Free Fire Punya Peta Baru: Alpine, Nintendo Ungkap Daftar Game Indie Terpopuler di Switch

Pada akhir 2021, menjelang tahun baru 2022, ada beberapa kabar menarik dari industri game. Salah satunya, Garena meluncurkan peta baru untuk Free Fire. Peta yang dinamai Alpine itu diluncurkan tepat pada 1 Januari 2022. Selain itu, Krafton juga mengungkap bahwa mereka akan merilis peta baru untuk PUBG: New State pada pertengahan 2022. Sementara Nintendo baru saja merilis daftar game-game indie paling populer sepanjang 2021. Dan President Square Enix menyambut tahun baru dengan mengungkap minatnya akan berbagai teknologi baru di dunia game, khususnya NFT.

1 Januari 2022, Garena Luncurkan Peta Baru untuk Free Fire

Free Fire kini punya peta baru, yang dinamai Alpine. Pada awalnya, Alpine merupakan desa nelayan. Desa itu lalu diubah menjadi pos militer pada Winter War. Alpine resmi dirilis pada 1 Januari 2022, menurut laporan Dot Esports.

Tampilan peta baru Free Fire, Alpine.

Bersamaan dengan peluncuran peta baru, Garena juga mengadakan berbagai events di Free Fire. Dalam salah satu event, pemain akan bisa mendapatkan Magic Cube Fragments jika mereka bermain di peta baru. Kepingan tersebut dapat ditukar dengan “item eksklusif” di Magic Cube exchange store. Di toko itu pula, pemain juga akan menemukan beberapa bundles yang bisa didapatkan dalam waktu terbatas, seperti Winter Icerunner Costume Bundle.

Nintendo Ungkap Game-Game Indie Terbaik di Switch

Sejak Nintendo Switch diluncurkan pada 2017, ada banyak game indie yang dirilis untuk konsol tersebut. Pada 2021, berbagai game indie yang unik dan kreatif juga diluncurkan untuk Switch. Untuk menunjukkan apreasiasi mereka pada developer indie, Nintendo merilis daftar game-game indie dengan penjualan terbaik sepanjang 2021. Daftar itu ditampilkan dalam video Indie World terbaru mereka.

Berikut daftar game-game indie dengan penjualan terbaik sepanjang 2021 di Nintendo Switch:

Axiom Verge 2
Curse of the Dead Gods
Cyber Shadow
Doki Doki Literature Club
Eastward
Ender Lilies: Quietus of the Knights
Islanders: Console Edition
Littlewood
Road 96
Slime Rancher: Plortable Edition
Spelunky 2
Stick Fight: The Game
Subnautica + Subnautica: Below Zero
Tetris Effect: Connected
Unpacking

PUBG: New State Bakal Punya Peta Baru di Pertengahan 2022

Minggu lalu, Krafton memamerkan tampilan peta baru untuk PUBG: New State. Melalui Twitter, developer asal Korea Selatan itu mengatakan, mereka sedang mengembangkan battleground baru yang akan diluncurkan pada pertengahan 2022. Sayangnya, saat ini, belum ada banyak informasi yang ada tentang peta baru tersebut. Selain peta baru untuk New State, Krafton mengatakan bahwa mereka juga akan meluncurkan dua peta baru — Kiki dan Tiger — di PUBG: Battlegrounds dalam waktu dekat, lapor Dot Esports.

Saat ini, PUBG: New State hanya punya dua peta. Pertama adalah Troi, yang merupakan peta eksklusif untuk game tersebut. Kedua adalah peta yang didasarkan pada Erangel. Kedua peta tersebut memiliki ukuran 8×8 kilometer. Sejauh ini, Krafton juga belum mengungkap ukuran dari peta baru untuk New State. Tampaknya, peta baru itu akan berupa medan berat yang dipenuhi dengan pepohonan.

Presiden Square Enix Tunjukkan Minat akan NFT dan Blockchain

Dalam sebuah surat terbuka, President Square Enix, Yosuke Matsuda membahas tentang berbagai teknologi baru di industri game, mulai dari metaverse, cloud gaming, sampai AI. Dan blockchain token menjadi salah satu fokus pembahasan dalam surat tersebut. Matsuda memang tidak mengatakan bahwa Square Enix akan memasukkan NFT ke game-game mereka, tapi dia mengaku, perusahaan akan terus memantau perkembangan teknologi NFT. Tak hanya itu, dia juga mengatakan, tak tertutup kemungkinan, Square Enix akan membuat token mereka sendiri, seperti disebutkan oleh PC Gamer.

President Square Enix, Yosuke Matsuda. | Sumber: Square Enix

Menariknya, dalam surat terbuka yang dia buat, Matsuda mengaku sadar bahwa ada banyak gamers yang tidak suka jika NFT menjadi bagian tak terpisahkan dari game. Pada saat yang sama, dia juga percaya, keberadaan NFT akan memberikan alasan baru bagi orang-orang untuk bermain game. Walau dia menunjukkan ketertarikan pada NFT dan blockchain, Matsuda tidak memberikan penjelasan lebih lanjut tentang bagaimana kedua teknologi itu akan bisa membuat industri game terus tumbuh.

Riot Games Bayar US$100 Juta untuk Selesaikan Kasus Diskriminasi Gender

Minggu lalu, Riot Games mengumumkan bahwa mereka akan membayar US$100 juta demi menyelesaikan kasus diskriminasi gender yang terjadi dalam perusahaan. Kasus ini diawali oleh laporan dari Kotaku pada November 2018. Ketika itu, Riot dituduh telah tidak mengacuhkan akan budaya kantor yang tidak sehat. Dari US$100 juta yang Riot bayarkan, US$80 juta merupakan kompensasi untuk semua karyawan dan mantan karyawan yang bekerja dengan mereka sejak November 2014 sampai saat ini. Sementara US$20 juta sisanya digunakan untuk membayar biaya pengadilan.

Sebelum ini, Riot sempat menawarkan untuk memberikan kompensasi sebesar US$10 juta pada para pekerjanya. Namun, California Department of Fair Employment and Housing mengatakan, para pekerja Riot seharusnya bisa menerima kompensasi hingga lebih dari US$400 juta, lapor GamesIndustry. Setelah menyelesaikan kasus diskriminasi ini dengan membayar kompensasi, Riot mengatakan, ke depan, mereka akan berusaha untuk membuat budaya kantor yang lebih transparan dan akuntabel.

Toge Productions Umumkan Enam Penerima Program Pendanaan Toge Game Fund Initiative

Juni lalu, Toge Productions mengumumkan sebuah program pendanaan bertajuk Toge Game Fund Initiative (TGFI). Program tersebut ditujukan untuk membantu studio-studio indie di kawasan Asia Tenggara dalam merealisasikan ide-idenya menjadi sebuah prototipe game yang dapat dimainkan, dengan sokongan modal hingga sebesar $10.000.

Setelah melangsungkan proses seleksi, Toge akhirnya mengumumkan enam proyek yang terpilih sebagai partisipan program TGFI. Masing-masing berasal dari studio yang berbeda, dan tidak semuanya berbasis di Indonesia.

Yang pertama adalah Project Darma karya Anoman Studio asal Indonesia. Project Darma merupakan sebuah game action bertempo cepat yang menceritakan tentang misi balas dendam seorang pembunuh bayaran melawan pimpinan-pimpinan bandit dalam setting Indonesia zaman modern. Game ini sebenarnya sudah diumumkan sejak sekitar dua tahun lalu, dan sekarang realisasinya tentu bakal semakin terjamin.

Selanjutnya, ada Ngopi Yuk! garapan Uniqx Studio asal Indonesia. Game ini diadaptasikan dari komik Webtoon berjudul sama, dengan cerita seputar kedai kopi tradisional di kota Pontianak, Kalimantan Barat, yang sudah menjamu warga-warga lokal selama beberapa generasi. Game tentang kedai kopi dengan kreator Coffee Talk sebagai mentornya. Menarik.

Partisipan yang ketiga adalah Project Descent bikinan Kotakoren Games asal Malaysia. Project Descent merupakan sebuah game RTS dengan setting fantasi yang terinspirasi oleh budaya-budaya Asia Tenggara. Kalau Anda suka dengan game seperti Final Fantasy Tactics, game ini patut Anda pantau perkembangannya.

Berikutnya, ada Project Angkara besutan Trimatra Interactive asal Indonesia. Angkara merupakan sebuah shooter yang banyak terinspirasi FPS lawas Hexen, dengan setting fantasi yang kelam yang berdasar pada sejumlah mitologi Asia Tenggara. Ini bukan kali pertama Trimatra menggarap game yang terinspirasi Hexen. Sebelumnya, studio asal Surabaya ini sudah pernah mengerjakan game berjudul Ravensword: Undaunted.

Proyek yang kelima adalah The Secret Life of Dorian Pink buatan AmberLimShin asal Malaysia. Game ini merupakan sebuah narrative RPG yang agak nyeleneh, dengan lakon utama yang bertujuan untuk menyelamatkan pacarnya dari neraka, dengan cara mengambil keputusan-keputusan yang meragukan, mengumpulkan kawan, dan meledakkan donat. Nyeleneh, tapi penuh intrik.

Terakhir, ada Sunset Satellite karya Twilight Foundry Games asal Malaysia. Sebelumnya sempat diumumkan di event Level Up KL 2021, Sunset Satellite dideskripsikan sebagai sebuah 3D interactive fiction yang penuh atmosfer dan emosi, dengan narasi seputar pertumbuhan dan penerimaan. Grafik bergaya lo-fi membuat game ini terkesan sangat chill untuk dimainkan.

Selain menerima bantuan dana tanpa terikat kontrak eksklusif maupun sistem royalti, keenam developer indie tadi juga bakal menerima mentoring dari beberapa anggota veteran Toge Productions. Program TGFI ini benar-benar bertujuan untuk membantu, dan Toge sendiri hanya mendapatkan hak sebagai pihak pertama yang menawarkan diri untuk menjadi publisher.

Kabar baiknya, Toge masih membuka program TGFI buat developer-developer lain yang berminat mengikuti. Detail lebih lengkap sekaligus persyaratannya dapat dilihat langsung di situs Toge Productions.

Sumber: IGN dan Virtual SEA.

30 Game Asal Indonesia yang Mencuri Perhatian di Gamescom 2021

Gelaran Gamescom memang menjadi pameran video game terbesar yang setiap tahunnya diadakan di Jerman. Sayangnya pandemi mengharuskan event akbar ini diadakan secara digital.

Untungnya, kondisi tersebut tidak mengurangi keseruan dari pengumuman-pengumuman game yang hadir pada Gamescom 2021. Game-game besar seperti Forza Horizon 5, Saints Row Reboot, dan Marvel’s Midnight Suns mungkin memang mencuri perhatian pada Opening Night Live.

Namun di eksibisi Devcom Developer Conference (DDC) 2021, game-game Indonesia ternyata cukup menarik perhatian dari banyak negara karena dominasinya di dalam ajang ini. Asosiasi Game Indonesia (AGI) memang membuat program untuk mengirimkan 30 developer game lokal untuk tampil di dalam Gamescom 2021.

Dan bila Anda penasaran game apa saja yang ikut, berikut adalah daftar 30 game terbaik asal Indonesia yang tampil pada gelaran Gamescom 2021.

Nusantara Fighter

Developer: Miracle Gates Entertainment

Salah satu pendatang baru yang langsung mencuri perhatian banyak gamer dan media pada Gamescom kemarin adalah Nusantara Fighter. Game fighting ala Mortal Kombat atau Street Fighter ini memang tampil menarik dengan desain karakter yang terinspirasi dari sejarah dan kisah rakyat lokal. Game ini tengah dalam tahap pendanaan dan juga pencarian publisher.

Fallen Elysium, Dusk at War, and Fading Star

Developer: Miracle Gates Entertainment

Selain Nusantara Fighter, pengembang Miracle Gates Entertainment ternyata juga memiliki beberapa proyek menarik lain yang ikut ditampilkan. Ada tiga game lain bergenre visual novel yang diperkenalkan, yaitu Fallen Elysium yang bertema masa depan, Dusk at War yang bertema peperangan, dan yang terakhir adalah Fading Star yang bertema romantis. Ketiganya mengambil tema cerita yang cukup berbeda-beda.

Escape from Naraka

Developer: Xelo Games

Game ini memang bukan game yang baru, namun para penonton Gamescom tetap dibuat terpukau lewat trailer eksklusif barunya. Game bergenre action-platformer ini terus mencuri banyak perhatian gamer di seluruh dunia karena aksi yang ditampilkan dikombinasikan dengan tema Balinya yang cukup unik.

A Space For The Unbound

Developer: Mojiken Studio

Game petualangan kehidupan berlatar Indonesia di tahun 90-an ini memang menjadi salah satu game yang paling diantisipasi oleh banyak gamer di Indonesia dan bahkan Asia Tenggara. Game ini memang ikut tampil di booth milik Toge’s Indie Arena Booth. Namun sayangnya game ini tidak menunjukkan hal baru pada gelaran kemarin.

Stella Gale: The Trials of Faith

Developer: Extra Life Entertainment

Visual style memang menjadi salah satu daya tarik unik bagi sebuah video game. Dan Stella Game: The Trials of Faith dengan indah membuat game-nya seakan kartun atau anime klasik yang digambar manual. Para pemain akan menjadi Stella yang mengikuti kompetisi gladiator dengan hadiah satu permintaan apapun yang akan dikabulkan oleh sang pangeran.

Misguided: Never Back Home

Developer: JEVO Games

Mengambil tema game horor dengan karakter utama seorang cewek SMA, plus gameplay dari pandangan orang ketiga tentu membuat Misguided: Never Back Home langsung dibanding-bandingkan dengan Dreadout. Namun game ini merupakan game mobile yang akan mengikuti Silvia yang mencari teman-temannya di tempat yang tidak diketahui dan dihantui oleh mahluk-mahluk mistis.

Who Is He: Let Me Out

Developer: 4Happy Studio

Game horor dengan karakter utama anak-anak memang terkadang membuat suasananya semakin mencekam, sekaligus membuat sedikit menenangkan saat dimainkan. Dalam game ini pemain akan menjadi Alvin yang terperangkap di kampung halamannya. Dengan bantuan saudarinya yang telah meninggal dan juga laba-laba peliharannya, ia harus mengungkap rahasia kelam di desanya dan kabur dari sana.

Kirana: Raga Sukma

Developer: Kawarna Studio

Aspek mitologi dan cerita rakyat Indonesia memang menjadi salah satu tema yang luas untuk digali. Seperti judulnya, game yang satu ini mengangkat tema raga sukma atau ngrogo sukmo. Dalam game petualangan dengan pandangan orang ketiga ini, pemain akan menjadi Kirana yang punya misi untuk menyelamatkan saudaranya, sekaligus menyelesaikan masalah mental yang ia hadapi.

Ngopi, Yuk!

Developer: Uniqx Games Studio

Game adaptasi komik atau anime memang bukan yang baru. Sama seperti game ini yang diadaptasi dari webtoon lokal dengan judul yang sama. Sesuai namanya, pemain akan menjadi barista yang sibuk mengurusi mulai dari kostumer, menu, dan bahkan mengembangkan toko lewat sistem gacha.

Here Comes The Hero

Developer: GameChanger Studio

Menggabungkan dua genre video game yang berbeda memang berpotensi untuk membuat sebuah genre hybrid yang memberikan pengalaman baru bagi gamer. Seperti yang ditawarkan lewat Here Comes The Hero, game ini menggabungkan genre petulangan roguelike yang tengah naik daun dengan game fighting 1-vs-1. Game ini direncanakan untuk dirilis pada 2023 mendatang untuk PC dan konsol.

Rendezvous

Developer: Pendopo Studios

Kombinasi konsep cyberpunk, style pixel art, dan juga aksi 2 dimensi mungkin menjadi komposisi andalan dari para pengembang game indie. Namun hal tersebut tidak selalu negatif, apalagi bila konsep tersebut ditambahkan elemen lokal seperti pada game Rendezvous ini yang menampilkan kota Neo-Surabaya.

Grammarian Ltd

Developer: Algorocks

Memberikan narasi imajinatif untuk konsep dasar sebuah game terkadang bisa membuat game edukasi menjadi menarik. Seperti yang dilakukan pada game ini lewat cerita di masa depan ketika sang presiden mewajibkan semua tata bahasa dan juga tulisan harus benar dan sempurna. Dan pemain mendapat tugas besar untuk memastikan bahwa semua teks yang lewat tanpa cacat bahasa.

Project Unseek

Developer: Arsanesia

Apa jadinya bila kalian bermain petak umpet di malam hari, mungkin itulah yang ingin disuguhkan oleh Project Unseek ini. Pemain akan bermain secara multiplayer dengan 6-10 pemain lainnya, dengan satu orang akan bertugas menjadi penjaga yang harus menangkap pemain lainnya. Dengan pandangan yang terbatas, para pemain yang dikejar harus menggunakan kemampuan uniknya untuk selamat.

Night of Sorrow

Developer: Satriver Studio

Bila ada yang mengatakan sebuah game shooter bertema Malam Satu Suro, mungkin akan banyak yang menyebut bahwa hal itu terlalu mengada-ada. Namun itulah yang tengah direalisasikan oleh developer asal Malang ini. Memang tidak banyak yang ditunjukkan selain dari desain karakter yang menyerupai hantu kuntilanak yang membawa senjata.

Project KISS: Road to Debut

Developer: Wisageni Studio

Dengan semakin populernya Kpop dan para idol-nya. Maka cukup menarik untuk melihat bagaimana jadinya bila pemain menjadi manajer dari para idol ini. Game ini nantinya akan berfokus pada narasi dengan gameplay yang kasual. Para pemain nantinya akan mengatur jadwal dari idol ini untuk mendapatkan ending yang memiliki 15-20 varian.

Hello Goodboy

Developer: Rolling Glory Jam

Game tentang cerita kehidupan atau slice-of-life mungkin memberikan kesan tersendiri kepada para pemainnya. Hello Goodboy kemungkinan akan menjadi salah satunya. Game ini bercerita tentang seorang anak dengan anjing kesayangannya yang bernama Coco. Hello Goodboy akan menjadi game side-scrolling 2D dengan puzzle dan beragam aktivitas yang akan berdampak pada kelanjutan narasinya.

Matchmaker: Love & Roguelike

Developer: MelonCat studio

Bila sebelumnya Here Comes The Hero mencoba menggabungkan genre roguelike dengan fighting 1-vs-1, game yang satu ini mencoba lebih radikal dengan menggabungkan genre roguelike dengan matchmaking sim. Namun itulah inti dari game ini. Pemain diminta untuk menjadi Mak Comblang, sekaligus berpacu dengan waktu untuk memasangkan sebanyak mungkin orang.

Anuchard

Developer: stellarNull

Game action RPG berlatar fantasi ini menjadi salah satu game yang ditampilkan secara langsung kepada para pengunjung Gamescom. Game ini menawarkan nostalgia dari game-game action RPG klasik yang akan membawa para pemain ke dalam petualangan di dungeon, memecahkan puzzle, dan juga pertarungan secara real-time. Game ini tengah dipersiapkan untuk dirilis di PC via Steam dan Xbox awal tahun depan.

Amazing Swing

Developer: Megaxus

Bila game-game sebelumnya menitik beratkan aspek naratif ataupun gameplay-nya. Maka Swing Saga merupakan game kasual yang menantang para pemain untuk berayun dari satu platform ke platform yang lain. Para pemain juga akan mendapatkan poin bila mereka dapat mendarat pada titik yang tepat. Game ini akan dirilis untuk PlayStation 4 dan 5, serta Nintendo Switch akhir tahun nanti.

Monster Breakout! Brickbreaker Pixel RPG

Developer:  Seraph Games

Game yang satu ini sebenarnya adalah remake dari Brick Pixel yang keluar untuk platform mobile awal tahun ini. Namun Seraph Games bersama dengan publisher Niji Games Studio dan art designer Frosty Rabbid memberikan improvisasi visual dan animasi yang lebih baik, ditambah dengan narasi yang lebih kuat serta sistem progres ala RPG yang lebih detail.

Cooking Chef Story: Food Park

Developer: Dreams Studio

Masih di bawah publisher Niji Games, ada Dreams Studio yang membawa game memasak dan menantang para pemain untuk menyiapkan dan juga menyajikan berbagai makanan ataupun kudapan dari Indonesia maupun negara lainnya. Game yang dirilis untuk mobile ini tengah berstatus alpha dan direncanakan untuk dirilis pada 2022

Calico Cafe

Publisher: Niji Games Studio

Game terakhir yang dibawa Niji Games lagi-lagi bertemakan makanan-minuman. Dalam game ini, para pemain akan menjadi kucing tiga warna alias calico yang membuka kafe pertamanya. Berbeda dengan game sebelumnya yang akan menuntut ketangkasan, game ini akan lebih menenangkan.

Knight Vs Giant

Developer: Gambir Studio

Siapa yang menyangka bahwa game flash yang berasal dari tahun 2013 kini dapat hidup kembali. Itulah yang dialami oleh Knight vs Giant. Game Flash bergenre hack and slash ini dikembangkan ulang sebagai game yang lebih sempurna dengan grafis, mekanisme pertarungan, dan juga sistem progresi yang lebih baik.

The Sun Shines Over Us (Menggapai Matahari)

Developer: Eternal Dream Studio

Isu perundungan atau bullying memang masih menjadi topik yang masih terus menghantui. Game Menggapai Matahari ini mencoba mengangkat isu-isu sensitif dari kehidupan para remaja seperti persahabatan dan juga kesehatan mental. Game visual novel ini masih tengah dalam tahap pengembangan.

Fractured Core

Developer: Engram Interactive

Sistem pertarungan turn-based mungkin kini sudah banyak ditinggalkan game-game besar untuk mendorong aksi yang lebih cepat dan interaktif. Namun sistem ini ternyata diaplikasikan dalam game futuristis cyberpunk yang berlatar di Jerman ini. Fractured Core menawarkan cerita naratif yang dalam dan juga kostumisasi karakter yang membuat game-nya lebih menarik.

Tanasurga

Developer: Rainman Studios

Satu lagi game yang mengimplementasikan sistem pertarungan turn-based dan juga naratif. Namun bedanya, Tanasurga mengambil latar mundur ke era Perang Dunia 2 dengan ‘twist‘ bahwa para pejuang kini menggunakan robot untuk bertarung dan berjuang untuk memerdekakan negaranya. Game ini memiliki tiga orang pilot yang punya cerita berbeda-beda dengan multiple ending yang membuatnya semakin membuat penasaran.

Project Angels

Developer: Project Angels Dev

Bila Anda mencari sebuah game visual novel bertema militer dengan karakter bergaya anime, maka game yang satu ini merupakan jawaban yang pas. Dalam Project Angels pemain akan menjadi komandan dari pasukan elit superhuman yang harus memastikan bahwa setiap misinya berhasil sekaligus membangun hubungan dengan para tentaranya.

Billy Makin Kid

Developer: SLAB Games

Game terakhir yang masuk ke dalam Gamescom ini sebenarnya bukan game baru. Namun developer SLAB Games memang tengah membawa game flash satu ini untuk masuk ke dalam PC, mobile, dan juga HTML5. Game tower defense ini memang cukup populer saat era game flash. Selain itu SLAB Games juga memiliki beberapa proyek yang masih belum diumumkan.

Penutup

Dan itulah tadi ke-30 game asal Indonesia yang berhasil tampil pada gelaran Gamescom dan mencuri perhatian pada Devcom Developer’s Conference karena serbuan dari game-game asal Indonesia yang mendominasi hingga menjadi game terbaik pada Indie Arena Booth.

Semoga saja, serbuan semacam ini dapat dipertahankan pada event-event internasional berikutnya agar para gamer dari seluruh dunia mengetahui bahwa para developer asal Indonesia juga memiliki game-game berkualitas yang mampu bersaing secara internasional.

 

Sony Disebut Meminta Rp365 Juta pada Developer Game untuk Posisi Strategis PS Store

Sony tentunya sangat menyayangi judul-judul eksklusifnya karena dari situlah sumber pendapatan sekaligus pujian dari para fans. Namun Sony kelihatannya punya perlakuan yang cukup berbeda kepada pengembang dan penerbit game indie.

Salah seorang pengembang game indie akhirnya buka suara mengenai Sony yang membebani para pengembang indie biaya sebesar $25,000 atau Rp363 juta agar game mereka bisa mendapatkan posisi strategis (featured) di PlayStation Store.

Pengakuan ini diutarakan oleh co-founder dari Neon Doctrine. Pengembang dan penerbit game indie asal Inggris ini menjelaskan tanpa menyebut Sony maupun PlayStation namun menyebutnya sebagai ‘Platform X’.

Iain menjelaskan panjang lebar pengalamannya dalam merilis game miliknya di platform PlayStation tersebut. Mulai dari proses peluncuran pada platform tersebut yang memiliki banyak tahapan sulit hingga bagaimana PlayStation tidak memberikan para pengembangnya kemampuan untuk mengatur game-nya ketika sudah meluncur di Store.

Kesulitan tersebut berlanjut ketika game-nya telah diluncurkan. Karena Sony memiliki kendali penuh dalam berbagai hal mulai dari memberikan diskon dan bahkan menampilkan game tersebut di toko mereka.

Semua kendali tersebut berada di pemegang platform (Sony) yang akan melakukan evaluasi ke pada produk game mereka. Iain juga menjelaskan bahwa tidak ada kejelasan dan transparansi bagaimana proses evaluasi tersebut dilakukan.

Dari situlah Iain menjelaskan bahwa ada jalan untuk memastikan game miliknya ditampilkan yaitu membayar nominal besar yang telah disebutkan di atas. Bahkan dari sumber lain disebutkan bahwa biaya ‘featured‘ tersebut bisa mencapai $200.000 atau Rp2,9 miliar.

Image credit: Sony

“Jika Platform X tidak menyukai game Anda, tidak ada gembar-gembor, tidak ada perhatian, tidak ada cinta,” ujar Iain dalam cuitannya.

Iain juga menambahkan pernyataannya kepada media Kotaku dengan menyebut Sony telah mengecewakan pengembang indie dalam skala besar sambil masih menggunakan mereka sebagai bagian dari pemasarannya.

“Telepon baru-baru ini yang saya lakukan menunjukkan bahwa mereka tidak menghargai kami, pendapat kami, atau mata pencaharian kami. Yang lebih buruk adalah (Sony) memastikan bahwa pelanggan mereka mendapatkan pilihan yang lebih buruk dan memiliki lebih sedikit pilihan. Saya tidak memahami logikanya tetapi tampaknya buruk bagi semua orang termasuk mereka sendiri.” Tutup Iain.

Before We Leave Ialah Game City Building Santai dengan Elemen Eksplorasi Luar Angkasa

Sepintas, game di atas kelihatan mirip seperti seri Civilization berkat tampilan serba heksagonalnya. Namun game berjudul Before We Leave ini rupanya masuk kategori city building, jauh lebih santai ketimbang seri Civilization maupun game 4X lain.

Yang unik dari game ini adalah adanya elemen eksplorasi, bahkan eksplorasi luar angkasa sekaligus. Salah satu ancaman terbesar dalam Before We Leave juga datang dari antariksa, spesifiknya seekor makhluk mirip paus tapi yang kerjanya menelan planet demi planet. Peradaban yang dibangun pada dasarnya harus disiapkan untuk menghadapi tantangan ini.

Before We Leave

Tidak ada peperangan dalam Before We Leave. Tidak ada faksi/bangsa lain yang berkompetisi. Sepintas premisnya terdengar seperti Frostpunk; peradaban yang dibangun ulang merupakan sisa yang selamat dari bencana alam, tapi saya menduga elemen survival-nya tidak seekstrem salah satu game favorit saya itu.

Seiring teritori meluas, pemain bakal menemukan sejumlah teknologi peninggalan perabadan sebelumnya. Saya menebak warisan-warisan inilah yang dapat dimanfaatkan untuk mengusir si space whale itu tadi, dan di sinilah elemen strategi mulai ditonjolkan.

Before We Leave

Jujur konsep yang ditawarkan cukup menarik, terutama jika Anda suka dengan gamegame seperti Cities Skylines, Frostpunk dan Civilization. Di tengah banyaknya game penuh kekerasan (Doom Eternal, Borderlands 3, dll) yang kita mainkan selama masa swakarantina, mungkin game bangun-membangun yang santai seperti inilah yang kita butuhkan.

Before We Leave merupakan game perdana bikinan Balancing Monkey Games, sebuah studio indie asal Selandia Baru. Permainan ini sudah dikerjakan sejak 2017, dan rencananya akan dirilis di Epic Games Store pada tanggal 8 Mei 2020 nanti.

Sumber: The Escapist.

Sejumlah Game Indie Mulai Bermigrasi dari Steam ke Epic Games Store

Setelah resmi diumumkan minggu lalu, para talenta di belakang Unreal Engine, Gears of War dan Fornite akhirnya meluncurkan Epic Games Store bertepatan dengan The Game Awards 2018. Epic Games Store adalah platform distribusi digital ala Steam yang menjajakan penawaran sangat menarik untuk developer: Epic Games hanya meminta komisi 12 persen dan sisanya diberikan pada pengembang.

Penawaran ini tampaknya terbukti efektif. Tak lama sesudah layanan ini dirilis, sejumlah developer – terutama tim independen – mulai memindahkan game mereka dari Steam ke Epic Games Store. Lalu beberapa studio lain yang belum mau meninggalkan Steam melakukan strategi ‘timed exclusive‘ – yaitu melepas permainannya secara eksklusif dalam jangka waktu tertentu di platform punya Epic Games itu.

Terhitung mulai kemarin, laman Steam dari game first-person open world bertema konstruksi Satisfactory tak lagi bisa diakses setelah Coffee Stain Studios berencana melepasnya di Epic Games Store. Developer menjelaskan bahwa Epic Games Store merupakan satu-satunya tempat untuk mendapatkan permainan ini, dan berjanji buat memberikan jawaban atas rasa penasaran gamer lewat sesi Q&A.

Selain Satisfactory, Team17 juga berniat untuk menyediakan Genesis Alpha One di Epic Games Store pada bulan Januari nanti. Sang publisher mengurungkan niatnya buat meluncurkan di Steam di tanggal 29 Januari 2018, dan menyampaikan bahwa saat ini, proses pengerjaannya berada di tahap pemolesan akhir.

Tim Double Damage sendiri menerapkan pendekatan timed exclusive untuk kreasi anyarnya, Rebel Galaxy Outlaw. Rencananya, developer akan menyediakan game space simulation itu secara khusus di Epic Store selama 12 bulan, kemudian barulah Rebel Galaxy Outlaw tersaji di tempat lain. Double Damage berharap, pembagian keuntungan 12/88 dapat memberikan mereka modal buat meluncurkan game di ‘toko sebelah’.

Lewat blog, Double Damage cukup terang-terangan bilang bahwa pembagian 30/70 terasa cukup memberatkan, terutama untuk studio indie. Metode kurasi yang diterapkan Epic Games turut memperoleh tanggapan positif dari developer dan pengguna, karena sangat membantu mengekspos judul-judul dengan konten berkualitas.

Sejumlah permainan indie berpotensi saat ini sudah dapat dimainkan via Epic Games Store: Ashen telah tersedia di sana, sedangkan versi Steam-nya masih berstatus TBD. Lalu Hades, kreasi terbaru tim pencipta Bastion dan Transistor bisa dinikmati via early access saat ini, namun masih belum ada di Steam.

Kabar gembira dari Epic Games tak cuma ditujukan bagi developer, tapi juga kepada para pemain. Kabarnya, mereka akan membagi-bagikan permainan secara gratis tiap dua minggu sekali.

Via PC Gamer.

Game-Game Indie Baru Untuk Switch yang Diumumkan di Nintendo Nindies

Presentasi online Nintendo Direct telah menjadi tradisi sang perusahaan Jepang dalam memperkenalkan segala produknya sejak era Wii. Namun meningkatnya perhatian gamer terhadap permainan-permainan indie mendorong Nintendo untuk menyiapkan program terpisah yang didedikasikan pada judul-judul non-blockbuster. Mereka menamainya Nindies Showcase.

Pada tanggal 28 Agustus 2018 kemarin, Nintendo kembali melangsungkan stream Nindies Showcase di YouTube serta Twitch. Di sana, sang pemilik platform mengungkap lebih dari 20 permainan independen yang akan dilepas di Switch. Menurut Nintendo judul-judul ini sangat optimal dimainkan di console hybrid tersebut karena tingginya fleksibilitas pemakaian – game bisa dinikmati baik dari atas sofa ataupun dalam perjalanan.

Trailer dan jadwal peluncurannya bisa Anda simak di bawah ini:

 

Into the Breach

Sudah tersedia sekarang

 

Hyper Light Drifter – Special Edition

6 September, pre-order sudah dapat dilakukan

 

TowerFall

27 September, pre-order sudah dapat dilakukan

 

Bullet Age

November 2018

 

Levelhead

November 2018

 

Treasure Stack

Musim dingin 2018

 

Mineko’s Night Market

Awal 2019

 

Samurai Gunn 2

Awal 2019

 

The World Next Door

Awal 2019

 

King of the Hat

Awal 2019

 

Untitled Goose Game

Awal 2019

 

Dan di bawah ini adalah game-game indie yang akan sebelumnya telah diumumkan akan hadir di Switch dan akhirnya mendapatkan waktu rilis.

 

The Messenger

30 Agustus

 

Bastion

13 September

 

Wasteland 2: Director’s Cut

13 September

 

Undertale

18 September

 

Light Fingers

20 September

 

Superbrothers: Sword & Sworcery EP

Oktober 2018

 

Jackbox Party Pack 5

Oktober 2018

 

Transistor

November 2018

 

Dragon Marked for Death

13 Desember

 

Desert Child

Desember 2018

Discord Mulai Berjualan Game Seperti Steam

Steam memulai tren distribusi video game secara online. Di saat yang sama, Steam juga menjadi wadah komunikasi antar pemain, sampai akhirnya publisherpublisher besar seperti EA dan Ubisoft memutuskan untuk angkat kaki dan menciptakan platform distribusinya sendiri.

Kesatuan para gamer pun seketika terbelah akibat perbedaan platform. Namun di tahun 2015, lahir sebuah platform baru bernama Discord. Discord tidak berdagang game (awalnya), ia cuma sebatas software VoIP yang bertujuan memudahkan komunikasi para gamer. Berkat Discord, gamer dari berbagai platform distribusi – Steam, Origin (EA), Uplay (Ubisoft), Twitch, dll – jadi bisa dipertemukan kembali.

Tercatat sudah ada lebih dari 150 juta gamer yang menggunakan Discord sebagai medium pilihannya untuk berkomunikasi. Dampak popularitas Discord pun sangat besar; Juli lalu, Steam merombak fitur Chat-nya dengan banyak belajar dari Discord. Discord, yang statusnya sekarang bisa dibilang OKB (orang kaya baru), rupanya tidak mau tinggal diam.

Discord Store

Discord memutuskan untuk membalas. Mereka ingin merebut secuil pangsa pasar Steam lewat lapak game-nya sendiri, Discord Store. Fitur ini masih berstatus beta dan sedang diuji bersama 50.000 pengguna Discord di Kanada secara acak. Jumlahnya bakal ditambah secara bertahap, demikian pula untuk ekspansinya ke negara-negara lain.

Discord Store diwakili oleh tab baru berlabel “Store” pada aplikasi Discord. Game yang dijual juga bukan sembarangan, melainkan yang telah dipilih oleh tim kurator internal beranggotakan lebih dari 100 orang. Beberapa game bahkan disertai catatan rekomendasi kecil dari anggota tim kurator Discord guna meyakinkan konsumen bahwa game tersebut layak dibeli dan dimainkan.

Discord Store

Berhubung masih beta, wajar kalau katalognya belum besar. Sejumlah judul populer macam “Pillars of Eternity II: Deadfire” maupun “Frostpunk” sudah ada. Namun yang menarik adalah rencana ke depan Discord untuk menyiapkan judul-judul game eksklusif berlabel “First on Discord”.

“First on Discord” mengemas deretan game indie yang, kalau menurut Discord sendiri, ada campur tangan mereka dalam proses pengembangannya. Uniknya, status eksklusif tersebut tidak permanen. Setelah 90 hari, sang developer bebas menjual game bikinannya di platform lain. Seperti halnya Steam, Discord akan mengambil 30% dari nilai transaksi setiap game yang konsumen beli.

Discord Nitro Game Access Pass

Di samping itu, keputusan Discord untuk berjualan game ini juga akan mendatangkan fasilitas baru buat para pelanggan layanan premiumnya, Nitro. Mereka ini bakal mendapatkan akses gratis ke koleksi game yang berbeda dari yang ada di Discord Store – meski tentu saja mereka masih bisa membeli dari Discord Store jika mau.

Sejauh ini koleksi game gratis bagi para pelanggan Nitro ini sudah mencakup judul-judul beken seperti “Saints Row: The Third”, “Metro: Last Light Redux”, dan “System Shock Enhanced Edition”. Ketiganya memang bukan game baru, tapi itu sengaja dipilihkan Discord supaya kita tidak sampai melewatkan gamegame yang populer pada masanya tersebut.

Discord Universal Game Library

Seluruh game ini nantinya dapat diakses melalui tab “Library” pada aplikasi Discord. Kalau kita mau, Discord bahkan bisa memeriksa isi komputer guna memunculkan shortcut ke semua game yang ada di perangkat, termasuk yang membutuhkan launcher lain. Apapun yang hendak kita mainkan, kita tak perlu meninggalkan Discord sama sekali, kira-kira begitu premisnya.

Terakhir, Discord tidak lupa memastikan bahwa semua fitur baru yang mereka siapkan ini tidak akan membuat performa dan stabilitas Discord sebagai medium komunikasi bakal menurun. Sejak awal, performa dan user experience selalu menjadi fokus utama tim engineering Discord, dan mereka pasti tidak mau reputasi yang telah mereka bangun itu runtuh begitu saja akibat ambisi baru.

Sumber: Variety dan Discord.

Setelah 3 Dekade Berlalu, Sega Mega Drive Akan Kedatangan Game Baru

Ketika dirilis perdana di wilayah Jepang di tahun 1988, Sega Genesis (atau Mega Drive) masih belum bisa menumbangkan kepopularitasan dua rival utamanya, yaitu SNES dan NEC PC Engine. Namun berbekal sejumlah port permainan arcade, franchise Sonic the Hedgehog dan langkah promosi yang agresif, Mega Drive ternyata sangat sukses di kawasan Amerika, Brazil dan Eropa.

Perjalanan Sega memproduksi console berakhir setelah Dreamcast, namun beberapa IP yang mereka populerkan terus dikenang serta diwariskan ke platform game modern. Dan terdengar kabar gembira mengejutkan belum lama ini. Setelah hampir tiga dekade meluncur, Sega Genesis ternyata akan mendapatkan sebuah permainan baru, yakni game berjudul Tanglewood buatan developer indie Big Evil Corporation.

Tanglewood adalah permainan orisinal yang digarap khusus untuk Mega Drive. Proyeknya dimulai dua tahun silam, namun baru di awal Agustus kemarin game akhirnya mendapatkan tanggal rilis resmi. Tanglewood menyuguhkan gameplay action side-scrolling 2D, dibangun sebagai permainan 16-bit sejati baik secara visual ataupun audio. Ia siap menemani para gamer veteran mengenang masa mudanya.

Tanglewood 1

Kosep, penyajian, serta karakter utama di Tanglewood mengingatkan saya sedikit pada Ori and the Blind Forest. Di game, Anda akan memandu seekor makhluk kecil dengan fisik menyerupai rubah bernama Nymn buat menemukan kembali keluarganya. Untuk bertahan hidup, Nymn harus pintar dalam menghidari bahaya dan jebakan, serta memanfaatkan segala kemampuan yang ia miliki. Game menghidangkan sistem perputaran siang dan malam, dan hal ini memengaruhi jenis musuh yang akan Anda hadapi.

Tanglewood 2

Tanglewood kabarnya digarap secara murni menggunakan bahasa pemrograman low-key yang dimanfaatkan dalam pengembangan permainan Sega di tahun 90-an. Gameplay-nya mengombinasikan formula platforming dan puzzle, menghidangkan 28 level yang dibagi jadi delapan bab cerita. Soundtrack game dibuat oleh FreezeDream, diramu khusus agar mendukung prosesor Sega Mega Drive.

Tanglewood 3

Aspek yang paling menarik dari Tanglewood adalah, Big Evil Corporation betul-betul akan merilis game via cartridge (PAL, NTSC dan NTSC-J) yang dibungkus dalam boks khas console generasi keempat buatan Sega itu. Di packaging, Anda bisa menemukan tulisan Genesis atau Mega Drive, bergantung dari versinya. Anda kini tinggal mengeluarkan console dari bungkusnya dan jangan lupa bersihkan dulu debu-debunya…

Namun bagaimana jika Anda sudah tidak lagi menyimpan Sega Genesis? Jangan cemas, Tanglewood rencananya juga akan tersedia di Steam, dapat dinikmati di PC ber-OS Windows, Mac dan Linux. Saat artikel ini ditulis, versi Steam masih belum bisa di-pre-order, tapi Big Evil Corporation telah mempersilakan kita  mencicipi versi demonya.

Sumber: TanglewoodGame.com.

Nintendo Siap Mendukung Implementasi Fitur Cross-Platform Play di Console-nya

Jika Anda mengikuti perkembangan industri game, maka Anda tahu bahwa cross-platform play menjadi topik panas belakangan ini. Brand besar seperti Microsoft dan Nintendo telah mulai memperkenankan gamer-nya bermain bersama, kecuali Sony yang bersikeras untuk tetap mentup akses ke platform-nya. Dan kini, Sony berada di posisi yang tidak menguntungkan.

Berbeda dari Sony, Nintendo tampaknya melihat potensi positif cross-platform play bagi bisnisnya ke depan. Dalam presentasi ke para investor, senior executive officer Susumu Tanaka menyampaikan bagaimana Nintendo berkomitmen buat mendukung implementasi dan perluasan fitur cross-play sesuai keinginan developer dan publisher, meski mereka belum mengungkap detail rencananya lebih jauh.

Menurut Tanaka, cross-platform play dapat terwujud dengan adanya persetujuan antara publisher game dan pemilik platform. Nintendo sendiri punya kecenderungan untuk membantu publisher menerapkan cross-play jika mereka menginginkannya. Namun hal selanjutnya yang mesti diperhatikan adalah apakah platform holder lain (misalnya Sony atau Microsoft) menginginkannya serta mengizinkannya.

Pendapat sang senior executive officer juga senada dengan COO sekaligus presiden Nintendo Amerika Reggie Fils-Aime. Di E3 2018, pemblokiran akses Fortnite dari console lain (kecuali PC) ke PlayStation 4 mendapatkan sorotan. Fils-Aime enggan berkomentar soal keputusan Sony, tapi penjelasannya mengindikasikan ia akan mengambil langkah berbeda dari sang kompetitor.

Reggie Fils-Aime menyampaikan bahwa timnya selalu bersemangat untuk bisa berkolaborasi bersama developer dan membantu mereka merealisasikan visinya. Fils-Aime juga bilang tidak akan memilih-milih permainan. Nintendo siap mendukung apapun game-nya dan siapa pun developer-nya.

Dan dalam momen presentasi tersebut, Nintendo juga mengungkapkan sebuah rencana yang ambisius. Anda mungkin sudah mendengar soal ada cukup banyak permainan garapan developer lokal yang akan (atau sudah) dirilis di Switch. Boleh jadi, kemunculan mereka di sana adalah efek dari strategi baru Nintendo: perusahaan ingin melepas 20 sampai 30 judul permainan independen setiap minggu.

Sebagai langkah awal, Nintendo berupaya mempermudah proses pengembangan game dan publikasi permainan di platorm mereka. Sejauh ini, menuver Nintendo berjalan mulus. Sejumlah game indie telah terjual jutaan kopi secara global. Nintendi juga menargetkan untuk membantu mengembangkan 1.500 judul permainan berbasis engine Unity.

Beberapa permainan Nintendo Switch yang sudah menunjang cross-platform play meliputi Rocket League, Chess Ultra, Fortnite dan Pinball FX3. Judul lain juga telah dikonfirmasi akan kehadiran fitur ini di antaranya Minecraft, Crazy Justice dan Gunscape.

Via IGN dan Games Industry.