Jakarta XR Meetup v6.0 Siap Digelar Awal Februari 2017

Industri VR berkembang sangat pesat. Analis memperkirakan bahwa di tahun 2018 nanti, pemasukan dari hardware maupun software berpeluang menyentuh angka US$ 5,2 miliar dengan pengguna aktif mencapai 171 juta orang. Selain hiburan, banyak ranah mulai mengadopsinya: militer, edukasi, interaksi sosial, sampai penyajian iklan. Tak bisa disangkal, VR adalah bagian dari masa depan manusia.

Upaya merangkul dan menyebarkan manfaat dari virtual reality terus dilakukan, salah satunya adalah melalui medium bernama XR Meetup Indonesia, sebuah acara yang disiapkan sebagai tempat bertemunya para antusias VR dan AR di mana mereka bisa saling sharing informasi mengenai pertumbuhan industri ini. Setelah panel VR/AR Recap 2016 & What Next dilangsungkan bulan Desember silam, ajang selanjutnya siap digelar.

Jakarta XR Meetup keenam sebentar lagi akan dilaksanakan, kali ini mengangkat tajuk ‘VR/AR & Tech Education’. Sesuai temanya, acara difokuskan untuk membahas dampak dari perangkat serta konten virtual dan augmented reality terhadap bidang pendidikan lokal. Panitia mengundang para pakar dari lembaga edukasi dan perusahaan teknologi terkemuka sebagai narasumbernya, antara lain: Michael YP (Binus University), Fat’hah Noor Prawira (Telkom University), Irving Hutagalung (Microsoft), dan Adam Ardisasmita (Arsanesia).

Jakarta XR Meetup 6.0

Pembahasan VR/AR & Tech Education akan diadakan di kampus Bina Nusantara FX, berada di mall FX Sudirman lantai 6, Jakarta Pusat; pada tanggal 8 Februari 2017, dimulai pukul 17:00 sore. Jadwal lengkap XR Meetup v6.0 adalah sebagai berikut:

  • 17:00-18:00 : Registrasi
  • 18:15-18:20 : Pembukaan
  • 18:20-18:25 : Speaker 1
  • 18:25-18:30 : Speaker 2
  • 18:30-18:35 : Presentasi rencana tahunan XR Meetup 2017
  • 18:35-18:40 : Speaker 3
  • 18:40-18:45 : Speaker 4
  • 18:45-19:15 : Sesi tanya-jawab
  • 19:15-19:20 : Penutupan
  • 19:20-20:00 : Networking & mencoba headset VR/AR

Mendekati akhir acara, akan ada demonstrasi teknologi Google Tango dari tim Arsanesia dan Google Developer Expert. Dan selanjutnya, Anda bisa mencoba langsung head-mounted display HTC Vive dan Google Daydream View.

Tertarik buat ikut? Segera daftarkan diri Anda di akun Facebook resmi VR Meetup. Acara ini tidak dikenakan biaya masuk, tapi jumlah kursinya sangat terbatas, jadi Anda sangat disarankan untuk tidak menunda-nundanya. Info lebih lanjut bisa Anda dapatkan dengan mengirim email ke [email protected].

Perhelatan Jakarta XR Meetup keenam didukung oleh Binus University, DailySocial.id (media partner) dan OmniVR.

“HangOut with FreakOut” Hadirkan Diskusi tentang Pemasaran Digital Modern

Perkembangan adopsi perangkat digital yang ada saat ini menjadikan mobile marketing mulai digadang-gadang sebagai masa depan dari strategi terbaik pemasaran. FreakOut Dewina Indonesia sebagai pengusung layanan native mobile ad-platform di Indonesia melihat bahwa mobile marketing merupakan salah satu peluang dan strategi pemasaran yang paling efektif dalam menjangkau target konsumen.

FreakOut Dewina Indonesia bersemangat menyelenggarakan acara HangOut with FreakOut, mengundang para expert di bidang pemasaran digital untuk berbagi ilmu kepada para digital marketing enthusiast.

Di HangOut with FreakOut edisi Januari 2017, para pemateri akan berbagi cerita dan pengalaman dari mereka, lengkap dengan emotional value yang mereka tawarkan. FreakOut membawa sosok di balik ide gila dan eksekusi kampanye pemasaran yang memberikan kesuksesan suatu brand. Tema yang akan diangkat kali ini adalah “How to Play with Content Marketing in Mobile Era”.

Pemateri dari tiga area bisnis berbeda diajak untuk menjadi narasumber pada acara ini, meliputi:

  1. Triari Senawirawan – SVP Head of Consumer Marketing DBS Bank
  2. Hilda Hendrio – Head of Marketing Kaskus Networks
  3. Nicky Sebastian – Sr. Communication Strategist Blibli.com
  4. Tyas Dwi – Content Writer Blibli.com

Bertempat di Cinemaxx FX Sudirman, acara ini akan berlangsung tanggal 18 Januari 2017 mulai pukul 18.30 WIB. Konsep yang akan dihadirkan adalah standup show, menyampaikan konten yang insightful dengan cara yang lebih menarik. Acara ini akan dibuka untuk 265 peserta yang terdiri dari brand, agensi iklan, blogger, dan media di Indonesia.

Blibli akan menyampaikan strategi pemasaran dalam kaitannya dengan content marketing. Mengapa Blibli melakukan ini dan bagaimana cara meramunya agar meningkatkan value dan sales? Di kategori lembaga finansial, pihak DBS akan membahas dan menjawab pertanyaan tentang bagaimana bank berinteraksi dengan generasi millennial sebagai salah satu pasarnya melalui content marketing?

Sedangkan Kaskus bakal menyampaikan tentang bagaimana Kaskus menjadi media terbesar yang mampu menarik user untuk tetap setia membuat konten untuk Kaskus (User Generated Content). Kita akan melihat bagaimana User Generated Content ini berdampak dengan produk Kaskus lainnya dan bagaimana Kaskus berinteraksi dengan user supaya tetap bisa mengisi slot konten yang disediakan.

Untuk pendaftaran dan mendapatkan undangan ke acara, pembaca dapat mengunjungi laman resmi HangOut with FreakOut di sini: http://id.foutap.com/hangout-with-freakout/


Disclosure: DailySocial adalah media partner acara HangOut with FreakOut.

Facebook Rilis Portal Orangtua dan Aplikasi Events untuk Android

Dalam upayanya memberdayakan orang tua untuk membantu anak tetap aman bersosialisasi di Facebook, jejaring sosial raksasa Facebook pada hari Selasa waktu setempat resmi meluncurkan Portal Orang Tua yang merupakan kolaborasi antara orang tua, remaja dan ahli keamanan di seluruh dunia.

Belum lama ini Facebook juga sudah memperbaru Pusat Keselamatan dan Pencegahan Bullying yang bertujuan sama, yaitu mencegah cyber bullying menimpa anak. Dan sekarang Facebook kembali memperkuat fitur keamanan tersebut dengan memperkenalkan Portal Orangtua yang memberikan saran tertentu untuk para orangtua sebagai bagian dari Pusat Keamanan.

Portal orangtua memuat panduan untuk orangtua terkait bagaimana Facebook bekerja, tips untuk berbicara dengan anak-anak tentang keamanan saat beraktivitas secara online dan berbagai informasi bermanfaat dari para ahli di seluruh dunia. Panduan ini tersedia dalam lebih dari 55 bahasa, termasuk Indonesia, dapat diakses melalui ponsel dan mencakup panduan berbentuk video.

Portal Orangtua merespon masukan yang diterima terkait kesenjangan pengetahuan di antara orang tua tentang kebijakan keamanan Facebook. Portal Orangtua dapat diakses di tautan ini.

Di momen berbeda, Facebook resmi memboyong aplikasi Events ke Android setelah di bulan Oktober lalu meluncurkan aplikasi tersebut ke platform iOS. Aplikasi Events menghadirkan fitur-fitur Events yang sebelumnya ada di layanan utama Facebook. Tapi kali ini disajikan dalam bentuk aplikasi mandiri yang terpisah. Aplikasi memuat semua acara-acara seperti konser, resepsi, ulang tahun yang akan digelar dalam waktu dekat. Aplikasi membantu pengguna membuat rencana dengan teman-teman mereka,mengatur tanggal, hari dan tempat kemudian mengundang siapa saja yang bisa hadir di acara tersebut.

Aplikasi Events from Facebook dapat diunduh di Google Play Store secara cuma-cuma.  Sayangnya, dari pantauan Dailysocial, aplikasi mendapatkan sambutan yang kurang hangat. Dari 38 pengguna yang memberikan ulasan, rata-rata memberikan rating 2.8 dari 5 bintang.

Sumber berita FB dan Thenextweb.

Application Information Will Show Up Here

Kolaborasi Startup Penopang Perekonomian di Hari Mendatang

Sesuatu yang besar berawal dari hal-hal kecil. Mari kita ambil startup dan perekonomian sebuah negara sebagai contoh untuk menggambarkannya. Startup memang bisnis usaha dengan skala kecil dan menengah, namun kemampuannya menjadi tulang punggung keuangan negara tidak perlu diragukan lagi seharusnya. Lihatlah bagaimana startup membuka lebih banyak lapangan pekerjaan yang secara langsung jelas memberi imbas pada peningkatan ekonomi negara, di tengah tren jumlah pengangguran yang menurun dari semester pertama dan kedua di tahun 2015 dan 2016.

Kendati besar dampaknya, langkah itu ‘hanya’ satu dari sekian kontribusi yang dibagi oleh startup kepada masyarakat. Dengan usia usaha dan industri yang tergolong hijau, spirit saling berbagi mestinya memang menjadi prinsip dari startupstartup ini. Ingat, kuncinya adalah berbagi dan kerja sama, atau yang awam kita dengar dengan “sharing is caring”.

Membuka jalan untuk implementasi dari ide tersebut, Mandiri Capital Indonesia (MCI), Metra Digital Innovation (MDI), dan DailySocial.id menjalin sebuah kolaborasi melalui program DigiTalks yang kini bertajuk How Digital Innovations Contribute to Indonesian Economy.

Diskusi panel yang diselenggarakan pada Rabu, 14 Desember 2016 ini rencananya akan melibatkan tiga pakar dunia digital Indonesia dalam memperbincangkan bagaimana inovasi digital mendorong perekonomian sebuah negara dan memberi kontribusi langsung bagi masyarakat luas. Tiga orang tersebut adalah Donald Wihardja (Partner Convergence Ventures) dan Muhamad Fajrin Rasyid (Co-founder dan CFO Bukalapak), dengan Rama Mamuaya (CEO DailySocial.id) sebagai moderatornya.

Selain talkshow, DigiTalks yang bertempat di Rumah Mandiri Inkubator Bisnis ini akan menghadirkan launching dari program yang diinisiasi Mandiri Capital Indonesia bernama StartupBerbagi, suatu platform yang dapat menjembatani startup Indonesia untuk berkolaborasi dan berbagi untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi masyarakat dengan menawarkan sebuah solusi.

Misi StartupBerbagi adalah untuk membantu UMKM, pengusaha pemula dan berbagai elemen masyarakat di indonesia dengan menyediakan solusi-solusi digital secara gratis yang disediakan oleh startup company Indonesia yang sama-sama memiliki keinginan untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat Indonesia.

Sehingga, rekan-rekan startup owner di sini bukan mendapatkan ilmu saja, namun juga bisa mendapat manfaat dari sesama pebisnis startup dengan solusi-solusi yang ditawarkan, yang dapat Anda pilih sendiri di Startupberbagi.com.

Oh iya, jangan lupa, event ini gratis untukmu para startup owner dan digital enthusiast lho! Daftar sekarang di sini!


Disclosure: DailySocial adalah bagian dari kolaborasi untuk DigiTalks bersama Mandiri Capital Indonesia dan Metra Digital Innovation.

Menekankan Pemanfaatan Cloud untuk Bisnis Online

Kemarin (7/12), Microsoft Indonesia dan Bhinneka menyelenggarakan talkshow bertajuk “Optimize and Accelerate Your Online Business With Microsoft Cloud Solution”. Juga, turut mengundang perwakilan dari DyCode, perusahaan pengembang perangkat lunak lokal. Bhinneka dan DyCode merupakan pengguna platform komputasi awan dari Microsoft, yakni Microsoft Azure.

Microsoft Azure adalah salah satu solusi cloud computing platform yang melayani kebutuhan Infrastructure as a Service (IaaS) maupun Platform as a Service (PaaS), khusus menangani lonjakan traffic tidak tidak terduga. Juga dapat diintegrasikan dengan aplikasi pendukung dari Microsoft lainnya.

Rudy Sumadi, Channel Sales SMB Microsoft Indonesia, menerangkan komputasi awan ke depannya akan menjadi hal yang lumrah bagi seluruh bisnis online. Pasalnya, kini teknologi tidak harus dibangun secara sendiri-sendiri karena sudah ada pihak yang menyediakan layanan tersebut.

Mereka hanya tinggal membayar dan memilih teknologi mana saja yang sesuai dengan kebutuhan bisnisnya. Untuk mendukung layanan komputasi awan ini, Microsoft sudah menaruh banyak kocek dalam hal pengadaan data center.

Terhitung, Microsoft memiliki lebih dari 100 data center yang tersebar di 38 lokasi di seluruh dunia, namun belum di Indonesia. Di kawasan Asia Pasifik, Microsoft menyediakan 11 jaringan data center. Yang terbaru, pada Mei 2016 Microsoft mengumumkan penambahan data center untuk Azure di Seoul, Korea Selatan.

“Berbisnis cloud itu artinya berbicara tentang trust, sama halnya dengan perbankan. Trust itu adalah DNA-nya Microsoft. Kami juga sangat serius mengenai keamanan data pengguna, yang bisa mengakses data hanyalah pemilik saja. Kami juga aktif bangun data center,” ucap Rudy.

Keseriusan Microsoft menggarap lahan bisnis ini juga terlihat dari berbagai jenis sertifikat yang sudah diperolah, mulai dari skala global, nasional, hingga kepemerintahan.

Microsoft Azure sebagai pendukung bisnis online

Mengenai kesan-kesannya sebagai pengguna Microsoft Azure, Lodewijk Christoffel Tanamal selaku CTO Bhinneka mengungkapkan bahwa pihaknya akan segera melakukan migrasi penuh ke Azure pada tahun depan. Kurang lebih, Bhinneka menjadi pengguna Azure sejak November 2015.

Lodewijk menjelaskan sebelum beralih ke Azure, penyimpanan data di cloud masih menggunakan server on premise. Dulunya, saat antisipasi menjelang momen flash sale, Bhinneka masih menggunakan cara manual yakni membeli server atau menggunakan server yang secara otomatis akan meningkatkan daya tampungnya ketika traffic melebihi ambang batas untuk mencegah terjadinya error.

Kedua cara ini memang masih digunakan oleh pelaku bisnis online pada umumnya. Akan tetapi, cara tersebut memiliki banyak kelemahan. Pasalnya, membeli server dalam jumlah banyak, penggunaannya hanya saat tertentu saja. Sementara pada hari normal, server tersebut akan jadi idle.

Di sisi lain, menggunakan server yang otomatis meningkatkan kapasitas juga terbilang terlambat. Hal ini disebabkan untuk menambah kapasitas butuh waktu yang tidak sebentar.

Menurut dia, ketika traffic sedang tinggi, Microsoft Azure memungkinkan Bhinneka untuk memperbesar skalabilitasnya secara otomatis. Ketika traffic sedang normal, skalabilitas juga akan kembali ke normal. Kemampuan seperti ini sangat membantu Bhinneka dalam memaksimalkan kenyamanan pelanggan dalam bertransaksi.

“Kami membayar resource di Azure sesuai kebutuhan karena Bhinneka ini kan layanan e-commerce jadi nature traffic-nya beda. Yang terpenting bagi bisnis e-commerce itu adalah menjaga proses bisnis tetap berjalan, terutama saat pembayaran online yang harus terekam. Itu yang terpenting,” terang Lodewijk.

Andri Yadi, CEO DyCode, menambahkan selain menggunakan Microsoft Azure untuk penyimpanan data, pihaknya juga menggunakan layanan pendukung lainnya seperti Azure Website, Mobile, Logic App, Azure Blob Storage, Azure IoT Hub, Azure Bot Service, dan lainnya.

Biaya yang dikeluarkan oleh pihaknya untuk mendapatkan seluruh layanan dari Microsoft Azure diklaim tidak lebih dari $500 per bulannya.

Menurutnya, keberadaan Microsoft Azure sangat membantu bisnisnya semisal Jepret yang membutuhkan integrasi real time antara device pengguna, cloud server, dan printer Jepret Allegra. Cara kerja Jepret ialah pengguna memotret foto dari perangkat mobile mereka dan mengunggah ke sosial media dengan menggunakan hashtag tertentu yang sebelumnya sudah ditentukan.

Setelah diunggah, foto akan otomatis melakukan printing. Ketiga unsur utama dalam Jepret membutuhkan cloud server yang besar untuk menampung seluruh foto. Printer pun harus secara otomatis bisa membaca data di server untuk mencetak foto.

“Untuk memproses jutaan foto, perlu kemampuan dan storage yang sebenarnya tidak perlu harus capai-capai bangun sendiri. Sudah ada layanan dari perusahaan teknologi yang menyediakan hal itu semua, tinggal pilih sesuai kebutuhan bisnisnya,” pungkas Andri.


Disclosure: DailySocial adalah media partner talkshow “Optimize and Accelerate Your Online Business With Microsoft Cloud Solution”. Pertanyaan mengenai paket untuk bisnis bisa diajukan ke [email protected].

DigiTalks: Obrolan Chatbots secara Sederhana

Kedengarannya memang kontradiktif, tapi begitulah judul yang rasanya tepat untuk menggambarkan talkshow DigiTalks, yang diselenggarakan pada hari Rabu (30/11) kemarin. Konsep chatbots mungkin simpel, yakni tentang bagaimana program komputer dapat menggantikan peran manusia dalam berinteraksi dengan manusia lainnya. Ada bahasa dan algoritma yang tertuang pada kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI) yang terlibat di dalamnya. Namun, kompleksitas dari bagaimana chatbots melakukan tugasnya di industri didiskusikan di DigiTalks dengan suasana yang sederhana dan hangat, sehingga tidak membuat sistem ini terasa agung untuk diimplementasikan.

Ruang tengah dari Rumah Mandiri Inkubator Bisnis malam itu sudah diisi beberapa tech enthusiast yang terus berdatangan seiring hujan yang mereda. Setelah menikmati coffee time, acara bertajuk “Chat Commerce: The Next Frontier of E-Commerce” ini dibuka oleh MC yang dilanjut dengan opening speech dari CEO Mandiri Capital Eddie Danusaputro.

Setelah sambutan dari pihak Mandiri Capital selaku tuan rumah acara, giliran CEO Kata.ai Irzan Raditya yang memberikan keynote presentation sekaligus memberikan gambar besar terlebih dahulu mengenai sejarah, manfaat, serta signifikansi kehadiran chatbots di industri.

Menurut Irzan, inovasi yang ia lakukan salah satunya didorong oleh fenomena bahwa customer support perusahaan yang tidak melayani pelanggan saat jam operasional usai dan juga pelayanan mereka yang cenderung lambat di peak hour. Belum lagi, layanan perusahaan seringkali menggunakan prosedur yang dinilainya menjemukkan seperti instruksi untuk menekan nomor-nomor agar kita sampai ke bagian terkait. “Chatbots adalah solusi untuk hal ini,” ujar Irzan.

Setelah keynote dari Irzan, DigiTalks masuk ke acara utamanya yakni talkshow. Acara diserahkan kepada Editor-in-chief DailySocial Lifestyle Wiku Baskoro yang menjadi moderator malam itu, dengan Irzan dan Thomas Diong, Chief Product and Data Officer Salestock, yang merupakan panelisnya.

Diskusi panel diawali dengan menyinggung beberapa hal yang telah disampaikan Irzan dalam keynote-nya. Thomas sependapat jika chatbots mumpuni untuk melakukan tugas yang lebih advance dari manusia, seperti satu bot yang dapat melayani 1000 konsumen dalam empat menit. Selain itu, chatbots dapat menjawab pertanyaan repetitif (FAQ) yang umum dilemparkan konsumen-konsumen dari sebuah perusahaan. “Jadi, chatbots dapat memahami konteks dengan tidak perlu melihat chat-chat sebelumnya saat menangani banyak konsumen,” tegas Thomas.

Para peserta DigiTalks memperlihatkan besarnya rasa ingin tahu mereka di sesi tanya-jawab. Saat moderator Wiku menawarkan waktu untuk bertanya, terlihat di bangku peserta banyak yang mengacungkan tangannya. Meski tidak semua yang mengangkat tangannya mendapat kesempatan bertanya di sesi tanya-jawab, mereka masih mendapat kesempatan itu dan berdiskusi langsung dengan pembicara di sesi networking yang pada malam hari itu menjadi penutup dari DigiTalks.


Disclosure: DailySocial adalah media partner dari DigiTalks.

Kiprah Delegasi Indonesia di MiSK Global Forum Saudi Arabia

Minggu lalu saya mendapatkan kesempatan mengikuti ajang MiSK Global Forum yang diselenggarakan di Riyadh, Saudi Arabia. Dari Indonesia ada 15 anggota delegasi yang berpartisipasi, melalui GEPI (Global Entrepreneurship Program Indonesia) sebagai mitra, terdiri dari penggiat startup teknologi dan kewirausahaan sosial (social entrepreneurship). Satu di antaranya, CEO Hijup Diajeng Lestari, didaulat menjadi salah satu pembicara dalam sebuah diskusi panel tentang kewirausahaan perempuan dengan mendorong nilai-nilai budaya dan fashion.

Saudi, yang selama ini kita kenal sebagai negara kaya karena melimpahnya hasil migas, mencoba memberikan atmosfer yang berbeda di acara ini. Gejolak harga minyak, instabilitas politik di kawasan Timur Tengah, dan perubahan peta politik global membuat anak-anak muda di sana tak lagi bisa terus-menerus bergantung pada fasilitas yang selama ini mereka peroleh.

Pangeran Mohammad bin Salman, Deputi Putra Mahkota, yang juga kini menjabat sebagai Menteri Pertahanan, melalui Yayasan MiSK mencoba memperkenalkan sisi kewirausahaan yang mungkin masih terdengar asing untuk kaum muda di kawasan itu.

Menghadirkan sejumlah pembicara dunia yang inspiratif, termasuk penerima Nobel Perdamaian dan Pendiri Grameen Bank Muhammad Yunus, Executive Chairman Cisco Systems John Chambers, Co-Founder Pixar Alvy Ray Smith, dan Co-Founder dan CEO Udacity Sebastian Thrun, ajang seperti ini diharapkan membuka mata soal perkembangan bisnis global dewasa ini, baik yang berbentuk kewirausahaan sosial maupun yang berbasis teknologi.

Pemberdayaan perempuan juga menjadi tema penting yang coba diangkat. Di Saudi, stigma bahwa perempuan “tidak boleh” melakukan ini dan itu (di luar konteks urusan rumah tangga) seakan-akan lekat di benak para pengamat. MiSK Global Forum mencoba menghadirkan sejumlah pengusaha perempuan yang berhasil mendobrak stigma ini melalui bisnis, edukasi, dan gerakan yang dihimpun.

Mempromosikan busana muslim sebagai bisnis global

CEO Hijup Diajeng Lestari sebagai salah satu pembicara diskusi panel di MiSK Global Forum 2016 / DailySocial
CEO Hijup Diajeng Lestari sebagai salah satu pembicara diskusi panel di MiSK Global Forum 2016 / DailySocial

Salah satu sesi pemberdayaan perempuan melibatkan Diajeng sebagai pembicara. Dalam diskusi panel bertajuk “Playing at the Heart of a Nation: From Cultural Heritage to a Brand Value, Diajeng bersanding bersama dua desainer fashion Timur Tengah, yaitu Lubna Al Zakwani dan Arwa Alammari.

Sebagai seorang pengusaha marketplace online yang sudah mendapatkan investasi dari 2 investor Silicon Valley, Diajeng menekankan pentingnya standar untuk setiap produk yang dijualnya. Jika ingin memasuki pasar internasional, ada sejumlah standar yang harus dipenuhi. Untuk bisnis fashion misalnya, ada aturan soal bahan dan ukuran. Karakter dan DNA juga menjadi hal yang perlu diperhatikan.

E-commerce, lanjutnya, membantu seorang desainer atau pengusaha meraih konsumen secara global tanpa limitasi jarak dan waktu. Kaum Muslim, sebagai konsumen segmen ini, berjumlah 1,7 miliar di seluruh dunia dan tidak hanya tinggal di negara-negara mayoritas Muslim.

Menurut data yang dimiliki Diajeng, pasar fashion Islam bernilai $230 miliar dan justru para pemainnya adalah pemain fashion besar yang tidak berbasis di negara Islam, misalnya Uniqlo dan H&M. Diajeng tidak ingin negara Muslim hanya menjadi pasar dan ingin mengembangkan bisnis yang bisa mempekerjakan banyak orang.

 

Mengintip Antusiasme Cloud Geek di AliLounge Yogyakarta dan Bandung

Keberhasilan mengumpulkan kerumunan massa sudah bisa kita lihat banyak contohnya di kehidupan masyarakat, dari mulai kampanye politik sampai pengeroyokan maling ayam. Karena itu, kuatnya sebuah komunitas semestinya menjadi sebuah tanda tanya, mengapa kelompok orang ini dapat terikat satu dan yang lainnya. Jawabnya setidaknya antara tiga hal; mereka memiliki tujuan yang sama, musuh yang sama, atau keduanya. Para pegiat IT asal Yogyakarta dan Bandung dalam rangkaian kegiatan AliLounge adalah contoh dari jawaban pertama.

Di kota pertama, Yogyakarta, AliLounge memperlihatkan bagaimana komunitas IT Kota Pelajar begitu solid, bahkan dalam membantu menyukseskan acara dengan terlibat bersama panitia. Pun dengan kota kedua, Bandung, sangat terlihat obrolan makan malam yang begitu akrab satu dan yang lainnya antara sesama pelaku startup dan industri IT.

Satu hal yang jelas sama, baik di Yogyakarta maupun Bandung, talkshow yang diselenggarakan Alibaba Cloud dan DailySocial ini memperlihatkan antusiasme para IT enthusiast dan cloud geek tentang isu startup, scaling, dan cloud computing. Inilah mengapa kedua kota tersebut disebut-sebut tadi memiliki kultur kuat dalam masyarakat IT-nya; tujuan mereka sama, ingin terus berkembang dari teknologi yang mereka kembangkan.

Yogyakarta

Suasana daerah istimewa malam itu memang benar-benar terasa istimewa. Pasalnya, Yogyakarta yang biasanya lekat dengan suasana hangat kala itu diguyur hujan deras. Seiring waktu semakin mendekati acara AliLounge Yogyakarta, hujan malah kian deras saja.

Istimewanya, para peserta AliLounge Yogyakarta masih meluangkan waktu untuk menghadiri talkshow tentang scale-up startup ini, di tengah cuaca yang boleh jadi lebih mendukung untuk berada di dalam kamar tidur.

Sekitar pukul 19.30, CEO DailySocial Rama Mamuaya membuka acara dengan opening remarks yang menyoal scaling dalam startup dan menceritakan pengamatan pribadinya mengenai pemanfaatan cloud computing untuk startup scaling.

AliLounge Yogyakarta kemudian berlanjut ke sesi keynote pertama yang diisi oleh Sabith Venkitachalapathy, Cloud Architect dari Alibaba Cloud. Sabith menerangkan tentang kapabilitas AliCloud dan berbagai layanan yang mereka miliki, dari yang berbentuk PaaS dan IaaS, baik yang berupa cloud server, keamanan dan scale up.

Selanjutnya, pemateri di keynote kedua adalah Senior Editor DailySocial Randi Eka Yonida. Tech journalist sekaligus tech blogger ini menjelaskan tentang efektivitas cloud untuk sumber daya server dalam startup serta layanan apa saja yang umumnya digunakan untuk produktivitas startup (SaaS, IaaS, PaaS).

Setelah sesi keynote, barulah semakin terlihat antusiasme dari para cloud geek Yogyakarta di sesi tanya-jawab dengan para pembicara. Diskusinya mengarah ke persoalan seperti integrasi layanan server Alibaba dengan lingkungan pengembangan, sistem pembayaran layanan, dan kiat memanfaatkan layanan cloud untuk startup.

Bandung

Bernasib agak serupa dengan talkshow di Yogyakarta dalam hal cuaca, AliLounge Bandung juga dihadapkan dengan dingin dan hujan yang awet terjaga intensitasnya. Meski tak sederas hujan yang terjadi di Yogyakarta, tetap saja menjadi tantangan tersendiri bagi para peserta talkshow saat menuju ke venue. Dan ternyata, cuaca yang demikian tidak mematahkan hasrat mereka untuk ikut serta mendengarkan pembahasan seputar startup scaling di Eduplex, Dago, Bandung.

Tepat pukul 18.00, pintu venue sudah terbuka bagi para peserta AliLounge Bandung. Satu per satu dari mereka mulai hadir, menuju meja registrasi, menyeduh kopi atau teh, mengambil makanan ringan, dan berbincang santai dengan sesama pelaku IT, bahkan dengan salah satu pembicara AliLounge Bandung, Head of Technologies DailySocial Tommy Dian Pratama.

Acara dibuka oleh opening remarks dari CEO DailySocial Rama Mamuaya, yang sejak awal sudah menyinggung soal pengembangan bisnis dalam startup. Menurutnya, perhatian terhadap cloud dalam proses scaleup perusahaan startup adalah agenda penting.

Setelah Rama, tim Alibaba Cloud kemudian mulai memberikan presentasi. Dibuka oleh Leon Chen, Business Development for Southeast Asia dari Alibaba Cloud, sesi keynote tim Alibaba Cloud berisi cerita tentang pengalaman bagaimana Alibaba menggunakan data dan memonetisasinya, yang disampaikan oleh Ken Ly, Cloud Architect Alibaba Cloud.

Ken bercerita tentang kisah sukses bagaimana skala bisnis Alibaba Cloud dapat bertumbuh pesat, hingga pada tahun 2015, Alibaba Cloud membuat rekor baru di Sort Benchmark Competition dengan memproses data sebesar 100 TB dalam waktu 377 detik. Peningkatan skala bisnis juga sekaligus memberikan pembuktian bahwa Alibaba Cloud dapat membantu scaleup dari startup dengan kemampuan skalabilitasnya, ujar Ken.

Selanjutnya giliran Tommy yang mengisi sesi keynote kedua. Berdasarkan pada pengalaman pribadinya selama memegang sistem IT di DailySocial, Tommy bercerita tentang kebutuhan-kebutuhan yang perlu diperhatikan serta manfaat dari cloud computing, khususnya saat memasuki fase scaleup.

Sesi tanya-jawab kemudian dilakukan setelah Tommy presentasi, yang mana ternyata banyak dari para peserta AliLounge yang ingin berdiskusi dengan Ken dan Tommy. Bahkan karena terlalu banyak, MC sampai-sampai menganjurkan para peserta untuk ngobrol langsung dengan para pembicara sembari makan malam di sesi dinner and networking.

Disclaimer: DailySocial adalah media partner dari rangkaian acara AliLounge.

4 Workshop untuk Meningkatkan Kualitas Startup Fintech Anda

Mulai dari dompet digital dan platform crowdfunding, sampai penasihat keuangan atau perencanaan pensiun yang berupa robot, industri teknologi finansial saat ini sudah berkembang dengan pesat. Pertumbuhan dan permintaan layanan fintech (financial technology) mengakibatkan banyaknya perusahaan baru mencari kesempatan untuk memasuki bisnis ini.

Untuk lebih mengenal dan memahami informasi tentang apa yang bisa dunia fintech berikan, mari kita alihkan pandangan kita ke 4 orang berikut; Vidit Agrawal (UBER), Rahmat Broto Triaji (Bank Mandiri), Samuel Hall (StartupBootCamp Fintech), and Dondi Hananto (Unitus Impact); masing-masing memiliki keahlian di bidangnya untuk berkontribusi ke dunia startup dan fintech.

Finspire: Frontrunners 2016 (dipersembahkan Mandiri Capital Indonesia dan diselenggarakan oleh e27) akan menjembatani keempat pembicara ini. Mereka akan menuntun workshop mereka sendiri dan membagikan ilmu, pengalaman, dan juga pandangan tentang bidang yang mereka yang mereka kuasai dan fintech.

1. Vidit Agrawal, Strategic Vehicle Partnerships APAC, Uber

Vidit Agrawal memegang keistimewaannya sebagai karyawan Uber pertama di Asia. Saat ini, Vidit bertanggung jawab untuk meningkatkan kerja sama perluasan armada Uber dan juga bertanggung jawab untuk pertumbuhan bisnis.

Workshop: Di workshop-nya, Anda akan mendapatkan penjelasan tentang siklus perkembangan bisnis (business development cycle), dari outreach sampai pengembangan dan formalisasi sebuah kerja sama. Belajar untuk membangun dan mengelola sebuah alur pengembangan bisnis, menegakkan apa yang membuat perkembangan bisnis dan juga perkembangan tim menjadi lebih baik, dan juga lebih mengenal bahwa perkembangan bisnis teknologi berbeda dengan industri lain.

2. Rahmat Broto Triaji, SVP of Digital Banking and Financial Inclusion Bank Mandiri

Rahmat telah memegang bermacam-macam posisi di Bank Exim sebelum pindah ke Bank Mandiri pada tahun 1999. Sejak itu, Rahmat telah menjabat sebagai Product Manager, Vice President, dan juga e-Banking Head Group sebelum memegang posisinya saat ini.

Workshop: Di workshop ini, Rahmat akan mengajak anda melihat pengalaman nya di dunia fintech di Indonesia. Rahmat akan membagikan apa yang Bank Mandiri dan MCI cari dalam fintech dan juga akan membagikan pandangannya tentang masa depan fintech di Indonesia dan bagaimana bank berperan dalam memberikan manfaat bagi startup fintech.

3. Samuel Hall, Program Director, Startupbootcamp FinTech Singapore

Samuel adalah seorang mentor dan penasihat untuk startup tahap awal dan tahap lanjutan, yang berfokus pada validasi model bisnis, pengembangan produk dan strategi go-to market.

Workshop: Di workshop-nya, Anda akan mendapatkan pemahaman secara umum tentang ekosistem fintech di Asia Tenggara, mulai dari membentuk pemain-pemain andalan sampai bermacam-macam definisi di dunia fintech. Dapatkan pelajaran dan pandangan dari pengalaman Startupboocamp bermitra dengan perbankan.

4. Dondi Hananto, Early Stage VC, Unitus Impact

Dengan pengalaman lebih dari sepuluh tahun di industri fintech, Dondi adalah bankir yang sekarang menjadi investor. Dondi telah mendanai bermacam-macam startup di Indonesia, aktif dalam pembangunan ekosistem kewirausahaan Indonesia, dan juga mendanai perusahaan di tahap awal.

Workshop: Di workshop ini, Dondi akan menyajikan pandangan seorang investor/venture capitalist tentang industri fintech dan membagikan metode bagaimana agar pitching startup fintech Anda untuk menarik perhatian para investor.

Ikuti Finspire: Frontrunner 2016 secara gratis tanggal 7 November 2016, mulai jam 8 pagi sampai jam 7 malam di Rumah Mandiri Inkubator Bisnis, Indonesia.

Tertarik untuk memahami lebih lanjut? Lihat agenda lengkapnya di sini.

Anda berpikir untuk berkompetisi di Finspire: Frontrunners? Cari tahu bagaimana (Psst.. tidak dipungut bayaran untuk berpartisipasi*)

Detil hadiah adalah sebagai berikut:

Hadiah Finspire: Frontrunners
Hadiah Finspire: Frontrunners

*Semua pelamar akan diperiksa untuk memenuhi kriteria yang telah ditentukan


Disclosure: Artikel ini adalah hasil kerja sama DailySocial dan e27 yang disponsori MCI. Artikel aslinya bisa diakses di sini.

e27 adalah organizer FINSPIRE: Summit 2016

Young On Top Kembali Adakan Startup Connext Conference 2016

Startup Connext Conference 2016 merupakan acara bulanan dari Young On Top (YOT) Start Up Connext. Acara ini menghadirkan beberapa pelaku startup sukses dan investor untuk berbagai tentang apa saja yang perlu disiapkan ketika terjun dalam industri ini. Acara ini akan digelar dalam tiga sesi, yakni seminar, networking dan workshop, dan akan dilaksanakan pada hari Sabtu, 5 November 2016 mulai 09.00 – 17.00 WIB di Ballroom Kuningan City.

Beberapa pemateri yang bakal berbicara di antaranya:

  • Kevin Mintaraga (CEO Bridestory)
  • Gunawan Susanto (IBM Indonesia)
  • Andy Zain (Managing Director Kejora Ventures)
  • Dani Oei Wirianto (GDP Ventures)
  • Djemi Suhenda (Deputy President Directur Bank BTPN)
  • Iman Usman (Co-Founder & CPO Ruangguru.com)
  • Jason Lamuda (Founder & CEO BerryBenka)
  • Sam Gadodia, (Founder & CEO LotusFlare, Sillicon Valley)
  • Rama Notowidigdo (Co-Founder & CPO Go-Jek)

Berbagai pembahasan akan menjadi diskusi hangat dalam sesi ini. Mulai dari melihat tren industri teknologi saat ini, menyiasati peralihan bisnis tradisional ke berbasis digital hingga memaksimalkan potensi media sosial untuk peningkatan traksi bisnis.

Dalam sesi workshop, turut dibahas secara khusus permasalahan startup terkait dengan kebutuhan operasional, seperti tentang pengelolaan keuangan, legal, media sosial, pembenahan visi hingga penguatan brand.

Young On Top sendiri merupakan komunitas mahasiswa yang dibimbing oleh Billy Boen yang bertujuan untuk menciptakan generasi muda unggulan dari berbagai perguruan tinggi. Saat ini, komunitas YOT sudah tersebar meluas di seluruh Indonesia dengan dibentuknya komunitas Young On Top di berbagai kota.

Jika rekan-rekan tertarik untuk mengikuti pagelaran ini, daftarkan diri melalui tautan berikut ini: http://www.youngontop.com/scc2016


Disclosure: DailySocial merupakan media partner acara Startup Connext Conference 2016.