Uji Coba Closed Alpha Game Battlefield V Digelar Hari Ini

Setelah absen di 2017 karena tim EA DICE mencurahkan perhatiannya pada sekuel Star Wars Battlefront, franchise Battlefield akan hadir lagi di tahun ini melalui Battlefield V. Lewat permainan ketujuh di seri ini (terlepas dari angka lima pada judulnya), DICE kembali mengangkat latar belakang yang diusung permainan Battlefield pertama: Perang Dunia kedua.

Melalui website-nya, belum lama ini DICE mengabarkan rencana mereka untuk melangsungkan uji coba Closed Alpha Battlefield V, yang jatuh pada hari ini, Kamis 28 Juni 2018. Sejak beberapa tahun silam, EA hampir selalu mempersilakan para gamer mencicipi versi beta permainan mereka sebelum membeli. Namun sesuai namanya, sesi Closed Alpha ini mengindikasikan bahwa ada banyak hal yang masih harus developer poles dan hanya bisa diakses secara terbatas.

Alasan EA mengadakan Closed Alpha adalah untuk menguji kemampuan server secara intensif dan mencari tahu hal apa lagi di gameplay yang dapat diperbaiki lewat masukan dari para partisipan. Meskipun pengalaman bermainan Battlefield V versi alpha mungkin akan berbeda dari edisi retail karena kondisinya masih belum rampung, DICE berjanji buat memastikan game tetap stabil dan seimbang.

BFV 2

Lewat Closed Alpha, developer mencoba mencurahkan perhatian mereka pada dua aspek: gameplay dan teknis.

Di segi gameplay, DICE ingin mengeksplorasi keseimbangan peta game, persenjataan dan kendaraan; termasuk pemanfaatan sistem revive sampai menentukan tingkat health serta jumlah amunisi yang ideal. Selanjutnya, mereka juga penasaran bagaimana respons tester terhadap sistem ‘immersion’ dan ‘attrition‘ baru yang developer implementasikan.

BFV 4

BFV 3

Di aspek teknis, Closed Alpha memungkinkan DICE mempelajari karakteristik pemain saat berada di ekosistem live. Selain itu, mereka berencana untuk mengumpulkan data terkait server, konektivitas backend, hingga mengetes fungsi matchmaking.

Sesi tes alpha tertutup ini hanya dapat diikuti oleh gamer di PC. Wilayah aksesnya juga boleh dibilang sangat terbatas, hanya dibuka buat sejumput pemain terpilih yang tinggal negara-negara di benua Eropa dan Amerika. Akses tersebut diberikan lewat kode yang bisa di-redeem di software client Origin.

BFV 1

Battlefield V Closed Alpha digelar hari ini dan akan berlangsung ‘dalam waktu singkat’. EA sudah mengumumkan daftar hardware PC yang dibutuhkan untuk menjalankan permainan. Walaupun daftar ini belum final, kita bisa mengira-ngira PC seperti apa yang dibutuhkan agar versi retail Battlefield V berjalan mulus. Tebakan saya, system requirements ‘resminya’ mungkin akan lebih rendah lagi.

Segala Hal yang Perlu Anda Ketahui Mengenai Battlefield V

Bocoran eksistensi dari Battlefield V di bulan Maret silam menguak rahasia lebih dalam mengenai strategi EA. Dari keterangan narasumber, sang publisher memang sudah berencana mengem-balikan seri Battlefield ke era Perang Dunia 2, namun mereka tak mau melakukannya buru-buru. Electronic Arts sendiri baru menyingkap detail permainan lewat acara live reveal kemarin.

Sesuai dengan laporan para informan, memang benar, Battlefield V kembali mengusung latar belakang serupa permainan pertama di seri ini yang dilepas 16 tahun silam, Battlefield 1942. Tapi tim EA DICE tak ingin sekadar ‘me-remaster‘ konten permainan klasik itu. Mereka mau membawa Anda ke lokasi-lokasi yang belum pernah dilihat sembari menyajikan kisah yang belum pernah diceritakan.

Sejumlah konten yang sempat ada di Battlefield 1 dihadirkan lagi di Battlefield V, di antaranya mode-mode multiplayer seperti Conquest, Frontlines, Domination, Team Deathmatch, dan Breakthrough; termasuk campaign ‘War Stories’. Mode single-player di Battlefield V mengisahkan perjuangan tentara pemberontak Norwegia semasa penjajahan Jerman. Berbeda dari kisah kolosal ala Saving Private Ryan dan Band of Brothers, yang mereka perjuangkan adalah keselamatan orang-orang terdekatnya.

Battlefield V 1

Battlefield V tentu tak lupa menyajikan beragam konten baru. Satu contohnya ialah Grand Operations, yang menggantikan Operations di Battlefield 1. Di sana, tim diadu dalam peta dengan mode permainan berbeda selama ‘tiga sampai empat hari’. Hari mewakilkan satu match, dan hasil pertempuran akan memengaruhi match selanjutnya. Misalnya: keberhasilan tim Anda untuk menghancurkan artileri lawan berefek pada jumlah kendaraan yang bisa dipakai di ‘hari’ berikutnya.

Battlefield V 3

Selain itu, Anda juga dapat menikmati mode kooperatif empat pemain bernama Combined Arms. DICE belum mengungkap info mengenainya lebih rinci, namun penjelasan mereka mengingatkan saya pada Left 4 Dead dan Bad Company 2. Mode coop ini dilengkapi misi dan narasinya sendiri, lalu kegagalan seseorang dalam melaksanakan tugasnya bisa memberi dampak pada seluruh rekan satu timnya.

Battlefield V 2

Saat memulai pertempuran, Anda tidak lagi dibekali pasokan amunisi dan peledak secara penuh. Anda harus mengisi perbekalan di tiap zona objektif atau meminta dari teman satu tim. DICE tetap menyajikan empat pilihan kelas, yakni Assault, Support, Medic, serta Scout. Tapi menariknya, semua orang berkesempatan untuk ‘menghidupkan lagi’ rekan yang tumbang, sebelum Medic mengobatinya.

Modifikasi lain, yang menurut saya sangat berarti karena EA sepertinya sudah belajar dari kekeliruan mereka di Battlefront II, adalah dihilangkannya premium pass dan sistem loot box. Semua mode dan peta pascarilis dihadirkan gratis, kemudian segala item yang ada di store cuma bersifat kosmetik. Item-item tersebut bisa Anda beli memakai uang sungguhan, kredit in-game atau diperoleh dengan bermain.

Battlefield V rencananya akan hadir lebih dulu di Origin/EA Access pada tanggal 11 Oktober 2018, kemudian dilepas serentak di PC, Xbox One dan PlayStation 4 pada tanggal 19 Oktober. Rekaman acara live reveal-nya bisa Anda simak di bawah:

Bethesda Umumkan Rage 2, Konten Seperti Apa yang Dihidangkan oleh FPS Baru Ini?

Begitu cemerlangnya beberapa karya fiksi membuat mereka mjadi inspirasi bagi kreator fiksi lain. Mad Max contohnya. Ada banyak video game yang mengadopsi tema distopia kreasi George Miller itu, dari mulai Twisted Metal, Fallout, Borderlands hingga Rage. Dan di antara judul-judul tersebut, mungkin Rage-lah yang mempunyai paling banyak kesamaan dengan Mad Max.

Tujuh tahun setelah permainan first-person shooter garapan id Software tersebut dirilis, Bethesda Softworks mengumumkan eksistensi dari Rage 2, memublikasikan trailer gameplay perdana, sembari menyingkap sejumlah detail terkait sekuel ini. Hal paling menarik dari pengembangan Rage 2 adalah, id Software tidak lagi bekerja sendiri. Mereka turut dibantu oleh para talenta di belakang seri Just Cause: Avalanche Studios.

Rage 2 memperkenalkan tokoh protagonis baru. Anda tak lagi bermain sebagai Nicholas Raine. Kali ini narasi difokuskan pada seorang ‘Ranger dari Vineland terakhir’ bernama Walker. Walker terpaksa harus bertarung demi menjaga kedamaian di gurun tandus tempat ia lahir. Selain persenjataan tradisional, petualangannya ditemani oleh berbagai macam kendaraan off-road serta ‘kekuatan-kekuatan aneh’.

Menurut Bethesda, kolaborasi antara id Software dan Avalanche Studios merupakan perpaduan ideal. id Software ialah empunya permainan-permainan shooter, sedangkan Avalanche sangat mahir dalam menggarap game sandbox. Selain aksi tukar peluru, Rage 2 tentu saja akan kembali menyajikan adegan-adegan pertempuran di atas kendaraan.

Namun berbeda dari jagat Mad Max yang tandus, dunia open world Rage 2 punya ekosistem lebih beragam. Selain gurun pasir, Anda dapat menjelajahi rawa-rawa sampai hutan rimba. Tapi kita perlu berhati-hati, karena mayoritas penghuni tempat ini tidak bersahabat buat pendatang. Anggota gang kriminal dan mutan berbahaya memenuhi dunianya, kemudian Anda juga akan berhadapan lagi dengan karakter-karakter antagonis dari permainan pertama.

Rage 2 1

Demi menghadapi musuh yang beragam, Anda dituntut untuk cekatan dalam beradaptasi. Beberapa senjata dan perlengkapan ideal untuk menangani lawan tertentu, tetapi mungkin kurang efektif buat mengadapi musuh lainnya. Di dalam tubuh Walker mengalir darah Arkist yang memberikannya kemampuan ala Jedi seperti lompat tinggi hingga telekinesis.

Rage 2 2

Bethesda belum mengungkap tanggal rilis Rage 2 secara spesifik, hanya bilang akan melepasnya di PC, Xbox One dan PS4 pada tahun 2019. Kemungkinan besar, game ini akan jadi judul andalan sang publisher di E3 2018.

Menakar dari gameplay trailer dan video komersial live-action-nya, buat saya Rage 2 lebih terasa seperti sekuel Borderlands ketimbang pendahulunya. Apakah ini merupakan respons Bethesda terhadap ketidaksabaran fans menanti pelepasan Borderlands 3 yang tak kunjung tiba?

[Rumor] Battlefield V Juga Akan Hidangkan Mode Battle Royale?

Berdasarkan laporan tim analis Newzoo di akhir bulan Maret kemarin, begitu besarnya fenomena battle royale, hampir sepertiga gamer di platform PC saat ini tengah menikmati genre last man standing itu. Dan meski jadi pionir, jumlah pemain PUBG ternyata berhasil dilewati oleh Fortnite dengan 16,3 versus 14,6 persen. Dan kini, para developer besar maupun kecil tampak berbondong-bondong memeriahkan pesta battle royale.

Berita besar terkait battle royale terdengar belum lama ini. Kemarin, sejumlah narasumber menyampaikan bahwa Activision berencana menggantikan mode campaign single-player tradisional di Call of Duty: Black Ops 4 dengan battle royale. Dan berdasarkan laporan terkini, formula serupa kemungkinan juga akan diterapkan sang rival, Electronic Arts, di permainan terbaru seri Battlefield.

Kepada VentureBeat, seorang narasumber anonim yang mengklaim punya kedekatan dengan DICE menyampaikan bahwa studio asal Swedia itu sedang menguji mode battle royale untuk dibubuhkan pada Battlefield V. Meski eksistensinya sudah diketahui sejak awal bulan Maret 2018 berkat bocoran screenshot versi developer build, EA sebetulnya belum mengumumkan Battlefield V secara resmi.

Menurut sang informan, saat ini pengembangan mode battle royale masih berada di tahap purwarupa dan belum mendapatkan persetujuan dari Electronic Arts. Kita boleh berasumsi, porsi ini akan menghidangkan medan tempur berisi ratusan pemain. Namun bahkan jika akhirnya nanti memperoleh lampu hijau dari sang publisher, penerapannya boleh jadi berbeda dari ekspektasi kita.

Ada kemungkinan battle royale di Battlefield V dihadirkan sebagai update, akan menyusul setelah permainan itu dirilis. EA sendiri punya banyak pengalaman dalam menyuguhkan DLC. Konten-konten tambahan pasca-rilis ini menjadi salah satu elemen krusial dalam memperpanjang umur game mereka. Tapi kita tahu, kekeliruan publisher dalam penyajian microtransaction di Battlefront II sempat menuai kontroversi.

Walaupun bukan game pertama yang mengusungnya, PlayerUnknown’s Battlegrounds punya andil besar dalam mempopulerkan battle royale. Sejak versi early access-nya tersedia tahun lalu, kita telah menyaksikan sendiri bagaimana ia berhasil menumbangkan Dota 2 sebagai permainan terpopuler di Steam. PUBG juga memulai demam battle royale, yang menyebabkan banyak developer – besar ataupun kecil – turut mengadopsi genre ini.

Melihat dari perspektif tersebut, kesempatan untuk menghasilkan pemasukan dari battle royale memang terlalu menggiurkan untuk diabaikan, apalagi kita membahas perusahaan game seperti EA. Namun jika semua developer berlomba-lomba menyajikan mode last man standing tanpa memberikan inovasi berarti, saya khawatir di waktu dekat genre ini akan jadi membosankan.

Call of Duty: Black Ops 4 Tidak Menyajikan Single-Player, Melainkan Battle Royale?

Sejak Call of Duty memulai kiprahnya 15 tahun silam, mode campaign single-player merupakan bagian tak terpisahkan dari permainan ini. Melalui campaign, studio-studio seperti Infinity Ward, Treyarch dan Sledgehammer Games bisa menyampaikan cerita. Tetapi sejumlah berita menyatakan bahwa kemungkinan permainan terbaru di seri itu akan menanggalkan single-player.

Informasi tersebut dilaporkan oleh sejumlah narasumber anonim pada Polygon. Informan-informan itu menyatakan bahwa Call of Duty: Black Ops 4 akan didistribusikan tanpa konten campaign standar. Activision sejauh ini belum memberikan tanggapan, hanya bilang mereka tidak mau mengomentari rumor dan spekulasi. Sang publisher tetap berniat untuk mengungkap seluruh detail mengenai game shooter anyar mereka di tanggal 17 Mei 2018.

Menurut narasumber, alasan dihilangkannya campaign single-player dari Black Ops 4 adalah karena proses pengembangan mode tersebut belum rampung. Informan lain menyatakan, hal ini disebabkan oleh keputusan Treyarch buat mengekspansi multiplayer, diarahkan ke mode Zombie yang populer di seri Black Ops, sehingga mereka tidak bisa menyelesaikan single-player. Sebagai penggantinya, Treyarch akan mencantumkan mode kooperatif.

Situs fan Call of Duty Charlie Intel malah punya info yang lebih spektakuler. Narasumbernya mengabarkan bahwa Activision punya agenda untuk membubuhkan mode battle royale di Black Ops 4 sebagai respons kepopularitasan formula last man standing itu di kalangan gamer. Menariknya, bagian ini tidak dikerjakan Treyarch, melain oleh Raven Software yang sempat membantu pengembangan Black Ops III, Infinite Warfare, serta Modern Warfare Remastered.

Kabar serupa juga diungkapkan oleh Kotaku berdasarkan sumbernya sendiri. Buat Anda yang belum familier dengan battle royale, mode ini mengadu pemain dalam satu arena besar dan menantang mereka untuk bertahan hidup selama mungkin. Orang yang terakhir masih hidup keluar sebagai pemenangnya. Sejumlah permainan battle royale juga mempersilakan gamer buat menghimpun timnya sendiri.

Dalam perjalanan Call of Duty, multiplayer perlahan-lahan berevolusi hingga eksistensinya tak hanya jadi pelengkap, namun berperan sebagai bagian krusial yang bisa memperpanjang usia permainan. Tapi apakah menghilangkan single-player merupakan langkah tepat? Buat saya pribadi, mode campaign serta segala elemen sinematik di dalamnya ialah identitas penting dari seri Call of Duty.

Dan betulkah penyebab hilangnya single-player dikarenakan kurangnya waktu pengembangan? Jika memang butuh waktu lebih banyak, apa salahnya mengundur peluncuran game ini? Lalu seandainya Activision benar-benar ingin menyajikan battle royale, akan lebih baik bagi mereka untuk mengikuti jejak Fortnite dengan menghidangkan dua game secara terpisah.

Akankah Overwatch Akhirnya Mendapatkan Mode Campaign?

Beberapa jam lalu, Blizzard resmi memulai event Retribution di Overwatch sebagai kelanjutan dari Uprising yang dilangsungkan tahun lalu. Seperti Uprising, Retribution fokus pada cerita latar belakang terciptanya tim Overwatch, mengisahkan petualangan sejumlah karakter sebelum permainan ini dimulai, disuguhkan melalui mode multiplayer kooperatif PvE.

Aspek paling istimewa dari event-event seperti ini adalah bagaimana developer menggarapnya dengan begitu apik. Retribution menyuguhkan intro sinematik, dibekali voice acting serta percakapan antar-karakter yang sangat natural. Mungkin hal ini membuat kita bertanya-tanya, mengapa Blizzard Entertainment tidak sekalian membubuhkan mode campaign di permainan shooter populer tersebut?

Pertanyaan yang sama juga diajukan oleh Eurogamer pada game director Jeff Kaplan. Sang otak di belakang suksesnya Overwatch itu menjelaskan bahwa memang dari awal permainan didesain untuk menyajikan pengalaman player versus player. Menurutnya, arahan tersebut terbukti tepat karena berkat formula ini, Overwatch berhasil menghimpun lebih dari 35 juta pemain di seluruh dunia.

Meski begitu, Kaplan mengakui bahwa timnya memang juga sangat menikmati mengerjakan mode PvE atau player versus environment. Melalui gameplay kooperatif, developer jadi lebih mudah menghidangkan elemen cerita. Blizzard sendiri sangat berpengalaman dalam menggarap PvE, sudah mereka implementasikan di bagian campaign permainan StarCraft serta dihidangkan sebagai raid dalam World of Warcraft.

Jeff Kaplan bilang ia dan timnya sering sekali menerima pertanyaan seperti ini. Ternyata, developer berpikir bahwa kehadiran campaign di Overwatch ialah ide cemerlang, tapi upayanya boleh dibilang setara dengan mengembangkan permainan baru dari nol karena ada banyak hal yang harus dikerjakan. Walaupun Blizzard belum punya rencana untuk mengembangkannya, mereka tetap akan mempertimbangkannya.

Retribution merupakan bagian dari seri misi ‘Overwatch Archives’, berlangsung mulai tanggal 10 April kemarin dan akan berakhir pada 30 April nanti. Selama periode itu, Uprising juga bisa dimainkan kembali. Di mode ‘utama’ Retribution maupun Uprising, game hanya memberikan empat pilihan karakter, namun Blizzard juga menyediakan mode all-heroes yang mempersilakan gamer menggunakan tokoh apapun di sana.

Anda akan mendapatkan loot box edisi spesial begitu sukses mengerjakan misi-misi Overwatch Archives atau dengan menyelesaikan tantangan mingguan. Retribution bisa langsung diakses dari menu permainan, sedangkan Uprising menjadi bagian dari mode Arcade.

Dengan dilaksanakannya Retribution, ada kemungkinan besar Blizzard akan kembali menggelar event PvE ‘limited time‘ sejenis di tahun depan. Namun saya penasaran, mengapa developer tidak sekalian membiarkan kita menikmati Overwatch Archives setiap saat?

Humble Bundle Membagikan Game The Darkness II Gratis, Waktunya Terbatas

Ada banyak game menarik dirilis di bulan Maret ini. Saat ini saya sedang fokus pada Ni No Kuni II, beberapa orang mungkin masih disibukkan oleh Final Fantasy XV Windows Edition, dan saya juga melihat sejumlah kawan mulai menikmati Far Cry 5. Namun jangan sedih jika Anda sedang tidak punya modal untuk membeli permainan baru di bulan ini karena saya punya berita gembira.

Setelah menyodorkan F1 2015 secara cuma-cuma akhir minggu lalu, platform distribusi digital Humble Bundle mulai membagi-bagikan permainan gratis lagi. Kali ini game-nya mengusung formula shooter, sekuel dari adaptasi komik dark fantasy Top Cow Productions, The Darkness II. Program bagi-bagi The Darkness II ini merupakan bagian dari promo diskon dan ‘bayar-sesuka-Anda’ yang tengah Humble Store langsungkan.

The Darkness II ialah game shooter penerus kisah petualangan seorang pembunuh bayaran mafia Jackie Estacado. Di dalam tubuhnya, Jackie menyimpan kekuatan jahat bernama ‘The Darkness’, ruh kekacauan yang memberinya segala macam kekuatan supernatural. Efek sampingnya, The Darkness mengancam kewarasan Jackie, pada pada dasarnya, eksistensinya membahayakan jiwa inangnya.

Seperti komiknya, The Darkness II adalah permainan untuk dewasa karena kental dengan tema kekearasan. Selain mode campaign single-player, game yang dirilis di tahun 2012 ini juga menyajikan mode multiplayer co-op empat pemain. Grafis cel-shading ala ilutstrasi dua dimensinya juga membuat visual permainan terlihat tak lekang oleh waktu walaupun usianya sudah menginjak enam tahun.

Cara memperoleh The Darkness II secara gratis cukup mudah. Yang perlu Anda lakukan ialah melakukan log-in di Humble Store dan Steam. Setelah memasukkan game dalam cart dan ‘bertransaksi’, sebuah link ke laman baru akan dikirimkan ke email Anda. Page tersebut berisi kode redeem yang dapat ditebus di Steam. Selanjutnya, game menjadi milik Anda selamanya.

Tapi seperti biasa, waktu berlangsungnya bagi-bagi The Darkness II gratis ini sangat terbatas – hanya sampai hari Kamis tanggal 29 Maret pukul 00:00. Saran saya adalah, segera dapatkan permainan ini begitu Anda punya waktu luang.

Sama sekali tidak ada efek samping dari mendapatkan The Darkness II secara gratis. Di Steam, game masih dijual seharga Rp 200 ribu. Bahkan jika ada banyak permainan yang harus Anda selesaikan, atau mungkin Anda tidak tertarik dengan game ini, kehadiran The Darkness II bisa membantu menambah koleksi permainan di Steam.

[Game Playlist] Menengok Kembali Overwatch, 2 Tahun Setelah Dirilis

Di antara sejumlah developer papan atas dunia, Blizzard Entertainment boleh dikatakan sebagai studio dengan layanan purna jual terbaik. Tak seperti studio lain, mereka jarang sekali melepas judul baru, dan lebih fokus menyempurnakan serta memperkaya konten game-game yang sudah dirilis. Tidak heran jika Blizzard sukses menghimpun jutaan gamer setia.

Silakan lihat cara Blizzard memperlakukan judul-judul asuhannya, Overwatch contohnya. Dirilis bulan Mei 2016, game shooter pertama sang studio telah berubah dari permainan multiplayer casual menjadi game eSport ‘serius’. Saya sendiri sudah lama tak memainkannya, terhitung sejak awal 2017, karena ada banyak judul baru saat itu yang mencuri perhatian. Baru beberapa minggu ini saya mulai menekuninnya lagi secara intensif.

OW 3

Begitu memasukkan password di window log-in Battle.net, saya segera menyadari ada banyak hal penting terlewati: Summer Games 2017, Halloween Terror 2017, Winter Wonderland 2018, bahkan hingga event Tahun Baru Imlek 2018. Saya sangat menyesalkan hilangnya kesempatan untuk membeli skin-skin epic dan legendary, memaksa saya untuk menunggu event berikutnya dilangsungkan.

OW 4

Namun kembali fokus ke Overwatch adalah sebuah keputusan yang tak saya sesalkan. Saya juga menyadari lagi sejumlah aspek yang membuat orang jatuh cinta pada game ini: keunikan karakter-karakternya, bertambah kayanya opsi kustomisasi, dan juga kemudahan untuk mengakses permainan. Dan untuk game berusia hampir dua tahun, aspek visual Overwatch tidak kalah dari FPS-FPS baru. Saya belum tahu apakah Blizzard pernah menerapkan upgrade, tapi saat ini, game tetap terlihat memesona di opsi grafis Ultra.

OW 2

Sisi teknis adalah bagian paling mengagumkan dari Overwatch. Selain berjalan optimal di PC, fitur game ini terasa lebih lengkap dibanding sewaktu umurnya baru beberapa bulan. Blizzard menyempurnakan dan membubuhkan begitu banyak fitur, baik yang memengaruhi gameplay secara langsung atau sekadar membuatnya jadi lebih intuitif. Satu fitur favorit saya adalah fungsi download video di menu Highlight. Fitur ini memungkinkan gamer mengabadikan aksi keren yang mereka lakukan tanpa menggunakan app third-party dan Anda dapat mengustomsasi kualitas grafis output rekamannya.

OW 5

Kelemahan dari game-game yang mulai berumur – dan yang membuat Titanfall 2 jadi menjengkelkan – adalah lamanya waktu matchmaking seiring berkurangnya pemain. Keadaan ini jarang sekali terjadi pada Overwatch. Begitu tombol Quick Play ditekan, saya tidak pernah menunggu terlalu lama untuk masuk dalam pertandingan. Seperti biasa, jika sistem belum bisa menemukan match, saya akan dibawa ke mode skirmish – sempurna untuk pemanasan.

OW 13

OW 11

Tapi dengan begitu banyaknya karakter (saat ini ada 27 hero, termasuk Brigitte), memastikan semuanya tetap seimbang merupakan pekerjaan rumah tanpa akhir buat Blizzard. Dari pengamatan saya, beberapa tokoh baru mempunyai kemampuan yang lebih ‘efektif’ dari hero lama. Contohnya: banyak gamer mengeluhkan terlalu mematikannya skill Biotic Orb punya Moira.

OW 7

OW 9

Karena sejauh ini saya menikmati Overwatch secara casual, ketidakseimbangan merupakan kendala kecil. Tapi  hal tersebut mungkin jadi masalah besar bagi mereka yang serius memainkan mode kompetitifnya. Dan karena para karakter ini saling terkait, bisa jadi mengubah keefektifan kemampuan salah satu hero bisa memengaruhi cara gamer bermain tokoh lainnya.

OW 10

Keluhan kecil saya ajukan pada sistem matchmaking: seringkali, Overwatch menghadapkan saya pada lawan-lawan dengan level tinggi – terutama mereka yang punya bingkai potret berwarna perak dan emas (artinya level di atas 600 dan 1.800). Sedangkan saya baru berada di level 130-an.

OW 6

Entah ini disebabkan kekeliruan teknis, karena tidak ada pemain lain, atau game menganggap saya ‘cukup mahir’. Pastinya, kalah terus-menerus karena musuh yang terlalu lihai juga membuat orang jadi malas bermain…

OW 1

Nintendo Menunjuk Bandai Namco Untuk Garap Metroid Prime 4

Sebagai salah satu franchise tersukses miliknya, Nintendo telah merilis tidak kurang dari 13 permainan Metroid di hampir semua console mereka. Namun hingga saat ini, baru ada tiga game di seri Metroid Prime. Berbeda dari sebelum-sebelumnya, Prime merepresentasikan langkah sang publisher membawa seri ini ‘maju’ dan merangkul teknologi game tercanggih waktu itu.

Tidak terasa sudah satu dekade berlalu semenjak permainan terakhir di seri ini dilepas. Metroid Prime 3: Corruption mengusung arahan first-person shooter seperti pendahulunya, dirilis di Nintendo Wii, dan memperoleh dukungan sistem kendali berbasis motion. Tapi ketika fans mengira petualangan Samus Aran di Metroid Prime telah berakhir, Nintendo menyingkap eksistensi game keempatnya di E3 2017.

Metroid Prime 4 diumumkan lewat sebuah teaser singkat berisi logo permainan. Sayang, hampir tidak ada informasi mengenainya kecuali game akan dirilis untuk Switch. Sejumlah jurnalis sempat bertanya pada Nintendo soal siapa yang mengerjakan permainan ini, dan publisher hanya memberi keterangan bahwa Retro Studios, tim yang bertanggung jawab menangani game-game Prime terdahulu tak lagi berpartisipasi.

Minggu lalu, para fans mulai berdiskusi buat mencari tahu siapa developer yang diberi kesempatan untuk mengembangkan Metroid Prime 4. Rumor mulai bergelimpangan di forum Resetera berdasarkan kemunculan lowongan pekerjaan di LinkedIn, kemudian situs Press-Start juga melihat bagaimana tim Singapura Bandai Namco tidak malu-malu mengungkapkan rasa gembira mereka karena ditugaskan ‘buat mengerjakan satu proyek menarik’.

Dan tidak lama setelah kabar tersebut beredar, Nintendo akhirnya mengonfirmasi bahwa mereka memang menunjuk Bandai Namco buat menggarap Metroid Prime 4, namun faktanya sedikit berbeda dari rumor. Tim inti Bandai Namco Studios tengah mencurahkan perhatian mereka pada pengembangan Metroid Prime 4, sedangkan studio Singapura-nya akan fokus membuat game baru lain untuk Switch.

Kolaborasi antara Nintendo dan Bandai Namco sendiri bukanlah hal baru. Developer Jepang itu pernah membantu Nintendo menciptakan Super Smash Bros. di Wii U dan 3DS, serta spin-off Pokémon bertema fighting, Pokkén Tournament.

Belum diketahui kapan Tepatnya Metroid Prime 4 akan meluncur. Menurut saya, permainan akan jadi senjata ampuh Switch dalam berkompetisi dengan para rival jika dirilis di tahun ini. Memang ada cukup banyak game eksklusif Switch yang dijadwalkan untuk mendarat di 2018, tapi judul kuat seperti Metroid Prime tentu akan kembali mendorong penjualan console.

Via Eurogamer.

Modern Combat Versus Sudah Tersedia di iOS, Android dan Windows

Sejak pertama kali mendarat di Android dan iOS, franchise Modern Combat milik Gameloft telah menjadi alternatif bagi gamer yang ingin merasakan sensasi serunya menikmati Call of Duty dan Battlefield di perangkat bergerak. Formulanya hampir menyerupai dua judul besar itu, menawarkan mode campaign dengan misi yang bervariasi dipadu multiplayer PvP.

Namun di permainan Modern Combat terbarunya, Gameloft memutuskan buat mengambil arahan yang sedikit berbeda. Diumumkan pada bulan Maret 2017 silam, Modern Combat Versus difokuskan sepenuhnya pada pengalaman multiplayer. Selepas momen itu, developer kabarnya sempat mengadakan sesi uji coba beta, hanya tersedia di wilayah tertentu saja. Dan tepat pada tanggal 28 September kemarin, Modern Combat Versus resmi dirilis.

Versus ialah spin-off Modern Combat kedua yang menitikberatkan mode multiplayer, setelah sebelumnya diusung oleh Modern Combat: Domination, dirilis di PlayStation 3 (via PSN) dan Mac. Game membagi para pemain jadi dua tim, menyajikan arena tempur empat versus empat, dan mempersilakan Anda memilih 12 jenis ‘agen’ – masing-masing memiliki spesialisasi, keunggulan serta kelemahan.

Modern Combat Versus mengangkat tema yang sedikit berbeda dari permainan-permaian utama di franchise ini. Game terlihat lebih mengedepankan tema fiksi-ilmiah ketimbang militer tradisional, mengigatkan saya pada Call of Duty: Advanced Warfare atau Infinite Warfare – apalagi dengan kemampuan berlari di tembok. Lalu dari sisi art direction; penampilan helm dan armor para agen mirip karakter-karakter Destiny.

Modern Combat Versus 1

Menakar dari gameplay trailer-nya, Modern Combat Versus menjanjikan visual serta efek grafis yang tak kalah cantik dari permainan di console. Para karakter dan skin didesain dengan apik, lalu Gameloft juga sangat dermawan dalam mengimplentasikan warna-warni di kostum, membuat mereka tampil menarik. Developer tak lupa memastikan sistem kendalinya intuitif, meskipun permainan dinikmati dari layar sentuh.

Modern Combat Versus 2

Vice president Gameloft Alexandre Pelletier-Normand bilang, grafis kelas console current-gen serta kendali yang mudah dipelajari merupakan cara developer merangkul lebih banyak pemain.

Di versi retail ini, Modern Combat Versus dibekali lima peta yang menyajikan skenario tempur berbeda: dari mulai baku tembak jarak jauh hingga konfrontasi jarak dekat. Tiap kali bermain, Anda akan mendapatkan poin untuk meng-unlock reward serta berpartisipasi dalam liga yang lebih bergengsi. Selain itu, Gameloft turut menyampaikan komitmen mereka buat menambah jumlah agen, map serta mode permainan via update.

Modern Combat Versus bisa Anda unduh gratis di Google Play, Apple app store, dan Windows Store.