RANS Esports Perkenalkan Tim Free Fire Barunya

Tim esports bentukan Raffi Ahmad, RANS Esports, sepertinya semakin serius untuk mengembangkan timnya. Hal ini ditandai dengan perilisan squad baru untuk divisi Free Fire pada awal Juli 2021 kemarin. Tim Free Fire baru yang diperkenalkan oleh RANS Esports ini merupakan akuisisi dari tim Free Fire NGID Esports. Roster tim Free Fire NGID Esports yang bergabung ke dalam tim RANS Esports adalah Doom, Marsha, Rhama, Iky, Mervin, dan Qois.

NGID Esports sendiri merupakan tim papan atas Free Fire Indonesia. NGID Esports selalu aktif dalam mengikuti kompetisi Free Fire kelas nasional di Indonesia. Prestasi yang pernah diraih oleh tim NGID Esports antara lain juara 5 Free Fire Indonesian Masters 2021 Springs, juara pertama Free Fire Master League Season 3 Divisi 2, serta juara 5 UESC FREEFIRE. Selain itu, Tim NGID Esports juga mempunyai beberapa tim untuk game-game lainnya seperti Dota 2, Wild Rift, Mobile Legends, hingga PES 2021.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by RANS ESPORT (@ransesports.official)

Sebelumnya RANS Esports didirikan pada akhir tahun 2020 kemarin. RANS Esports memulai mengembangkan tim esports-nya dengan melatih bibit-bibit pemain di daerah. RANS Esports mempunyai misi untuk menjadi salah satu tim esports terbaik di Indonesia. Rencananya mereka akan membuat tim esports untuk divisi Free Fire, Mobile Legends, dan PUBG Mobile untuk permulaan.

Divisi Free Fire ini nantinya akan segera menunjukan kemampuannya. Turnamen bergengsi Free Fire Master League Season 4 Divisi 1 akan mereka ikuti. Turnamen Free Fire Master League Season 4 Divisi 1 nantinya akan mempertemukan 18 tim Free Fire terbaik di Indonesia. Lawan-lawan berat seperti ONIC Olympus, RedBull Rebellion, dan RRQ Hades telah menanti.

Kita lihat saja bagaimana nantinya performa tim esports bentukan Raffi Ahmad ini. Apakah mereka nantinya mampu berprestasi dan menyaingi tim-tim esports yang sudah populer lebih dahulu di Indonesia. Tim-tim seperti RRQ, EVOS Esports, Bigetron Esports, dan BOOM Esports tentu saja harus siap menghadapi lawan baru mereka ini.

5 Karakter Free Fire Terkuat di Tahun 2021

Free Fire menjadi salah satu game ber-genre battle royale paling populer di dunia, termasuk di Indonesia. Karena popularitasnya, pada tahun 2021 ini, Free Fire dinominasikan ke dalam esports game of the years. Popularitas Free Fire ini tidak lepas dari kinerja bagus sang developer yakni 111dots Studio. 111dots Studio menghadirkan fitur karakter yang menarik di dalam game karena masing-masing mempunyai skill ability khusus yang bisa digunakan untuk mendapatkan Booyah.

Berikut ini 5 karakter terkuat dalam game Free Fire di tahun 2021:

Alok

Sumber Gambar: Garena

Alok adalah karakter yang dirilis ke dalam Free Fire pada November 2019 lalu. Karakter Alok merupakan hasil kolaborasi Free Fire dengan salah satu DJ terkenal asal Brazil yakni DJ Alok. Alok dapat dikatakan sebagai karakter terkuat dalam Free Fire karena skill ability yang dia miliki.

Skill ability “Drop the Beat” akan memberikan tambahan movement speed (kecepatan bergerak) hingga 15% dan regenerasi HP kepada anggota tim di sekitar. Skill ability ini sangat berguna saat pertempuran terjadi. Pemain juga dapat memanfaatkan skill ability “Drop the Beat” untuk menyergap dan menyerang musuh. Movement speed yang lebih tinggi akan membuat Alok dan timnya dapat berpindah posisi dengan cepat dan tambahan regenerasi HP akan membuat anggota tim lebih sulit dibunuh oleh tim lawan.

A124

Sumber Gambar: Garena

A124 adalah karakter bertema robot yang dirilis ke dalam Free Fire pada Desember 2017 silam. Sejak awal perilisannya, A124 menjadi salah satu karakter pilihan para pemain profesional. Hal ini karena skill ability yang bernama “Thrill of Battle”. Skill ability ini akan mengubah Energy Point (EP) yang dia miliki menjadi HP.

Skill ability “Thrill of Battle” akan membuat A124 sulit untuk dibunuh saat pertempuran berlangsung. Apabila saat dia sekarat, A124 bisa langsung menggunakan skill abilitynya untuk memulihkan HP yang dimiliki. Oleh karena itu, A124 dapat berperan sebagai tank sekaligus rusher di dalam timnya.

Wukong

Sumber Gambar: Garena

Wukong dirilis oleh 111dots Studios pada awal tahun 2019 kemarin. Skill ability yang dimiliki oleh Wukong adalah “Kamuflase” yang dapat mengubahnya menjadi semak. Saat menjadi semak, Wukong tidak dapat diserang oleh musuhnya. Namun Wukong bisa bergerak seperti biasa dan efek kamuflase akan hilang jika dia menembak atau membatalkan efeknya.

Skill ini sangat cocok digunakan oleh pemain baru maupun pemain pro, dan saat bermain solo maupun squad. Skill ability “Kamuflase” sangat menjengkelkan dan meresahkan pemain lawan. Wukong dapat masuk ke dalam pertempuran dan mengacak-acak komposisi musuh lalu menggunakan skill kamuflase jika ketahuan untuk kabur.

Rafael

Sumber Gambar: Garena

Rafael adalah karakter yang jarang digunakan oleh para pemain Free Fire. Hal ini karena biasanya mereka lebih milih untuk melakukan rush alias bermain barbar dengan mendatangi dan menyerang setiap pemain yang ditemui. Padahal Rafael mempunyai potensi yang tinggi untuk mendapatkan Booyah. Hal ini karena role-nya sebagai Sniper sekaligus skill ability bernama “Dead Silent” yang dia miliki.

Skill ability “Dead Silent” akan membuat senjata Sniper maupun Marksman Rifle yang Rafael gunakan mempunyai efek silence serta akan menambah damage yang diberikan kepada lawan. Hal ini akan membuat Rafael tidak terdeteksi oleh para pemain lawan saat menyerang mereka.

Kapella

Sumber Gambar: Garena

Kapella adalah karakter yang tergolong baru di dalam game. Dia dirilis pada April 2020 lalu. Kapella merupakan karakter yang diciptakan sebagai Supports dalam tim. Skill ability yang dia miliki adalah “Healing Song”. “Healing Song” akan membuat item healing meningkat 20% dan skill healing akan meningkat 10%. Kemudian apabila ada anggota tim yang mempunyai HP kurang dari 30%, skill ini akan membuat mereka lebih tebal.

Hal ini akan membuat para pemain lawan kesulitan untuk membunuh anggota tim dari Kapella. Selanjutnya, apabila musuh bertarung dengan Kapella, mereka harus benar-benar membunuhnya dengan cepat karena anggota tim Kapella bisa memulihkan HP mereka dengan baik.


Itulah tadi 5 karakter terkuat dalam Free Fire di tahun 2021 ini. Dari 5 karakter di atas, karakter mana yang menjadi favorit Anda? Ataukah ada karakter kuat lainnya yang belum disebutkan? Meskipun terbilang karakter kuat, karakter-karakter di atas juga harus disesuaikan dengan gameplay dan role dari masing-masing pemainnya. Berbicara soal role, jika Anda adalah pemain PUBG Mobile, kami pernah menuliskan jenis-jenis role yang ada di sana.

Kolaborasi Free Fire dan Street Fighter V Telah Dimulai, Fnatic Maju ke The International 10

Ada beberapa berita menarik di dunia esports pada minggu lalu. Salah satunya, event kolaborasi antara Free Fire dan Street Fighter V telah resmi dimulai. Selain itu, Fnatic melaju ke The International setelah mengalahkan TNC Predator di babak kualifikasi Asia Tenggara. Pemain Counter-Strike: Global Offensive asal Malaysia, Andrew “kaze” Khong juga akan ikut bertanding di IEM Cologne.

Event Kolaborasi Free Fire dengan Street Fighter V Telah Dimulai

Kolaborasi antara Free Fire dengan Street Fighter V resmi dimulai pada akhir pekan lalu. Melalui event bernama Free Fighter ini, Garena menyediakan sejumlah item baru, termasuk outfit Chun-Li dan Ryu, skin granat Hadouken, dan pistol AWM. Tak hanya itu, Garena juga menambahkan emote baru, berupa Hadouken. Kali ini bukanlah pertama kalinya Garena mengadakan kolaborasi dengan intellectual property lain. Menurut laporan Dot Esports, sebelum ini, Garena juga pernah menggandeng sejumlah IP populer lain, seperti Attack on Titan dan One-Punch Man. Mereka juga pernah berkolaborasi dengan pemain sepak bola Cristiano Ronaldo.

Smash Summit 11 Pecahkan Rekor Total Hadiah Terbesar

Smash Summit 11 menawarkan total hadiah sebesar US$98 ribu. Dengan ini, turnamen tersebut berhasil memecahkan rekor dan menjadi kompetisi Super Smash Bros. dengan total hadiah terbesar, lapor Dot Esports. Sebelum ini, rekor tersebut dipegang oleh Smash Summit 5 yang diadakan pada 2017 dengan total hadiah sebesar US$83,7 ribu. Dari total hadiah Summit 11, sekitar 90% berasal dari sumbangan fans.

Memang, Summit 11 punya sistem yang unik dalam menentukan peserta yang bisa ikut dalam turnamen tersebut, yaitu berdasarkan voting dari fans. Dalam turnamen kali ini, fans harus membeli merchandise atau berlangganan channel Twitch dari BTS Summit untuk bisa mendapatkan suara dan memilih pemain atau streamer favorit mereka. Sebagian pemasukan dari penjualan merchandise dan langganan Twitch itu lalu dimasukkan ke dalam total hadiah dari Summit 11.

Fnatic Bakal Melaju ke The International

Fnatic dipastikan akan tampil di The International 10 setelah mengalahkan TNC Predator di babak kualifikasi untuk kawasan Asia Tenggara. Di dua babak pertama, TNC Predator berhasil mengalahkan Fnatic. Pertandingan pertama antara kedua tim itu bahkan hanya berlangsung selama 36 menit, seperti yang Gosu Gamers sebutkan. Di pertandingan kedua, TNC Predator kembali berhasil mengalahkan Fnatic.

Fnatic dapat mengalahkan TNC pada pertandingan ketiga. Kemenangan tersebut menjadi titik balik dari perlawanan Fnatic. Pada pertandingan keempat, Fnatic juga berhasil menang dari TNC. Kemenangan tersebut tampaknya menghancurkan moral TNC. Selain itu, tim TNC juga terlihat sudah lelah karena mereka harus bertanding melawan BOOM Esports di babak final lower bracket. Alhasil, Fnatic keluar sebagai juara dengan skor 3-2.

Malaysia Esports League 2021 Bakal Digelar Pada 10 Juli 2021

Malaysia Esports League 2021 (MEL21) bakal dimulai 10 Juli sampai 10 September 2021. Turnamen tersebut menawarkan total hadiah sebesar RM200 ribu (sekitar Rp698 juta). Esports Integrated (ESI) mengungkap bahwa MEL21 diadakan dengan tujuan untuk menyediakan platform bagi semua pemain esports, mulai dari pemain amatir, semi-pro, sampai profesional. Kompetisi esports tersebut bakal diadakan secara online, sesuai dengan standard operating procedures (SOP)  dalam National Recovery Plan – Phase 1. MEL21 akan mengadu empat game, yaitu PUBG Mobile, Mobile Legends: Bang Bang, FIFA 21, dan Dota 2.

Pemain CS:GO Malaysia, Kaze, Bakal Bertanding di IEM Cologne

Andrew “kaze” Khong, pemain Counter-Strike: Global Offensive profesional asal Malaysia, telah mendarat di Jerman pada 30 Juni 2021 untuk ikut serta dalam Intel Extreme Masters Cologne 2021. Kaze, yang merupakan seorang AWPer, merupakan satu-satunya pemain asal Asia Tenggara yang bertanding di turnamen bergengsi tersebut. Saat ini, dia bermain bersama ViCi Gaming, tim asal Tiongkok.

Andrew “kaze” Khong. | Sumber: Instagram

Kaze mulai bermain CS:GO pada 2006 dan telah aktif di skena esports profesional selama 3 tahun terakhir. Pada 2014, dia menjadi pemain pengganti di tim asal Singapura. Dia kemudian menjadi bagian dari tim asal Malaysia, MVP.Karnal pada 2015. Keseluruhan tim tersebut kemudian diakuisisi oleh Dragoon Esports. Sukses membangun reputasi sebagai salah satu AWPer terbaik di Asia Tenggara, kaze mendapatkan tawaran untuk bermain di tim Tiongkok, menurut laporan IGN.

Overwatch League Diselidiki Divisi Antitrust Amerika Serikat

Divisi antitrust dari Departemen Kehakiman Amerika Serikat (DOJ) tengah melakukan investigasi pada Overwatch League. Alasannya, karena liga tersebut membatasi besar gaji yang tim bisa berikan pada pemain. Menurut laporan Dot Esports, pada 2020, pengeluaran tim untuk gaji pemain tidak boleh melebihi US$1,6 juta. Memang, tidak ada peraturan eksplisit yang melarang tim untuk memberikan gaji tinggi pada pemain. Namun, jika total gaji pemain mencapai lebih dari US$1,6 juta, maka tim diharuskan untuk membayar “pajak barang mewah” pada Overwatch League.

Pajak tersebut ditentukan berdasarkan selisih antara total gaji tahunan seluruh pemain dalam sebuah tim dengan batas gaji maksimal yang ditetapkah oleh OWL. Jadi, jika gaji total seluruh pemain dari sebuah tim mencapai US$1,7 juta, maka tim harus memberikan US$100 ribu pada OWL sebagai pajak. Hal ini membuat OWL diselidiki karena dianggap membuat tim enggan untuk memberikan gaji besar pada para pemain. Pihak Activision Blizzard mengaku bahwa DOJ memang tengah melakukan penyelidikan dan mereka akan bekerja sama dengan badan pemerintah tersebut.

Evaluasi dan Relevansi Brand Sebagai Sponsor Game, Esports, ataupun Content Creator

Ketika KFC membuat kolaborasi dengan Genshin Impact di Tiongkok, banyak orang rela menunggu di depan sejumlah gerai KFC sejak tengah malam hanya untuk mendapatkan bonus berupa pin dari Diluc dan Noelle — dua karakter di Genshin Impact. Ada begitu banyak orang yang berkerumun di sejumlah restoran KFC sampai polisi harus turun tangan untuk membubarkan kerumunan di Shanghai dan Hangzhou. Fenomena ini sama seperti fenomena kolaborasi McDonald dengan BTS di Indonesia.

Suksesnya kerja sama antara KFC dengan Genshin Impact menunjukkan, jika dieksekusi dengan baik, kolaborasi antara brand dengan game bisa memberikan dampak yang besar. Pertanyaannya: apa yang harus perusahaan perhatikan ketika akan berkolaborasi dengan game?

Beda Platform = Beda Gamers

Penggemar musik rock belum tentu menyukai musik pop, walau keduanya sama-sama penggemar musik. Sementara itu, penonton sepak bola belum tentu menonton pertandingan basket. Begitu juga dengan game. Gamers adalah istilah yang mencakup banyak orang. Dan, sama seperti penggemar musik atau olahraga, gamers juga punya selera yang berbeda-beda. Salah satu cara untuk mengelompokkan gamers adalah berdasarkan platform yang mereka gunakan. Secara garis besar, ada tiga platform yang bisa digunakan untuk bermain game, yaitu PC, konsol, dan mobile.

Dari ketiga platform tersebut, mobile punya jumlah pemain paling banyak. Menurut laporan Newzoo, jumlah gamers di dunia mencapai 3,22 miliar orang. Sebanyak 94% — atau sekitar 2,8 miliar orang — merupakan mobile gamers. Sementara itu, jumlah gamer PC hanya mencapai 1,4 miliar orang dan konsol 900 juta orang. Mengingat mobile memang memiliki entry barrier paling rendah — dengan harga perangkat yang juga relatif paling murah — maka tidak heran jika jumlah mobile gamers mengalahkan gamers PC dan gamer konsol.

Jumlah gamers di dunia dari waktu ke waktu. | Sumber: Newzoo

Satu hal yang harus diingat, masing-masing platform gaming punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Hal ini memengaruhi karakteristik dari para gamers. Misalnya, keunggulan utama dari platform mobile adalah mobilitasnya yang tinggi. Jadi, pemain bisa bermain game hampir dimana saja dan kapan saja. Selain itu, banyak mobile game yang bisa dimainkan secara gratis. Namun, jika dibandingkan dengan konsol dan PC, mobile punya daya komputasi yang lebih rendah. Karena itu, mobile game cenderung punya grafik dan mekanisme yang lebih sederhana daripada game konsol dan PC. Kabar baiknya, dalam 10 tahun terakhir, mobile game terus berevolusi, menjadi semakin kompleks. Kolaborasi dengan mobile game cocok untuk perusahaan yang ingin menjangkau banyak orang.

Daripada mobile, baik konsol maupun PC menawarkan daya komputasi yang lebih tinggi. Namun, harga konsol dan PC gaming juga relatif lebih mahal. Sementara itu, keunggulan konsol dari PC adalah kermudahan pemasangan. Setelah membeli konsol, Anda bisa langsung menghubungkannya ke TV dan menggunakannya untuk bermain game. Lain halnya dengan PC. Kelebihan lain dari konsol adalah keberadaan game-game eksklusif, seperti Marvel’s Spider-Man: Miles Morales dan Horizon Forbidden West untuk PlayStation 5.

Jika dibandingkan dengan mobile dan konsol, salah satu kelebihan PC adalah ia bisa dikustomisasi sesuai kebutuhan. Bagi para sultan dengan dana tak terbatas, mereka bisa membangun PC gaming master race yang bisa menjalankan game-game AAA dengan pengaturan rata kanan. Namun, bagi gamers yang punya dana pas-pasan, mereka tetap bisa membangun PC sesuai dengan dana yang mereka punya. Karena itu, gamer PC biasanya cukup mengerti akan sisi teknis. Jadi, gamer PC cocok untuk brand yang menyasar orang-orang yang melek teknologi.

Model Bisnis dan Genre

Game juga bisa dikategorikan berdasarkan model bisnis yang digunakan: game premium atau game free-to-play alias gratis. Walau bisa dimainkan secara gratis, game F2P biasanya punya sistem monetisasi sendiri, seperti iklan, subscription alias langganan, dan menjual item dalam game.

Pertama, mari membahas soal karakteristik pemain game premium. Karena sudah mengeluarkan uang untuk membeli game, pemain dari gamers premium biasanya ingin mendapatkan pengalaman yang memuaskan. Biasanya, mereka juga alergi pada iklan. Buktinya, ketika Capcom memasang iklan di Street Fighter V, mereka mendapat banyak protes dari para pemain. Pada akhirnya, developer Jepang itu memutuskan untuk menghilangkan iklan dari fighting game mereka.

Untuk bekerja sama dengan game premium, salah satu hal yang perusahaan bisa lakukan adalah membuat konten dalam game terkait produk milik perusahaan. Jenis konten yang bisa disisipkan ke dalam game bisa beragam, mulai dari item dalam game sampai tempat yang bisa pemain kunjungi. Misalnya adalah kerja sama antara Digital Happiness dan Exsport. Sebagai bagian dari kerja sama tersebut, developer Bandung itu membuat karakter utama dari DreadOut 2 mengenakan tas merek Exsport.

Contoh lainnya adalah kerja sama antara KFC dengan Animal Crossing: New Horizons. Dalam kerja sama itu, KFC membuat pulau khusus yang dihias layaknya restoran KFC di dunia nyata. Tak hanya itu, para pemain juga bisa memenangkan satu ember ayam goreng jika mereka berhasil menemukan Colonel Sanders di pulau tersebut. Sebelum mencari Colonel Sanders, pemain harus mendapatkan invite link dari akun media sosial KFC Filipina. Pemain yang berhasil menemukan sang Colonel akan mendapatkan kode yang bisa ditunjukkan ke restoran KFC untuk ditukar dengan ayam goreng. Sayangnya, kegiatan itu terbatas pada gamers di Filipina.

Strategi membuat konten dalam game juga bisa digunakan oleh brand ketika mereka bekerja sama dengan game F2P. Salah satu merek yang pernah melakukan hal itu adalah Louis Vuitton. Sebagai bagian dari kerja sama mereka dengan Riot Games, Louis Vuitton membuat skin untuk karakter di League of Legends. Tak hanya itu, mereka juga meluncurkan koleksi pakaian LVxLOL. KFC juga menggunakan strategi ini ketika bekerja sama dengan Genshin Impact di Tiongkok. Hasil dari kolaborasi tersebut adalah munculnya dua resep baru — resep ayam goreng dan burger — dalam Genshin Impact. Selain itu, pemain juga bisa mendapatkan skin glider khusus, berwarna merah-putih yang menjadi warna khas KFC.

Skin glider khusus KFC. | Sumber: YouTube

Selain model bisnis, hal lain yang harus perusahaan pertimbangkan sebelum berkolaborasi dengan game adalah genre dari game itu sendiri. Bagi perusahaan yang tidak ingin brand mereka dikaitkan dengan kekerasan, mereka bisa memilih game-game olahraga atau balapan. Perusahaan juga bisa memilih game yang memang berkaitan dengan produk yang mereka tawarkan. Sebagai contoh, brand sportswear bisa menggandeng kerja sama dengan game olahraga atau perusahaan otomotif dengan game racing.

Esports dan Konten Game

Apakah sebuah game punya ekosistem esports atau tidak juga bisa menjadi pertimbangan lain bagi perusahaan yang ingin berkolaborasi dengan game tertentu. Pasalnya, jika sebuah game punya skena esports yang berkembang, perusahaan akan punya lebih banyak opsi dalam menjalin kerja sama dengan game tersebut. Alih-alih membuat konten dalam game, brand bisa mensponsori liga atau turnamen esports dari sebuah game. Jenis sponsorship di esports sendiri bermacam-macam, mulai dari sekadar logo placement sampai menjadi title sponsor.

Salah satu bentuk sponsorship unik adalah in-game banner. Jadi, developer meletakkan logo atau merek sponsor di dalam game saat pertandingan  tengah berlangsung. Strategi ini masuk akal, mengingat siaran pertandingan esports biasanya menyorot segala sesuatu yang terjadi dalam game dan bukannya para pemain. League of Legends dan Mobile Legends adalah dua game yang menerapkan model sponsorship ini.

Contoh in-game banner di LOL Worlds 2020. | Sumber: Esports Insider

Sebagian gamers, tidak hanya senang bermain game, tapi juga menonton orang lain bermain game. Karena itu, munculah industri streaming game. Sebagai turunan dari industri game, industri esports dan streaming game juga  punya potensi besar. Menurut data dari Juniper Research, nilai industri esports dari streaming game pada 2021 akan mencapai US$2,1 miliar. Jadi, bagi brand yang ingin menjangkau gamers tapi masih enggan untuk berkolaborasi dengan game secara langsung, mereka bisa memilih untuk bekerja sama dengan streamer atau kreator konten game.

Mengingat keberagaman game, jangan heran jika influencer gaming juga punya gaya yang berbeda-beda. Ada kreator konten yang menonjolkan kepribadian mereka, seperti Felix Arvid Ulf Kjellberg alias PewDiePie. Tidak peduli game apa yang sang YouTuber mainkan, penonton akan tetap setia karena kepribadian sang kreator kontenlah yang menjadi daya jual. Ada juga kreator konten atau streamer yang menonjolkan skill mereka dalam bermain. Biasanya, influencer gaming ini merupakan mantan pemain profesional. Contohnya adalah Michael “Shroud” Grzesiek, yang pernah menjadi pemain profesional CS:GO sebelum berkarir sebagai streamer. Selain itu, juga ada kreator konten yang menonjolkan sisi sensual mereka. Di Twitch, bahkan sempat muncul tren hot tub streamers.

Satu hal yang pasti, ketika perusahaan mendukung seorang influencer, maka image sang influencer juga akan melekat pada brand. Karena itu, penting bagi perusahaan untuk memilih streamer atau kreator konten yang sesuai dengan brand mereka. Jika tidak hati-hati, reputasi merek justru bisa tercoreng. Hal ini pernah terjadi ketika Wacom menggandeng Abqariyyah Halilintar untuk mempromosikan Wacom Cintiq 16 — pen display seharga Rp9,5 juta.

Abqariyyah Halilintar yang menggambar di Wacom Cintiq 16. | Sumber: Instagram

Tak bisa dipungkiri, unggahan endorsement tersebut memang mendapat engagement tinggi. Saat diunggah di akun Instagram resmi Gen Halilintar, ungahan tersebut mendapatkan lebih dari 38 ribu Likes. Namun, Wacom juga mendapatkan protes dari designer dan seniman, yang merupakan target konsumen Wacom. Alasannya, Abqariyyah dianggap tidak bisa menunjukkan fitur-fitur yang dimiliki oleh Cintiq 16.

Memilih Game atau Esports yang Sesuai dengan Brand

Setiap perusahaan biasanya punya target konsumen masing-masing. Karena itu, ketika hendak menjalin kerja sama dengan developer game atau entitas esports, perusahaan sebaiknya memilih rekan yang memiliki target pasar yang mirip. Hal ini akan lebih mudah untuk dicapai oleh perusahaan endemik game dan esports.

Sebagai contoh, perusahaan yang berkutat di bidang komputer, seperti Intel, AMD, Lenovo, Acer dan lain sebagainya, tentu akan lebih memilih bekerja sama dengan developer game PC atau mendukung ekosistem esports game PC.  Karena game PC punya kaitan langsung dengan produk yang mereka jual. Sementara itu, perusahaan smartphone seperti Samsung Mobile dan Xiaomi Blackshark pasti akan lebih tertarik dengan mobile game serta komunitas esports mobile.

Pertanyaannya, bagaimana jika produk perusahaan yang tidak ada kaitannya dengan game dan esports? Dalam kasus ini, perusahaan bisa memilih untuk mendukung game atau esports yang penggemarnya punya karakteristik yang sama atau mirip dengan target pasar perusahaan. Pada 2019, Dua Kelinci menjadi sponsor dari RRQ dan EVOS Esports. Padahal, Dua Kelinci merupakan produsen kudapan. Ketika itu, pihak Dua Kelinci menjelaskan, alasan mereka mendukung tim esports adalah karena fans esports punya profil yang sama dengan target konsumen mereka.

Menyesuaikan dengan Tujuan Perusahaan

Di dunia marketing, ada konsep yang disebut marketing funnel. Pada dasarnya, marketing funnel menunjukkan proses untuk membuat seseorang yang tidak mengenal brand perusahaan sama sekali menjadi konsumen setia. Secara garis besar, marketing funnel terdiri dari lima tahap: awareness, interest, evaluation, trial, dan adoption.

Tampilan marketing funnel. | Sumber: Expert Program Management

Di tahap awareness, tujuan perusahaan adalah untuk membuat calon konsumen tahu akan brand mereka. Tahap kedua, interest, bertujuan untuk membuat orang-orang yang sudah mengenal brand perusahaan menjadi semakin penasaran dengan produk yang ditawarkan perusahaan. Tahap berikutnya adalah evaluation. Di tahap ini, konsumen akan menilai kredibilitas perusahaan. Jika perusahaan dianggap kredibel, maka konsumen akan masuk ke tahap berikutnya, yaitu trial. Di tahap keempat, konsumen akan mulai membeli produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Jika konsumen puas dengan produk dari perusahaan, maka mereka akan menjadi pelanggan setia, yang berarti, mereka telah ada di tahap adoption.

Proses marketing funnel sering digambarkan sebagai segitiga terbalik. Hal itu menunjukkan, jumlah konsumen di setiap tahap akan terus berkurang. Jadi, jumlah konsumen yang tertarik untuk mencari tahu akan sebuah brand akan lebih sedikit dari jumlah konsumen yang sadar akan keberadaan brand tersebut. Karena itu, di tahap awareness, semakin banyak orang yang mengenal brand perusahaan, semakin baik.

Sebelum menentukan developer game atau entitas esports yang hendak diajak kerja sama, penting bagi perusahaan untuk menentukan tujuan yang ingin mereka capai. Jika tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan awareness, maka mereka sebaiknya bekerja sama dengan game, entitas esports atau influencer yang memang populer di masyarakat, seperti yang Renault lakukan ketika mereka memutuskan untuk mendukung ekosistem esports Free Fire. Padahal, Renault merupakan merek non-endemik game dan game battle royale itu memiliki profil konsumen yang berbeda dari target konsumen Renault.

Namun, tidak semua perusahaan ingin bertujuan meningkatkan awareness. Ada juga perusahaan yang lebih mengutamakan kesetiaan pelanggan dengan menjaga reputasi brand. Perusahaan yang memprioritaskan reputasi biasanya akan sangat berhati-hati dalam memiliki rekan kerja sama. Contohnya adalah Nike. Perusahaan sportswear itu biasanya hanya mensponsori tim atau atlet olahraga. Tidak banyak artis yang mereka dukung. Di esports, satu-satunya tim yang mereka sponsori adalah T1. Organisasi esports asal Korea Selatan itu telah memenangkan League of Legends World Championship sebanyak tiga kali, menjadikan mereka sebagai tim dengan trofi World terbanyak. Keputusan Nike untuk mensponsori banyak tim dan atlet olahraga mengukuhkan reputasi mereka sebagai merek sportswear yang dikenakan oleh atlet atau tim pemenang.

Salah satu hasil kolaborasi T1 dan Nike. | Sumber: Hypebeast

Selain meningkatkan awareness atau mempertahankan reputasi, perusahaan juga bisa melakukan kolaborasi dengan pelaku industri game atau esports karena mereka ingin memenangkan hati para gamers dan penonton esports, yang kebanyakan merupakan generasi milenial dan Gen Z. Menurut Forbes, salah satu karakteristik konsumen milenial adalah mereka lebih percaya omongan influencer daripada iklan. Selain itu, milenial juga biasanya senang dengan brand yang relevan dengan gaya hidup mereka. Jadi, mendukung skena esports atau influencer gaming bisa menjadi jalan bagi brand untuk terlihat terpercaya di mata konsumen milenial.

Intel adalah salah satu perusahaan yang secara berkelanjutan mendukung ekosistem esports Counter-Strike: Global Offensive. Turnamen Major Intel Extreme Masters sukses diadakan selama bertahun-tahun. Tak berhenti sampai di situ, Intel juga punya Intel Grand Slam. Pada April 2021, ESL juga mengumumkan bahwa mereka akan melakukan rebranding dari semua turnamen ESL Pro Tour (EPT), menjadi Intel Extreme Masters. Alhasil, merek Intel sangat lekat di benak para fans esports CS:GO. Intel bahkan bisa mengklaim mereka punya peran penting dalam mengembangkan ekosistem esports CS:GO. Hanya saja, melakukan apa yang Intel lakukan tidak mudah. Selain biaya besar, perusahaan juga harus siap berkomitmen dalam mendukung skena esports dari sebuah game selama bertahun-tahun.

Kesimpulan

Ketika perusahaan memutuskan untuk bekerja sama dengan game atau entitas esports, hal itu merupakan bagian dari kegiatan marketing. Karena itu, sebelum menjalin kolaborasi, sebaiknya perusahaan menentukan alasan mengapa mereka ingin melakukan kerja sama dengan game atau pelaku esports. Setelah itu, perusahaan bisa mencari game atau pelaku esports yang punya audiens dengan karakteristik yang sama dengan target konsumen perusahaan.

Memang, meningkatkan awareness masyarakat akan brand perusahaan merupakan bagian dari kegiatan marketing. Hanya saja, mengeluarkan uang untuk mengenalkan merek pada orang-orang yang memang tak tertarik dengan produk perusahaan adalah sesuatu yang sia-sia. Jadi, penting bagi perusahaan untuk mengetahui target pasar mereka dan karakteristik dari masing-masing kelompok gamers. Dengan begitu, perusahaan bisa menyasar kelompok gamers yang tepat dan memperbesar kesempatan untuk membuat kolaborasi yang sukses.

Free Fire Jadi Sponsor di Jersey Tim Sepakbola Persis Solo

Tim sepakbola asal Solo yaitu Persis Solo baru saja merilis jersey terbarunya untuk mengikuti turnamen Piala Walikota Solo 2021. Uniknya pada perilisan jersey Persis Solo tersebut terdapat logo Free Fire. Hal ini menandakan bahwa Free Fire telah menjalin kerjasama sponsor dengan Persis Solo.

Sayangnya, baik Persis Solo maupun pihak Free Fire tidak mempublikasikan secara resmi kerjasama antara mereka. Selain itu apakah Free Fire akan menjadi sponsor tetap Persis Solo hingga berjalannya Liga 2 ataukah hanya untuk Piala Walikota Solo 2021 juga masih belum terkonfirmasi.

Sember Gambar: Persis Solo

Meskipun begitu kerjasama ini merupakan sebuah gebrakan terbaru yang ditunjukan oleh Free Fire. Mereka tengah berusaha memikat pemain baru, salah satunya adalah pencinta olahraga terutama sepakbola.

Patut diketahui bahwa Free Fire saat ini menjadi salah satu game mobile paling populer di Indonesia. Game bergenre battle royale tersebut dimainkan oleh jutaan pemain aktif setiap harinya. Ekosistem esports dari game Free Fire juga sedang meningkat dengan banyak digelarnya turnamen di Indonesia.

First Media Gelar Turnamen First Warriors – Ultimate Battle Championship, Tawarkan Hadiah Rp420 Juta

First Media bakal menggelar turnamen esports berjudul First Warriors – Ultimate Battle Championship. Dalam turnamen tersebut, akan ada empat game yang diadu, yaitu Free Fire, Call of Duty: Mobile, PUBG Mobile, dan Valorant. Sementara total hadiah yang ditawarkan mencapai Rp420 juta.

Babak kualifikasi dari First Warrior – Ultimate Battle Championship terbuka untuk umum. Pendaftaran untuk tim Free Fire dan Valorant dibuka pada 22 Juni sampai 9 Juli 2021. Sementara pendaftaran untuk tim Call of Duty Mobile dan PUBG Mobile baru dibuka pada 5 Juli 2021 sampai 23 Juli 2021 mendatang. Para pemain amatir yang ingin ikut serta dalam turnamen tersebut bisa mendaftarkan diri di firstwarrior.id.

Turnamen Ultimate Battle Championship terbagi menjadi dua segmen. Segmen pertama adalah Grassroot Tournament, yang akan mempertemukan tim-tim amatir. Babak grand final dari Grassroot Tournament ini akan diadakan pada Juli 2021. Di sini, akan terpilih 16 tim PUBG Mobile, 12 tim Free Fire, dan masing-masing 8 tim CODM dan Valorant untuk maju ke segmen berikutnya, yaitu Last Boss Battle Tournament. Tiga tim amatir terbaik dari masing-masing game bahkan akan langsung melaju ke babak grand final dari Last Boss Battle Tournament.

Format turnamen dari First Warriors – Ultimate Battle Championship. | Sumber: First Warriors

Jika Grassroot Tournament hanya mempertemukan tim amatir, Last Boss Battle Tournament juga diikuti oleh tim-tim profesional. Secara total, ada 32 tim profesional yang First Media undang untuk ikut dalam Ultimate Battle Championship, yaitu 13 tim PUBG Mobile, 9 tim Free Fire, dan masing-masing 5 tim untuk CODM dan Valorant. Di grand final dari Last Boss Battle, tim-tim amatir dan profesional akan bertanding dengan satu sama lain untuk memperebutkan gelar juara.

Selain turnamen esports, First Media juga akan mengadakan talk show, gaming workshop, sampai coaching clinic. Materi yang disampaikan di coaching clinic akan diberikan oleh pemain profesional, seperti Oca Oscar Dz, Alexander “Entruv”, dan Darmawan “Manggiskun” dan bakal disiarkan di channel Youtube First Warrior Indonesia.

Ultimate Battle Championship bukanlah turnamen esports pertama yang First Media gelar. Sebelum ini, perusahaan penyedia internet itu juga pernah mengadakan program esports berjudul First Warriors. Dalam program tersebut, First Media tidak hanya mengadakan turnamen esports, tapi juga reality show serta pembinaan First Raiders, yang merupakan tim esports resmi di bawah asuhan First Media. Keputusan First Media untuk mengadakan Ultimate Battle Championship menjadi bukti komitmen mereka untuk menemukuni dunia esports.

Tidak heran jika esports menarik minat First Media. Mengutip data dari Newzoo, Presiden Direktur dan CEO PT Link Net Tbk, Marlo Budiman menyebutkan bahwa pemasukan dari gaming dan esports di Indonesia masih akan naik secara signifikan dari tahun ke tahun. Selain itu, Indonesia juga merupakan salah satu pasar game terbesar di Asia Tenggara. Pasalnya, sekitar 62% dari 165 juta netizen Indonesia merupakan gamers.

“First Warriors – Ultimate Battle Championship adalah wujud komitmen dari Link Net untuk memperkuat ekosistem esports Tanah Air,” kata Marlo. Dia juga berharap, esports — yang merupakan bagian dari industri kreatif — akan bisa mendorong ekonomi Indonesia untuk pulih.

Daftar Turnamen Esports Terpopuler Bulan Mei 2021

Memasuki bulan Juni, Hybrid.co.id kembali membuat daftar turnamen esports terpopuler pada Mei 2021. Pada Maret 2021. daftar turnamen esports paling populer didominasi oleh kompetisi Free Fire, sementara pada April 2021, turnamen yang mendominasi adalah kompetisi League of Legends. Namun, pada Mei 2021, daftar turnamen esports terpopuler berisi kompetisi dari game yang berbeda-beda, mulai dari League of Legends, Mobile Legends, sampai Free Fire. Berikut lima turnamen esports paling populer pada Mei 2021, berdasarkan data dari Esports Charts.

5. PUBG Mobile Pro League Season 3 2021 Southeast Asia Finals (PMPL SEA S3)

Diselenggarakan pada 21-23 Mei 2021, PMPL SEA S3 mengadu 16 tim profesional dari negara-negara di Asia Tenggara. Indonesia diwakili oleh 4 tim, yaitu Bigetron RA, Geek Fam (Livescape), Aura Esports, dan EVOS Reborn. Sayangnya, tim Indonesia gagal merebut gelar juara dan harus puas dengan posisi runner-up. Dengan total poin 189, EVOS Reborn berhasil menduduki posisi juara dua di PMPL SEA S3. Sementara juara pertama dipegang oleh Infinity, tim asal Thailand. Sepanjang kompetisi, tim tersebut mendapatkan 4 WWCD dan menang dengan total poin 239.

Lima pertandingan terpopuler sepanjang PMPL SEA S3. | Sumber: Esports Charts

Babak final menjadi suguhan utama dari PMPL SEA S3. Ronde 15 pada hari ke-3 merupakan pertandingan favorit para penonton. Buktinya, pada ronde tersebut, peak viewers dari PMPL SEA S3 mencapai 1,1 juta orang. Sementara itu, pertandingan terpopuler ke-2 adalah Ronde 14 pada hari ke-3, yang berhasil menarik 889 ribu orang penonton. Secara keseluruhan, PMPL SEA S3 berhasil mendapatkan 7,5 juta hours watched dengan jumlah penonton rata-rata sebanyak 381 ribu orang.

4. Mobile Legends Professional League Phillipines Season 7 (MPL PH S7)

Dengan peak viewers 1,4 juta orang, MPL PH S7 berhasil duduk di peringkat 4 dalam daftar turnamen esports terpopuler pada Mei 2021. Sudah bisa diduga, babak grand final — yang mempertemukan XctN dengan Blacklist International (BI) —  menjadi pertandingan yang paling dinanti. Pada puncaknya, pertandingan itu ditonton oleh 1,4 juta orang. Babak paling populer kedua adalah pertandingan antara NXP.SOLID dan Work-A pada hari pertama babak Playoff. Pertandingan itu menarik 797 ribu orang penonton.

Jumlah penonton MPL PH S7. | Sumber: Esports Charts

Disiarkan selama 164 jam, MPL PH S7 memiliki total hours watched sebanyak 33,1 juta jam. Sementara jumlah penonton rata-rata dari liga Mobile Legends itu adalah 201,7 ribu orang. Menurut data dari Esports Charts, XctN menjadi tim yang paling lama ditonton. Total hours watched dari video yang menampilkan tim itu mencapai 12,97 juta jam. Namun, NXP.SOLID berhasil menjadi tim dengan jumlah penonton rata-rata terbanyak, dengan jumlah penonton 312,4 ribu orang.

3. Mobile Legends Professional League Indonesia Season 7 (MPL ID S7)

MPL ID S7 kembali masuk dalam daftar lima turnamen terpopuler pada bulan lalu. Dengan begitu, MPL ID sukses masuk ke daftar turnamen esports paling populer selama tiga bulan berturut-turut. MPL ID S7 mulai diadakan pada Februari 2021. Sementara babak final diadakan dari liga tersebut diselenggarakan pada 2 Mei 2021. Karena itu, MPL ID S7 masih bisa menjadi salah satu turnamen esports paling populer pada Mei 2021.

Jumlah penonton MPL ID S7. | Sumber: Esports Charts

MPL ID S7 bisa menjadi salah satu turnamen paling populer pada Mei 2021 berkat pertandingan antara EVOS Legends dengan Bigetron Alpha di babak grand final. Pertandingan tersebut memiliki peak viewers sebanyak 1,8 juta orang. Angka ini lebih tinggi daripada peak viewers dari MPL S7 pada bulan April 2021, yang hanya mencapai 1,48 juta orang. Secara keseluruhan, EVOS Legends menjadi tim esports yang paling banyak ditonton. Total hours watched dari pertandingan EVOS mencapai 23,39 juta jam dengan jumlah penonton rata-rata mencapai 590,93 ribu orang.

2. Mid-Season Invitational 2021 (MSI 2021)

MSI 2021 merupakan kompetisi League of Legends yang diadakan secara offline di Laugardalshöll, Islandia. Pertandingan yang mendapatkan paling banyak penonton adalah babak final yang mempertemukan Royal Never Giveup (RNG) dengan Damwon Gaming (DWGK), juara League of Legends World Championship (LWC) pada tahun lalu. Pada puncaknya, babak final itu ditonton oleh 1,8 juta orang. Setelah itu, pertandingan terpopuler kedua adalah laga antara DWGK melawan MAD Lions di babak semifinals hari ke-2. Total peak viewers dari pertandingan tersebut hampir mencapai 1,5 juta orang.

Jumlah penonton MSI 2021. | Sumber: Esports Charts

Secara total, MSI 2021 memiliki airtime selama 86 jam. Sementara total hours watched dari kompetisi itu mencapai 61,2 juta jam dengan jumlah rata-rata penonton sebanyak 711 ribu orang. Di YouTube, jumlah view dari MSI 2021 mencapai 42,3 juta views, dengan 580 ribu likes. Sementara di Twitch, jumlah view dari MSI 2021 bahkan lebih tinggi, mencapai 55,7 juta views.

DWGK merupakan tim yang paling banyak ditonton. Secara keseluruhan, pertandingan yang menampilkan tim asal Korea Selatan tersebut mendapatkan total hours watched hingga 23,18 juta jam. Dan jumlah rata-rata penonton dari pertandingan-pertandingan DWGK mencapai 924,1 ribu orang. Walau populer, Damwon Gaming harus puas dengan posisi runner-up. Gelar juara jatuh ke tangan RNG yang berhasil mengalahkan DWGK dengan skor 3-2.

1. Free Fire World Series (FFWS) 2021 Singapore

FFWS 2021 Singapore sukses menjadi turnamen esports paling populer pada Mei 2021. Pada pundaknya, turnamen itu ditonton oleh 5,4 juta orang, jauh lebih banyak daripada peak viewers MSI 2021 ataupun MPL ID S7. Sepanjang FFWS 2021, babak final, Ronde 1 merupakan pertandingan paling populer. Posisi ke-2 diisi oleh Opening Ceremony, peak viewers mencapai 4,65 juta orang.

Secara keseluruhan, total hours watched dari FFWS 2021 adalah 18,4 juta jam dengan jumlah penonton rata-rata mencapai 2,1 juta orang. Padahal, total airtime kompetisi itu hanyalah 9 jam. Di YouTube, jumlah views dari FFWS 2021 mencapai 129,7 juta views. Sayangnya, di Twitch, jumlah views dari FFWS 2021 jauh lebih rendah, hanya mencapai 90,4 ribu views. Meskipun begitu, di YouTube, FFWS 2021 berhasil mendapatkan 8,26 juta likes.

Babak pertandingan yang paling populer selama FFWS 2021. | Sumber: Esports Charts

FFWS 2021 diadakan oleh Garena di Marina Bay Sands, Singapura. Turnamen dengan total hadiah US$2 juta itu digelar pada 28 Mei sampai 30 Mei 2021. Kompetisi tersebut dimenangkan oleh Phoenix Force, perwakilan dari EVOS Esports Thailand. Tim itu keluar sebagai juara setelah mendapatkan 113 poin dan 48 kills. Memang, pada babak final, Phoenix Force sangat mendominasi. Dari enam babak yang diadakan, mereka berhasil meraih peringkat pertama di empat pertandingan. Di dua pertandingan lainnya, mereka berhasil menduduki posisi kedua dan ketiga. Sementara itu, perwakilan Indonesia, EVOS Divine, ada di peringkat 8 dengan poin 34 dan kills sebanyak 12 kills.

*Disclosure: Esports Charts adalah Partner dari Hybrid.co.id.

Phoenix Force Juara Free Fire World Series 2021 Singapore

Phoenix Force berhasil jadi juara Free Fire World Series (FFWS) 2021 Singapore. Tim asal Thailand ini berhak membawa pulang hadiah sebesar US$500 ribu dari total hadiah sebesar US$2 juta.

Phoenix Force mendominasi turnamen ini. Pasalnya, dari total 6 match, mereka memenangkan 4 match, berada di peringkat 2 dan di peringkat 3 di 2 match sisanya. Mereka juga berhasil meraih 48 kill yang jadi jumlah terbanyak dibandingkan tim-tim lainnya, dengan total nilai 113 poin. Piyapon “TheCruz” Boonchuay dari Phoenix Force juga mendapatkan gelar MVP setelah mendapatkan 23 kill sepanjang 6 match.

Tim asal Brazil, LOUD, menempati peringkat kedua dengan raihan total 77 poin. Tim ini awalnya sedikit kesulitan mengawali pertarungan di 2 ronde pertama. Namun mereka berhasil memberikan performa maksimal di pertandingan-pertandingan berikutnya yang menghantarkan mereka berada di posisi kedua dengan selisih poin tipis dengan peringkat ketiga.

Berikut adalah hasil dari klasemen akhir dari FFWS 2021:

  1. Phoenix Force: 113 points
  2. LOUD: 77 points
  3. Silence: 73 points
  4. Fluxo: 59 points
  5. HQ Esports: 55 points
  6. Burst The Sky: 41 points
  7. Team AZE: 37 points
  8. EVOS Divine: 34 points
  9. Geek Fam: 27 points
  10. VIP Esports: 27 points
  11. First Raiders Bravo: 27 points
  12. LGDS: 14 points

Buat yang belum familiar dengan skena esports Free Fire, FFWS adalah kejuaraan dunia tahunan dari Free Fire. Turnamen yang kali ini digelar di Singapura ini berhasil menarik 5,4 juta penonton (Peak Viewers) dan 18,4 juta jam ditonton (Hours Watched) menurut data dari Esports Charts. Menurut sumber yang sama, rata-rata penonton (Average Viewers) FFWS 2021 mencapai 2 juta orang.

Image credit: Esports Charts

 

Tayangan berbahasa Indonesia ditonton oleh 1 juta orang. Sedangkan, menariknya, 1,9 juta penonton menyaksikan tayangan berbahasa India. Padahal 2 tim asal India absen di turnamen ini karena mendapatkan larangan dari pemerintah Singapura.

Free Fire memang nampaknya masih kuat bertengger menjadi salah satu skena esports mobile paling favorit di tingkat internasional. Free Fire bersaing ketat dengan rivalnya yang sama-sama Battle Royale, PUBG Mobile, untuk berebut tahta game esports mobile paling populer di dunia. Anda bisa membaca lengkap perbandingan antara Free Fire vs. PUBG Mobile di artikel yang pernah kami tuliskan beberapa waktu lalu.

Dalam hal pendapatan dari In-App Purchase, menariknya, Free Fire mampu mengalahkan PUBG Mobile di pasar Amerika Serikat. Namun di pasar global, PUBG Mobile masih jauh di atas Free Fire — setidaknya menurut perkiraan dari Sensor Tower.

Global Esports Games 2021 Digelar di Singapura, Garena Adakan Turnamen Free Fire di Amerika Latin

Minggu lalu, ada beberapa berita menarik terkait dunia esports. Salah satunya, Garena menggelar turnamen Free Fire off-season untuk gamers profesional dan influencers asal Amerika Latin. Sementara itu, League of Legends Worlds 2020 dinobatkan sebagai kompetisi olahraga dengan dampak finansial terbesar di Shanghai sepanjang tahun lalu. Legionfarm juga baru saja mendapatkan investasi sebesar US$6 juta.

Garena dan 3C Gaming Selenggarakan Latin America Clash 2021

Garena mengadakan Latin America Clash (LAC) pada minggu lalu. Turnamen Free Fire off-season yang mempertemukan gamers profesional dengan influencers dari Amerika Latin diselenggarakan pada 10-14 Mei 2021. Turnamen itu digelar oleh 3C Gaming dan mengadu 48 tim, dengan total hadiah US$25 ribu, lapor Esports Insider. Setiap hari selama LAC, semua tim mengikuti pertandingan dalam lima mode yang berbeda, yaitu Battle Royale, MVP, CS All-Stars, Solo King, dan Dream Squad. Turnamen Free Fire itu dimenangkan oleh Golden Boys.

League of Legends World 2020 Berikan Dampak Ekonomi US$4,6 Juta ke Shanghai

Shanghai Sports Bureau (SSB) baru saja meluncurkan daftar 15 acara olahraga dengan dampak finansial terbesar untuk Shanghai pada 2020. League of Legends World Championship 2020, turnamen esports terbesar sepanjang tahun lalu, duduk di posisi dua, hanya kalah dari Shanghai Marathon. Menariknya, beberapa turnamen esports juga masuk dalam daftar tersebut. Contohnya, Esports Shanghai Masters di peringkat 6, Peacekeeper Elite World Champion Cup di peringkat 7, League of Legends Pro League Spring dan Summer Split di peringkat 10 dan 13, menurut laporan The Esports Obsercer.

League of Legends World Championship 2020 diadakan di Shanghai.

SSB menjelaskan, ada tiga karakteristik yang mereka gunakan untuk membuat daftar ini. Ketiga hal itu adalah popularitas (40%), tingkat profesionalisme (40%), dan kontribusi pada ekonomi (20%). SSB mengungkap, Worlds 2020 memberikan kontribusi sebesar US$4,6 juta pada perekonomian lokal Shanghai dan menyumbangkan US$483 ribu dalam bentuk pajak. Sebagai perbandingan, Shanghai Marathon memberikan dampak finansial langsung sebesar US$7,66 juta dan berkontribusi US$818 ribu pada pajak.

NVIDIA Dukung Program Edukasi Neverest

NVIDIA menjadi rekan terbaru dari organisasi esports Brasil, Neverest, untuk menjalankan program edukasi mereka, Neverest Hub. Dengan ini, NVIDIA akan bisa mempromosikan Reflex, teknologi terbaru NVIDIA yang fokus pada performa competitive gaming, di Neverest Hub. Saat ini, Neverest Hub fokus pada game Counter-Strike: Global Offensive. Namun, kerja sama NVIDIA dengan Neverest juga mencakup tim di game-game lain.

“Keputusan NVIDIA ini membantu kami untuk memecahkan salah satu masalah yang paling sering dihadapi oleh para gamers, yaitu ketiadaan dukungan untuk mencari tahu cara memberikan performa terbaik dari peralatan yang mereka punya,” kata CEO Neverest, Camilo Martins pada The Esports Observer. “Kami senang karena sekarang, kami akan bisa menjangkau lebih banyak gamers berkat bantuan salah satu perusahaan game paling inovatif di dunia.”

Singapura Jadi Tuan Rumah dari Global Esports Games 2021

Global Esports Federation mengungkap tiga kota yang akan menjadi tuan rumah dari Global Esports Games dalam dua tahun ke depan. Ketiga kota itu adalah Singapura untuk 2021, Istanbul untuk 2022, dan Riyadh untuk 2023. Global Esports Games merupakan kegiatan yang diadakan setiap tahun pada Desember. Acara itu akan mempertemukan kompetisi esports dengan musik dan hiburan. GEG akan mengadu tim-tim esports dari berbagai game esports.

Global Esports Games mengumumkan tiga kota yang akan menjadi tuan rumah dalam tiga tahun.

“Global Esports Games pertama akan diadakan pada Desember tahun ini. Event tersebut merupakan kesempatan untuk menampilkan esports ke dunia,” kata Presiden Singapore Esports Association (SGEA), Ng Chong Geng, seperti dikutip dari Antara. “Kami bersyukur mendapat kesempatan untuk menjadi tuan rumah dari acara penting ini.”

Platform Legionfarm Dapatkan Investasi US$6 Juta

Legionfarm, platform gaming yang memungkinkan gamers amatir bermain dengan pemain profesional, menyebutkan bahwa mereka telah mendapatkan pendanaan Seri A sebesar US$6 juta. Beberapa investor yang ikut menanamkan investasi pada Legionfarm adalah SVB, Y Combinator, Scrum VC, Kevin Lin, Altair Capital, Ankur Nagpal, dan lain sebagainya. Pada awal tahun lalu, Legionfarm meluncurkan Y Combinator. Fitur itu memungkinkan pemain profesional untuk mendapatkan pemasukan ekstra dengan menjadi pelatih dari pemain amatir yang ingin meningkatkan performa gaming mereka, lapor TechCrunch.

Kategori Olahraga Tradisional Semakin Populer di Twitch

Kategori olahraga di Twitch tumbuh dengan pesat sejak ia diluncurkan pada Juli 2020. Menurut data dari Rainmaker.gg, total hours watched dari kategori olahraga di Twitch telah menembus 11 juta jam pada April 2021.

“Twitch mulai menjajaki konten olahraga sejak 2017. Namun, pada Juli tahun lalu, mereka memperkenalkan TwitchSports untuk menyediakan wadah bagi konten olahraga,” kata pendiri StreamElements, Doron Nir, seperti dikutip dari VentureBeat, “Kategori Sports di Twitch telah mengalami pertumbuhan yang cukup pesat dalam 10 bulan terakhir. Pada awalnya, total hours watched kategori itu hanya mencapai 1 juta jam dan sekarang, angka itu naik ke lebih dari 10 juta jam.”

Dampak Industri Esports ke Merek Non-Endemik dan Potensi Game Esports Lokal

Beberapa tahun belakangan, semakin banyak perusahaan non-endemik yang tertarik untuk masuk ke dunia esports. Alasannya, mereka tertarik untuk mendekatkan diri dengan audiens esports, yang kebanyakan merupakan generasi milenial dan gen Z. Di Indonesia, tren ini juga terjadi. Tidak jarang, turnamen atau kegiatan esports disponsori oleh perusahaan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan esports, seperti bank atau perusahaan e-commerce.

Dampak Esports ke Bisnis Non-Endemik

BCA telah terjun ke dunia esports sejak 2018. Ketika itu, mereka mengadakan promosi bersama UniPin. Tahun lalu, mereka juga mendukung Piala Presiden. Armand Hartono, Deputy President Director BCA menjelaskan dampak yang dirasakan oleh BCA setelah ikut aktif dalam mendukung kegiatan esports dalam acara bertajuk “Leverage Your Business with Esports” yang diadakan pada Rabu, 28 April 2021. Dia mengungkap, salah satu efek positif yang BCA dapatkan adalah branding yang lebih kuat, khususnya di kalangan fans esports.

“Perkembangan esports tidak seperti olahraga tradisional, yang perlu hingga puluhan tahun. Pertumbuhan esports eksponensial,” ujar Armand. Lalu, kenapa BCA menargetkan fans esports? Armand menjelaskan, BCA tertarik untuk mendekatkan diri dengan komunitas esports adalah karena di Indonesia, generasi muda memang mendominasi demografi negara. “Kita mengikuti demografi Indonesia, memang banyak yang muda. Kita ikuti apa yang mereka mau. Dengan begitu, kita akan lebih diterima di kalangan generasi muda,” katanya.

BCA menjadi sponsor dari Piala Presiden.

Sementara itu, keuntungan konkret yang didapatkan oleh BCA dengan aktif di dunia esports adalah meningkatnya jumlah transaksi di aplikasi mereka. Armand bercerita, pada aplikasi BCA Mobile, terdapat fitur lifestyle, yang dapat digunakan untuk membeli tiket pesawat, voucher game, dan produk lain terkait gaya hidup. Dia mengungkap, pembelian voucher game berkontribusi 70% dari total transaksi di aplikasi tersebut. Meskipun begitu, dia mengatakan, dari segi nilai transaksi, pembelian tiket travel tetap lebih besar.

Tak hanya pelaku bisnis, bahkan pemerintah pun menunjukkan ketertarikannya pada sektor esports. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno menyebutkan, salah satu alasan mengapa pemerintah kini semakin tertarik dengan dunia game dan esports adalah karena kedua industri itu terbukti bisa bertahan melalui pandemi. Memang, secara global, industri game justru diuntungkan oleh pandemi. Sementara itu, banyak turnamen esports yang menjadi pengganti dari kompetisi olahraga tradisional. Walau, tak bisa dipungkiri, sebagian pelaku esports mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan selama pandemi.

Ke depan, Sandiaga berharap, event esports akan bisa digelar di kawasan wisata yang menjadi prioritas pemerintah, seperti Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupan. Harapannya, hal ini akan mendorong wisatawan untuk berkunjung ke tujuan wisata tersebut. Memang, sebelum pandemi, terbukti bahwa event offline esports bisa menarik pengunjung dari luar kota atau bahkan dari luar negeri. Misalnya, turnamen Rainbow Six Siege Raleigh Major yang diadakan pada 2019 memberikan sumbangan ekonomi langsung sebesa sekitar Rp20,5 miliar.

Mengembangkan Game Esports Lokal, Mungkinkah?

Industri game di Indonesia punya potensi yang cukup besar. Berdasarkan data dari Newzoo, pada 2019, Indonesia merupakan pasar gaming terbesar ke-16 di dunia, dengan nilai industri mencapai US$1,31 miliar. Jika dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara, Indonesia merupakan negara dengan pasar gaming terbesar. Sementara itu, menurut perkiraan dari Statista, nilai industri game di Indonesia akan mencapai US$1,49 miliar. Mobile game menjadi kontributor utama, diikuti oleh game PC dan game konsol.

Dari segi popularitas, Mobile Legends: Bang Bang masih menjadi raja di Indonesia. Sementara gelar game terpopuler kedua diduduki oleh PUBG Mobile, diikuti oleh Free Fire di posisi ketiga. Seperti yang bisa Anda lihat pada gambar di bawah, semua game terpopuler di Indonesia merupakan game esports, menurut data dari GDP Venture.

10 game terpopuler di Indonesia. | Sumber: GDP Venture

Walau industri game punya potensi besar di Indonesia, pemerintah sadar bahwa kebanyakan game yang beredar di Tanah Air merupakan game buatan developer asing. Begitu juga dengan game-game esports yang populer di Indonesia; kebanyakan merupakan game dari mancanegara. Karena itu, pemerintah ingin mendorong developer lokal agar bisa membuat game esports. Terciptalah Lokapala, yang akan dipertandingkan di Pekan Olahraga Nasional (PON) 2021.

Ketika ditanya tentang potensi pengembangan ekosistem game esports lokal, Co-founder EVOS Esports, Hartman Harris percaya, hal itu bukan sesuatu yang tidak mungkin. “Sekarang, medan esports sangat Jakarta-sentris. Karena, dari segi infrastruktur, seperti stadion dan lain-lain, masih terpusat ke Jakarta. Tidak tertutup kemungkinan, dalam satu atau dua tahun ke depan, komunitas esports akan lebih tersebar, ke Kalimatan, Sulawesi, atau bahkan Papua,” ujarnya.

Lebih lanjut, Hartman menyarankan, bagi developer yang hendak membuat game esports, mereka harus memerhatikan komunitas dari game itu. Dia menyebutkan, developer sebaiknya fokus untuk membangun komunitas gamer yang berkualitas, tanpa harus terlalu terpaku pada kuantitas. “Satu orang gamer yang benar-benar hardcore itu lebih berharga dari satu juta followers yang nggak aktif sama sekali,” ungkapnya. “Komunitas yang hiperlokal itu sangat berharga.”

Sementara itu, Hans Saleh, Country Head, Garena Indonesia percaya, hanya karena telah ada game esports yang populer di Indonesia, hal itu bukan berarti tidak ada ruang bagi game esports lain. Dia mengatakan, beberapa game esports bisa tumbuh bersama tanpa harus saling menganibal viewers atau gamers satu sama lain. “Penonton kan bisa saja mau menonton lebih dari satu game atau turnamen,” ujarnya. Dia membandingkan skena esports dengan dunia olahraga tradisional. Tidak tertutup kemungkinan, fans sepak bola menonton pertandingan basket. Begitu juga dengan game esports.

Soal karakteristik game esports, Hans menjelaskan, salah satu hal yang membedakan game esports dengan kebanyakan game lainnya adalah game esports cenderung lebih kompetitif. Selain itu, kebanyakan gamer yang bermain game esports cenderung lebih serius. Pasalnya, mereka memang ingin mengejar gelar juara.