EA Akan Hidupkan Kembali Command and Conquer di PC

Seri Command and Conquer mempunyai tempat spesial di hati para penggemar permainan strategi PC. Buat saya, ia mengingatkan pada malam tanpa tidur yang dihabiskan bersama kawan-kawan. Kepopuleran seri ini melahirkan sejumlah sekuel, spin-off dan expansion pack, tapi perjalanannya berakhir beberapa tahun silam karena respons pemain terhadap Tiberian Twilight dan Tiberium Alliances tidak begitu positif.

Di minggu ini, terdengar kabar gembira buat para fans Command and Conquer. Melalui post di Reddit, Jim Vessella selaku produser Electronic Arts menyampaikan bahwa timnya mengetahui ada banyak gamer di luar sana yang menginginkan kembalinya seri ini, apalagi dalam waktu dekat, franchise C&C akan berulang tahun yang ke-25. Namun sebelum EA mengumumkannya secara resmi, Vessella ingin mendengarkan masukan dari penggemar terlebih dulu.

Jim Vessella adalah individu yang berpartisipasi dalam pengembangan Tiberium Wars, Red Alert 3, Kane’s Wrath dan Tiberian Twilight. Sang produser sendiri mengaku sudah menjadi penggemar berat seri ini selama 20 tahun. Menurut penuturannya, Command and Conquer kembali jadi sorotan setelah EA memperkenalkan Command and Conquer: Rivals, meski mayoritas pemain menyuarakan ketidakpuasan mereka melihat seri RTS favorit itu berubah jadi game kompetitif mobile.

Arahan yang diambil Electronic Arts untuk menghidupkan kembali Command and Conquer ialah lewat metode remaster, dan developer kabarnya sudah mulai berdiskusi dan mengeksplorasi ‘beragam ide menarik’. Di Reddit, Vessella telah merespons sejumlah saran, terutama terkait permintaan seorang gamer yang berharap EA mempertahankan konten serta elemen gameplay C&C.

Menjawab komentar pengguna Reddit lainnya, Jim Vessella turut memastikan tidak ada microtransaction di ‘C&C Remaster’, walaupun sejumlah pemain tampak tidak keberatan jika game menawarkan skin, voicepack atau overlay user interface via in-app purchase seperti yang ada di StarCraft II. Diskusi di sana akhirnya meluas hingga membahas apakah game juga diarahkan ke ranah esports.

Tidak tertutup kemungkinan, proses remaster tersebut dilakukan dengan cara yang ambisius. Ketimbang sekadar meng-upgrade resolusi dan membuat objek 2D berbasis sprite terlihat lebih tajam (seperti Age of Empires II HD dan StarCraft Remastered), boleh jadi game dibangun menggunakan engine 3D, disertai sistem kendali dan UI/HUD yang lebih baik.

Developer juga tengah mempertimbangkan apakah mereka tetap mempertahankan aspek ‘balancing‘ faksi di versi klasiknya, atau menyempurnakannya lagi dengan resiko mengubah pengalaman bermain.

Harapan saya pribadi, semoga kita tidak perlu menunggu terlalu lama untuk menikmati versi remaster C&C itu.

Via PC Gamer.

EA Singkap Detail Mengenai Mode Battle Royale Battlefield V

Selama belasan tahun, formula penyajian permainan shooter blockbuster tidak banyak berubah: hidangkan mode single-player untuk memberikan konteks pada narasi jika memungkinkan, lalu gunakan multiplayer dan tambahkan konten-konten pasca rilis untuk memperpanjang usia game. Namun meledaknya kepopuleran battle royale memaksa para developer untuk mengubah kebiasaan mereka.

Saat ini ada dua publisher raksasa yang punya rencana untuk membubuhkan formula last man standing berskala besar itu di game terbaru mereka. Di Call of Duty: Black Ops 4, Activision serta tim Treyarch memberinya nama Blackout dan memadunya bersama mode zombie. Dan melalui trailer baru, EA akhirnya menyingkap detail lebih jauh terkait mode battle royale Battlefield V, yang mereka sebut Firestorm.

Firestorm adalah interpretasi EA DICE terhadap formula battle royale. Di sana, game akan mengadu 16 tim berisi empat pemain, menantang untuk menjadi orang yang paling lama bertahan hidup. Developer menjanjikan peta pertempuran berskala raksasa, dan Anda dipersilakan memanfaatkan segala jenis perlengkapan serta kendaraan perang yang tersedia. Dengan membagi pemain berdasarkan tim, developer mencoba mengedepankan kekompakan antar pemain.

Dan meneruskan tradisi gameplay Battlefield, seluruh bangunan dapat diluluh-lantakkan. Fitur ini membuat pengalaman bermain selalu terasa berbeda meski dilakukan di peta permainan yang sama. Dan menariknya, Anda tidak hanya bisa menghancurkan. Battlefield V mempersilakan kita membangun beragam pertahanan serta menciptakan rute baru via fitur ‘Fortification’.

Nama Firestorm sendiri sepertinya diambil dari lingkaran api yang mengelilingi arena battle royale – ukurannya akan semakin mengecil seiring berkurangnya pemain. Metode yang sama bisa kita temukan di PUBG dan Fortnite.

Multiplayer akan menjadi hidangan utama di Battlefield V, dan salah satu andalan DICE di sana ialah Grand Operation. Mode ini merupakan ekspansi lebih jauh dari Operation di Battlefield 1, mengadu dua tim dalam konflik berskala besar, di mana hasil dari satu pertempuran akan memengaruhi kondisi pemain di babak selanjutnya.

Sebagai rencana jangka panjang, developer sudah menyiapkan Tides of War, yaitu event in-game berisi sejumlah mode permainan berbeda yang dilangsungkan selama beberapa bulan. Di episode pertamanya, Tides of War akan difokuskan pada momen jatuhnya Eropa. DICE berjanji untuk terus memberikannya konten baru, baik lewat update kecil tiap hari atau upgrade besar seminggu sekali.

Battlefield V akan dirilis pada tanggal 20 November 2018 di Windows, Xbox One dan PlayStation 4. Sebelum game meluncur, sesi open beta akan dibuka buat publik pada tanggal 6 September besok dan berlangsung sampai 11 September.

Via Polygon.

Trailer Baru Anthem Singkap Cara BioWare Menyulam Single-Player dan Multiplayer

Setelah banyak gamer dan fans kecewa pada kualitas Mass Effect: Andromeda, masa depan BioWare kini berada di pundak Anthem, franchise baru permainan action role-playing yang tengah digarap oleh studio asal Kanada itu. Proyek ini dikerjakan sejak tahun 2012 tepat sesudah pengembangan Mass Effect 3 berakhir, dan resmi diumumkan ke publik di E3 2017.

Melalui trailer dan video demonstrasi, terungkaplah detail-detail mengenai Anthem. Game ini menempatkan Anda sebagai Freelancer, yaitu anggota grup penjelajah yang melakukan eksplorasi dengan mengenakan exosuit ala jubah Iron-Man bernama Javelin. Game rencananya akan meluncur awal tahun depan, dan lewat trailer baru, BioWare menyingkap lebih banyak informasi soal fitur, penyampaian cerita, serta penyajian dunia permainan.

Anthem cukup berbeda dari game yang BioWare buat sebelumnya. Di sana, developer mencoba menggabungkan elemen multiplayer dengan single-player, mempersilakan Anda bermain bersama kawan sembari memastikan pengalamannya tetap personal. Caranya? BioWare membagi game menjadi dua porsi yang saling terhubung secara mulus.

Anthem 2

Saat berpetualang bersama, para pemain akan merasakan pengalaman serupa – misalnya menghadapi monster di siang atau malam hari, bertempur di tengah amukan badai, hingga saat mengikuti event berskala masif. Fitur ini sangat esensial karena sejumlah skenario hanya terjadi di saat-saat tertentu. Anda dan teman juga dapat saling membantu menyelesaikan misi melalui sistem party in-game. Tentu saja, eksplorasi dan pencarian artefak tetap dapat dilakukan seorang diri.

Jantung dari dunia Anthem adalah sebuah tempat bernama Fort Tarsis, di mana game menyuguhkan pengalaman single-player tulen. Di sana, Anda bisa mempererat hubungan dengan karakter-karakter NPC, serta melakukan pilihan sulit dan merasakan konsekuensinya – khas permainan role-playing. Semakin Anda akrab dengan tokoh-tokoh tersebut, maka mereka akan lebih terbuka dan mempercayai Anda.

Fort Tarsis dirancang sebagai tempat beristirahat setelah misi selesai. Anda dapat menjelajahi kota ini dan menguak rahasia-rahasianya, mempelajari detail tiap faksi, sembari mencari para agen yang membutuhkan bantuan Anda. Dan di sini pula-lah Anda dipersilakan mengustomisasi dan meng-upgrade Javelin. Seiring game berjalan, Fort Tarsis dan seluruh dunia permainan akan bertransformasi.

Anthem 4

BioWare punya Agenda buat merilis Anthem pada tanggal 22 Febuari 2019 di Windows via EA Origin, Xbox One dan PlayStation 4. Gerbang pre-order sudah dibuka, dan khusus bagi pelanggan Origin ataupun EA Access, permainan bisa dinikmati sejak tanggal 15 Februari. EA juga mempersilakan mereka yang telah melakukan pemesanan untuk mengakses versi demo, tersedia pada tanggal 1 Februari.

Sumber: EA.

Peluncuran Battlefield V Diundur Sebulan

Tiga bulan terakhir di tahun 2018 akan menjadi ajang pertarungan para publisher game raksasa dengan judul-judul andalannya. Di periode itu, kita akan kedatangan sekuel permainan action-adventure bertema Wild West buatan Rockstar, Assasin’s Creed baru yang mengangkat latar belakang kebudayaan Yunani Kuno, hingga penerus kisah petualangan Agen 47.

Di rentang waktu tersebut, dua permainan shooter blockbuster juga dijadwalkan untuk hadir. Mereka adalah Call of Duty: Black Ops 4 dan Battlefield V. Rencananya, game FPS Activision akan meluncur di tanggal 12 Oktober, kemudian disusul oleh kreasi Electronic Arts seminggu setelahnya. Namun sepertinya tim di belakang Battlefield V membutuhkan lebih banyak waktu buat memoles game andalan mereka.

Melalui situs EA, DICE mengabarkan keputusannya mengundur peluncuran Battlefield V dari tanggal 19 Oktober ke 20 November. General manager Oskar Gabrielson menjelaskan waktu selama sebulan itu akan mereka gunakan untuk melakukan sejumlah penyesuaian akhir di aspek gameplay utama serta demi memastikan Tides of War betul-betul tersaji secara optimal.

Tides of War merupakan fitur baru di seri Battlefield, menjanjikan ‘sebuah perjalanan panjang berisi narasi-narasi berbeda’, di mana Anda diuguhkan pengalaman serta tema yang bervariasi, dimulai di masa jatuhnya Eropa. Berlangsung selama beberapa bulan, Tides of War akan diisi oleh Grand Operation (berlangsung dua minggu lebih), Special Assignments serta beragam misi baru.

“Kami percaya bahwa kami sedang menggarap permainan Battlefield terbaik,” kata Gabrielson. “Game ini disiapkan agar bisa menyajikan gamer sebuah perjalanan emosional melalui kembalinya mode single-player War Stories, pengalaman multiplayer esensial, mode battle royale, serta layanan terbaru kami, Tides of War. Fitur ini didesain untuk merangkul komunitas Battlefield dalam waktu lama.”

Menariknya, jadwal uji coba open beta sama sekali tidak diubah. Gerbang akan dibuka buat publik pada tanggal 6 September nanti, dan sesi tes bisa diikuti oleh gamer di Window, PlayStation 4 serta Xbox One. Lalu khusus bagi para pelanggan EA Access, Origin Acess, Origin Access Premier, atau mereka yang sudah pre-order, open beta dapat diakses dua hari lebih cepat.

Butuh waktu sedikit lebih lama untuk menyempurnakan game merupakan alasan yang lumrah. Penundaan jauh lebih baik dibandingkan konten yang mengecewakan. Namun saya merasa strategi ini juga diambil EA buat mengurangi kompetisi di hari pelepasan Battlefield V, sehingga ia tak berhadapan langsung dengan Red Dead Redemption 2, Assassin’s Creed Odyssey, Soulcalibur VI dan judul-judul blockbuster lain.

 

Di Bulan September Nanti, Anda bisa Mencicipi Battlefield V Sebelum Membeli

Dijadwalkan untuk meluncur di kuartal empat 2018, game shooter baru DICE yang mengangkat tema Perang Dunia kedua berjudul Battlefield V akan bersaing dengan nama-nama raksasa semisal Assassin’s Creed Odyssey, Call of Duty: Black Ops 4, Red Dead Redemption 2, hingga Fallout 76. Dan seperti biasa, DICE akan mempersilakan Anda untuk mencoba kreasinya itu sebelum membeli.

Melalui blognya, tim developer mengumumkan rencana untuk menggelar open beta Battlefield V di bulan September nanti. Agenda ini merupakan tes lanjutan setelah sebelumnya EA DICE melangsungkan uji coba closed alpha yang cuma bisa diikuti oleh gamer dari Eropa dan Amerika. Berbeda dari closed alpha, versi open beta permainan ini kabarnya sudah mulai merepresentasikan konten retail-nya.

Open beta Battlefield V akan menyuguhkan sejumlah mode berbeda, di antaranya ada Conquest, Grand Operations dan Tides of War. Sebagaimana tradisi sang developer dalam melaksanakan tes beta, semua mode permainan tersebut mengedepankan pengalaman multiplayer. Mode single-player bertajuk ‘war stories’ baru tersedia saat Battlefield V dirilis.

Saya akan membahas Conquest dulu. Mode ini akan menyuguhkan medan tempur berisi 64 pemain, dan mempersilakan Anda bertanding di dua lokasi berbeda, yakni di Rotterdam dan Arctic Fjord di Norwegia. Conquest menghidangkan gameplay tradisional khas Battlefield, menantang Anda dan kawan-kawan satu tim untuk mempertahankan lokasi-lokasi penting yang tersebar di peta berukuran masif. Di sana, Anda dapat membangun pertahanan (via fitur Fortifications) dan memanggil bala bantuan.

Selanjutnya, Grand Operations juga dapat dicicipi di sana. Di versi beta-nya, Grand Operations disuguhkan selama ‘dua hari’. Hari mewakilkan ronde, dan hasil dari pertempuran di satu match akan memengaruhi kondisi tim dan medan tempur di pertandingan selanjutnya. Mode ini kabarnya mengambil inspirasi dari kejadian bersejarah, misalnya pendaratan para penerjun payung (Airborne) serta aksi penyerbuan (Breakthrough) di peta Arctic Fjord.

Yang ketiga adalah Tides of War. Mode ini punya rentang waktu yang lebih panjang lagi dari Grand Operations: satu sesi merepresentasikan perjalanan naratif selama beberapa bulan. Masing-masing ‘chapter‘ di sana didesain pada sebuah aspek di periode tertentu serta menyajikan gameplay berbeda. Di beta nanti, Tides of War dibagi jadi lima chapter. Jika berhasil menyelesaikannya, Anda akan mendapatkan Dog Tag khusus saat Battlefield V meluncur.

Battlefield V.

Open beta Battlefield V akan dibuka untuk publik pada tanggal 6 September, dan pre-load dapat dilakukan sejak tanggal 3 September. Beta dapat diakses dua hari lebih cepat jika Anda telah melakukan pre-order atau menjadi pelanggan EA Access, Origin Acess atau Origin Access Premier. Versi rampung dari Battlefield V sendiri akan dilepas di PC, Xbox One dan PS4 pada tanggal 19 Oktober.

EA Memensiunkan Program Bagi-Bagi Game Gratis, On the House

Dlihat dari sisi hardware, ber-gaming di PC memang lebih menuntut biaya dibanding menikmati hobi ini di console atau mobile. Tapi dibanding platform lain, PC merupakan tempat paling mudah untuk menemukan permainan-permainan gratis berkualitas. Selain judul-judul free-to-play, sejum-lah program promosi bahkan membiarkan Anda memiliki permainan tanpa perlu membayar.

Layanan On the House yang Electronic Arts luncurkan via Origin di tahun 2014 adalah salah satu di antaranya. Program ini dimulai sang publisher dengan membagi-bagikan Dead Space secara cuma-cuma. Ada puluhan judul yang masuk dalam daftar On the House dalam rentang waktu empat tahun – beberapa judul yang terbesar meliputi Dragon Age: Origins, Medal of Honor: Pacific Assault, Need for Speed: Most Wanted (2012) hingga Mass Effect 2.

Namun sudah berbulan-bulan berselang semenjak EA meng-update judul On the House sejak terakhir mereka mempersilakan kita mengunduh Peggle. Dan mulai beberapa hari yang lalu, laman On the House tidak lagi bisa dibuka, bahkan opsi di software client EA Origin juga telah dihilangkan. Penyebabnya: Electronic Arts ternyata diam-diam memensiunkan layanan On the House.

Keputusan tersebut sepertinya berkaitan dengan langkah EA untuk meluncurkan Origin Access Premier. Layanan anyar ini diperkenalkan di E3 2018, disiapkan buat memanjakan para pelanggannya dengan permainan-permainan terbaru seperti Battlefield 5 dan Anthem. Penyajiannya mirip Origin/EA Access yang sudah ada, namun sesuai namanya, konten Origin Access Premier lebih baru dan premium.

Tak perlu cemas, Origin Access akan tetap ada, hanya saja EA mengubahnya jadi ‘layanan dasar’. Penawaran di dalamnya juga tidak banyak diutak-atik: di sana masih tersedia Play First Trials, akses ke The Vault, serta diskon 10 persen untuk permainan di Origin Store. Pelanggan Premier sendiri dihidangkan akses tanpa batas ke game-game blockbuster anyar selama akun mereka aktif.

Kebijakan publisher juga tidak berubah bagi pengguna Origin biasa yang membeli game secara tradisional. Via email, representasi EA membenarkan mereka telah menonaktifkan On the House. Tapi sesuai janji mereka sebelumnya, permainan-permainan yang sudah didapat dan masuk dalam library selamanya tetap jadi punya Anda. Anda bisa mengunduh dan memainkannya kapan pun.

“Walaupun perjalanan On the House harus berakhir, kami merasa bahagia dapat memperke-nalkan banyak permainan-permainan berkualitas kepada para pemain,” tulis EA. “Kami terus-menerus mencoba menemukan cara baru untuk memperbaikan layanan dan berupaya memberikan pelanggan pengalaman yang lebih baik. Kami sangat berterima kasih pada Anda yang telah jadi bagian dari komunitas ini.”

Origin Access Premier rencananya bisa mulai dinikmati minggu ini dengan biaya berlangganan US$ 15 per bulan atau US$ 100 per tahun.

Via PC Gamer. Header: Eurogamer.

Setelah 3 Tahun Dikembangkan, Proyek Titanfall Online Dibatalkan

Perbedaan karakteristik gamer di tiap negara kadang mendorong publisher dan developer untuk mengeksekusi strategi berbeda dalam menyajikan game. Beberapa perusahaan mencoba fokus pada versi tertentu di sebuah kawasan (misalnya PUBG Mobile), atau memasarkannya via platform berbeda (Black Desert Online). Pendekatan serupa juga sempat ingin diterapkan pada franchise Titanfall.

Di tahun 2015, terdengar kabar soal kolaborasi antara Electronic Arts, Respawn Entertainment dan Nexon buat menghadirkan Titanfall sebagai permainan free-to-play. Game berjudul Titanfall Online itu rencananya akan dihadirkan secara terbatas di beberapa negara Asia, antara lain Korea Selatan, Jepang, Tiongkok, dan Hong Kong. Namun tiga tahun setelah dikerjakan, proyek Titanfall Online akhirnya dihentikan.

Informasi ini diungkapkan oleh Nexon melalui situs Game Focus, yang kemudian diberitakan lebih jauh oleh Kotaku. Perusahaan video game asal Seoul itu menyampaikan bahwa pengembangan Titanfall Online dibatalkan melihat dari adanya perubahan iklim di industri game online. Nexon merasa akan lebih baik bagi mereka untuk menempatkan aset dan sumber daya di proyek lain.

Dalam pembuatannya, Titanfall Online mengadopsi formula multiplayer online permainan Titanfall yang meluncur di 2014. Namun ternyata pengerjaannya memakan waktu lebih lama dari perkiraan. Dan di tengah-tengah prosesnya, tim mulai merasa tidak yakin apakah Titanfall Online bisa sukses bersaing di ranah permainan online. Selain itu, Nexon juga ragu soal respons pemain setelah game dirilis.

“Nexon dan Electronic Arts telah setuju buat menyetop proses pengembangan Titanfall Online berdasarkan keputusan bisnis bersama,” jelas Nexon via Game Focus. “Meski begitu, kedua perusahaan akan terus melanjutkan kemitraan dalam mengerjakan produk untuk konsumen di Korea Selatan, yang menyajikan pengalaman gaming inovatif – FIFA Online 4 merupakan salah satu contohnya.

Di bawah pimpinan CEO Shin Ji-Hwan dan Executive Director Kim Myung-Hyun, Nexon mengabarkan bahwa mereka tengah menggarap banyak permainan baru untuk platform berbeda – termasuk perangkat mobile dan Steam. Dengan dihentikannya Titanfall Online, para staf dapat dialihkan ke proyek-proyek tersebut, sehingga kualitas kontennya lebih baik dan waktu pengerjaannya lebih singkat.

Sejak Electronic Arts mengakusisi Respawn, developer hampir tidak pernah meluncurkan konten baru buat Titanfall 2. Kesunyian akhirnya pecah saat E3 2018 berlangsung, namun pengumuman game yang dilakukan founder Vince Zampella di sana ternyata di luar dugaan dan sama sekali tidak terkait franchise Titanfall. Zampella hanya mengonfirmasi bahwa timnya sedang fokus pada game Star Wars Jedi: Fallen Order.

Via Games Industry.

Uji Coba Closed Alpha Game Battlefield V Digelar Hari Ini

Setelah absen di 2017 karena tim EA DICE mencurahkan perhatiannya pada sekuel Star Wars Battlefront, franchise Battlefield akan hadir lagi di tahun ini melalui Battlefield V. Lewat permainan ketujuh di seri ini (terlepas dari angka lima pada judulnya), DICE kembali mengangkat latar belakang yang diusung permainan Battlefield pertama: Perang Dunia kedua.

Melalui website-nya, belum lama ini DICE mengabarkan rencana mereka untuk melangsungkan uji coba Closed Alpha Battlefield V, yang jatuh pada hari ini, Kamis 28 Juni 2018. Sejak beberapa tahun silam, EA hampir selalu mempersilakan para gamer mencicipi versi beta permainan mereka sebelum membeli. Namun sesuai namanya, sesi Closed Alpha ini mengindikasikan bahwa ada banyak hal yang masih harus developer poles dan hanya bisa diakses secara terbatas.

Alasan EA mengadakan Closed Alpha adalah untuk menguji kemampuan server secara intensif dan mencari tahu hal apa lagi di gameplay yang dapat diperbaiki lewat masukan dari para partisipan. Meskipun pengalaman bermainan Battlefield V versi alpha mungkin akan berbeda dari edisi retail karena kondisinya masih belum rampung, DICE berjanji buat memastikan game tetap stabil dan seimbang.

BFV 2

Lewat Closed Alpha, developer mencoba mencurahkan perhatian mereka pada dua aspek: gameplay dan teknis.

Di segi gameplay, DICE ingin mengeksplorasi keseimbangan peta game, persenjataan dan kendaraan; termasuk pemanfaatan sistem revive sampai menentukan tingkat health serta jumlah amunisi yang ideal. Selanjutnya, mereka juga penasaran bagaimana respons tester terhadap sistem ‘immersion’ dan ‘attrition‘ baru yang developer implementasikan.

BFV 4

BFV 3

Di aspek teknis, Closed Alpha memungkinkan DICE mempelajari karakteristik pemain saat berada di ekosistem live. Selain itu, mereka berencana untuk mengumpulkan data terkait server, konektivitas backend, hingga mengetes fungsi matchmaking.

Sesi tes alpha tertutup ini hanya dapat diikuti oleh gamer di PC. Wilayah aksesnya juga boleh dibilang sangat terbatas, hanya dibuka buat sejumput pemain terpilih yang tinggal negara-negara di benua Eropa dan Amerika. Akses tersebut diberikan lewat kode yang bisa di-redeem di software client Origin.

BFV 1

Battlefield V Closed Alpha digelar hari ini dan akan berlangsung ‘dalam waktu singkat’. EA sudah mengumumkan daftar hardware PC yang dibutuhkan untuk menjalankan permainan. Walaupun daftar ini belum final, kita bisa mengira-ngira PC seperti apa yang dibutuhkan agar versi retail Battlefield V berjalan mulus. Tebakan saya, system requirements ‘resminya’ mungkin akan lebih rendah lagi.

Segala Hal yang Perlu Anda Ketahui Mengenai Battlefield V

Bocoran eksistensi dari Battlefield V di bulan Maret silam menguak rahasia lebih dalam mengenai strategi EA. Dari keterangan narasumber, sang publisher memang sudah berencana mengem-balikan seri Battlefield ke era Perang Dunia 2, namun mereka tak mau melakukannya buru-buru. Electronic Arts sendiri baru menyingkap detail permainan lewat acara live reveal kemarin.

Sesuai dengan laporan para informan, memang benar, Battlefield V kembali mengusung latar belakang serupa permainan pertama di seri ini yang dilepas 16 tahun silam, Battlefield 1942. Tapi tim EA DICE tak ingin sekadar ‘me-remaster‘ konten permainan klasik itu. Mereka mau membawa Anda ke lokasi-lokasi yang belum pernah dilihat sembari menyajikan kisah yang belum pernah diceritakan.

Sejumlah konten yang sempat ada di Battlefield 1 dihadirkan lagi di Battlefield V, di antaranya mode-mode multiplayer seperti Conquest, Frontlines, Domination, Team Deathmatch, dan Breakthrough; termasuk campaign ‘War Stories’. Mode single-player di Battlefield V mengisahkan perjuangan tentara pemberontak Norwegia semasa penjajahan Jerman. Berbeda dari kisah kolosal ala Saving Private Ryan dan Band of Brothers, yang mereka perjuangkan adalah keselamatan orang-orang terdekatnya.

Battlefield V 1

Battlefield V tentu tak lupa menyajikan beragam konten baru. Satu contohnya ialah Grand Operations, yang menggantikan Operations di Battlefield 1. Di sana, tim diadu dalam peta dengan mode permainan berbeda selama ‘tiga sampai empat hari’. Hari mewakilkan satu match, dan hasil pertempuran akan memengaruhi match selanjutnya. Misalnya: keberhasilan tim Anda untuk menghancurkan artileri lawan berefek pada jumlah kendaraan yang bisa dipakai di ‘hari’ berikutnya.

Battlefield V 3

Selain itu, Anda juga dapat menikmati mode kooperatif empat pemain bernama Combined Arms. DICE belum mengungkap info mengenainya lebih rinci, namun penjelasan mereka mengingatkan saya pada Left 4 Dead dan Bad Company 2. Mode coop ini dilengkapi misi dan narasinya sendiri, lalu kegagalan seseorang dalam melaksanakan tugasnya bisa memberi dampak pada seluruh rekan satu timnya.

Battlefield V 2

Saat memulai pertempuran, Anda tidak lagi dibekali pasokan amunisi dan peledak secara penuh. Anda harus mengisi perbekalan di tiap zona objektif atau meminta dari teman satu tim. DICE tetap menyajikan empat pilihan kelas, yakni Assault, Support, Medic, serta Scout. Tapi menariknya, semua orang berkesempatan untuk ‘menghidupkan lagi’ rekan yang tumbang, sebelum Medic mengobatinya.

Modifikasi lain, yang menurut saya sangat berarti karena EA sepertinya sudah belajar dari kekeliruan mereka di Battlefront II, adalah dihilangkannya premium pass dan sistem loot box. Semua mode dan peta pascarilis dihadirkan gratis, kemudian segala item yang ada di store cuma bersifat kosmetik. Item-item tersebut bisa Anda beli memakai uang sungguhan, kredit in-game atau diperoleh dengan bermain.

Battlefield V rencananya akan hadir lebih dulu di Origin/EA Access pada tanggal 11 Oktober 2018, kemudian dilepas serentak di PC, Xbox One dan PlayStation 4 pada tanggal 19 Oktober. Rekaman acara live reveal-nya bisa Anda simak di bawah:

EA Akuisisi Layanan Streaming GameFly Demi Memperkuat Infrastruktur Cloud Gaming-nya

Gagasan cloud gaming, yaitu metode penyajian permainan video via streaming, telah diajukan hampir dua dekade silam. Dengannya, secara teori kita bisa menikmati game kapanpun, di perangkat apapun. Tentu saja tantangan terbesar cloud gaming ialah keterbatasan koneksi internet, dan inilah yang membuat OnLive bertekuk lutut dan menjual asetnya ke Sony.

Saat ini, kualitas jaringan internet telah meningkat jauh, tapi beberapa penyedia layanan gaming on-demand memang masih berhati-hati dalam menyuguhkannya. Sebagai contohnya: PlayStation Now dan GeForce Now baru bisa diakses di wilayah tertentu saja. Menariknya, baik Sony dan Nvidia akan mendapatkan kompetisi tak terduga dari Electronic Arts. Sang publisher game raksasa ini diketahui telah mengambil satu langkah yang berpeluang memperkuat infrastruktur cloud gaming mereka.

VentureBeat melaporkan bahwa EA baru-baru ini mengakusisi platform cloud-streaming GameFly. GameFly sendiri adalah layanan rental game online berlangganan yang menyediakan permainan-permaian console dan handheld. Mereka sudah cukup lama berbisnis di bidang ini, dimulai 16 tahun lalu, sejak era console generasi keenam seperti GameCube, Xbox dan PlayStation 2.

Pengambil-alihan tersebut tidak dilakukan secara menyeluruh, hanya terhadap aset GameFly yang memfasilitasi layanan ala Netflix-nya gaming. Teknologi ini kabarnya dikerjakan oleh tim berbasis Israel. Sayangnya, baik pihak Electronic Arts maupun GameFly belum mengungkapkan detail ataupun nilai dari akuisisi itu.

Cloud gaming adalah sebuah ranah menarik yang dapat membantu kami memberikan pemain kesempatan untuk menikmati permainan video dari beragam perangkat di mana pun mereka berada,” kata Ken Mosssaid selaku CTO EA via VentureBeat. “Kami sangat bersemangat untuk mengadopsi kepiawaian tim pengembang GameFly di bawah bendera EA dalam upaya membuat terobosan serta mengekspansi cara kita menikmati game.”

Selain memublikasikan permainan secara tradisional, EA juga sudah mengoperasikan layanan gaming berbasis langganan sejak empat tahun silam. Servis tersebut hadir sebagai EA Access di console Microsoft Xbox One dan Origin Access di Windows. Sang publisher sempat mengajukannya ke Sony Interactive Entertainment, namun sang console maker Jepang itu menolaknya.

Dengan menggarap layanan cloud gaming, EA berkesempatan untuk menjangkau konsumen secara lebih luas lagi, khususnya mereka yang tidak mau membeli console ataupun gaming PC. Memang masih ada kekhawatiran soal jaringan internet, tapi era 5G sebentar lagi akan tiba dan di masa itu, layanan streaming game berpeluang akan jadi kian merakyat.