Kenalan dengan Dolby Atmos dan Vision pada Xiaomi Pad 5

Xiaomi pada akhirnya meluncurkan lagi sebuah tablet dengan sistem operasi Android yang bernama Xiaomi Pad 5. Tablet yang satu ini cukup menjadi perhatian karena kebutuhan masyarakat di Indonesia yang sedang work from home dan school from home akibat pandemi Covid-19. Selain itu, tablet yang satu ini cukup berbeda dengan tablet lainnya karena menggunakan chipset kencang Snapdragon 860. Tentunya, masih banyak lagi yang disuguhkan Xiaomi pada tablet barunya tersebut.

Pada tanggal 24 September 2021, Xiaomi mengadakan pertemuan secara online untuk memperkenalkan tablet barunya kepada para media. Salah satu yang ditawarkan oleh Xiaomi pada tabletnya tersebut adalah hadirnya fitur dari Dolby. Pada kesempatan kali ini pula, Xiaomi juga menghadirkan representasi dari Dolby untuk membicarakan tentang teknologinya.

Hal pertama yang ada pada Xiaomi Pad 5 adalah suara yang didukung dengan Dolby Atmos. Dolby Atmos akan meningkatkan kualitas suara dari sebuah musik dan lagu, sehingga terdengar jauh lebih baik. Dolby Atmos sendiri sudah digunakan pada bioskop-bioskop yang ada di Indonesia dengan tujuan agar para penonton bisa merasa seperti didalam film yang sedang diputar tersebut.

Kanal suara memang saat ini sudah banyak diperkenalkan. Mulai dari stereo yang memiliki 2 kanal, yakni kiri dan kanan. Setelah itu, teknologi berkembang dengan memberikan suara dari tengah selain kiri dan kanan, yang dikenal dengan 2.1. Selanjutnya, teknologi berubah lagi dengan menambah speaker pada bagian belakang yang disebut dengan surround sound.

Sayangnya dengan teknologi berbasis kanal ini, suara tidak dapat dihadirkan dengan cara diurutkan dan terdengat bersamaan. Dengan Dolby Atmos, mereka menembus batas tersebut sehingga suara bisa dihadirkan dan diurutkan secara bebas dengan ruang 360 derajat. Dan seperti telinga manusia, kita bisa mendengarkan dari mana suara tersebut datang. Hal tersebut tentu saja akan meningkatkan kedalaman cerita dari sebuah film atau musik yang didengar.

Selain Dolby Atmos, teknologi lainnya yang dibenamkan pada Xiaomi Pad 5 adalah Dolby Vision. Teknologi Dolby Vision akan meningkatkan warna serta detail dari sebuah konten. Warna yang dihasilkan dari Dolby Vision akan menjadi akurat karena warna hitamnya benar-benar hitam serta kedalaman warnanya lebih baik dari teknologi lain yang ada saat ini.

Untuk dapat menghadirkan konten yang bisa memiliki warna akurat serta tingkat ketajaman yang lebih baik tersebut, sebuah konten harus sudah mendukung Dolby Vision. Dolby bekerja sama dengan studio film untuk menghadirkan teknologi ini agar bisa ditonton pada perangkat yang sudah mendukung Dolby Vision pula. Jika sebuah perangkat tidak mendukung Dolby Vision, tentu konten tersebut masih bisa dimainkan namun tanpa peningkatan yang dijanjikan oleh Dolby.

Tanpa Earphone, bagaimana kualitasnya?

Setelah sedikit menjelaskan mengenai teknologi dari Dolby Atmos dan Dolby Vision yang ada pada Xiaomi Pad 5, saya pun menanyakan satu hal kepada Ashim Mathur, Senior Regional Director, Emerging Markets, Dolby Laboratories. Pertanyaan tersebut mengenai bagaimana kualitas suara dari Dolby Atmos jika kita mendengarkan suaranya melalui speaker Xiaomi Pad 5 dan bukan earphone. Tentunya, selama ini kita hanya akan bisa mendengar perbedaan suaranya melalui sebuah earphone maupun headphone.

Ashim mengatakan bahwa teknologi Dolby Atmos ini sudah terintegrasi ke dalam Xiaomi Pad 5. Oleh karena itu jika kita ingin mendengarkan suara melalui headphone, baik itu yang murah maupun yang mahal, pengalaman Dolby Atmos tentu akan terasa. Teknologi ini tidak tergantung pada perangkat eksternal namun sudah ada pada Xiaomi Pad 5 tersebut. Jadi, pengalaman tersebut juga bisa didengarkan melalui speaker bawaannya.

Namun Asham mengatakan bahwa beliau pribadi lebih memilih menggunakan sebuah earphone. Hal tersebut akan membuat suaranya lebih baik karena kita akan mendengarkan pergerakan suaranya dan pengalaman merasakan kontennya akan lebih baik. Akan tetapi jika kita ingin mendengarkan tanpa headphone dan earphone, tentu saja bisa merasakannya pula namun pengalamannya akan lebih sedikit.

Box Hadirkan Integrasi Dolby.io, Mudahkan Optimasi Konten Audio Secara Otomatis

Konten audio terus bertambah populer belakangan ini, terutama berkat meledaknya popularitas Clubhouse dan format live audio, serta tentu saja pesatnya perkembangan industri podcasting. Data dari layanan cloud storage Box bahkan menunjukkan bahwa konsumennya mengunggah setidaknya 50 persen lebih banyak file audio dalam 18 bulan terakhir.

Melihat tren seperti itu, Box pun terdorong untuk memberikan kemudahan bagi para penggunanya. Mereka baru saja mengumumkan integrasi platform Dolby.io pada layanannya. Sebagai informasi, Dolby.io merupakan kumpulan API (application programming interface) yang dapat diintegrasikan untuk membantu meningkatkan kualitas audio.

Dolby.io pertama kali dirilis pada pertengahan tahun 2020. Sejauh ini, produk yang ditawarkan ada tiga jenis: Interactivity API, Media Processing API (yang digunakan Box untuk integrasi ini), dan Music Mastering API. Selain Box, platform ini juga dipakai oleh SoundCloud untuk layanan mastering-nya.

Integrasi ini pada dasarnya memungkinkan pengguna Box untuk meningkatkan kualitas audio dari berbagai macam file yang diunggahnya (bisa audio, bisa juga video) tanpa perlu meninggalkan Box sama sekali. Mereka hanya perlu memilih file yang hendak dioptimalkan audionya, lalu mempersilakan AI menjalankan tugasnya.

Yang bakal sangat diuntungkan di sini tentu adalah para podcaster maupun kreator konten audio lainnya, terutama mereka yang belum punya studio kedap suara, yang sering kali berujung pada kualitas audio yang tidak konsisten. Lebih lanjut, AI milik Dolby.io juga dirancang untuk meminimalkan suara-suara di background yang kurang relevan. Selain podcast, jenis konten yang bisa dioptimalkan oleh Dolby.io juga mencakup musik, voiceover, sesi mengajar, wawancara, rapat, konferensi, dan lain sebagainya.

Yang mungkin menjadi pertanyaan adalah, berapa tarifnya? Sebab layanan secanggih ini biasanya tidak akan gratis begitu saja. Well, pengguna diberi jatah gratis 200 menit setiap bulannya. Setelahnya, Dolby akan menarik biaya $0,05 per menit audio yang dioptimalkan. Tidak ada tarif berlangganan yang harus dibayarkan sama sekali.

Sumber: Engadget dan Dolby.

Lucid Air Bakal Jadi Mobil Pertama yang Mengusung Integrasi Dolby Atmos

Ketika membicarakan mengenai mobil listrik, saya selalu mempunyai ekspektasi bahwa yang lebih modern bukan cuma sistem penggeraknya saja, melainkan juga sistem hiburan yang tertanam di dalam kabinnya. Kalau perlu contoh, kita bisa melihat Tesla Model S dan Model X versi terbaru yang sistem infotainment-nya mempunyai daya komputasi setara console next-gen.

Kedua mobil tersebut juga turut mengemas sistem audio yang sangat mumpuni, dengan 22 speaker dan total daya 960 watt, tidak ketinggalan pula teknologi active noise cancellation. Namun tentu saja Tesla bukan satu-satunya produsen mobil listrik yang serius perihal sistem hiburan. Contoh lainnya bisa kita lihat dari Lucid Motors.

Di ajang SXSW yang berlangsung secara online tahun ini, Lucid mengumumkan bahwa mobil perdananya, Lucid Air, bakal jadi mobil pertama yang dilengkapi sistem audio Dolby Atmos. Lucid menamai sistemnya dengan istilah Surreal Sound, dan nama tersebut merujuk pada pengalaman audio immersive yang mampu dihasilkan oleh 21 unit speaker yang tertanam di dalam kabin milik sedan mewah tersebut.

Integrasi teknologi Dolby Atmos berarti separasi suara tak hanya bisa dilakukan dari poros horizontal saja (depan ke belakang, atau kiri ke kanan), melainkan juga dari poros vertikal (atas ke bawah). Ini berarti distribusi suara bisa diarahkan lebih tinggi atau lebih rendah, baik itu musik maupun bunyi indikator dari beragam fungsi yang diaktifkan.

Ilustrasi integrasi Dolby Atmos pada sistem audio milik Lucid Air / Lucid Motors
Ilustrasi integrasi Dolby Atmos pada sistem audio milik Lucid Air / Lucid Motors

Dalam pengembangannya, tim engineering Lucid berkolaborasi langsung dengan Dolby guna memaksimalkan implementasi teknologi Atmos. Dengan begitu, Lucid pun mampu memikirkan skenario-skenario penggunaan yang spesifik, seperti misalnya ketika ada seorang penumpang yang duduk di belakang yang lupa mengenakan sabuk pengaman.

Berkat Atmos, bunyi peringatan yang terdengar bukan berasal dari dashboard, melainkan langsung dari tempat sang penumpang itu duduk di baris belakang. Skenario lainnya adalah ketika menyalakan mobil, di mana suara akan terdengar dari semua sudut ketimbang hanya dari depan sang pengemudi. Bahkan suara yang sesimpel bunyi indikator lampu sein pun juga akan terdengar berasal dari arah yang sesuai.

Seperti yang kita tahu, mobil listrik sangatlah hening jika dibandingkan dengan mobil bermesin bensin. Saking heningnya, sering kali suara yang terdengar di dalam kabin hanyalah suara gesekan ban dengan aspal saja. Mungkin itulah yang akhirnya mendorong produsen mobil listrik untuk berinvestasi lebih di bidang audio.

Saya berani berargumen seperti itu karena pada kenyataannya bukan cuma Lucid yang bermitra dengan perusahaan audio ternama dalam menggarap sound system untuk mobilnya. Belum lama ini, Audi dilaporkan telah bekerja sama dengan Sonos untuk mengembangkan sistem audio buat mobil listrik terbarunya, Q4 e-tron, yang akan menjalani debutnya pada bulan April mendatang.

Sumber: The Verge dan Lucid Motors.

Xbox Series X dan Series S Jadi Console Pertama yang Mendukung Dolby Vision dan Dolby Atmos

Xbox Series X dan Xbox Series S akan dipasarkan secara luas mulai 10 November 2020. Selain memulai era console next-gen secara resmi, keduanya bakal jadi game console pertama yang membawa dukungan teknologi Dolby Vision sekaligus Dolby Atmos untuk keperluan gaming.

Kabar ini dikonfirmasi langsung oleh Dolby sendiri. Dukungan terhadap Dolby Atmos akan hadir lebih awal, sedangkan Dolby Vision baru akan menyusul di tahun 2021. Atmos dirancang untuk menyuguhkan suara surround yang sangat optimal, sedangkan Vision didesain sebagai alternatif yang lebih superior ketimbang format HDR yang lebih umum seperti HDR10.

Dibandingkan dengan tampilan standar, Dolby Vision diklaim mampu menyajikan highlight 40x lebih terang, shadow 10x lebih gelap, dan color depth hingga 12-bit. Dari kacamata sederhana, bagian yang terang akan kelihatan lebih terang dengan teknologi Dolby Vision, dan bagian yang gelap kelihatan lebih gelap, semuanya tanpa mengorbankan tingkat detail pada gambar.

Ilustrasi perbedaan tampilan menggunakan Dolby Vision dan tidak / Dolby
Ilustrasi perbedaan tampilan menggunakan Dolby Vision dan tidak / Dolby

Tentu saja ini tidak berlaku untuk semua game. Sejauh ini baik Dolby maupun Microsoft belum punya daftar resminya, tapi setidaknya game seperti Mass Effect Andromeda maupun Battlefield 1 sudah sejak lama menawarkan dukungan Dolby Vision di PC. Andai koleksi game yang mendukung ternyata cuma sedikit, hal itu bisa dibilang wajar mengingat Dolby memang menarik biaya lisensi untuk Vision.

Ini juga bukan pertama kalinya kita mendengar nama Dolby Vision disebut-sebut bersama console Xbox. Sebelum ini, Xbox One X sebenarnya juga sudah mendukung teknologi Dolby Vision, akan tetapi implementasinya tidak pernah melebihi fase beta testing.

Untuk Dolby Atmos, beberapa judul game yang sudah dikonfirmasi bakal mendukung teknologi audio 3D tersebut mencakup Cyberpunk 2077, Gears 5, Call of Duty Warzone, Ori and the Will of the Wisps, dan F1 2020.

Di kubu lawan, sejauh ini belum ada kabar apakah PlayStation 5 juga bakal menawarkan dukungan yang sama. Untuk Dolby Atmos, sepertinya tidak mengingat Sony merancang teknologi audio 3D-nya sendiri yang bernama Tempest; sedangkan untuk Dolby Atmos, keputusan Sony untuk tidak mengadopsi teknologi yang bukan standar (seperti HDR10+ besutan Samsung) pada lini TV-nya bisa menjadi indikasi bahwa PS5 hanya akan mendukung HDR10 standar ketimbang Dolby Vision.

Sumber: TechRadar.

SoundBar Samsung Q90R Resmi Beredar di Indonesia

Pasar Soundbar ternyata menjadi lebih ramai di Indonesia. Hal ini juga dikarenakan banyaknya layanan streaming yang mulai disukai oleh banyak konsumen. Hal ini membuat Samsung meluncurkan satu lagi Soundbar di Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 31 Juli 2019 bertempat di Hotel Dharmawangsa.

Samsung Soundbar - Launch

Soundbar Q90R menggunakan setting 7.1.4. Hal itu berarti ada tujuh speaker yang mengarah ke arah penontonnya, satu buah sub woofer, dan empat speaker yang ditembakkan ke arah langit-langit dan dipantulkan kembali ke arah penonton. Hal ini akan membuat suara akan ada dari depan, kiri dan kanan, serta atas.

Liem Kwok Cek, selaku AV Product Marketing Manager, mengatakan bahwa Q90R merupakan Soundbar pertama dari Samsung yang menggunakan Dolby Atmos yang sebenarnya. Sebelumnya, beliau mengatakan bahwa Samsung Soundbar menggunakan virtual Dolby Atmos. Hal tersebut tentu berkaitan dengan arah dari setiap speaker yang ada di Q90R.

Samsung Soundbar - Q90R

Dibandingkan dengan soundbar yang dikeluarkan tahun 2018 lalu, Q90R memiliki dua perbedaan. Yang pertama adalah Adaptive Sound yang akan mendeteksi konten yang sedang dimainkan, seperti video, musik, atau bermain game. Yang kedua adalah Game Pro Mode yang akan meningkatkan pengalaman dalam memainkan game dengan suara.

Samsung Soundbar - Woofer

Samsung Harman Kardon Soundbar Q90R turut didukung aplikasi SmartThings dan Bixby, membuatnya lebih mudah dioperasikan dan dikoneksikan dengan perangkat lain.

SoundBar Samsung Q90R masuk ke dalam kelas premium dan akan tersedia mulai Agustus 2019 dengan harga Rp. 24.999.000,-.

Samsung Soundbar - Side Firing

Uji coba: Suara 360 derajat

Tidak lengkap rasanya kalau datang ke sebuah acara peluncuran speaker tanpa mencobanya. Saya pun masuk dua kali dalam uji pengalaman kali ini karena ingin benar-benar mendengarkan sebagus apa Q90R dibandingkan dengan yang Samsung keluarkan tahun lalu.

Samsung Soundbar - Experience

Dengan ditemani oleh bapak Liem, saya pun duduk pada posisi tepat ditengah-tengah set yang ada. Di bagian depan ada TV, Soundbar, Woofer, dan dua side speaker. Di bagian belakang pada ujung kanan dan kiri, ada lagi dua side speaker. Beberapa contoh film dan audio pun diperdengarkan.

Bapak Liem mengatakan bahwa tanpa side and firing speaker, penonton akan disajikan suara seperti disemprot dari depan. Benar, suara memang hanya datang dari sisi depan walaupun terdengar cukup jernih dan bagus. Akan tetapi pada saat Dolby Atmos aktif dengan side and firing speaker dinyalakan, saya memang terasa ada ditengah setiap adegan.

Samsung Soundbar - Firing

Apalagi saat mendengarkan demo suara hujan. Saya merasa benar-benar berada ditengah hutan yang sedang hujan lebat. Tentunya, tanpa ada air yang membasahi badan saya :). Hal ini membuat saya merasa seperti berada di sebuah bioskop mini.

Hal yang masih cukup kurang adalah pada saat mencoba Game Mode Pro. Ada kemungkinan, demo game yang digunakan tidak menggunakan Dolby Atmos sehingga suaranya terdengar sama di semua speaker. Walaupun begitu, jika hal ini diimplementasikan langsung dengan game console, tentu saja bakal meningkatkan pengalaman bermain!

Dolby Diam-diam Garap Aplikasi Perekam dan Produksi Audio untuk Smartphone

Dolby Labs, perusahaan yang selama ini dikenal dengan inovasi di ranah audio, seperti Dolby Atmos dan Dolby Cinema dikabarkan sedang mengerjakan aplikasi smartphone baru yang akan memberi ruang kepada para pencipta musik dengan fitur-fitur yang unik.

Diberi nama Dolby 234 – untuk sekarang – aplikasi gratis ini memiliki kemampuan untuk mengukur kebisingan latar belakang dan menghilangkannya selama proses perekaman. Meminjam model pemutakhiran yang sukses dari aplikasi foto, aplikasi disebut mampu melakukan hal-hal inovatif seperti memfilter rekaman mereka melalui paket efek audio berbayar, seperti amped, bright, lyric, thump, deep, atau natural. Selanjutnya, setelah audio dihasilkan pengguna dapat membagikannya ke layanan pihak ketiga seperti Soundcloud atau bahkan YouTube.

Menurut laporan yang sama, Dolby dikatakan telah memulai proses pengujian aplikasi 234 sejak bulan Juni lalu. Menurut TechCrunch, aplikasi 234 dipoles apik dan intuitif dengan nuansa yang hidup berkat skema warna gradien ungu dan oranye, hampir mirip dengan gaya desain Instagram.

Dolby-Live-234-Sound-Tools

Kemunculan 234 merupakan energi baru bagi Dolby untuk menancapkan tajinya di reanah mobile. Ini menjadi debut perdana di ranah piranti lunak smartphone, dan bisa menjadi bantu lompatan guna menempatkan teknologinya di depan pelanggan, ketimbang sebatas integrasi ke pihak kegita.

Manuver ini terasa sangat benar dan menurut saya ini merupakan langkah yang tepat untuk menyatarakan posisi Dolby dengan Audio-Technica dan bukan tidak mungkin membuat Dolby berpeluang menjadi rival baru bagi Beats.

Dolby Dimension Ibarat Sistem Audio Bioskop yang Dikemas dalam Headphone Wireless

Dolby adalah dedengkot di bidang audio yang cukup unik. Selama lebih dari 50 tahun, mereka membangun reputasinya tanpa memproduksi hardware sendiri untuk konsumen umum. Jadi ketika Dolby memutuskan untuk menggarap headphone-nya sendiri, kita patut menaruh perhatian ekstra.

Headphone tersebut bernama Dolby Dimension, dan seperti bioskop yang dilengkapi sistem audio bersertifikasi Dolby, ia diciptakan untuk menemani penggunanya menonton film. Suara surround menjadi fitur keunggulannya, dan ini dicapai berkat kombinasi sepasang driver 40 mm, chipset Qualcomm Snapdragon dengan prosesor quad-core, serta teknologi virtualization racikan Dolby sendiri.

Dolby Dimension

Hasilnya adalah efek suara tiga dimensi mirip seperti yang ditawarkan teknologi Dolby Atmos. Levelnya memang belum secanggih Atmos, tapi ini disebabkan oleh batasan konektivitas Bluetooth 4.2 yang ada pada Dimension.

Efek ini akan terasa semakin realistis berkat dukungan head tracking yang ditawarkan Dimension. Jadi ketika Anda sedang menonton dan menoleh ke kiri, suara yang tadinya terdengar dari depan bakal jadi terdengar dari samping kanan.

Dolby Dimension

Selain virtualization, Dimension juga menawarkan fitur bernama LifeMix, yang kalau dari cara kerjanya, mirip seperti fitur noise cancelling adaptif yang ada pada sejumlah headphone wireless premium. Supaya kinerja fitur ini bisa maksimal, lima mikrofon omnidirectional telah Dolby sematkan ke Dimension.

Performa audio yang superior ini turut dibarengi oleh desain fisik yang manis sekaligus ergonomis. Bantalan telinganya yang gemuk kelihatan nyaman, tapi di saat yang sama bobotnya ternyata cuma 330 gram, sehingga semestinya tidak akan membuat gerah setelah dipakai menonton selama berjam-jam.

Dolby Dimension

Dimension mengandalkan kombinasi tombol fisik dan panel sentuh pada earcup sebelah kanan sebagai input kontrolnya. Soal baterai, Dimension diklaim dapat beroperasi sampai 10 jam dengan semua fitur aktif, atau sampai 15 jam dalam mode irit daya. Fast charging pun turut tersedia; charging selama 15 – 20 menit cukup untuk pemakaian selama 2 jam.

Sebagai produk debutan, Dolby Dimension terkesan sangat menarik. Kalau disuruh menyebutkan kekurangannya, saya akan bilang harganya: $599, setara soundbar yang mendukung Dolby Atmos. Pemasarannya sudah berlangsung di Amerika Serikat.

Sumber: Engadget dan Nasdaq.