Mengenal Avana, Social Commerce yang Bantu Pelaku Usaha Go Digital

Di tengah persaingan pasar yang ketat saat ini, pelaku usaha berlomba-lomba melancarkan strateginya, guna semakin dekat dengan konsumen. Seiring dengan kondisi tersebut, hadir platform-platform social commerce  dengan misi digitalisasi sebagai solusi.

Avana merupakan salah satu platform social commerce di Indonesia yang memiliki tujuan mendukung dan membantu para pelaku usaha, termasuk UMKM, dalam mengoptimalkan pemasaran dan penjualan secara online, melalui media sosial dan website.

Umumnya, media sosial digunakan sebagai media pemasaran untuk meningkatkan tingkat konversi dan penjualan di e-commerce. Namun, dengan social commerce, pelaku usaha dapat mengoptimalkan pemasaran sekaligus penjualannya di satu sistem yang saling terintegerasi.

Avana sendiri dapat membantu pelaku usaha mengoptimalkan pemasaran dan penjualannya melalui Facebook, Instagram, WhatsApp, Line, Telegram, serta situs web toko online pribadi milik pelaku usaha.

Hingga kini, platform social commerce satu ini mengaku telah membantu lebih dari ratusan ribu pelaku usaha, yang ingin mengoptimalkan brand dan meningkatkan kemampuan berbisnis secara online.

Solusi Digitalisasi yang Ditawarkan Avana

Permasalahan yang kerap dihadapi oleh pelaku usaha saat melakukan digitalisasi atau membuka toko online di media sosial dan situs web cukup beragam.

Mulai dari kesulitan mengunggah foto dengan kualitas tinggi, berinteraksi dengan pelanggan, membalas pesan pelanggan satu per satu, serta mengkonfirmasi pembayaran dan follow up status pembelian.

Solusi yang ditawarkan social commerce Avana yakni dengan menciptakan platform di mana seluruh aktivitas dan transaksi toko online pelaku usaha di media sosial dapat terhubung dalam satu platform atau dashboard yang disediakan Avana.

Pelaku usaha dapat mengunggah produk brand dalam jumlah tidak terbatas ke berbagai saluran sosial media. Informasi stok produk juga dapat diperbarui secara otomatis. Lalu, dapat melayani pesan dari customer secara otomatis. Selain itu, pelaku usaha juga dapat mengelola reseller secara praktis.

Berbagai Fitur Avana yang Bantu UMKM Berdayakan Bisnis

Dengan misinya dalam memberdayakan pelaku usaha berbisnis secara online, Avana turut menambah efektifitas dan efisiensi berbisnis secara online melalui beragam layanan yang ditawarkannya.

Ada pun beberapa layanan yang ditawarkan platform social commerce Avana, antara lain sebagai berikut:

    •  Toko Medsos

Layanan satu ini menawarkan layanan mengembangkan bisnis melalui pembuatan toko online di media sosial seperti Instagram Shop dan Facebook Shop yang dapat dihubungkan ke dashboard Avana.

Melalui layanan ini, Avana dapat membantu pelaku usaha dalam melakukan live selling, auto-respond untuk membalas semua engagement media sosial, messenger shop, manajemen inventory, mengatur orderan, metode pembayaran, hingga pengiriman barang.

    • Website Toko Online

Layanan website toko online yang ditawarkan Avana dapat membantu pelaku usaha mengembangkan bisnisnya dengan memiliki webstore sendiri. Avana menyediakan tema professional yang dapat digunakan untuk bisnis tanpa perlu coding.

Fitur yang tersedia pada layanan ini antara lain dapat menyimpan data pelanggan yang masuk ke dalam website, SEO, Facebook Pixel, Google Analytics, pembuatan kode promo, buat produk multi variation, manajemen inventory, mengatur orderan, metode pembayaran, hingga pengiriman barang.

    • Integrasi Chat dari Semua Media Sosial

Layanan satu ini memungkinkan pelaku usaha dapat merespon chat calon pelanggan secara lebih praktis dan cepat, dengan integrasi berbagai platform media sosial dan layanan pesan. Guna mendukung layanan ini, Avana memiliki sebuah fitur bernama AVAChat.

Dengan AVAChat, pelaku usaha dapat mengatur aktivitas chat di seluruh media sosial, seperti Facebook, WhatsApp, Instagram, Line, dan Telegram melalui satu dashboard. Fitur ini juga memudahkan pelaku usaha membagikan informasi Produk dan Status Pengiriman kepada pelanggan.

    • WA Commerce

Dengan WA Commerce, pelaku usaha dapat memberi kemudahan bagi pelanggan dalam melakukan transaksi belanja melalui Whatsapp. Selain itu, produk dan data pelanggan juga dapat disimpan untuk re-marketing.

Melalui layanan ini, Avana dapat membantu pelaku usaha dalam melakukan WA rotator untuk bagi chat yang masuk ke masing masing Admin secara merata, manajemen inventory, mengatur orderan, metode pembayaran, hingga pengiriman barang.

    • Manajemen Reseller

Selain itu, layanan Avana juga memungkinkan pelaku usaha untuk mempunyai reseller sebanyak-banyaknya. Layanan manajemen reseller ini memudahkan pelaku usaha mengelola seluruh aktivitas penjualan melalui reseller.

Jingga Syrup, Brand Sirup Lokal Setara Impor yang Punya Sejuta Misi

Jingga Syrup merupakan brand sirup lokal yang hadir sejak 2019. Brand sirup yang dirintis oleh pemuda berusia 27 tahun asal Malang, Jawa Timur, Chistian Bobby Chandra atau akrab disapa Bobby ini, menyediakan beragam varian produk sirup untuk berbagai kebutuhan.

Bisnis yang dirintisnya dari nol ini menyasar sesama pelaku industri kuliner atau food and beverages (F&B) seperti coffee shop, kafe, restoran, hingga hotel sebagai target marketnya. Selain itu, juga menerima pesanan untuk kebutuhan konsumen pribadi.

“Mulanya, Jingga Syrup menargetkan segmentasi market menengah ke bawah, tapi seiring berjalan waktu, brand ini turut menjangkau market menengah ke atas. Mulanya juga hanya sebagai menu di kedai kopi sendiri, kini bisa jadi supplier untuk usaha lain,” jelas Bobby.

Dengan menyediakan berbagai kebutuhan menu usaha, mulai dari produk sirup dengan beragam varian rasa, powder sirup, powder kopi, gelas dan kebutuhan bar lainnya. Saat ini, Jingga syrup saat ini sukses memiliki banyak cabang di sejumlah wilayah Jawa Timur, dari Malang, Blitar, Jombang dan Banyuwangi.

Pandai Baca Peluang dari Tren Pasar

Saat awal mendirikan bisnis, Bobby selaku owner Jingga Syrup, membuka usaha kedai kopi bernama Kopi dari Jingga. Lalu, pada 2018, ia mengamati kedai kopi lain sebagai kompetitor bisnisnya kian menjamur di Malang.

Guna memenangkan persaingan pasar saat itu, Bobby berniat melakukan inovasi menu agar menjadi keunggulan bisnisnya kala itu. Ia lalu bereksperimen membuat sirup sendiri, berdasarkan riset dan keahliannya.

Menurutnya, pembuatan menu minuman dengan bahan dasar sirup sangat mudah dan cepat. Cukup dengan menuangkan sirup, es batu dan susu, minuman siap disajikan, kata Bobby. Sementara, pada bahan lain, perlu melewati proses menimbang, melarutkan dan sebagainya yang memakan waktu cukup lama.

“Saya juga lihat peluang di industri F&B, menu minuman menggunakan bahan sirup sedang naik daun, tetapi pemain sirup lokal masih jarang. Saat itu, pelaku bisnis di industri F&B kebanyakan ambil produk impor untuk dapat sirup berkualitas bagi menu mimumannya,” ujar Bobby.

Lahirkan Produk Sirup Lokal Setara Impor

Mulanya, Bobby mengamati bisnis coffee shop dengan konsep takeway express sedang sangat digandrugi konsumen. Saat itu, banyak brand kopi yang menyediakan menu dengan bahan dasar flavour powder atau bubuk perasa.

Ketika ia melakukan riset soal bahan dasar tersebut, ia mendapati bahwa ternyata pembuatan minuman dengan bahan dasar flavour powder itu membutuhkan waktu yang lama. Sehingga, menurutnya kurang efisien dan dapat menghambat produktivitas.

“Lalu, saya buat semacam solusi dari sirup yang varian rasanya serupa dengan yang ada di bahan dasar powder. Alasannya, agar pembuatan minuman menjadi lebih cepat dengan menggunakan sirup,” kata Bobby.

Akhirnya, pada 2019, Bobby mulai memasarkan produk hasil eksperimennya itu. Di tahun yang sama, bisnis kedai kopinya yang semula bernama ‘Kopi dari Jingga’ rebranding menjadi ‘Jingga Syrup’ yang bertahan hingga kini.

Produk Jingga Syrup mulai digemari pasar karena keunikan dan solusi efisiensi yang ditawarkannya. Selain itu, dari segi kualitas, produk sirup lokal satu ini menerapkan standar yang bagus, setara dengan produk impor.

“Produk lokal dengan standar yang hampir sama dengan sirup impor itu jarang sekali. Produk Jingga Syrup punya kualitas yang sama dengan produk impor, tapi dijual dengan harga yang terjangkau,” kata Bobby.

Produk Jingga Syrup dijual dengan kisaran harga mulai dari 50 hingga 85 ribu rupiah per liter. Sementara, kompetitor dari brand sirup asing seperti dari Perancis, Malaysia dan lainnya, menjual dengan kisaran harga 120 ribu ke atas untuk ukuran 750ml saja.

Rintis dari Bawah, Kini Bantu UMKM Lain Naik Kelas

Selain karena berbagai keunggulan produknya, Bobby mengatakan, salah satu kunci sukses Jingga Syrup adalah karena keunggulan pelayanannya. Sebagai brand sirup lokal dengan ambisinya bersanding sebagai kompetitor asing, Jingga Syrup menawarkan kualitas pelayanan yang lebih unggul.

“Kami tak sekadar menjual sirup, tetapi juga memberikan product knowledges. Kami membantu pelaku bisnis sebagai konsumen kami dalam menciptakan dan mengembangkan menunya. Itu yang tidak didapatkan dari brand sirup impor,” jelas Bobby.

Jingga Syrup mengaku memiliki misi membantu UMKM atau kedai-kedai kecil yang ingin naik kelas, melalui eksplorasi menu. Misalnya, dengan membuat menu kopi rasa buah-buahan, seperti kopi susu rasa durian, kopi susu rasa pisang, dan semacamnya.

Selain itu, brand sirup lokal satu ini juga mengajari UMKM di industri serupa terkait cara menghitung harga produk atau harga pokok penjualan (HPP). “Saya bantu mereka hitung costing produk, saya beri menu dengan HPP murah, dengan kualitas rasa yang bagus,” kata Bobby.

Menurutnya, hal itulah yang membuat Jingga Syrup unggul di mata konsumen. Umumnya, pembekalan pengetahuan yang diberikan oleh brand sirup impor akan dikenakan tarif khusus. Sementara, Jingga Syrup memberi pengetahuan terkait eksplorasi menu itu secara gratis.

Tak sampai di situ, Jingga Syrup juga membuka kesempatan bagi UMKM yang ingin bekerja sama, seperti titip jual. UMKM yang belum memiliki toko sendiri dapat menitipkan produknya di toko Jingga Syrup. Ada pun produk yang dititipkan biasanya berupa keperluan bar, teh, kopi, gelas, dan lainnya yang masih berkaitan dengan produk brand sirup satu itu.

Terus Berkembang Berkat Digitalisasi

Dengan sejuta misi yang dimilikinya, Jingga Syrup tak terbatas pada penjualan offline di ke empat cabangnya di wilayah Jawa Timur. Brand sirup ini juga melebarkan pasarnya dengan merambah pasar digital lewat e-commerce.

Jingga Syrup memulai toko online-nya di sejumlah e-commerce seperti Tokopedia, Shopee, Bukalapak dan Lazada saat itu dari nol. Tanpa mengeluarkan modal seperti untuk iklan atau yang lainnya.

“Kami juga memiliki reseller dan konsumen e-commerce yang tersebar di setiap daerah di Indonesia, mulai dari Jabodetabek, Yogyakarta, Bali, Maluku hingga beberapa wilayah Kalimantan,” ungkapnya.

Menurut Bobby, hingga kini Jingga Syrup telah berkembang jauh sejak awal merintis. Ia mengungkapkan, dahulu ia masih kesulitan mengatur manajemen keuangan bisnisnya. Secara brandnya benar-benar berangkat dari nol dengan modal awal hanya 300 ribu rupiah, tanpa investor, tanpa pinjaman modal.

“Jadi memang kami mengembangkan bisnis ini tidak bisa terlalu cepat. Perlahan namun ada progress yang baik. Ini berkat adanya e-commerce juga, yang membantu penjualan kami. Terlebih, saat dilanda pandemi Covid-19 dengan segala peraturannya saat itu,” papar Bobby.

Misi Sosial Berdayakan Masyarakat Lewat Sirup

Dengan segala tantangan bisnis yang dihadapi Jingga Syrup, Bobby bersama timnya yang saat ini berjumlah 25 orang, berhasil mempertahankan bahkan mengembangkan brand sirup lokal tersebut hingga seperti sekarang ini.

“Sebenarnya yang membuat kita bertahan sampai sekarang itu, karena prinsip awal Jingga Syrup yang simpel. Intinya, kalau kami tidak berjualan, kami besok tidak bisa makan. Itu mindset yang saya terapkan kepada tim saya juga,” katanya.

Tim Jingga Syrup sendiri tak sedikit yang berasal dari anak-anak komunitas punk yang tidak sekolah, tidak lulus sekolah, tetapi punya potensi diri. Misalnya, anak punk yang mempunyai skill desain dan lainnya.

“Jadi saya punya misi memberdayakan masyarakat, saya sangat mendukung komunitas dalam kota, seniman dalam kota, dan UMKM lokal. Melalui prinsip Jingga Syrup yang simpel iti, saya upayakan bantu mereka agar bisa terus berkembang,” jelas Bobby terkait ambisinya.

Kiat Go Digital bagi Pelaku Bisnis Kuliner dari Kacamata Startup Kuliner

Bisnis kuliner atau F&B menjadi salah satu bisnis yang berkembang sangat pesat. Seiring dengan perkembangannya, banyak pelaku bisnis kuliner mulai berinovasi untuk mengembangkan bisnisnya secara digital (go digital) atau disebut juga sebagai digitalisasi bisnis.

Pelaku bisnis kuliner kini memang sudah seharusnya memanfaatkan teknologi digital dalam bisnisnya, demi mengikuti kemajuan zaman. Maka dari itu, penting bagi pelaku bisnis khususnya yang bergerak di bidang kuliner, untuk memahami kiat-kiat berbisnis secara go digital, sebagaimana berikut ini.

Persiapan Bisnis Kuliner Sebelum Go Digital

Proses go digital dalam berbisnis kuliner dilakukan dalam banyak hal. Mulai dari penggunaan media sosial sebagai media promosi atau pemasaran, metode transaksi tanpa mengeluarkan uang tunai, metode pemesanan dan pengiriman, hingga metode pengelolaan bisnis.

CEO sekaligus Founder startup enabler industri F&B Wahyoo, Peter Shearer mengatakan, adopsi teknologi digital bagi pelaku bisnis kuliner saat ini terbilang cukup mudah. Sudah banyak perusahaan yang mempermudah akses teknologi, untuk berbagai kebutuhan bisnis termasuk bisnis kuliner.

“Kemudahan akses ini dibuktikan dengan persiapan adopsi teknologi yang bisa dilakukan hanya dengan memiliki smartphone. Namun, selain itu, pemilik usaha kuliner baiknya juga mempersiapkan tenaga kerja yang sudah melek teknologi digital,” katanya.

Hal ini didukung oleh pernyataan Founder marketplace kuliner Lokaya, Gendro Salim. Menurutnya, hal yang perlu dipersiapkan oleh pelaku bisnis kuliner adalah tim yang menguasai omnichannel, seperti marketplace, media sosial dan platform pembayaran.

“Selain itu, alat teknologi dan jaringan yang memadai, kemampuan produksi yang berkualitas, konsisten dan cepat, hingga strategi brand dan pemasaran yang memadukan insight dari sisi konsumen, brand dan juga pasar atau industri,” tambah Gendro.

Kelebihan dan Kekurangan Digitalisasi Bisnis

Peter menambahkan, digitalisasi bisnis saat ini sangat penting untuk perkembangan usaha di berbagai sektor, termasuk usaha kuliner. Dengan digitalisasi, operasional usaha kuliner dapat berjalan lebih efisien dan optimal.

“Selain itu, usaha kuliner dapat menjangkau customer yang lebih luas. Dengan begitu, pemilik usaha dapat lebih fokus memikirkan langkah pengembangan usaha berikutnya. Sehingga, bisa mendatangkan pertumbuhan pendapatan,” jelasnya.

Sedangkan, menurut Gendro, digitalisasi bisnis dapat menjadikan bisnis lebih ekonomis dan efisien. Bisnis dapat dilakukan di mana saja, selama dapat akses transportasi untuk pengiriman. Sehingga, perlu memiliki tempat usaha yang strategis dengan biaya sewa yang mahal.

Meski begitu, Gendro juga menambahkan beberapa kekurangan digitalisasi bisnis. Di antaranya, yakni bisnis perlu pengelolaan ekstra, seperti untuk integrasi antar berbagai platform ecommerce dan social commerce.

“Tak hanya itu, pelaku bisnis juga perlu mengantisipasi saat penjualan ramai hanya saat ada promo saja. Cara mengantisipasinya dengan memaksimalkan data konsumen yang sudah menjadi customer, misalnya melalui program top up pembelian pasca promo, program loyalty, referral, dan lainnya,” paparnya.

Layanan Digital yang Dapat Dimanfaatkan Bisnis F&B

Bagi pelaku bisnis yang ingin mengembangkan bisnisnya melalui digitalisasi, kini terdapat berbagai platform dengan beragam layanan yang dapat memfasilitasi pelaku bisnis dalam mengembangkan usaha. Antara lain:

  • Pemasaran Digital

Baik menurut Peter maupun Gendro, keduanya sepakat dalam digitalisasi bisnis, pelaku bisnis dapat memulainya dengan memperluas jangkauan terhadap pelanggan. Misalnya, seperti penggunaan media sosial, seperti Facebook, Instagram, dan Tiktok untuk promosi dan pemasaran, hingga mendaftar di Google My Business.

  • Pemesanan dan Pengantaran Kuliner Online

Saat ini terdapat banyak platform yang dikembangkan perusahaan teknologi, yang mendukung pelaku bisnis kuliner, melalui layanan pesan antar makanan online. Layanan itu memungkinkan pelaku bisnis kuliner untuk membuka toko online.

  • Pendukung Operasional Bisnis

Dari segi operasional, pengusaha kuliner dapat memanfaatkan platform pencatatan pesanan dan keuangan atau point of sales (POS) seperti MOKA, Buku Warung dan lainnya. Lalu, platform pembayaran digital dengan QRIS seperti Dana, Ovo, dan lainnya. Hingga platform distribusi seperti Wahyoo dan marketplace seperti Lokaya.

Tips Sukses Go Digital bagi Pelaku Bisnis Kuliner

Sebelum menjalani bisnis kuliner yang go digital, selain dengan memperhatikan hal-hal di atas, pelaku bisnis kuliner juga perlu mengetahui serangkaian tips agar sukses saat menjalani bisnis kuliner secara online. Di antaranya, sebagai berikut:

  • Strategi yang Matang

Gendro mengatakan pelaku bisnis kuliner perlu menyusun strategi dan rencana kerja yang matang saat memulai bisnis. Ia menilai, saat menjalankan bisnis hanya ada dua kemungkinan, yakni berhasil atau belajar untuk menjadi berhasil atau sukses.

“Selain itu, perhatikan user generated content (UGC), hal ini sangat penting di mata konsumen. Jaga agar UGC brand selalu positif. Buat pengalaman konsumen dengan brand kita selalu baik, termasuk di media sosial, e-commerce, servis pengiriman barang, dan lainnya,” jelasnya.

  • Fokus Ikuti Tren

Selain itu, Peter turut menambahkan, tips sukses menjalani bisnis kuliner adalah fokus mengikuti tren. Tujuannya agar terus relevan dengan pasar dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan pelanggan, sehingga tak tertinggal dengan perkembangan zaman dan persaingan dengan kompetitor.

“Mengadopsi teknologi digital adalah langkah awal bagi usaha kuliner untuk mengikuti perkembangan zaman. Akan tetapi, perubahan dan perkembangan tren selalu bergerak cepat. Sehingga, penting bagi pemilik usaha kuliner untuk selalu memantau tren yang ada,” jelas Peter.

  • Manfaatkan Platform Digital

Pelaku bisnis kuliner juga dapat memanfaatkan platform digital seperti Wahyoo dan Lokaya. Wahyoo merupakan platform enabler usaha kuliner, yang berfokus menyediakan jaringan distribusi dan jaringan penjualan. Sedangkan, Lokaya merupakan marketplace kuliner yang fokus meningkatkan eksistensi merek UMKM di pasar lokal maupun mancanegara.

Wahyoo

Wahyoo fokus pada dua layanannya, yakni jaringan distribusi dan penjualan. Dalam distribusi, startup ini mempermudah pelaku bisnis kuliner untuk mengakses ribuan bahan baku berkualitas. Misalnya, bahan pokok termasuk beras, minyak goreng, sayuran, daging ayam dan produk siap jual (FMCG), hingga produk makanan beku atau frozen food.

Lalu, dalam penjualan, Wahyoo bekerja sama dengan Bikin Tajir Group, untuk memberikan akses kepada mitra usaha kuliner memiliki usaha kuliner tambahan. Sehingga, para mitra bisa memperoleh penghasilan lebih.

Ada pun kriteria, syarat hingga ketentuan bagi pelaku bisnis kuliner yang ingin memanfaatkan platform Wahyoo dalam mendapatkan bahan baku atau memiliki usaha tambahan, antara lain sebagai berikut:

  1. Usaha kuliner berlokasi di Jabodetabek.
  2. Merupakan usaha kuliner berskala mikro, seperti warung makan dan warung tegal kecil, usaha pangan rumahan, rumah makan menengah, seperti restoran ternama.
  3. Memiliki alamat tetap atau menggunakan bangunan permanen untuk mempermudah pengiriman.

Sementara, alur pendaftaran bagi pelaku bisnis kuliner yang hendak menjadi mitra Wahyoo adalah sebagai berikut:

  1. Download aplikasi Wahyoo.
  2. Lengkapi data-data usaha secara lengkap.
  3. Unggah foto usaha.
  4. Setelah selesai mengisi data, mitra akan dihubungi oleh tim verifikasi dalam waktu 3 x 24 jam.
  5. Begitu akun mitra terverifikasi, mitra akan bisa melakukan pembelanjaan.

Lokaya

Lokaya dapat membantu pelaku bisnis kuliner dalam mempertajam sasaran konsumen. Lalu, melakukan kerja sama dengan ‘Pahlawan Ekonomi’ sebutan untuk anggota yang bergabung dalam komunitas Lokaya, agar produk kuliner diterima oleh target market yang tepat.

Berikut alur pendaftaran bagi pelaku bisnis kuliner yang hendak menjadi mitra Lokaya:

  1. Persiapkan produk dan brand kuliner Anda.
  2. Daftarkan diri dan usaha di platform resmi Lokaya melalui lokaya.net.
  3. Ikuti berbagai pelatihan dan proses transformasi brand.
  4. Dapatkan kode referral dengan cara membeli produk Lokaya.

Ada pun bentuk kerja sama antara Lokaya dengan pelaku bisnis kuliner sebagai mitra, yakni sebagai berikut:

  1. Daftar & ikut seleksi menjadi anggota Lokaya.
  2. Mengikuti coaching atau pelatihan.
  3. Mempersiapkan produk dan izin usaha.
  4. Mengikuti proses tarnsformasi brand.
  5. Menjadi ‘Local Hero’, beserta memperoleh pengakuan dari pemerintah dan masyarakat.
  6. Memberikan pengakuan berupa profit sharing.

Demikian serangkaian kiat-kiat digitalisasi bisnis atau go digital yang dapat dilakukan pelaku bisnis kuliner. Semoga bermanfaat.

Cara Mendaftar Akun di Aplikasi Majoo dengan Mudah

Aplikasi kasir digital, seperti Majoo, kini menjadi aplikasi wajib untuk para UMKM yang ingin merasakan kemudahan dalam memproses transaksi penjualan. Cara daftar aplikasi Majoo ini juga terbilang mudah. Anda hanya perlu mengikuti langkah-langkah pendaftaran seperti yang dipaparkan artikel ini untuk membuat akun di aplikasi Majoo.

Tapi, sebelum masuk ke tutorial membuat akun Majoo, mari simak terlebih dahulu sekilas informasi mengenai aplikasi kasir digital yang satu ini.

Sekilas Tentang Majoo

Majoo merupakan aplikasi kasir digital atau POS yang di dalamnya terdapat fitur-fitur yang dapat memudahkan pemilik usaha seperti Anda dalam mencatat transaksi penjualan, menerima pembayaran non-tunai, mencetak struk, hingga melihat laporan penjualan.

Aplikasi Majoo ini bisa digunakan secara gratis oleh Anda yang ingin mencoba menggunakan aplikasi kasir digital untuk usaha Anda. Jika ingin menggunakan fitur yang lebih lengkap, Anda juga bisa melakukan upgrade akun Majoo Anda ke versi berbayar.

Cara Daftar Akun Majoo

Sebelum mendaftar akun Majoo, pastikan Anda telah mengunduh aplikasi Majoo di smartphone Anda melalui Play Store. Kemudian, siapkan alamat email, nomor HP aktif, serta satu foto produk Anda.

Jika sudah, simak dan ikuti langkah-langkah berikut ini:

  • Buka aplikasi Majoo di smartphone Anda.
  • Anda akan melihat tampilan pembuka seperti pada gambar di bawah ini. Klik Buat Akun Baru untuk mendaftar ke aplikasi Majoo.

 

cara daftar majoo

 

  • Selanjutnya, masukkan email, password, dan konfirmasi password. Pastikan password mengandung huruf besar, huruf kecil, dan satu karakter unik.

 

cara daftar majoo

 

  • Lalu, klik Buat Akun.
  • Kemudian, lakukan verifikasi email dengan memasukkan kode OTP yang dikirimkan ke email terdaftar.

 

cara daftar majoo

 

  • Setelah itu, Anda akan diminta untuk mendaftarkan nomor HP aktif Anda. Sebaiknya masukkan nomor HP yang terdaftar di WhatsApp. Klik Kirim Kode OTP untuk melakukan verifikasi nomor HP.

 

cara daftar majoo

 

  • Masukkan kode OTP yang dikirimkan ke WhatsApp Anda dan klik Proteksi Akun.

 

cara daftar majoo

 

  • Berikutnya, Anda akan masuk ke pengisian informasi bisnis.
  • Isi informasi mengenai nama Anda selaku pemilik dan nama bisnis Anda.

 

cara daftar majoo

 

  • Kemudian, pilih sudah berapa lama bisnis Anda beroperasi.

 

cara daftar majoo

 

  • Lanjutkan dengan memilih lokasi usaha dan jenis usaha. Klik Lanjut.
  • Selanjutnya, masukkan informasi produk dengan mengunggah foto salah satu produk Anda, nama produk, kategori produk, satuan produk, dan harga jual. Klik Lanjut.

 

cara daftar majoo

 

  • Setelah itu, akan ada survey singkat yang menanyakan apakah sebelumnya Anda sudah pernah menggunakan aplikasi kasir sejenis atau belum.

 

cara daftar majoo

 

  • Jika sudah, klik Lanjut.
  • Pendaftaran selesai. Anda bisa mulai menggunakan aplikasi Majoo.

 

cara daftar majoo

 

Itu dia langkah-langkah cara daftar akun Majoo untuk Anda yang tertarik menggunakannya sebagai aplikasi kasir digital usaha Anda. Selamat mencoba!

Video Tutorial Cara Daftar Akun Majoo

Perjalanan The Able Art, Bisnis dengan Misi Sosial yang Optimis Bangkit Pasca Pandemi

Seperti yang kita ketahui, pandemi memang berdampak kepada sebagian besar bisnis. Terutama mereka yang penjualannya tidak sepenuhnya mengandalkan platform penjualan online, seperti The Able Art.

The Able Art adalah sebuah bisnis berbasis social enterprise yang mereproduksi lukisan para seniman difabel menjadi produk fashion, seperti pouch, tote bag, dan scarf. Sebagai bisnis di bidang seni yang memiliki social value, The Able Art mengandalkan platform digital dan pameran offline sebagai sarana penjualan.

Lalu, bagaimana nasib The Able Art saat dan pasca pandemi? Apa yang membuatnya bertahan hingga saat ini? Simak perjalanan penuh pembelajaran The Able Art yang dibagikan oleh Tommy, Founder The Able Art, berikut ini.

Terinspirasi dari Tayangan “Melukis dengan Hati” Kick Andy

The Able Art merupakan sebuah ide bisnis yang datang setelah Tommy melihat program Kick Andy dengan tema “Melukis dengan Hati”.

Pada tayangan tersebut, Bapak Sadikin Pard dan Winda, seniman pelukis difabel, menjadi narasumbernya. Dari situ, muncul keprihatinan Tommy terhadap kondisi para seniman difabel di Indonesia yang juga menjadi awal perjalanan The Able Art.

Setelah itu, Tommy melakukan riset serta berdiskusi dengan Bapak Sadikin Pard di Malang. Setelah ia yakin dengan rencananya, Tommy pun melepaskan karirnya di bidang IT untuk fokus mendirikan The Able Art dan meningkatkan kesejahteraan para seniman difabel.

Kemudian, pada 3 Desember 2007, The Able Art resmi berdiri dan beroperasi hingga sekarang dengan total 7 seniman dan 1 sanggar lukis per tahun ini.

Memulai dengan Zero Knowledge di Bidang Fashion

Berangkat dari latar belakang IT, Tommy memulai The Able Art dengan nol pengetahuan pada bidang fashion, seni, dan retail. Fakta ini, diungkapkan oleh Tommy, membuat perjalanan The Able Art bak roller coaster karena perlu melakukan banyak trial and error.

 

the able art
Tote Bag The Cat by The Able Art

 

the able art
Hijab Lotus by The Able Art

“Perjalanan TAA bukan perjalanan yang mulus. Perjalanan kami seperti roller coaster. (Kami) memulai dengan zero knowledge tentang fashion, lukisan, dan bisnis retail karena background saya IT. (Hal ini) membuat awalan TAA seperti meraba-raba dan banyak melakukan trial and error baik di sisi produksi, penjualan, dan partnership dengan seniman,” ujar Tommy.

Meski begitu, pada tahun 2018, akhirnya The Able Art menemukan konsistensinya setelah mendapatkan kesempatan inkubasi di Instellar Incubator untuk social enterprise yang juga membawa The Able Art memenangkan beberapa kejuaraan e-commerce.

“Pada tahun 2018, kami mendapatkan kesempatan inkubasi di Instellar inkubator untuk social enterprise. Dari situ kami mulai menemukan konsistensi baik di produksi dan membawa kami menjadi Top 100 Blibli The Big Start 2018, dilanjutkan dengan menjadi juara 3 di Tokopedia MAKERFEST Nasional 2018,” lanjutnya.

Tidak berhenti sampai di situ, The Able Art kemudian mendapatkan kesempatan berharga untuk bisa diwawancarai oleh Andy F. Noya di program yang mengilhami bisnisnya, yakni Kick Andy. Sejak saat itu, penjualan The Able Art, baik online maupun offline, meningkat.

Menyisihkan Profit untuk Seniman Pemula

Tidak hanya fokus dalam menghasilkan profit melalui penjualan online dan offline, The Able Art juga memiliki misi untuk mendukung dan melatih seniman-seniman pemula.

Misi tersebut diwujudkan The Able Art dengan menyisihkan 5% dari profit untuk menyediakan alat lukis guna para seniman pemula berlatih.

Selain didukung dalam bentuk peralatan lukis, para seniman pemula juga diberikan bimbingan dan masukan dari para seniman-seniman senior The Able Art dan guru-guru sanggar lukis.

“Untuk seniman pemula, kami menyisihkan 5% dari profit kami untuk support alat lukis seperti cat dan kanvas untuk mereka berlatih, dan kami juga memberikan bimbingan dan masukan untuk mereka melalui seniman-seniman yang sudah senior dan guru sanggar lukis yang menjadi partner kami,” jelas Tommy.

Perjalanan Bangkit Pasca Pandemi

Penjualan Menurun Drastis saat Pandemi Covid-19

Badai pandemi Covid-19 diketahui menumbangkan banyak usaha. Meskipun penjualan sempat menurut drastis akibat tidak adanya event-event offline, tapi The Able Art berhasil survive selama 2 tahun terakhir ini.

“Sejak badai Covid-19 di Maret 2020 melanda, kami mengalami penurunan penjualan yang drastis karena event-event offline tidak bisa dilaksanakan dan ekonomi tidak menentu. Setelah survive dua tahun, kami siap dan sangat yakin bisa bangkit dan lompat lebih tinggi lagi daripada tahun-tahun sebelumnya,” kata Tommy.

Menata Ulang Strategi Penjualan

Sejak tahun 2017 hingga awal tahun 2020, The Able Art aktif dalam menggunakan platformplatform online, seperti WhatsApp, media sosial Instagram, dan e-commerce Tokopedia, sebagai sarana berjualan.

Diakui oleh Tommy, penggunaan platformplatform tersebut cukup efektif dan menghasilkan bertambahnya penjualan.

Platform yang kami gunakan antara lain melalui WA, IG dan tokopedia untuk promosi dan penjualan. So far, penjualan bertambah dari tahun 2017 sampai 2020 awal.”

Tapi, sayangnya, sejak pandemi, penjualan menurun secara drastis, sehingga Tommy dan tim perlu menata strategi baru agar penjualan produk The Able Art kembali konsisten.

Tekad Menjadi Salah Satu Kunci untuk Bertahan

Memulai bisnis di bidang fashion, seni, dan retail dari nol memang bukanlah sesuatu yang mudah. Meski terlihat mulus dan indah, tapi nyatanya banyak kesulitan yang dihadapi oleh The Able Art sebagai bisnis berbasis social enterprise.

Tommy menjelaskan bahwa kesulitan yang dihadapi seringkali datang ketika melakukan penjualan online. Ketika berjualan online, sulit bagi The Able Art menonjolkan social value yang dimilikinya.

 

the able art

 

“Kesulitannya lebih ke arah saat menjual online. Kami tidak bisa menonjolkan social value yang kami miliki dan buyer cenderung cari product yang lebih murah.”

Meskipun begitu, kesulitan-kesulitan tersebut tidak menjadi alasan The Able Art untuk menghentikan niat baiknya. Tekad, visi, dan misinya sejak awal, yang ingin berperan untuk bisa mendukung para seniman difabel, menjadi alasan utama The Able Art bisa bertahan sampai sekarang.

Merambah Pasar B2B hingga NFT

Ketika berbicara soal inovasi, Tommy menjelaskan bahwa The Able Art melakukan inovasi pada beberapa hal, salah satunya produk. The Able Art kini telah memiliki lebih banyak jenis produk jika dibandingkan saat pertama kali berdiri.

Kemudian, The Able Art juga mulai menjalin hubungan dan berdiskusi dengan perusahaan enterprise sebagai langkah nyata masuknya ke ranah B2B dari yang sebelumnya hanya fokus kepada B2C.

“Kami mulai masuk ke ranah B2B dari yang sebelumnya hanya B2C, dimana kami banyak berdiskusi dengan perusahaan enterprise untuk bisa berperan dalam ‘giving back to society’,” katanya.

Tidak hanya itu, The Able Art kini juga mulai merambah NFT sebagai platform untuk menjual lukisan digital.

Berpesan untuk Para Pegiat Usaha Lain di Luar Sana

Sejak pandemi, keputusan untuk go digital sudah bukan merupakan pilihan lagi, melainkan suatu keharusan. Meskipun untuk The Able Art peran offline belum bisa ditinggalkan karena dinilai lebih efektif untuk menonjolkan social value, namun Tommy tetap mengakui tanpa platform digital bisnis akan sulit untuk berkembang.

“Tanpa digitalisasi, bisnis kita akan sulit untuk berkembang karena market sekarang lebih besar digital walaupun peran offline juga belum bisa sepenuhnya ditinggal, terutama untuk bisnis yang memiliki social value yang membutuhkan tatap muka diskusi untuk menjelaskan value-nya.

Maka dari itu, Tommy berpesan kepada pelaku bisnis di luar sana untuk mulai go digital. Entah dengan cara belajar sendiri atau merekrut talenta muda yang lebih paham dunia digital untuk membantu mengembangkan bisnis.

Meskipun banyak kesulitan yang dihadapi, terutama dalam menyampaikan social value-nya, The Able Art tetap semangat untuk terus mewujudkan misinya dalam memperjuangkan kesejahteraan seniman difabel dan memperkenalkan karya mereka ke dunia yang lebih luas. Tentunya dengan bantuan digitalisasi.

Lilla by Sociolla Hadirkan Aplikasi, Bantu Penuhi Kebutuhan Ibu Muda di Era Digital

Sebagai sebuah perusahaan yang bergerak di bidang teknologi kecantikan terintegrasi, Social Bella menguatkan kehadirannya dengan meluncurkan aplikasi Lilla by Sociolla. Setelah resmi diperkenalkan pertengahan tahun 2020, platform ini bertransformasi untuk menghadirkan ekosistem, serangkaian solusi, yang menjawab segala kebutuhan ibu dan anak di era digital.

Selama pandemi, pergeseran pola perilaku konsumen dari offline ke online yang cukup signifikan terlihat dari adanya peningkatan tren berbelanja kebutuhan secara online. Dewasa ini, para ibu juga semakin digital savvy dan banyak yang memanfaatkan platform digital dalam mencari berbagai informasi penting serta pemenuhan kebutuhan mulai dari masa kehamilan, menuju proses persalinan, dan terus berlanjut hingga tahapan tumbuh kembang anak.

Dalam salah satu forum diskusi yang Lilla selenggarakan bersama para ibu, ternyata kemudahan informasi di era digital juga terkadang membuat ibu mengalami kesulitan dalam mencari platform digital yang lengkap dan menyediakan informasi terpercaya serta kredibel mengenai ibu dan anak.

General Manager Lilla, Nurul Sulisto mengungkapkan, “Dampak dari keadaan tersebut tidak jarang membuat ibu menjadi overwhelmed ketika harus memilah informasi serta produk yang tepat dan juga terpercaya. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya solusi cerdas yang mampu memenuhi kebutuhan serta membantu memudahkan perjalanan ibu, terlebih di tengah banyaknya arus informasi serta produk-produk yang belum tentu sesuai dengan fase yang sedang dijalani oleh ibu”.

Secara strategis Lilla menghadirkan ekosistem dengan pendekatan yang inovatif serta berfokus pada progressive mom karena Lilla melihat ibulah yang membuat keputusan dalam pemenuhan kebutuhan dirinya dan buah hati. Dengan demikian, ekosistem baru Lilla hadir dengan tiga unsur utama, yaitu teknologi, brand, dan ritel.

“Kami paham betapa pentingnya untuk memiliki support system yang saling terintegrasi untuk kemudahan ibu dalam memenuhi segala kebutuhannya, sehingga Lilla turut mengembangkan ekosistem lengkap ini dengan memposisikan ibu sebagai fokus utama untuk segala langkah inovasi kami“, ujar Nurul.

Hal ini juga diakui oleh salah satu praktisi kesehatan yang juga berperan dalam proses validasi informasi di aplikasi Lilla, dr. Dinda Derdameisya, Sp.OG. Ia merasa para ibu semakin kritis dan menginginkan informasi cepat atas pertanyaan seputar kehamilan, terutama di era digital ini. “Karakteristik ini mendorong mereka untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya untuk kemudian disaring dengan validasi dari dokter,” tambahnya.

Fitur utama aplikasi

Terdapat empat fitur utama dalam aplikasi Lilla yang telah tersedia dalam platform, di antaranya; Easy Shopping  yang menghadirkan rekomendasi produk dan kategori yang menyesuaikan dengan tahap tumbuh kembang anak. Produk yang tersedia sudah terkurasi yang tentunya berkualitas, bersertifikasi BPOM, Kemenkes dan SNI, sehingga terjamin aman bagi ibu dan buah hati.

Selain itu, juga terdapat fitur Motherhood Tracker, para ibu bisa memantau perjalanan kehamilan, hingga mengamati setiap fase tumbuh kembang anak. Lalu Personalized Experience untuk menerapkan konsep personalisasi dalam seluruh fitur di aplikasi. Terakhir, Learn from the Expert  yang berisi informasi terpercaya mengenai berbagai topik ibu dan anak, seperti perkembangan anak, kandungan, hingga menyusui yang sudah divalidasi oleh para ahli dalam bidangnya.

Kembangkan ritel O2O dan private label

Ke depannya, Lilla optimis dapat mencapai 1 juta pengguna hingga akhir tahun 2022 melalui terciptanya pengalaman berbelanja yang lebih lengkap. Lilla berencana mengembangkan gerai ritel berkonsep omnichannel yang menggabungkan integrasi online dan offline. Di sisi lain Lilla akan meluncurkan private label guna memenuhi kebutuhan ibu dan buah hatinya yang akan segera diluncurkan pada April mendatang. Hal ini sejalan dengan prinsip berkelanjutan yang diterapkan perusahaan untuk membantu mengurangi limbah.

Melalui pendekatan terbaru serta ekosistem digital terlengkap bagi ibu dan buah hati, Lilla diharapkan dapat menemani ibu di segala situasi. “Lilla memiliki tujuan untuk membuat perjalanan ibu menjadi lebih mudah sehingga ibu bisa menikmati berbagai momen istimewa bersama anak tercinta. Ke depannya, Lilla ingin tumbuh bersama ibu, menjadi support system terpercaya serta sahabat terbaik yang selalu ada di setiap tahap kehidupannya dan membantu mereka menikmati perannya sebagai seorang ibu dengan cara terbaik,” ujar Nurul.

Layanan sejenis yang juga telah beroperasi di Indonesia termasuk platform digital komunitas parenting, Parentalk, yang belum lama ini mengumumkan ekspansi bisnisnya dengan mengakuisisi Good Enough Parents, platform edukasi berbasis web bagi orang tua masa kini.

Ekosistem commerce Social Bella

Awalnya, memang Lilla merupakan bagian dari Sociolla dengan fokus pada pemenuhan kebutuhan kecantikan dan perawatan diri ibu serta buah hatinya. Namun seiring perjalanan Lilla, melalui pengamatan serta studi yang dilakukan kepada ibu kami pun memahami begitu luasnya kebutuhan ibu di luar perawatan diri dan kecantikan.

Saat ini Lilla sudah terpisah dari Sociolla. Lilla berdiri sebagai bisnis unit tersendiri dalam ekosistem Social Bella (induk usaha Sociolla dan Lilla), perusahaan teknologi terdepan di Indonesia yang berorientasi pada SHEconomy, yang termasuk di dalamnya kebutuhan market ibu dan anak.

Diluncurkan pada 2015, bisnis Social Bella berevolusi dari e-commerce kecantikan dan perawatan diri terdepan di Indonesia menjadi ekosistem kecantikan dan perawatan diri online dan offline yang berskala besar dan berkelanjutan.

Selain Lilla, Social Bella memiliki beberapa pilar bisnis yang terus berkembang dan diperkirakan telah melayani kebutuhan sekitar 42 juta pengguna selama tahun 2020. Ada SOCO, super app kecantikan yang dapat membantu pengguna menikmati pengalaman kecantikan secara holistik. Lalu Beauty Journal, media online kecantikan dan gaya hidup dengan layanan pemasaran O2O dari hulu ke hilir.

Selanjutnya, ada Sociolla, e-commerce terdepan di Indonesia di bidang kecantikan dan perawatan diri yang sekarang juga memiliki offline store
berkonsep omnichannel. Terakhir, Brand Development sebagai unit bisnis yang menawarkan layanan distributor ujung ke ujung untuk merek kecantikan dan perawatan diri, yang dipercaya oleh berbagai pemilik merek internasional terkemuka.

Social Bella juga telah didukung oleh para modal ventura terkemuka lokal dan global, termasuk perolehan pendanaan terakhir senilai 818 miliar Rupiah atau sekitar $57 juta dipimpin L Catterton, sebuah perusahaan investasi berbasis di Amerika Serikat. Indies Capital bersama dua investor sebelumnya, yakni East Ventures dan Jungle Ventures, turut terlibat dalam pendanaan ini.

Sebelumnya pada pertengahan tahun 2020, Social Bella juga baru mendapatkan pendanaan senilai $58 juta dari Temasek, Pavilion Capital, dan Jungle Ventures. Akhir-akhir ini perusahaan sedang agresif memperluas kanal omnichannel dengan membuka toko-toko offline di berbagai kota. Saat ini bisnis B2C mereka “Sociolla” sudah memiliki 21 toko di 9 kota di Indonesia dan 1 toko di Ho Chi Minh, Vietnam.

Application Information Will Show Up Here

Cara Memulai Bisnis Warung Secara Digital di Era Digitalisasi UMKM

Digitalisasi tidak hanya berdampak pada pelaku usaha besar, namun juga kecil dan menengah. Bentuk digitalisasi pada UMKM umumnya berupa penggunaan platformplatform digital untuk berjualan, seperti melalui e-commerce atau membuat website toko online sendiri.

Lalu, bagaimana dengan bisnis warung? Apakah ada cara memulai bisnis warung secara digital? Dan bagaimana bentuk digitalisasi pada warung?

Cara Memulai Bisnis Warung Secara Digital

Warung adalah salah satu jenis usaha kecil dan menengah yang banyak ditemukan di Indonesia. Apabila Anda adalah salah satu pemilik bisnis warung yang ingin upgrade usaha bisnis Anda ke digital, Anda bisa menggunakan bantuan aplikasi Warung Pintar. Simak beberapa tips untuk memulai bisnis warung secara digital dengan Warung Pintar di bawah ini. 

Belanja Stok Warung di Platform Digital

Dikarenakan warung lebih fokus pada target penjualan offline, maka proses penjualan pada bisnis warung tidak bisa dipindahkan ke online. Apabila penjualan tidak bisa dilakukan secara digital, Anda selalu bisa untuk melakukan pembelian kebutuhan stok warung secara online.

 

cara memulai bisnis warung digital

 

Anda dapat menggunakan platform digital Warung Pintar yang memberikan solusi belanja stok warung yang mudah dari rumah hanya bermodalkan aplikasi Warung Pintar di smartphone Anda.

Untuk tutorial pendaftaran di Warung Pintar, Anda bisa melihat selengkapnya di sini.

Ubah Pembukuan Konvensional ke Digital

Cara kedua untuk memulai bisnis warung secara digital adalah dengan mengubah pembukuan warung dari konvensional ke digital.

Pembukuan konvensional adalah pencatatan transaksi penjualan menggunakan buku. Sedangkan pembukuan digital adalah pencatatan transaksi menggunakan platform digital app-based atau web-based.

 

cara memulai bisnis warung digital

 

Untuk melakukan pembukuan digital, banyak sekali platform yang bisa Anda gunakan.

Jika Anda menggunakan aplikasi Warung Pintar untuk berbelanja stok warung, Anda juga bisa melakukan pencatatan transaksi pada aplikasi Warung Pintar dengan fitur Catatan Pintar.

Aktifkan Pembayaran Digital

Tips untuk memulai bisnis warung secara digital yang terakhir yaitu mengaktifkan layanan pembayaran digital.

Kemudahan yang diberikan pada layanan digital membuat banyak orang kini beralih dari pembayaran tunai ke pembayaran digital.

Anda dapat mengaktifkan layanan pembayaran digital seperti QRIS sebagai alternatif pilihan pembayaran untuk pelanggan. Jika Anda ingin tahu lebih lanjut mengenai sistem pembayaran QRIS, Anda dapat simak di sini.

Nah itu dia tiga cara memulai bisnis warung secara digital bersama Warung Pintar. Semoga informasi di atas dapat membantu Anda meng-upgrade usaha Anda ke digital di era digitalisasi UMKM ini. Selamat mencoba!

Jaramba Kembangkan Solusi “Mobility as a Service”, Dukung Digitalisasi Transportasi Umum

Kebijakan transportasi di kota-kota besar di Indonesia umumnya mendukung inisiatif pembangunan jalan. Hal ini didasari oleh keyakinan bahwa membangun lebih banyak jalan dapat mengurangi kemacetan lalu lintas. Padahal, ada isu yang lebih mendasar yaitu transportasi publik. Layanan yang kurang andal dan memadai menyebabkan meningkatnya penggunaan kendaraan pribadi, pada akhirnya menimbulkan kemacetan dan polusi.

Salah satu transportasi umum yang banyak digunakan untuk kebutuhan mobilitas sehari-hari masyarakat di kota-kota di Indonesia adalah “angkot”. Angkot merupakan respons sosial dan informal terhadap masalah transportasi di Indonesia. Mereka tidak hanya menyediakan layanan transportasi di daerah padat penduduk, tetapi juga merupakan sumber mata pencaharian utama bagi pengemudi lokal dan keluarga mereka. Pemerintah kota menghadapi kesulitan dalam mengelola angkot karena tingginya tingkat informalitas dalam rute dan struktur tarif.

Jaramba hadirkan solusi untuk bisnis angkot

Salah satu pasar terbesar angkot adalah anak sekolah. Penerapan school from home (SFH) otomatis berdampak pada penghasilan yang menurun serta jumlah armada yang semakin berkurang. Namun, rencana pemerintah yang akan mulai menerapkan pembelajaran tatap muka (PTM) penuh di awal tahun 2022 dapat menjadi peluang bagi sektor angkutan umun (angkot) untuk kembali bangkit.

Dalam keterangan resmi, Founder & CEO Jaramba Anugrah Nurrawa mengungkapkan, “Kami menawarkan solusi mobilitas yang menyediakan semua informasi yang diperlukan, memungkinkan transportasi antarmoda, dan membayar di muka untuk semua tiket yang dibutuhkan. Kami bertekad menjadi penyedia layanan mobilitas unggul di Indonesia, dimulai dengan digitalisasi angkot.”

Terinspirasi dari negara-negara maju yang sudah memiliki sistem transportasi umum yang baik, Jaramba ingin menghadirkan layanan yang bisa menjadikan perjalanan dengan transportasi umum (utamanya angkot) lebih mudah dan andal. Jaramba memberdayakan angkot melalui kerja sama kelembagaan dengan koperasi-koperasi angkot. Layanan ini hadir untuk memungkinkan distribusi penghasilan yang lebih adil antara sopir, juragan, dan koperasi.

Tantangan datang dari lingkungan yang masih sangat informal dan membutuhkan edukasi mendalam terkait solusi digital. Jaramba dengan rutin melakukan sosialisasi dan edukasi mendasar pada pihak-pihak terkait di lapangan. Perusahaan juga menggelar “Jaramba Week”, selama sepekan mereka membagikan voucher yang bisa digunakan untuk membayar angkot dengan cara memindai QR Code yang sudah disematkan pada angkot tertentu.

Jaramba week, yang kemudian diperpanjang menjadi 2 minggu menunjukkan adanya demand dari masyarakat setempat. Aksi ini menghasilkan total 307 registrasi serta 888 total voucher yang berhasil di redeem dengan 105 armada yang beroperasi di 3 jurusan. Saat ini Jaramba sudah bekerja sama dengan Dinas Perhubungan Kota Bandung serta Kopamas, sebuah koperasi angkot yang menaungi 3 trayek di antaranya: Sederhana – Cimindi, St.Hall – Gunung Batu, dan St.Hall – Sarijadi.

QR Code untuk redeem voucher trip gratis dari Jaramba selama periode Jarambah Week

Melihat animo masyarakat serta aktivitas yang mulai kembali normal, Jaramba optimis bisa mendapat momentum di tahun 2022. Pada tanggal 7 Januari 2022, Jaramba berencana menggelar soft launching aplikasi mereka, mencakup empat trayek untuk angkot serta 1 trayek untuk Damri. Saat ini, perusahaan juga telah menandatangani MoU dengan Dishub Jawa Barat untuk pengembangan solusi digitalisasi angkot.

Untuk saat ini, monetisasi yang dilakukan Jaramba adalah dengan mengambil fee sebesar 8% dari total tarif pada setiap perjalanan yang terjadi di atas platformNamun, timnya juga mengungkapkan akan segera mengembangkan sumber revenue mereka melalui iklan setelah mendapat cukup traksi dalam aplikasinya.

Jaramba telah memulai penelitian serta pengembangan intensif untuk solusi ini sejak awal tahun 2021. Pada bulan Agustus lalu, perusahaan berhasil mendapatkan pendanaan pre-seed senilai $100 ribu atau setara 1,4 miliar Rupiah dari Antler, sebuah VC tahap awal sekaligus startup enabler. Jaramba menjadi satu-satunya startup Indonesia yang menerima pendanaan dalam kohort SG8 (Singapura).

Dalam diskusi singkat bersama tim DailySocial.id, Anugrah atau akbra disapa Aso juga mengungkapkan rencananya untuk menggalang dana di tahun 2022. “Setelah soft launching, rencananya akan mempersiapkan untuk seed round. Targetnya sekitar $1 juta untuk ekspansi ke 24 kota di pulau Jawa dalam waktu 18 bulan,” ujarnya. Penggalangan ini ditargetkan untuk rampung sebelum bulan April 2022.

Solusi mobility as a service

Konsep mobility as a service (MaaS) sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Gojek atau Grab. Solusi ini menawarkan layanan dengan kebutuhan transportasi pelanggan/pengguna/wisatawan sebagai fokus utamanya. Namun, MaaS melibatkan lebih dari sekadar berbagi tumpangan berbasis aplikasi. Solusi ini mewakili cara berpikir yang benar-benar baru tentang mobilitas dan transportasi, selaras dengan definisi smart city yang modern.

Pemerintah Indonesia sendiri saat ini begitu berkomitmen untuk menyadarkan masyarakat dan mengedukasi bahwa penggunaan kendaraan umum adalah jauh lebih baik dari kendaraan pribadi. Salah satunya melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dengan Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) Indonesia mengenai pengurangan emisi melalui integrasi dan optimasi dalam transportasi umum di Indonesia. Hal ini terkait mereduksi penggunaan BBM dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk penggunaan kendaraan umum yang sejalan dengan kebijakan Pemerintah.

Pandemi COVID-19 berdampak negatif pada mobilitas sebagai pasar jasa. Dengan diterapkannya aturan penguncian dan jarak sosial, di seluruh dunia, kebutuhan akan mobilitas telah berkurang kecuali untuk keperluan darurat. Selain itu, norma jarak sosial di berbagai negara memaksa orang untuk memilih transportasi pribadi daripada layanan ride-hailing biasa.

Mengutip laporan ResearchandMarket.com, pasar mobilitas sebagai layanan siap untuk tumbuh sebesar $ 235,00 miliar selama 2021-2025 berkembang pada CAGR 34% selama periode perkiraan. Hal ini didorong oleh peningkatan penggunaan perangkat terhubung pintar, peningkatan permintaan untuk efisiensi dalam operasi, dan pergeseran adopsi dari model CAPEX ke model OPEX.

Sektor transportasi disebut masih berada di awal periode disrupsi yang signifikan, dengan teknologi, produk, dan layanan baru yang secara fundamental mengubah harapan dan peluang pelanggan. Sebelumnya merupakan ranah yang didominasi oleh kendaraan pribadi yang disandingkan dengan angkutan umum, saat ini transportasi menjadi topik yang jauh lebih kompleks dengan berbagai tantangan baru namun juga peluang yang luas.

Grab Ventures Velocity x Sembrani Wira Loloskan 6 Startup, Fokus Digitalisasi UMKM

Pada bulan Juni 2021 lalu, Grab dan BRI Ventures mengumumkan peluncuran Grab Ventures Velocity (GVV) Batch 4 x Sembrani Wira, sebuah proyek yang menyatukan program akselerator Grab dan BRI Ventures untuk mendukung pengembangan startup di Indonesia.

Setelah kurang lebih 16 minggu mengikuti serangkaian pelatihan dan pendampingan yang melibatkan pakar dari berbagai industri, akhirnya terpilih 6 startup terbaik yaitu Cooklab, Crewdible, Dagangan, iSeller, majoo, dan Octopus. Masing-masing startup memiliki solusi representatif yang fokus untuk mendukung perkembangan sektor UMKM di Indonesia.

Selama menjalani program pelatihan, tiga di antaranya telah berhasil mendapatkan pendanaan. Startup pengembang POS iSeller berhasil mengumpulkan pendanaan pra-seri B senilai 120 miliar Rupiah, social commerce Dagangan mengantongi 163,7 miliar Rupiah di putaran seri A, dan layanan omnichannel untuk UMKM majoo dengan putaran pra-seri A senilai 56,6 miliar Rupiah .

Dalam program yang mengangkat tema ‘Scaling Up Together: Empowering Startup, Supporting Micro Entrepreneurs’ ini, para finalis telah melakukan uji coba produk dan ide bisnis melalui kolaborasi dalam ekosistem Grab, mulai dari GrabKitchen, GrabFood, GrabMart, hingga GrabExpress untuk menghadirkan solusi bagi UMKM.

“Keenam lulusan batch 4 menunjukkan pertumbuhan signifikan dalam kontribusinya untuk UMKM di Indonesia. Mereka telah melalui program uji coba di ekosistem Grab dan akan terus melanjutkan kolaborasi dengan kami. Grab juga berterima kasih kepada BRI Ventures yang senantiasa mendukung program ini,” ujar Country Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi.

Anthony Tan sebagai Group CEO & Co-Founder Grab turut terlibat dalam acara Impact Day, di mana para finalis melakukan presentasi dan perkenalan ide bisnis kepada jaringan venture capital, diikuti dengan sharing session. Setelah lulus, keenam startup tersebut memperoleh kesempatan untuk terus melanjutkan kolaborasi dengan layanan Grab, salah satunya adalah dengan menyediakan layanan di Solusi Mitra GrabMerchant.

CEO BRI Ventures Nicko Widjaja menambahkan, “BRI Ventures sangat senang dapat menjadi bagian dalam program GVV Batch 4 X Sembrani Wira untuk memberikan dukungan dari segi jaringan, mentorship, dan juga akses terhadap pendanaan modal ventura bagi para finalis ini [..] dan hari ini kami melepas para finalis dengan harapan bahwa manfaat yang didapatkan selama mengikuti program akselerator dapat membantu mereka untuk berkembang semakin jauh lagi.”

Fokus digitalisasi UMKM

Dalam rilis yang dibagikan, Teten Masduki selaku Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia turut mengungkapkan antusiasme atas kelulusan 6 startup finalis GVV Batch 4 x Sembrani Wira. Ia turut menyampaikan bahwa pemerintah telah menargetkan adanya 30 juta UMKM digital hingga tahun 2024.

Melalui pidatonya, (16/8), Presiden RI juga menyebut pemerintah terus mendorong pengembangan ekosistem ekonomi digital untuk meningkatkan produktivitas masyarakat. Digitalisasi UMKM yang masuk ke aplikasi e-commerce dan marketplace jumlahnya terus bertambah. Sampai Agustus tahun ini, sudah lebih dari 14 juta UMKM atau 22% dari total UMKM yang sudah bergabung dengan aplikasi perdagangan elektronik.

Saat ini, semakin banyak inisiatif yang dilancarkan untuk mendorong pertumbuhan sektor UMKM di Indonesia. Mulai dari aplikasi Point of Sales (POS), layanan social commerce, pencatatan keuangan digital, serta banyak lagi perusahaan yang semakin menajamkan fokus untuk mendukung digitalisasi UMKM.

Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate menambahkan, “Startup digital menjadi salah satu kunci percepatan transformasi digital di Indonesia. Diperlukan sinergi dan kolaborasi dari seluruh komponen bangsa untuk mendukung dan memperkuat tumbuh kembang ekosistem startup nasional.”

Dari sisi investor, BRI Ventures sebagai unit investasi bank BRI dengan UMKM sebagai strategi utama mereka, baru saja mengumumkan dana kelolaan baru ‘Sembrani Kiqani‘ yang fokus menyasar segmen D2C demi menyempurnakan ekosistem UMKM di Indonesia. Sebelumnya, melalui Sembrani Nusantara, BVI telah berinvestasi kepada pengembang brand minuman Haus! dan pengembang produk sepatu lokal Brodo.

Pemain Super-app Berlomba Hadirkan Inisiatif Baru untuk Digitalisasi UMKM Indonesia

Setelah pembentukan GoTo dan kemitraan strategis antara Grab, Bukalapak, dan Emtek, raksasa teknologi Indonesia kini berlomba untuk mendigitalkan usaha mikro dan kecil.

Grab, Bukalapak, dan konglomerat media Emtek Group telah meluncurkan program akselerator yang disebut Kota Masa Depan, perusahaan mengumumkan pada hari Kamis. Program ini menyasar usaha mikro, kecil, dan menengah dari kota-kota tier-2 dan tier-3 di Indonesia.

Kota Masa Depan memiliki tiga prioritas—onboarding bisnis ke platform Grab dan Bukalapak, memberdayakan perusahaan melalui sesi pelatihan dan pendampingan, dan memberikan vaksinasi kepada karyawan UMKM. Unit bisnis juga akan mendapatkan eksposur dari jaringan media milik Grup Emtek, termasuk saluran televisi SCTV dan Indosiar, serta platform video streaming Vidio.

Program ini bertujuan untuk menjangkau 10.000 UMKM pada akhir Desember 2021 di daerah seperti Kupang, Nusa Tenggara Timur, Solo di Jawa Tengah, Gowa di Sulawesi Selatan, Malang di Jawa Timur, dan Pekanbaru di Riau.

Grab, Emtek, dan Bukalapak telah mempererat hubungan bisnis mereka selama beberapa bulan terakhir. Pada bulan April, beberapa hari setelah Grab mengumumkan merger SPAC dengan Altimeter Growth Corporation, perusahaan yang berbasis di Singapura ini dilaporkan menghabiskan Rp 4 triliun (USD 274 juta) untuk membeli 4% saham di Emtek. Pada bulan Mei, Emtek mengakuisisi saham minoritas (2,59%) di unit Grab di Indonesia, dan kemudian pada bulan Juni, Emtek menyuntikkan modal tambahan sebesar Rp 3,09 triliun (USD 210 juta). Saat ini, Emtek memiliki 5,88% saham Grab. Emtek pun menjadi pemegang saham terbesar di Bukalapak.

Platform di ekosistem Grab dan Bukalapak yang tersedia untuk UMKM antara lain GrabFood, GrabMart, dan marketplace Bukalapak. Grab juga menjalankan program yang disebut GrabKios untuk mendigitalkan toko-toko di lingkungan sekitar. Platform ini telah bermitra dengan lebih dari 2 juta agen. Pada saat yang sama, Bukalapak gencar mengembangkan inisiatif O2O serupa bernama Mitra Bukalapak, yang sudah memiliki sekitar 8,7 juta agen.

Sementara itu, GoTo telah meluncurkan programnya sendiri yang disebut BangkitBersama (“bangkit bersama”) untuk membantu UMKM lokal dalam proses go digital. Program ini memiliki beberapa fokus. Ini berupaya untuk meningkatkan eksposur UMKM di Tokopedia melalui pendekatan hyperlocal yang melibatkan geotagging. Selain itu, inisiatif ini juga bertujuan untuk memberdayakan UMKM melalui serangkaian kelas bisnis online dan offline, dan membantu penjual e-commerce untuk memperluas jangkauan mereka melalui platform layanan fulfillment TokoCabang.

UMKM di ekosistem GoTo dapat mengakses berbagai platform seperti GoFood, GoShop, dan marketplace Tokopedia. Di ruang O2O, grup ini memiliki Mitra Tokopedia, yang diluncurkan pada 2018, dan GoToko, sebuah inisiatif yang diluncurkan tahun lalu. GoTo juga memiliki e-commerce enabler bernama GoStore yang membantu UMKM membuat toko online. Berkat investasi dari Facebook tahun lalu, merchant di GoStore dapat mengintegrasikan lapak online mereka dengan Facebook Shop dan Instagram Shopping. Grup ini telah menggabungan 11 juta mitra pedagang pada Desember 2020.

Layanan untuk UMKM di super-app Indonesia

Saat ini terdapat sekitar 64,2 juta UMKM di Indonesia. Bisnis ini menyerap sekitar 97% dari total tenaga kerja dan berkontribusi sekitar 61% dari produk domestik bruto negara, menurut Kementerian Koperasi dan UKM Indonesia.

Digitalisasi UMKM menjadi semakin penting untuk memungkinkan bisnis ini menjangkau basis konsumen yang lebih luas, memperluas bisnis mereka, dan mendapatkan akses ke pembiayaan. Bagi raksasa teknologi, UMKM dapat membawa lebih banyak pelanggan ke ekosistem mereka, terutama di kota-kota tingkat-2 dan tingkat-3, tempat tinggal 100 juta pengguna internet berikutnya.


Artikel ini pertama kali dirilis oleh KrASIA. Kembali dirilis dalam bahasa Indonesia sebagai bagian dari kerja sama dengan DailySocial