Karyakarsa Creator Appreciation Platform to Target 1000 Creators in a Years

Karyakarsa creator appreciation platform is finally launched to the public. After three-month preparation, the new startup claims to have 100 creators joined the platform.

After being introduced in June 2019, Karyakarsa starts the engine by having a discussion with the creators on Friday (9/13). As the Founder and CEO, Ario Tamat and the Advisor, Pandji Pragiwaksono and Aria Rajasa also participated in the event.

It has come to the conclusion that there’s an alternative income for the creators from their fans. Karyakarsa has adopted the Patreon concept for the local market, they tried to fill up the blank on the platform which can connect creators with their fans.

“Imagine if the 1,000 people willing to give Rp10,000, it’ll make Rp10 million,” Ario explained.

Indonesian creator is said to have difficulty for alternative income besides sponsor, endorsement, or merchandise using basic support as fans. On the other side, Karyakarsa, on its research, found 36 million people willing to pay for their favorite creators.

Fanbase becomes essential in this business model. The more fans, the bigger amount will get into the creator’s pocket. The fundraising method is ‘pay as you go’, means the fans can give as many they want anytime they will. Meanwhile, the subscription option is still on progress.

Karyakarsa to take 10 percent of each transaction made on the platform. “It includes the transaction fee and others,” he added.

To date, Gopay is still the only payment method on Karyakarsa, Ovo is soon available. He also mentioned that they’ve tried adding bank transfer method for the bigger amount.

From the 100 registered creators, the other hundred is going to register soon. Ario has in mind to target 1,000 creators within a year.

In addition to acquiring creators, as a bootstrap business, he currently looking for investors to expand Karyakarsa. He also said this platform is to grow bigger, considering the big market and healthy competition.

“It means validation, a big potential, and our belief in fans that willing to pay, it doesn’t matter who’s the winner,” he said.

Karyakarsa is currently accessible through the website. From all creators who joined the platform, some are popular names, such as Pandji Pragiwaksono, Sunny Gho the comic, Ditta Sarasvati the illustrator, and Bena Kribo the content creator.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Platform Apresiasi Kreator Karyakarsa Targetkan Gandeng 1000 Kreator dalam Setahun

Platform apresiasi kreator Karyakarsa akhirnya memperkenalkan diri ke publik. Tiga bulan mempersiapkan diri, startup baru ini mengklaim 100 kreator sudah bergabung ke dalam platform tersebut.

Memperkenalkan diri sejak Juni 2019, Karyakarsa langsung tancap gas dengan mengadakan diskusi dengan para kreator pada Jumat (13/9) lalu. Dalam kesempatan itu hadir CEO dan Founder Karyakarsa Ario Tamat dan Advisor Pandji Pragiwaksono dan Aria Rajasa.

Diskusi itu menyepakati bahwa ada alternatif pemasukan yang dapat dinikmati para kreator dari penikmat karya mereka. Karyakarsa, mengadopsi konsep Patreon untuk pasar lokal, menyadari hal itu dan berusaha mengisi kekosongan platform yang dapat menjembatani kreator dan penikmat karyanya.

“Coba bayangin aja dari 1.000 orang masing-masing kasih Rp10.000, sudah dapat Rp10 juta,” ujar Ario memberi contoh.

Kreator di Indonesia selama ini dianggap memiliki kesulitan dalam memperoleh arus pemasukan alternatif di samping sponsor, endorsement, atau merchandise dengan memanfaatkan dukungan basis penikmat karya. Di sisi lain, Karyakarsa, dalam risetnya, menemukan ada 36 juta orang yang rela mengeluarkan uangnya untuk menikmati karya kreator idolanya.

Fanbase menjadi penting dalam model bisnis urun dana Karyakarsa ini. Semakin besar jumlah penikmat karya, kemungkinan pemasukan yang masuk ke pundi-pundi kreator pun akan lebih besar. Metode urun dana yang dipakai Karyakarsa masih pay as you go, artinya penikmat karya dapat memberikan uang kapan pun dan berapa pun yang mereka kehendaki. Sementara untuk opsi berlangganan yang pada peluncuran lalu diumumkan masih menunggu waktu untuk diberlakukan.

Karyakarsa sendiri akan mengutip 10 persen dari setiap transaksi yang terjadi dalam platform mereka. “Itu sudah termasuk biaya transaksi dan lainnya,” imbuh Ario.

Sejauh ini Gopay masih menjadi satu-satunya metode pembayaran yang dapat dipakai di Karyakarsa–yang segera disusul Ovo dalam waktu dekat. Ario menambahkan, pihaknya juga mengupayakan metode transfer bank untuk mengakomodasi nominal yang lebih besar.

Dari 100 kreator yang sudah terdaftar, ada 100 kreator lainnya yang segera bergabung dengan Karyakarsa. Menurut Ario, jumlah kreator yang ditargetkan bergabung sebanyak 1.000 dalam satu tahun ini.

Selain fokus menjaring lebih banyak kreator untuk bergabung, Ario mengaku masih mencari investor untuk membesarkan Karyakarsa yang masih bersifat bootstrap ini. Ia meyakini platform apresiasi untuk kreator ini dapat berkembang lebih jauh mengingat potensi pasarnya yang besar plus kompetisi yang sehat.

“Itu berarti ada validasi, potensinya benar, dan kepercayaan kita bahwa fan mau bayar karya itu benar, tinggal siapa yang menang itu masalah lain,” pungkas Ario.

Karyakarsa saat ini hanya dapat diakses melalui situs web. Dari sekian banyak kreator yang sudah bergabung, beberapa di antaranya sudah punya nama besar seperti komika Pandji Pragiwaksono, komikus Sunny Gho, ilustrator Ditta Sarasvati, hingga konten kreator Bena Kribo.

Tiga Hal yang Perlu Dicermati Startup saat Melakukan Penggalangan Dana

Kesuksesan yang telah diraih Aria Rajasa Masna dengan bisnis yang telah dibangun, yaitu gantibaju dan Tees, bisa dijadikan inspirasi kepada calon entrepreneur. Meskipun tidak selalu berjalan mulus sejak awal, dengan Tees Aria bersama mitra dan investor sudah menemukan produk yang tepat dan pasar yang sesuai untuk bisnis yang dijalankan.

Dalam sesi #SelasaStartup yang diselenggarakan DailySocial, Co-Founder dan CEO Tees Aria Rajasa Masna berbagi pengalaman, tips, dan trik yang wajib diketahui calon pelaku startup ketika tengah bersiap melakukan penggalangan dana.

Hindari melakukan penggalangan dana saat startup baru dibangun

Di masa awal startup dibangun, yang menjadi fokus utama adalah bagaimana ide yang dimiliki mampu diimplementasikan menjadi produk yang berfungsi dengan baik melalui percobaan hingga menentukan target pasar. Menjadi hal yang kurang ideal untuk melakukan penggalangan dana di masa itu, karena pada umumnya startup belum memiliki kesiapan dari sisi materi hingga mental untuk mengelola pendanaan tersebut.

Di masa awal ini, pendiri startup juga wajib untuk mempelajari manajemen hingga hal-hal teknis terkait dengan bisnis yang akan dijalankan. Jika pendiri tidak memiliki cukup pengalaman dan pengetahuan, ada baiknya untuk mengajak rekan bisnis yang memiliki kemampuan dan pengalaman tersebut.

“Menjadi hal yang penting bagi startup untuk membentuk tim terlebih dahulu ketika startup baru dibangun. Dengan demikian ketika nantinya produk sudah siap dan target pasar telah ditentukan, startup pun bisa menentukan langkah berikutnya yaitu pertumbuhan atau growth,” kata Aria.

Penting bagi startup untuk melakukan product market fit terlebih dahulu, sebelum kegiatan penggalangan dana dilakukan hingga meluncurkan produk. Proses Product Market Fit yang tidak dilakukan sejak awal, akan mempengaruhi jalannya bisnis ke depannya.

“Lakukan market research terlebih dahulu, dan pastikan Anda memahami bisnis serta siapa target pasar yang paling sesuai untuk produk atau layanan yang bakal Anda hadirkan.”

Hal lain yang menjadi pertimbangan untuk tidak melakukan penggalangan dana kepada investor di masa awal startup adalah pembagian atau kesepakatan yang dituntut investor yang biasanya akan lebih merugikan startup baru ketimbang saat startup mulai tumbuh dan mengalami peningkatan yang positif.

Lakukan penggalangan dana ketika kondisi keuangan masih aman

Pengalaman menarik lainnya yang dibagikan Aria dalam sesi tanya jawab #SelasaStartup adalah ketika akhirnya Tees mendapatkan investor yang tertarik untuk menanamkan modal, Aria dan tim tidak pernah secara langsung melakukan kegiatan penggalangan dana. Semua berjalan secara organik berdasarkan pertumbuhan dan pendapatan yang telah diraih.

“Ketika bisnis sudah mulai menunjukkan pendapatan yang stabil, biasanya akan datang penawaran dari investor untuk memberikan pendanaan kepada startup Anda. Intinya adalah tunjukkan terlebih dahulu potensi dari bisnis Anda, agar bisa menarik perhatian investor yang tepat untuk berinvestasi.”

Saat pendanaan pada akhirnya didapatkan, gunakan uang tersebut dengan bijak, jangan terlalu fokus kepada hal-hal yang tidak relevan namun prioritaskan rencana dan goal dari bisnis Anda ke depannya.

“Kebanyakan ketika startup telah mendapatkan funding lebih memikirkan untuk eksistensi. Idealnya pendanaan yang dimiliki bisa digunakan untuk mendorong pertumbuhan startup. Apakah itu menambah jumlah pengguna, unduhan aplikasi dan lainnya,” kata Aria.

Bina hubungan baik dengan investor

Melakukan pendekatan dengan investor terutama untuk Anda pemilik startup baru, memerlukan waktu yang lama dan pengenalan yang baik dengan investor dari VC hingga angel investor. Biasanya investor akan lebih mudah didekati ketika telah mengenal Anda pemilik startup sebelumnya, dibandingkan dengan pemilik startup baru yang belum dikenal. Untuk itu ada baiknya untuk memiliki kenalan atau rekomendasi dari pelaku startup lainnya kepada investor yang Anda incar untuk mulai melakukan pitching atau presentasi.

“Cara terbaik adalah membina hubungan baik terlebih dahulu, yaitu berkenalan antara Anda dan investor. Lebih baik lagi jika Anda memiliki teman atau rekomendasi dari kalangan investor, karena biasanya investor lebih nyaman melakukan bisnis dengan orang yang sudah dikenal sebelumnya,” kata Aria.

Untuk itu lakukan terus networking dan perluas jaringan pertemanan dikalangan pelaku startup, investor, dan komunitas yang relevan.

Application Information Will Show Up Here

Ragam Pendekatan Pemasaran Startup

Tantangan dan persaingan lazim dalam sebuah bisnis. Sedikit berbeda jika kita berbicara mengenai bisnis startup. Sebagai bisnis rintisan ada tantangan awal yang harus dihadapi, yakni membangun produk berkualitas dan pemasarannya. Dua hal tersebut adalah hal utama. Untuk yang kedua, strateginya mungkin sedikit menarik. Pasalnya pengguna startup adalah mereka yang “melek” secara digital. Pendekatannya pun berbeda. Bertahap sesuai dengan target pasar masing-masing yang terus berkembang.

Di tahap awal misalnya, bisnis e-commerce, ride hailing, food delivery, teknologi finansial, dan beberapa segmen startup lain pasti akan memanfaatkan pendekatan ke arah digital untuk memasarkan produk atau layanan mereka. Posting blog, buzzer, posting berbayar di layanan media sosial, dan channel-channel pemasaran digital lain pasti akan dilakukan. Karena para “masyarakat digital” ini akan membantu menyebarkan informasi produk mereka secara lebih luas.

Dalam sebuah laporan berjudul “CMO Spend Survey 2016 – 2017” yang dikeluarkan Gartner, disebutkan bahwa digital advertising menjadi tiga hal teratas untuk alokasi dana dalam sebuah perusahaan. Kurang lebih ada 65% responden, yang merupakan pimpinan di sektor marketing menyebutkan akan menambah jumlah dana untuk digital advertising di tahun 2017 ini.

Dengan reach yang yang bisa ditentukan merupakan salah satu kelebihan pemasaran melalui channel digital. Hal ini dirasa lebih efektif karena bisa sampai tepat sasaran. Tren viralnya sebuah berita juga menjadi salah satu cara untuk mengenalkan dan memasukkan sebuah produk atau layanan untuk bisa dibicarakan lebih banyak orang baik di aktivitas digital maupun aktivitas sehari-hari.

Konvensional yang masih tetap bermanfaat

Meski tren digital terus tumbuh, strategi pemasaran konvensional masih tetap bisa mendulang manfaat. Dengan ceruk yang berbeda, strategi konvensional ditujukan untuk mengambil perhatian masyarakat yang sampai sekarang masih “non digital”, atau mempertebal informasi yang di dapat dari ranah digital karena media-media penyiaran seperti TV, radio, koran, baliho, dan media pemasaran offline lainnya masih memegang penting untuk penyebaran informasi yang luas.

Salah satu startup yang berbagi cerita mengenai strategi pemasarannya adalah Bukalapak. Senior Brand & Communication Manager Bukalapak Oci Ambrosia menjelaskan bahwa Bukalapak memanfaatkan beberapa strategi pemasaran baik offline maupun online. Untuk offline bisa dilihat dari aktifnya Bukalapak berpromosi melalui iklan di televisi, sedang untuk online bisa dilihat dari video YouTube atau melalui media sosial.

“Melalui media sosial media biasanya kampanye bisa lebih terukur, dan kita bisa cepat mengevaluasi jika kampanyenya kurang efektif. Dan ini juga tergantung juga dengan target consumer / demographic consumer yang berbeda. Penggunaan social media itu memiliki ketergantungan dari banyak faktor dan target audience menjadi salah satu faktor untuk keefektifan penyampaian brand/pesan. Tetapi secara keseluruhan, social media dan online presence sangatlah penting untuk sebuah perusahaan, maupun individu untuk menjangkau dan merangkul konsumen dan audience secara luas.”

Beberapa startup juga memiliki strategi serupa. Memanfaatkan online dan offline secara bersamaan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang produk mereka. Kebanyakan adalah mereka yang bergerak di sektor travel dan e-commerce.

Media sosial untuk membangun citra

Selain Bukalapak, dua bisnis e-commerce dengan niche yang berbeda yakni Wearinasia dan Tees juga membagikan cerita mengenai strategi pemasaran mereka. Bagi keduanya, media sosial memegang peran penting. Wearinasia misalnya, sebagai salah satu e-commerce yang memiliki niche cukup unik, menjual perangkat wearable, drone, dan camera, media sosial dijadikan tempat untuk membangun kredibilitas mereka di ranah digital.

“Media sosial kami gunakan sebagai medium untuk menambah kredibilitas secara online, misalnya dengan memberikan kode voucher bagi mereka yang foto saat pick up produk (layanan O2O). Dan kami gunakan juga untuk menginspirasi, misalnya dengan memberikan hasil-hasil photoshoot atau review produk,” ungkap CMO Wearinasia Andrew Gunawan.

Meski demikian, salah satu channel pemasaran yang cukup efektif bagi Wearinasia ada pada katalog di situs mereka. Dengan katalog yang informatif dan menjelaskan produk dengan detil pengguna bisa menjadi lebih tertarik.

Hal tidak jauh beda juga disampaikan Co-Founder dan CEO Tees Aria Rajasa mengenai penggunaan media sosial. Menurutnya media sosial dan partnership bersama dengan Google Ads dan Facebook Ads menjadi salah satu cara paling efektif untuk pemasaran Tees.

“Untuk social media kami mengandalkan para creators untuk menyebarkan desain mereka ke social media, efeknya secara kolektif jauh lebih tinggi dari akun-akun social media Tees itu sendiri. Kami memudahkan mereka untuk share, dan meng-encourage mereka dengan menginformasikan promo dan benefit tambahan lebih dahulu ke mereka sehingga mereka bisa menyebarkan ke teman-teman mereka lebih awal. Untuk partnership, kami melakukan banyak cross promotion dengan sesama [layanan] e-commerce maupun channel-channel lainnya yang mempunya audience besar,” ungkap Aria menjelaskan.

Tees juga berusaha mencari beberapa strategi pemasaran baru, salah satunya dengan menambah niche produk baru di Tees yang rencananya akan diluncurkan tahun ini.

Bias offline dan online yang semakin tebal

Banyak yang mengenal istilah dunia maya, sebuah asosiasi untuk kehidupan di internet, baik media sosial, forum, atau aktivitas lainnya. Dari segi istilah sebenarnya “dunia maya” sudah tidak pas untuk digunakan. Pasalnya kehidupan digital, kehidupan media sosial, forum, dan lain-lainnya sudah bersentuhan langsung dengan kehidupan nyata. Apa yang dibicarakan di ranah online sebenarnya juga menjadi pembicaraan di ranah offline. Begitu juga sebaliknya. Sangat mungkin sesuatu yang viral di dunia online (media sosial terutama) menjadi perbincangan di kehidupan masyarakat. Ini yang membuat startup  berinvestasi untuk masuk ke pemasaran digital.

Hubungan antara offline dan online inilah yang dicari. Dana yang harus dikeluarkan untuk beriklan di TV atau baliho tentu berbeda dengan yang dihabiskan untuk memasang artikel berbayar atau sekelompok buzzer untuk memasarkan sebuah produk.

Dalam beberapa tahun ke depan, pemasaran digital akan memegang peran penting. Hanya saja iklan konvensional masih tetap digunakan, terutama untuk menyasar pengguna baru yang belum sepenuhnya atau sama sekali tidak tersentuh kehidupan digital.

Pentingnya Mengamankan Domain .com untuk Bisnis Digital

Pentingnya domain .com untuk bisnis digital / Shutterstock

Domain .com seringkali digunakan untuk website-website komersial, namun tak jarang juga domain .com dianggap salah satu domain paling popular dan dapat mempopulerkan sebuah website. Co-Founder Y Combinator Paul Graham dalam tulisannya berpendapat bahwa jika Anda gagal mengamankan nama perusahaan berdomain .com, disarankan untuk lebih baik mengganti nama bisnis Anda. Lalu bagaimana pandangan pebisnis digital yang tidak memiliki domain .com ? Continue reading Pentingnya Mengamankan Domain .com untuk Bisnis Digital

Perhelatan B Dash Camp Kembali Digelar Pertengahan September 2015

bdash

B Dash Ventures, venture capital asal Jepang, kembali akan mengadakan perhelatan B Dash Camp pada 17-18 September 2015 nanti di Kyoto, Jepang. Meskipun diadakan di Jepang, tak menutup kemungkinan penggiat startup Indonesia untuk turut berpartisipasi dalam perhelatan yang bisa dimanfaatkan untuk memperluas networking ini.

Continue reading Perhelatan B Dash Camp Kembali Digelar Pertengahan September 2015

DScussion #18: Aria Rajasa Masna on Tees’ This Year Business Plans

Tees’ Co-Founder and Ceo Aria Rajasa Masna was this episode’s DScussion guest as he revealed about his business plans for this year after sealing an investment from a group of investors led by 500 Startups. The team plan on launching their official mobile app (before a third party app exists), opening a center for developers in Yogyakarta (they’re hiring local developers!), and expanding the market to Women category. Continue reading DScussion #18: Aria Rajasa Masna on Tees’ This Year Business Plans

DScussion #18: Aria Rajasa Masna tentang Rencana Bisnis Tees Tahun Ini

Co-Founder dan CEO Tees Aria Rajasa Masna / DScussion

Co-Founder dan CEO Tees Aria Rajasa Masna menjadi tamu DScussion kali ini dan membeberkan rencana bisnisnya tahun ini setelah perolehan pendanaan dari grup investor yang dipimpin oleh 500 Startups. Mereka berencana meluncurkan aplikasi mobile resminya sendiri (sebelum ada aplikasi pihak ketiga), membuka kantor khusus pengembang (mereka sedang merekrut talenta engineer lokal!) di Yogyakarta, dan memperluas pasarnya ke konsumen perempuan.

Continue reading DScussion #18: Aria Rajasa Masna tentang Rencana Bisnis Tees Tahun Ini

Ohdio dan Tees Hadirkan Layanan E-Commerce di Situs-Situs Musik Niche-nya

Kemitraan Ohdio dan Tees untuk Membangun Toko Online di Situs Muiche Milik Ohdio / DailySocial

Ohdio terus bereksperimen untuk meningkatkan value brand-nya di tahun 2015 ini. Setelah membangun beberapa situs musik niche dengan tema tertentu, kini mereka bermitra dengan toko merchandise online Tees dengan membuka segmen e-commerce bertema di situs LaguGalau, Lagu70an, Lagu80an, Lagu90an, dan Musikselamanya. Layanan ini optimal jika diakses melalui desktop.

Continue reading Ohdio dan Tees Hadirkan Layanan E-Commerce di Situs-Situs Musik Niche-nya

Startup Manja

Bagi saya, kata ‘startup’ sudah mulai kehilangan arti. Orang-orang sudah melupakan bagaimana startup biasanya dimulai: di garasi, dari ide cemerlang satu atau dua orang penuh semangat, tanpa modal besar sama sekali. Bukan cerita tentang sukses instan, melainkan tentang sekumpulan manusia kreatif yang melakukan segalanya untuk meraih mimpi. Continue reading Startup Manja