DBS Rencanakan Bawa Digibank ke Indonesia

Digibank, sebuah layanan pembayaran digital milik bank DBS (Singapura) diperkenalkan ke publik India April silam. India dinilai sebagai pasar yang tepat untuk menumbuhkan layanan mobile-only perbankan tersebut. Satu bulan setelah peluncuran, pihak Digibank tampak ingin kembali berekspansi, kali ini yang menjadi tujuan adalah Indonesia dan Tiongkok. Dikabarkan tak kurang dari 1 atau 1,5 tahun lagi ekspansi tersebut akan dilakukan.

Digibank disebut-sebut menjadi satu-satunya layanan mobile-only bank yang ada saat ini. Dengan dilengkapi teknologi AI (Artificial Intelligence) untuk membantu para penggunanya, Digibank mencoba menghadirkan pengalaman baru dalam dunia perbankan.

“Masa depan perbankan dan menjadi sangat berbeda dari apa yang telah kita lihat. Saat ini berada di titik puncak dari sebuah revolusi besar. Jika Anda berpikir lima tahun terakhir, dan melihat perubahan di industri ritel, taksi, perjalanan dan musik, perubahan ini terjadi dari industri ke industri. Karena itu regulasi dan psikologi seputar keuangan menjadi berbeda […] Tapi, dalam lima tahun ke depan kita akan melihat transformasi yang luar biasa dalam cara perbankan,” ujar Chief Executive Officer Singapore-headquartered Financial Services Major DBS Group and Director Piyush Gupta.

Untuk Indonesia, DBS sendiri sudah mulai memasuki sektor digitalisasi pada periode 2012-2013 dengan berinvestasi pada teknologi infrastruktur. Setelah itu selepas gagal mengakuisisi Bank Danamon pada pertengahan 2013 DBS Group mengubah strateginya yang semula akuisisi menjadi digitalisasi.

“Ekspansi harus melalui digitalisasi. Kami telah menghabiskan banyak waktu untuk mengatur ulang arsitektur teknologi backend kami. Pada pertemuan (yang membahas) strategi kami di Seoul pada 2013, dewan menyimpulkan bahwa waktu yang tepat untuk benar-benar memikirkan kembali, meningkatkan dan merevolusi cara kita menyimpan uang,” ujar Gupta.

Melihat kecanggihan teknologi yang diterapkan Digibank layanan ini akan menarik melihat respon masyarakat Indonesia jika akhirnya berlabuh di Indonesia. Pasalnya sejauh ini banyak penyedia layanan mencoba menghadirkan beragam metode pembayaran untuk menjaga pengalaman pengguna agar tetap pada titik kenyamanan.

Namun dari pemberitaan Forbes India Digibank adalah jalan pertama untuk DBS menjadi salah satu penyedia layanan perbankan era digital. DBS disebutkan tidak ingin membatasi diri hanya untuk menjadi solusi pembayaran. DBS berambisi untuk menghadirkan solusi perbankan digital yang lengkap untuk terus menjadi loyalitas penggunanya.

Salim Group Kian Mantapkan Langkah di Segmen E-Commerce O2O

Februari lalu Salim Group dikabarkan telah menandatangani kesepakatan dengan  salah satu raksasa ritel Korea Selatan Lotte Group untuk bersama-sama menggarap pasar e-commerce. Kesepakatan tersebut menghasilkan sebuah perusahaan Join Venture (JV) yang diperkirakan akan segera beroperasi di awal tahun 2017. Dan baru-baru ini dikabarkan perusahaan milik konglomerat Anthoni Salim tersebut telah berhasil mengamankan 50 persen kepemilikan atas perusahaan JV tersebut.

Seperti diberitakan DealStreetAsia, perusahaan JV yang baru akan melibatkan PT Indomarco Prismatama. Dengan keterangan ini tampak jelas bahwa kemungkinan perusahaan e-commerce baru akan mengandalkan jaringan retail  yang tersebar di seluruh Indonesia, dan prediksi perusahaan JV ini mengandalkan konsep online-to-offline (O2O) mendekati kebenarannya. Sementara kabar mengenai detil kolaborasi dan nilai investasi keduanya belum dipublikasikan.

“Kami masih berbicara dengan Lotte. Nilai kesepakatan belum diputuskan, tapi saya percaya itu cukup besar, ” ujar Salim.

Kerja sama dengan ini merupakan salah satu dari sejumlah rencana ekspansi yang telah disiapkan pihak Lotte Group. Dengan menyasar salah satu sektor pasar potensial di ranah e-commerce. Perkembangan infrastruktur internet, tingginya tingkat adopsi perangkat mobile seperti smartphone, dan perkembangan pasar e-commerce menjadi beberapa alasan mengapa Salim Group berusaha menghadirkan platform e-commerce.

Dengan kurang lebih gerai 11.000 Indomaret yang ada tersebar di seluruh Indonesia dan jaringan Lotte yang memiliki department sore, 41 toko ritel, 31 franchise cepat saji dan sejumlah bisnis lainnya perusahaan e-commerce hasil JV ini setidaknya akan mengganggu dominasi pemain yang lebih dulu beroperasi.

Jika melihat pergerakan yang dilakukan MatahariMall, JD dan Blibli akhir-akhir ini gelaran diskon atau perang harga masih menjadi salah satu strategi untuk meraup banyak kunjungan dan pembeli. Tetapi selain itu gerakan MatahariMall dengan memberikan opsi kredit tanpa kartu kredit dan asuransi untuk transaksi juga bisa menjadi cara lain menarik perhatian pengguna.

Kami sempat memprediksikan bahwa melihat bagaimana Elevenia membangun bisnisnya, setidaknya perusahaan JV ini membutuhkan kucuran dana sebesar Rp 1,5 triliun untuk bisa mengejar ketertinggalan start dari perusahaan-perusahaan yang lebih dulu beroperasi.

3C Wireless Implementasikan Teknologi Komunikasi Nirkabel untuk ATM Bank di Indonesia

Laju perkembangan teknologi yang pesat telah berhasil melahirkan inovasi-inovasi baru di berbagai sektor industri, termasuk finansial. Sebagai salah satu lembaga finansial, bank dituntut untuk bisa mempertahankan daya saingnya di tengah lingkungan bisnis yang kini berubah cepat. Peluang ini coba dimanfaatkan oleh perusahaan M2M global 3C Enterprise Wireless lewat solusi teknologi nirkabel multi carier untuk ATM, kiosk, atau aplikasi M2M lainnya untuk menjawab tantangan aksesibilitas dan kehandalan.

3C Enterprise Wireless adalah perusahaan M2M global yang fokus memberikan solusi finansial, khususnya di sektor perbankan. Layanan terpadu 3C mencoba membantu pelanggannya dalam menggelar teknologi nirkabel pada terminal self-service (ATM maupun self service kiosks) ke lokasi-lokasi strategis dengan tingkat penggunaan yang tinggi dalam waktu yang sangat cepat.

Executive Vice President 3C Wireless Asia Ted Marr yang singgah ke Indonesia beberapa waktu lalu menyebutkan bahwa masih banyak ATM di Asia, termasuk Indonesia, yang mengandalkan koneksi nirkabel VSAT yang memiliki kecepatan rendah (di bawah 64 Kbps) dan membutuhkan instalasi satelit dengan biaya besar. Hal ini yang coba diatasi 3C Wireless melalui solusi 3C Secure Network (3CSN).

Ted menjelaskan, 3CSN adalah layanan nirkabel yang berbasis 3G HSPA/UMTS Wireless WAN router seluler yang diklaim mampu memberikan memberikan akses kecepatan cepat dan aman untuk koneksi ATM, self service kiosk, terminal EDC, Data Logger, dan transfer data dari kantor pusat ke kantor cabang, maupun layanan nirkabel perusahaan yang lain.

Yang menarik adalah 3CSN mengklaim sebagai yang pertama mengadopsi teknologi multi carrier (dual SIM) di layanan ini, sehingga Ted berani menjamin layanan mereka dapat terhubung terus menerus selama daerah tersebut memiliki koneksi jaringan seluler. Kelebihan lainnya yang disebutkan Ted adalah implementasi alat untuk 3CSN ini diklaim hanya memakan waktu dalam hitungan menit saja.

3C sendiri telah masuk ke pasar Indonesia sejak tahun 2013 dan saat ini telah bekerja sama dengan 12 bank besar di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, BTN, Panin, CIMB Niaga, BII, BNI, dan DKI. Kini, 3C ingin memperluas kerja sama ini di tahun 2016 dan menargetkan untuk bisa merangkul hingga 25 bank besar yang ada di Indonesia.

“Salah satu tantangan berbisnis teknologi di Indonesia berkaitan dengan pola pikir. Saya rasa para pelaku usaha harus lebih terbuka lagi dalam menerima teknologi. […] Kami berharap bisa menjangkau lebih banyak lagi bank di Indonesia, membantu aksesbilitas mereka [melalui ATM], dan menciptakan standar baru bagi komunikasi nirkabel ATM di Indonesia,” tandas Ted.

Lenovo Siapkan ThinkPad dan ThinkCentre M Baru Untuk Pelaku Bisnis Sampai Praktisi Edukasi

Terkenal berkat ekspansi ke lini smartphone, bisnis dan enterprise sebetulnya merupakan ranah spesialis Lenovo semenjak mereka mengakuisisi ThinkPad dan ThinkCentre dari IBM. ThinkPad terkenal karena tangguh, sedangkan ThinkCentre ialah andalan mereka di kelas desktop. Lima bulan memasuki 2016, Lenovo memutuskan buat membawa varian terbarunya ke Indonesia.

Dalam melakukannya, Lenovo memang tak tanggung-tanggung. Mereka menghadirkan tidak kurang dari 17 varian ke tanah air, disiapkan demi memenuhi kebutuhan kelas konsumen berbeda: pelaku bisnis, pekerja profesional, praktisi edukasi, golongan pelajar, sampai khalayak umum. Tentu saja, ThinkPad dan ThinkCentre meliputi bermacam-macam model, dari mulai ultrabook, notebook multimode, PC desktop tower, small-form factor, thin client, sampai all-in-one.

Lenovo ThinkPad dan ThinkCenter M 9
Erry Rahmantyo dan Azis Wonosari di sesi Q&A.

Puluhan tahun setelah ThinkPad pertama kali diperkenalkan, Lenovo memutuskan tetap mengusung desain khas yang terinspirasi dari kotak makan Bento kreasi Richard Sapper. Track point bisa Anda langsung temukan di tengah-tengah keyboard, dan ia masih merupakan device tangguh. Di sejumlah tipe, Lenovo bahkan mengusung material serat karbon serta menerapkan struktur ‘integrated roll cage‘ buat melindungi komponen internal dari benturan dan goncangan; tak lupa pula membubuhkan pelat proteksi listrik statis di hard drive.

Lenovo ThinkPad dan ThinkCenter M 3
Tiga prinsip yang Lenovo pegang dalam menciptakan produk.

Khususnya di keluarga Yoga, Lenovo memastikan notebook mengeluarkan lebih sedikit panas, sangat membantu khususnya jika Anda biasa menggunakan laptop di atas pangkuan. Lalu display dibuat agar dapat aktif lebih lama, demi mendukung kegiatan browsing ataupun membaca. Uniknya lagi, bagian LED di papan ketik bisa beradaptasi terhadap tingkat kecerahan ruang.

Lenovo ThinkPad dan ThinkCenter M 5
Technical Consultant Manager Azis Wonosari dalam presentasi.

Produk ThinkPad baru yang diluncurkan ialah:

  • ThinkPad Yoga 260 dan 460, perangkat multi-mode, dilengkapi layar multi-touch, ‘stylus pintar’ Pen Pro, dan teknologi Lift’n’Lock – mulai dari Rp 17 juta dan Rp 18,9 juta.
  • ThinkPad E460. Laptop bisnis yang terjangkau, ringan dan tipis – Rp 9,8 juta.
  • ThinkPad X260, yaitu ultrabook 12,5-inci berbobot cuma 1,5kg – Rp 15,5 juta.
Lenovo ThinkPad dan ThinkCenter M 4
Azis Wonosari menjelaskan penggunaan material serat karbon dan struktur roll cage di ThinkPad.
  • ThinkPad L460. Notebook yang dirancang agar memiliki performa layaknya PC desktop – Rp 10,6 juta.
  • ThinkPad T460, T460s, dan T460p. Ultrabook, menawarkan fungsionalitas dan portabilitas tinggi, baterainya diklaim dapat aktif sampai 16 jam – masing-masing Rp 16 juta, Rp 16,6 juta, Rp 21 juta.
Lenovo ThinkPad dan ThinkCenter M 1
Erry Rahmantyo dan Azis Wonosari dengan deretan produk ThinkPad.
  • ThinkPad 13. Laptop 13,3-inci pertama Lenovo, lulus uji coba kelas militer, tahan kelembapan, temperatur dan iklim ekstrim, guncangan, debu sampai radiasi matahari – Rp 9 juta.
  • ThinkPad 11e. Ditargetkan bagi institusi pendidikan dan pelajar, mudah digunakan serta lulus sertifikasi militer seperti ThinkPad 13 – Rp 10,6 juta.
Lenovo ThinkPad dan ThinkCenter M 10
Lenovo menyiapkan 10 device ThinkPad berbeda.

Untuk seri ThinkCentre sendiri, Lenovo fokus pada peningkatan keamanan baik secara software maupun hardware. Di sisi software, produsen menyiapkan sistem pemindai sidik jari, fitur USB Smart Protection yang dapat membedakan thumb drive dengan keyboard dan mouse USB, serta Lenovo Bluetooth Lock sebagai solusi pairing otomatis. Buat hardware-nya, ThinkCentre dibekali Kensington Lock, Touch Fingerprint Reader, serta kemudahan bongkar pasang hard disk.

Lenovo ThinkPad dan ThinkCenter M 8
Azis di sesi presentasi ThinkCentre.

Variannya antara lain:

  • ThinkCentre M600 Tiny (thin client). PC desktop mungil bervolume satu-liter tanpa kipas – mulai Rp 5,5 juta.
  • ThinkCentre M700, M800, M900 tipe Tiny, small-form factor dan tower. M Series didesain sebagai PC desktop enterprise yang ringkas, bertenaga dan mudah dikelola. Mereka telah lulus tes militer dan mempunyai aksesori tambahan berupa Dust Shield buat meminimalisir akumulasi debu. Konektivitasnya luas demi mendukung produktivitas (enam USB 3.0, dua DisplayPort, LAN, audio, opsi VGA, sampai HDMI) – Rp 7,4 juta, Rp 5,6 juta dan Rp 10 juta.
Lenovo ThinkPad dan ThinkCenter M 11
Sebetulnya, varian ThinkCentre tidak kalah banyak karena disajikan dalam wujud beragam: thin client, SFF dan tower standar.
  • ThinkCentre M700z (20-inci), M800z (22-inci), dan M900z (24-inci) All-in-One. Desktop hemat tempat ini memiliki wujud 40 persen lebih tipis dari generasi sebelumnya. Mempunyai layar sentuh dengan port DisplayPort combo in-and-out pertama di dunia, tersertifikasi MIL-SPEC – masing-masing Rp 8,6 juta, Rp 9,6 juta serta Rp 11,6 juta.
Lenovo ThinkPad dan ThinkCenter M 12
Chip Intel-lah yang mentenagai ThinkCentre.

Selain uji coba level militer, beberapa hal Lenovo terapkan pada ThinkPad dan ThinkCentre demi memastikan kualitasnya tetap tinggi. Mereka memilih material premium seperti emas dan menggunakan solid capasitor agar lebih stabil dan awet. Perangkat-perangkat ini diramu supaya bertahan selama mungkin, dan hasilnya, tingkat reparasi kerusakan merosot drastis sejak 2013, dan menurun lebih jauh dari rata-rata setahun setelahnya.

Rangkaian produk ThinkPad dan ThinkCentre M di atas sudah tersedia di seluruh mitra distribusi Lenovo dan siap dipesan.

Lenovo ThinkPad dan ThinkCenter M 2
Erry Rahmantyo dan Azis Wonosari memamerkan PC thin client ThinkCentre tipe Tiny.

Bank Mandiri Tahun Ini Alokasikan 132 Miliar Rupiah untuk Pengembangan Big Data

Untuk pemanfaatan teknologi big data yang lebih luas, Bank Mandiri tahun ini telah mengalokasikan dana sebesar $10 juta. Budget ini selanjutnya akan dimanfaatkan untuk membantu proses pendataan nasabah, menganalisis data pelanggan, melihat kebiasaan belanja dan transaksi rutin lainnya. Dengan pemanfaatan big data, cara lama yang hanya mengandalkan slip gaji untuk pemberian kredit kepada nasabah akan ditinggalkan dan sepenuhnya memanfaatkan teknologi untuk menganalisis data nasabah.

“Saat ini big data sudah merubah gaya menjalankan bisnis termasuk di sektor keuangan. Nantinya big data diharapkan dapat membantu dalam hal pemberian pinjaman dan menganalisis sejauh mana resiko dari semua nasabah,” kata Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo, seperti dikutip dari Nikkei.

Selain untuk analisis data kredit, Bank Mandiri juga memanfaatkan teknologi big data untuk optimasi promosi produk. Selama ini Bank Mandiri telah bermitra dengan sejumlah layanan e-commerce yang ada di Indonesia terkait dengan pembayaran pelanggan. Dengan semakin besarnya minat masyarakat Indonesia untuk berbelanja online, diharapkan Bank Mandiri bisa menarik lebih banyak data pelanggan mitra e-commerce yang ada.

Masih enggan memberikan pinjaman dana kepada startup

Di kesempatan terpisah, Kartika menyebutkan masih tidak jelasnya pendapatan yang di startup merupakan alasan utama mengapa pihak bank enggan untuk memberikan pinjaman, meskipun saat ini startup makin menjamur di Indonesia.

“Kita lihat bisnis startup itu kadang-kadang udah jalan tapi sales-nya belum jelas, kadang-kadang sales-nya udah ada tapi pendapatannya belum jelas. Jadi penyaluran kredit bank bukan usulan yang tepat,” ujar Kartika kepada Kompas.

Kartika juga menambahkan pihak yang paling tepat untuk memberikan pendanaan kepada startup adalah venture capital, karena selama ini venture capital bukan melihat dari sisi pendapatan namun lebih kepada potensi bisnis startup. Bank Mandiri sendiri telah membentuk Mandiri Capital dengan total dana kelolaan 500 miliar Rupiah untuk berinvestasi di startup fintech.

Saat ini sebagian besar pendanaan yang didapatkan oleh startup Indonesia pada umumnya memang berasal dari venture capital, lokal hingga asing.

Menanggapi hal tersebut, anggota tim penasihat Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA) Mahendra Siregar, yang juga mantan Wakil Menteri Perdagangan dan Wakil Menteri Keuangan, mengungkapkan idealnya pemerintah bisa memberikan solusi dan memberikan alternatif lain terkait dengan pendanaan kepada startup dan tidak sepenuhnya hanya mengandalkan venture capital.

XL Axiata Masih Bukukan Kondisi Keuangan Positif di Q1 2016

PT XL Axiata Tbk (XL) hari ini secara resmi mengumumkan audit kinerja keuangan perusahaan untuk periode kuartal pertama tahun 2016. Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa XL berhasil meraih pertumbuhan pendapatan sebesar 2% YoY selama kuartal pertama tahun 2016. Dalam laporan tersebut juga diketahui bahwa banyaknya pengguna smartphone berhasil mendongkrak mendongkrak penetrasi layanan data perusahaan yang dipimpin Dian Siswarini tersebut.

Dalam rilisnya Dian menyatakan bahwa XL telah membuat pencapaian awal yang menjanjikan melalui peningkatan dalam berbagai kegiatan operasional yang berdampak positif pada kinerja keuangan perusahaan. Ia juga berharap pencapaian ini menjadi momentum untuk XL untuk terus melanjutkan agenda transformasi perusahaan.

Mulai banyaknya smartphone yang mendukung jaringan 4G LTE dan juga jangkauan jaringan yang mulai meluas berimbas pada peningkatan trafik layanan data di XL. Tercatat trafik layanan data tumbuh hingga 94% YoY dengan total penggunaan layanan data mencapai 22.8 juta atau 54% dari total jumlah pelanggan XL.

XL juga mencatat pengguna smartphone mengalami pertumbuhan sebesar 19% YoY atau mencapai 20,5 juta pengguna. Perumbuhan pengguna smartphone juga memiliki pengaruh pada presentasi pertumbuhan layanan XL data yang mencapai 48% dari total presentasi.

Untuk laba periode kuartal pertama 2016 XL mencatat laba bersih sebesar Rp 20 miliar dengan adanya penguatan nilai Rupiah terhadap US Dollar. XL juga disebutkan telah berhasil untuk meneruskan rangkaian program inisiatif “Balance Sheet Management” (Pengelolaan Neraca Keuangan) guna mengurangi dampak fluktuasi nilai mata uang asing (Forex).

Tahun ini merupakan tahun kedua bagi XL melakukan Transformasi “3R – Revamp, Rise & Reinvent”, agenda yang sudah dilakukan sejak awal tahun 2015.  Agenda Transformasi tersebut terdiri dari: Revamp (Mengubah) –mengubah model bisnis pencapaian pelanggan (dari ‘volume’ menjadi ‘value’) disertai strategi distribusi serta perbaikan portofolio produk untuk meningkatkan pendapatan. Rise (Meningkatkan) – meningkatkan nilai brand XL dan menggunakan strategi dual-brand dengan AXIS untuk menyasar berbagai segmen pasar yang berbeda. Reinvent (Menemukan kembali) – menumbuhkan berbagai inovasi bisnis melampaui model bisnis yang digunakan saat ini.

Laporan FireEye Ungkap Indonesia Jadi Sasaran Ancaman Keamanan Siber

FireEye sebagai perusahaan keamanan, baru-baru ini mengeluarkan hasil risetnya mengenai serangana siber yang ada di Indonesia. Dalam laporan tersebut ditemukan bahwa 36 persen perusahaan yang disurvei di Indonesia menjadi target serangan di semester kedua tahun 2015. Bahkan hasil observasi FireEye menyebutkan setidaknya ada empat kelompok penyerang profesional yang terus menargetkan perusahaan-perusahaan di Indonesia.

Chief Technology Office FireEye Asia Pasifik Bryce Bolan dalam keterangan tertulisnya mengatakan bahwa ada kesenjangan keamanan siber di Indonesia yang patut menjadi perhatian dan harus segera ditangani, terutama yang terkait dengan perekonomian dan keamanan nasional.

“Di tengah ketegangan geopolitik yang terus meningkat di seluruh kawasan ini, penting untuk menyadari bahwa ketegangan ini juga tercermin di dunia cyber,” kata Bryce.

Laporan FireEye serangan siber
Laporan FireEye serangan siber

Ia juga menjelaskan bahwa serangan siber tingkat tinggi atau yang dilakukan kelompok profesional bisa menimbulkan banyak dampak negatif, seperti gangguan operasi, kerugian finansial, rusaknya reputasi dan tuntutan hukum. Menurutnya, penting bagi perusahaan di sektor yang krusial untuk memadukan kemampuan ahli keamanan yang dimiliki perusahaan dan dari luar perusahaan dan juga membangun intelejensi serangan.

Dari data observasi yang dilakukan FireEye, di wilayah Asia Pasifik, sektor industri yang paling banyak mendapatkan serangan APT (Advance Persistent Threat) di enam bulan terakhir tahun 2015. Selain industri, berbagai sektor tercatat juga mendapatkan ancaman, sektor lain tersebut meliputi pemerintahan federal (45 persen), hiburan/media/rumah sakit (38 persen), high-tech (33 persen), manufaktur (29 persen), energi (29 persen), pemerintahan negara bagian dan lokal (28 persen), jasa/konsultasi (25 persen) dan jasa keuangan (20 persen).

Khusus Indonesia, FireEye mengungkap pada bulan April 2015 ada kampanye cyber espionage atau kegiatan spionase siber selama satu dekade terakhir oleh pelaku cyber threat yang berasal dari Tiongkok. Fokus mereka antara lain pemerintahan, bisnis, dan jurnalis – yang memegang kunci politik, ekonomi, dan informasi militer tentang Asia Tenggara dan Asia Selatan. Analisis FireEye terhadap kelompok malware ini menghasilkan petunjuk bahwa kelompok tersebut menyasar Indonesia.

Indosat Ooredoo dan Lintasarta Resmikan Disaster Recovery Center 3 Di Jatiluhur

Hari ini Indosat Ooredoo bersama dengan Lintasarta secara resmi meluncurkan Disaster Recovery Center (DRC) 3 di kawasan Jatiluhur, Purwakarta. DRC 3 yang memiliki kapasitas luas total mencapai 6.000 disuplai oleh dua sumber listrik dari dua provider berbeda, yakni, PLN dan Jasa Tirta II dalam rangka untuk meningkatkan availabilitas layanan yang diberikan. Selain itu, DRC 3 ini juga telah lulus sertifikasi Tier III dari Uptime Institure yang menandakan layanan ini siap digunakan sebagai penunjang business continuity perusahaan.

Director and Chief Wholesale & Enterprise Officer Indosat Ooredoo Herfini Haryono mengatakan pembangunan DRC 3 ini menunjukkan bahwa Indosat Ooredoo bersama Linstasarta menjadi pemain utama solusi Data Center dengan pengalaman, kapasitas, dan keandalan melalui teknologi, jaringan luas, dan sumber daya manusia yang berkualitas.

“Pasar Data Center akan terus mencatat pertumbuhan besar dalam dua tahun ke depan, salah satunya didorong keberadaan PP Nomor 82 Tahun 2012, dan kami telah siap menangkap peluang tersebut. DRC 3 yang berada di Jatiluhur menjadi alternatif pilihan terbaik bagi pelaku industri dengan lokasi yang sangat strategis yang memiliki profil risiko bencana yang amat rendah dan berbeda dibandingkan di Jakarta. Jatiluhur juga merupakan hub utama untuk jaringan komunikasi dari Indosat Ooredoo dan Lintasarta,” ujar Herfini.

Di samping itu President Director Lintasarta Arya Damar mengungkapkan pihaknya akan terus melakukan pembangunan Data Center atau DRC baru dengan standar tinggi untuk memenuhi kebutuhan pelaku industri serta pertumbuhan pasar data center.

“DRC 3 di Jatiluhur memenuhi kebutuhan data center perusahaan yang handal dengan memiliki dua sumber power serta desain dan konstruksi mengikuti standar internasional sehingga mampu mengirimkan SLA yang tinggi ke pelanggan,” terang Arya.

DRC 3 ini disiapkan dengan membawa sejumlah keunggulan, di antaranya adalah solusi total data center yang menyediakan layanan colocation, network, dan managed service dengan model bisnis sewa. Solusi ini diklaim mampu membuat para pelaku industri beralih dari capital expenditure (capex) menjadi operational expenditure (opex).

Selain itu kelebihan lain dari DRC 3 adalah working area yang luas dan nyaman baik untuk kebutuhan Disaster Recovery Procedure (DRP) maupun aktivitas IT pelanggan. DRC 3 ini juga disebutkan telah didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang tersertifikasi standar internasional dari Uptime Institute seperti Accredited Tier Designer di bagian design/build, Accredited Tier Specialist di bagian operations.

Dalam rilis pers DRC 3 ini juga disebutkan telah mengantongi sejumlah sertifikat, mulai dari kategori standar Telecommunications Industry, bisnis proses hingga standar keamanan informasi.

“Dalam hal ini, pelaku industri bukan hanya memiliki opsi penempatan data center lebih banyak namun juga comply terhadap standar keamanan internasional yang ditetapkan,” tutup Herfini Haryono.

Survei Accenture dan Microsoft: 80% Perusahaan Minyak dan Gas Tetap Akan Berinvestasi untuk Teknologi Digital

Pemanfaatan teknologi semakin ke sini seolah menjadi hal wajib bagi perusahaan. Tak hanya soal digitalisasi dan otomatisasi, tetapi juga tentang mobilitas dan analytic. Accenture dan Microsoft baru-baru ini mengeluarkan laporan sebuah survei mengenai penerapan teknologi di industri gas dan minyak di kawasan Asia. Salah satu hal yang dilaporkan adalah bahwa mayoritas reponden mencari atau ingin meningkatkan mobilitas dengan penerapan teknologi.

Survei edisi kelima yang diberi judul “Digital Trends & Technology Survey in the Oil & Gas Industry” tersebut menguak beberapa data mengenai tren digital dan teknologi di kalangan perusahaan gas dan minyak. Termasuk besaran investasi perusahaan-perusahaan tersebut untuk teknologi.

Meski saat ini harga minyak dan gas rendah, para perusahaan tersebut justru banyak yang meningkatkan, atau paling tidak sama, nilai investasi di sektor teknologi digital dibandingkan yang dilakukan tahun lalu. 80% responden yang mengatakan ingin tetap berinvestasi, dengan pembagian 50% mengatakan ingin menginvestasikan lebih banyak, sedangkan 30% investasinya masih sama seperti tahun sebelumnya.

Dilaporkan juga bahwa teknologi-teknologi yang diimplementasikan diharapkan mampu untuk mendongkrak nilai bisnis dan sebagai bentuk efisiensi biaya. Salah satu yang menjadi fokus perusahaan-perusahaan responden tersebut adalah solusi mobilitas.

Ada sekitar 57% responden yang mengatakan telah berinvestasi untuk teknologi mobile. Angka ini naik dari tahun lalu yang hanya 49% dari responden yang berinvestasi di sektor mobile. Salah satu solusi lainnya yang juga diinvestasikan untuk meningkatkan mobilitas, seperti internet of things (44%), cloud (38%), dan diharapkan dalam beberapa tahun ke depan investasi sudah mulai masuk sektor big data dan analitik.

“Kemampuan pengambilan keputusan lebih baik yang diperoleh dari investasi tersebut juga membantu perusahaan untuk mempersiapkan diri terhadap pertumbuhan di masa depan dan menjadi perusahaan berkinerja tinggi dengan mengidentifikasi area bisnis dan sumber pendapatan baru serta memberikan pengalaman yang belum dirasakan sebelumnya oleh pelanggan,” jelas Country Managing Director Accenture Indonesia Neneng Goenadi.

Mobilitas, akselerasi bisnis dan kecepatan membuat keputusan menjadi alasan tertinggi mengapa para perusahaan responden memutuskan untuk berinvestasi untuk teknologi. Selain itu kemampuan analitik yang disuguhkan teknologi juga dipercaya dua pertiga atau tepatnya 66% responden sebagai salah satu unsur teknologi yang paling penting untuk mengubah perusahaan mereka.

OJK Bentuk Tim Khusus untuk Tangani Digital Banking

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membentuk tim Digital Banking untuk melakukan kajian terhadap berbagai aktivitas digital terkait perbankan. Termasuk agenda di dalamnya untuk menyampaikan rekomendasi tentang penerapan digital banking oleh perbankan di seluruh Indonesia. Hal ini sejalan dengan dorongan pemerintah kepada perbankan nasional untuk mengoptimalkan layanan digital guna meningkatkan efisiensi operasional bank.

Sebelum memulai, OJK mengatakan telah melakukan diskusi bersama beberapa perbankan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Ditjen Kependudukan dan Catatan Sipil Kemdagri, dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Dalam kegiatan operasionalnya, OJK juga akan dibantu Bareskrim Polri, Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas), Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), Desk Ketahanan dan Keamanan Informasi Cyber Nasional (DK2ICN) Kemkopolhukam, perwakilan perusahaan telekomunikasi dan pakar pengamanan informasi.

Menurut Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Nelson Tampubolon, efisiensi perbankan dengan digital banking bisa meringankan biaya operasionalitas. Termasuk bagi lembaga penyalur kredit untuk bisa menekan bunga yang dibebankan kepada nasabah. Kebijakan ini juga didorong untuk mendukung program pemerintah dalam ekonomi digital yang dicanangkan oleh Presiden RI.

“Proses jual beli secara online, interaksi sosial secara digital di media sosial, diskusi masalah Go-Jek dan Grab di DPR, dan kegiatan digital lainnya turut memberi dampak pada industri perbankan Indonesia. Presiden Jokowi mendorong perbankan digital banking, maka perbankan Indonesia harus mampu mendukung kebijakan baru tersebut,” kata ujar Nelson Tampubulon dalam sebuah diskusi seperti dikutip Detik.

Banyak tantangan yang masih ditemui oleh sektor perbankan untuk beranjak ke digital banking. Salah satunya pemikiran industri perbankan dan masyarakat yang belum merasa perlu untuk mengoptimalkan teknologi digital secara optimal. Terlebih untuk mengaplikasikan bank juga harus mengeluarkan investasi yang cukup besar.

Tim OJK spesialis Digital Banking ini diharapkan dapat mendampingi perbankan untuk menemukan strategi yang optimal menuju perbankan dengan konsep digital yang lebih matang.