Rencana Eragano, Gandeng Tangan, Kostoom, WeCare Pasca Ikuti Akselerator “Remake City Jakarta”

Eragano, Gandeng Tangan, Kostoom, WeCare telah menyelesaikan program akselerator Remake City Jakarta Batch 2 selama lima bulan. Dalam perjalanannya, keempat startup mengaku siap lebih ekspansif berkat pembekalan berupa rangkaian coaching dari para mentor dan dana hibah yang telah mereka terima.

Remake City adalah program akselerator yang diinisiasi oleh Crevisse Partners dari Korea Selatan, memfokuskan pada pemecahan masalah sosial melalui bisnis yang inovatif. Remake City Jakarta ini kedua kalinya digelar sejak 2017. Tak hanya di Jakarta, Remake City juga diadakan di Seoul dan Hanoi.

Di Indonesia, Crevisse Partners bekerja sama dengan UnLtd Indonesia dan Instellar dalam penyelenggaraannya. Juga berkolaborasi dengan Korea International Cooperation Agency (KOICA) dan Merry Year Social Company (MYSC).

“Sekarang ini sudah banyak startup yang muncul dan banyak pula yang mendesain startup-nya untuk menyelesaikan masalah sosial. Program ini hadir untuk dorong bisnis mereka lebih sustain dengan berbagai pembekalan dari kami,” ujar CEO Instellar Romy Cahyadi, Rabu (30/1).

Pada batch kedua ini, sebanyak 30 startup mendaftarkan diri. Lalu disaring menjadi empat startup saja yang siap dibina untuk pendampingan selama lima bulan. Keempat startup menerima dana hibah masing-masing sebesar US$25 ribu dari KOICA yang dapat dipakai untuk pengembangan bisnis mereka.

Setelahnya akan ada pendanaan lanjutan tahap pra seri A dari Crevisse Partners untuk salah satu dari keempat startup tersebut. Hanya saja, menurut Romy, belum ditentukan siapa yang berhak lantaran pihak investor menunggu traksi pasca Remake City Jakarta resmi berakhir.

“Biasanya butuh dua sampai tiga bulan sampai Crevisse Partners menentukan siapa yang berhak dapat follow up investment sebab mereka mau lihat bagaimana traksi bisnisnya.”

Pada batch pertama, startup yang mendapat pendanaan dari Crevisse Partners adalah Crowde, startup yang bergerak di bidang fintech lending untuk industri pertanian.

Rencana berikutnya empat startup

Dalam pertemuan bersama sejumlah media, keempat startup saling berbagi pandangan dan rencana berikutnya pasca mengikuti program akselerator Remake City Jakarta. CEO Eragano Stephanie Jesselyn mengatakan selama program berlangsung pihaknya mengembangkan model Teory of Change yang dapat diaplikasikan ke bisnis mereka dan mencari tahu lebih dalam dampak sosial dari pilot project yang sedang dikerjakan.

Bahkan Stephanie menuturkan pihaknya sedang mempersiapkan rencana untuk ekspor hasil panen petani ke Sri Lanka, Filipina, dan Amerika Serikat. Juga melebarkan sayap bisnis ke Myanmar, Vietnam, dan Filipina.

“Target kami tiga tahun lagi, kami dapat menggaet 10%-20% petani di Indonesia dan bisa membuka bisnis kami, mungkin yang paling terdekat Myanmar ya,” katanya.

Eragano adalah platform keuangan dan marketplace yang terintegrasi untuk petani kecil. Terdapat 5 ribu petani yang terbantu dari layanan Eragano dari total 300 ribu petani terdaftar dalam platform Eragano.

CEO Gandeng Tangan Betania Jezamine Setiawan mengaku perusahaan sangat terbantu dengan mentoring dan dana hibah yang diterima. Aplikasi Gandeng Tangan sedang diproses agar permudah gaet pengguna, sudah hadir pada November 2018.

Pengembangan berikutnya, merombak tampilan situs agar lebih menarik, pengembangan program referral, dan panduan untuk bantuan peminjam.

“Aplikasi itu sangat dibutuhkan untuk permudah agen kami dan pengguna mengakses Gandeng Tangan tanpa harus buka dari situs lagi,” kata Jezammine.

Gandeng Tangan berdiri secara resmi sejak awal 2017. Bisnis intinya adalah layanan p2p lending untuk usaha mikro. Terdapat 1.300 peminjam, dan 11.800 pendana yang terdaftar di Gandeng Tangan, menyalurkan pinjaman sekitar Rp5 miliar.

Startup berikutnya adalah Kostoom, menghubungkan pelanggan dan pelaku usaha mode dengan penjahit rumahan melalui platform. CEO Kostoom Putry Yuliastutik mengatakan pihaknya terbantu karena dapat mengembangkan sistem inti baru yang dapat menaungi layanan yang ada dan masa depan. Juga peluncuran layanan baru yakni suplai bahan konveksi dan studio foto untuk bantu pemasaran pengguna.

“Sebelum menerima dana hibah, kami selalu menggunakan pemasaran secara organik dengan dana yang ada. Sekarang kami akan mulai agresif beriklan dan merombak tampilan situs,” kata Putry.

Terakhir adalah WeCare, startup yang bergerak di bidang crowdfunding untuk pasien yang kurang mampu dan membutuhkan bantuan medis. Co-Founder, CEO & CTO WeCare Gigih Septianto menuturkan berkat Remake CIty, pihaknya dapat melakukan product fit untuk program keanggotaan Sehati dan strategi pemasaran O2O.

Sama seperti Gandeng Tangan, WeCare akhirnya memiliki aplikasi dan pembaruan situs dengan tambahan fitur seperti wellness marketplace.

“Aplikasi ini fungsinya krusial sekali untuk pengembangan bisnis kita karena permudah pengguna dalam mengakses WeCare,” terang Gigih.

Kini WeCare telah menyalurkan pembiayaan lebih dari Rp5,1 miliar untuk 400 pasien. Mereka tersebar di 15 provinsi di seluruh Indonesia. Jumlah pengguna yang tergabung di WeCare ada 12.610 orang.

Bantu Pertanian di Kupang, Eragano Hadirkan Solusi Teknologi Terintegrasi

Di bulan kedua tahun 2018 startup pertanian Eragano mencoba hadir membantu petani di Kupang dengan teknologi dan produk layanannya. Eragano hadir untuk mengubah sistem konvensional yang selama ini ada dan mengubahnya dengan pendekatan yang diklaim efektif.

Eragano disebutkan akan memberikan solusi terintegrasi mulai dari pembiayaan, pendampingan budidaya bertani, hingga membantu penjualan hasil panen dari petani yang ada. Teknologi Eragano juga berperan untuk membantu petani dengan memfasilitasi pinjaman kredit, penyediaan sarana produksi tani, dan akses pasar dengan harga yang lebih baik.

Selain itu Eragano juga akan membantu para petani untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bertani melalui pelatihan dan konsultasi dengan ahli pertanian yang dari Eragano. Kupang dipilih karena Eragano menilai teknologi dan spesialisasinya bisa membantu dan memberikan dampak positif bagi para petani.

“Kupang merupakan daerah dengan lahan pertanian yang luas terbentang. Akan tetapi petani Kupang tampaknya belum merasakan dampak dari pembagian lahan oleh pemerintah dan nilai tukar petani Kupang sangat rendah. Eragano ingin sekali meningkatkan kesejahteraan petani Kupang dan meningkatkan tingkat produktivitas per lahan petani di Kupang,” terang CEO Eragano Stephannie Jesselyn.

Sementara itu hadirnya Eragano di Kupang disambut baik oleh petani dan pemerintah setempat. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Kupang Ruben berkomentar, “Kami sangat berterima kasih atas hadirnya Eragano di Kupang, karena sebelumnya belum ada pihak swasta mana pun yang membantu petani benar-benar dari permodalan hingga membantu ke penjualannya.”

Kupang bukan satu-satunya daerah yang ingin dibantu Eragano. Pihak Eragano menjelaskan selain Kupang pihaknya terus berusaha memperluas jangkauan wilayahnya. Untuk tahun 2018 ini sendiri Eragano menargetkan akan menguatkan posisi di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kupang, Lombok dan diharapkan bisa membantu kurang lebih 100.000 petani untuk difasilitasi. Sementara untuk kuartal pertama di 2018 Eragano menyebutkan akan fokus pada memperjelas profil lahan-lahan pertanian.

Berkaca pada tahun 2017 kemarin Eragano bisa terbilang cukup sukses. Dari data internalnya Eragano sudah menyalurkan ratusan ton hasil panen dan saat ini tengah mempersiapkan beberapa daerah untuk di panen. Dengan pergerakan yang cukup agresif di tahun ini bukan tidak mungkin jumlah hasil panen yang tersalurkan bisa meningkat.

Application Information Will Show Up Here

Program Inkubasi BNVLabs Gandeng Tiga Startup untuk Kemitraan Berikutnya

Setelah sebelumnya mengumumkan delapan startup mitra yang mengikuti mentoring selama tiga bulan, program inkubasi Bank Bukopin dan Kibar, BNVLabs, kembali mengumumkan kerja sama dengan tiga startup yang nantinya akan mendapatkan kesempatan networking hingga mentoring dari Bank Bukopin.

Startup yang pertama adalah Triplogic yang menyediakan layanan penghubung pengirim barang dan traveler yang memiliki tujuan sama dengan pengiriman barang. Berikutnya adalah Karapan yang menyediakan software  dan aplikasi untuk membantu peternak dalam mengelola peternakan dan menghubungkan para peternak dengan calon pembeli daging sapi dan para investor. Terakhir adalah Eragano yang fokus pada pengambangan area pertanian di Pulau Jawa dan sebagian Nusa Tenggara.

Melirik startup dari empat segmen yang berbeda

Seperti delapan startup sebelumnya, tiga startup ini tidak memiliki latar belakang hingga produk terkait fintech, ranah yang relevan dengan bisnis Bank Bukopin. Menurut Digital Product dan Partnership Manager BNVLabs Mohamad Irfan, pemilihan tersebut sengaja dilakukan oleh BNVLabs, menyesuaikan dengan empat segmen startup yang diincar oleh BNVLabs.

“BNVLabs tidak hanya fokus kepada startup fintech. Selain pembayaran startup social dan health, agri dan aqua culture hingga logistik menjadi incaran kami dari BNVLabs.”

Selain akses terbuka untuk informasi teknologi perbankan dan mentoring dengan pihak terkait, BNVLabs juga memberikan kesempatan kepada startup yang masuk dalam program ini untuk memanfatkan network Bank Bukopin.

“Dengan demikian dari hasil networking tersebut startup bisa belajar kemudian menjalin kerja sama dengan pihak yang tepat, [dalam hal ini] memanfaatkan nasabah dari Bank Bukopin,” kata Irfan.

Sebagai startup yang menjalin kerja sama dengan BNVLabs, Triplogic menyambut baik dukungan Bank Bukopin, terutama dalam hal pengembangan pembayaran. Menurut CEO Triplogic Oki Earlivan, kerja sama ini diharapkan bisa membuahkan hasil yang positif untuk pengembangan fitur di Triplogic, sekaligus mendapatkan dukungan hingga mentoring yang dibutuhkan.

“Berbeda dengan UKM, bisnis dari startup lebih mengutamakan traksi dibandingkan aset. Dengan demikian dukungan yang diberikan oleh BNVLabs sangat kami butuhkan untuk mengembangkan bisnis.”

Tabungan Wokee, layanan berbasis digital bank Bukopin

Dalam kesempatan tersebut Direktur Pengembangan Bisnis dan TI Bank Bukopin Adhi Brahmantya juga menjelaskan perkembangan terbaru soal Tabungan Wokee, layanan berbasis digital yang menyasar nasabah generasi milenial. Kepada media disebutkan saat ini Wokee sudah diunduh tiga ribu pengguna.

Tabungan yang juga berfungsi sebagai alat pembayaran tersebut, diklaim memiliki layanan unggulan yang tidak dimiliki oleh layanan lain, seperti Jenius dan Digibank. Tabungan Wokee disebut bisa memisahkan pokok dengan bunga dalam tabungan sejak registrasi awal.

Tabungan Wokee tidak mengenakan setoran awal untuk memiliki rekening, tidak ada biaya administrasi, dan tidak menggunakan buku tabungan dan ATM karena nasabah bisa melakukan tarik tunai tanpa menggunakan kartu ATM dan belanja di merchant-merchant dengan media Pay by QR Code.

Selain itu, semua data terhubung langsung dengan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, hingga open API Service yang memungkinkan pengembang untuk berinovasi.

“Berfungsi lebih dari sekedar e-money, Tabungan Wokee dilengkapi dengan fitur dan fasilitas pembayaran untuk pengguna yang “melek” dengan teknologi saat ini,” kata Brahmantya.

Application Information Will Show Up Here

Startup Teknologi Pertanian Eragano Peroleh Pendanaan Awal dari East Ventures

Layanan teknologi pertanian Eragano mengumumkan perolehan pendanaan awal dari East Ventures dalam jumlah yang tak disebutkan. Investasi ini akan digunakan untuk memperbesar tim dan mengakselerasi pengembangan teknologi dan marketplace untuk musim tanam berikutnya. Saat ini Eragano membantu 38 petani yang bekerja di lahan seluas 19 hektar di Pengalengan dan Lembang, Jawa Barat.

Didirikan oleh Stephanie Jesselyn dan Aris Hendrawan, Eragano mengklaim pihaknya ingin membantu petani kecil, yang saat ini secara total jumlahnya lebih dari 15% penduduk Indonesia, dengan solusi ujung-ke-ujung (end-to-end) yang bertujuan akhir meningkatkan taraf hidup petani dan kualitas hasil pertanian.

Mereka menyediakan aplikasi mobile yang akan membantu petani mendapatkan informasi terkait cara bercocok tanam, membantu petani terkoneksi dengan fasilitas pinjaman mikro (micro loan), dan membantu menjual produk pertanian tersebut dengan harga terbaik ke restoran dan hotel. Eragano disebutkan berusaha melepaskan petani dari jeratan rentenir dan tengkulak yang selama ini menjadi momok.

Memang makin banyak layanan teknologi pertanian dengan tujuan serupa, termasuk yang sudah didukung pemerintah dan dipresentasikan di hadapan Presiden dalam Program Sinergi Aksi untuk Ekonomi Rakyat. Meskipun demikian, tampaknya belum ada yang benar-benar mencoba memberikan solusi end-to-end seperti Eragano. Sebagian fokus di pemutusan rantai distribusi penjualan, seperti Kecipir dan Lima Kilo, sebagian lagi fokus di bantuan informasi bercocok tanam.

Eragano memberi bantuan bagi petani dari ujung ke ujung
Eragano memberi bantuan bagi petani dari ujung ke ujung

COO Eragano Aris Hendrawan mengatakan, “Kesenjangan informasi adalah salah satu permasalahan yang dihadapi petani. Oleh karena itu kami juga mengusung bantuan virtual melalui aplikasi mobile dan bantuan konsultasi offline.”

“Petani kecil dulunya selalu ditekan oleh rentenir dan tengkulak. Mereka harus membeli bahan pendukung pertanian dalam harga mahal, tetapi menjual harga panen di harga rendah. Mereka juga memiliki akses terbatas di pinjaman mikro dan sangat rentan terhadap risiko finansial jika mengalami kegagalan panen. Eragano memiliki peluang besar untuk menciptakan dampak signifikan bagi kehidupan petani,” ujar CEO Eragano Stephanie Jesselyn.

Pasca panen, Eragano melalui EraganoStore, sebuah layanan B2B, membantu menjual hasil panen tersebut ke restoran, hotel, dan katering dengan harga layak. Seorang petani unggulan Eragano mengklaim keuntungan penjualannya meningkat 30% setelah memperoleh bantuan berbasis aplikasi pintar.

EraganoStore saat ini masih bersifat manual, tetapi Stephanie memastikan di bulan Agustus marketplace ini berubah menjadi platform online untuk publik.

Application Information Will Show Up Here