Empat Cara Tepat Mengatasi Kompetitor yang Meniru

Menemukan produk yang tepat dan tentunya disukai oleh pengguna tentunya merupakan impian dari semua pelaku startup. Tidak mudah untuk meraih prestasi tersebut, dibutuhkan waktu yang lama, tenaga, dan kreativitas yang cukup untuk mampu mewujudkan impian tersebut. Ketika produk ideal telah Anda miliki dan selanjutnya orang lain mencoba untuk meniru jenis produk yang Anda buat, tentunya hal tersebut akan merugikan dan bisa membahayakan masa depan produk Anda di kemudian hari.

Contoh sederhana yang sudah terjadi adalah ketika Instagram mulai menghadirkan fitur layaknya fitur yang sebelumnya dipopulerkan oleh Snapchat. Sebagai media sosial yang sudah memiliki jumlah pengguna lebih banyak dari Snapchat, tidak heran ketika akhirnya Instagram menjadi lebih mainstream dibandingkan dengan fitur dari Snapchat yang terbilang niche.

Artikel berikut ini akan membahas langkah apa yang baiknya Anda lakukan ketika produk yang Anda miliki ditiru oleh kompetitor.

Posisi Anda sebagai market leader

Sebagai startup pertama yang menghadirkan layanan yang kemudian ditiru oleh kompetitor, tentunya memposisikan startup Anda sebagai market leader. Menjadi hal yang umum ketika orang lain atau kompetitior mulai meniru model bisnis yang Anda tawarkan, hal ini tidak hanya terjadi pada startup namun industri lainnya. Langkah terbaik yang harus Anda terapkan selanjutnya adalah, fokus kepada rencana dan inovasi yang Anda miliki dan pastikan sebagai market leader startup Anda memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh kompetitor.

Percaya atau tidak, hal tersebut dilegalkan

Jika Anda ingin melakukan konfirmasi kepada pengacara Anda dan kemudian menuntut perusahaan atau startup yang meniru produk yang Anda miliki menjadi hal yang percuma, karena kegiatan tersebut ternyata dilegalkan. Intinya adalah orang lain bisa saja menerapkan layanan atau model bisnis yang Anda jalankan, demikian juga dengan meniru logo atau desain yang Anda miliki. Hindari untuk memfokuskan langkah hukum yang akan Anda ambil dan fokuskan kepada rencana atau strategi yang selanjutkan akan Anda lancarkan.

Fokus kepada inovasi

Faktanya adalah dalam bisnis selalu ada usaha dari kompetitor atau pemain lain untuk saling meniru inovasi yang dimiliki oleh perusahaan, yang wajib dicermati selanjutnya adalah upaya Anda untuk tidak terganggu dengan kompetisi yang Anda dan lebih fokus kepada pengembangan produk hingga inovasi yang Anda miliki. Cara lain yang bisa Anda terapkan adalah meyakinkan pelanggan setia bahwa produk Anda memang yang terbaik, lebih unggul dan tentunya tidak kalah dengan kompetitor yang ada.

Anggaplah hal tersebut sebagai pujian

Cara lain yang bisa Anda lakukan untuk menghindari gangguan yang ada, untuk memperlakukan kompetitor yang mencoba untuk menerapkan produk yang serupa dengan produk Anda sebagai pujian, artinya anda sebagai inovator berhasil menciptakan produk yang disukai dan tentunya berfungsi dengan baik, sehingga pemain lain kemudian mencoba untuk membuat dan meniru produk yang Anda miliki.

Tetaplah bekerja dengan baik dan tunjukkan kreativitas serta aset terbaik yang hanya dimiliki oleh startup Anda. Hindari untuk membicarakan hal yang buruk kepada publik tentang kompetitor yang meniru layanan atau produk yang Anda miliki dan fokuskan kepada produk Anda dengan memberikan layanan serta fitur terkini yang lebih kreatif dan tentunya berbeda.

Ragam Pendekatan Pemasaran Startup

Tantangan dan persaingan lazim dalam sebuah bisnis. Sedikit berbeda jika kita berbicara mengenai bisnis startup. Sebagai bisnis rintisan ada tantangan awal yang harus dihadapi, yakni membangun produk berkualitas dan pemasarannya. Dua hal tersebut adalah hal utama. Untuk yang kedua, strateginya mungkin sedikit menarik. Pasalnya pengguna startup adalah mereka yang “melek” secara digital. Pendekatannya pun berbeda. Bertahap sesuai dengan target pasar masing-masing yang terus berkembang.

Di tahap awal misalnya, bisnis e-commerce, ride hailing, food delivery, teknologi finansial, dan beberapa segmen startup lain pasti akan memanfaatkan pendekatan ke arah digital untuk memasarkan produk atau layanan mereka. Posting blog, buzzer, posting berbayar di layanan media sosial, dan channel-channel pemasaran digital lain pasti akan dilakukan. Karena para “masyarakat digital” ini akan membantu menyebarkan informasi produk mereka secara lebih luas.

Dalam sebuah laporan berjudul “CMO Spend Survey 2016 – 2017” yang dikeluarkan Gartner, disebutkan bahwa digital advertising menjadi tiga hal teratas untuk alokasi dana dalam sebuah perusahaan. Kurang lebih ada 65% responden, yang merupakan pimpinan di sektor marketing menyebutkan akan menambah jumlah dana untuk digital advertising di tahun 2017 ini.

Dengan reach yang yang bisa ditentukan merupakan salah satu kelebihan pemasaran melalui channel digital. Hal ini dirasa lebih efektif karena bisa sampai tepat sasaran. Tren viralnya sebuah berita juga menjadi salah satu cara untuk mengenalkan dan memasukkan sebuah produk atau layanan untuk bisa dibicarakan lebih banyak orang baik di aktivitas digital maupun aktivitas sehari-hari.

Konvensional yang masih tetap bermanfaat

Meski tren digital terus tumbuh, strategi pemasaran konvensional masih tetap bisa mendulang manfaat. Dengan ceruk yang berbeda, strategi konvensional ditujukan untuk mengambil perhatian masyarakat yang sampai sekarang masih “non digital”, atau mempertebal informasi yang di dapat dari ranah digital karena media-media penyiaran seperti TV, radio, koran, baliho, dan media pemasaran offline lainnya masih memegang penting untuk penyebaran informasi yang luas.

Salah satu startup yang berbagi cerita mengenai strategi pemasarannya adalah Bukalapak. Senior Brand & Communication Manager Bukalapak Oci Ambrosia menjelaskan bahwa Bukalapak memanfaatkan beberapa strategi pemasaran baik offline maupun online. Untuk offline bisa dilihat dari aktifnya Bukalapak berpromosi melalui iklan di televisi, sedang untuk online bisa dilihat dari video YouTube atau melalui media sosial.

“Melalui media sosial media biasanya kampanye bisa lebih terukur, dan kita bisa cepat mengevaluasi jika kampanyenya kurang efektif. Dan ini juga tergantung juga dengan target consumer / demographic consumer yang berbeda. Penggunaan social media itu memiliki ketergantungan dari banyak faktor dan target audience menjadi salah satu faktor untuk keefektifan penyampaian brand/pesan. Tetapi secara keseluruhan, social media dan online presence sangatlah penting untuk sebuah perusahaan, maupun individu untuk menjangkau dan merangkul konsumen dan audience secara luas.”

Beberapa startup juga memiliki strategi serupa. Memanfaatkan online dan offline secara bersamaan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang produk mereka. Kebanyakan adalah mereka yang bergerak di sektor travel dan e-commerce.

Media sosial untuk membangun citra

Selain Bukalapak, dua bisnis e-commerce dengan niche yang berbeda yakni Wearinasia dan Tees juga membagikan cerita mengenai strategi pemasaran mereka. Bagi keduanya, media sosial memegang peran penting. Wearinasia misalnya, sebagai salah satu e-commerce yang memiliki niche cukup unik, menjual perangkat wearable, drone, dan camera, media sosial dijadikan tempat untuk membangun kredibilitas mereka di ranah digital.

“Media sosial kami gunakan sebagai medium untuk menambah kredibilitas secara online, misalnya dengan memberikan kode voucher bagi mereka yang foto saat pick up produk (layanan O2O). Dan kami gunakan juga untuk menginspirasi, misalnya dengan memberikan hasil-hasil photoshoot atau review produk,” ungkap CMO Wearinasia Andrew Gunawan.

Meski demikian, salah satu channel pemasaran yang cukup efektif bagi Wearinasia ada pada katalog di situs mereka. Dengan katalog yang informatif dan menjelaskan produk dengan detil pengguna bisa menjadi lebih tertarik.

Hal tidak jauh beda juga disampaikan Co-Founder dan CEO Tees Aria Rajasa mengenai penggunaan media sosial. Menurutnya media sosial dan partnership bersama dengan Google Ads dan Facebook Ads menjadi salah satu cara paling efektif untuk pemasaran Tees.

“Untuk social media kami mengandalkan para creators untuk menyebarkan desain mereka ke social media, efeknya secara kolektif jauh lebih tinggi dari akun-akun social media Tees itu sendiri. Kami memudahkan mereka untuk share, dan meng-encourage mereka dengan menginformasikan promo dan benefit tambahan lebih dahulu ke mereka sehingga mereka bisa menyebarkan ke teman-teman mereka lebih awal. Untuk partnership, kami melakukan banyak cross promotion dengan sesama [layanan] e-commerce maupun channel-channel lainnya yang mempunya audience besar,” ungkap Aria menjelaskan.

Tees juga berusaha mencari beberapa strategi pemasaran baru, salah satunya dengan menambah niche produk baru di Tees yang rencananya akan diluncurkan tahun ini.

Bias offline dan online yang semakin tebal

Banyak yang mengenal istilah dunia maya, sebuah asosiasi untuk kehidupan di internet, baik media sosial, forum, atau aktivitas lainnya. Dari segi istilah sebenarnya “dunia maya” sudah tidak pas untuk digunakan. Pasalnya kehidupan digital, kehidupan media sosial, forum, dan lain-lainnya sudah bersentuhan langsung dengan kehidupan nyata. Apa yang dibicarakan di ranah online sebenarnya juga menjadi pembicaraan di ranah offline. Begitu juga sebaliknya. Sangat mungkin sesuatu yang viral di dunia online (media sosial terutama) menjadi perbincangan di kehidupan masyarakat. Ini yang membuat startup  berinvestasi untuk masuk ke pemasaran digital.

Hubungan antara offline dan online inilah yang dicari. Dana yang harus dikeluarkan untuk beriklan di TV atau baliho tentu berbeda dengan yang dihabiskan untuk memasang artikel berbayar atau sekelompok buzzer untuk memasarkan sebuah produk.

Dalam beberapa tahun ke depan, pemasaran digital akan memegang peran penting. Hanya saja iklan konvensional masih tetap digunakan, terutama untuk menyasar pengguna baru yang belum sepenuhnya atau sama sekali tidak tersentuh kehidupan digital.

“Skill” yang Dibutuhkan untuk Membangun Tim Pemasaran yang Baik

Pemasaran tidak bisa dianggap remeh. Kegiatan pemasaran jika ditangani sendiri perlu membutuhkan orang-orang dengan kemampuan yang spesifik. Berikut beberapa kemampuan yang wajib dimiliki untuk membangun sebuah tim pemasaran yang baik

Copywriting

Skill pertama yang harus dimiliki oleh pemasar modern adalah master copywriting. Kemampuan untuk menghasilkan kata-kata yang persuasif wajib dimiliki seiring dengan tren pemasaran digital, salah satunya adakah konten marketing. Dengan kata lain kebutuhan menghasilkan konten marketing yang berkualitas menjadi salah satu skill wajib bagi sebuah tim pemasaran.

Data analysis

Salah satu marketing yang baik adalah bisa menyasar target pengguna dengan tepat. Untuk sampai ke tahap itu perlu adanya keputusan-keputusan yang diambil, dan salah satu landasan yang paling bisa diandalkan untuk mendukung kampanye pemasaran.

Coding

Meski tidak harus mahir, tim pemasaran yang baik membutuhkan beberapa orang yang menguasai bahasa pemrograman. Orang-orang yang menguasai kemampuan bahasa pemrograman akan lebih mudah untuk mengadopsi alat-alat pemasaran, terlebih alat pemasaran yang membutuhkan kustomisasi yang disesuaikan. Orang-orang ini akan memegang peran penting di situ.

SEO

SEO atau Search Engine Optimization merupakan bagian tidak terpisahkan dari content marketing. Punya spesialis SEO di tim pemasaran akan sangat membantu “meletakkan” content marketing di tempat yang mudah dijangkau oleh masyarakat umum. Membantu meningkatkan keterlibatan terhadap user. Orang-orang dengan kemampuan SEO wajib dimiliki oleh sebuah tim pemasaran.

Graphic Design

Selain tagline dan kata-kata yang persuasif, gambar atau design yang bagus dan sesuai bisa menjadi daya tarik tersendiri untuk sebuah kampanye pemasaran, atau produk itu sendiri. Graphic designer yang baik akan mampu mengubah setiap goresan dan perpaduan warna sebagai hal yang sama persuasifnya dengan tagline atau kata-kata yang dituliskan.

Social Media

Social media marketing lazim digunakan untuk membantu memperkenalkan produk-produk ke masyarakat, utamanya mereka pengguna aktif media sosial. Perannya jelas sentral, harus mampu mengetahui kapan dan apa yang bisa diterima dan menarik bagi para pengguna media sosial. Selain itu orang dengan kemampuan menggunakan media sosial juga bisa menjadi komunikator yang baik untuk menjelaskan sebuah kampanye pemasaran.

Menentukan Jumlah Penggalangan Dana Startup yang Tepat

Saat melakukan penggalangan dana kebanyakan Founder memilih untuk menentukan nilai yang cukup fantastis kepada investor dengan berbagai alasan. Di antaranya adalah untuk memberikan sumber lebih banyak, kesempatan lebih baik untuk bersaing, hingga uang simpanan yang cukup agar tidak harus melakukan penggalangan dana lagi ke depannya.

Proses penggalangan dana kebanyakan menjadi hal yang rahasia, karena bisa dianggap gagal mendapatkan pemasukan dan tidak bisa melakukan manajemen keuangan yang baik.

Artikel berikut ini akan membahas jumlah atau nilai yang ideal untuk startup melakukan penggalangan dana di awal atau pada tahap selanjutnya, seperti yang ditulis entrepreneur Mark Suster.

Semakin besar jumlah uang yang dimiliki semakin besar pengeluaran

Saat uang dalam jumlah yang banyak berhasil dikantongi pengeluaran pun tanpa disadari akan semakin besar jumlahnya. Apakah uang tersebut digunakan untuk menambah pegawai, merenovasi kantor, pindah ke gedung baru hingga outsource agensi kehumasan untuk keperluan pemasaran dan promosi startup. Yang perlu diperhatikan adalah dana investasi yang telah berhasil didapatkan, berapa pun jumlahnya, jika tidak dikelola dengan baik akan berakhir dengan cepat. Mark Suster memperkirakan dana segar tersebut akan habis sekitar 12-18 bulan.

Untuk menghindari uang yang dengan susah payah didapatkan saat proses penggalangan dana tidak cepat ludes, baiknya simpan sebagian uang tersebut dan upayakan untuk tidak digunakan. Ketika dana untuk keperluan yang prioritas telah dikeluarkan, startup masih memiliki cukup uang untuk menjalankan oprasional hingga tahap penggalangan dana selanjutnya dilancarkan.

Investasi yang mempengaruhi nilai valuasi

Untuk startup yang masih dalam early stage, nilai valuasi akan sangat berpengaruh dari investasi pertama. Sudah ada beberapa ketetapan atau kriteria dari investor yaitu berapa besar jumlah uang yang bakal dikeluarkan kepada startup. Dalam hal ini jumlah normal yang berlaku adalah 15-30% yang merupakan jumlah rata-rata paling umum 20-25% untuk setiap early stage round.

Contoh sederhana adalah jika Anda melakukan penggalangan dana dalam jumlah $8 juta pra uang valuasi, untuk selanjutnya akan menjadi lebih baik untuk melakukan penggalangan dana $2-3 juta dan bukan $5 juta. Hal tersebut akan memudahkan Anda sebagai pemilik startup untuk menggalang dana $2-3 juta dibandingkan dengan $5 juta agar Anda memiliki hit-rate yang lebih tinggi.

Efek over-raising yang merugikan

Hal selanjutnya yang patut dicermati adalah, apa yang terjadi ketika uang sudah habis dan Anda perlu lebih banyak uang lagi? Itulah akibat dari over-raising. Kegembiraan ketika di awal melakukan penggalangan dana dengan nilai $5 juta untuk $20 juta sekarang terasa seperti beban besar, karena melakukan putaran penggalangan dana $8-10 juta pada $40-50 juta valuasi pra-uang lebih sulit dibandingkan menggalang dana di angka $20 juta.

Hal tersebut terjadi karena investor perlu membayangkan untuk membuat minimal 10x capital yang diinvestasikan dan early stage investor akan mencari jumlah kelipatan yang lebih tinggi. Data menunjukkan bahwa investor memiliki waktu yang jauh lebih mudah mendapatkan hasil $100-200 juta dari hasil $400-500 juta sehingga lebih mudah untuk melakukannya dengan harga yang lebih rendah.

Intinya adalah investor enggan untuk memberikan investasi dalam jumlah yang lebih kecil di putaran penggalangan dana selanjutnya. Untuk itu bicarakan dan negosiasikan dengan baik berapa jumlah yang tepat dan tentunya disepakati dengan investor.

Terapkan perilaku ‘hemat’

Salah satu cara yang ampuh agar Anda tidak terjebak untuk selalu melakukan penggalangan dana adalah menentukan batasan dan lebih hemat untuk pengeluaran perusahaan. Batasan ini ternyata cukup ampuh untuk membuat tim Anda lebih kreatif, karena mereka ‘dipaksa’ untuk menggunakan sumber terbatas untuk menghasilkan pekerjaan.

Sebagai seorang Founder, batasan akan membuat Anda melakukan negosiasi lebih baik dalam hal penentuan uang sewa gedung kantor atau pengeluaran oprasional lainnya, selain itu batasan juga akan memberikan Anda standar yang sesuai berapa jumlah gaji yang layak diberikan kepada pegawai. Hemat merupakan kebiasaan yang layak dan tentunya menguntungkan jika diterapkan di startup.

Strategi Mendapatkan Umpan Balik Konsumen Melalui Email

Konsumen adalah raja, raja berhak menentukan, konsumen itu menentukan. Silogisme tersebut terkesan sangat klasik, namun masih sangat relevan jika dihubungkan dengan proses bisnis sampai era digital saat ini. Konsumen masih tetap menjadi prioritas, dalam capaian target dan tujuan bisnis. Secara sederhana hal tersebut membawakan sebuah simpulan bahwa bisnis yang ideal harus mampu memberikan solusi atas kebutuhan konsumen melalui produk/layanan yang dikembangkan. Lalu pertanyaannya bagaimana untuk mencapai titik ideal tersebut? Jawabannya dengan mengikuti apa yang diinginkan oleh konsumen.

Untuk mengetahui apa yang diinginkan konsumen, umpan balik menjadi agenda krusial yang harus dilakukan dalam riset bisnis. Ada beragam cara, mulai dari pendekatan langsung ataupun tidak langsung. Salah satu yang efektif digunakan saat ini menggunakan email survei pelanggan, dikemas dalam newsletter periodik. Perlu strategi yang pas untuk mendapatkan value maksimal, karena faktanya sebagian besar (96 persen) pelanggan umumnya tidak menyampaikan apa yang mereka keluhkan. Menjadi kontradiksi, sementara bisnis memerlukan poin-poin tersebut untuk pembenahan.

Umpan balik yang dikirim pun nyatanya tak semulus apa yang ditargetkan, persentasenya sangat sedikit (1,1 persen) dari total pelanggan yang mau melengkapi sebuah survei secara lengkap dan lugas. Sehingga diperlukan kejelian dalam penerapannya. Salah satunya dengan membuat umpan balik menjadi menarik dan efisien untuk menemukan hasil, yakni dengan melakukan improvisasi konten pertanyaan dan timing dalam penyampaian.

Tentukan tujuan rinci dalam mendesain pertanyaan

Pertanyaan survei yang baik tidak boleh berbelit dan multi-tafsir, terlebih saat mengharapkan “keikhlasan” konsumen dalam mengisikan. Buatlah pertanyaan tersebut sesimpel mungkin, namun menjawab pertanyaan besar yang dibutuhkan bisnis. Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang cocok diterapkan dalam survei umpan balik sebuah bisnis dengan tujuannya yang spesifik:

(1) Dari mana Anda mendengar tentang produk/layanan kami?

Tujuannya jelas, untuk membantu bisnis menemukan kanal paling efektif dalam pemasaran. Banyak bisnis digital yang menyepelekan hal ini, dengan dalih mereka dapat menemukan tautan referral dari analytic tools yang ditanamkan dalam website. Namun alat analisis tersebut hanya memberikan informasi website terakhir yang mereka kunjungi sebelum beranjak. Kirimkan pertanyaan ini melalui email bersamaan dengan sapaan selamat datang yang didapat setelah pengguna mendaftarkan diri ke layanan tersebut, atau bisa juga dilakukan dua sampai tiga hari setelah mereka berhasil melakukan pendaftaran.

(2) Apa yang ingin Anda capai dengan produk/layanan kami?

Jawaban pertanyaan ini akan membimbing bisnis untuk memberikan prioritas pada pengembangan fitur produk, termasuk membantu bisnis dalam mendapatkan konten pemasaran terbaik. Sama dengan pertanyaan sebelumnya, pertanyaan ini cocok disampaikan di awal ketika pengguna baru selesai melakukan pendaftaran.

(3) Apa tantangan terbesar yang sedang Anda hadapi?

Ini lebih baik ketimbang pertanyaan tentang fitur apa yang mereka inginkan. Karena pada umumnya konsumen tidak bisa membayangkan dengan baik fitur tersebut sebelum mereka mencobanya. Dengan mengetahui permasalahan terbesar mereka, personalisasi dalam pemasaran akan mudah didefinisikan. Memberikan penawaran yang paling tepat untuk kebutuhan konsumen tersebut. Email ini juga cocok dikirimkan di awal kunjungan konsumen.

(4) Mengapa Anda memutuskan untuk tidak membeli/berlangganan?

Penting untuk diketahui alasan mereka tidak membeli atau berlangganan. Hal ini untuk memberikan informasi, apakah di luar sana ada produk lain yang lebih menarik, fiturnya kurang lengkap atau harga terlalu mahal. Dengan informasi ini bisnis dapat melakukan pembenahan untuk memenangkan pelanggan di masa mendatang. Pertanyaan ini bisa dikirimkan 30 – 90 hari setelah masa berlangganan gratis (trial) telah berakhir.

(5) Apa yang akan Anda lewatkan jika tidak menggunakan layanan kami?

Informasi dari pertanyaan ini membantu bisnis menemukan fitur paling dicari di dalam produk/layanan yang disajikan. Tujuannya pada penekanan saat melakukan penawaran produk. Email ini bisa dikirimkan saat pengguna tengah menikmati produk atau layanan, terlebih saat mereka mulai melakukan upgrade atau pembaruan akun yang dilanggan.

(6) Apakah Anda akan merekomendasikan produk/layanan ini kepada kolega?

Pertanyaan ini memiliki tujuan untuk membuat persentase kepuasan pelanggan. Sekaligus untuk mendorong pelanggan mempromosikan produk/layanan atas kepuasannya. Kirimkan email ini secara periodik, setiap tahun atau kuartal di masa berlangganan.

Mengoptimalkan Analisis untuk Bisnis

Banyak bisnis sudah mulai memproduksi data digital. Banyak juga yang mulai memanfaatkan data dengan mengolahnya dengan perangkat analisis untuk mendapatkan gambaran mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Termasuk progres naik turunnya proses bisnis.

Meski banyak bisnis yang mulai mengenal penggunaan analisis sayangnya masih belum banyak yang bisa mengoptimalkan analisis bisnis. Terutama memahami peran analisis dalam bisnis.

Pahami bagaimana mengoptimalkan data

Produksi data hadir setiap hari, namun apa yang bisa dihasilkan dari data-data tersebut belum sepenuhnya dipahami oleh pebisnis. Contoh sederhana adalah data media sosial. Data-data tersebut tidak hanya bisa digunakan untuk mendapatkan personalisasi para pengguna tetapi juga sentimen pasar. Komentar-komentar yang ada di media sosial bisa dijadikan juga sebagai acuan untuk menggambarkan sentimen pasar terhadap produk dan lain sebagainya.

Selain memahami kekuatan yang dimiliki data, bisnis juga harus paham penggunaan analisis. Dibutuhkan banyak jenis analisis untuk memenuhi kebutuhan target pengguna yang berbeda. Butuh solusi analisis yang berbeda untuk masing-masing kasus.

“Analisis adalah kategori, jadi kita merekomendasikan pembagian individu. Banyak orang-orang business intelligence yang menginginkan laporan dan jawaban untuk pertanyaan, data science untuk membuat model, dan beberapa engineer yang membangun produk berdasarkan analisis,” ungkap VP and principal analyst untuk Forrester Research Mike Gualtieri.

Memperhatikan layanan yang dibeli

Banyak bisnis yang menggantungkan analisis dengan menggunakan layanan pihak ketiga. Lazimnya, para perusahaan yang menawarkan layanan analisis menawarkan tagline “all in one”. Sayangnya ini yang harus menjadi sorotan. Tidak semua solusi analisis mampu menyelesaikan semua permasalahan analisis. Harus jeli dalam memilih layanan. Pilih dengan hati-hati agar anggaran untuk solusi analisis tidak membengkak.

Memahami yang ingin dicapai

Pada dasarnya analisis sekarang sudah menjadi keharusan di sebuah bisnis. Data digital yang semakin mudah didapat harus dioptimalkan sebaik mungkin. Mengetahui apa yang sebenarnya ingin dicapai dengan analisis harus menjadi perhatian utama ketika bisnis ingin mengoptimalkan analisis.

Tujuh Cara Memastikan Ide Aplikasi Mobile Tidak Dicuri Kompetitor

Jika Anda adalah pengusaha startup yang memiliki aplikasi mobile, tidak hanya dibutuhkan ide cemerlang, tapi butuh melindungi ide agar tidak dicuri. Bahkan, ide secuil pun dapat ditarik oleh siapa saja yang tahu di sekitar Anda untuk dibocorkan ke kompetitor.

Bagaimana Anda dapat membuat proyeksi ide aplikasi sekaligus mencegah dicuri orang lain? Artikel ini akan membantu Anda mendapatkan perspektif lebih baik untuk mengamankan ide untuk pengembangan aplikasi mobile Anda.

1. Selektif berbagi informasi

Ini adalah cara paling sederhana untuk melindungi ide Anda. Meski dalam kasus tertentu Anda butuh berbagi informasi teknis mengenai aplikasi Anda kepada developer atau saat pitching ke klien. Semakin sedikit informasi yang Anda berikan, maka semakin kecil kemungkinan orang akan mencurinya.

2. Hati-hati dalam memilih rekan kerja profesional

Cara ini penting ketika Anda memutuskan untuk bekerja sama dengan perusahaan terkemuka atau individu, kecuali Anda memiliki kapasitas untuk membuat aplikasi baru tanpa desain/pengembangan dari pihak ketiga.

Sebelum memilih partner, jaring informasi dengan hati-hati. Baca testimonial tentang mereka, tinjau situs mereka, dan hubungi eks klien perusahaan tersebut. Anda dapat dengan mudah mengumpulkan informasi tersebut di lapangan. Dengan demikian, Anda secara signifikan dapat mengurangi kemungkinan pencurian ide dan tindakan licik lainnya.

3. Gunakan perjanjian non-disclosure

Lindungi ide aplikasi mobile saat mengungkapkannya kepada orang lain. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan perjanjian non-disclosure (NDA), demi memastikan semua informasi yang Anda bagikan adalah rahasia antara Anda dengan pihak ketiga.

Pada dasarnya NDA melindungi ide Anda digunakan kembali atau berbagi dengan orang-orang yang terlibat dengan proyek Anda, entah itu konsultan, kontraktor outsourcing, calon investor, atau klien.

NDA tidak menjamin ide Anda akan aman 100%. Perjanjian NDA perlu dilakukan lewat perusahaan dengan kredibilitas yang baik. Mungkin beberapa perusahaan sedikit ragu saat menandatangani NDS, oleh karenanya sebaiknya Anda tawarkan prospek kerja sama yang luas dari aplikasi ini ke depannya akan seperti apa.

4. Membuat perjanjian untuk tidak saling bersaing

Sebuah perjanjian tanpa saling bersaing pada dasarnya bertujuan untuk menjaga orang agar tidak membocorkan rahasia ke pesaing. Perjanjian ini pada dasarnya bertujuan untuk menahan diri developer dan tenaga profesional lain agar tidak bekerja di tempat lain atau kompetitor selama masih menjalani proyek di tempat Anda.

Cara ini mungkin menjadi sebuah tantangan bagi Anda untuk menemukan pengembang terkemuka yang bersedia menandatangani perjanjian tersebut. Tapi dengan kompensasi dan motivasi yang tepat, Anda harus dapat melakukan ini.

5. Buat hak cipta

Hak cipta atau copyright merupakan istilah yang digunakan untuk melindungi kekayaan intelektual dari penciptanya. Dalam konteksi ini, Anda membuat hak cipta untuk melindungi ide, mulai dari segi user interface (UI) hingga unsur kode aplikasi mobile.

Keuntungan dari copyright aplikasi mobile bagi Anda adalah biaya yang tidak semahal melakukan alternatif lainnya, sekaligus memberikan perlindungan dasar dari kompetitor.

6. Memilih cap dagang

Cap dagang atau trademarking membantu Anda dalam membatasi kompetitor menggunakan simbol, lambang, dan kata-kata yang terkait dengan aplikasi atau layanan Anda. Selain itu lewat membuat cap dagang juga bisa diterapkan untuk semua fitur dan layanan yang aplikasi Anda sediakan guna mencegah kompetitor mengambil rute yang sama.

Hal ini dilakukan Truecaller, WhatsApp, Angry Birds, Pokemon Go, dan Candy Crush. Aplikasi tersebut sudah diakui oleh semua orang, hanya dengan warna, jenis huruf, dan logo saja orang dapat mengenalinya.

7. Menerapkan hak paten

Membuat hak paten adalah bentuk kuat dari perlindungan kekayaan intelektual karena meliputi perlindungan fungsi aplikasi Anda terhadap pengembang independen. Memperoleh hak paten butuh proses yang lama nan panjang karena butuh proses pemeriksaan secara menyeluruh. Hal tersebut jadi sinyal yang baik untuk Anda agar memproses hak paten sedari awal sebelum diungkap ke publik.

Lima Cara Tepat Menemukan Tim Manajemen Startup

Di dalam tubuh perusahaan yang sudah mapan, posisi jajaran direktur atau komisaris sudah menjadi hal yang lumrah. Begitu juga di dalam organisasi sebuah startup. Jika perusahaan semakin berkembang, akan mulai masuk direktur yang memiliki posisi kunci demi kelancaran sebuah startup. Dalam artikel berikut ini, dibahas cara tepat yang bisa membantu CEO dan pendiri startup untuk membina hubungan baik dan kolaborasi yang positif dengan jajaran direktur atau komisaris dalam sebuah startup.

Temukan direktur yang tepat

Jajaran direktur yang tepat dan cocok dengan Anda pendiri dan CEO sebuah startup bisa memberikan dukungan, pengetahuan hingga memperluas jaringan networking yang ada. Untuk itu menjadi penting menemukan dan merekrut direktur yang sesuai dengan Anda. Secara keseluruhan ada beberapa tipe dari direktur yang patut Anda cermati, yaitu direktur yang lebih berpihak kepada investor hingga yang mendukung sepenuhnya ide dan keputusan dari pendiri startup.

Saran dari Scott Kurnik yang merupakan investor menyebutkan baiknya tidak menempatkan seorang direktur yang dekat dengan CEO dalam startup (lingkaran orang dalam). Scott menambahkan sahabat atau teman baik sang CEO cukup ideal untuk dinominasikan menjadi jajaran direktur sebuah startup. Calon direktur lain yang cukup memiliki potensi di antaranya adalah dari kalangan independen dan pastinya setia dengan perusahaan.

Lima tipe direktur yang baiknya dihindari untuk dimasukan ke dalam jajaran board of director adalah mereka yang menolak untuk melakukan konfrontasi, memiliki agenda personal, seseorang yang cenderung ingin tahu dan kerap mencampuri urusan orang lain, dan yang terakhir adalah mereka yang terkesan narsis dan enggan mendengarkan pendapat orang lain.

Tentukan posisi direktur

Ada perbedaan yang cukup signifikan terkait dengan direktur untuk startup baru dan startup yang sudah mapan dan bersiap untuk IPO. Untuk startup baru biasanya jajaran direktur lebih fokus kepada memandu CEO dan jajaran manajemen lainnya untuk menghasilkan produk yang dibuat, menentukan keputusan yang tepat, menyediakan akses untuk proses rekrutmen, pelanggan dan investor.

Sementara untuk startup yang sudah mapan pendekatan yang diberikan oleh jajaran direktur akan berbeda. Mulai dari persiapan untuk tahap scale up, penambahan jumlah tim engineer, sales, logistik dan fungsi lainnya yang semakin besar skalanya.

Pastikan direktur yang Anda minta untuk bergabung telah memiliki pengalaman yang sesuai dengan latar belakang startup. Jangan lupa untuk membicarakan secara jelas fungsi dan tanggung jawabnya.

Pilih direktur dari latar belakang yang berbeda

Idealnya coba temukan direktur yang memiliki latar belakang serta pengalaman yang beragam. Jangan kumpulkan jajaran direktur yang memiliki latar belakang yang sama, misalnya semua berasal dari latar belakang investor atau engineer. Semakin seimbang latar belakang dan pengalaman yang dimiliki oleh direktur, semakin baik Anda sebagai CEO mendapatkan dukungan dan panduan yang diperlukan.

Untuk itu sebelum penawaran disampaikan, cek latar belakang masing-masing direktur yang Anda incar. Sandingkan calon direktur yang memiliki pengalaman dan latar belakang berbeda satu dan lainnya.

Hindari terlalu banyak direktur

Kasus yang satu ini kebanyakan dirasakan oleh startup yang didukung oleh investor, terutama ketika tahap funding baru saja dilakukan pihak investor biasanya akan menambahkan atau merekomendasikan satu orang direktur dalam jajaran direktur yang sudah ada. Idealnya jajaran direktur harus berjumlah 5 orang saja, tidak lebih dan tidak kurang. Jika jajaran direktur sudah berjumlah 10 orang atau lebih akan mempersulit startup melakukan pergerakan yang ada.

Cara yang baiknya dilakukan oleh Anda pemilik startup adalah menentukan nominal yang tepat kepada investor dalam rapat shareholder berapa jumlah direktur yang diinginkan. Jika jumlah direktur semakin bertambah pastikan salah satu direktur bersedia untuk mundur terutama mereka yang tidak lagi memiliki kontribusi yang relevan. Cara terakhir yang bisa dilakukan adalah coba ciptakan jajaran penasehat atau konsultan yang merupakan lingkungan terpisah dari jajaran direktur yang telah dimiliki.

Ciptakan hubungan baik dengan direktur

Hal lain yang perlu Anda cermati adalah terkait dengan hubungan atau relasi yang tercipta antara Anda dengan direktur. Ada beberapa direktur yang terkesan ingin tahu dan kerap mencampuri urusan pekerjaan dari CEO atau pemilik startup. Ada pula beberapa direktur yang terkesan mendesak, sedikit kasar dan tidak sopan.

Menghindari tipe direktur seperti itu, ada baiknya Anda sebagai pemilik startup untuk melihat track record dari calon direktur terkait dengan relasi dan hubungannya dengan perusahaan sebelumnya. Kemudian jika ternyata Anda mendapatkan direktur seperti itu, jangan sungkan untuk mengganti posisi direktur tersebut dengan yang baru.

Alasan Umum Kegagalan Startup

Dalam mengembangkan bisnis kegagalan merupakan hal yang paling dihindari. Kegagalan sendiri memiliki banyak sebab. Penting untuk setiap pengusaha memperhatikan alasan-alasan mengapa sebuah bisnis bisa gagal. Bisa dari pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain. Berikut beberapa alasan umum yang seringnya menjadi dasar kegagalan sebuah bisnis.

Kerja sama tim

Salah satu tantangan terbesar startup ada pada pengelolaan tim. Tim yang solid akan menjadi fondasi yang kuat sebuah bisnis atau startup untuk tumbuh. Begitu pun sebaliknya. Tim yang tidak dikelola dengan baik bisa menjadi awal dari kegagalan. Keruntuhan yang berawal dari dapur bisnis. Untuk bisa menghindari kegagalan mengelola tim pastikan untuk memilih talenta yang bisa bekerja sama, baik secara individu maupun tim.

Kegagalan mempelajari pasar

Semua tahu bahwa inti dari keberhasilan bisnis adalah bisa diterima dengan baik di pasaran. Mulai dari ide, eksekusi, dan keputusan-keputusan lain biasanya ditentukan berdasarkan studi yang dilakukan di pasaran. Salah satu alasan di balik kegagalan sebuah bisnis sering timbul dari sini. Kesalahan pada saat mempelajari pasar. Tanda-tandanya mungkin bisa dilihat dari gagalnya bisnis mendapatkan pelanggan dan semacamnya. Itulah mengapa pada saat membangun sebuah bisnis fokus pertama dan utama ada pada peluang yang dilihat di pasar.

Strategi pemasaran yang buruk

Pada dasarnya semua produk atau jasa itu bisa dijual. Tinggal bagaimana cara menjualnya. Di sini proses pemasaran memegang perang penting. Sebaik apa pun produk jika tidak ditawarkan dengan cara yang menarik akan mendapat sedikit perhatian dari khalayak. Pemasaran memiliki peran sentral dalam keberhasilan sebuah produk di terima di pasar. Kegagalan dalam pemasaran bisa juga berarti mematikan bisnis secara perlahan.

Kehabisan uang

Alasan yang satu ini erat kaitannya dengan alasan sebelumnya, strategi pemasaran. Bisnis sering menaruh investasi yang berlebih di area pemasaran. Istilah jaman sekarang “bakar uang” untuk menarik banyak pelanggan. Sialnya, jika ini tidak dilakukan dengan terukur akan menjadi mimpi buruk. Kehabisan bensin. Uang atau modal mungkin menjadi yang utama alasan mengapa bisnis tetap berjalan, kesalahan perhitungan menempatkan uang, terlalu boros bisa menghabiskan bahan bakar bisnis ini yang akhirnya bermuara pada kegagalan bisnis. Tidak sedikit startup di Indonesia yang tutup dengan alasan kehabisan modal.

Bagaimana Seharusnya Mendengarkan Kritik

Setiap orang pada dasarnya selalu membutuhkan masukkan atau umpan balik dari orang lain. Tujuannya untuk mengoreksi yang kurang dan menambah sesuatu yang lebih baik. Tak hanya soal bisnis, orang-orang di dalamnya juga harus belajar menerima masukan. Terlebih startup yang notabene perusahaan baru yang membutuhkan banyak pemikiran, masukan, dan inovasi.

Berikut ini adalah tips bagaimana seharusnya mendengarkan kritik atau masukkan.

Diam sejenak

Inti dari masukan adalah mendengarkan. Kadang ketika kita membaca atau mendengar langsung masukkan dari orang lain otak kita akan langsung beraksi untuk menolak. Gambaran-gambaran pemikiran seperti “Itu benar, tapi . . .” atau “kamu salah, yang dimaksud adalah . . .” akan langsung terbayang. Ini lazim dilalui oleh banyak orang.

Untuk bisa mendapatkan maksud penuh dan berpikir jernih tentang argumen seseorang, kita perlu diam sejenak untuk setidaknya membiarkan opini terbaca atau terdengar sampai habis untuk bisa mendapatkan maksud yang lebih jelas. Termasuk memberikan waktu untuk berpikir reaksi seperti apa yang akan kita pilih.

Ucapkan terima kasih

Ucapan terima kasih ini penting untuk menjaga hubungan baik dengan orang yang memberi masukkan. Hal mendasar dalam komunikasi. Terlebih bagi startup yang sedang berkembang, menjaga hubungan baik dengan sesama tim maupun dengan pelanggan penting adanya. “Terima kasih” bisa membantu mencairkan suasana jika kritik atau masukkan yang diberikan terlalu keras dan “pedas”.

Mendengarkan dengan penasaran

Untuk bisa sepenuhnya menerima kritik dan masukkan kita harus bisa masuk dalam pembicaraan, baik lewat tulisan atau pembicaraan langsung. Untuk masuk dan terhubung dengan suatu pembicaraan kritik dan masukkan usahakan untuk selalu penasaran. Cari tahu apa yang sebenarnya menjadi obyek yang dibicarakan, cari tahu sebabnya, dan cari tahu apa yang mereka harapkan.

Semakin dalam kita terlibat dalam pembicaraan, semaki jelas seperti apa yang mereka maksud dan mereka inginkan. Hal ini bukan hal mudah. Karena pada dasarnya mendengarkan bukan hal mudah untuk dilakukan dengan baik.

Cari pola

Kritik dan masukan harusnya tidak dibiarkan begitu saja. Harus ada usaha untuk kita lebih baik dan menghindari kesalahan yang sama. Untuk itu diperlukan pencarian pola kritik. Hal ini sedikit banyak membantu kita mengkategorikan hal apa yang sering menjadi obyek kritik atau masukan.

Jika terlalu banyak yang memberikan masukan untuk obyek yang sama mungkin bisa berarti obyek tersebut memang seharusnya diperbaiki. Misalnya sebuah startup meluncurkan sebuah fitur baru. Alih-alih mendapat sambutan yang positif fitur malah banyak menuai kritik dan saran. Di situlah harusnya startup berbenah.