SuperMash Adalah Game yang Dapat Menciptakan Banyak Game Lain Hasil Leburan Beragam Genre

Gaming merupakan salah satu industri kreatif. Developer tidak harus terpaku pada satu genre tertentu untuk menciptakan sebuah game yang berkesan. Dua contoh populernya adalah seri Mass Effect yang menggabungkan genre shooter dengan RPG, atau Overwatch yang menambatkan elemen-elemen MOBA pada gameplay shooter.

Sekarang, ada game berjudul SuperMash yang mempersilakan kita untuk berkreasi sendiri. SuperMash dideskripsikan sebagai game yang menciptakan banyak game lain, dan proses penciptaannya ini cukup unik, sebab pemain dipersilakan memilih dua genre untuk dikombinasikan.

Platformer dengan karakter tipikal genre stealth, atau JRPG dengan tokoh utama sebuah pesawat antariksa, variasi yang didapat benar-benar beragam. Di awal peluncurannya, SuperMash menawarkan enam genre yang berbeda: Shoot ’em Up, Stealth, Platformer, JRPG, Action-Adventure, dan Metrovania.

SuperMash

Ke depannya, developer Digital Continue berjanji untuk menambahkan lebih banyak genre yang bisa dilebur. Untuk sekarang, variasinya bisa ditambah lagi dengan menggunakan Dev Cards (didapat dengan menyelesaikan tantangan-tantangan pada game yang diciptakan), yang dapat memodifikasi sejumlah elemen dalam game lebih lanjut.

Pengembangnya mengklaim pemain tidak akan pernah memainkan game yang sama pada SuperMash. Jadi meskipun kita memilih genre Platformer dan JRPG sekarang, lalu memanfaatkan kombinasi yang sama besoknya, game yang tercipta tetap akan berbeda, mulai dari karakter-karakternya, mekanik sampai narasinya.

Lalu bagaimana seandainya kita tidak sengaja menciptakan game yang pantas untuk dimainkan lagi di SuperMash? Jangan khawatir, sebab setiap game yang tercipta memiliki kode unik (Mash Code) yang bisa kita simpan, atau kita bagikan ke orang lain supaya mereka bisa ikut menikmatinya.

Juga menarik adalah story mission SuperMash itu sendiri. Ceritanya pemain dipercaya untuk menyelamatkan sebuah toko video game dari kebangkrutan, dan caranya adalah dengan menyediakan deretan game yang unik sekaligus menarik kepada konsumen. Game yang dimaksud adalah hasil kombinasi genregenre itu tadi, dan kebetulan semuanya juga dapat kita mainkan sendiri.

SuperMash saat ini sudah bisa dibeli melalui Epic Games Store seharga $10. Selain di PC, ia juga akan tersedia di platform lain seperti PS4, Xbox One, Switch, dan bahkan macOS mulai tahun depan.

Sumber: Game Informer.

Tak Mau Kalah dari Steam, Epic Store Tambahkan Fitur Wishlist dan Integrasi OpenCritic

Minggu ini merupakan waktu menggembirakan bagi pengguna Steam karena update library yang ditunggu-tunggu tiba untuk semua orang. UI yang tadinya terlihat padat kini jadi lebih atraktif, informatif serta ringkas. Steam juga memperkenankan kita mengumpulkan game-game favorit ke satu tempat, membuat akses jadi lebih simpel. Detail mengenai desain Steam library baru bisa Anda simak di sini.

Dengan bertambahnya fitur Steam, ada banyak hal yang harus dilakukan kompetitor demi mengejar ketinggalan mereka. Sejak meluncur di penghujung tahun lalu, Epic Games Store mengambil sejumlah langkah agresif: menawarkan pembagian keuntungan lebih besar ke developer hingga melakukan kesepakatan-kesepakatan eksklusif. Epic juga terus memperkaya kapabilitas platform distribusinya. Saat ini mereka tengah fokus pada pembaruan desain, penambahan fungsi wishlist serta integrasi ke situs OpenCritic.

Epic Store 1

Di versi terbaru Epic Games Store, developer merombak penampilan storefront. Anda dapat segera melihat judul-judul yang sedang tren serta mem-filter game berdasarkan genre. Daftar permainan juga dibagi berdasarkan kategori seperti ‘rilis terbaru’, ‘penjualan terlaris’, ‘yang akan hadir’, ‘sedang diskon’, ‘terpopuler’ dan lain-lain. Selanjutnya, permainan gratis dapat segera Anda dilhat di bagian Free Game Every Week.

Epic Store Update 3

Ke depannya, Epic Games berencana untuk membubuhkan wishlist. Fungsinya sama seperti wishlist di Steam, yaitu menotifikasi Anda begitu permainan yang diinginkan sedang dijual di harga lebih murah. Dan tak mau kalah dari Steam, Epic punya agenda buat memperbarui penampakan library. Nantinya, grid view akan jadi lebih rapi dan padat. Saat ini, gambar/poster permainan masih memakan ruang. Dengan koleksi game yang mulai bertambah banyak, banyak orang mau tak mau memanfaatkan list view.

Epic Store Update 2

Bagi saya, aspek paling menarik dari update Epic Store adalah upaya developer mengintegrasi layanan OpenCritic ke layanannya. Beroperasi lebih transparan dari Metacritic, OpenCritic ialah situs agregat review khusus permainan video. Ke depan, Anda bisa langsung melihat rata-rata skor sebuah game berdasarkan ulasan dari media. Fitur ini sangat unik karena melaluinya, Epic mencoba menyaingi integrasi skor Metacritic di Steam library (dapat diakses via menu Sort By).

Epic Store Update 1

Semua ini terdengar menjanjikan, tapi sejujurnya, Epic Games Store masih menyimpan banyak kendala teknis. Hal ini yang seharusnya jadi fokus utama developer.

Terkadang, software client Epic Store sangat lambat dalam memuat gambar dan informasi. Lalu saya perlu melewati proses yang cukup kompleks untuk mendapatkan versi terkini Epic Store. Karena software client tak kunjung ter-update, saya mengunduh file installer dari website dan mencoba menghapus Epic Store terlebih dulu dari Windows.

Namun prosedurnya jadi rumit karena software berjalan di background, dan selama masih beroperasi, app tidak bisa dihapus. Akhirnya, saya terpaksa menonaktifkannya via Task Manager. Baru setelah itu, instalasi bersih dapat dilakukan. Itu juga, instalasi tetap tidak bebas dari masalah. Saya sempat menemui pesan error ketika software tengah melakukan update dan mesti mengulang beberapa tahapan…

Sumber: Epic Games.

Epic Games Keluarkan $10,45 Juta Demi Memperoleh Hak Eksklusif Penjualan Game Control

Kompetisi ialah hal positif bagi konsumen. Terlepas dari bagaimana Steam memanjakan penggunanya dengan berbagai fitur dan kemudahan, saya menyambut gembira siapa pun yang mencoba menawarkan alternatif dari platform distribusi digital terbesar di dunia itu. Dan kita tahu, satu nama berambisi besar buat menyaingi Steam terlepas dari umurnya yang begitu belia: Epic Games Store.

Epic Games Store meluncur di bulan Desember silam sebagai ekspansi dari software launcher Fortnite. Sejak awal, Epic langsung menawarkan pembagian keuntungan menggiurkan untuk pihak kreator, yaitu 88 persen – ketika Steam waktu itu hanya bisa memberikan 70 persen. Banyak developer tergoda, dan kurang lebih sembilan bulan setelah tersedia, Epic Games Store menjadi rumah bagi banyak judul blockbuster eksklusif semisal Borderlands 3, Metro Exodus, Control, hingga game-game upcoming seperti MechWarrior 5 sampai Ghost Recon Breakpoint.

Banyak orang kecewa pada keputusan developer/publisher dalam memasarkan produk mereka sebagai permainan eksklusif Epic Store meski sejujurnya, banyak orang tidak mempermasalahkan hal tersebut. Namun yang baru-baru ini cukup menghebohkan adalah adanya kabar yang mengungkapkan bahwa Epic Games membayarkan uang sangat besar demi mengamankan kesepakatan eksklusif dengan publisher.

Informasi tersebut datang dari laporan finansial Digital Bros, yaitu perusahaan induk 505 Games yang berperan sebagai publisher dari Control. Control adalah permainan action terbaru garapan Remedy Entertainment (tim di belakang Max Payne, Alan Wake, Quantum Break), mendapatkan banyak pujian berkat perpaduan gameplay shooter seru dengan tema misteri/supernatural serta desain arsitektur brutalis yang menawan.

Dalam data finansial tersebut, Digital Bros mengaku telah menerima uang sebesar € 9,49 juta atau setara US$ 10,45 juta dari Epic Games agar Control hanya dipasarkan lewat platform distribusi milik pencipta Fortnite. 45 persen dari jumlah itu masuk ke kantong 505 Games, sedangkan sisa 55 persennya diberikan pada Remedy. Menghitung secara kasar, pihak developer berarti memperoleh sekitar US$ 5,75 juta.

Pembayaran seperti ini biasanya berfungsi sebagai royalti yang dilakukan di muka. Artinya, baik Remedy dan 505 Games tidak akan menerima pemasukan lagi hingga Control menghasilkan US$ 10,45 bagi Epic Games. Kesepakatan eksklusif serupa sempat diterima dan dijelaskan oleh developer Ooblets. Dan besar-kecilnya jumlah uang kemungkinan besar ditentukan oleh potensi keuntungan penjualan permainan di platform berbeda.

Control ialah salah satu game terunik di 2019, berhasil memperoleh skor rata-rata 84/100 dari reviewer terkemuka (via Opencritic), lebih tinggi dari Borderlands 3 dengan beragam masalah teknisnya. Khusus di Epic Store, Control juga dijual di harga yang kompetitif, yaitu US$ 23 atau kurang lebih Rp 330-an ribu.

Via PC Gamer.

Kabar Gembira, Tak Butuh PC Super Untuk Menikmati Borderlands 3

Para gamer di PC memang boleh berbangga karena perangkat favoritnya mampu menjalankan game lebih baik dibanding console, tapi jujur, selalu ada kekhawatiran saat sebuah judul baru akan meluncur. Mayoritas gamer segera berpikir, apakah permainan itu bisa berjalan lancar di komputer mereka? Namun ada kabar baik khusus bagi Anda yang tengah menanti kelanjutan dari seri Borderlands.

Borderland 3 dijadwalkan untuk dirilis dalam dua minggu lagi, dan developer  mengajak kita buat bersiap-siap menyambutnya. Lewat situs resmi, Gearbox dan 2K Games mengumumkan daftar hardware PC yang dibutuhkan demi menjalankan permainan. Kita tahu bagaimana sejumlah di tahun 2019 selalu mencoba menetapkan standar kualitas grafis baru – misalnya Control, Metro Exodus, dan Shadow of the Tomb Raider. Tak mengherankan jika Borderlands 3 mencoba menyuguhkan hal serupa.

Namun mengejutkannya, kita ternyata bisa menikmati Borderlands 3 tanpa perlu mengganti PC atau bahkan melakukan upgrade besar-besaran. Berdasarkan informasi dari Gearbox, PC mainstream berusia dua tahun masih dapat menjalankan game dengan optimal – bahkan sistem yang lebih lawas kemungkinan besar tetap mampu menangani Borderlands 3 di resolusi full-HD. Tapi satu aspek perlu diperhatikan: sediakan ruang penyimpanan yang sangat lapang.

Ini dia daftar ‘minimal’ agar Borderlands 3 di-install di PC:

  • Sistem operasi Windows 7/8/10
  • Prosesor AMD FX-8350 atau Intel i5-3570
  • Memori 6GB RAM
  • Kartu grafis AMD Radeon HD 7970 atau Nvidia GeForce GTX 680 2GB
  • Penyimpanan 75-gigabyte

Dan ini dia daftar rekomendasinya:

  • Sistem operasi Windows 7/8/10
  • Prosesor AMD Ryzen 5 2600 atau Intel i7-4770
  • Memori 16GB RAM
  • Kartu grafis AMD Radeon RX 590 atau Nvidia GeForce GTX 1060 6GB
  • Penyimpanan 75-gigabyte

Seperti yang bisa di lihat, Borderlands 3 tidak membebani kita dengan fitur-fitur grafis yang terlalu canggih (ray tracing misalnya). Gearbox menekankan bahwa permainan akan tetap terlihat mengesankan terlepas dari apapun platform pilihan Anda, dan dimeriahkan oleh bermacam-macam efek visual. Melihat dari cara developer menyampaikan informasi ini, game tampaknya cenderung dioptimalkan untuk komponen-komponen AMD.

Borderlands 3 2.

Tentu saja gamer PC dipersilakan untuk mengutak-atik beragam elemen visual, dari mulai aspek-aspek simpel seperti mempertajam resolusi objek, mengatur field of view, menentukan batasan frame rate, menyala-matikan V-Sync; hingga memilih metode anti-aliasing, menampilkan FPS, hingga mengaktifkan fitur FidelityFX Sharpening. Daftar lengkapnya bisa Anda lihat di situs Borderlands.com.

Memperkenalkan empat karakter baru – Amara, FL4K, Moze dan Zane – Borderlands 3 rencananya akan meluncur pada tanggal 13 September 2019 di PC via Epic Store, Xbox One dan PlayStation 4. Oh, Anda yang tidak mau pusing soal hardware PC atau membeli console bisa memainkan Borderlands 3 via layanan gaming on demand Google Stadia (tersedia pada bulan November 2019).

Drodo Studio Luncurkan Auto Chess Versi PC Eksklusif di Epic Games Store

Ada hal yang cukup mengejutkan dari sesi PC Gaming Show dalam ajang E3 2019. Ketika Epic Games mengumumkan jajaran game yang akan terbit di marketplace milik mereka, Epic Games Store, sebuah judul mencuat dan menarik perhatian. Judul itu adalah Auto Chess, game karya Drodo Studio yang diterbitkan oleh penerbit Tiongkok, Dragonest. Game ini mempopulerkan genre baru yang disebut “auto battler”, dan digemari oleh jutaan pemain di seluruh dunia.

Awalnya hanya merupakan mod populer untuk Dota 2, Auto Chess kini telah memiliki versi standalone yang beberapa waktu lalu dirilis dalam fase alpha untuk perangkat mobile. Tapi Drodo Studio tidak berhenti sampai di sana. Mereka juga berencana merilis versi PC yang tentunya akan memiliki tampilan visual lebih menarik. Kini Dragonest mengumumkan bahwa Auto Chess versi PC akan tersedia eksklusif di Epic Games Store di tahun 2019 ini.

Loring Lee, founder dan CEO Dragonest, menyatakan di atas panggung PC Gaming Show bahwa mereka bekerja sama langsung dengan Drodo Studio selaku kreator asli Auto Chess untuk merilis game ini. Ia ingin agar semua orang, di mana pun, lewat perangkat apa pun, bisa merasakan kesenangan yang sama. Lee juga mengatakan bahwa Auto Chess versi PC ini dikembangkan menggunakan Unreal Engine 4, yang ia sebut “salah satu game engine terbaik di dunia”. Sementara itu versi mobile dikembangkan menggunakan Unity.

Bila Anda melihat video trailer Auto Chess versi PC di atas, Anda akan melihat bahwa game tersebut memiliki antarmuka yang cukup berbeda dari versi mobile. Selain tombol-tombol yang lebih kecil dan ketersediaan shortcut untuk keyboard, tampilan pratinjau hero ketika akan kita letakkan di atas arena juga lebih menarik. Detail lingkungan serta efek-efek pertarungan juga dibuat lebih wah, pastinya lebih memanjakan mata ketimbang bermain di layar smartphone.

Dengan munculnya Auto Chess versi PC, para gamer “master race” akan punya setidaknya empat pilihan untuk memainkan game dengan genre yang sama. Pertama yaitu mod Dota Auto Chess sendiri yang hingga kini masih tersedia di dalam Dota 2, kedua yaitu Auto Chess versi standalone, ketiga adalah versi standalone bikinan Valve yang kabarnya akan dirilis dengan judul Dota Underlords, dan terakhir adalah di dalam League of Legends lewat mode barunya yang bernama Teamfight Tactics. Versi manakah kira-kira yang akan bertahan di pasaran?

Sumber: PC Gamer

John Wick Diangkat Jadi Game, Hidangkan Gameplay Hybrid Strategi Action

Mungkin makna yang bisa diambil dari film John Wick ialah jangan pernah menganiaya binatang, apalagi jika hewan itu dipelihara oleh Keanu Reeves. Bagian ketiga – ber-subtitle Parabellum – seri ciptaan Derek Kolstad itu merupakan salah satu film yang paling dinanti di 2019, rencananya akan tayang pada tanggal 17 Mei. Lionsgate ternyata juga punya satu kejutan lagi buat para penggemar berat John Wick.

Menggandeng publisher Good Shepherd Entertainment, minggu ini Lionsgate Games resmi mengumumkan permainan John Wick Hex. Diadopsi dari film, game digarap oleh tim pimpinan developer Mike Bithell (di bawah nama Bithell Games). Bagi Anda yang kurang familier dengannya, Bithell adalah desainer  game asal Inggris, kreator dari judul-judul indie fenomenal seperti Thomas Was Alone, Subsurface Circular, dan Volume.

Premis John Wick Hex berbeda dari bayangan saya terhadap penyajian adaptasi film ke video game pada umumnya. John Wick Hex menghidangkan gameplay strategi bertempo cepat yang diorientasikan pada elemen action. Dengan pendekatan seperti ini, developer ingin Anda berpikir cepat seperti John Wick. Permainan saat ini tengah dikembangkan untuk console, PC serta Mac.

Penggarapan John Wick Hex dilakukan oleh Bithell Games secara kolaboratif bersama tim kreatif dan stunt film. Lionsgate mendeskripsikan game ini sebagai ‘permainan catur dengan pertempuran ter-koreografi’, menjanjikan aksi-aksi ‘gun fu‘ yang ikonis sembari memperluas jagat John Wick. Pemain ditantang untuk memandu sang protagonis dalam mengambil keputusan secara cermat serta selalu siap menghadapi konsekuensinya.

Segala gerakan John Wick di permainan dirancang agar terasa seperti adegan film dan pertempuran menuntut pemikiran strategis. Penjelasan Lionsgate Games mengindikasikan konten utama berupa mode campaign single-player yang difokuskan pada cerita. Tampaknya level-level di sana dirancang untuk dimainkan berulang-ulang, dan semakin baik Anda menyelesaikannya, terbuka pula kesempatan buat membuka lokasi dan senjata baru.

Menariknya lagi, tiap senjata yang John Wick gunakan akan mengubah taktik serta cara bermain. Persediaan amunisi selalu terbatas dan ‘disimulasikan secara realistis’. Kita dituntut untuk mengeksekusi apapun dengan akurat, misalnya menggunakan senjata seefisien mungkin serta mengisi ulang peluru di waktu yang tepat.

Berbicara soal talenta, aktor-aktor kawakan seperti Ian McShane dan Lance Reddick kabarnya turut berpartisipasi mengisi suara karakter-karakter game, namun saya belum bisa memastikan apakah John Wick juga diperankan oleh Keanu Reeves atau orang lain.

Untuk sekarang belum diketahui kapan tepatnya John Wick Hex dirilis, tetapi Lionsgate telah mengonfirmasi bahwa versi Windows dan Mac game ini akan didistribusikan secara eksklusif lewat Epic Games Store.

Via Gamespot.

 

Epic Games Store Tantang Steam untuk Terapkan Sistem Bagi Hasil yang Sama

Di titik ini, saya yakin hampir semua gamer PC sudah mendengar soal Epic Games Store, alternatif baru Steam yang menawarkan sederet game blockbuster secara eksklusif, macam The Division 2, Metro Exodus, maupun Borderlands 3. Epic Games tentunya bukan pemain baru di industri gaming, tapi itu bukan alasan utama mengapa mereka mampu memperoleh hak distribusi eksklusif dari developer.

Alasan utamanya tidak lain dari sistem bagi hasil yang jauh dari kata pelit: 88% developer, 12% Epic Games Store. Steam yang tadinya begitu mendominasi, sekarang jadi kehilangan beberapa klien prioritasnya. Dari sini mungkin banyak yang melihat Epic Games sebagai pihak antagonis, akan tetapi Epic justru memanfaatkan momen ini untuk menantang balik Steam.

Lewat Twitter, Tim Sweeney selaku pendiri sekaligus CEO Epic Games, menjelaskan bahwa apabila Steam berkomitmen mengganti sistem bagi hasil mereka menjadi sama seperti Epic Games Store tanpa syarat-syarat yang memberatkan, maka Epic akan segera mengabaikan hak distribusi eksklusif yang mereka peroleh (dengan catatan pihak developer memberi lampu hijau), sehingga game yang tadinya eksklusif untuk Epic Games Store juga bisa didistribusikan lewat Steam.

Dari sini sebenarnya bisa kita lihat bahwa strategi agresif yang diterapkan Epic Games Store bukanlah murni untuk mengejar hak distribusi eksklusif saja. Mereka juga punya visi jangka panjang untuk membenahi apa yang mereka anggap salah dari industri ini, yaitu sistem bagi hasil yang terlalu memberatkan developer, terutama developer kecil/indie.

Steam, seperti yang kita tahu, menerapkan sistem bagi hasil 70%:30%. Belum lama ini, mereka sempat mengubah kebijakannya agar rasio tersebut bisa naik menjadi 75%:25% atau bahkan 80%:20%, akan tetapi itu baru berlaku apabila total penjualan suatu game berhasil mencapai $10 juta dan $50 juta.

Inilah yang dimaksud Tim Sweeney sebagai “syarat yang memberatkan”, sebab realistisnya sulit bagi developer kecil/indie untuk menembus angka penjualan $10 juta, bahkan untuk game andalannya sekalipun. Sayangnya sejauh ini belum ada respon sama sekali dari Valve selaku penggagas Steam.

Epic Games Store merebut klien prioritas Steam mungkin terkesan antagonistis, namun seandainya Steam menyetujui ide yang digagaskan Epic, maka yang diuntungkan adalah semua pihak; developer bebas memasarkan karyanya di banyak platform dan mengambil keuntungan yang maksimal, dan di saat yang sama konsumen pun juga tidak harus terbelenggu oleh satu platform tertentu.

Sumber: Variety.

Sederet Game Blockbuster dan PlayStation Kini Jadi Judul Eksklusif Epic Games Store

Di momen peluncuran Epic Games Store, CEO Tim Sweeney sempat menyampaikan bahwa platform distribusi mereka itu tidak diciptakan untuk menyaingi Steam. Tapi kenyataannya, kompetisi tak bisa dihindari. Porsi pembagian keuntungan yang menggiurkan pertama-tama mendorong developer indie untuk bermigrasi. Lalu tak lama, studio-studio besar tergoda buat melakukan kesepakatan eksklusif dengan Epic.

Alhasil, game-game kelas berat seperti Metro Exodus dan The Division 2      sementara ini cuma bisa dibeli di Epic Games Store. Dan dalam waktu dekat Jumlahnya dipastikan akan bertambah banyak setelah perusahaan melakukan pengumuman besar di Game Developers Conference minggu ini. Epic mengabarkan bahwa ada sederet judul blockbuster lain yang dijadwalkan buat meluncur di layanan mereka, termasuk sejumlah permainan buatan Quantic Dream yang dahulu cuma tersedia di PlayStation.

Jangan tanya bagaimana mereka bisa merayu studio asal Perancis itu, namun hal ini merupakan kabar gembira bagi gamer PC dan – dilihat dari perspektif lebih luas – sebuah langkah strategis brilian Epic Games untuk menghimpun lebih banyak konsumen. Ada tiga game Quantic Dream yang nantinya bisa dinikmati via Epic Games Store, dua di antaranya adalah judul console last-gen Sony, yaitu Beyond: Two Souls, Heavy Rain, dan Detroit: Become Human. Betul sekali, Anda tak perlu membeli PS4 untuk memainkan Detroit.

Selain kreasi Quantic Dream, setidaknya ada dua permainan ‘most wanted‘ di 2019 yang rencananya hanya bisa diakses dari Epic Store, yakni game action-adventure baru karya tim pencipta Max Payne, Control; dan RPG fiksi ilmiah first-person buatan Obsidian, The Outer Worlds. Daftarnya tidak berhenti sampai di sana. Akan ada Afterparty (buatan talenta di belakang Oxenfree), Ancestors: The Human Odyssey, The Cycle, Industries of Titan, Kine, Journey to the Savage Planet dan Trover Saves di Universe.

Kejutan masih belum berhenti. The Sinking City dan Dangerous Driving turut bergabung di Epic Games Store dan bisa di-pre-order. Selanjutnya, sang penyedia layanan telah resmi meluncurkaan Roller Coaster Tycoon Adventures dan Satisfactory.

Kita tahu bahwa Epic Games melalui tahun 2018 dengan sangat sukses. Di tahun itu, mereka kabarnya meraup keuntungan sebesar US$ 3 miliar, dan perusahaan diestimasi memiliki nilai US$ 15 miliar. Tak sulit ditebak, keberhasilan Epic mendorong mereka untuk melakukan manuver-manuver agresif, seperti melakukan perjanjian dengan publisher/developer third-party serta menerapkan program bagi-bagi game gratis secara konsisten.

Saya sempat mendengar keluhan sejumlah rekan gamer pengguna Steam terkait kehadiran game secara eksklusif di Epic Store. Namun saya pribadi berpendapat, kompetisi ialah hal positif buat konsumen. Dengan munculnya penantang, Steam akan terdorong untuk terus menyempurnakan plaform-nya dan cara mereka ‘melayani’ developer.

Sumber: Epic Games.

Epic Games Store Bakal Kedatangan Sederet Fitur Baru yang Menarik

Diluncurkan pada bulan Desember lalu, Epic Games Store tanpa sungkan menjadi penantang baru Steam dengan strategi yang begitu agresif: developer yang menjajakan karyanya di Epic Games Store bakal meraup 88% dari total penjualan, dan Epic hanya akan mengambil komisi sebesar 12% saja.

Tanpa harus menunggu lama, taktik ini sudah membuahkan hasil. Sejumlah developer ternama mulai meninggalkan Steam dan hijrah ke Epic Games Store. Steam yang tadinya merajai ranah distribusi game digital kini harus tabah melihat game AAA macam The Division 2 dan Metro Exodus sirna dari platform-nya.

Kendati demikian, Epic Games Store bukanlah tanpa cacat. Berhubung platform ini masih seumur jagung, wajar apabila ia kalah jauh perihal fitur jika dibandingkan dengan Steam. Kabar baiknya, Epic sadar betul akan hal ini, dan mereka juga ingin bisa setransparan mungkin kepada konsumennya.

Epic Games Store Roadmap

Bukti transparansinya datang dalam wujud Trello board berjudul “Epic Games Store Roadmap”. Di situ siapapun bisa melihat garis besar fitur-fitur yang sedang dan akan dikerjakan oleh tim developer Epic Games Store. Seandainya ada bug atau problem yang mengganggu, kita juga dapat memantau perkembangannya lewat Trello board ini.

Deretan fitur baru yang telah direncanakan dibagi berdasarkan estimasi waktu perilisannya. Dalam waktu dekat ini (1 – 3 bulan ke depan), fitur-fitur penting yang akan dirilis mencakup pencarian berdasarkan genre, tampilan baru yang lebih mendetail, dukungan DLC yang lebih mumpuni, dan cloud save.

Selanjutnya, dalam 4 – 6 bulan mendatang, fitur-fitur yang sudah direncanakan meliputi user review, wishlist, dukungan mata uang selain US$ serta metode pembayaran lain, memantau waktu bermain, dukungan mod, dan in-game overlay ala Steam.

Di atas setengah tahun, bakal ada fitur-fitur seperti achievement dan shopping cart. Namun yang perlu dicatat, semua ini sifatnya tidak permanen dan bisa berubah-ubah tergantung kondisinya. Terlepas dari itu, konsumen tak harus menunggu pengumuman dari Epic dan bisa memantaunya sendiri di Trello board ini.

Sumber: Epic Games via Kotaku.

[Review] Metro Exodus, Simulasi Post-Apocalypse Dengan Pesona Khas Rusia

Tak sampai setengah jam lalu, sampan Artyom diserang dan dijungkirbalikkan oleh ikan lele seukuran paus. Dan kini ia harus menghadapi udang raksasa ganas, sembari berkutat dengan senapan serbunya yang macet. Seperti inilah serba-serbi hidup di dunia post-apocalypse. Tema tersebut memang tak asing buat kita, namun seri Metro merupakan satu dari sedikit franchise yang betul-betul mengedepankan elemen action, penyajian cerita, dan survival.

Metro Exodus adalah game ketiga di seri shooter yang diadaptasi dari novel tulisan Dmitry Glukhovsky, Metro 2033. Ketika sang penulis mengalihkan fokusnya pada karakter baru di buku kedua (Metro 2034), developer 4A Games memutuskan untuk tetap menitikberatkan narasi pada Artyom dan memodifikasi judul permainan keduanya jadi Metro: Last Light, dan Metro Exodus sebagai penerusnya.

4A Games ialah studio asal Ukraina, didirikan 13 tahun silam oleh sejumlah mantan jebolan tim GSC Game World yang dahulu menggarap franchise S.T.A.L.K.E.R. Dalam kiprahnya, kedua franchise mengambil arahan berbeda. Ketika S.T.A.L.K.E.R. menyuguhkan dunia open world tulen, Metro mengusung struktur linier, lebih condong pada narasi, dan menonjolkan gameplay stealth. Namun ada perubahan desain di Exodus sehingga membuat Metro jadi lebih menyerupai sepupu jauhnya itu.

Simak ulasan lengkapnya:

 

Rusia setelah perang nuklir

Sesi pembuka permainan disajikan lewat cara familier. Begitu Anda mengklik tombol new game, Artyom sebagai tokoh utamanya akan menceritakan kisah singkat bagaimana miliaran orang tewas akibat perang nuklir dan puluhan ribu jiwa yang ‘beruntung’ terjebak dalam lorong-lorong kereta api bawah tanah. Mereka harus melanjutkan peradaban tanpa sinar matahari karena daerah permukaan yang terpapar radiasi.

ME 1

Untuk menjelajahi reruntuhan Moskow, orang harus mengenakan baju penutup lengkap dan masker karena udara sangat berbahaya. Filter harus diganti secara berkala. Terpapar sedikit saja, radiasi akan masuk ke dalam darah. Kemudian selain radiasi, permukaan dipenuhi oleh mutan dan anomali mematikan (hati-hati dengan bola petir). Namun gorong-gorong bawah tanah juga menyimpan bahayanya sendiri. Bukan peradaban manusia namanya jika tidak dipenuhi konflik dan perang saudara, terutama ketika tak ada lagi aturan hukum yang jelas.

ME 6

Demi menjaga keamanan dan menanggulangi bahaya serangan bandit serta monster, pemerintah darurat kota bawah tanah Polis membentuk badan Rangers of the Sparta Order. Para Rangers terdiri dari prajurit berpengalaman dan paling mematikan, dan Artyom merupakan anggotanya.

ME 9

Metro Exodus dapat dinikmati tanpa perlu menyelesaikan dua permainan terdahulu. Meski begitu, saya sangat menyarankan Anda untuk memainkan 2033 dan Last Light agar lebih bisa memahami kondisi dunia tempat Artyom tinggal. Dua game ini sempat di-remaster untuk platform current-gen, diberi label ‘Redux’ dan ditawarkan di harga murah meriah.

ME 2

 

Antara tradisi dan inovasi

Dalam bertahan hidup, pemahaman Anda terhadap dunia Metro sangat penting. Seperti di dua permainan sebelumnya, Exodus hampir tidak memiliki HUD. Segala macam informasi disampaikan secara langsung – lewat meteran, timer dan indikator yang terpasang di seragam Ranger. Game juga akan memberikan tanda-tanda lain jika ada sesuatu yang tidak wajar: sensor segera berderak ketika Artyom berada di kawasan dengan radiasi tinggi, dan ia akan terbatuk-batuk jika filter di masker tak lagi bekerja.

ME 3

Namun bersamaan dengan penyajian dunia yang lebih terbuka, beberapa hal harus berubah. Dahulu, seri Metro memanfaatkan sebuah sistem mata uang unik. Segala komoditas di sana bisa dibeli dengan menukarkan amunisi kelas militer. Sedangkan untuk bertahan diri, orang membuat amunisi dari bahan-bahan yang ada. Di saat-saat genting, kondisi ini akan menyodorkan dilema buat pemain: amunisi kelas militer lebih efektif buat menumbangkan lawan, tapi rela-kah Anda menggunakannya?

ME 7

Di Metro Exodus, mata uang berbasis amunisi digantikan oleh sistem crafting. Ada dua jenis sumber daya esensial di sini, ditandai dengan icon botol kimia dan gear. Keduanya tersebar di berbagai tempat, misalnya di dalam bangunan, kendaraan yang ditinggalkan, ataupun mayat manusia. Dengan dua item itu Anda bisa menciptakan beragam hal yang dibutuhkan, misalnya amunisi, filter, obat, hingga buat meng-upgrade baju pelindung.

{"DRSAppName" : "", "DRSProfileName" : "Desktop"}

Crafting bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan ransel yang Artyom bawa atau via meja kerja (workbench). Tas hanya memungkinkan Anda menciptakan medkit dan filter serta mengubah aksesori senjata; sedangkan berbekal workbench, Anda bisa crafting dan membersihkan senjata secara lebih leluasa. Seperti di RDR2, semakin kotor kondisi senapan, maka ia jadi kurang efektif dan sering kali macet. Degradasi tersebut disebabkan oleh banyak hal, misalnya karena digunakan terus-menerus atau terkena cipratan lumpur.

ME 22

Upgrade dan kustomisasi adalah salah satu bagian terbaik di Metro Exodus. Hampir semua senjata bisa dimodifikasi agar sesuai dengan gaya bermain Anda. Ambil contohnya Ashot. Tanpa aksesori, ia tersaji sebagai pistol berpeluru shotgun.  Ashot bisa dipasangkan popor agar lebih stabil atau diberi laras kedua sehingga dapat merumahkan dua peluru. Alternatifnya, laras bisa diganti dengan tipe peredam, dan Anda mendapatkan pistol siluman jarak dekat mematikan.

ME 13

Favorit saya sendiri adalah senapan angin Tikhar. Pemakaiannya memang sedikit rumit: ada harus mengawasi jumlah peluru serta tekanan angin, dan memompanya jika diperlukan. Namun ia sempurna untuk menumbangkan musuh secara sembunyi-sembunyi karena tidak berisik saat ditembakkan.

ME 4

Aspek lain yang sangat saya apresiasi karena senada dengan tema survival adalah bagaimana Exodus sukses membuat pemain selalu merasa was-was. Game bisa di-pause, tetapi permainan tetap berjalan ketika Anda mengeluarkan peta, mengecek misi, atau sedang crafting. Hal ini memaksa kita untuk tidak pernah membuang-buang waktu serta selalu ingat buat memastikan keamanan di sekitar sebelum mengutak-atik senjata atau meramu amunisi.

ME 24

 

Pesona pasca-bencana

Metro Exodus ialah salah satu game tercantik yang bisa Anda nikmati saat ini. Bahkan tanpa dukungan GPU berteknologi ray tracing, permainan mampu menyajikan visual yang mencengangkan. 4A Games berhasil meracik aspek atmosfer dengan begitu optimal, sehingga pemain seperti betul-betul dibawa ke Rusia era pasca-perang nuklir. Dan itu semua akan Anda dapatkan setelah Artyom dan kawan-kawan meninggalkan Moskow dan tiba di kaki pegunungan Ural.

ME 14

Di satu titik dalam permainan, para Rangers berhasil memperoleh lokomotif dan menyadari bahwa lingkungan terbuka punya kadar radiasi yang lebih rendah, memungkinkan mereka menghirup udara segar tanpa masker. Meski demikian, alam liar tetap menyimpan berbagai bahaya. Seperti saat berada di terowongan bawah tanah, ancaman datang dari monster serta sesama manusia. Dan bertahan hidup jadi lebih sulit karena indahnya alam berpotensi memecah perhatian Anda.

ME 11

Dunia dan tiap objek di Metro Exodus diracik dengan penuh ketelitian: karat pada bangunan dan bekas kendaraaan di tengah-tengah hamparan salju, bunyi langkah kaki di atas genangan lumpur, sinar matahari di sela-sela awan, turunnya jarak pandang akibat badai petir, dan saya sangat menyukai efek partikel seperti salju dan tetesan air hujan yang mengenai wajah Artyom. Tema low-tech terasa begitu kental di segala hal berkat tangan dingin 4A Games dalam menggarap detail, dari mulai senjata rakitan hingga baterai senter yang harus diisi secara manual.

ME 21

Sekali lagi, hampir semua elemen visual di dunia Metro punya kaitan pada gameplay. Misalnya, cipratan tanah (atau darah) di masker bisa mengganggu penglihatan, dan Anda dapat mengelapnya; kaca di masker bisa rusak akibat serangan lawan, ditandai oleh munculnya retakan, dan Artyom dapat memperbaikinya; kemudian saat kadar radiasi terlalu tinggi, Anda mulai melihat bintik-bintik cahaya hijau. Dipadu dengan sistem cuaca dinamis serta perputaran siang dan malam, game jadi lebih menantang sekaligus mengasikkan.

ME 29

Stealth kembali memegang peranan penting di Metro Exodus, dan di sini perputaran siang dan malam membuatnya sangat menarik. Untuk memudahkan Anda mengendap-endap, seragam Rangers Artyom dibekali indikator visibilitas. Jika lampu menyala, maka musuh dapat melihat Anda. Kondisi tersebut memengaruhi permainan serta memaksa pemain buat beradaptasi. Musuh manusia lebih mudah melihat Artyom selama ada cahaya matahari, dan mereka akan beristirahat di malam hari. Kendalanya, mutan dan monster jadi lebih ganas saat matahari terbenam.

ME 30

Tak seperti mayoritas game shooter, amunisi sangat terbatas dan jadi komoditas berharga di Metro Exodus. Anda memang bisa membuatnya sendiri, tapi itu berarti Anda harus mengorbankan material-material crafting yang berharga. Mungkin ada amunisi atau bahan-bahan berguna yang dijatuhkan oleh para bandit, namun tidak ada untungnya membunuh monster selain buat mempertahankan diri.

ME 25

Sering kali lebih bijaksana bagi Artyom untuk menghindar ketimbang melakukan konfrontasi. Dan jika selalu waspada dan tidak bermain terlalu terburu-buru, kemungkinan besar Anda akan menemukan jalan pintas atau pintu masuk tersembunyi.

ME 16

”Lalu seberapa terbuka-kah Metro Exodus?” inilah pertanyaan yang banyak diajukan orang. Pada dasarnya, Exodus bukanlah permainan open world sekelas Fallout 4 atau Mad Max. Ketika sebuah episode telah berakhir, musim akan berubah, dan Anda tidak bisa kembali ke tempat tersebut (kecuali dengan mengulang chapter). Walaupun begitu, masing-masing lokasi mempunyai skala sangat besar, dan eksplorasi sangat dianjurkan. Ada banyak hal menarik bisa ditemukan dan side quest yang dapat dikerjakan di sana.

ME 23

Satu saran lagi dari saya ialah, mainkanlah Metro Exodus di bahasa Rusia karena percakapan lebih terdengar natural. Anda tetap bisa mengaktifkan subtitle, baik saat dialog maupun untuk menerjemahkan tulisan-tulisan Cyrillic. Opsi bahasa Inggris memang ada, tetapi akses Rusianya terasa terlalu dipaksakan. Lagi pula ada pepatah tua mengatakan, ‘di mana Bumi dipijak, di sana langit dijinjing’. Metro Exodus ialah game kreasi developer Slavik, sudah semestinya kita menghargai budaya mereka.

ME 8

 

Yin dan yang

Satu aspek yang membuat dua permainan terdahulu unik adalah sistem karma tersembunyi. Buat mendapatkan ending baik, ada aktivitas-aktivitas tertentu yang harus Anda lakukan. Kemudian Anda sangat direkomendasikan untuk tidak menumpahkan darah. Sistem ini disederhanakan di Metro Exodus. Game kembali memperkenankan kita untuk mengalahkan musuh tanpa perlu membunuh. Jika jumlah mereka berkurang, kadang lawan akan menyerah serta membuang senjatanya. Langkah Anda selanjutnya akan memengaruhi karma: dibunuh atau sekadar dibuat pingsan?

ME 10

Mengerjakan side quest, membebaskan penduduk, atau sekadar menurunkan senjata dan tidak menodongkannya pada warga saat berdialog juga membantu memberikan Artyom poin positif. Misi-misi sampingan di Exodus tidak ditulis di memo, dan item yang berhubungan dengannya kadang tersembunyi di suatu lokasi. Itu artinya Anda harus selalu awas dan memastikan telah menggeledah suatu tempat secara menyeluruh.

ME 28

 

Mutan versus bug

Dengan begitu banyaknya hal yang Metro Exodus coba suguhkan, permainan shooter semi-sandbox ini tidak benar-benar bebas dari bug dan glitch. Dalam beberapa puluh jam bermain, saya menemui sejumlah kendala seperti musuh yang bisa menembus jeruji besi serta menyangkut di tembok. Saya juga mengalami dua kali crash to desktop, lalu game menyarankan saya untuk masuk ke safe mode.

ME 26

Kabar baiknya, sejauh ini tidak ada masalah yang menyebabkan Metro Exodus jadi tak bisa dimainkan. Versi PC-nya berjalan lancar dengan setting ultra dan opsi resolusi 1080p di sistem berprosesor Intel Core i7-6700HQ, 16GB RAM dan kartu grafis Nvidia GeForce GTX 1070.

ME 15

Satu kekurangan lain yang cukup mengecewakan ialah rendahnya tingkat intelektualitas lawan. Kadang, beberapa mutan cukup pintar untuk bersembunyi dan menyerang sewaktu Artyom lengah. Monster udang raksasa akan menembakkan racun, sedangkan humanimal (mirip feral ghoul di Fallout) mampu melempar batu. Tapi musuh manusia tidak terlalu pintar. Mereka tidak melakukan pemeriksaan secara agresif ketika tahu ada penyusup, bahkan musuh tidak mencoba mengejar atau menyergap saat melihat saya.

ME 32

 

Verdict

Terlepas dari sejumlah kekurangan itu, saya tidak segan buat merekomendasikan Metro Exodus bagi setiap penggemar shooter. Exodus memberikan angin segar di tengah pasar yang saat ini disesaki oleh game-game FPS multiplayer dan battle royale. Dan walaupun beberapa judul blockbuster turut mengusung tema post-apocalypse (misalnya Far Cry New Dawn atau Rage 2), ada banyak elemen unik yang membuat Exodus istimewa: narasi dan latar belakang cerita yang menarik, dikombinasi dengan aksi tembak-menembak seru, eksplorasi, misteri, dan gameplay stealth menegangkan.

ME 31

Meski boleh dikatakan sebagai versi terbaik, satu faktor yang membuat banyak orang ragu membeli Metro Exodus di PC adalah ia tidak dijual di Steam, dan hanya bisa didapatkan di Epic Games Store. Efeknya, Ecodus dijajakan tanpa penyesuaian harga dan Anda harus mengeluarkan uang lebih dari Rp 730 ribu hanya untuk memperoleh edisi paling standar. Ada dua alternatif atas keadaan ini: tunggu hingga nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika menguat, atau tunggu hingga tanggal 15 Februari 2020 ketika Metro Exodus akhirnya dirilis di Steam.

Pertanyaannya, bersediakah Anda menanti begitu lama?

Sparks

  • Visualnya sangat indah dengan efek atmosfer memukau
  • Menyajikan pengalaman shooter memuaskan
  • Dunianya sangat luas, ada banyak tempat yang bisa dijelajahi dan misteri untuk dipecahkan
  • Saat ini tak banyak game shooter yang betul-betul didedikasikan pada aspek cerita dan single-player
  • Dibekali mode foto dengan beragam perkakas untuk memudahkan Anda mendapatkan screenshot terbaik

 

Slacks

  • Baru bisa dibeli di Epic Games Store, harganya kurang bersahabat
  • Tidak bebas dari bug dan glitch
  • AI semestinya bisa lebih pintar lagi
  • Pemain tidak dapat kembali ke lokasi sebelumnya, hanya bisa mengulang chapter