Finch Capital Pimpin Pendanaan Lanjutan Pintek

Platform p2p lending khusus pendidikan Pintek mengumumkan pendanaan dengan nominal dirahasiakan yang dipimpin Finch Capital. Accion Venture Lab, investor sebelumnya di pra-Seri A ikut berpartisipasi dalam putaran ini. Ada beberapa investor lain yang turut terlibat, tapi tidak disebutkan namanya.

Disebutkan dengan putaran ini, total pendanaan yang didapatkan Pintek sejauh ini telah mencapai $5 juta (lebih dari 70 miliar Rupiah). Dana segar akan digunakan untuk mengembangkan produk dan teknologi, serta meneruskan edukasi agar masyarakat Indonesia mengenal pinjaman pendidikan.

Co-Founder Pintek sekaligus CEO SoCap, Ioann Fainsilber menuturkan, selama pandemi Covid-19, layanan Pintek mengalami pertumbuhan yang kuat dengan pendapatan meningkat hingga 12 kali lipat dari awal tahun hingga September 2020, dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Menurutnya, pertumbuhan ini memvalidasi proposisi perusahaan untuk mendorong seluruh ekosistem pendidikan, membiayai siswa, lembaga pendidikan, dan pemasok kebutuhan pendidikan. “Kami juga telah menyesuaikan layanan Pintek dengan kebutuhan selama pandemi, seperti membantu sekolah untuk membiayai keperluan mendigitalkan dan menjalankan lingkungan pembelajaran online yang efektif,” ujar Fainsilber dalam keterangan resmi, Selasa (1/12).

Fainsilber melanjutkan, kerja sama dengan investor seperti Finch Capital dan Accion Venture Lab akan memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan tim, membangun platform yang memberikan solusi keuangan cerdas untuk pendidikan yang lebih baik, dan memungkinkan pendidikan inklusif dan berkualitas tinggi untuk seluruh masyarakat Indonesia.

Managing Partner of Finch Capital Hans De Back turut memberikan pernyataannya, “Kami berharap Pintek menjadi solusi menyeluruh untuk segala kebutuhan dari segi siswa, institusi pendidikan, hingga perusahaan pemasok kebutuhan pendidikan lainnya. Kami sangat senang telah mendukung Pintek sejak periode pertamanya dan sekarang menuju fase pertumbuhan selanjutnya,” kata dia.

Portofolio Finch Capital di Indonesia, selain menanamkan investasi di Pintek, mereka juga berinvestasi ke Jojonomics, TADA, dan Halofina. Sebelumnya, Finch Capital bersama Telkom membuat dana kelolaan baru Arise Fund dengan target dana $40 juta (sekitar 565 miliar Rupiah). Fund ini diperuntukkan buat menjembatani solusi gap di post-seed hingga seri A.

Layanan Pintek Instan

Pintek dimiliki oleh SoCap, perusahaan yang fokus untuk menumbuhkan usaha yang memfasilitasi kerja sama, pertukaran, dan inovasi untuk dampak di sosial di suatu negara. Perusahaan ini hadir sejak 2018 dan terdaftar di AFPI sebagai anggota.

Pada pandemi ini, perusahaan merilis Pintek Instant yang merupakan versi upgrade dari Pintek Students. Produk ini mampu melakukan persetujuan kredit dalam satu jam. Namun batas kredit yang bisa diajukan Rp5 juta dengan pilihan tenor 30 hari dan 90 hari, dan bunga 2,19% (khusus tenor 90 hari).

Dalam konferensi pers yang diadakan perusahaan beberapa waktu lalu, sektor pendidikan terkena dampak yang cukup dalam dari wabah Covid-19 yang berkepanjangan. Pertama adalah membesarnya angka pengangguran dan kian turunnya pendapatan sebagian besar masyarakat.

Di sisi lain, sekitar 69 juta pelajar yang kehilangan akses pendidikan selama pandemi ini, hanya 40% dari penduduk Indonesia yang punya akses internet. Institusi pendidikan pun otomatis terkena imbasnya karena mereka butuh dana untuk melakukan digitalisasi kegiatan belajar-mengajar.

Hingga saat ini, perusahaan telah bekerja sama dengan lebih dari 80 institusi pendidikan formal dan nonformal melalui produk Pintek Institutions dan Pintek Students. Total pembiayaan pendidikan yang telah disalurkan mencapai lebih dari 70 miliar Rupiah ke lebih dari 100 institusi dan 3 ribu siswa yang tersebar di 26 provinsi di Indonesia.

Selain Pintek, di Indonesia juga sudah ada beberapa layanan serupa seperti Danadidik, Cicil, hingga KoinPintar dari Koinworks.

Zenius to Launch Educational Management System for Teachers

Zenius announces the launch of Zenius untuk Guru (ZuG), a free learning management system created by teachers, for teachers. This platform can be used by teachers throughout Indonesia for free, for all subjects, and at all levels of education to facilitate the management of learning activities.

Zenius’s Chief of Teachers’ Initiative, Amanda P. Witdarmono explained that the development of ZuG started with the company’s mission to improve Indonesia’s educational competence to the global level. Through their ongoing relationships with teachers, they often face challenges, especially during the pandemic.

Examples include finding interesting study materials, creating test questions that match students’ cognitive levels and understanding, and assessing student work results. Then, the teacher must also design teaching and learning activities that are fun, motivating, and easy to accept even though they do not interact directly with students.

“ZuG Harir is a co-creation platform to help teachers teach, specifically in distributing a subject matter, sorting and assigning questions, and obtaining an analysis of student work results,” Amanda said in an official statement, Thursday (26/11).

Prior to its official release, ZuG has been accessed by more than 6 thousand teachers in Indonesia to get input and further refine the platform.

ZuG reduces the workload of teachers in creating course materials and exam questions by providing access to the Zenius material bank, enabling teachers to create online classes, manage student homework deadlines, automatic assessments, and share concept videos from Zenius as additional material.

According to him, with this learning management system, teachers can have more time to do what they are good at, increase quality learning interactions, so that students have high literacy and numeracy skills. ZuG itself can be accessed via the official website.

In the previous explanation, the Co-Founder & Chief Education Officer of Sabda PS. said the company will continue to maintain free access forever, including 80 thousand concept video content, practice questions, and answers, in order to target 30 million students to use Zenius.

Meanwhile, the company is said to have 15.7 million users spread across 300 cities and districts.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Titik Pintar Introduces SahabatPintar, Educational Content Platform for Elementary Students

Titik Pintar’s interactive edutainment platform officially introduces SahabatPintar.id, an educational content platform designed for the primary school (SD) student segment in Indonesia.

SahabatPintar.id presents material monitored by elementary school teachers in Indonesia who have teaching experience for more than 10 years. Currently, the SahabatPintar.id platform is available for free access.

Titik Pintar’s founder & CEO, Robbert Deusing, said that his party wants to contribute to the quality of education in Indonesia. This is in line with World Bank recommendations regarding the impact of Covid-19, the education sector needs to pay attention to the quality of distance learning methods.

Based on data from the Ministry of Education and Culture, there are currently 25 million children currently studying at the elementary level. Meanwhile, the number of schools closed due to the Covid-19 pandemic has reached 530 thousand units.

“SahabatPintar wants to play a role in the world of education in the long term. When schools reopen, we believe teachers will be greatly helped by the availability of quality educational materials that are easily accessible such as those available by SahabatPintar.id and the Titik Pintar application,” Deusing said to DailySocial.

He revealed that his team is currently integrating 100 materials into the SahabatPintar platform. The long-term goal of this platform is to bring together teachers, designers, and animators in Indonesia to create up to 10,000 quality content. The contents will be integrated directly on the Titik Pintar platform.

“Even though our team has made various educational content, it will still be difficult to catch up with the rapid development of children. At the same time, we are aware that there are many teachers and content creators in Indonesia who have the expertise to create educational content,” he told DailySocial.

Therefore, to achieve this target, his party is holding a competition for designer teachers and animators to produce educational content that is easily understood by children.

For your information, Titik Pintar is currently used by 12 thousand users in Indonesia. This platform provides various edutainment materials tailored to the government curriculum (Kurtilas).

Expecting breakthrough from edtech players in 2021

Not many edtech services have run in the gamification sector, like Titik Pintar. In fact, this content can actually be an interesting approach to provide a fun atmosphere for teaching and learning activities, especially during the pandemic.

With the plan of Minister of Education and Culture (Mendikbud) Nadiem Makarim to reopen schools in January 2021, this could be the right step to provide a temporary “break” for parents who have been accompanying their children to study during the pandemic.

This has also been acknowledged by a number of players we have interviewed. There are many issues experienced, one of which is that parents are overwhelmed with their children because they are not used to transitioning to online platforms.

The trend of edtech services began to skyrocket in the last few years. The peak occurred this year due to the Covid-19 pandemic. The policy of teaching and learning activities from home (KBM) is a tremendous momentum for online learning platform providers to gain new users and significant traffic.

In general, the government’s decision to reopen schools will present a further “test case” to prove whether edtech services remain relevant and credible in the next year. This is primarily to provide affordable internet access and content for user segments outside Java who are in rural and border areas.

In addition, next year can also be momentum for old and new edtech players to develop content with more varied types and costs. Moreover, there are currently not many edtech services that play in the realm of gamification, especially for elementary school children.

To date, edtech startups have various market segments ranging from elementary to high school lectures, or employee segments by offering free access for certain periods to premium access to interactive content, video-on-demand, and private tutors.

DSResearch through the Edtech Report 2020 reveals that internet connection is still the biggest challenge (81.2%) of users in learning, followed by access to paid content (49.4%), understanding of English (39.2%), and availability of devices (38,4%).

In addition, as many as 70 percent of respondents are willing to pay for edtech services ranging from IDR 50,000 / month (12.6%), IDR 50,000-1 million / month (35.3%), IDR 1 million-2.5 million / month (24, 6%), IDR 2.5 million-5 million / month (17.8%), and above IDR 5 million / month (9.7%).


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Titik Pintar Memperkenalkan SahabatPintar, Platform Konten Pendidikan untuk Murid SD

Platform edutainment interaktif Titik Pintar resmi memperkenalkan SahabatPintar.id, yakni platform konten pendidikan yang ditujukan untuk segmen murid sekolah dasar (SD) di Indonesia.

SahabatPintar.id menghadirkan materi yang dipantau oleh para guru SD di Indonesia yang memiliki pengalaman mengajar selama lebih dari 10 tahun. Saat ini, platform SahabatPintar.id dapat diakses pengguna gratis secara terus-menerus.

Founder & CEO Titik Pintar Robbert Deusing mengatakan, pihaknya ingin berkontribusi terhadap kualitas pendidikan di Indonesia. Hal ini sejalan dengan rekomendasi World Bank terkait dampak Covid-19, sektor pendidikan perlu memperhatikan kualitas metode pembelajaran jarak jauh.

Berdasarkan data Kemendikbud, saat ini terdapat 25 juta anak yang tengah menempuh pendidikan di jenjang SD. Sementara itu, jumlah sekolah yang tutup karena pandemi Covid-19 mencapai 530 ribu unit.

“SahabatPintar ingin mengambil peran di dunia pendidikan dalam jangka panjang. Saat sekolah kembali dibuka nanti, kami percaya para guru akan sangat terbantu dengan adanya materi-materi edukasi berkualitas yang mudah diakses seperti yang tersedia di SahabatPintar.id maupun aplikasi Titik Pintar,” ujar Deusing kepada DailySocial.

Ia mengungkap bahwa pihaknya saat ini sedang melakukan integrasi terhadap 100 materi ke platform SahabatPintar. Tujuan jangka panjang dari platform ini adalah mengumpulkan para guru, desainer, dan animator di Indonesia untuk membuat hingga 10.000 konten berkualitas. Adapun konten-konten tersebut nantinya akan terintegrasi langsung di platform Titik Pintar.

“Meski tim kami sudah membuat berbagai konten edukasi, akan tetap sulit untuk mengejar perkembangan anak-anak yang begitu pesat. Di saat bersamaan, kami sadar ada banyak guru dan kreator konten di Indonesia yang mempunyai keahlian untuk membuat konten edukasi,” tuturnya kepada DailySocial.

Maka itu, untuk mencapai target tersebut, pihaknya tengah mengadakan kompetisi bagi para guru desainer dan animator untuk menghasilkan karya konten edukasi yang mudah dipahami oleh anak-anak.

Sekadar informasi, Titik Pintar saat ini telah digunakan sebanyak 12 ribu pengguna di Indonesia. Platform ini menyediakan berbagai materi edutainment yang disesuaikan dengan kurikulum pemerintah (Kurtilas).

Menanti gebrakan pemain edtech di 2021

Belum banyak layanan edtech yang bermain di ranah gamifikasi, seperti halnya Titik Pintar. Padahal, konten ini sebetulnya dapat menjadi pendekatan menarik untuk memberikan suasana kegiatan belajar mengajar (KBM) yang menyenangkan, terutama selama masa pandemi.

Dengan rencana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim untuk membuka kembali sekolah pada Januari 2021, ini dapat menjadi langkah tepat untuk memberi “break” sementara bagi orang tua yang selama ini mau tak mau mendampingi anaknya belajar selama masa pandemi.

Hal ini pun diakui oleh sejumlah pemain yang pernah kami wawancarai. Ada banyak isu yang dialami di mana salah satunya adalah orang tua kewalahan mendampingi anaknya karena belum terbiasa bertransisi ke platform online.

Tren layanan edtech mulai meroket sejak beberapa tahun terakhir. Puncaknya terjadi pada tahun ini akibat pandemi Covid-19. Kebijakan merumahkan kegiatan belajar mengajar (KBM) menjadi momentum luar biasa bagi penyedia platform pembelajaran online dalam mendulang pengguna baru dan trafik yang signifikan.

Secara umum, keputusan pemerintah untuk membuka sekolah kembali akan memperlihatkan “test case” selanjutnya bagi untuk membuktikan apakah layanan edtech tetap relevan dan kredibel di tahun depan. Hal ini terutama untuk menyediakan akses internet dan konten terjangkau bagi segmen pengguna di luar Jawa yang di pedesaan dan wilayah perbatasan.

Selain itu, tahun depan juga dapat menjadi momentum bagi pelaku edtech lama dan baru untuk mengembangkan konten dengan jenis dan biaya yang lebih variatif. Terlebih, saat ini belum banyak layanan edtech yang bermain di ranah gamifikasi, khususnya untuk anak SD.

Sejauh ini, startup edtech memiliki segmen pasar beragam mulai dari SD sampai SMA perkuliahan, atau segmen karyawan dengan menawarkan akses gratis selama periode tertentu hingga akses premium pada konten-konten interaktif, video-on-demand, dan private tutor.

DSResearch melalui Edtech Report 2020 mengungkap bahwa koneksi internet masih menjadi tantangan terbesar (81,2%) pengguna dalam belajar, disusul akses terhadap konten berbayar (49,4%), pemahaman bahasa Inggris (39,2%), dan ketersediaan perangkat (38,4%).

Selain itu, sebanyak 70 persen responden bersedia membayar layanan edtech dengan rentang di bawah Rp50ribu/bulan (12,6%), Rp50ribu-1 juta/bulan (35,3%), Rp1 juta-2,5 juta/bulan (24,6%), Rp2,5 juta-5 juta/bulan (17,8%), dan di atas Rp5 juta/bulan (9,7%).

Edtech Startup Pendidikan.id to Reach Profitability, Preparing for Series A Round

Edtech startup Pendidikan.id, known for its product Kipin (Smart Kiosks), revealed that it is in the process of raising Series A to launch the company’s expansion plan to schools in rural areas and 3T which have difficulty getting internet access. With the B2B2C model and targeting schools as users, it is claimed that company finances have entered the profitability stage.

Pendidikan.id’s CEO, Santoso Suratso explained to DailySocial that the company started Kipin to answer the needs of students in remote areas who have had difficulty getting internet access.

The position of the company is slightly different from other edtech players, which mostly create web-based solutions or applications, Kipin is in the form of a kiosk resembling an ATM in which there are materials that can be accessed by students without needing an internet network.

“Kipin ATM answers and provides solutions to all of this, in terms of schools, and the village hall is very happy because it really helps them,” he said.

He continued, among the investors at Pendidikan.id there is Garden Impact, a Singapore-based investor focused on investing in commercially sustainable businesses. They entered Pendidikan.id in 2016 for seed investment, then provide additional funding, to be precise in 2018 and 2019.

The funds obtained are used for research and product development. Another investor, there is a local property company The Paradise Group (Indonesian Paradise Property). In the list of Garden Impact portfolio, there is also an edtech company that focuses on finance, DanaDidik.

Sumber: Kipin (Kios Pintar)
Source: Kipin (Kios Pintar)

Kipin updates

The company places Kipin as a learning support infrastructure in the PJJ (Distance Learning) era so that schools have a learning method where students remain in class, even though they are physically absent at school to access the content provided by Kipin. There are more than 2500 school textbooks, videos, practice questions on UNBK-based tryouts, up to 350 comics.

All of this content is already in the machine, so the operation of this machine does not use the internet, only electricity. So, both students and teachers can access and download all of this content to their devices without credit or quota because there is already an ‘eduSPOT’ wifi network on the machine.

Every month Kipin ATM will be updated automatically, so users will always get the latest subject matter. Additional technology contained in ATMs includes backup power, including backup batteries. If the electricity connection is suddenly cut off, then Kipin ATM can still last several hours.

“Kipin is free for all students because the school is buying it (B2B2C), so children who are less fortunate can still use it. Even if the device does not have a SIM card, it can still run because there is eduSPOT technology at Kipin. One kiosk can serve one school with up to 500 students. ”

Santoso continued, “We created this innovation ourselves based on Pak Jokowi’s idea. These are all the results of annual research and development, from seven years ago. ”

In addition to Kipin ATM, the company also has other products, namely Kipin PTO, a learning evaluation system tool and a paperless exam without internet that is in accordance with the Minimum Competency Assessment (AKM). This AI-powered device helps teachers during PJJ because all exam questions are solved by cellphones, tablets, or laptops and don’t need to be connected to the internet.

Equipped with a question upload system with Ms. Word and Ms. Excel, exam results will appear shortly after completion, a time management system is available for starting and ending exams, and supports essay questions with weights determined by the teacher.

“With the AI ​​feature, teachers can save time, have auto-grading, and so on. It’s all digital-based, paperless, therefore, it’s cost-effective. ”

Santoso also said, in this PJJ era, Kipin adoption remains high because teachers who have used Kipin feel happy because there are no differences and already understand how work works.

Currently, the products made by Pendidikan.id have been used by schools in rural areas, including Jambi, Banten, Bandung, Purwokerto, Semarang, Surabaya, Lombok, North Kalimantan, East Kalimantan, Gorontalo, Palu, Kupang, as well as in Jabotabek.

Pendidikan.id is said to have a total team of 100 people. The engineering team at the company is divided into three divisions, namely for educational content development, hardware and design development, and software, web, and applications.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Edtech Startup Pahamify Receives Series A Funding Led by Shunwei Capital

Edtech startup Pahamify announced series A funding with undisclosed value, led by Shunwei Capital. New investors participated in are Lien Family Office (Wah Hin) and a number of angel investors, as well as previous investors. Insignia Ventures also involved in this round.

The news was delivered by Pahamify’s Co-Founder & CEO Rousyan Fikri. He said the fund is to be used for the development of learning materials from elementary to high school levels. It will also be used to accelerate technological innovation and the teaching process on the platform.

“This fund will help Pahamify to maintain our position as a leader in the online tryout service (PTN entrance exam preparation). Last year, we served nearly 1 million practice trial exam sessions. 1 of 3 students who took UTBK last year used Pahamify for their test practice,” Rousyan said, Friday (27/11).

Previously, last March, the company has received funding of $150 thousand from the US-based accelerator program, Y Combinator, after participating in the W20 batch.

The pandemic effect

Rousyan continued, this pandemic has encouraged edtech companies like Pahamify to accelerate the innovation level to support the whole student needs. Some of the released features including live online classes for high school students and equivalent for free. There are also learning materials for science, social studies, language, and preparation for higher education entrance examinations (UTBK and Mandiri).

In this online class, everyday students can take in-class sessions, there are six to eight classes each day, through the application and interacting with the teachers (called Rockstar Teacher Pahamify) which makes the learning atmosphere more interactive. “To help students during their study at home, we still provide this feature for free.”

In addition, during the pandemic, he claimed that the Pahamify online tryout feature was recommended by Indonesian students as the best platform for UTBK preparation. In this feature, they get practice exams every week and get immediate feedback about their practice results.

“Our system recommends concrete steps students can take to improve their scores and strengthen their exam preparation.”

The company also participates in a program organized by the Ministry of Education and Culture, namely Learning from Home which is held on TVRI. “We hope Pahamify’s contribution to this program can help the teaching and learning process of Indonesian students in this difficult time.”

All of these innovations are quite good results for the company. Rousyan claims, thanks to satisfaction with Pahamify, 2020 graduate users have recommended this application to their juniors.

“As a result, in the current academic year, even though it has only been running for four months, the number of paid users is already 10 times more than the number of paid users in the previous academic year,” he concluded.

In Indonesia, Pahamify competes with Ruangguru, Zenius, and Quipper.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Startup Edtech Pahamify Kantongi Pendanaan Seri A Dipimpin Shunwei Capital

Startup edtech Pahamify mengumumkan pendanaan seri A dengan nilai dirahasiakan, dipimpin Shunwei Capital. Investor baru yang turut berpartisipasi adalah Lien Family Office (Wah Hin) dan sejumlah angel investor, serta investor sebelumnya. Insignia Ventures juga ikut dalam putaran ini.

Kabar ini disampaikan oleh Co-Founder & CEO Pahamify Rousyan Fikri. Ia menuturkan tambahan dana tersebut akan digunakan untuk pengembangan materi belajar dari tingkat SD sampai SMA. Sebagiannya lagi akan dipakai untuk mempercepat inovasi teknologi dan proses pengajaran di platformnya.

“Dana ini akan membantu Pahamify untuk mempertahankan posisi kami sebagai leader di layanan tryout online (persiapan ujian masuk PTN). Tahun kemarin, kami melayani hampir 1 juta sesi latihan tryout ujian. 1 dari 3 siswa yang mengikuti UTBK tahun kemarin menggunakan Pahamify untuk latihan ujiannya,” kata Rousyan, Jumat (27/11).

Sebelumnya, pada Maret lalu perusahaan baru mendapat pendanaan sebesar $150 ribu dari program akselerator asal Amerika Serikat Y Combinator, pasca ikut serta di batch W20.

Dampak dari pandemi

Rousyan melanjutkan, dampak pandemi ini mendorong perusahaan edtech seperti Pahamify untuk mempercepat tingkat inovasinya untuk mendukung kebutuhan para siswa. Beberapa fitur yang sudah dirilis di antaranya kelas online live yang bisa dinikmati oleh siswa SMA sederajat secara gratis. Juga tersedia materi pembelajaran untuk IPA, IPS, Bahasa, dan persiapan ujian masuk perguruan tinggi (UTBK dan Mandiri).

Dalam kelas online ini, setiap hari siswa bisa ikut sesi kelas, terdapat enam sampai delapan kelas setiap harinya, lewat aplikasi dan berinteraksi dengan para pengajar (disebut Rockstar Teacher Pahamify) yang membuat suasana belajar semakin interaktif. “Untuk membantu siswa-siswi selama masa belajar di rumah, sampai saat ini fitur tersebut masih kita berikan secara gratis.”

Di samping itu, selama pandemi, ia mengklaim fitur tryout online Pahamify banyak direkomendasikan siswa-siswi Indonesia sebagai platform terbaik untuk persiapan UTBK. Di fitur ini, mereka mendapatkan latihan ujian setiap minggunya dan memperoleh feedback langsung mengenai hasil latihannya.

“Sistem kami merekomendasikan langkah-langkah konkret yang bisa diambil siswa-siswi untuk meningkatkan skor dan memantapkan persiapan ujiannya.”

Perusahaan juga berpartisipasi untuk program yang diselenggarakan Kemdikbud, yakni Belajar dari Rumah yang diadakan di TVRI. “Kita berharap kontribusi Pahamify di program ini bisa membantu proses belajar-mengajar siswa-siswi Indonesia di masa yang sulit ini.”

Seluruh inovasi tersebut buah hasil yang manis buat perusahaan. Rousyan mengklaim, berkat kepuasan terhadap Pahamify, para pengguna lulusan 2020 banyak merekomendasikan aplikasi ini ke adik-adik kelasnya.

“Hasilnya, di tahun ajaran sekarang, walaupun baru empat bulan berjalan, jumlah pengguna berbayar sudah 10 kali lebih banyak dibanding jumlah pengguna berbayar di satu tahun ajaran kemarin,” pungkasnya.

Di Indonesia, Pahamify bersaing ketat dengan Ruangguru, Zenius, dan Quipper.

Application Information Will Show Up Here

Startup Edtech Pendidikan.id Klaim Tembus Profitabilitas, Persiapkan Putaran Seri A

Startup edtech Pendidikan.id, dikenal dengan produknya Kipin (Kios Pintar), mengungkapkan sedang memproses penggalangan seri A untuk melancarkan rencana ekspansi perusahaan ke sekolah di daerah rural dan 3T yang sulit mendapat akses internet. Dengan model B2B2C dan menargetkan sekolah sebagai pengguna, diklaim keuangan perusahaan sudah masuk ke tahap profitabilitas.

Kepada DailySocial, CEO Pendidikan.id Santoso Suratso menerangkan perusahaan merintis Kipin untuk menjawab kebutuhan pelajar di daerah pelosok yang selama ini sulit mendapatkan akses internet.

Posisi perusahaan sedikit berbeda dibandingkan pemain edtech lainnya, kebanyakan membuat solusi berbasis situs atau aplikasi, Kipin berbentuk kios menyerupai ATM yang di dalamnya terdapat materi-materi yang dapat diakses pelajar tanpa memerlukan jaringan internet.

“Kipin ATM menjawab dan memberikan solusi ke semua ini, jadi untuk sekolah, balai desa sangat senang karena sangat menolong mereka,” ujarnya.

Dia melanjutkan, dalam jajaran investor di Pendidikan.id terdapat Garden Impact, pemodal dari Singapura yang fokus pada investasi di bisnis yang berkelanjutan secara komersial. Mereka masuk ke Pendidikan.id pada 2016 untuk investasi tahap awal, lalu melakukan penambahan sebanyak dua kali, tepatnya 2018 dan 2019.

Dana yang didapat dimanfaatkan untuk riset dan pengembangan produk. Investor lainnya, terdapat perusahaan properti lokal The Paradise Group (Indonesian Paradise Property). Dalam portofolio Garden Impact, juga terdapat perusahaan edtech yang fokus pada di finansial yakni DanaDidik.

Sumber: Kipin (Kios Pintar)
Sumber: Kipin (Kios Pintar)

Perkembangan Kipin

Perusahaan menempatkan Kipin sebagai infrastruktur pendukung pembelajaran di era PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) agar sekolah memiliki metode belajar di mana siswa tetap hadir di kelas, meskipun secara fisik tidak hadir di sekolah untuk mengakses konten-konten yang disediakan Kipin. Ada lebih dari 2500 buku pelajaran sekolah, video, latihan soal tryout berbasis UNBK, hingga 350 komik.

Semua konten ini sudah ada di dalam mesin, sehingga operasional mesin ini tidak menggunakan internet, hanya listrik. Sehingga, baik siswa maupun guru dapat mengakses dan mengunduh seluruh konten ini ke perangkat mereka tanpa pulsa atau kuota karena sudah terdapat jaringan wifi ‘eduSPOT’ di dalam mesin.

Tiap bulannya Kipin ATM akan ter-update secara otomatis, sehingga pengguna akan selalu mendapat materi pelajaran terbaru. Teknologi tambahan yang terdapat di ATM terdapat backup power, termasuk baterai cadangan. Apabila koneksi listrik tiba-tiba terputus, maka Kipin ATM masih mampu bertahan beberapa jam.

“Kipin gratis untuk semua siswa karena sekolahnya yang beli (B2B2C), jadi untuk anak yang kurang mampu tetap bisa pakai. Bahkan bila gawainya tidak ada SIM card juga tetap bisa jalan karena ada teknologi eduSPOT di Kipin. Satu kios ini bisa melayani satu sekolah sampai dengan 500 siswa.”

Santoso melanjutkan, “Inovasi ini kami ciptakan sendiri berdasarkan ide Pak Jokowi. Ini semua hasil riset dan development tahunan, sudah dari tujuh tahun lalu.”

Selain Kipin ATM, perusahaan juga memiliki produk lainnya yakni Kipin PTO, perangkat sistem evaluasi belajar dan ujian paperless tanpa internet yang sesuai dengan Asesemen Kompetensi Minimum (AKM). Perangkat bertenaga AI ini membantu guru saat PJJ karena seluruh soal ujian diselesaikan dengan HP, tablet, atau laptop dan tidak perlu terkoneksi internet.

Dilengkapi dengan sistem upload soal dengan Ms.Word dan Ms.Excel, hasil ujian akan muncul sesaat setelah selesai, tersedia sistem manajemen waktu untuk memulai dan mengakhiri ujian, dan mendukung soal esai dengan bobot ditentukan oleh guru.

“Dengan fitur AI, guru bisa hemat waktu, ada auto grading, dan lain-lain. Semua ini berbasis digital, tanpa kertas, sehingga hemat biaya.”

Santoso bahkan mengklaim, di era PJJ seperti ini adopsi Kipin tetap tinggi karena guru-guru yang telah menggunakan Kipin merasa senang karena tidak perbedaan dan sudah paham dengan cara kerja kerja.

Saat ini produk yang dibuat Pendidikan.id telah digunakan oleh sekolah-sekolah di daerah rural seperti di Jambi, Banten, Bandung, Purwokerto, Semarang, Surabaya, Lombok, Kalimantan Utara, Kaltim, Gorontalo, Palu, Kupang, juga di Jabotabek.

Total tim Pendidikan.id disebutkan mencapai 100 orang. Tim engineer di perusahaan terbagi menjadi tiga divisi, yakni untuk pengembangan konten pendidikan, pengembangan hardware dan desain, dan software, web, dan aplikasi.

Application Information Will Show Up Here

Zenius Rilis Sistem Manajemen Pembelajaran Khusus Guru

Zenius mengumumkan peluncuran Zenius Untuk Guru (ZuG), sistem manajemen pembelajaran gratis yang dibuat oleh guru, untuk guru. Platform ini sudah bisa digunakan oleh guru se-Indonesia secara gratis, untuk segala mata pelajaran, dan segala jenjang pendidikan untuk memudahkan pengelolaan aktivitas pembelajaran.

Chief of Teachers’ Initiative Zenius Amanda P. Witdarmono menjelaskan, pengembangan ZuG berawal dari misi perusahaan yang ingin meningkatkan kompetensi pendidikan Indonesia hingga ke tingkat global. Melalui hubungan yang terus terjalin dengan para guru, ada tantangan yang kerap dihadapi mereka, terlebih selama masa pandemi.

Contohnya adalah mencari bahan materi belajar yang menarik, membuat soal ujian yang cocok dengan tingkat kognitif dan pemahaman siswa, dan menilai hasil pekerjaan siswa. Kemudian, guru juga harus mendesain kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan, memotivasi, dan mudah diterima meski tidak berinteraksi langsung dengan siswa.

“ZuG harir sebagai platform co-creation untuk membantu guru melakukan pengajaran, secara spesifik dalam membagikan materi pelajaran, memilah dan menugaskan soal, serta mendapatkan analisis hasil pekerjaan siswa,” ujar Amanda dalam keterangan resmi, Kamis (26/11).

Sebelum dirilis resmi, ZuG telah diakses oleh lebih dari 6 ribu guru di Indonesia untuk mendapatkan masukan dan menyempurnakan platform lebih jauh.

ZuG meringkankan beban kerja guru dalam membuat materi pelajaran dan soal ujian dengan memberikan akses pada bank materi Zenius, memungkinkan para guru untuk menciptakan kelas daring, mengelola tenggat waktu pekerjaan rumah siswa, penilaian otomatis, hingga membagikan video konsep dari Zenius sebagai materi tambahan.

Menurutnya, dengan sistem manajemen pembelajaran ini, para guru bisa memiliki waktu yang lebih banyak untuk melakukan hal yang mereka kuasai, meningkatkan interaksi pembelajaran yang berkualitas, sehingga siswa memiliki keterampilan literasi dan numerasi yang tinggi. ZuG itu sendiri dapat diakses melalui situs resminya.

Dalam paparan sebelumnya, Co-Founder & Chief Education Officer Sabda PS. menuturkan perusahaan akan terus mempertahankan akses gratis selamanya, meliputi 80 ribu konten video konsep, latihan soal, dan jawaban, demi menargetkan 30 juta pelajar untuk menggunakan Zenius.

Adapun, saat ini perusahaan mengklaim sudah memiliki 15,7 juta pengguna yang tersebar di 300 kota dan kabupaten.

Application Information Will Show Up Here

Mekari Mulai Optimalkan Lini Bisnis Edukasi, Sasar Pelaku UKM dan Profesional

Bertujuan untuk memberikan akses online learning kepada UKM dan pegawai kantoran, khususnya yang berkaitan dengan pemanfaatan software berbasis cloud, Mekari meluncurkan Mekari University. Sebenarnya program ini sudah mulai diinisiasi sejak tahun 2018 lalu. Seiring berjalannya waktu, platform tersebut diklaim telah mengalami pertumbuhan positif dan sudah melakukan ekspansi kerja sama dengan institusi pendidikan di berbagai kota besar Indonesia.

Hingga saat ini, Mekari University sudah memiliki lebih dari 6000 pengguna dari berbagai kalangan dengan lebih dari 800 kelas.

Kepada DailySocial Head of Learning Centre Mekari Sally Devina Kie mengungkapkan, tingginya minat dan antusiasme peserta, ditambah dengan kondisi pandemi saat ini, mendorong Mekari University menghadirkan platform edukasi online secara khusus yang bisa diakses melalui web, dengan harapan bisa menjangkau lebih banyak peserta yang ingin mendapatkan edukasi komprehensif baik dari akademisi atau profesional.

“Di masa pandemi ini, kami melihat potensi besar dalam dunia teknologi pendidikan, namun sekarang kami masih membangun awareness dulu dan masih dengan semangat sepenuhnya untuk edukasi, bukan hanya untuk kalangan akademisi tapi professional juga,” kata Sally.

Konsep online learning yang menyasar UKM hingga perusahaan sudah banyak ditawarkan oleh beberapa startup saat ini. Bukan hanya pelatihan terkait dengan HR dan perpajakan, namun juga belajar hukum oleh Hukum Online hingga startup edutech B2B Codemi.

Targetkan segmen B2C dan B2B

Melalui Mekari University diharapkan bisa menjadi channel bagi Mekari untuk menyediakan platform edukasi online maupun berbagai program edukasi lainnya, yang bisa diakses dan dimanfaatkan oleh semua kalangan baik akademisi, profesional dan pemilik bisnis, juga para pengguna dari produk Mekari.

Untuk segmen B2C, saat ini terdapat berbagai kursus online yang bisa diakses secara gratis oleh peserta (akademisi, profesional dan lainnya) melalui platform. Ada juga kursus online berbayar yang bisa diakses oleh berbagai kalangan untuk tujuan sertifikasi di bidang penggunaan software.

Sementara untuk B2B, Mekari mengembangkan kerja sama dengan berbagai institusi pendidikan dan entitas usaha di Indonesia untuk menghadirkan seminar, workshop, sesi training to trainer, dan kelas sertifikasi software akuntansi Jurnal, software HRIS Talenta, dan software administrasi pajak Klikpajak yang berbasis cloud bagi kalangan akademisi maupun profesional.

Memasuki kuartal ke empat Mekari tengah mengupayakan untuk scale-up proses produksi kursus di dalam platform pembelajaran untuk menghadirkan konten berkualitas sebanyak-banyaknya guna menjangkau lebih banyak pengguna dan memenuhi ekspektasi mereka. Pilihan kursus yang diambil mayoritas pengguna dari berbagai kalangan merata di setiap topik, yaitu akuntansi, HR, perpajakan, manajemen dan software.

“Namun, memang spesifik mulai di Q4 ini, kami lebih menargetkan audience professional, di mana kami melihat semakin banyaknya kebutuhan course yang disajikan secara online di masa pandemi ini,” kata Sally.