meluncur tahun depan.

Lanjut ke kategori Best Innovation, ada Airship Academy karya Revolution Industry. Dengan lebih dari 150 komponen yang bisa dipasangkan ke lebih dari 30 jenis rangka pesawat yang berbeda, kompleksitas yang ditawarkan game ini betul-betul tidak perlu diragukan. Di saat yang sama, pengembangnya masih bisa menyajikan narasi yang tidak kalah mendalam.

Bicara soal narasi, kategori Best Storytelling dimenangkan oleh DeLight: The Journey Home karya developer Malaysia, DreamTree Studio. Game ini menceritakan kisah seorang perempuan tuna netra dalam perjalanannya bertemu kembali dengan orang tuanya. Selama bermain, pemain bakal dihadapkan dengan pilihan-pilihan sulit, dan semua ini akan berdampak langsung pada alur cerita game.

Untuk kategori Audience Choice Award, pemenangnya adalah Fallen Tear: The Ascencion, sebuah metroidvania dengan bumbu open-world dan grafik 2D yang memukau. Dibuat oleh studio asal Filipina, CMD Studios, Fallen Tree terlihat menjanjikan meski sejauh ini masih dalam tahap pengembangan.

Kategori berikutnya, yakni Best Student Game, berhasil direbut oleh Water Child. Game dengan atmosfer yang kuat dan musik yang emotif ini digarap oleh sekelompok mahasiswa UOW Malaysia KDU University College yang menamai dirinya SkyJus Works.

Terakhir, ada kategori Rising Star Award yang dimenangkan oleh Exist.EXE karya Skyfeather Games Studio. Game ini banyak terinspirasi oleh JRPG klasik, dengan sistem combat turn-based yang unik dan agak berbeda dari biasanya.

Buat yang tertarik menyaksikan perhelatan SEA Games Awards 2021 secara lengkap, Anda bisa menonton siaran ulangnya di laman Facebook resmi eGG Network.

Via: IGN.

Agate Rilis Code Atma, Game RPG Misteri Bernuansa Khas Indonesia

Agate baru saja meluncurkan game baru berjudul Code Atma. Game idle RPG ini mengambil setting waktu di era modern dan menggabungkannya dengan elemen mistis. Di Code Atma, terdapat sebuah aplikasi smartphone yang memungkinkan pemiliknya untuk melihat dan berinteraksi dengan makhluk supernatural. Sebagai pemain, Anda akan menjadi Seeker yang berusaha untuk memecahkan berbagai misteri yang melibatkan makhluk supernatural, yang juga disebut sebagai Atma.

Dalam konferensi pers yang diadakan pada Kamis, 25 Juni 2020, CEO Agate Arief Widhiyasa mengatakan, salah satu tujuan Agate membuat Code Atma adalah untuk mempopulerkan budaya Indonesia di dunia. Karena itu, karakter-karakter di Code Atma didasarkan pada cerita dongeng atau legenda Tanah Air, seperti Kuntilanak, Tumang, Samosara, dan lain sebagainya. Namun, Agate mendesain karakter-karakter tersebut sedemikian rupa agar terlihat tetap menarik bagi para pemain. Misalnya, karakter Pocong di Code Atma justru terlihat lucu daripada menyeramkan.

code atma
Code Atma memiliki genre idle RPG.

Fandry Indrayadi, Creative Director Agate dan Code Atma mengatakan bahwa Agate menghabiskan waktu hampir 2 tahun untuk mengembangkan Code Atma. Target pemainnya adalah gamer laki-laki dengan umur 25-35 tahun. Melalui Code Atma, Agate berusaha untuk pengalaman bermain game RPG yang immersive dengan cerita yang menarik, tapi tidak memakan banyak waktu. Karena itu, ada beberapa elemen game yang disederhanakan, seperti grinding. Dengan begitu, diharapkan, orang-orang yang tidak memiliki banyak waktu luang pun tetap bisa menikmati game ini.

Meski Code Atma berusaha untuk meminimalisir grinding, menaikkan level karakter tetaplah penting. Selain itu, pemain juga didorong untuk mengumpulkan Atma sebanyak-banyaknya. Pasalnya, masing-masing Atma memiliki kelebihan dan kelemahan sendiri. “Code Atma is all about party building. Pemain harus bisa membuat formasi yang oke. Semakin banyak Atma yang mereka punya, semakin fleksibel formasi yang bisa mereka gunakan,” ujar Fandry.

Mengingat karakter-karakter didasarkan pada legenda dan mitos Indonesia, Agate biasanya melakukan riset terkait karakter-karakter tersebut. Namun, mereka juga ingin agar karakter-karakter di Code Atma tetap terasa relatable di dunia modern. Alhasil, karakter yang tampil di Code Atma — termasuk para makhluk halus — tampil dengan desain yang fresh.

“Kami ingin agar budaya Indonesia bisa menjadi bagian dari pop culture global,” kata Fandry. “Jepang dan Korea Selatan bisa melakukan itu karena mereka membuat budaya mereka terlihat sangat fantastis. Jadi, kita mau melakukan itu.”

Lebih lanjut, Fandry menjelaskan, “Kami harap kami akan menemukan sweet spot yang menyeimbangkan authenticity dan relevance. Kalau terlalu otentik, sebuah game menjadi terlalu unik dan orang-orang menjadi tidak terlalu peduli. Sementara jika terlalu relevan, maka game itu tidak memiliki keunikan dari game-game lain.”

Telkom Kembali Adakan Program Inkubasi untuk Developer Game Lokal

Menurut Newzoo, pasar game di Indonesia mencapai US$879,7 juta. Pada 2018, angka itu naik menjadi US$1,1 miliar. Sementara dalam laporan The Global Mobile Game Confederation (GMGC) SEA Mobile Report 2017, disebutkan bahwa pasar game di Indonesia bertumbuh 37,3 persen setiap tahunnya selama 4 tahun dari 2013 sampai 2017. Sayangnya, tidak banyak developer lokal yang mendapatkan untung dari besarnya pasar game Indonesia. Data dari Asosiasi Game Indonesia (AGI) menyebutkan, hanya 8 persen dari total pendapatan industri game yang masuk ke perusahaan di Indonesia. Sementara dari total game yang dijual, hanya 0,4 persen yang dibuat oleh developer lokal.

Besarnya pasar game Indonesia, membuat Telkom tertarik untuk masuk ke industri game. Saat ini, mereka hanya menjadi aggregator untuk game dan menyediakan platform pembayaran. Namun, mereka menyebutkan bahwa ke depan, mereka juga ingin membuat game developer sendiri melalui inkubator mereka. Telkom menyelenggarakan program inkubasi untuk game startup pertama pada September 2019. Ketika itu, mereka bekerja sama dengan Agate International. Batch pertama dari Program Indigo Game Startup Incubation menghasilkan 10 game startup.

Sumber: Newzoo
Sumber: Newzoo

“Program Indigo Game Startup Incubation merupakan salah satu langkah awal Telkom Indonesia dalam memajukan industri game di Indonesia. Game will be the future of digital business. Let’s growing it and be serious at it,” kata Direktur Digital Business Telkom, Faizal Rochmad Djoemadi dalam pernyataan resmi. Dia menyebutkan, ketiadaan modal adalah masalah utama yang ditemui oleh game startup yang ikut serta dalam batch pertama program inkubasi mereka. Selain itu, pengetahuan para developer lokal tentang industri game juga terbatas. Ini membuat game mereka sulit untuk bertahan lama karena pihak developer tak memiliki kemampuan untuk menjangkau orang-orang yang menjadi target pasar mereka.

Karena itu, Telkom kembali mengadakan program Indigo Game Startup pada Februari 2020. Pendaftaran untuk program Indio Game Startup Incubation batch dua sudah dibuka sejak 31 Januari 2020. Selain itu, Telkom juga akan mengadakan roadshow ke lima kota besar di Indonesia, yaitu Bandung, Jakarta, Malang, Surabaya, dan Yogyakarta. Tahap pertama dari program inkubasi ini adalah bootcamp yang akan berlangsung selama satu bulan. Di sini, peserta boleh membuat game baru atau menyelesaikan game yang tengah mereka kembangkan. Selain itu, peserta juga boleh mengikuti online course DILo Game Academy.

Tahap kedua adalah inkubasi. Telkom akan menentukan developer yang bisa masuk ke tahap ini. Tahap inkubasi berlangsung selama tiga bulan. Developer yang terpilih untuk masuk ke tahap inkubasi akan mendapatkan dana dan mentor untuk mengembangkan game mereka. Selain itu, Telkom juga menyediakan ruangan bagi developer untuk bekerja agar mereka bisa menjadi lebih produktif. Telkom bahkan memberikan kesempatan untuk menguji game mereka ke target pasar untuk memvalidasi cara monetisasi dalam game. Pada akhir program inkubasi, developer yang dipilih bisa memamerkan game mereka pada mitra publisher.

Mari Bertemu Game Lokal Keren di Indiesche Partij – Popcon Asia 2016

Setelah menggelar tantangan untuk para game developer lokal dengan inisiatif kolektif Indiesche Partij lewat platform Dicoding, akhirnya terpilih game indie lokal yang akan ikut unjuk gigi di ajang Popcon Asia 2016.

Dikutip dari laman resmi, Indiesche Partij sendiri merupakan gerakan inisiatif kolektof swadaya game developer independen Indonesia yang bekerja sama memberikan ruang bagi karya-karya terbaik untuk hadir di khalayak umum.

Untuk kali ini, Indesche Partif bekerja sama dengan Bekraf dan Dicoding menyeleksi 8 game untuk ikut acara Popcon Asia 2016. Bagi game developer yang terpilih seleksi akan disediakan booth di acara Popcon Asia 2016 serta beberapa fasilitas pendukung lain termasuk poin di platform Dicoding.

Setelah menyeleksi berbagai game mulai dari game mobile, PC dan board game akhirnya teprilih 8 game untuk tampil dan memamerkan serta memperkenalkan game mereka ke masyarakat umum.

Saya sendiri termasuk dari bagian tim kurator untuk memilih dari daftar yang ada untuk melakukan seleksi atas game mana yang bisa lolos dan mendapatkan booth di acara Popcon Asia 2016.  Pengalaman yang cukup seru karena game yang masuk daftar hampir semua menarik untuk diperhatikan.

Ada catatan menarik dari proses kurasi kemarin, menurut saya dibanding tipe game lain, game PC yang masuk kurasi lebih banyak yang seru untuk dimainkan. Saya membayangkan beberapa game ini akan lebih seru jika dimainkan multiplayer di acara pameran seperti Popcon. Bukan berarti game mobile lebih tidak menarik, bisa jadi para game developer mobile harus bekerja ektra untuk membuat game mobile yang lebih seru lagi.

Selain itu, beberapa board game yang masuk proses kurasi juga keren, hadir dengan artwork yang sangat menarik dan beragam tema mulai dari zombie, olahraga sampai masakan. Sayang, untuk saat ini belum ada board game yang lolos.

Seperti yang dikutip dari pengumuman FB Indiesche Partif, delapan game indie yang lolos seleksi adalah:

Game yang lolos Indiesche Partij - Popcon Asia 2016
Game yang lolos Indiesche Partij – Popcon Asia 2016

Dari daftar di atas, hampir semua game saya suka, baik dari sisi konsep, grafis, game play dan peluang untuk menarik pengunjung di acara nanti. Orbiz hadir dengan grafis keren dan cara penyajian area game yang menarik, Rage in Peace adalah tipe game yang akan membuat Anda berteriak, ‘What the ?????’, yang tampil dengan grafis yang menarik pula dan Bomb Raider yang menghadirkan gameplay klasik dengan tambahan keseruan tersendiri, apalagi membayangkan game ini dimainkan dengan mode multiplayer.

Kurator inisiasi Indische Partij kemarin diikuti oleh beberapa orang termasuk praktisi di dunia game dan rekan media lain. Menyenangkan tentunya melihat game lokal keren yang lolos seleksi. Semoga bisa menarik banyak gamers di acara Popcon Asia 2016 nanti.

Popcon Asia 2016 sendiri akan digelar 12 – 14 Agustus 2016, bertempat di JCC. Selamat bagi game developer yang lolos dan Anda pembaca DS, jangan sampai ketinggalan untuk ikut mencoba berbagai game yang lolos seleksi Indiesche Partij di acara Popcon Asia 2016.

GarudaPoint Coba Hadirkan Marketplace dan eCommerce Platform Game di Indonesia

GarudaPoint merupakan sebuah Marketplace & E-Commerce Platform yang bisa digunakan untuk memberikan keuntungan bagi pemain dan juga developer game. Continue reading GarudaPoint Coba Hadirkan Marketplace dan eCommerce Platform Game di Indonesia

Smartfren: 4G/LTE Akan Berperan Besar Memajukan Industri Mobile Game Lokal

Implementasi teknologi 4G/LTE rupanya tidak cuma membantu memajukan industri telekomunikasi di tanah air. Dengan kian sempurna dan meluasnya infrastruktur 4G/LTE, industri mobile game di tanah air juga bisa tersokong dengan baik. Continue reading Smartfren: 4G/LTE Akan Berperan Besar Memajukan Industri Mobile Game Lokal

Prediksi Dampak ‘Google Game’ Bagi Developer Game Lokal

Google berinvestasi di Zynga, ini menjadi berita yang menarik, bukan hanya karena Zynga merupakan ‘anak emas’ Facebook, tetapi bisa juga mengindikasikan arah Google yang semakin serius untuk memasuki wilayah game.

Mengingat Facebook dan Google sering disandingkan sebagai pesaing, berita ini sangat menarik untuk diikuti, apakah ini menandakan Zynga semakin serius untuk mencari tambahan pemasukan baru diluar Facebook?

Zynga juga bekerja sama dengan Yahoo! beberapa waktu yang lalu, apakah ini juga mengindikasikan jika Google tidak mau ketinggalan oleh pergerakan Yahoo!?

Continue reading Prediksi Dampak ‘Google Game’ Bagi Developer Game Lokal