Lazada dan AIZEN Bermitra Hadirkan Skema Inovatif Kepemilikan Kendaraan Listrik Logistik

AIZEN, startup fintech berbasis AI asal Korea Selatan, telah menandatangani nota kesepakatan (MoU) dengan Lazada Logistics, unit bisnis logistik dari Lazada Indonesia. MoU ini dalam rangka mendukung lanskap pasar kendaraan listrik (EV) di Indonesia melalui “EV-CreditConnect”, layanan perbankan AI untuk EV.

Diharapkan kesepakatan ini dapat mendukung revolusi pembiayaan industri kendaraan listrik dengan menjembatani kesenjangan antara lembaga keuangan dan mobilitas operator, serta memperluas penyediaan kendaraan yang efisien dan ramah lingkungan bagi mitra kurir Lazada Logistics.

AIZEN CreditConnect adalah platform berbasis AI yang memungkinkan perusahaan keuangan menemukan pelanggan, mengembangkan produk, mengelola risiko, dan mengoperasikan system. Platform ini telah beroperasi di Korea dan Vietnam.

Di Indonesia, AIZEN bermitra dengan Sunindo Kookmin Best Finance yang akan menghubungkan pembeli dengan pemberi kredit serta menawarkan solusi pembiayaan yang inovatif untuk kepemilikan kendaraan listrik kepada mitra kurir Lazada Logistics.

Kolaborasi ini akan memudahkan proses pembiayaan dalam mendapatkan tingkat persetujuan pinjaman yang tinggi dan suku bunga yang kompetitif. Melalui program Vehicle Ownership Program (VOP), mitra kurir Lazada Logistics berkesempatan memiliki EV langsung atas nama mereka, sehingga pada saat masa cicilan selesai mereka sudah memiliki aset sendiri.

Menurut hasil riset yang diungkap Electric Mobility Ecosystem Association (AEML) dan AC Ventures, potensi pasar kendaraan listrik Indonesia bakal tumbuh eksponensial sebesar $20 miliar pada 2030.

Dalam keterangan resmi, Country Manager AIZEN Indonesia Damien Ngai menjelaskan, dengan memperkenalkan layanan keuangan berbasis AI turut serta mempercepat pengambilan keputusan kredit di pasar EV, AIZEN berkontribusi pada Greener Finance. Sinergi ini merupakan langkah konkret dalam mendukung roadmap Indonesia dalam pengembangan industri kendaraan bermotor listrik di era elektrifikasi.

“Ke depannya, diharapkan motor listrik akan semakin mudah diakses oleh masyarakat Indonesia dan menjadi alternatif transportasi yang lebih ramah lingkungan dan efisien di masa depan,” kata Ngai.

Chief Logistic Officer Lazada Indonesia Philippe Auberger menambahkan, kolaborasi dengan AIZEN adalah bentuk upaya perusahaan mewujudkan operasional logistik yang lebih hijau. “Kami memang berkomitmen untuk terus mengembangkan solusi logistic yang berkualitas serta lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan untuk bisnis di Indonesia,” ujarnya.

Sebelum teken MoU dengan AIZEN, dalam solusi pengadaan kendaraan listrik di Lazada dilakukan bersama Smoot Elektrik, produsen EV lokal. Smoot terintegrasi dengan smartphone, yang dilengkapi dengan berbagai fitur yang mempermudah kurir seperti membaca kondisi kesehatan motor dan baterai, cashless payment untuk top-up KM, GPS Tracker, matikan mesin, membaca riwayat perjalanan, dan lain-lain.

Selain itu, terdapat lebih dari 1.000 titik penukaran baterai (swap station) Smoot yang tersebar di seluruh Indonesia. Disebutkan mitra kurir yang sudah menggunakan motor EV mencakup area Jabodetabek.

AIZEN CreditConnect

Ngai menuturkan saat ini selain tantangan infrastruktur dan pendidikan, industri kendaraan listrik juga menghadapi tantangan dalam pembiayaan kendaraan listrik. Uang muka dan suku bunga untuk beli kendaraan listrik umumnya lebih tinggi dari pembiayaan kendaraan tradisional, ditambah pula dengan tenor pinjaman yang lebih pendek. Berbagai faktor juga menjadi pertimbangan, seperti hadirnya merek baru dan jenis kendaraannya.

Melalui kemitraan ini, kedua perusahaan akan bekerja sama untuk memfasilitasi kelancaran penyebaran armada kendaraan listrik dan membangun sistem pengiriman yang ramah lingkungan. Para kurir sebagai debitur akan mendapatkan pinjaman dengan lebih mudah. Pada akhirnya mereka dapat menghemat bahan bakar yang efek jangkanya dapat meningkatkan taraf hidup dan berdampak positif terhadap keberlanjutan lingkungan dan sosial.

Dengan mengolah data yang dihasilkan oleh kendaraan listrik, AIZEN dapat membantu kelengkapan data bank dengan lebih akurat menggunakan platform AI Banking-as-a-Service (BaaS) untuk menilai dan mengelola portofolio EV mereka. Hal ini menghasilkan premi risiko yang lebih rendah dan membantu konsumen dalam pembiayaan kendaraan listrik yang lebih terjangkau.

Pembiayaan yang lebih baik berpotensi untuk mendorong lebih banyak pengguna kendaraan listrik yang ramah lingkungan dan menciptakan produk kredit yang lebih baik untuk melayani pangsa pasar yang lebih luas.

Sebelumnya, AIZEN juga digaet sebagai mitra teknologi untuk Woori Finance yang ingin menggarap segmen pembiayaan kendaraan listrik, khususnya sepeda motor. Multifinance ini sebelumnya lebih fokus menggarap segmen pembiayaan mobil dan alat berat. Dalam kesepakatan tersebut, Woori Finance bekerja sama dengan AIZEN Global dan SWAP, perusahaan manufaktur sepeda listrik dan infrastruktur baterai.

Mengenal Penyedia Infrastruktur EV di Indonesia

Tren kendaraan listrik di Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Belum lama ini, Deloitte Indonesia dan Foundry melaporkan bahwa jumlah pengguna sepeda motor listrik di Indonesia telah naik 15 kali lipat dalam dua tahun.

Laporan tersebut juga menyoroti sejumlah faktor yang menghambat laju pertumbuhan kendaraan listrik, utamanya terkait penyebaran infrastruktur yang dinilai masih kurang memadai.

Berdasarkan keterangan dari Indonesia.go.id, per Juli lalu sudah ada lebih dari 1.000 unit Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU), 6.700 unit Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU), dan 616 unit Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang tersebar di seluruh tanah air.

Angka-angka tersebut dipastikan bakal terus bertambah ke depannya, dan kabar baiknya, PLN tidaklah sendirian dalam mengerjakan pembangunan infrastruktur kendaraan listrik di Indonesia.

Saat ini ada cukup banyak perusahaan yang berpartisipasi langsung dalam pengembangan infrastruktur electric vehicle (EV) di tanah air. Di artikel ini, kita akan mengenal lebih jauh mengenai tiga penyedia infrastruktur EV di Indonesia, yakni Casion, Transisi, dan Voltron.

Baca selengkapnya di Solum.id, media online yang fokus membahas bisnis dan teknologi berkelanjutan.

Disclosure: Solum.id adalah bagian dari grup DailySocial.id

Grup Batu Bara Geo Energy Suntik Rp610 Miliar ke Startup EV Charged Asia

Grup usaha penambang batu bara Geo Energy menyuntik investasi sebesar $40 juta (sekitar 610 miliar Rupiah) ke startup kendaraan listrik Charged Asia. Investasi tersebut diberikan dalam bentuk convertible loan dan share placement.

Sebelumnya, startup asal Singapura ini telah memperoleh pendanaan tahap awal dari DeClout Ventures senilai $4,5 juta (sekitar Rp68 miliar) pada September 2022 menyusul debut produknya di Indonesia pada awal tahun.

Kualitas udara di Indonesia yang memburuk, terutama di kawasan Jabodetabek diketahui mendorong Geo Energy untuk berinvestasi di Charged Asia.

“Pendanaan ini akan digunakan untuk memperluas operasional Charged Asia di Indonesia dan pasar lainnya di Asia Tenggara, serta mengembangkan produk,” demikian seperti diwartakan Tech in Asia (29/8).

Adapun, keterlibatan Geo Energy dalam pendanaan ini akan memungkinkan Charged Asia untuk terhubung dengan sumber daya dan wawasan yang dimiliki perusahaan sembari mendiversifikasi sumber pendapatannya dan memperkuat posisinya di pasar energi global.

Charged Asia, berdiri tahun lalu, menawarkan layanan sewa motor listrik dengan model berlangganan 3-9 bulan dan penjualan motor listrik dengan skema rent-to-own. Charged Asia menargetkan dapat mendistribusi 10 juta motor listrik di Asia Pasifik dalam 10 tahun ke depan.

Selain Charged, startup lain yang memproduksi motor listrik dengan skema rent-to-own adalah Blitz Mobility. Beberapa startup manufaktur motor listrik lainnya yang baru saja mengantongi pendanaan adalah ALVA sebesar Rp766 miliar dan MAKA Motors sebesar RP564 miliar.

Berdasarkan laporan terbaru AC Ventures dan Asosiasi Ekosistem Mobilitas Listrik (AEML), pasar kendaraan listrik di Indonesia ditaksir sebesar $20 miliar (lebih dari Rp300 triliun) dengan memperhitungkan ekosistem kunci permintaan konsumen, kebijakan pemerintah, dan teknologi baru yang memengaruhi performa dan harga jual.

Sementara, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan 1,76 juta kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) dan 400 ribu unit untuk roda empat dapat mengaspal pada 2025. Per 2020, pemakaian kendaraan listrik di Indonesia baru mencapai 26.000 unit roda dua dan 7.600 unit roda empat.

ALVA Rampungkan Pendanaan Seri B 766 Miliar Rupiah Dipimpin Horizons Ventures

PT Ilectra Motor Group (IMG atau ALVA) dengan brand kendaraan listrik ALVA telah merampungkan penggalangan dana seri B, dengan nilai investasi hingga $50 juta atau setara 766,4 miliar Rupiah. Putaran pendanaan ini mencakup semua investor terdahulu yang dipimpin oleh Horizons Ventures.

Sedangkan investor yang termasuk HH-CTBC Partnership L.P. (Foxconn Co-GP Fund), yang bersama dengan Horizon Ventures dan Indika Energy, menjadi investor terbesar hingga saat ini. Selain Foxconn Co-GP fund, investor baru yang terlibat dalam putaran pendanaan kali ini yaitu Brama One Ventures.

Rencananya dana segar akan digunakan oleh perusahaan untuk terus mengakselerasi pengembangan produk ALVA dan memperluas jaringan untuk melayani lebih banyak konsumen di seluruh Indonesia. Akhir tahun 2022 lalu Standard Chartered Indonesia juga telah memberikan dukungan pendanaan sebesar $10 juta (lebih dari 156 miliar Rupiah).

“Kami terus menetapkan standar untuk kendaraan listrik melalui R&D dan wawasan pasar domestik kami yang kuat, sementara pada saat yang sama meningkatkan dan mendefinisikan kembali pengalaman pelanggan saat kami memperluas cakupan kami ke seluruh Jawa dan Bali pada tahun 2023” kata Direktur Utama & CEO PT Ilectra Motor Group Purbaja Pantja.

Fokus ke pengembangan kendaraan roda dua

Perusahaan telah meluncurkan model kedua produk sepeda motor listriknya yaitu “ALVA Cervo” pada Mei 2023. Sebelumnya mereka juga telah memperkenalkan produk “ALVA One”, model yang diluncurkan pada Agustus 2022. Untuk mendukung operasi end-to-end, fasilitas manufaktur IMG di Cikarang, Jawa Barat, telah beroperasi sejak Q4 2022 dengan total kapasitas 100.000 unit per tahun.

Selain itu, ALVA Experience Center di SCBD Jakarta serta ALVA Studio di Mall Bali Galeria telah beroperasi penuh untuk mendukung brand experience konsumen, penjualan, dan layanan purnajual.

“Produk kendaraan listrik roda dua yang unggul hanya dapat terealisasi dengan bekal wawasan pasar yang kuat dan dedikasi untuk meningkatkan kepuasan pelanggan melalui layanan pelanggan secara end-to-end yang mulus. Kami sangat yakin bahwa ALVA akan sepenuhnya memanfaatkan potensi pasar yang luas di Indonesia,” kata Chief Investment Officer Foxconn Co-GP Fund James Tu.

ALVA atau Alva One merupakan motor tanpa emisi yang menawarkan desain skuter matic bergaya petualang. Motor ini punya kemampuan bergerak hingga kecepatan maksimal 90 km per jam. Sementara satu baterai terisi penuh mampu menempuh jarak hingga 70 km. Satu baterai dapat terisi penuh dengan durasi 4 jam pengisian.

Potensi motor listrik di Indonesia

Indonesia saat ini memiliki penetrasi kepemilikan kendaraan roda dua tertinggi di dunia — sekitar 42%, berdasarkan jumlah kendaraan yang dimiliki per 100 penduduk; dan merupakan pasar terbesar ketiga untuk kendaraan
roda dua dengan estimasi 6 juta sepeda motor terjual setiap tahunnya.

Dengan sumber daya yang melimpah, kelas menengah yang sedang berkembang pesat, dan komitmen terhadap keberlanjutan, potensi kendaraan listrik di Indonesia dinilai cukup menjanjikan. Tercatat saat ini pasar kendaraan listrik roda dua di Indonesia diproyeksikan tumbuh pesat karena harganya sebanding dengan produk non-kendaraan listrik dengan biaya operasional yang jauh lebih rendah.

Didukung oleh peran aktif pemerintah dalam mendorong elektrifikasi, menyediakan infrastruktur, dan mempromosikan konversi kendaraan listrik. Dengan mengambil langkah-langkah ini, Indonesia dapat mempercepat perjalanannya menuju masa depan yang lebih bersih, didukung oleh kendaraan listrik.

“Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan kendaraan listrik. Kami berharap dapat terus berinovasi dan mengembangkan ALVA, serta memperluas pasarnya di seluruh Indonesia,” kata Vice President Director dan Group CEO Indika Energy Azis Armand.

Application Information Will Show Up Here

Blitz Mobility Pacu Industri Logistik Lewat Solusi Terpadu dan Kendaraan Listrik

Berdasarkan laporan e-Conomy SEA 2022, output karbon yang dihasilkan dari kanal digital sebetulnya bisa lebih rendah dibandingkan bisnis dengan kanal penjualan tradisional apabila dioptimalkan. Salah satunya lewat penggunaan kendaraan listrik.

Laporan ini mengungkap, untuk mengurangi jejak karbon e-commerce, pelaku logistik yang menjadi salah satu tulang punggung utama industri ini, dapat memanfaatkan kendaraan listrik untuk mengelola pengiriman last-mile serta mengonsolidasikan operasional ke model satellit distribution.

Skenario di atas tengah direalisasikan oleh Blitz Electric Mobility, startup pengembang solusi manajemen logistik yang didukung armada motor listrik untuk segmen B2B. Blitz didirikan oleh Saivya Chauhan pada 2019 dan beroperasi pada awal 2022. Lewat solusi yang dikembangkan, Blitz berupaya menjawab tuntutan ESG dari para mitra bisnisnya.

Solusi logistik dan kendaraan listrik

Blitz Electric Mobility adalah penyedia layanan 4PL yang menawarkan jasa logistik terpadu, baik penjadwalan kurir maupun pengiriman. Model bisnis utamanya ada dua. Pertama, mengembangkan solusi logistik end-to-end untuk membantu klien meningkatkan efisiensi operasional dan pengiriman barang.

Dalam memastikan pengoperasian yang efisien, Blitz mengimplementasikan teknologi AI agar dapat mengoptimalkan kinerja pengemudi dan armada. Selain itu, solusi ini juga disebut dapat mengoptimalkan rute, melakukan smart scheduling, dan menghasilkan insight berbasis data yang didukung dengan management tool.

Kedua, Blitz juga menyediakan kendaraan listrik yang dipasok dan dibiayai oleh mitra OEM. Kendaraan listrik ini dapat dimiliki oleh kurir dengan skema lease-to-own dalam jangka waktu 3-4 tahun. Pembayarannya pun diambil langsung dari pendapatan kurir. Adapun, kendaraan listrik ini didukung dengan solusi manajemen armada dan data telematic SaaS.

“Kami memiliki value proposition pada kemampuan untuk menjamin margin per pengiriman lebih tinggi. Caranya melalui logistic tech stack kami, digabungkan dengan machine learning, AI, dan modeling algoritma prediktif. Kami tidak berkompetisi dengan perusahaan logistik lain. Fokus kami adalah kemitraan B2B, integrasi seamless dengan operasional mereka sehingga bisa memberikan pengiriman dengan margin rendah ke kami. Ini menguntungkan kedua pihak dan dapat mendorong pertumbuhan industri,” ungkap Founder dan CEO Blitz Electric Mobility Saivya Chauhan.

Dalam mengintegrasikan solusinya ke operasional klien, Blitz membidik peningkatan volume pengiriman atau pengurangan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pengiriman.

Ia mencontohkan salah satu klien dari farmasi yang melakukan rata-rata 5.000-7.000 pengiriman per bulan. Setelah bekerja sama dengan Blitz, klaimnya perusahaan telah meningkatkan volume pengiriman per bulan menjadi 10.000-12.000. Pada contoh lainnya, salah satu perusahaan teknologi mampu menghemat waktu hingga 16% menjadi 2,5 jam pada pengiriman daging beku dari waktu pengiriman semula selama 3 jam.

Strategi penetrasi

Merujuk pada laporan terbaru AC Ventures dan Asosiasi Ekosistem Mobilitas Listrik (AEML), pasar kendaraan listrik dalam negeri tercekal sejumlah tantangan mulai dari keterbatasan ekosistem produksi, infrastruktur baterai, hingga rantai pasok lokal.

Saat ini, jaringan charging station dan battery swap kendaraan listrik belum banyak dikarenakan biaya investasi infrastruktur pengisian/penukaran baterai masih mahal. Harga kendaraan listrik juga tidak murah, sedangkan opsi pembiayaannya belum banyak. Spesifikasinya terbatas sehingga belum dapat memenuhi kebutuhan banyak pengendara. Per 2022, baru ada 439 high-powered general charging station di 328 titik lokasi dan 961 BSS di Indonesia.

Isu di atas dialami Blitz dalam memperkenalkan konsep mobilitas listrik dan logistik berkelanjutan kepada calon pengguna. Ia mengaku kebanyakan klien lebih memprioritaskan aspek kecepatan dan biaya murah pada pengiriman, tak peduli metode pengirimannya.

Selain itu, ungkapnya, keterbatasan teknologi baterai menyulitkan setiap merek kendaraan listrik untuk beroperasi di seluruh kota karena ketersediaan jenis baterai dan stasiun pengisian daya yang berbeda. Dan ini menjadi isu yang paling dikhawatirkan oleh calon pembeli/pengguna.

“Mereka tidak dapat menggunakan stasiun pengisian daya yang ada dan lebih memilih yang kompatibel dengan kendaraan mereka. Kurangnya infrastruktur serta desain yang belum sesuai membuat pasar kendaraan listrik sulit berkembang,” tuturnya.

Beberapa strategi telah disiapkan oleh perusahaan di antaranya adalah bekerja sama dengan ekosistem OEM lewat skema sewa. Dengan strategi ini, Blitz mengaku dapat memilih model kendaraan yang sesuai dengan kebutuhan mengingat tidak semua model dapat memenuhi persyaratan, seperti tipe baterai hingga pengiriman kargo. Saat ini, terdapat lebih dari 100 manufaktur motor listrik yang berbeda di Indonesia.

Kemudian, pihaknya memberikan insentif kepada pengemudi, termasuk memberi dukungan dalam bentuk BPJS, pelatihan, hingga program kepemilikan dengan skema lease-to-own. Dengan memanfaatkan tech stack internalnya, Blitz dapat menetapkan jumlah pengemudi kepada klien dalam sehari.

“Kurang dari 30.000 unit kendaraan listrik terjual di 2015, jauh dibandingkan kendaraan berbahan bakar gas yang terjual sebanyak 5,52 juta unit di 2022. Mitra OEM kami mengakui kesulitan dengan penjualan di pasar, makanya mereka setuju untuk bekerja sama dengan kami lewat skema sewa untuk menyebarkan unit kendaraan mereka di lapangan.”

Blitz telah bekerja sama dengan 35 klien, termasuk Grab, Lazada, dan Paxel, dari berbagai sektor antara lain logistik, e-commerce, F&B, transportasi, ritel, grocery dan pertanian, cold storage, farmasi, hingga perbankan.

Raih EBITDA

Saat ini, ungkap Saivya, Blitz masih mengandalkan pendanaan internal untuk beroperasi karena sudah mencapai keuntungan. Blitz beroperasi sejak Februari 2022 dan mengklaim telah meraih EBITDA setahun setelahnya.

Perusahaan mengantongi pertumbuhan pendapatan per bulan sebesar 16% dengan tingkat retensi dan konversi masing-masing 100%. Artinya, Blitz melakukan pilot tentang cara kerja sebelum bekerja sama dengan klien. Rata-rata pengiriman per bulan mencapai 300 ribu dengan tingkat performa kinerja kurir hingga 50% lebih baik.

Total pengiriman 1,7 juta
Total pengemudi 1200
Total klien 35
Emisi CO2 per kg yang dicegah 3.863.399 
Pemangkasan waktu pengiriman 16%
Pengurangan biaya pengiriman bagi klien 42%

“Kami tidak bergantung pada pendanaan eksternal untuk beroperasi. Fokus kami sejak awal adalah membangun model bisnis yang berkelanjutan. Pendekatan ini memampukan kami mengejar pertumbuhan tanpa bakar uang,” ungkapnya.

Menurutnya, pelaku startup sulit memperoleh kesepakatan pendanaan dari VC sehingga perlu tetap resilien, dan menghindari keputusan yang berujung pada tech winter pada tahun lalu.

MAKA Motors Peroleh Pendanaan Awal Rp564 Miliar Dipimpin AC Ventures, East Ventures, dan SV Investment

Startup produsen kendaraan listrik MAKA Motors mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal senilai $37,6 juta (lebih dari 564 miliar Rupiah). Putaran yang dipimpin oleh AC Ventures, East Ventures, dan SV Investment (investor asal Korea Selatan).

Perolehan ini diklaim sebagai pendanaan tahap awal terbesar yang pernah ada di Indonesia, sekaligus menjadi yang terbesar di Asia Tenggara untuk vertikal kendaraan listrik. Sebelumnya titel pendanaan awal terbesar didapat oleh TipTip senilai $10 juta tahun 2022 lalu.

Jajaran investor strategis lainnya turut serta dalam putaran tersebut, di antaranya Northstar Group, Provident, AlfaCorp, Skystar Capital, Peak XV Partners (sebelumnya dikenal Sequoia India and SEA), Openspace Ventures, Shinhan Ventures Investment, BEENEXT, Kinesys Group, dan M Venture Partners.

Dana jumbo ini rencananya akan digunakan perusahaan untuk mengeskalasi operasinya, memperluas kemampuan dan fasilitas R&D, serta mempercepat produksi sepeda motor listrik inovatifnya.

Startup ini didirikan pada 2021 oleh Raditya Wibowo dan Arief Fadillah berambisi ingin mempercepat adopsi sepeda motor listrik di Indonesia dengan menjawab kebutuhan unik pasar yang belum sepenuhnya diakomodasi oleh pemain yang ada.

Visi perusahaan adalah menyediakan sepeda motor listrik yang menawarkan perpaduan antara jangkauan berkendara, tenaga, kegunaan, dan daya tahan dengan harga yang kompetitif dibandingkan dengan sepeda saat ini, yang secara khusus memenuhi permintaan pengendara Indonesia.

Founder & CEO MAKA Motors Raditya Wibowo menyampaikan, pihaknya senang dapat bermitra dengan mitra yang memahami dan mendukung pendekatan R&D-first dan lokal. Langkah tersebut membuat perusahaan dapat mengatasi keterbatasan yang dihadapi oleh banyak perusahaan EV 2W (kendaraan listrik roda dua) saat ini yang mengalihdayakan R&D mereka dan akhirnya kehilangan wawasan pengguna yang penting, kontrol atas rantai pasokan, dan potensi efisiensi biaya.

“Pendanaan yang signifikan ini tidak hanya memvalidasi visi kami, tetapi juga mempercepat misi kami untuk melampaui ekspektasi pengendara Indonesia dengan sepeda motor listrik kami. Kami berkomitmen untuk mendorong batas-batas jarak tempuh, tenaga, kegunaan, daya tahan dan keterjangkauan di ranah sepeda motor listrik,” terangnya, Kamis (20/7).

Co-Founder & CTO MAKA Motors Arief Fadillah turut menambahkan, sejak awal perusaahaan melakukan R&D internal yang ketat, merekrut anggota tim terbaik dengan pengalaman luas bekerja dengan perusahaan otomotif terkemuka di Indonesia, Jepang, dan Jerman bekerja sama dengan mitra teknis dan pemasok kelas dunia.

“Selain menciptakan kendaraan yang unggul, kami bermimpi untuk membangun kemampuan rekayasa perangkat keras yang luar biasa di Indonesia dan membawa pulang talenta lokal kami yang brilian untuk bergabung dengan kami dalam misi kami,” ujarnya.

Masing-masing perwakilan investor juga memberikan pernyataannya dalam mendukung visi dan misi MAKA Motors. Mereka sepakat bahwa dengan pengalaman tim dan riset yang mendalam tentang industri ini dapat mendukung pertumbuhan mobilitas listrik, sekaligus mengurangi karbon transportasi di Indonesia.

Peluang pasar

Raditya menuturkan, negara ini merupakan rumah bagi lebih dari 127 juta sepeda motor, sekaligus pasar global terbesar ketiga untuk kendaraan roda dua. Sebagian besar kendaraan ini mengandalkan bensin sebagai sumber bahan bakarnya, dengan jumlah yang sedikit sekitar 43.000 sepeda motor listrik terdaftar.

Mengingat penjualan tahunan yang mengejutkan dari 6 hingga 8 juta kendaraan roda dua baru, terdapat peluang besar untuk elektrifikasi di segmen ini. Tidak hanya berkontribusi pada lingkungan yang lebih hijau, tetapi juga membantu pengendara Indonesia dalam mengurangi pengeluaran harian mereka

Meskipun industri EV 2W di Indonesia masih dalam tahap awal, banyak merek telah memperkenalkan modelnya sendiri sementara pemerintah berupaya untuk mempromosikan dukungan lebih lanjut, termasuk potongan pajak dan bantuan bisnis.

Dengan potensi dan persaingan yang berkembang, perusahaan memprioritaskan penelitian dan pengembangan. Kucuran investasi juga telah disalurkan untuk tim engineer dan kemampuan litbang demi mendorong komitmen yang kuat terhadap inovasi.

Dedikasi ini memungkinkan perusahaan menghasilkan produk unggulan yang mengungguli pesaing, sekaligus memastikan struktur biaya yang efisien karena mengadopsi rantai nilai terintegrasi secara vertikal, melalui R&D, desain produk, perakitan, dan penjualan/layanan purna jual.

Pendekatan tersebut berbeda dengan kebanyakan pemain otomif yang fokus padda perakitan dan penjualan/layanan purna jual.

Produk pasar massal pertama MAKA Motors saat ini dalam tahap pengembangan dan dijadwalkan diluncurkan pada 2024, dengan batch pertama kendaraan percontohan siap untuk digunakan pada bulan ini. Tak hanya itu, pabrik juga akan dibangun yang berlokasi di Jawa Barat mulai akhir tahun ini.

Saat ini tercatat sejumlah perusahaan lokal hingga asing masuk ke industri kendaraan listrik ini, baik untuk penyediaan hardware maupun software. Beberapa di antaranya ION Mobility, Charged Indonesia, Alva One, Swap Energi, Viar, Elvindo Rama, Selis E-Max, Honda PCX, serta produsen lokal yang motornya sempat dicoba presiden yakni Gesits.

Pasar Kendaraan Listrik Indonesia Ditaksir Capai Lebih dari Rp300 Triliun

AC Ventures dan Asosiasi Ekosistem Mobilitas Listrik (AEML) baru saja merilis laporan bertajuk “Indonesia’s Electric Vehicle Outlook: Supercharging Tomorrow’s Mobility” yang mengulas berbagai topik kunci terkait kendaraan listrik, mulai dari pelaku industri, infrastruktur, produksi lokal, rantai pasok, hingga kebijakan dan regulasi.

Laporan ini menyoroti potensi kendaraan listrik di Indonesia dengan proyeksi nilai sebesar $20 miliar atau lebih dari Rp300 triliun secara keseluruhan yang didukung sejumlah faktor kunci, antara lain peningkatan permintaan konsumen, kebijakan pemerintah, dan perkembangan teknologi baru yang mendorong performa dan mengurangi biaya secara keseluruhan.

Per 2020, pemakaian kendaraan listrik di Indonesia baru mencapai 26.000 unit roda dua dan 7.600 unit roda empat. Pemakaian ini utamanya didorong dari kemitraan B2B dan pembelian langsung. Secara persentase, saat ini motor listrik tercatat baru menyumbang 0,2% dari total pasar sepeda motor di Indonesia. Persentase ini dapat meningkat hingga 10% dalam lima tahun mendatang apabila pemangku kepentingan publik dan swasta bekerja sama untuk mendorong kendaraan listrik lokal.

Ekosistem pendukung, seperti cell manufacturing and battery management system ditaksir mengantongi nilai pasar sebesar $3 miliar-$4,5 miliar hingga 2030. Sementara, auto R&D and manufacturing diproyeksi menembus $12,5 miliar-$15 miliar. Kendati begitu, sejumlah tantangan ikut menyelimuti pengembangan kendaraan listrik di tanah air, mulai dari mahalnya biaya produksi kendaraan dan komponen baterai hingga rantai pasok.

Pemangku kepentingan di Tanah Air telah mengeluarkan sejumlah kebijakan di sisi permintaan, suplai, hingga infrastruktur untuk memberikan subsidi financing/insentif ke manufaktur, pengembang infrastruktur, hingga pengguna.

Sumber: Indonesia’s Electric Vehicle Outlook: Supercharging Tomorrow’s Mobility

Sebagai perbandingan, penetrasi penggunaan kendaraan listrik roda dua di Vietnam sudah mencapai 9,7% di 2021. Ini tidak termasuk penggunaan sepeda listrik. Tiongkok dan negara-negara di Eropa mencatat penetrasi lebih besar, masing-masing 15% dan 16,1% untuk kendaraan listrik roda empat di 2021. Adapun, Tiongkok mendominasi penggunaan kendaraan listrik roda dua dengan 19,7%.

Tantangan, sentimen, dan ekosistem lokal

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) membidik sebanyak 1,76 juta kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) dan 400 ribu unit untuk roda empat dapat mengaspal pada 2025. Dalam realisasinya, pemerintah tercekal sejumlah tantangan karena keterbatasan ekosistem untuk mendukung produksi, infrastruktur, hingga rantai pasok secara lokal.

Salah satunya adalah jaringan stasiun pengisian (charging station) dan penukaran baterai (BSS) pada kendaraan listrik. Per 2022, baru ada 439 high-powered general charging station yang terdapat di 328 titik lokasi dan 961 BSS di Indonesia.

Keterbatasan ini dikarenakan biaya investasi untuk membangun infrastruktur pengisian/penukaran baterai kendaraan listrik masih mahal. Tantangan lainnya adalah harga kendaraan listrik tidak murah, sedangkan opsi financing kendaraan listrik belum banyak. Di samping itu, spesifikasi yang terbatas juga belum dapat memenuhi kebutuhan pengendara.

Selain itu, minat terhadap kendaraan listrik juga dinilai belum tinggi. Berdasarkan survei terkait sentimen atau persepsi masyarakat terhadap kendaraan listrik, sebanyak 95% dan 84% responden masing-masing memiliki impresi positif pada aspek fuel efficiency dan biaya pemeliharaan yang rendah. Namun, impresi negatif terbesar tertuju pada aspek model kendaraan listrik (84%), infrastruktur pengisian baterai (81%), dan ukuran kendaraan listrik (79%).

“Banyak yang berminat switch ke kendaraan listrik karena merasa terlalu banyak menghabiskan biaya untuk bahan bakar. Namun, bagi kami, ini bukan hanya persoalan penghematan biaya, tetapi bagaimana mengembangkan produk yang punya kinerja yang sama dan dapat diandalkan seperti kendaraan yang sudah mereka miliki. Makanya, kami merancang produk dari pengalaman kami yang disesuaikan dengan pengguna Indonesia. Kami kembangkan kapabiitas R&D dengan tim yang kami miliki,” Founder dan CEO Maka Motors Raditya Wibowo saat sesi panel paparan laporan ini, Senin (3/7).

Lebih lanjut, laporan ini menyoroti inisiatif sektor pemerintahan dan swasta dalam mendukung ekosistem kendaraan listrik dalam negeri. Pemerintah mendirikan holding Indonesia Battery Corporation (IBC) untuk membangun industri baterai kendaraan listrik dari hulu ke hilir.

Di sektor swasta, raksasa manufaktur baterai kendaraan listrik Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL) asal Tiongkok rencananya menggelontorkan investasi sebesar $5,6 miliar untuk mengembangkan bahan baku baterai kendaraan listrik di Indonesia.

Sumber: Indonesia’s Electric Vehicle Outlook: Supercharging Tomorrow’s Mobility

Dari sisi penggunaan, perusahaan teknologi besar, seperti Grab dan Gojek, ikut ambil bagian dengan memperkenalkan pemakaian kendaraan listrik melalui layanan ride-hailing dan logistik sebagai entry point mereka. Grab Indonesia mengoperasikan 14.000 armada motor listrik, sedangkan Lazada Logistics menggunakan kendaraan listrik yang diproduksi PT Smoot Motor Indonesia untuk keperluan logistik.

Berdasarkan data yang kami himpun, ekosistem kendaraan listrik dalam negeri saat ini diisi oleh berbagai startup produsen motor listrik maupun pengembang baterai yang melibatkan sejumlah pemangku kepentingan. Beberapa di antaranya adalah Alva One, Charged Indonesia, ION Mobility, hingga Swap Energi.

Sumber: Indonesia’s Electric Vehicle Outlook: Supercharging Tomorrow’s Mobility

Korporasi dan pemodal ventura juga ikut terlibat dengan mendirikan perusahaan patungan (joint venture/JV) untuk menggarap kendaraan listrik, di antaranya ada Electrum (GoTo dan PT TBS Energi Utama Tbk) dan Ilectra Motor Group (PT Indika Energy Tbk, Alpha JWC Ventures, dan Horizons Ventures.

Sementara, anak usaha BUMN, Pertamina NRE ikut menggelontorkan dana kelolaan sebesar Rp7,7 triliun pada tahun lalu. Dana kelolaan bernama Energy Fund ini disiapkan untuk investasi pada inovasi di sektor energi.

Swap Energi Dikabarkan Dapat Tambahan Pendanaan Pra-Seri A

Pengembang baterai motor listrik Swap Energi Indonesia dilaporkan memperoleh pendanaan pra-seri A dari Ondine Capital. Ini melanjutkan perolehan sebelumnya yang didukung investor seperti Kejora-SBI Orbit, Baramulti Group, New Energy Nexus Indonesia, dan sejumlah investor lainnya.

Berdasarkan data yang diinput ke regulator, sejauh ini dana yang terkumpul untuk Swap Energi mencapai $7,25 juta atau sekitar 108,6 miliar Rupiah. Debut pendanaan putaran ini diumumkan Swap dengan nominal yang dirahasiakan pada Maret 2022 lalu.

Swap Energi Indonesia merupakan perusahaan teknologi yang mengembangkan baterai motor listrik dengan sistem tukar. Saat ini, mereka punya lebih dari 800 stasiun pertukaran baterai (Swap Station), sebanyak 529 ada di kawasan Jabodetabek. Swap juga telah menggandeng Lazada Logistics, Pos Indonesia, Alfamart, hingga Circle K untuk memperluas ekosistem pertukaran baterai.

Percepatan bisnis Swap di tengah momentum yang tepat. Seperti diketahui, pemerintah terus menggenjot konversi ke sepeda motor listrik dengan target penggunaan 13 juta unit pada 2030. Untuk berkontribusi terhadap percepatan itu, Swap memanfaatkan teknologi IoT untuk menghubungkan motor listrik dengan baterai dan Swap Station. Pengguna motor listrik dapat memantau status sepeda motor listrik, melakukan top-up kilometer, hingga mematikan kendaraan jarak jauh melalui aplikasi Swap. Diketahui

Sebelumnya, Co-Founder & CEO SWAP Energy Irwan Tjahaja sempat mengungkap upayanya untuk mengembangkan ekosistem Swap dan keseluruhan asetnya, mulai dari baterai, Swap Station, dan aplikasi Swap. “Dengan begitu, merek motor listrik lainnya dapat segera menggunakan infrastruktur kami. Saat ini pun kami sedang berdiskusi dengan beberapa merek motor listrik lainnya untuk mengadopsi ekosistem Swap.”

Pihaknya menyebut infrastruktur, pengalaman berkendara, dan aftersales service menjadi prioritas utama dalam mengembangkan ekosistem. Ketiga elemen itu diklaim telah diuji coba dan berhasil pada Smoot yang merupakan merek motor listrik pertama di Indonesia dengan sistem tukar baterai dari Swap.

Perusahaan teknologi yang masuk ke segmen kendaraan listrik mengambil dua jenis pendekatan. Pertama, mereka mendesain dan memproduksi kendaraan listrik konsumer dengan sistem penjualan beli-putus dan berlangganan. Sejumlah pemain dengan model bisnis tersebut antara lain Charged, Alva One, ION Mobility, dan Electrum. Ketiga perusahaan tersebut telah mendapatkan dukungan investor, Electrum sendiri turut didukung ekosistem GoTo.

Sementara pendekatan kedua, fokus pada komponen paling esensial dalam kendaraan listrik, yakni baterai. Selain Swap, ada juga Gogoro yang masuk ke Indonesia lewat dukungan investasi Gojek.

Perusahaan Motor Listrik Charged Dikabarkan Terima Pendanaan Baru 49 Miliar Rupiah

Pengembang sepeda motor listrik Charged Indonesia dikabarkan meraih pendanaan baru senilai $3,2 juta atau lebih dari Rp49 miliar dari perusahaan kendaraan listrik global Vmoto Soco Group. Investasi ini sebagai bentuk kepercayaan Vmoto pada Charged setelah menjalin kerja sama dalam mengembangkan bisnis EVaaS (Electric Vehicle as a Service).

Dilansir dari Data Vantage, buah dari investasi tersebut adalah Vmoto mendapat 8% saham di Charged Indonesia. Sebelumnya, Charged sempat mengantongi pendanaan tahap awal dari DeClout Ventures senilai $4,5 juta.

Sejak berdiri, pengembangan produk motor listrik Charged didukung sebuah komplek industri zero energy (menggunakan sumber daya energi berkelanjutan) seluas 16.000 meter persegi di Jabodetabek. Nantinya lokasi tersebut akan digunakan untuk pusat penelitian dan pengembangan, experiential center, serta sebagai pusat produksi.

Di tahap awal, perusahaan merilis 3 model sepeda motor listrik yang praktis dan terjangkau yakni Rimau, Anoa, dan Maleo. Sebelumnya, motor listrik Charged tersedia dengan mekanisme berlangganan yang fleksibel dengan biaya Rp1,65 juta per bulan dan flat untuk semua jenis motor listriknya. Di tahun ini, Charged telah menambahkan opsi kepemilikan per 1 Januari 2023.

Motor listrik Charged ditawarkan dengan harga beragam sesuai dengan kapasitas dan kualitas di kelasnya. Seperti varian Rimau dibanderol dengan harga Rp48 juta, Anoa Rp46 juta, dan Maleo Rp38 juta. Perusahaan juga memberikan garansi baterai tiga tahun atau 1.500 siklus baterai tergantung mana yang tercapai terlebih dulu.

Charged memulai bisnis dengan tim kecil beranggotakan 5-6 orang saja. Hingga kini, perusahaan semakin mengembangkan bisnis dan telah mempekerjakan sekitar 100 orang pegawai. Pemain lain yang juga menawarkan produk serupa adalah Alva One yang belum lama ini juga memperoleh suntikan dana dari Standard Chartered Indonesia.

Dampak penggunaan kendaraan listrik

Proyek ambisius pemerintah untuk transisi ke kendaraan listrik (EV) mulai gencar dilakukan untuk menekan penggunaan bahan bakar fosil dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Dunia pun sudah mulai menyadari potensi yang dimiliki oleh kendaraan listrik, baik sebagai solusi untuk keberlangsungan bumi maupun sebagai peluang untuk memajukan ekonomi.

Belum lama ini, pemerintah resmi menerbitkan aturan mengenai pemberian bantuan subsidi untuk pembelian Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) yakni motor listrik dan mobil listrik, yang akan dimulai pada 20 Maret 2023.

Untuk usulan program 2023 ini, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang mengungkapkan bahwa pemerintah akan memberikan bantuan subsidi untuk pembelian motor listrik roda dua sebesar Rp7 juta per unit dan sudah diajukan sebanyak 200 ribu unit motor sampai pada Desember 2023.

Insentif itu dimaksudkan dalam rangka mempercepat industri KBLBB di Tanah Air. Adapun, percepatan ini dalam rangkak mendorong efisiensi dan ketahanan energi, serta terwujudnya kualitas udara bersih dan ramah lingkungan

Dalam keterangan resmi, Agus juga mengungkapkan beberapa manfaat pembelian dan penggunaan EV di Indonesia. Pertama, Indonesia memiliki nikel dengan jumlah cadangan terbesar di dunia yang memungkinkan negara dapat mengembangkan baterai kendaraan listrik dengan nikel sebagai bahan bakunya.

Kedua, peningkatan kendaraan listrik dapat membantu negara secara fiskal karena akan mengurangi subsidi bahan bakar fosil. Ketiga, insentif ini akan ‘memaksa’ produsen mobil/motor listrik untuk mempercepat realisasi investasi di Indonesia. Lalu, sebagai bagian dari komunitas global, Indonesia dapat membuktikan komitmen kita dalam mengurangi emisi karbon.

Meskipun begitu, dibalik dampak positif yang disebutkan, masih ada beberapa hal yang patut menjadi pertimbangan. Di satu sisi, industrialisasi baterai untuk kendaraan listrik dapat memperkuat ekonomi negara. Namun di sisi lain, penambangan secara masif dapat menimbulkan dampak permanen terhadap lingkungan hidup masyarakat sekitar.

Selain itu, pemberian insentif ini dapat dibilang sebagai salah satu strategi pemerintah dalam melancarkan penyebarluasan EV di Indonesia dengan menjadikannya affordable. Namun, apa jadinya ketika jumlah kendaraan pribadi di jalan akan semakin meningkat? Beberapa hal ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mempersiapkan solusi selanjutnya dalam industri terkait.

Produsen Motor Listrik Alva One Peroleh Suntikan 156 Miliar Rupiah dari Standard Chartered

Produsen motor elektronik Electra Mobilitas Indonesia (EMI), bagian dari PT Indika Energy Tbk, mengumumkan dukungan pendanaan dari Standard Chartered Indonesia, untuk terus meningkatkan layanan produksi motor listrik ALVA. Disebutkan fasilitas dana yang diterima sebesar $10 juta (lebih dari 156 miliar Rupiah).

Perjanjian pendanaan perdagangan berkelanjutan dari Stanchart tersebut diteken oleh EMI yang merupakan bagian dari produsen ALVA. IMG merupakan perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Indika Energy. Melalui perjanjian ini, Standchart akan membantu IMG membangun praktik yang bersifat berkelanjutan dalam sistem rantai pasokan mereka.

“Kami bangga dapat memberikan fasilitas pendanaan perdagangan berkelanjutan untuk mendukung aspirasi IMG untuk mengembangkan operasinya yang ramah lingkungan. Kesepakatan ini juga sejalan dengan upaya global Standard Chartered untuk menciptakan arus perdagangan global yang lebih berkelanjutan dan inklusif,” jelas CEO Cluster Standard Chartered, Pasar Indonesia dan ASEAN (Australia, Brunei, dan Filipina) Andrew Chia seperti dikutip dari SWA.

Director and Group Investment Officer Indika Energy Purbaja Pantja, yang juga Direktur Utama IMG, memaparkan pengembangan motor listrik ALVA merupakan bagian dari upaya Indika Energy untuk diversifikasi bisnis non-batubara seperti kendaraan listrik, pertambangan emas, solusi berbasis alam, energi baru dan terbarukan, serta teknologi digital. Bahkan, perusahaan telah mengumumkan target untuk meningkatkan pendapatan non bara sebesar 50% pada 2025.

Sejalan dengan tujuan yang ditetapkan oleh IMG dan Indika Energy untuk mengurangi emisi karbon mereka, Standchart telah menyediakan fasilitas Pembiayaan Faktur Impor yang akan membatasi penggunaan pembiayaan hanya untuk pemasok yang menyediakan bahan baku dan suku cadang yang terkait dengan produksi motor listrik ALVA.

Kemitraan dengan Standchart dan grup usaha Indika Energy dikategorikan sebagai pendanaan berkelanjutan di bawah kerangka keberlanjutan Standard Chartered, dikarenakan lebih dari 90% pendapatan EMI dari kegiatan ramah lingkungan. Selain menyediakan fasilitas pendanaan faktur impor, Standchart juga akan mendukung operasional treasury dari EMI dengan memanfaatkan solusi Straight2Bank Bank.

“Kami sangat antusias dengan dukungan Standard Chartered kepada IMG untuk mendorong ekosistem mobilitas dan lifestyle yang lebih hijau melalui sepeda motor listrik ALVA. Semoga ini menjadi awal yang baik bagi upaya kami dan seluruh rantai pasok untuk menghadirkan solusi kendaraan listrik terbaik untuk masa depan Indonesia yang lebih berkelanjutan,” ungkap Purbaja seperti dikutip dari Bisnis.com.

Dia menyebutkan IMG telah memproduksi motor listrik ALVA melalui pabrik di Cikarang, Jawa Barat. Pabrik tersebut berukuran 17.600 meter persegi dengan kapasitas produksi 100 ribu unit motor per tahun. Untuk serah terima perdana unit motor telah dilakukan secara resmi pada 30 November 2022.

Purbaja menekankan keberadaan ALVA sebagai produk dalam negeri ini dilengkapi dengan fitur-fitur berteknologi tinggi yang memberikan pengalaman tersendiri bagi konsumen otomotif nasional. “Kami ingin mengajak masyarakat untuk merasakan bahwa keberadaan ALVA bukanlah sekadar motor tetapi ALVA merupakan gaya hidup,” ujarnya.

ALVA atau Alva One merupakan motor tanpa emisi yang menawarkan desain skuter matic bergaya petualang. Motor ini punya kemampuan bergerak hingga kecepatan maksimal 90 km per jam. Sementara satu baterai terisi penuh mampu menempuh jarak hingga 70 km. Satu baterai dapat terisi penuh dengan durasi empat jam pengisian.

Gesits diakuisisi

Secara terpisah, pemain motor elektrik lokal lainnya, PT Wika Industri Manufaktur (WIMA), produsen dari Gesits, telah diakuisisi sebagian sahamnya oleh Indonesia Battery Corporation (IBC). Saham yang dibeli merupakan milik dari PT Wijaya Karya Industri dan Konstruksi (WIKON).

IBC kini memiliki 53,93% saham WIMA, diikuti 46,04% saham WIKON, dan Koperasi Karyawan PT Wijaya Karya (Kokar WIKA) memiliki 0,03%.

Direktur Utama WIKON Dwi Johardian menyampaikan kolaborasi antara WIKON dan IBC ini merupakan langkah strategis untuk Gesits ke depannya. Nantinya diharapkan TKDN Gesits dapat naik menjadi 60% dari saat ini 47%, berkat dukungan dari kapabilitas perakitan baterai kendaraan listrik dalam negeri yang terintegrasi oleh IBC.

Menurutnya, salah satu kekuatan yang ditawarkan oleh IBC terletak pada ekosistem industri baterai terintegrasi, di mana baterai merupakan komponen utama sebagai sumber energi untuk kendaraan listrik dan ikut berkontribusi signifikan pada komponen biaya kendaraan listrik di pasar.

“Dengan demikian, kolaborasi WIKON dan IBC merupakan langkah yang tepat bagi pengembangan Gesits sebagai kendaraan motor listrik roda dua karya anak bangsa pertama,” kata dia dikutip dari Bisnis.com.

Didirikan pada 2018, WIMA merupakan perusahaan patungan antara WIKON dan PT. GESITS Technologies Indo. Gesits telah menjual lebih dari 4.500 unit sepeda motor listrik sejak diluncurkan pada 2019. Pada Februari lalu, Electrum—perusahaan patungan antara Gojek dan TBS Energi Utama—mengumumkan kerja sama dengan Pertamina, Gogoro, dan Gesits untuk mempercepat pengembangan ekosistem kendaraan listrik terintegrasi di Indonesia.