Microsoft Resmi Hentikan Penjualan Perangkat Microsoft Band

Menyambung laporan di pertengahan bulan September kemarin, Microsoft kini secara resmi mengonfirmasi bahwa lini perangkat fitness tracker-nya telah dihentikan. Yup, pada dasarnya kita bisa mengucapkan selamat tinggal kepada Microsoft Band 2.

Berdasarkan pengamatan narasumber ZDNet, per tanggal 3 Oktober kemarin nama Microsoft Band sudah tidak muncul lagi di toko online resmi Microsoft. Microsoft juga tidak lagi menawarkan Band software development kit (SDK) kepada developer.

Lalu apakah ini berarti Microsoft sudah benar-benar menyerah di ranah fitness tracker? Sepertinya demikian, namun perwakilan Microsoft mengeluarkan pernyataan bahwa mereka tidak punya rencana untuk merilis perangkat Band baru tahun ini.

“Tahun ini” katanya, jadi mungkin masih ada harapan untuk tahun depan – meski para skeptis mungkin akan bersikukuh berpendapat sebaliknya. Terlepas dari itu, yang pasti Microsoft masih akan terus mengembangkan layanan Microsoft Health yang tersedia untuk para pengembang hardware.

Jadi kemungkinan rencana ke depan Microsoft adalah menjadi penyedia layanan kesehatan yang bisa dimanfaatkan oleh berbagai pengembang hardware dan tidak terbatas oleh platform. Intinya, Microsoft akan kembali ke akarnya yaitu software. Setidaknya mereka sudah mencoba peruntungannya di bidang hardware, dan ternyata mereka tetap belum bisa menyaingi pabrikan-pabrikan lainnya.

Sumber: ZDNet.

Oakley Radar Pace Adalah Kacamata Pintar dengan Dukungan Teknologi Intel Real Speech

Nama Oakley pastinya sudah tidak asing lagi di telinga para penggemar olahraga. Kacamata buatannya telah menghiasi wajah seabrek atlet, baik amatir maupun profesional, meski tidak mengemas fitur fitness tracking atau semacamnya. Namun sebentar lagi, Oakley sudah siap merilis kacamata pintar perdananya.

Dijuluki Oakley Radar Pace, prototipe perangkat ini sebenarnya sempat dipamerkan oleh Intel selaku mitra pengembangnya di ajang CES di bulan Januari kemarin. Ia pada dasarnya merupakan lini kacamata Oakley Radar, tapi dengan sentuhan fitur-fitur pintar di berbagai aspek.

Sebelum terlambat, jangan berpikir kalau perangkat ini bisa menggantikan peran fitness tracker atau smartwatch Anda. Ia bisa dianggap sebagai jembatan antara Anda dan smartwatch, mengakomodasi komunikasi via suara ketimbang mengharuskan Anda untuk memandang layar smartwatch di tengah-tengah sesi berlari yang intensif.

Di dalamnya bernaung tiga buah mikrofon yang didukung oleh teknologi Intel Real Speech, yang pada dasarnya merupakan sistem pengolah bahasa alami yang dapat memahami konteks. Contohnya, saat Anda baru hendak naik ke treadmill, Anda bisa bertanya berapa laju jantung Anda pada saat itu. Lalu setelah mulai berlari selama beberapa menit, Anda tinggal menanyakan “sekarang bagaimana?”, dan Radar Pace mengerti kalau yang Anda maksud adalah laju jantung.

Oakley Radar Pace dibekali sepasang earphone yang bisa ditekuk atau dilepas seandainya sedang tidak digunakan / Oakley
Oakley Radar Pace dibekali sepasang earphone yang bisa ditekuk atau dilepas seandainya sedang tidak digunakan / Oakley

Data laju jantung ini berasal dari fitness tracker atau smartwatch yang sedang Anda kenakan. Oakley mengklaim Radar Pace kompatibel dengan tracker atau smartwatch yang memiliki konektivitas Bluetooth, tapi berdasarkan pengamatan Mashable, Apple Watch ternyata tidak termasuk.

Jangan samakan juga Radar Pace dengan Google Glass, sebab fungsinya sangat jauh berbeda. Radar Pace tidak memiliki display sama sekali, bahkan chip GPS pun tidak ada. Yang ada hanyalah sepasang earphone yang bisa ditekuk atau dilepas sekalian jika sedang tidak dipakai. Dengan demikian, bobotnya pun masih bisa terasa ringan di angka 56 gram.

Berbekal earphone, tentu saja Radar Pace bisa Anda pakai untuk mendengarkan musik yang berasal dari smartphone via Bluetooth. Ia bahkan bisa dimanfaatkan untuk berinteraksi dengan Siri atau Google Assistant dengan bantuan panel sentuh pada tangkai sebelah kiri. Soal baterai, Radar Pace bisa beroperasi selama 6 jam nonstop dalam satu kali charge, atau 4 jam ketika disambi mendengarkan musik.

Oakley berencana memasarkan Radar Pace mulai tanggal 1 Oktober mendatang seharga $449.

Sumber: Mashable dan Engadget.

Microsoft Dilaporkan Tidak Akan Merilis Suksesor Microsoft Band

Lahir sebagai produsen software, perjalanan Microsoft di bidang produksi hardware tidak begitu mulus. Popularitas lini smartphone Lumia masih kalah jauh dibanding Android atau iPhone, dan kini beredar kabar bahwa Microsoft juga akan ‘menyerah’ di ranah wearable.

Berdasarkan laporan ZDNet, Microsoft sepertinya tidak akan merilis suksesor dari fitness tracker Microsoft Band 2 yang dirilis pada bulan Oktober tahun kemarin. Meski tidak ada konfirmasi resmi dari Microsoft, respon konsumen yang kurang begitu positif terhadap Band 2 bisa menjadi indikasi kuat.

Terlepas dari fitur-fitur menarik yang ditawarkan Band 2, pasar fitness tracker hingga kini masih didominasi oleh nama-nama seperti Fitbit. Situasinya pun bertambah rumit bagi Microsoft setelah Apple merilis smartwatch generasi keduanya yang kian berfokus pada fungsi fitness tracking.

Satu-satunya opsi yang paling potensial bagi Microsoft untuk bertahan di ranah wearable adalah layanan Microsoft Health. Meski ke depannya tidak ada lagi penerus Microsoft Band, layanan Microsoft Health yang kompatibel dengan beragam perangkat ini masih akan terus dikembangkan.

Seandainya benar demikian, langkah ini sejalan dengan fokus Satya Nadella sebagai CEO Microsoft yang lebih mengarah ke software dan layanan berbasis cloud ketimbang bersaing dengan produsen hardware kenamaan macam Apple.

Sumber: ZDNet.

Usai Smartwatch, Michael Kors Perkenalkan Activity Tracker Super-Stylish

Batas antara fashion dan teknologi kian melebur dengan munculnya perangkat seperti smartwatch dari Michael Kors. Namun rupanya brand yang dikenal kaum perempuan akan tas-tasnya yang glamor tersebut masih belum mau berhenti. Baru-baru ini, mereka mengungkap sebuah activity tracker bernama Access Crosby.

Kasusnya sama seperti activity tracker besutan Kate Spade, aspek yang paling menarik dari Access Crosby tentu saja adalah desainnya; case logamnya berpadu serasi dengan gelang silikon tipis bermotif permata, dan ia juga tahan air hingga kedalaman 30 meter.

Perihal fungsi, Crosby tergolong cukup cerdas. Ia dapat memonitor jumlah langkah kaki, kalori yang terbakar dan jarak tempuh. Sebuah indikator LED di bagian tengah akan menyala ketika target yang ditetapkan telah tercapai. Crosby juga tak lupa mengusung fitur sleep tracking, plus kemampuan mengontrol aplikasi pemutar musik maupun kamera milik smartphone.

Empat variasi warna Michael Kors Access Crosby / Michael Kors
Empat variasi warna Michael Kors Access Crosby / Michael Kors

Crosby kompatibel dengan perangkat iOS dan Android. Menariknya, data-data yang dikumpulkan juga bisa diintegrasikan dengan sejumlah aplikasi fitness macam Jawbone UP, Apple Health, Google Fit dan Under Armour Record selain aplikasi pendamping dari Michael Kors sendiri. Satu-satunya fungsi umum yang absen adalah dukungan notifikasi.

Michael Kors Access Crosby saat ini telah dipasarkan seharga $95. Terdapat empat variasi warna case dan gelangnya: rose gold-hitam, rose gold-pink, serba hitam dan serba biru. Baterainya tidak perlu di-charge, Crosby memakai baterai kancing standar yang bisa bertahan sekitar 4 bulan sebelum perlu diganti dengan yang baru.

Sumber: Wareable dan Michael Kors.

Fitbit Charge 2 dan Flex 2 Resmi Diperkenalkan

Awalnya Fitbit diprediksi bakal mengungkap perangkat terbarunya pada ajang IFA 2016 bulan depan. Tapi, ternyata dugaan itu meleset setelah sang pabrikan secara resmi mengumumkan sekaligus dua perangkat fitness tracker barunya, Charge 2 dan Flex 2 ke publik. Dan yap, keduanya resmi tiba dan memboyong sejumlah peningkatan yang cukup menggembirakan.

Kita mulai dari Fitbit Charge 2 yang tampil lebih percaya diri dengan modal layar OLED yang 4 kali lebih lebar ketimbang Fitbit Charge HR. Layar ini tak hanya memberikan kenyamanan pada mata, tapi juga memudahkan operasional beberapa fitur di dalamnya. Seperti dukungan built-in tap yang dapat menangkap semua aktivitas seharian, termasuk data statistik yang meliputi jumlah langkah, detak jantung, kalori yang dibakar dan lain sebagainya.

Fitbit Charge 2_2

Di komponen yang sama pengguna juga dapat dengan mudah mendapati informasi yang dikirimkan oleh smartphone, misalnya ketika ada pesan teks, chat dan email baru serta panggilan yang tidak terjawab.

Di samping membawa fitur pemantau pola tidur dan alarm, Fitbit Charge 2 memperoleh tambahan fitur bernama Relax. Fitur ini mempunyai fungsi seperti Breathe yang dipunyai Apple Watch, yaitu memberikan panduan pernafasan yang berguna untuk membantu pengguna agar lebih rileks. Relax mampu menganalisa detak jantung pengguna untuk menentukan ritme bernafas yang paling nyaman. Durasi satu sesi latihan dapat diatur secara fleksibel mulai 2 hingga 5 menit.

Beralih ke Fitbit Flex 2. Fitness tracker yang satu ini tampaknya sengaja dirancang dengan menonjolkan kesederhanaan dan mobitilitas. Ditandai dengan dimensinya yang lebih kecil 30% ketimbang model sebelumnya sehingga memungkinkan untuk disematkan di aksesoris fashion yang berbeda. Meski soal garis desain, Flex 2 tetap mempertahankan sisi minimalis yang telah menjadi ciri khas jajaran Fitbit Flex. Pun demikian, Fitbit tetap membenamkan sejumlah peningkatan untuknya.

Fitbit Flex 2 punya dimensi yang lebih mini tapi tetap kaya fitur
Fitbit Flex 2 punya dimensi yang lebih mini tapi tetap kaya fitur

Pertama, ia mengopsi konfigurasi lampu LED baru yang membuatnya lebih berdaya tahan. Kedua, Flex 2 diklaim bisa diajak menyelam hingga kedalaman 50 meter, terlebih perangkat memang dilengkapi dengan aplikasi pelacak aktivitas olahraga air dengan menangkap putaran renang, durasi renang dan kalori yang berhasil dibakar dalam satu sesi latihan. Ini merupakan peningkatan di urutan berikutnya.

Lalu seperti halnya Charge 2, Flex 2 juga mempunyai kemampuan bekerja secara penuh mencatat aktivitas harian pengguna, mulai dari melacak jumlah langkah, jarak, detak jantung, kalori yang terbakar, durasi aktif sampai dengan pengguna tertidur pun akan dicatat. Flex juga mendapatkan kemampuan khusus untuk menentukan jenis olahraga yang dilakukan pengguna secara otomatis.

Dikarenakan ukurannya yang kecil, tracker Flex 2 tak hanya dapat disematkan dalam gelang, tapi juga dapat dipasangkan dengan kalung berantai atau anting-anting. Aksesoris ini disediakan oleh Fitbit secara terpisah.

Aksesoris ini dijual dalam paket yang berbeda dan ke depan akan terus diperbanyak jenisnya
Aksesoris ini dijual dalam paket yang berbeda dan ke depan akan terus diperbanyak jenisnya

Berbeda dengan Fitbit Charge 2 yang belum tersedia dalam pre-order, Fitbit Flex 2 sudah bisa dipesan dengan beberapa pilihan warna, antara lain black, lavender, magenta, dan navy dengan harga mulai dari $99.95.

Sumber berita Fitbit Charge 2, Flex 2.

Level Adalah Fitness Tracker yang Menyamar Menjadi Kacamata Biasa

Fitness tracker sudah terbukti cukup efektif dalam memotivasi pengguna untuk menjaga kebugaran tubuhnya. Namun ketika perangkat lupa di-charge atau pengguna sekadar lupa memakainya, hal ini kerap menjadi alasan untuk absen beraktivitas fisik pada hari tersebut.

Lalu bagaimana caranya supaya kita tidak lupa mengenakan perangkat potensial ini? Apakah mungkin ada bentuk lain selain gelang dan jam tangan yang sifatnya lebih wajib buat pengguna? Tentu saja ada, yaitu kacamata. Seseorang dengan gangguan penglihatan pastinya tidak akan lupa mengenakan kacamata setiap harinya.

Berangkat dari premis ini, VSP yang sangat berpengaruh dalam memfasilitasi kesehatan mata di Amerika Serikat mencoba mewujudkan ide jeniusnya, yakni sebuah kacamata yang merangkap tugas sebagai fitness tracker. Ide ini pertama mereka eksekusi tahun lalu, dan tahun ini mereka sudah semakin siap dengan produk versi finalnya.

Level beserta kemasannya, lagi-lagi lebih terasa seperti kacamata biasa ketimbang gadget / VSP
Level beserta kemasannya, lagi-lagi lebih terasa seperti kacamata biasa ketimbang gadget / VSP

Dijuluki Level, saya yakin Anda akan kesulitan membedakannya dengan kacamata biasa. Ia tidak kelihatan seperti sebuah gadget, tapi jika Anda cermat, bagian tangkainya memang sedikit lebih tebal dari biasanya, dan di sinilah mayoritas komponen elektroniknya ditanamkan.

Estetika memang merupakan aspek penting ketika berbicara soal kacamata. Pasalnya, kacamata mungkin merupakan satu-satunya benda yang kita kenakan tepat di wajah. Untuk itu, tim lab inovasi VSP berusaha membuat Level setipis dan seringkas mungkin, hingga akhirnya terlihat seperti kacamata biasa.

Pada frame di bagian pelipis, telah tertanam accelerometer, gyroscope, dan magnetometer. Berbekal sensor-sensor ini, Level sejauh ini sudah bisa memonitor jumlah langkah kaki, kalori yang terbakar maupun durasi aktivitas. Data yang dikumpulkan kemudian akan diteruskan ke aplikasi Android dan iOS.

Aplikasi ini juga menyimpan fitur unik bernama Find My Glasses dimana pengguna bisa menemukan kacamatanya yang tidak sengaja terselip di suatu tempat. Fitur lain yang tidak kalah menarik berkaitan dengan program Eyes of Hope milik VSP. Sederhananya, akumulasi poin dalam jumlah tertentu yang pengguna kumpulkan dengan cara memenuhi target harian akan diterjemahkan menjadi sumbangan kacamata kepada seseorang yang membutuhkan.

Port untuk charging tersembunyi di engsel salah satu tangkai milik Level / VSP
Port untuk charging tersembunyi di engsel salah satu tangkai milik Level / VSP

Bagaimana dengan baterainya? Menurut tim pengembangnya, satu kali charge selama 30 menit bisa memberikan daya yang cukup untuk tiga hari pemakaian. Port untuk charging-nya sendiri tersembunyi di balik engsel salah satu tangkainya dan memanfaatkan magnet.

Sejauh ini VSP belum mempunyai rencana pasti terkait komersialisasi Level. Mereka tengah menjalin kerja sama dengan University of Southern California guna mengadakan studi selama empat bulan yang akan memvalidasi keunikan dan kepraktisan Level bersama ratusan sukarelawan.

Sumber: Engadget dan VSP.

Kate Spade Perkenalkan Trio Perangkat Wearable Berdesain Chic

Bertambah lagi brand fashion kenamaan yang merambah ranah wearable. Kate Spade yang koleksi tasnya sangat populer di kalangan perempuan ini dikabarkan siap merilis tiga perangkat wearable sekaligus.

Ketiganya terdiri dari dua fitness tracker berbentuk gelang dan sebuah smartwatch analog. Sejauh ini belum ada informasi soal nama dari masing-masing perangkat, tapi fitur-fitur yang ditawarkan mencakup fitness tracking, notifikasi, serta kontrol terhadap aplikasi pemutar musik dan kamera.

Tidak terlalu mengejutkan, desain masing-masing perangkat tampak sangat chic dan trendi. Satu fitness tracker-nya memakai strap silikon dan memiliki motif kucing yang imut-imut, sedangkan satu lainnya mempunyai warna rose gold yang kian populer di dunia fashion.

Untuk smartwatch-nya, tampak jelas perpaduan warna pink pucat dan emas ala Kate Spade. Di bagian bawah wajahnya di samping gelas champagne, tampak sebuah meteran yang sepertinya bakal menjadi indikator activity tracking.

Secara keseluruhan, smartwatch besutan Kate Spade ini lebih mirip milik Skagen ketimbang Michael Kors yang menggunakan Android Wear. Meski demikian, ketiganya tetap merupakan bagian dari inisiatif Fossil Group untuk meluncurkan sekitar 100 perangkat wearable di tahun 2016 ini – Kate Spade membayar lisensi kepada Fossil Group untuk mewujudkan ketiga perangkat wearable-nya ini.

Pemasarannya akan dimulai pada bulan November mendatang melalui toko retail dan online Kate Spade. Kedua fitness tracker-nya akan dibanderol seharga $125, sedangkan smartwatch analognya seharga $250.

Sumber: Wareable.

Jabra Luncurkan Generasi Penerus dari Duo Earphone Nirkabel Sekaligus Fitness Tracker-nya

September 2014, Jabra resmi menjalani debutnya di ranah fitness tracker dengan Jabra Sport Pulse, kemudian disusul oleh Jabra Sport Coach di tahun berikutnya. Kini perusahaan asal Denmark tersebut sudah siap memperkenalkan penerus dari kedua earphone nirkabel istimewanya tersebut.

Keduanya masih mengusung nama yang sama, tapi dengan imbuhan Special Edition yang mengindikasikan penambahan sejumlah fitur baru. Desainnya telah disempurnakan agar bisa terasa lebih nyaman di telinga pengguna, terutama dengan pilihan eartip besutan Comply yang sudah terbukti kualitasnya.

Keduanya juga masih terasa ringkas dengan bobot hanya 16 gram, serta masih mengusung ketahanan air dengan sertifikasi IP55. Malahan, Jabra kini semakin percaya diri dengan ketangguhan duo Special Edition ini, dimana mereka menawarkan garansi total selama tiga tahun apabila terjadi kerusakan yang diakibatkan oleh keringat.

Akan tetapi perubahan yang paling utama terletak pada kemampuan tracking masing-masing earphone. Selain heart-rate monitor, Sport Pulse Special Edition kini dibekali kemampuan memonitor VO2 max (kadar oksigen yang dikonsumsi selama latihan) secara konstan dan otomatis.

Jabra Sport Coach Special Edition / Jabra
Jabra Sport Coach Special Edition / Jabra

Untuk Sport Coach Special Edition, sensor TrackFit-nya juga telah diperbarui sehingga dapat menghitung aksi repetitif, ideal untuk menemani sesi latihan berat atau sekadar beberapa set push-up. Aplikasi pendamping Jabra Sport Life kemudian akan memberi tahu kapan saat yang tepat untuk mulai berlatih lagi di sela-sela istirahat.

Kedua earphone turut dilengkapi fitur coaching berbasis audio guna memotivasi sekaligus mengarahkan pengguna pada sesi latihan yang efektif dan efisien. Baterainya diperkirakan bisa bertahan selama 5 jam pemakaian.

Jabra Sport Pulse Special Edition dibanderol seharga $160, sedangkan Sport Coach Special Edition seharga $120. Keduanya akan dipasarkan mulai kuartal ketiga tahun ini.

Sumber: PR Newswire.

Menilik Peran Virtual Reality dan Perangkat Wearable di Dunia Pendidikan

Perangkat seperti Samsung Gear VR, Apple Watch atau fitness tracker lain sepintas terkesan terlahir dari perkembangan tren gaya hidup. Padahal, kalau ditinjau dari sudut pandang lain, perangkat-perangkat yang masuk dalam kategori wearable ini punya peran besar di bidang pendidikan, seperti yang dilaporkan oleh lembaga riset pasar Technavio.

Di tahun 2020 nanti, diperkirakan pasar perangkat wearable di lingkup pendidikan Amerika Serikat akan meningkat sebesar 46 persen. Alasannya sederhana: semakin banyak universitas atau institusi pendidikan lain yang memanfaatkan perangkat seperti VR headset, smartwatch dan fitness tracker untuk meningkatkan partisipasi siswa, dan sebaliknya para siswa menggunakan perangkat wearable sebagai media pengumpul dan analisis informasi.

Mengapa institusi pendidikan bisa begitu tertarik dengan teknologi virtual reality? Well, VR headset terbukti mampu memberikan pengalaman berinteraksi dengan konten secara immersive. Sebagai contoh, menggunakan aplikasi Labster, siswa dapat melangsungkan eksperimen secara virtual maupun simulasi kompleks yang sebelumnya hanya bisa dipraktekkan di fasilitas khusus dengan perlengkapan berharga mahal.

Aplikasi-aplikasi lain, seperti yang direkomendasikan oleh Unimersiv terus menjunjung konsep ini. Aplikasi InCell misalnya, dimana siswa diajak untuk mengeksplorasi sel tubuh manusia. Tentu saja, hal ini hampir mustahil dilakukan di dunia nyata, dan itulah yang membuat citra VR sangat positif di mata institusi pendidikan.

Penerapan menarik lain terkait VR di dunia pendidikan melibatkan universitas-universitas ternama seperti Harvard dan Yale. Mereka memanfaatkan aplikasi YouVisit untuk memberikan tur kampus virtual pada calon-calon mahasiswanya.

Di sisi lain, sejumlah universitas di Amerika Serikat seperti Oral Roberts University menganjurkan para mahasiswa baru untuk menggunakan fitness tracker. Sederhananya, kalau tubuh terasa bugar, konsentrasi belajar pun bisa ditingkatkan, dan inilah yang dituju oleh universitas-universitas tersebut.

Semua ini turut didukung oleh perkembangan pesat ekosistem aplikasi dan konten untuk VR headset maupun perangkat wearable lainnya. Selagi popularitas perangkat wearable terus meningkat, pastinya akan ditemukan cara-cara baru untuk memaksimalkan potensi teknologi tersebut di ranah pendidikan.

Sumber: Technavio dan Samsung. Gambar header: Oculus.

Suunto Perkenalkan Jam Tangan Sport Terbarunya, Spartan Ultra

Sukses dengan seri Ambit, pabrikan jam tangan sport Suunto kini memperkenalkan model baru yang lebih canggih, lebih komplet, namun di saat yang sama masih terasa premium dan tahan banting. Namanya Suunto Spartan Ultra, dan pabrikan asal Finlandia tersebut sepertinya tidak main-main ketika menambatkan embel-embel “Ultra” pada produknya.

Suunto sendiri lebih sreg menyebut Spartan Ultra sebagai jam tangan multisport ketimbang sekadar sport. Pasalnya, ia datang dengan sederet mode yang dikhususkan untuk berbagai jenis olahraga, mulai dari triathlon sampai snowboarding sekalipun. Pengguna bahkan juga bisa mengaktifkan mode yang spesifik ketika mereka hanya sekadar berlatih atau berpartisipasi dalam lomba.

Berbekal accelerometer, GPS dan sensor laju jantung, Spartan Ultra juga bisa digunakan sebagai activity tracker standar untuk memonitor jumlah langkah kaki, kalori yang terbakar dan waktu yang dihabiskan selama pengguna aktif. Di sisi lain, ia pun juga mengusung fitur notifikasi ala smartwatch pada umumnya.

Suunto Spartan Ultra hadir dalam empat varian / Suunto
Suunto Spartan Ultra hadir dalam empat varian / Suunto

Fisik yang kokoh nan premium adalah nilai jual lain dari Spartan Ultra. Casing-nya terbuat dari perpaduan bahan polyamide dan serat kaca, sedangkan bezel-nya terbentuk dari titanium atau stainless steel – tergantung varian. Tepat di tengah, kaca kristal safir melindungi layar sentuh berwarnanya yang diklaim tetap terlihat terang di bawah terik matahari.

Pengguna juga tidak perlu sungkan mengajaknya berbasah-basahan, mengingat Spartan Ultra tetap bisa beroperasi sampai kedalaman 100 meter. Soal baterai, Suunto hanya bilang daya tahannya “kompetitif”, sehingga saya cuma bisa berasumsi kalau yang dimaksud adalah “beberapa hari”.

Kalau frekuensi berolahraga Anda termasuk kelas berat dan mencakup banyak jenis, Suunto Spartan Ultra bisa Anda pinang mulai bulan Agustus mendatang dengan kisaran harga $699 sampai $799, plus ekstra $50 untuk varian dengan heart-rate monitor.

Sumber: TechRadar dan Suunto.