MDI Ventures Pimpin Pendanaan Seri C 57 Miliar Rupiah untuk “E-commerce Enabler” Singapura Anchanto

MDI Ventures memimpin pendanaan Seri C untuk Anchanto. Investasi yang digelontorkan untuk perusahaan berbasis Singapura tersebut sebesar $4 juta (atau setara 57.5 miliar Rupiah). Anchanto menerima pendanaan seri B dari Transcosmos Inc Japan dan Luxasia Group pada Mei 2017 lalu. Platform SaaS Anchanto menghubungkan pengguna, baik korporasi atau UKM, ke lebih dari 70 saluran penjualan online.

Anchanto merupakan pengembang SaaS untuk teknologi e-commerce. Produknya meliputi layanan manajemen logistik, pergudangan, katalog hingga sistem penjualan multi-kanal untuk membantu brand, ritel, penjual, hingga distributor meningkatkan kemampuan e-commerce. Selain di Singapura, Anchanto saat ini sudah memiliki kantor perwakilan di beberapa negara, termasuk Indonesia, Malaysia, Filipina, India dan Australia.

Anchanto didirikan oleh Vaibhav Dabhade pada Juni 2011 lalu dengan visi untuk meningkatkan pengalaman pelanggan e-commerce melalui solusi perangkat lunak. Dengan pendanaan seri C yang didapat, pihaknya berharap dapat mengoptimalkan investasi untuk memperluas jangkauan pasar dan menguatkan posisinya di pasar regional Asia Tenggara.

“Kolaborasi dengan Telkom Indonesia dan investasi MDI adalah dasar dari strategi Anchanto di Indonesia. Melalui kerja sama ini, kami memiliki tujuan menghadirkan kepada ribuan UKM dan perusahaan di Indonesia untuk bergabung dalam potensi e-commerce,” ujar Founder dan CEO Anchanto Vaibhav Dabhade.

Vaibhav juga menyinggung soal DELON (Depo Logistik Online), layanan fulfillment logistik yang diusung Telkom dan POS Indonesia, yang berjalan di atas platform Anchanto eWMS. Adanya Anchanto diharapkan menjadi pelengkap solusi digital untuk saluran penjualan, sehingga dapat memberdayakan pengusaha untuk meningkatkan skala bisnis di pasar e-commerce terbesar di Asia Tenggara.

“Telkom Group akan menggunakan teknologi Anchanto untuk menyediakan integrasi solusi O2O dan kemampuan e-logistik, termasuk di dalamnya kemampuan pengiriman lintas batas, pergudangan multi-lokasi, sehingga memungkinkan perusahaan memungkinkan untuk menjangkau pasar global, melalui SelluSeller dan eWMS,” sambut Managing Director of Metra Logistics (Divisi Logistik Telkom Indonesia) Natal Iman Ginting.

SelluSeller adalah salah satu produk khas Anchanto yang diakses penjual dan brand untuk menyediakan solusi perangkat lunak pengelola inventaris, pemesanan, dan katalog. Produk tersebut melengkapi solusi lain untuk B2B dan B2C, yakni eCommerce SaaS Warehouse Management System (eWMS) yang terintegrasi dengan Management System (IMS) dan Order Management System (OMS).

CEO dan Investment Director MDI Ventures Nicko Widjaja menyebutkan, investasi ini akan melengkapi solusi end-to-end untuk bisnis e-commerce yang saat ini ada di portofolio mereka, termasuk untuk membedayakan ekosistem e-commerce nasional. MDI sebelumnya juga terlibat pada pendanaan di e-commerce enabler lain, yakni aCommerce dan Paket ID.

“Investasi ini melengkapi upaya kami di sektor e-commerce, menangani segmen pasar logistik Indonesia yang unik dengan pendekatan berbeda. Teknologi logistik memiliki potensi besar untuk meningkatkan lanskap e-commerce di Indonesia. Ketika produk menjadi lebih beragam, e-commerce akan perlu mengoptimalkan rantai pasokan untuk disampaikan secepat mungkin kepada pelanggan. eWMS Anchanto menyediakan salah satu sistem terbaik untuk melakukan sinkronisasi di seluruh manajemen pergudangan, transportasi, dan sistem analisis,” terang Nicko.

DScussion #86: aCommerce dan Strategi Perusahaan Logistik di Indonesia

Kehadiran aCommerce membantu brand memanfaatkan omni-channel sebagai cara untuk memiliki kehadiran di ranah online. Di bagian pertama, Co-Founder dan Group CEO aCommerce Paul Srivorakul sudah menceritakan soal tren e-commerce di kawasan Asia Tenggara.

Dalam sesi DScussion bagian kedua ini, ia mengungkapkan strategi yang dilancarkan untuk memberikan layanan menyeluruh di Indonesia.

DScussion #85: aCommerce dan Tren E-Commerce dan Logistik di Kawasan Asia Tenggara

Dalam edisi DScussion kali ini, Co-Founder dan Group CEO aCommerce Paul Srivorakul mengungkapkan beberapa tren dari logistik di Indonesia saat ini. Sebagai e-commerce enabler dan penyedia layanan fulfillment, aCommerce merupakan salah satu startup terdepan yang berkutat di industri logistik Indonesia.

Dalam bagian pertama sesi DScussion ini, Paul memberikan penjelasan seperti apa “smart logistic” yang ideal bagi aCommerce dan misi aCommerce melakukan kolaborasi dengan startup lokal untuk mempercepat pertumbuhan bisnis.

Berikut wawancara lengkap kami dengan Paul Srivorakul.

Strategi dan Rencana aCommerce Pasca Pendanaan Seri B

Dalam kesempatan temu media hari ini, Co-Founder & Group CEO aCommerce Paul Srivorakul mengungkapkan beberapa tren yang bakal terjadi dalam dunia e-commerce tahun 2018 mendatang. Sebagai e-commerce enabler yang secara agresif hadir di Asia Tenggara, aCommerce mengklaim Indonesia merupakan negara dengan potensi terbesar, setelah Filipina, Thailand, Singapura.

“Kami dari aCommerce ingin menunjukkan fokus kami di Indonesia dengan mendirikan dua kantor, empat gudang, dan 20 hub. Kami percaya tahun 2018 mendatang akan lebih besar lagi potensi yang bisa digali di Indonesia.”

Setelah mendapatkan pendanaan Seri B beberapa waktu lalu, fokus dari aCommerce selanjutnya adalah melakukan ekspansi ke Vietnam dan Malaysia. Sementara untuk teknologi, aCommerce akan terus menambah kemitraan serta membuka API kepada partner terkait, untuk memperluas channel aCommerce secara global.

“Dengan menerapkan cara tersebut merupakan pilihan terbaik bagi aCommerce, yaitu menambah kemitraan dengan partner lokal hingga global,” kata Paul.

Ditambahkan oleh Paul, platform teknologi yang tersentralisasi untuk brand memungkinkan klien terhubung dan mendistribusikan produk mereka melalui jaringan terintegrasi Business-to-Consumer (B2C) dan kanal Business-to-Business (B2B) dengan analisis data yang real time.

Strategi ritel multi-channel, distribusi dan marketing

Makin cepatnya pertumbuhan layanan e-commerce saat ini diprediksi pada tahun 2018 mendatang akan bertambah hingga 20%. Melihat besarnya peluang tersebut, Paul menegaskan layanan e-commerce pada umumnya dan aCommerce pada khususnya, harus sudah bisa mencermati tiga poin penting, yaitu omni-channel, retail direct to consumer, hingga merubah distributor dan wholeseller.

“Tiga hal tersebut yang saya prediksi akan memainkan peranan penting dalam layanan e-commerce di Indonesia dan secara global ke depannya. Platform aCommerce pun mencakup keseluruhan perjalanan online pelanggan, dari distribusi produk, pengumpulan data pelanggan hingga pembelian di semua kanal,” kata Paul.

Bukan hanya fokus kepada proses penjualan, namun aCommerce dengan platformnya bisa mendampingi klien untuk mendapatkan secara langsung consumer-behaviour melalui pengolahan big data. Sejak satu tahun terakhir aCommerce mengalami pertumbuhan klien sebesar 62%, membuktikan bahwa layanan menyeluruh yang dimiliki oleh aCommerce digemari oleh kalangan bisnis.

“Ke depannya kami juga berencana untuk memberikan kesempatan kepada semua klien aCommerce di berbagai negara, bisa menjual produk mereka secara global di negara aCommerce beroperasi,” kata Paul.

Disinggung tentang berapa profit dari aCommerce saat ini, Paul menegaskan ditargetkan pada kuartal pertama tahun 2019 mendatang, aCommerce akan mendapatkan profit secara global.

Pemanfaatan jalur offline bisnis

Dalam kesempatan tersebut turut hadir salah satu klien aCommerce dari Eiger Indonesia yang mengungkapkan kepuasannya selama menjadi klien dari aCommerce. Hal menarik yang disampaikan oleh Head of Ecommerce Eiger Andreant Tendo adalah perubahan mindset yang sudah harus dimiliki oleh kalangan bisnis, tidak lagi hanya mengandalkan jalur offline namun sepenuhnya kepada online. Namun demikian ketika jalur online sudah disempurnakan, harus senantiasa memperhatikan kebutuhan dari pelanggan.

“Orang Indonesia itu masih butuh kejelasan dan percakapan langsung terkait dengan rekam jejak produk yang mereka beli secara online. Jika bisnis bisa menerapkan cara yang benar dalam hal layanan pelanggan, pasti bisa berjalan dengan baik,” kata Andreant.

Dilanjutkan oleh Andreant, meskipun saat ini sebagian besar penjualan produknya dilakukan secara online, namun jalur offline masih memiliki peranan penting untuk membina komunitas, menerima feedback dan insight sekaligus sebagai customer experience saat belanja secara offline.

“Saya juga mengharapkan aCommerce bisa memperluas wilayah layanan hingga ke pelosok daerah di Indonesia. Sehingga bisa memecahkan permasalahan logistik yang masih menjadi kendala utama di Indonesia,’ kata Andreant.

aCommerce Dapatkan Pendanaan Seri B Senilai 877,5 Miliar Rupiah

Perusahaan e-commerce enabler  aCommerce hari ini mengumumkan penutupan pendanaan seri B senilai $65 juta (atau senilai 877,5 miliar rupiah). Babak pendanaan kali ini dipimpin oleh Emerald Media, sebuah perusahaan yang didirikan oleh firma investasi global KKR. Beberapa investor sebelumnya yang turut berpartisipasi termasuk Blue Sky, MDI Ventures, dan DKSH dengan North Ridge Partners sebagai perusahaan penasihat.

Pendanaan tersebut akan difokuskan untuk tiga hal. Pertama untuk memperkuat kapabilitas teknologi guna membantu brand terintegrasi dengan layanan B2C dan B2B. Kedua, menguatkan kemitraan strategis di dalam ekosistem ritel aCommerce yang berada di empat pasar utama, yakni Indonesia, Singapura, Thailand, dan Filipina. Dan yang ketiga akan difokuskan untuk ekspansi ke pasar baru Malaysia dan Vietnam.

“Memiliki partner yang kuat seperti KKR dan Emerald Media dengan jam terbang investasi menahun di wilayah ini akan memberikan modal dan koneksi yang penting dari segi konten dan demand generation di seluruh Asia Tenggara. Kami dapat memberikan level transparansi dan akuntabilitas yang jauh lebih baik, yang sulit ditemukan di tempat lain,” ujar Co-Founder & Group CEO aCommerce Paul Srivorakul dalam sambutannya.

Beroperasi di empat negara di Asia Tenggara, aCommerce mengklaim saat ini telah memiliki lebih dari 260 klien, termasuk di dalamnya brand besar seperti Samsung, Unilever, Nestlé, L’Oreal, Philips, dan Mars. Peran aCommerce sebagai enabler dianggap penting untuk memajukan ekosistem ini, untuk membawa para peritel memastikan kehadirannya dalam momentum online shopping yang terus bertumbuh saat ini. Penetrasi online shopping di dunia terjadi dalam kecepatan eksponensial. Data Google dan Temasek menyebutkan pertumbuhan akan mencapai 32 persen setiap tahun selama 10 tahun ke depan.

“Yang membuat kami percaya diri dengan aCommerce adalah karena platform teknologi mereka fokus pada brand dan memungkinkan klien untuk dengan mudah terhubung dan menggunakan semua sistem operasi, metode kanal distribusi, dan aplikasi demand generation di seluruh Asia Tenggara,” ujar Paul Aiello, Managing Director dan Co-Founder Emerald Media. “Ini memberikan para pemain baru cara cepat untuk meluncurkan operasi multi-channel di pasar yang sedang sangat menggeliat ini tanpa harus membangun operasi lokal besar-besaran.”

LocalBrand Asia Hubungkan Toko Online dengan Berbagai Marketplace

Seiring dengan pertumbuhan online di Indonesia, jumlah marketplace juga tumbuh kian pesat. Penjual tidak hanya dapat berjualan di media sosial atau toko online miliknya sendiri saja, tapi juga dapat merambah ke marketplace untuk menyasar konsumen lebih luas.

Meskipun demikian, akibat kemudahan tersebut muncul permasalahan baru, yakni penjual memiliki keterbatasan untuk ikut serta ke pelbagai marketplace secara bersamaan lantaran mereka harus memisahkan persediaan barang yang berbeda di setiap marketplace yang didaftarkan.

Menyadari permasalahan tersebut, LocalBrand Asia hadir dengan memposisikan diri sebagai platform SaaS lokal yang menyediakan fitur pembuatan toko online, sekaligus menghubungkannya ke berbagai marketplace. Penjual dapat mengatur stok barangnya dari satu tempat saja, tidak lagi mengontrol secara terpisah.

LocalBrand Asia tidak hanya mengusung kemudahan untuk para penjual saja, namun juga untuk marketplace itu sendiri. Untuk sisi marketplace, pengguna platform berpotensi akan menambah daftar SKU. Data mereka pun akan semakin akurat.

Pasalnya selama ini dinilai banyak terjadi data stok yang tidak akurat sehingga sering saat konsumen belanja ternyata barangnya sudah habis. Kejadian ini terjadi disebabkan data stok tidak diperbarui penjual.

“Pengalaman yang saya miliki selama lebih dari lima tahun di bidang online retail membuat LocalBrand Asia memahami dengan jelas kesulitan yang dihadapi brand untuk berjualan secara online, terutama multiple marketplace. Kami sediakan one stop solutions agar mereka dapat berjualan online secara mudah dan efisien,” terang CEO dan Founder LocalBrand Asia Sayed Muhammad kepada DailySocial.

Berdasarkan hasil survei yang dihimpun LocalBrand Asia, sebanyak 83% penjual telah menyentuh kanal online sebagai sarana penjualannya. Mereka mengaku telah familiar melakukan penjualan online di berbagai kanal sekaligus, seperti media sosial, toko online sendiri, atau di beberapa marketplace sekaligus. Disebutkan malah sebanyak 51% penjual telah menjual produknya di lebih dari tiga marketplace sekaligus.

Tak hanya membantu dalam hal pencatatan stok barang, sambung Sayed, pihaknya juga membantu penjual mengenai cara berjualan yang baik secara online. Caranya dengan menyediakan jasa foto produk, desain, logo, online marketing, hingga fulfillment.

Terkait model bisnis, Sayed mengaku ada dua kategori yang dibidik, subscription fee (platform SaaS) dan premium services.

LocalBrand merupakan peserta GnB Accelerator batch pertama dan sudah mendapatkan pendanaan dari angel investor.

Target LocalBrand Asia

Sayed melanjutkan saat ini perusahaan diklaim telah menjadi satu-satunya platform yang terhubung dengan enam marketplace, di antaranya MatahariMall, Lazada, Elevenia, Bukalapak, dan Blanja. Ditargetkan dalam waktu dekat akan segera menambah tiga situs marketplace lainnya.

Sejak platform LocalBrand Asia resmi diluncurkan untuk publik pada akhir Juli 2017, tercatat mereka telah menghimpun lebih dari 100 penjual. Dia menargetkan sampai akhir tahun ini dapat mengumpulkan 1.000 penjual.

Untuk rencana jangka panjang, Sayed mengungkapkan ambisinya menghubungkan penjual online dengan marketplace di level Asia Tenggara. Dengan demikian, penjual dari Indonesia bisa berjualan di marketplace asal Malaysia, Thailand, atau sebaliknya.

Optimis dengan Peluang Besar O2O, Kioson Terus Lakukan Ekspansi Pasar

Kioson sebagai startup yang memfokuskan diri sebagai e-commerce enabler dengan skema bisnis O2O (Online-to-Online) mendapatkan pendanaan dari Mitra Komunikasi Nusantara (MKNT). Nilai pendanaan yang didapat adalah $450 ribu atau senilai 6 miliar rupiah. Pendanaan ini turut mengantarkan MKN pada kepemilikan saham di Kioson senilai 4,95 persen.

Ini sekaligus sebagai awal jalinan kerja sama strategis antara Kioson dan MKNT sebagai aksi korporasi memperkuat distribusi penjualan melalui kanal online. MKNT adalah emiten yang bergerak pada penjualan gadget dan voucher di Indonesia.

“Sinergi ini tentu akan saling memperkuat keduanya. MKNT yang memang sangat kuat di industri telekomunikasi akan memberikan akses kepada kami atas produk dan layanan yang dimiliki oleh MKNT. Sebaliknya jaringan Kioson yang sudah tersebar banyak sangat menunjang untuk menjadi jalur distribusi MKNT,” terang CEO Kioson Jasin Halim kepada DailySocial.

Sejak memulai debutnya di tahun 2015 untuk menjembatani UMKM ke ranah digital, Kioson mencoba terus berinovasi menghadirkan ragam layanan. Yang terbaru dari Kioson antara lain saat ini sudah tersedia produk jasa keuangan seperti asuransi. Selain itu Kioson kini juga dapat ditempatkan sebagai payment point di beberapa merchant toko online.

 

[Baca juga: Kioson Fasilitasi UMKM Lakukan Pendekatan Digital]

Siapkan ekspansi secara masif untuk akuisisi pasar

Dari keterangan yang kami terima, saat ini Kioson sudah bekerja di 430 kota di seluruh wilayah Jawa dan Sumatera. Sekurangnya sudah ada 15 ribu mitra Kioson yang melayani sekitar 2 juta pelanggan. Pendanaan yang didapat kali ini akan dioptimalkan sepenuhnya untuk strategi ekspansi dan akuisisi pasar. Setidaknya target yang ingin dicapai meningkatkan jumlah mitra menjadi 100 ribu unit.

Kioson adalah aplikasi digital diperuntukkan bagi seluruh toko kecil dan UMKM, yang menjembatani seluruh transaksi digital. Selama ini dengan konsep O2O operasional bisnis yang paling diunggulkan Kioson adalah membantu masyarakat dalam berbelanja online dan melakukan transaksi keuangan (penjualan pulsa, pembayaran tagihan dan transfer antar bank). Selain itu Kioson juga turut menghadirkan produk-produk dari layanan e-commerce.

Mitra Kioson dapat mendaftarkan diri dan mengisi saldo melalui ATM. Lalu ketika ada konsumen yang hendak melakukan pembayaran atau pembelian online, bisa dilakukan secara langsung melalui aplikasi. Sedangkan konsumen dapat membayarkan secara tunai kepada mitra Kioson tersebut.

Jasin memaparkan optimismenya terhadap pangsa pasar O2O di Indonesia. Penetrasi internet dan keberadaan ponsel pintar masih menjadi landasan penting bagi pertumbuhan bisnis di sektor ini. Namun demikian pasar O2O yang sangat luas memerlukan strategi khusus melahirkan capaian bisnis yang menjanjikan.

“Pasar O2O sangat luas sekali terutama di kota lapis ke-2 dan ke-3. Pasar yang d maksud adalah pasar offline yang tidak bisa dijangkau online karena faktor non-bankability dan edukasi. Dengan meningkatnya penetrasi internet yang semakin luas, kebutuhan akan transaksi online atau e-commerce meningkat tetapi banyak masyarakat tidak bisa berpartisipasi dikarenakan kesenjangan ekonomi digital, jadi terlebih dahulu ada ekosistem yang mendukung kepercayaan masyarakat dalam melakukan transaksi online dan e-commerce,” ujar Jasin.

 

Application Information Will Show Up Here

SIRCLO Paparkan Pencapaian dan Rencana Bisnis di Tahun 2017

Makin besarnya minat masyarakat Indonesia untuk menjalakan bisnis secara online saat ini, telah membantu SIRCLO mengembangkan layanan sebagai perusahaan SaaS (software as a service). SIRCLO membantu pemiliki bisnis berjualan online dengan menyediakan akses ke teknologi, seperti jasa pembuatan website e-commerce, integrasi ke berbagai marketplace, dan beragam jasa lainnya.

Platform SIRCLO, yang mulai dibangun sejak 2013, telah mendukung transaksi di toko online para klien dengan nominal di atas USD 6 juta (Rp 79 miliar) selama satu tahun terakhir. Di antara lebih dari 600 pengguna berbayarnya, terdapat sekitar 150 bisnis lokal yang telah sukses meningkatkan penjualannya secara online. Hingga saat ini, SIRCLO telah membantu lebih dari 10 ribu bisnis lokal memasuki ranah digital untuk terhubung lebih baik dengan konsumen dengan mengembangkan situs toko online untuk mereka.

Kepada DailySocial  Founder dan CEO SIRCLO Brian Marshal mengungkapkan prestasi ini telah menjadikan SIRCLO sebagai salah satu platform terpercaya di Indonesia, terutama dari kalangan UKM hingga brand ternama. Sempat mendapatkan pendanaan dari East Ventures, fokus utama SIRCLO di tahun 2017 ini adalah terus menambah jumlah klien sekaligus membantu bisnis untuk berjualan online.

“Di samping menambah klien baru, kami juga berusaha menciptakan lingkungan yang saling menginspirasi. Jadi, mulai dari klien yang sudah sukses berbagi kepada yang sedang menuju sukses dan berlanjut terus hingga yang baru merintis. Pada akhirnya, semua akan bergerak menjadi lebih sukses bersama-sama. Dari sisi teknologi, kami terus mengembangkan produk untuk mendukung klien dapat jualan online dengan lebih nyaman dan mudah.”

Fitur andalan dan paling favorit dari SIRCLO

Dari beberapa layanan dan fitur yang dihadirkan, ada beberapa fitur favorit yang kerap dicari klien. Fitur yang paling diminati klien terkait kalkulasi ongkos kirim dan sistem pembayaran, karena dua hal tersebut biasanya menjadi hal utama bagi bisnis untuk mulai berjualan online.

“Ke depannya, kami ingin membantu bisnis menjadi lebih sukses dengan dapat melakukan integrasi ke berbagai marketplace. Selain itu, kami juga meningkatkan sistem pembelian di website untuk dapat lebih mengakomodasi klien yang jualan online dengan metode flash sale,” kata Brian.

Selain membantu kalangan UKM, saat ini SIRCLO juga telah memiliki klien sesuai dengan tiga produk utamanya. Yang pertama adalah Subscription, yaitu jasa pembuatan website toko online berbasis template yang langsung jadi. Kedua, Premium yang membantu klien membuat website custom design eksklusif. Terakhir, Connexi yang merupakan jasa pengelolaan jualan online di berbagai channel marketplace.

“Khususnya untuk Premium dan Connexi, kami telah bekerja sama dengan merk populer seperti Wacoal, Nissan, Kellogg’s, Minimal, dan masih banyak lagi. Di samping itu, kami juga bekerjasama dengan bisnis online para selebritis, seperti Luna Habit oleh Luna Maya dan RA Jeans oleh Raffi Ahmad,” kata Brian.

Terkait rencana eskpansi, hingga kini SIRCLO masih fokus untuk membantu bisnis online di Indonesia, walaupun tidak menutup kemungkinan bahwa nantinya SIRCLO akan memperluas jangkauan bisnis ke negara lainnya.

“Kebahagiaan terbesar kami di SIRCLO adalah ketika mendengar bahwa cerita sukses para klien. Bagi kami, kesuksesan mereka adalah kesuksesan kami juga sebagai penyedia platform dan suatu kebanggaan untuk melayani bisnis lokal Indonesia,” tutup Brian.

Layanan “Fulfillment” PAKDE Tawarkan Kemudahan dan Dukungan Menyeluruh untuk Pemilik Bisnis Online

Satu lagi startup lokal hadir di Indonesia, kali ini mencoba untuk menjadi enabler menyeluruh penjual online shop di tanah air. PAKDE, yang merupakan akronim Paket Delivery, berawal dari ide sang pemilik belajar dari kesuksesan layanan logistik pihak ketiga asal India, Delhivery.

Kepada DailySocial, CEO PAKDE Nicko Batubara mengungkapkan kehadiran PAKDE diharapkan bisa mengurangi kegiatan rutin dari penjual online shop yang cukup melelahkan, yaitu mengemas barang hingga pengantaran barang. PAKDE didirikan pada November 2016 lalu.

“Saya menyadari bahwa pada setiap bisnis akan selalu ada bagian non-business yang kurang menyenangkan namun tidak terelakkan. Saya teringat saat pertama kali menjual kemeja pria secara online. Kegiatan menghitung stok, mengemas barang, dan mengantar barang ke JNE merupakan hal yang menyita waktu dan pikiran,” kata Nicko.

Untuk memudahkan klien memanfaatkan layanan di PAKDE, tersedia sedikitnya 4 layanan yang paling sering dilakukan oleh penjual barang secara online. Di antaranya adalah warehousing (mulai dari 50 perak/ hari/ item), stock management, packing & delivery, inventory financing  yang merupakan bisnis unit terbaru. PAKDE memberikan tambahan dana kepada klien untuk meningkatkan kuantitas produksi.

“Mulai tahun 2017 kami juga membantu klien dalam sisi permodalan melalui program inventory financing. Tujuan kami agar pemilik bisnis bisa fokus pada core business, yakni product creation, marketing dan sales. Pemilik bisnis bisa memantau stock dan penjualan secara online melalui website PAKDE,” kata Nicko.

Tahap inbound dan outbond

Terdapat dua tahap dalam layanan PAKDE, yaitu Inbound dan Outbond. Masing-masing tahap diawasi dan dimonitor oleh tim PAKDE. Untuk tahap Inbound, barang yang diproduksi oleh vendor dikirim ke gudang PAKDE. Selanjutnya tim PAKDE akan melakukan quality control dan penghitungan inventory yang datanya dapat diakses secara online oleh pemilik bisnis.

Sementara untuk tahap Outbond, dari setiap order yang sudah terkonfirmasi pembayarannya, PAKDE akan melakukan pengecekan akhir terhadap barang tersebut, lalu mengemas barang, mencantumkan data pengiriman dan menyerahkan pada logistik pihak ketiga.

“Untuk pengiriman barang ke konsumen kami menggunakan 3rd party logistics. Sedangkan untuk pengiriman ke bazaar dan pameran memakai armada internal,” kata Nicko.

Target dan rencana penggalangan dana PAKDE

Di tahun 2017 ini diharapkan PAKDE bisa memperoleh sekitar 3 ribu pengiriman setiap bulannya. PAKDE juga berencana untuk melakukan penggalangan dana untuk tahap seed.

Saat ini PAKDE telah memiliki klien dari kalangan penjual online di Indonesia, di antaranya adalah Hijabdept, All Basic, Barber Bross, Spoil Organics, Manakala Living, Alsjeblief, Goek Golf, Nam Watch, Noob Kids. PAKDE terus berupaya untuk mengakuisisi lebih banyak klien.

“Para pemilik bisnis online yang ingin lebih efisien dalam menjalankan bisnisnya tanpa harus repot dengan pekerjaan operasional, dapat langsung mendaftar melalui situs atau melalui akun media sosial kami,” tutup Nicko.

8Commerce Kenalkan Platform Pintar Urusi Inventori Sales Channel Integration

8Commerce, salah satu layanan e-commerce enabler lokal, memperkenalkan Sales Channel Integration (SCI). Sebuah platform yang nantinya diharapkan bisa memudahkan brand untuk mengatur produknya yang dijual melalui beberapa marketplace. Tentunya platform ini menjanjikan kemudahan, transparansi dan inventori yang tepat dan cepat.

SCI ini mulai dikembangkan mengingat banyaknya bisnis marketplace di Indonesia seperti Lazada, MatahariMall, Blibli, dan lain sebagainya. Hal ini lantas memunculkan sebuah kebutuhan kemudahan pengelolaan produk inventori dan proses order lintas marketplace dari pemilik brand atau produk yang masuk ke ranah e-commerce. Kebutuhan integrasi ini berdasar pada kemudahan proses, laporan yang real time, serta rekam jejak tahapan order yang jelas. Kebutuhan-kebutuhan ini yang akhirnya dijawab 8Commerce dengan platform SCI.

“Di sini platform Sales Channel Integration (SCI) dari 8Commerce memudahkan brand untuk mengatur ratusan produknya yang dijual online melalui beberapa marketplace agar prosesnya lebih mudah, transparan, tepat inventori dan cepat,” terang CEO 8Commerce Ronny Ritongadi.

Ronny menjelaskan bahwa platform SCI ini terhubung dengan marketplace dan kanal lainnya dan juga e-commerce fulfillment dan pengiriman. Platform SCI ini diklaim bisa sangat membantu brand atau produk yang ingin terjun ke sektor e-commerce.

SCI 8COMMERCE
SCI 8COMMERCE

Ronny menekankan platform SCI ini hanya bisa dipakai jika brand bersedia menaruh inventorinya di fulfillment Center 8Commerce yang saat ini tersedia di 7 kota di Indonesia.

“Sistem pergudangan 8Commerce adalah sistem pergudangan yang fokus di proses e-commerce, yang tentunya terbiasa mengurus order per pieces, order khas-nya e-commerce. Jadi sangat membantu brand yang ingin terjun di e-commerce. Hal ini karena biasanya pergudangan yang dimiliki brand lebih fokus ke aktivitas pergudangan non e-commerce,” lanjut Ronny.