Ericsson Tuntaskan Penyelenggaraan Demo Teknologi 5G Pertama di Indonesia

Meski secara nyata implementasi teknologi 4G belum merata di Indonesia. Namun, vendor perusahaan teknologi dari Swedia, Ericsson telah mempersiapkan teknologi generasi kelima atau 5G di Indonesia.

Secara historis, Ericsson memang telah mengantongi paten dari teknologi jaringan, termasuk salah satunya pengembangan teknologi 5G.

Ericsson telah menuntaskan demo 5G pertama di Indonesia, termasuk 5G test bed, 5G New Radio (NR) dan penggunaan lainnya seperti tangan robot sensor gerak dan video streaming 4K secara langsung.

Test bed 5G mencapai kecepatan puncak downlink sebesar 5,74 Gbps dan latensi serendah 3ms. Konsep test bed dirancang untuk mendukung uji coba penuh yang sudah menjadi fitur penting 5G, seperti beam forming dan tracking, multi-user MIMO, transmisi multi-situs, rancangan super ramping dan dynamic TDD.

Selain itu juga mencakup kebutuhan saat uji coba pre-komersial, seperti sinyal referensi dan laporan feedback. Dengan demikian, 5G siap diuji coba dengan pelanggan dan partner dari seluruh dunia.

Latensi rendah dan reliabilitas tinggi 5G, ditambah kecerdasan dalam cloud, akan memungkinkan komunikasi manusia ke mesin yang lebih baik. Contohnya terlihat dari demonstrasi tangan robot motion-sensing yang bisa dikendalikan pengguna lewat gerakan tangan atau jari.

Aplikasi seperti ini bisa digunakan untuk berbagai tugas, termasuk operasi jarak jauh, penanganan kecelakaan di jalan atau skenario lainnya yang tidak memungkinkan kehadiran manusia.

“Yang menjadi perbedaan fundamental dari teknologi 5G, dia didesain untuk memenuhi semua kebutuhan yang sebelumnya belum mampu dipenuhi teknologi sebelumnya,” terang Presiden Direktur Ericsson Indonesia dan Timor Leste Thomas Jul, Senin (3/4).

Hasil riset Ericsson memprediksi teknologi teranyar ini akan berkembang pesat dengan total pengguna lebih dari setengah miliar secara global pada 2020. Selain itu, bagi perusahaan operator teknologi 5G berpotensi untuk mendorong pertumbuhan pemasukan sebanyak 34% di 2026, jika dibandingkan pada 2016.

Di sisi konsumen, mereka akan menikmati aplikasi baru seperti augmented reality dan video streaming 4K. Sedangkan bagi industri, akan dimudahkan lewat aplikasi IoT inovatif seperti transportasi pintar dan layanan kesehatan jarak jauh, serta lainnya.

Secara global, teknologi ini belum dipakai secara komersial. Targetnya baru akan hadir pada 2020. Sebelum waktu itu tiba, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mendorong perusahaan operator untuk mempersiapkan model bisnisnya. Sebab teknologi ini tidak hanya untuk akses internet saja, namun juga untuk kebutuhan bisnis.

Adopsi dari teknologi tersebut akan berdampak pada bisnis operator. Menurutnya 5G membutuhkan spektrum yang lebih luas dan biaya yang besar. Maka dari itu pihaknya mendorong operator untuk melakukan konsolidasi bisnis.

“Harapannya di 2020 nanti hanya akan ada 3-4 operator saja. Dengan demikian industri telekomunikasi akan lebih efisien sejalan dengan biaya yang dikeluarkan, sehingga skala ekonominya bisa meningkat,” kata Rudiantara.

Untuk mendukung teknologi 5G, pemerintah akan menyediakan frekuensi khusus 28Ghz yang akan terbagi untuk tiga sampai empat operator.

Ekosistem harus siap

Sebelum Indonesia resmi meluncurkan teknologi 5G, Presiden Direktur XL Axiata Dian Siswarini mengatakan bahwa semua pihak harus berpartisipasi dalam menciptakan ekosistem pendukungnya. Mulai dari spektrum frekuensi yang diberikan pemerintah, kesiapan perangkat, kesiapan pasar apakah ada contoh use case yang nyata, dan lainnya.

Menurutnya, sementara ini use case dari pemanfaatan 5G di Indonesia lebih cocok bila diimplementasikan untuk mendukung kebutuhan industri, misalnya untuk pabrik, manufaktur, kesehatan, dan lainnya.

Dia mempredikasi untuk pemakaian 5G secara komersial, kemungkinannya baru akan terealisasi empat tahun dari sekarang, atau sekitar 2021.

“Sebetulnya 5G ini titik beratnya ke arah industri, untuk pabrik besar, IoT, M2M. Kalau personal jaringan LTE sudah jauh dari cukup. Sekarang use case yang sudah teridentifikasi bisa pakai 5G itu lebih mengarah untuk industri.”

Terkait pemanfaatan teknologi baru, XL saat ini sudah meluncurkan jaringan LTE sejak tahun lalu. Pengguna XL yang sudah memanfaatkan teknologi tersebut diklaim mencapai 25% dari total pengguna, adapun traffic-nya mencapai 25% dari seluruh pasar XL. Dia menargetkan adopsi pengguna untuk beralih ke LTE diharapkan bisa naik dua kali lipat pada tahun ini.

XL Axiata Gandeng Yonder Music Luncurkan Aplikasi Streaming Musik

Setelah meluncurkan layanan streaming video Tribe, XL Axiata (XL) dan Yonder Music meluncurkan layanan streaming musik khusus untuk pengguna XL di seluruh Indonesia. Yonder Music ingin merubah gaya masyarakat menikmati musik dan mendukung industri musik di Indonesia. Yonder Music akan bersaing dengan Spotify, Apple Music, Joox, Deezer, Guvera, dan LangitMusik/MelOn yang lebih dulu hadir.

“Secara adil Yonder Music ingin memberikan keuntungan lebih kepada musisi dengan persentase sebesar 75%. Dengan ini kami harapkan dapat menarik minat musisi lokal lebih banyak lagi bergabung dengan Yonder Music,” kata CEO Yonder Music Adam Kidron saat jumpa pers di Hotel Mulia Jakarta.

Perusahaan yang berbasis di New York Amerika Serikat ini memiliki aplikasi yang menyediakan layanan musik dengan ragam fitur terkini dan mengedepankan aspek sosial. Setelah peluncuran di Malaysia, bersama Celcom, pada tahun 2015 silam, Yonder Music telah berhasil mengumpulkan 200 ribu pengguna dalam waktu 3 bulan. Indonesia merupakan negara kedua di Asia Tenggara yang disambangi Yonder Music.

Saat ini Yonder Music mengklaim telah memiliki lebih dari 20 juta lagu dari musisi di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Dengan menggandeng sekitar 48 label musik di Indonesia, Yonder Music berkomitmen untuk menghadirkan konten lokal terlengkap.

Penawaran khusus untuk pengguna operator XL dan Axis

Saat ini layanan musik streaming Yonder Music hanya tersedia untuk pengguna operator XL dan Axis saja. Perjanjian eksklusif antara Yonder Music dengan XL ini akan dilakukan selama 2 tahun sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan.

“Kami melihat saat ini Yonder Music merupakan platform yang paling tepat untuk XL memberikan layanan streaming musik dengan pengguna setia, dengan demikian perjanjian tersebut kami tetapkan antara XL dengan Yonder Music,” kata Presiden Direktur XL Dian Siswarini.

Saat ini pengguna XL bisa mengakses layanan musik cukup dengan berlangganan paket data XL HotRod atau Combo Xtra senilai lebih dari Rp 100 ribu, semua layanan bisa dinikmati secara gratis. Sementara bagi pelanggan yang tidak berlangganan data lebih dari Rp 100 ribu akan dikenakan biaya berlangganan Rp 35 ribu/bulan.

“Sejak diluncurkannya Yonder Music semua pengguna XL bisa menikmati secara gratis hingga 30 Juni 2016 mendatang, untuk menikmati promo ini pengguna tidak perlu melakukan registrasi apapun,” kata Dian.

Dengan kehadiran Yonder Music XL menargetkan sekurangnya 1,2 juta pelanggan akan menggunakan layanan musik ini di tahun pertama. Dengan mengedepankan layanan 4G LTE khusus untuk semua pengguna XL di seluruh Indonesia.

Ragam fitur Yonder Music

Sebagai aplikasi musik streaming Yonder Music menghadirkan berbagai fitur yang cukup menarik dan tentunya unik untuk pengguna. Di antaranya adalah Song Stream pilihan lagu yang bisa dipersonalisasi sesuai dengan selera pengguna, kemudian fitur Magic Library yang berfungsi untuk mengunduh secara otomatis semua lagi yang telah didengarkan atau auto download. Pengguna juga bisa mendengarkan musik secara offline dan membagikannya kepada pengguna lainnya.

Fitur lainnya adalah Deep Yonder berupa rekomendasi artis yang memiliki kesamaan jenis musik atau kategori dengan artis yang disukai pengguna, Heavy Hitter merupakan fitur sosial yang memungkinkan semua pengguna melihat siapa saja musisi yang disukai dan paling sering didengarkan. Authorities menawarkan pengguna untuk melihat rekomendasi musik-musik terkini dari tangga lagu atau chart internasional seperti Billboard, Grammy dan tangga lagu di berbagai radio yang ada di Indonesia.

“Fitur Authorities merupakan fitur unik yang bisa dimanfaatkan oleh pengguna untuk mencari rekomendasi berdasarkan tangga lagu terkini. Nantinya Yonder Music juga akan bermitra dengan radio-radio yang ada di Indonesia untuk berbagi tangga lagu yang sedang populer,” kata Country Manager Yonder Music Indonesia Zico Kemala Batin. Zico sendiri sebelumnya adalah Head of Business Development MNC Tencent yang mengurusi JOOX.

Saat ini Yonder Music sudah bisa diunduh di aplikasi mobile platform Android dan iOS, namun hanya bisa digunakan oleh pengguna XL.

Application Information Will Show Up Here

XL Axiata Masih Bukukan Kondisi Keuangan Positif di Q1 2016

PT XL Axiata Tbk (XL) hari ini secara resmi mengumumkan audit kinerja keuangan perusahaan untuk periode kuartal pertama tahun 2016. Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa XL berhasil meraih pertumbuhan pendapatan sebesar 2% YoY selama kuartal pertama tahun 2016. Dalam laporan tersebut juga diketahui bahwa banyaknya pengguna smartphone berhasil mendongkrak mendongkrak penetrasi layanan data perusahaan yang dipimpin Dian Siswarini tersebut.

Dalam rilisnya Dian menyatakan bahwa XL telah membuat pencapaian awal yang menjanjikan melalui peningkatan dalam berbagai kegiatan operasional yang berdampak positif pada kinerja keuangan perusahaan. Ia juga berharap pencapaian ini menjadi momentum untuk XL untuk terus melanjutkan agenda transformasi perusahaan.

Mulai banyaknya smartphone yang mendukung jaringan 4G LTE dan juga jangkauan jaringan yang mulai meluas berimbas pada peningkatan trafik layanan data di XL. Tercatat trafik layanan data tumbuh hingga 94% YoY dengan total penggunaan layanan data mencapai 22.8 juta atau 54% dari total jumlah pelanggan XL.

XL juga mencatat pengguna smartphone mengalami pertumbuhan sebesar 19% YoY atau mencapai 20,5 juta pengguna. Perumbuhan pengguna smartphone juga memiliki pengaruh pada presentasi pertumbuhan layanan XL data yang mencapai 48% dari total presentasi.

Untuk laba periode kuartal pertama 2016 XL mencatat laba bersih sebesar Rp 20 miliar dengan adanya penguatan nilai Rupiah terhadap US Dollar. XL juga disebutkan telah berhasil untuk meneruskan rangkaian program inisiatif “Balance Sheet Management” (Pengelolaan Neraca Keuangan) guna mengurangi dampak fluktuasi nilai mata uang asing (Forex).

Tahun ini merupakan tahun kedua bagi XL melakukan Transformasi “3R – Revamp, Rise & Reinvent”, agenda yang sudah dilakukan sejak awal tahun 2015.  Agenda Transformasi tersebut terdiri dari: Revamp (Mengubah) –mengubah model bisnis pencapaian pelanggan (dari ‘volume’ menjadi ‘value’) disertai strategi distribusi serta perbaikan portofolio produk untuk meningkatkan pendapatan. Rise (Meningkatkan) – meningkatkan nilai brand XL dan menggunakan strategi dual-brand dengan AXIS untuk menyasar berbagai segmen pasar yang berbeda. Reinvent (Menemukan kembali) – menumbuhkan berbagai inovasi bisnis melampaui model bisnis yang digunakan saat ini.

Ongki Kurniawan Mengundurkan Diri dari XL Axiata

PT XL Abiata Tbk (XL) hari ini resmi mengumumkan pengunduran diri Ongki Kurniawan sebagai Direktur / Chief Digital Service Officer (CDSO). Menurut rilis yang kami diterima, Ongki mengundurkan diri dengan alasan pribadi. Ongki telah berkarier profesional bersama XL selama rentang 7 tahun.

Pertama kali masuk XL, Ongki disibukkan dengan jabatan sebagai Corporate Strategy and Business Development. Kemudian sempat juga menjadi SPV Services Management dan membawakan prestasi Asia Pacific’s Best Contact Center untuk XL. Sejak menjabat sebagai Director/Chief Service Management Officer (CTO/CIO) per tahun 2011 lalu Ongki juga sempat meraih prestasi Indonesia’s Most Innovative CIO 2014. Dan terakhir, hingga hari ini, Ongki menjabat sebagai Director/Chief Digital Services Officer (CDSO) di XL.

Presiden Direktur XL Dian Siswarini menanggapi permohonan pengunduran diri Ongki mengatakan:

“Pergantian direksi dan manajemen adalah suatu hal yang wajar di dunia bisnis yang mengedepankan profesionalisme. Kami mengucapkan terima kasih kepada beliau atas kontribusi selama ini bagi XL.”

Untuk selanjutnya tugas Direktur/Chief Digital Service akan diambil alih Dian Siswarini, sementara seluruh kegiatan operasional sehari-hari tetap dilaksanakan oleh Senior Leaders di Digital Services.

Salah satu “peninggalan” Ongki yang yang saat ini sedang gencar dipromosikan XL adalah program Xmart City dan layanan INFINET broadband 4G/LTE untuk UKM. Inovasi produk ini pun dilandasi dari profesional Ongki di bidang pengembangan wilayah dan dibuktikan pada perolehan reward Global 1st Prize Winner Urban Improvement pada akhir tahun 2014 lalu.

XL Axiata Resmikan Kehadiran Layanan Video Streaming Tribe

Hari ini (18/3) XL Axiata (XL) resmi menghadirkan layanan streaming video yang bernama Tribe. XL sendiri sebelumnya sudah mengindikasikan kehadiran Tribe pada bulan Februari silam. Saat ini, layanan video dari Tribe yang dapat diakses melalui smartphone dan tablet masih bersifat eksklusif untuk pelanggan XL saja.

CEO XL Axiata Dian Siswarini mengatakan, “Visi dari XL meluncurkan layanan Tribe adalah untuk menyediakan layanan hiburan berkualitas bagi penggunanya. Dengan dukungan XL 4G LTE, kebutuhan pelanggan dan masyarakat untuk menyaksikan film, serial, dan siaran olahraga kapan dan di mana saja bisa terpuaskan. Melalui Tribe, XL juga [memberi] dukungan untuk memajukan film nasional.”

“Kami kerja samanya [menghadirkan Tribe] dengan Axiata Digital Video, jadi memang ini kerja samanya esklusif untuk XL. […] Ada investasi, tapi tidak besar. Untuk kontennya, Axiata Digital Video yang menyiapakan. Modelnya, revenue sharing dengan mereka,” tambah Dian.

XL sendiri bekerja sama dengan beberapa rumah produksi besar untuk menyediakan konten film, termasuk juga OH!K, Channel M, serta FOX Sport. Saat ini Tribe diklaim telah menyediakan konten film yang cukup lengkap, mulai dari horor, action, drama, hingga olahraga. Namun yang menjadi titik fokus utama adalah konten film-film Asia yang berasal dari Korea Selatan karena saat ini konten tersebut tengah menjadi tren di kalangan milenial.

Terkait konten film Indonesia, melalui TRIBE, XL juga ingin menunjukkan komitmen dalam mendorong pengembangan industri film nasional. Dengan layanan ini, film-film nasional termasuk produksi baru bisa disaksikan oleh masyarakat Indonesia. Joko Anwar adalah salah satu tokoh perfilman Indonesia yang turut mendukung kehadiran Tribe.

Meski disebutkan telah tersedia di Google Play dan Apps Store, namun saat ini untuk menikmati Tribe secara gratis selama 30 hari pelanggan XL wajib mengaktifkan langgan melalui aplikasi MyXL. Untuk pembayaran sendiri, XL baru menerima metode melalui potong pulsa XL. Biaya yang dikenakan yakni sekitar Rp 25.000 per bulan.

Syarat lain yang harus dipenuhi selain menggunakan nomor XL adalah spesifikasi minimum perangkat keras ponsel pintar atau tablet yang digunakan. Disebutkan XL bahwa Tribe baru bisa dinikmati secara maksimal dengan menggunakan smartphone yang sudah mengadopsi 4G/LTE. Secara spesifik, jenis ponsel atau gawai yang ideal yakni yang terpasang sistem operasi Android versi 4.4 ke atas atau iPhone minimal tipe 5S.

Dengan hadirnya Tribe, artinya pasar streaming video di Indonesia kini semakin bergairah untuk dijamah. Meski tersandung pemblokiran, namun secara teknis Netflix sudah hadir di Indonesia. Masih ada juga HOOQ dari SingTel yang akan menyambangi Indonesia lewat Telkomsel dan iflix dengan pintu masuk melalui grup Emtek. Belum lagi beberapa alternatif yang disediakan pemain lokal seperti Kineria.

Application Information Will Show Up Here

XL Axiata Angkat Yessie D. Yosetya sebagai Direktur Independen Baru

PT XL Axiata Tbk (XL) baru saja melangsungkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan Rapat Luar Biasa. Dalam rapat tersebut XL secara resemi telah mengangkat Yessie D. Yosetya, yang kini menjabat posisi Chief Service Management Officer, sebagai Direktur Independen untuk masa jabatan sampai 2019. Selain itu pada sesi paparan publik juga disebutkan bahwa XL menunjukkan capaian positif sepanjang 2015 silam.

Presiden Direktur XL Dian Siswarini menanggapi pengangkatan Direktur Independen baru ini mengatakan, “Pengangkatan Ibu Yessie sebagai Direktur Independen sudah sangat tepat. Beliau memiliki semua persyaratan untuk menjabat sebagai seorang Direktur. Selain juga [memiliki] dedikasi yang tinggi terhadap XL. Secara profesional, beliau juga telah menunjukkan kapasitasnya sebagai pemimpin yang mampu secara cakap membawa organisasi dalam menghadapi tantangan industri telekomunikasi dan digital yang tidak ringan.”

Yessie menggantikan posisi Ongki Kurniawan yang kini telah menjadi Direktur penuh. Perbedaan Direktur dan Direktur Independen, menurut Asosiasi Emiten Indonesia (AEI), adalah posisi Direktur Independen tidak memiliki hak suara dalam voting.

Selain itu, Dian memaparkan sejauh mana pencapaian bisnis XL sepanjang 2015. Dari paparan tersebut, bisnis XL dinilai memperlihatkan hal yang positif. Hal ini ditandai dengan ARPU pelanggan yang terus meningkat dan pertumbuhan trafik data yang signifikan, lebih dari 35% pada kuartal ke empat tahun 2015.

Dari semua data yang dipaparkan pihak XL menunjukkan kontribusi signifikan dari layanan data terhadap pertumbuhan pendapatan data. Hal inilah yang coba terus ditingkatkan XL di tahun ini.

Selain itu dalam keterangan pers yang kami terima XL juga berkomitmen untuk terus menjaga dan meningkatkan kualitas jaringan mereka. Pada tahun 2015 tercatat XL telah memiliki 58.879 BTS, atau naik 13% dari tahun sebelumnya.

Sementara itu dari sisi pengelolaan keuangan, XL menjalankan serangkaian program inisiatif “Balance Sheet Management”. Program ini mencakup percepatan pelunasan dan konversi hutang ke mata uang Rupiah senilai $590 juta. Langkah ini merupakan bagian dari upaya XL untuk melunasi semua portofolio hutang dalam US Dollar yang tidak disertai fasilitas lindung nilai.

XL juga telah mengumumkan rencana untuk melakukan penerbitan saham baru (rights issue) guna menggalang dana yang akan digunakan untuk membayar kembali pinjaman dari pemegang saham sebesar $500 juta.

XL Axiata Siapkan 500 Miliar Rupiah Kembangkan Platform Digital untuk UKM DigiBiz

XL Axiata (XL) menggebrak dengan menyiapkan dana 500 miliar Rupiah yang bakal diinvestasikan dalam jangka waktu tiga tahun untuk menjaring Usaha Kecil Menengah (UKM) dengan platform digital-nya, DigiBiz. Mereka berharap di akhir tahun 2016 ada sekitar 20 ribu UKM yang tergabung dalam platform ini.

Peresmian DigiBiz dilakukan Presiden Direktur XL Dian Siswarini dalam sebuah acara yang dihadiri Menkominfo Rudiantara, perwakilan Kementerian Koperasi dan UKM, Presiden komunitas Tangan Di Atas (TDA) Mustofa Ramdloni.

TDA digandeng sebagai jembatan XL menggaet para UKM. TDA sebagai wadah para pedagang dan pengusaha UKM saat ini telah memiliki lebih dari 10 ribu anggota di seluruh Indonesia. Tak heran jika XL berarti pasang target tinggi, 20 ribu anggota hingga akhir tahun depan.

Pada dasarnya, DigiBiz terdiri dari tiga solusi. Solusi pertama adalah Produk. UKM yang bergabung akan mendapat produk yang relevan. Kedua adalah solusi Bisnis. Di sini UKM akan mendapat manfaat seperti tempat berjualan, promosi, pinjaman, dan informasi bisnis. Yang terakhir adalah Jejaring. Secara tidak langsung UKM diklaim akan memperoleh jaringan bisnis yang lebih luas jika memanfaatkan platform ini.

Meskipun tidak gratis, XL tampaknya berusaha membuat solusinya lebih terjangkau untuk UKM. Ada beberapa produk yang ditawarkan dalam paket UKM ini, yaitu:

  • Paket layanan Internet 4G/LTE
  • Produk “jumpStart” berupa solusi Virtual Telephony “XL Mobex”
  • Solusi “Usahawan” untuk pembuatan situs
  • Produk “leapFrog” berupa layanan mobile ads
  • Produk “goGrow” berupa layanan “XL You See”

Saat ini XL telah memiliki 250 konsumen UKM yang sudah tergabung.

Direktur Digital Service XL Ongki Kurniawan dalam rilisnya mengatakan, “DigiBiz merupakan platform yang bersifat solusi digital guna mendukung para pelaku usaha UKM untuk memulai dan mengembangkan bisnis. Dengan kompetensi kami di bidang teknologi informasi dan komunikasi, kami ingin berperan aktif mendorong kalangan UKM untuk bisa lebih memanfaatkan teknologi dalam meningkatkan produktivitasnya. Solusi dari XL ini sangat mudah diterapkan, bahkan hanya dengan ponsel saja sudah bisa dijalankan. Kami berharap, hingga akhir tahun depan setidaknya 20 ribu UKM sudah memanfaatkan DigiBiz.”

Rancangan Revisi Aturan E-Money Tuai Pro dan Kontra di Kalangan Operator Telekomunikasi

Pada tahun 2017 mendatang Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerapkan peraturan supaya operator telekomunikasi di Indonesia memposisikan layanan e-money yang ada saat ini dijalankan secara terpisah sebagai unit bisnis dengan entitas yang berbeda dan dikelola layaknya usaha perbankan. Selain itu nantinya e-money juga akan dikenakan pajak.

Revisi aturan Layanan Keuangan Digitial (LKD) ini masih digodok BI dan OJK. Saat ini ada tiga operator telekomunikasi di Indonesia yang memiliki bisnis e-money, yaitu Telkomsel (T-Cash), Indosat Ooredoo (Dompetku), dan XL AXiata (XL Tunai). Selama ini bisnis e-money menyatu dengan bisnis inti operator telekomunikasi tersebut.

Revisi aturan eMoney tersebut menuai pro dan kontra di kalangan operator telekomunikasi di Indonesia.

Direktur Utama XL Axiata Dian Siswarini mengatakan jika bisnis e-money dipisah akan menyulitkan operator mengembangkan usahanya, karena usianya yang terbilang masih belia dan masih menyatu dengan SIM Card sehingga sangat sulit bila harus dipisahkan menjadi entitas bisnis sendiri.

“Masalahnya kalau itu dilakukan kami tak efisien, apalagi kalau benar dijadikan anak usaha, artinya kami harus ajukan ijin lagi atas nama anak usaha, soalnya yang punya lisensi e-money itu XL. Belum lagi dari sisi biaya, EBITDA dari e-money di XL masih negatif,” ungkap Dian kepada Indotelko.

Ditambahkan Dian, bisnis e-money itu seharusnya tetap menyatu dalam bisnis telekomunikasi mengingat saat ini lisensi e-money tersebut diberikan Bank Indonesia  kepada operator telekomunikasi, dalam hal ini XL Axiata.

Sementara itu Indosat Ooredoo justru mendukung rencana pemerintah untuk memisahkan badan usaha e-money. Hal tersebut ditegaskan oleh Chief Executive Officer (CEO) Indosat Ooredoo Alexander Rusli yang mengatakan memang sudah waktunya bisnis e-money yang dimiliki oleh operator telekomunikasi di Indonesia dikelola secara terpisah, asal pihak operator diberikan lisensi baru oleh Bank Indonesia.

“Selama ini, lisensi untuk bisnis e-money Dompetku diberikan kepada Indosat. Jadi, kalau memang mau dipisahkan, ya segera dong beri kami lisensi terpisah sehingga kami bisa segera bentuk badan hukum baru untuk Dompetku,” kata Alex kepada Investor Daily.

Saat ini keberadaan e-money menjadi semakin relevan dengan makin menjamurnya bisnis e-commerce di Indonesia. Meskipun belum menjadi preferensi cara pembayaran yang signifikan, jangkauan operator telekomunikasi yang lebih luas ketimbang perbankan diyakini bakal membantu perluasan adopsi e-commerce di seluruh pelosok

XL Mulai Komersialisasikan 4G LTE Secara Nasional

Buat kalangan awam, kadang membahas waktu ketersediaan layanan 4G LTE di Indonesia cukup membingungkan. Bagi XL, peluncuran jaringan tersebut ditandai dengan diusungnya logo baru di bulan Oktober 2014 silam. Namun kira-kira baru seminggu lalu perusahaan telekomunikasi ini menghadirkan 4G di Bandung setelah periode uji coba beberapa bulan sebelumnya.

Menyusul Kota Kembang, XL PT. XL Axiata mengumumkan dimulainya masa komersial layanan 4G LTE secara nasional, termasuk di wilayah Ibu Kota DKI Jakarta dan sekitarnya. Hal ini ditandai dengan rampungnya proses penataan ulang frekuensi 1800MHz. XL berpendapaat bahwa upaya mereka tersebut akan sangat membantu aktivitas di berbagai bidang – pemerintahan, bisnis, sosial dan hiburan – yang menghendaki servis internet memadai.

Menurut penuturan Dian Siswarini selaku Presiden Direktur via press release, mereka tak mau menunda-nunda penyediaan 4G LTE mengingat tuntutan tinggi terhadap internet super-cepat demi membantu meningkatkan level produktivitas konsumen. Dian turut mengucapkan rasa terima kasih pada para pihak yang membantu XL menyelenggarakan 4G LTE, terutama untuk Kementrian Komunikasi dan Informatika serta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Meskipun terus berupaya memperluas area jangkauan, dalam penyajiannya, XL berjanji mereka selalu mengutamakan sisi kualitas. Standard network mobile Long-Term Evolution XL difokuskan pada kecepatan dan kenyamanan, menyuguhkan laju mencapai 150Mbps yang stabil agar ‘manfaat dari teknologi ini secara maksimal dapat diperoleh masyarakat’.

Seperti yang telah XL informasikan sebelumnya, sebesar 40 persen dari total pelanggan mereka menggunakan handset untuk streaming konten video. Dan sejak awal pengembangan 4G LTE, XL membangun layanan agar mampu memenuhi standard video ‘Extreme HD 360°’ – mencakup tayangan seluas 360 derajat dengan lancar tanpa kendala. XL berpendapat, jika internet sanggup menghidangkan tipe video tersebut secara maksimal, maka servis digital lainnya sudah pasti memuaskan.

XL memprediksi, akses video serta konten berbasis visual akan terus meningkat. Pemanfaatannya meliputi bidang edukasi, promosi, presentasi sampai hiburan. Mereka merasa cukup percaya diri karena melihat hasil survei OpenSignal bulan September 2015, XL Axiata tercatat sebagai operator lokal yang memiliki kecepatan internet paling gesit berbekal teknologi LTE.

4G LTE XL sudah bisa dinikmati oleh konsumen di Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang, Tangerang Selatan, Bekasi, Cibubur, Cikarang, Cibinong, Dramaga, Bogor, Puncak, Cisarua, Karawaci, dan Cikupa – ditopang oleh 1.577 BTS 4G di Jabodetabek.

Balon Udara Project Loon Mengudara di Langit Indonesia Tahun 2016

Pendiri Google dan President Alphabet Inc. Sergey Brin, Dirut Telkomsel Ririek Adriansyah, CEO XL Axiata Dian Siswarini, CEO Indosat Alexander Rusli, dan VP Project Loon Mike Cassidy di sela-sela penandatanganan MoU Project Loon di kantor Google X / XL Axiata

Meskipun menuai pro dan kontra karena dianggap akan melakukan bypass konektivitas dan berisiko mengingat proyek tersebut masih dalam tahap pengembangan (riset), kesepakatan antara Alphabet Inc. (pemilik Project Loon) dengan pemerintah Indonesia dan tiga operator utama Indonesia telah dilakukan di kantor Google X, Mountain View, Rabu (28/10/2015). Tercakup dalam kesepakatan itu adalah uji coba balon udara Loon di wilayah Indonesia mulai 2016.

“Ini adalah keputusan strategis. Setidaknya, bagi para operator telekomunikasi di Indonesia harus menjadi bagian dari ini, paling tidak mengetahui aspek teknisnya,” ujar Menkominfo Rudiantara, seperti dilaporkan Kompas di lokasi acara peresmian kesepakatan Indonesia dan Alphabet.

Secara komprehensif nantinya Project Loon di Indonesia akan menjangkau wilayah-wilayah di seluruh Indonesia yang sebelumnya belum mendapatkan akses internet serta infrastruktur telekomunikasi, misalnya di  kawasan Timur Indonesia.

Saat ini di Indonesia terdapat sekitar 100 juta orang penduduk yang masih belum terhubung dengan Internet. Hal inilah yang kemudian dicoba dikurangi dengan uji coba Project Loon di Indonesia.

Project Loon dalam skala yang besar adalah yang pertama kali dilakukan di Indonesia. Sebelumnya Project Loon telah dilakukan di Australia dengan menggandeng operator seluler Telstra dengan memanfaatkan frekuensi LTE untuk disebarkan kepada pengguna melalui konektivitas Wi-Fi. Kemitraan seperti ini diharapkan bisa terwujud bersama tiga operator besar di Indonesia yaitu XL Axiata, Telkomsel dan Indosat.

Project Loon merupakan program yang digagas oleh Google (sekarang dalam payung Alphabet Inc.) dengan mengusung teknologi untuk menyebarkan koneksi Internet di daerah-daerah terpencil yang belum terjangkau koneksi kabel maupun sinyal operator selular. Loon menggunakan balon udara bertenaga matahari yang akan mengudara di ketinggian sekitar 20 km di atas permukaan laut dan berfungsi layaknya menara pemancar jaringan 4G/LTE yang luas. Metode ini diharapkan dapat mengatasi tantangan yang dihadapi dalam pembangunan infrastruktur jaringan di medan sulit, seperti hutan dan pegunungan.

Dengan ditandatanganinya nota kesepahaman antara Alphabet, pemerintah Indonesia, dan tiga operator utama di Indonesia, pemerintah Indonesia melalui Kominfo berharap dapat menghadirkan internet keseluruh pelosok wilayah Indonesia. Seperti apa nantinya aspek komersial kerja sama ini ke depannya masih dalam proses perencanaan Kominfo.

Turut hadir dalam acara tersebut Pendiri Google dan President Alphabet Inc Sergey Brin dan Vice President Project Loon Mike Cassidy. Pemerintah Indonesia diwakili Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Menteri Perdagangan Thomas Lembong, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf, dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani, ditambah perwakilan tiga operator utama di Indonesia, yaitu Dirut Telkomsel Ririek Adriansyah, CEO XL Axiata Dian Siswarini, dan CEO Indosat Alexander Rusli.

Komitmen operator seluler Indonesia

projectloon_indonesia

Uji coba Project Loon direncanakan akan dilaksanakan tahun 2016 dan pelaksanaan komersialisasi akan memakan waktu 2-3 tahun. XL sendiri dalam rilis persnya akan terus melakukan evaluasi terhadap potensial pasar dari penyediaan layanan Project Loon ini. Ke depannya XL akan melanjutkan diskusi lebih lanjut pihak Google. untuk mempelajari proyek uji coba lebih dalam, baik secara teknis maupun komersial. Teknologi yang ditawarkan disebutkan akan lebih sesuai untuk diterapkan di luar Jawa dengan banyak area masih belum terlayani Internet secara maksimal oleh semua operator.

“Akses informasi menjadi salah satu kunci kemajuan di era digital saat ini. Karena itu, layanan Internet yang memadai menjadi kebutuhan urgen bagi kita untuk bisa mempercepat pembangunan dan perekonomian di daerah-daerah terpencil.  XL melihat kesempatan untuk bisa mengatasi hambatan geografis wilayah Indonesia melalui Project Loon. Untuk itu kami menyambut baik kerjasama untuk uji coba ini,” ungkap CEO XL Dian Siswarini.

CEO Indosat Alexander Rusli menambahkan, “Kami sangat senang mendukung upaya Pemerintah dalam menyediakan koneksi digital dan internet melalui kerja sama ini. Indosat senantiasa berkomitmen menyediakan koneksi digital demi meningkatkan kualitas hidup masyarakat sampai ke daerah terpencil. Kami juga telah memodenisasi jaringan kami untuk melayani masyarakat yang memiliki keterbatasan dalam mengakses jaringan.”

“Telkomsel melihat Project Loon sebagai salah satu inovasi teknologi terkini yang dapat bermanfaat untuk memperluas penyebaran Internet di daerah-daerah yang sulit terjangkau dan memiliki kerapatan penduduk (densitas) yang rendah. Hal ini diharapkan dapat melengkapi jaringan Telkomsel yang saat ini sudah tersebar ke berbagai wilayah di Indonesia, sehingga lebih banyak lagi masyarakat Indonesia yang dapat menikmati layanan mobile broadband yang berkualitas,” tutup Direktur Utama Telkomsel Ririek Adriansyah.