ASUS Umumkan ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582), Versi Pro dengan Panel OLED dan ScreenPad Plus dengan Stylus

Setelah merilis ZenBook Duo 14 (UX482) pada akhir bulan Maret lalu, kini ASUS menghadirkan ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582). Versi Pro dengan keunggulan panel OLED yang dirancang untuk menunjang kebutuhan para content creator.

Generasi kedua dari ZenBook Pro Duo yang hadir dengan tagline ‘Bigger Dream Wider Screen‘ ini mengusung desain baru, di mana layar keduanya atau ScreenPad Plus dilengkapi dengan mekanisme khusus. Mekanisme tersebut memungkinkan ScreenPad Plus dapat terangkat dan membentuk sudut 9,5 derajat terhadap bodinya sehingga lebih nyaman digunakan.

Bekerja dengan layar ganda merupakan hal yang lumrah bagi para content creator profesional. Hal tersebut dikarenakan mereka membutuhkan ruang kerja ekstra untuk mendongkrak produktivitasnya. Melalui ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582), ASUS menghadirkan kenyamanan menggunakan layar ganda pada laptop yang portabel untuk para content creator profesional,” ujar Jimmy Lin, Regional Director Southeast Asia.

Layar kedua tersebut berukuran 14 inci dengan panel IPS beresolusi 3840×1100 piksel. Berfitur touchscreen dan dirancang agar nyaman digunakan dengan stylus ASUS Pen yang punya fitur 4096 pressure-level.

ScreenPad Plus juga didukung oleh software ScreenXpert 2, dengan antarmuka yang lebih interaktif dan mudah digunakan seperti smartphone. Dilengkapi fitur Control Panels yang memunculkan panel kontrol khusus saat pengguna menjalankan aplikasi kreatif besutan Adobe seperti After Effect, Premiere Pro, Photoshop, dan Lightroom Classic.

Layar utamanya berukuran 15,6 inci dengan panel OLED beresolusi 4K yang dikemas dalam NanoEdge Display dengan screen-to-body ratio 93%. Layar tersebut memiliki rasio kontras hingga 1.000.000:1, color gamut luas 100% pada color space DCI-P3, serta sudah tersertifikasi PANTONE Validated Display, dan VESA Display HDR sehingga sudah memenuhi standar profesional untuk akurasi warna serta dukungan HDR.

Dari segi performa, ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582) ditenagai oleh prosesor Intel Core i7-10870H dan Intel Core i9-10980HK high performance generasi ke-10 dengan konfigurasi 8 core dan 16 thread. Didukung chip grafis NVIDIA GeForce RTX 3070 berbasis Ampere yang merupakan arsitektur RTX generasi kedua, RAM DDR4 berkapasitas 32GB, dan storage 1TB M.2 NVMe PCIe 3.0 x4.

Untuk memastikan CPU dan CPU berjalan secara stabil, ASUS mengadopsi sistem pendingin Active Aerodynamic System Plus (AAS Plus) dan ErgoLift Hinge. Keduanya memungkinkan ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582) memiliki tingkat aliran udara hingga 36% lebih baik dari pendahulunya.

Di bagian dalam laptop ini terdapat enam heatpipe yang berfungsi sebagai penghantar panas dari komponen utama sebelum dilepaskan oleh heatsink. Agar panas dapat dihantarkan secara lebih optimal, ASUS menggunakan liquid metal sebagai pengganti thermal compound berbahan silikon di CPU-nya.

Adapun sistem operasi yang dijalankan adalah Windows 10 Home/Windows 10 Pro dan sudah dilengkapi dengan Microsoft Office Pre-Installed. Harga ASUS ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582) untuk konfigurasi prosesor Intel Core i7-10870H dibanderol Rp42.999.000 dan Rp50.999.000 dengan Intel Core i9-10980HK.

Bigetron Esports Kembali Rekrut Saudara Kembar ke Dalam Rosternya

Beberapa waktu yang lalu tim Bigetron Esports memperkenalkan pemain baru mereka, Maxx dalam sebuah video. Seperti yang dilansir di laman media sosial mereka, pemain dengan nama lengkap Maxwell “Maxx” Asessandro menjadi tambahan terbaru untuk skuad Mobile Legends Bigetron Bravo yang berlaga di MDL Season 2.

Di minggu yang lalu, Matt, yang adalah saudara kembar dari Maxx, sudah lebih dulu berlaga bersama tim Bigetron Bravo. Bergabungnya Maxx diharapkan bisa memberikan performa yang lebih baik bagi tim Bigetron Bravo sampai ke akhir musim MDL.

BTR MATT | via: mdl.indonesia
BTR MATT | via: mdl.indonesia

Sejauh ini, raihan Bigetron Bravo di MDL masih terasa belum maksimal. Sampai berakhirnya minggu ketiga kemarin, tim Bigetron Bravo masih duduk di papan tengah klasemen sementara setelah menderita 2 kali kekalahan.

Dengan bergabungnya Maxx dan Matt ke dalam satu tim, kancah esports Indonesia sekali lagi memiliki saudara kembar yang bermain dalam tim yang sama. Di waktu yang bersamaan hal ini menjadikan organisasi esports Bigetron sebagai tim dengan roster saudara kembar terbanyak di Indonesia. Barangkali fenomena ini menjadi sebuah tren di esports.

BTR Maxx | via: Bigetron Esports
BTR Maxx | via: Bigetron Esports

Ada dua nama yang sudah lebih dulu mendunia berkat kerja sama yang apik dalam divisi PUBG Mobile Bigetron Esports. Kehadiran Made “Zuxxy” Bagas dan Made “Luxxy” Bagus bisa mencipatakan fondasi komunikasi yang kuat di dalam tim Bigetron Red Aliens.

Membangun chemistry dalam sebuah tim bukanlah perkara mudah. Selain komunikasi verbal, sebuah tim esports harus memiliki chemistry antar pemainnya. Secara spekulatif adanya hubungan darah bisa memudahkan membangun chemsitry antar player dalam tim, meskipun belum dapat dibuktikan secara scientific. Skill mekanik masing-masing player ditambah dengan komunikasi yang baik akan meningkatkan peluang kemenangan dan performa tim di setiap pertandingan.

Cara Melakukan Panggilan Grup Video dan Audio di Google Duo

WhatsApp, Zoom, Google Meet, Skype dan Hangouts hanyalah beberapa opsi yang bisa dipilih dalam daftar aplikasi meeting online atau untuk kebutuhan serupa, namanya bisa berbeda tergantung skalanya.

Continue reading Cara Melakukan Panggilan Grup Video dan Audio di Google Duo

[Review] ASUS ZenBook Duo UX481, Suguhkan Pengalaman Menggunakan Monitor Eksternal

Ngopi di kafe sambil kerja buka laptop sudah menjadi pemandangan yang umum dan laptop dengan logo ‘apel’ sudah terlihat terlalu mainstream. Lain cerita kalau laptop yang digunakan ialah ASUS ZenBook Duo, desain ‘nyeleneh’ dengan dual-screen ini sangat mudah mencuri perhatian – kesannya sangat futuristik.

Hari Jumat lalu, waktu menunjukkan jam 2 siang setelah menghadiri acara peluncuran smartphone baru. Karena balik ke kantor jauh, mampir ke tempat ngopi menjadi opsi terbaik untuk lanjut mengetik artikel. Saya bawa ZenBook Duo sekalian untuk mengetesnya dan berikut pengalaman saya menggunakan ZenBook Duo selama seminggu.

Desain Nyeleneh

PSX_20191211_155521

ZenBook Duo tiba dalam balutan warna Celestial Blue yang tampil elegan. Menurut saya warnanya ini lebih ke arah hijau tua dan hampir mirip dengan warna Midnight Green pada iPhone 11 Pro Max. Bagian depan ZenBook Duo ini menampilkan desain khas ZenBook dengan spun-metal finish yang berpusat di logo ASUS.

Saat membuka tutupnya, mekanisme engsel ErgoLift design akan membuat body utama ZenBook Duo sedikit terangkat dan membentuk rongga udara ekstra dengan sudut 5,5 derajat. Posisi keyboard dan layar sekunder yang sedikit miring tersebut membuat pengalaman mengetik lebih nyaman, memberikan sudut pandang layar sekunder lebih baik, serta meningkatkan performa sistem pendingin dan audio.

‘ScreenPad Plus’, begitu ASUS menamainya. Sebuah layar sentuh 12,6 inci yang besarnya sekitar setengah layar utama. Karena tempat yang seharusnya untuk keyboard digunakan untuk ScreenPad Plus, posisi keyboard pun tergeser ke bawah di tempat yang seharusnya untuk touchpad dan sandaran tangan. Touchpad pun diperkecil dan dipindahkan ke samping kanan keyboard, tapi setidaknya ASUS melengkapi touchpad dengan tombol klik kanan dan kiri.

Penempatan keyboard dan touchpad yang tidak biasa ini membuat aktivitas mengetik bikin sering typo dan mengoperasikan laptop menjadi canggung. Bagi yang gampang geregetan, sebaiknya menggunakan mouse.

Keyboard-nya sendiri bergaya chiclet, dilengkapi dengan full-size backlit, dan memiliki key travel sejauh 1.4mm. Keyboard-nya empuk saat ditekan, sejauh ini aktivitas mengetik di permukaan yang rata cukup nyaman. Namun karena tidak punya sandaran tangan, akan sulit mengetik di atas pangkuan paha.

Layar Utama & Dimensi

ASUS ZenBook Duo mengemas NanoEdge display 14 inci, dengan panel LED-backlit beresolusi Full HD (1920×1080 piksel) dalam rasio 16:9, dengan tingkat reproduksi warna color space sRGB hingga 100 persen, dan teknologi wide-view 178 derajat. Warna yang dihasilkan di layar laptop ini juga akurat karena telah dikalibrasi dan telah mengantongi sertifikasi Pantone Validated Display.

Bezel samping kanan kiri dan atas sangat tipis, hanya 3,5mm dan ASUS mengklaim rasio screen-to-body mencapai 90 persen. Sayangnya, bezel sampingnya ini terbuat dari plastik berpadu karet yang membuatnya terlihat kurang premium.

Mungkin hal ini terkait soal ketahanan body-nya, di mana ZenBook Duo telah mengantongi sertifikasi ketahanan standar militer MIL-STD 810G. Sertifikasi tersebut menandakan bahwa ZenBook Duo telah lolos dari berbagai pengujian ekstrem mulai dari uji penggunaan di ketinggian ekstrem, uji ketahanan jika laptop ini dijatuhkan dari ketinggian tertentu, uji ketahanan terhadap getaran, hingga uji penggunaan di suhu ekstrem.

Meski masuk dalam keluarga ZenBook, ZenBook Duo dengan dual-screen punya profil yang lebih tebal sehingga tidak masuk dalam kategori ultrabook atau laptop thin & light. Sebab dimensinya mencapai 323×223 mm dengan ketebalan 19,9 mm dan bobot 1,5 kg. Sebagai laptop 14 inci, bentukan ZenBook Duo masih terbilang ramping. Namun body-nya memang seperti laptop mainstream, cukup tebal dan agak berat.

Soal konektivitas, ZenBook Duo telah dilengkapi modem Intel Wi-Fi 6 dengan Gig+ (802.11ax). Lalu, pada sisi kanan terdapat port USB 3.1 Gen 1, audio jack 3,5mm, dan slot microSD card reader. Sementara, di sisi kirinya terdapat port charging, port HDMI, port USB 3.1 Gen 2, dan port USB Type-C 3.1 Gen 2.

ScreenPad Plus

Layar kedua bernama ScreenPad Plus menjadi sajian utama ZenBook Duo, ASUS merancangnya untuk meningkatkan produktivitas penggunanya lewat multitasking. Layarnya berukuran 12,6 inci dan uniknya ScreenPad Plus ini sudah touchscreen, padahal layar utama tidak mendukung touchscreen dan dibekali stylus dalam paket penjualannya.

Layarnya sendiri memiliki finishing matte, bukan glossy seperti pada layar utama. Mengingat penempatan layar pertama dan kedua saling berhadapan, finishing matte pada ScreenPad Plus akan mengurangi efek refleksi. Meskipun artinya akan ada perbedaan kualitas, tampilan yang kontras suka atau tidaknya tergantung dari preferensi pengguna masing-masing.

ScreenPad Plus ini dikenali oleh sistem sebagai monitor eksternal. Secara default berada di mode Extend, kita mengubah ke mode lainnya seperti mode duplicate, mode second screen only, dan mode PC screen only dengan menekan tombol F8.

Ya, kita dapat menyeret konten di layar utama ke layar kedua dengan mulus. Sebagai seorang content creator, saya bisa menulis review atau berita dan membuka banyak referensi di layar kedua.

Lalu, saat mengedit video – saya bisa menyeret file project dan timeline ke layar kedua – sehingga layar utama bisa digunakan sepenuhnya untuk preview video. Saat mengedit foto, saya bisa memindahkan tool ke bawah dan menggunakan stylus untuk meningkatkan akurasi lebih baik.

Kita bisa menampilkan dua hingga tiga window atau aplikasi di ScreenPad Plus. Cukup drag-and-drop konten yang diinginkan dan posisikan sesuai dengan layout yang disediakan. ASUS juga menyediakan antarmuka khusus agar lebih mudah dalam mengatur berbagai aplikasi yang sedang ditampilkan. Serta sejumlah fitur untuk membantu multitasking, meliputi App Switcher, Tas Swap, App Navigator, Task Group, dan fitur yang paling istimewa adalah Quick Key.

Fitur tersebut memungkinkan pengguna ZenBook Duo UX481 menampilkan tombol pintasan (shortcut) di layar ScreenPad Plus. Selain dapat disesuaikan dengan kebutuhan penggunanya, Quick Key juga dapat diintegrasikan dengan aplikasi apapaun yang sedang dijalankan. Dengan demikian Quick Key dapat menampilkan tombol pintasan sesuai dengan aplikasi yang sedang berjalan.

Hardware dan Performa

PSX_20191211_155131

Sebagai laptop yang dirancang optimal untuk melakukan multitasking, ZenBook Duo UX481 hadir dengan performa yang powerful. Unit ZenBook Duo yang saya review ditenagai prosesor Intel Core i7-10510U Comet Lake generasi ke-10, quad-core 1.8GHz dengan Turbo Boost (hingga 4.9GHz) dan cache 8MB.

Berbicara soal multitasking, ZenBook Duo UX481 telah dilengkapi dengan RAM DDR4 berkapasitas hingga 16GB. Didukung oleh penyimpanan berupa M.2 PCIe NVMe SSD berkapasitas 1TB.

ZenBook Duo UX481 juga hadir dengan chip grafis NVIDIA GeForce MX250 yang cukup powerful untuk berbagai kegiatan komputasi. Tidak hanya itu, chip grafis dengan VRAM sebesar 2GB ini bahkan dapat diandalkan untuk mengakselerasi performa ketika melakukan photo atau video editing.

Prosesor Intel Core 10th Gen memiliki konsumsi daya yang lebih rendah dari generasi sebelumnya. Lalu dengan kapasitas baterai 70Whrs, laptop ini mampu bertahan lama. Menurut ASUS dengan pengujian menggunakan PCMark 10 battery pada mode modern office menunjukkan ZenBook Duo UX481 dapat bertahan hingga 8 jam.

Verdict

PSX_20191211_154526

Layar 14 inci pada laptop memang dianggap sebagai ukuran yang proporsional, nyaman buat bekerja dan tetap portable. Namun untuk kegiatan multitasking, layar laptop terlalu kecil untuk menampilkan beberapa aplikasi atau tugas secara bersaam. Keberadaan monitor tambahan tentu akan sangat membantu kita dalam bekerja.

ScreenPad Plus adalah jawaban dari ASUS, tak hanya dapat membuka banyak aplikasi secara bersamaan – tapi juga ditampilkan secara efisien. Tampilan bisa dibagi-bagi, sehingga kita bisa dengan nyaman dan cepat menyelesaikan pekerjaan di layar utama.

Di sisi lain, desain revolusioner ZenBook Duo dengan dual-screen mengorbankan aspek ergonomis – ia bukanlah laptop ultrabook atau thin & light. Meskipun dimensinya tergolong padat dan ramping, body-nya cukup tebal dan agak berat seperti laptop mainstream. Selain itu, penempatan keyboard dan touchpad-nya yang agak canggung mungkin bisa jadi masalah dalam kondisi penggunaan tertentu.

Berikut harga ASUS ZenBook Duo UX481:

  • Rp16.299.000 (Core i5, UMA, 8GB/512GB)
  • Rp18.299.000 (Core i5, MX250, 8GB/512GB)
  • Rp20.299.000 (Core i7, MX250, 16GB/512GB)
  • Rp23.999.000 (Core i7, MX250, 16GB/1TB)

Sparks

  • ScreenPad Plus menyuguhkan pengalaman seperti layaknya menggunakan monitor eksternal, berguna untuk multitasking
  • Desain unik dan tampil futuristik
  • Termasuk stylus, case, dan dudukan lipat
  • Harganya mulai dari Rp16 jutaan

Slacks

  • Kualitas tampilan layar utama dan kedua kontras
  • Penempatan keyboard agak canggung dan touchpad-nya sempit 
  • Layar utama tidak touchscreen
  • Body agak tebal dan berat

 

Aplikasi Panggilan Video Google Duo Kini Bisa Diakses Lewat Browser Komputer

Pada event Google I/O 2016, Google memperkenalkan dua aplikasi komunikasi sekaligus: Allo untuk chatting, dan Duo untuk video calling. Selang hampir tiga tahun, yang bertahan rupanya cuma satu; Google resmi menghentikan pengembangan Allo pada bulan Desember kemarin.

Sebaliknya, Duo terbukti bernasib lebih beruntung terlepas dari banyaknya alternatif di kategori aplikasi panggilan video. Baru-baru ini, Google meluncurkan Duo versi web, setelah sebelumnya hanya tersedia sebagai aplikasi Android dan iOS.

Menggunakan Duo versi web sangatlah simpel, terutama jika Anda sudah memakainya di ponsel. Cukup sambungkan akun Google Anda di aplikasi ponsel Duo melalui menu pengaturannya, lalu buka duo.google.com di komputer. Selanjutnya, pilih opsi “I already use Duo”, kemudian “I added my account”, dan Duo versi web pun langsung siap untuk digunakan (cara ini persis seperti cara menggunakan Duo di iPad).

Dari situ Anda bebas memilih hendak menerima panggilan audio/video di ponsel saja atau sekaligus di versi web-nya. Semua kontak yang ada di aplikasi ponselnya akan disinkronisasikan dengan versi web-nya, dan setiap sebelum sesi panggilan video, versi web-nya juga akan menampilkan jendela preview seperti di aplikasi ponselnya.

Bagi yang belum pernah menggunakan Duo sebelumnya, Anda harus mencantumkan nomor ponsel terlebih dulu ketika ingin memakai versi web-nya. Saya pribadi termasuk jarang menggunakan Duo di ponsel, tapi setidaknya sekarang ada alternatif aplikasi panggilan video yang ringan di komputer seumpama dibutuhkan.

Sumber: Android Police.

Gamepad SteelSeries Stratus Duo Siap Temani Anda Nikmati Game PC, Android dan VR

Terkenal akan headset, keyboard dan mouse-nya, debut SteelSeries di segmen gamepad boleh dikatakan kurang mulus. Varian Stratus dianggap terlalu mungil dan terlampau mahal, lalu meski Stratus XL disajikan buat menjawab keluhan tersebut, saat itu produk belum didukung aspek software yang memadai. Namun tentu saja, sang perusahaan gaming gear asal Denmark itu sudah belajar banyak.

Minggu ini, SteelSeries kembali memperkenalkan controller game baru, kali ini disediakan untuk menunjang tiga platform hiburan yang punya karakteristik serta khalayak berbeda: PC berbasis Windows, perangkat Android, dan virtual reality. SteelSeries menamainya Stratus Duo. Fleksibilitas menjadi keunggulan utama yang produsen tawarkan, tapi dalam proses peracikannya, SteelSeries masih berkiblat pada arahan desain produk terdahulu.

Seperti Stratus XL, desain Stratus Duo merupakan perpaduan antara controller Xbox dengan DualShock. Tubuhnya ‘berisi’ layaknya gamepad buatan Microsoft itu plus penempatan tombol XYAB yang identik. Namun SteelSeries memposisikan dua thumb stick-nya secara sejajar ala DualShock. Selain D-Pad dan kumpulan action button, saya melihat ada tiga tombol navigasi di sisi muka, rangkaian tombol untuk mengakses fitur-gitur berbeda di atas, serta dua pasang trigger.

Stratus Duo 5

Bagian tombol pelatuk di sana dibekali oleh sensor magnet Hall Effect yang diklaim lebih tahan lama dibanding varian biasa. Sensor ini dipilih demi memastikan input berupa tarikan jari tetap konsisten serta akurat. Lalu tombol analog pada thumb stick juga dibuat agar mampu merespons tekanan secara sigap di mana pun posisi tangkai berada – entah apakah Anda sedang membidik dengan hati-hati ataupun sekadar ‘button mashing‘.

Stratus Duo 1

Nama Duo sendiri diambil dari dukungan konektivitas nirkabel ganda, yaitu lewat Bluetooth dan Wi-Fi 2,4Ghz. Bluetooth 4.1 mempersilakan gamepad tersambung ke perangkat Android dan VR, sedangkan koneksi Wi-Fi di frekuensi 2,4GHz plus bantuan dongle USB memungkinkan controller kompatibel ke PC di jarak maksimal 12-meter. Stratus Duo sendiri akan dibaca oleh sistem sebagai gamepad Xbox (memakai X-input). Itu artinya ia mendukung lebih dari 5.000 permainan di Steam. Tentu saja, Anda dipersilakan menyambungkannya ke PC via kabel.

Stratus Duo 4

Di dalam, SteelSeries Stratus Duo dilengkapi baterai lithium-ion yang menjanjikan sesi gaming hingga 20 jam sekali isi ulang. Kapabilitasnya mirip DualShock 4: gamepad bisa tetap bisa digunakan bermain ketika sedang di-charge.

Stratus Duo 3

Stratus Duo sudah mulai dipasarkan, dijual seharga US$ 60, tapi saat ini produk masih belum tersedia di Indonesia. SteelSeries juga berencana untuk menyediakan SmartGrip, yaitu aksesori tambahan buat mencantumkan smartphone di controller – kabarnya akan ‘segera tersedia’.

Via PC Gamer.

Google Resmi Pensiunkan Aplikasi Chatting Allo

Gmail, YouTube dan Google Maps bisa dibilang merupakan produk tersukses Google di luar Search. Kendati demikian, selama bertahun-tahun mereka terkesan tidak pernah beruntung dalam hal mengembangkan aplikasi chatting.

Dahulu ada Google Talk, akan tetapi layanan tersebut resmi dipensiunkan pada bulan Februari 2015, dan digantikan sepenuhnya oleh Hangouts. Hangouts sendiri terbukti kurang begitu populer, akan tetapi Google masih belum mau menyerah; mereka pun memperkenalkan Allo dan Duo pada tahun 2016.

Imbas dari kehadiran Allo dan Duo adalah pergeseran fungsi Hangouts menjadi platform komunikasi tim ala Slack. Namun lagi-lagi Google bernasib kurang beruntung, mereka baru saja mengumumkan bahwa pengembangan Allo resmi dihentikan, dan aplikasinya hanya akan bisa dipakai sampai bulan Maret 2019.

Android Messages / Google
Android Messages / Google

Apakah ini berarti Google sudah betul-betul menyerah mengembangkan aplikasi chatting? Tidak juga. Penutupan Allo hanya berarti mereka telah mengalihkan seluruh upaya dan sumber dayanya ke inisiatif baru bernama RCS (Rich Communications Services), yang sebenarnya sudah mereka gagaskan sejak November 2016.

RCS sederhananya merupakan SMS dan MMS yang sudah naik kelas. Jadi, cukup dengan memakai aplikasi Messages resmi bikinan Google, pengguna dapat menerima dan mengirim SMS biasa, sekaligus menikmati fitur-fitur yang umum ditawarkan aplikasi chatting modern macam kirim-mengirim foto, video, sticker maupun GIF.

Lewat RCS, Google pada dasarnya ingin memperlakukan Messages di Android jadi seperti di iOS, di mana SMS dan chatting dapat disatukan ke dalam satu aplikasi saja. Ke depannya, Google juga berniat menghadirkan fitur-fitur berbasis machine learning ke Messages, seperti integrasi Google Assistant misalnya, yang memang menjadi nilai jual utama Allo sejak pertama diluncurkan.

Google Duo / Google
Google Duo / Google

Allo sudah resmi di-discontinue, akan tetapi tidak demikian untuk Duo. Duo masih akan terus disempurnakan dan beroperasi sebagai aplikasi video call untuk konsumen secara umum. Di mata saya, kombinasi Messages dan Duo di Android ini mirip seperti iMessage dan FaceTime di iOS.

Buat para pengguna setia Allo selama ini, Google menyediakan opsi untuk meng-export seluruh riwayat percakapan yang ada beserta instruksi lengkapnya. Seperti yang saya bilang tadi, batas waktunya sampai Maret 2019.

Sumber: Google.

Duo Adalah Turntable Ringkas Berbekal Speaker Bluetooth yang Bisa Dilepas-pasang

Selama ini, turntable identik dengan mainan orang-orang tajir karena harus mengandalkan bantuan sistem stereo dan amplifier eksternal. Ketika komputer bisa dijadikan sebuah sistem all-in-one, kenapa turntable tidak? Mungkin seperti itu yang dipikirkan oleh startup asal Taiwan, Hym.

Tahun lalu, Hym memperkenalkan sebuah turntable all-in-one bernama Seed. Tahun ini mereka kembali dengan produk serupa, tapi yang menganut konsep modular. Namanya Duo, dan ia sejatinya merupakan sebuah turntable sekaligus speaker Bluetooth.

Keunikan Duo terletak pada balok kecil berwarna yang dapat dilepas dari unit utamanya dan difungsikan sebagai speaker Bluetooth biasa dengan dukungan codec aptX. Meski ringkas, di dalamnya bernaung dua full-range driver dan dua passive radiator demi menyajikan suara yang memuaskan dan dentuman bass yang mantap.

Mengikuti standar 2018, speaker Bluetooth ini juga dapat dioperasikan via perintah suara (Alexa). Namun tidak langsung dari speaker, melainkan menggunakan smartphone sebagai perantaranya.

Hym Duo

Lalu ketika dipasangkan pada unit utamanya, Anda bakal mendapat pemutar piringan hitam dalam wujud yang ringkas dan cukup portable. Turntable-nya ini dibekali cartridge Audio Technica AT3600L, dan sebuah tonearm berbekal pegas (bukan pemberat) dengan tracking force 2,5 gram.

Kombinasi ini diyakini cukup presisi, dengan tingkat distorsi di bawah 0,9%. Wadah piringannya yang berdiameter 8 cm cuma seperempat turntable pada umumnya. Kendati demikian, Duo diklaim punya putaran yang stabil, baik untuk playback 33,5 maupun 45 rpm.

Hym Duo

Duo bisa dilihat sebagai turntable buat mereka yang baru mulai mengoleksi vinyl dan tidak tertarik dengan setup audio yang ribet. Fleksibilitasnya sebagai speaker Bluetooth yang bisa beroperasi sendiri merupakan nilai tambah yang cukup berfaedah.

Hym saat ini tengah menawarkan Duo melalui situs crowdfunding Kickstarter. Harga early bird paling murah yang bisa didapat sekarang adalah $229, jauh di bawah estimasi harga retail-nya ($369). Bundel dengan satu tambahan unit speaker Bluetooth juga tersedia sehingga konsumen bisa menggunakannya dalam konfigurasi stereo.

Diperbarui, Google Duo Bisa Membagikan Tampilan Layar Smartphone

Pada bulan Oktober lalu Google Duo dikabarkan sedang menguji fitur yang paling ditunggu, screen sharing atau berbagi layar. Setelah melalui fase pengujian yang cukup panjang, hari ini Google resmi menggulirkan pembaruan di mana di dalamnya mencakup fitur tersebut.

Dengan hadirnya fitur baru ini, maka pengguna Google Duo bisa memperlihatkan apa yang tampil di layar smartphone ke pengguna lain. Screen sharing sendiri dihadirkan di Google Duo versi 34 yang secara bertahap diluncurkan ke pengguna publik mulai dari sekarang. Sejumlah pengguna awal menemukan bahwa fitur tersebut masih memiliki bug, di mana penerima tidak dapat melihat tampilan layar yang dibagikan, jadi kemungkinan besar fitur ini belum bekerja secara baik di semua perangkat.

Fitur ini terbilang eksklusif bagi portofolio yang dipunyai Google. Bahkan, Google Hangouts yang lebih senior hanya menawarkan fitur screen sharing di platform desktop, tapi tidak dengan mobile.

Cara penggunaan fitur screen sharing cukup sederhana. Saat tengah melakukan panggilan video, fitur berbagi layar dapat diaktifkan dengan menyentuh ikon baru tepat di sebelah kiri atas ikon shutter. Ketika diketuk, sebuah popup akan muncul memperingatkan pengguna bahwa “Duo akan mulai menangkap semua yang ditampilkan di layar Anda.” Jika memilih untuk melanjutkan, aplikasi akan mulai menampilkan layar yang dibagikan.

duo-screens

Saat layar dalam posisi dibagikan, akan muncul juga sebuah tombol merah yang memuat ikon pause/play dan silang untuk berhenti membagikan layar. Selain membawa fitur scren sharing, Google Duo juga menghadirkan fitur Replying to dan Remove from recent contacts.

Sumber berita Engadget dan gambar header Google.

Application Information Will Show Up Here

Panggilan Suara Google Duo Digulirkan Secara Global

Google Duo sengaja dibuat untuk menjadi lawan bagi Apple FaceTime dan Skype. Aplikasi ini menawarkan fitur panggilan video dengan sejumlah polesan yang membuatnya diklaim lebih menarik, mudah dan cepat. Bahkan beberapa saat yang lalu pengembang di belakang Duo resmi meluncurkan pula fitur panggilan suara sebagai alternatif video. Kabar baiknya, kemarin waktu setempat Google resmi menghadirkan fitur tersebut untuk semua pengguna global, bukan lagi terbatas pada negara tertentu saja.

Kehadiran fitur panggilan suara tanpa gambar ini tentu sebuah tambahan yang menggembirakan bagi pengguna setia Duo. Karena kini pengguna tidak harus memegang ponselnya menghadap ke wajah terutama ketika berada dalam situasi yang tidak memungkinkan. Atau ketika pengguna sedang tidak ingin orang lain melihat wajahnya tanpa harus memutus obrolan atau menutup lensa kamera.

Berikutnya, fitur panggilan suara juga menawarkan kelebihan dalam hal besaran konsumsi data. Tak dipungkiri panggilan video membutuhkan lebih banyak data untuk dibakar. Berbeda dengan panggilan suara yang relatif lebih hemat, di samping mempertimbangkan soal cakupan jaringan yang memadai. Panggilan suara relatif tidak membutuhkan jaringan sekelas 4G LTE, cukup dengan 3G pengguna sudah bisa ngobrol tanpa putus.

Kehadiran panggilan suara juga diharapkan dapat membantu mendorong ketertarikan pengguna terhadap Duo. Sejak dirilis beberapa saat yang lalu, baik Duo ataupun Allo belum menunjukkan peningkatan popularitas yang cukup berarti. Sejauh ini angka unduhan keduanya masih mentok di antara 10 juta – 50 juta unduhan.

Sumber berita PhoneArena.

Application Information Will Show Up Here