Masuk ke Indonesia, Startup Logistik Janio Buka Peluang Pengiriman Produk E-commerce Lintas Negara

Digitalisasi logistik yang menyeluruh tidak hanya dari first atau last mile saja, tapi juga menyangkut bagaimana transaksi lintas batas negara bisa dipenuhi. Solusi ini belum menjadi perhatian para pemain startup karena banyak regulasi yang harus dipenuhi.

Ranah tersebut biasanya dimainkan oleh pemain incumbent seperti DHL dan FedEx. Kedua perusahaan ini lebih mengandalkan pada kekuatan aset berat dan sumber daya manusia yang berjumlah besar. Alhasil mengakibatkan harga pengiriman yang mahal, sementara konsumen tidak punya alternatif pilihan.

Peluang tersebut ingin digarap oleh startup logistik asal Singapura Janio. Startup ini mengadopsi pendekatan aset ringan dengan teknologi untuk mengintegrasikan ekosistem dengan para pemain logistik dalam berbagai rantai pasok, ketimbang menambah lebih banyak aset berat.

Kepada DailySocial, Co-Founder & COO Janio Syed Ali Ridha Madihid menjelaskan, bisnisnya mengoptimalkan kapasitas yang ada di pasar daripada bersaing secara langsung dengan pemain lama. Pihaknya bekerja sama dengan banyak perusahaan logistik yang ahli di berbagai proses pengiriman internasional, sehingga beroperasi sebagai jaringan lintas batas regional.

“Kami percaya bahwa kolaborasi teknologi sentris adalah kunci untuk menciptakan situasi dan nilai yang saling menguntungkan,” ujarnya.

Janio menggabungkan pelacakan real time, analisis terstruktur, dan komunikasi khusus pengiriman untuk membantu pengiriman paket lebih sederhana, namun akurat dalam sebuah platform terpusat.

Di dalam platform tersebut, berisi informasi saat barang masuk gudang, pengiriman first mile, proses bea cukai di bandara udara asal dan tujuan, distribusi, hingga pengiriman last mile. Layanan ini bisa dipakai untuk bisnis UKM maupun korporasi yang memulai ekspansi bisnis secara internasional.

Mitra perdana Janio untuk korporasi lokal adalah Bukalapak dalam layanan BukaGlobal. Janio menyediakan solusi pengiriman dan edukasi bagi para merchant Bukalapak yang ingin perdalam pemahaman mereka tentang pasar internasional.

“Saat ini kami mendukung BukaGlobal dengan pengiriman ekspor di lima jalur, yaitu dari Indonesia ke Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Hong Kong, dan Taiwan.”

Adapun, Janio sendiri menyediakan pengiriman hingga 12 negara, dari Asia Tenggara, hingga Korea Selatan, Jepang, Australia, dan Tiongkok.

Bermitra dengan idEA

Pada awal Desember 2019, Janio melakukan kemitraan dengan Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA) untuk bantu pelaku lokal masuk ke pasar internasional. Ali menjelaskan, dalam kemitraan ini Janio menjadi expertise dalam bidangnya mengadakan berbagai lokakarya dan acara gabungan untuk memberikan wawasan agar mereka berhasil mengembangkan bisnisnya.

Pihaknya menyadari bahwa pengiriman e-commerce lintas negara lebih kompleks daripada di dalam negeri, oleh karenanya perlu bantuan dari kepentingan ekosistem utama seperti idEA dan keahlian dari pihak swasta untuk mengatasi isu tersebut.

“Kami berharap dapat lebih membantu pelaku usaha e-commerce Indonesia dengan mengatasi semua masalah yang mungkin mereka hadapi dalam ekspansi ke luar negeri.”

Di luar itu, komitmen Janio untuk pengembangan ekosistemnya adalah menyediakan volume impor internasional untuk pemain logistik Indonesia. Mitra dapat memanfaatkan jaringan regional Janio untuk memberikan jangkauan layanan yang lebih besar kepada klien mereka sendiri.

Dia mencontohkan, operator armada lokal Indonesia yang spesialisasi dalam pengiriman di Tangerang saja, sekarang tidak hanya dapat menerima lebih banyak bisnis melalui pengiriman yang datang dari luar Indonesia lewat jaringan Janio. Juga, memanfaatkan jaringan Janio dan menyediakan pengiriman internasional kepada pelanggan mereka di Tangerang.

“Ini memungkinkan mereka untuk memberi nilai tambah [kepada pengguna] dengan lebih banyak cara.”

Menurutnya, Indonesia punya peluang ekspor yang besar, tapi tantangannya dalam membangun ekosistem secara lokal juga tak kalah besar. Pasalnya, untuk menguatkan rantai pasok internasional, ekosistem di dalam negeri harus kuat dan dapat diandalkan.

“Fokus kami adalah memastikan aksesibilitas yang lebih baik dan kualitas solusi kami untuk memenuhi pertumbuhan ini,” pungkas Ali.

Di sini, Janio sudah memiliki tim lokal dan berkantor di Jakarta dibentuk pada pertengahan tahun 2019. Janio sendiri sudah membuka kantor di Hong Kong dan Malaysia.

Perusahaan masuk dalam salah satu portofolio Insignia Ventures, bersama startup logistik lainnya, seperti Shipper dan Logivan dari Vietnam.

Layanan Logistik Malaysia TheLorry Ingin Fasilitasi Kebutuhan UKM Indonesia

Persoalan logistik hingga saat ini masih menjadi kendala yang banyak ditemui oleh kalangan bisnis konvensional, pelaku UKM hingga layanan e-commerce di Indonesia. Luasnya wilayah di pelosok kota Indonesia, menjadikan logistik sulit untuk dijangkau dan dibutuhkan biaya yang besar untuk melakukan pengiriman.

Salah satu layanan yang mencoba untuk mengatasi persoalan tersebut adalah TheLorry. Layanan logistik asal Malaysia ini mulai mengembangkan layanannya di seluruh Indonesia.

Kepada DailySocial, Business Development Executive TheLorry Indonesia Rendi Ferdiansyah mengungkapkan, TheLorry adalah jasa penyewaaan truk, van, dan mobil pick up melalui aplikasi secara cepat dan mudah. 

“Kami menyediakan jasa seperti transportasi mobil pick up untuk pindah rumah dan kantor. TheLorry juga menerima pelanggan individu dan bisnis untuk memesan kendaraan yang di butuhkan dengan harga transparan dan pasti dalam hitungan menit.”

Fasilitasi kebutuhan pelaku UKM

Berdiri sejak tahun 2014, layanan logistik TheLorry tahun ini mulai fokus untuk mengembangkan bisnis di Indonesia. Secara keseluruhan platform TheLorry telah memiliki lebih dari 6.000 mitra pengemudi di Asia Tenggara dengan berbagai jenis kendaraan. TheLorry mengklaim sebagai jasa logistik online yang tumbuh paling cepat di Asia Tenggara.

Dengan hadirnya TheLorry di Indonesia, diharapkan bisa membuat perbedaan dan mengubah kehidupan orang lain melalui layanan yang diberikan. Terutama untuk pelaku UKM, yang saat ini masih kesulitan untuk memesan truk untuk mengangkut barang mereka, dan di sisi lain, pengemudi truk merasa sulit untuk menjangkau pelanggan. 

“Kami ingin menjembatani kesenjangan antara pelanggan dan mitra pengemudi dengan menciptakan sistem otomatis yang membuat seluruh proses lebih efisien dan aman,” kata Rendi.

Cara kerja TheLorry

Pengguna yang ingin menyewa layanan logistik TheLorry bisa langsung mengakses aplikasi atau situs TheLorry. Menyesuaikan mitra pengemudi yang terbaik sesuai dengan wilayah terdekat, nantinya pilihan transportasi bisa dipesan langsung.

“Untuk strategi monetisasi kami menerapkan sharing profit kepada mitra pengemudi,” kata Rendi.

Disinggung apa yang membedakan TheLorry dengan layanan logistik serupa lainnya, Rendi menyebutkan TheLorry lebih unggul dari sisi harga juga pelayanan. Selain itu layanan TheLorry juga memungkinkan pengiriman barang ke seluruh Indonesia. Misalnya dari Jakarta ke Solo, Jakarta ke Bali dan kota besar lainnya. Selain itu pelanggan juga bisa memasukan lebih dari satu titik penjemputan atau pengantaran.

“Fokus kami di tahun 2018 ini adalah lebih kepada pengembangan produk dan menambah jumlah wilayah layanan di kota-kota besar di Indonesia,” tutup Rendi.

Application Information Will Show Up Here

Rencana Ekspansi Lalamove dan Tuntutan Industri Logistik di Indonesia

Startup logistik asal Hong Kong Lalamove baru saja mengumumkan perolehan pendanaan Seri C senilai US$100 juta (lebih dari 1,3 triliun Rupiah) dari perusahaan investasi besutan Founder dan CEO Xiaomi Lei Jun, Shunwei Capital. Salah satu agenda mereka dengan pendanaan ini adalah ekspansi dan Indonesia menjadi salah satu destinasi yang dituju.

DailySocial menghubungi tim ekspansi Lalamove untuk membicarakan langkah ini. Tim Lalamove menginformasikan sampai hari ini ekspansi di Indonesia masih dimatangkan rencananya, sehingga belum ada rencana spesifik yang bisa disampaikan. Namun perluasan di berbagai negara di Asia Tenggara memang menjadi salah satu prioritas. Bagi Lalamove, Indonesia pun dikatakan sebagai pasar yang sangat penting.

Apa yang ditawarkan Lalamove sebenarnya mirip dengan yang disajikan Deliveree di Indonesia. Mereka memungkinkan pemilik bisnis untuk memesan transportasi angkut barang, seperti truk, untuk mengantar barang ke pembeli.

“Seperti yang Anda tahu, Lalamove mencoba memfasilitas kebutuhan konsumen melalui teknologi yang belum dapat dicapai oleh pengiriman tradisional, seperti kecepatan pengiriman, fulfilment dan skalabilitas. Masalah besar yang Lalamove bantu selesaikan adalah biaya pengiriman last-mile delivery, yaitu pengiriman barang kepada konsumen akhir. Biaya ini menyumbang hingga 28% dari total biaya pengiriman,” ujar tim ekspansi Lalamove.

Salah satu studi kasus yang juga ingin ditawarkan di lokasi ekspansi adalah seputar kesempatan terbukanya lapangan kerja. Sama seperti layaknya layanan on-demand yang sudah ada, hadirnya Lalamove memberikan kesempatan pemilik kendaraan angkutan barang untuk menjadi mitra pengemudi.

“Di Asia Tenggara, logistik menyumbangkan persentase 15% dari PDB dari seluruh lini industri. Alasan mengapa angka ini begitu tinggi biasanya karena inefisiensi, terutama pada last-mile delivery. Di sinilah Lalamove ingin berperan,” imbuh  mereka.

Tantangan dan kesempatan lini bisnis logistik di Indonesia

Menanggapi tentang rencana kehadiran Lalamove ke Indonesia, DailySocial berbincang dengan CEO dan Founder Iruna Yan Hendry Jauwena. Iruna merupakan penyedia platform e-logistik yang cukup baru di Indonesia. Dalam keterangannya, Hendry menyampaikan bahwa hadirnya Lalamove di Indonesia tidak akan mengganggu secara signifikan tatanan industri logistik yang sudah ada. Tidak sampai menjadi disrupsi. Sebaliknya Hendry justru menyampaikan tantangan yang mungkin saja akan ditemui dalam operasionalnya.

Salah satunya terkait dengan kualitas dan jaminan layanan. Model on-demand memang tidak bisa sepenuhnya dikontrol oleh perusahaan, terkait dengan kinerja para mitranya, kendati ada sistem seperti rating dan sebagainya. Untuk logistik sendiri, selain akurasi, kecepatan juga akan dibutuhkan untuk menjamin kepuasan pelanggan. Selain itu Hendry juga menyinggung seputar isu legal. Masih banyak PR yang perlu dikonsolidasikan terkait dengan hal ini.

Pada dasarnya Hendry mengungkapkan bahwa kue di industri logistik masih sangat besar untuk dieksplorasi. Faktanya pemenuhan kebutuhan logistik masih sangat jauh dari cukup di Indonesia, terlebih untuk mengimbangi perkembangan bisnis e-commerce. Menurut Hendry, salah satu faktornya karena perusahaan logistik kebanyakan masih berfokus pada infrastruktur, sementara perkembangan teknologinya masih cukup lambat. Di sisi lain akselerasi bisnis e-commerce sangat cepat berkat optimasi teknologi.

DailySocial juga menghubungi Deliveree yang memiliki layanan mirip dengan apa yang hendak dibawa Lalamove. Country Director Deliveree Indonesia Nattapak Atichartakarn menerangkan bahwa pasar logistik di Indonesia adalah yang terbesar di Asia Tenggara. Namun, biaya logistik di Indonesia juga bisa mencapai 20% dari harga barang, menjadikan biaya logistik Indonesia yang tertinggi di Asia Tenggara. Ada sebuah efisiensi yang bisa dikerjakan dengan bantuan teknologi.

Pihaknya melihat hal tersebut sebagai kesempatan yang dapat diselesaikan dengan menciptakan solusi logistik yang lebih hemat dan terpercaya untuk pemilik bisnis di Indonesia. Deliveree menciptakan platform teknologi yang menyediakan pemilik bisnis tidak hanya akses ke marketplace/pasar, tetapi juga menyediakan dashboard manajemen pengiriman dengan fitur seperti live tracking atau pilihan pengemudi.

Kendati menggunakan model kemitraan dengan pemilik armada, ada upaya untuk memastikan kualitas layanan. Untuk bermain di pasar Indonesia, Nattapak menjelaskan beberapa tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah infrastruktur jalan raya. Jakarta menduduki peringkat sebagai kota dengan tingkat kemacetan tertinggi di dunia. Terkait hal ini, Deliveree secara rutin melakukan monitor lalu lintas dan memastikan pengemudi tersebar di seluruh kota.