EA Siapkan $1,2 Miliar untuk Mengakuisisi Codemasters

Pecinta sejati game balapan semestinya sudah tidak asing lagi dengan nama Codemasters. Developer asal Inggris tersebut sudah berkiprah selama lebih dari tiga dekade, dan selama itu mereka telah melahirkan franchise game balapan yang populer seperti DiRT, GRID, maupun F1, plus Project CARS via akuisisi di tahun 2019 lalu.

Dalam waktu dekat, tepatnya di kuartal pertama 2021, keempat franchise tersebut bakal berada di bawah satu payung yang sama dengan franchise tenar lain seperti Need for Speed, Burnout, maupun Real Racing. Pasalnya, Electronic Arts (EA) sudah setuju untuk mengakuisisi Codemasters dengan nilai sebesar $1,2 miliar (± Rp17 triliun).

Buat yang mengikuti perkembangan Codemasters, Anda mungkin bakal terkejut mendengar kabar ini, sebab di bulan November kemarin sempat beredar isu bahwa Codemasters bakal dibeli oleh Take-Two Interactive. Kenapa akhirnya Codemasters lebih memilih EA ketimbang Take-Two? Simpel, karena penawaran EA jauh lebih besar – $1,2 miliar dibanding penawaran Take-Two di kisaran $870 juta.

F1 2020 / Codemasters
F1 2020 / Codemasters

Kehadiran Codemasters dan seluruh kekayaan intelektualnya (IP) tentu bakal semakin memperkuat posisi EA di kategori racing game. Kendati demikian, kuat masih belum berarti monopoli, sebab EA masih harus berhadapan dengan dua franchise game balapan kuat lain, yakni Forza Motorsport di platform Xbox dan PC, serta Gran Turismo di PlayStation.

Di saat yang sama, kabar ini mungkin juga bisa membuat sejumlah penggemar setia seri DiRT dan F1 khawatir akan masa depan game balapan favoritnya. Sebagian dari mereka mungkin beranggapan bahwa seri DiRT dan F1 ke depannya bakal ‘dinodai’ dengan microtransaction yang berlebihan, dan kalau melihat riwayat EA selama ini, kekhawatiran semacam itu bisa dibilang cukup wajar.

Dari kacamata yang positif, akuisisi ini bisa juga diartikan para penggemar racing game ke depannya tak perlu membayar mahal untuk dapat menikmati hampir semua seri favoritnya, sebab sudah pasti seri DiRT, F1, GRID dan Project CARS bakal ditambahkan ke katalog layanan subscription EA Play. Kalau perlu, konsumen malah bisa berlangganan Xbox Game Pass yang sudah mencakup EA Play, dan di sana mereka juga akan mendapatkan akses ke seri Forza Motorsport sekaligus.

Sumber: Games Industry.

Cyberpunk 2077 Balik Modal di Hari Pertama Peluncurannya

Peluncuran Cyberpunk 2077 diwarnai banyak kontroversi. Penantian panjang para penggemarnya belum sepenuhnya terbayarkan karena permainan dinodai banyak kendala teknis (bug) dan performa yang kurang optimal. Lebih parah lagi, versi PS4 dan Xbox One-nya malah benar-benar buruk dari segi kualitas visual maupun performa, dan itu sudah dibuktikan oleh analisis dari Digital Foundry.

“Sudah menunggu lama, tapi game-nya terkesan belum selesai,” kira-kira begitu tanggapan sebagian gamer (saya salah satunya) mengenai Cyberpunk 2077 sejauh ini. Namun semua itu rupanya tidak mampu mencegah Cyberpunk 2077 sukses secara komersial dan menjadi mesin uang bagi CD Projekt Red (CDPR).

Laporan CDPR yang ditujukan ke investornya baru-baru ini menyatakan bahwa pemasukan yang didapat dari pre-order Cyberpunk 2077 sudah bisa menutupi biaya pengembangan sekaligus marketing-nya. Dengan kata lain, pengembangnya sudah balik modal bahkan di hari pertama peluncuran game ini pada tanggal 10 Desember kemarin.

Memangnya seberapa banyak jumlah pre-order yang dibukukan Cyberpunk 2077? 8 juta, dengan proporsi platform 59% di PC dan 41% di console. Sebagai perspektif tambahan, sekitar dua pekan sebelum Cyberpunk 2077 dirilis secara resmi, nilai pre-order-nya di Steam disebut sudah melebihi $50 juta. Sekali lagi, semua ini belum termasuk penjualan pasca game diluncurkan.

Terlepas dari segala kekurangannya sejauh ini, Cyberpunk 2077 berhasil mencetak rekor game single-player yang paling banyak dimainkan secara bersamaan di Steam. Data di SteamDB menunjukkan bahwa dalam 24 jam pertama pasca Cyberpunk 2077 dirilis, paling banyak ada 1.047.602 orang yang memainkannya dalam satu kesempatan yang sama. Angka ini lebih dari dua kali lipat rekor sebelumnya yang dipegang oleh Fallout 4 lima tahun silam (472.962 pemain).

Itu baru di Steam, dan Cyberpunk 2077 sendiri juga tersedia di platform lain seperti Epic Games Store, GOG (yang berada di bawah satu induk perusahaan yang sama seperti CDPR), dan bahkan Stadia, yang berarti jumlah pemain sebenarnya sudah pasti lebih banyak lagi.

Sumber: PC Gamer.

Trailer Gameplay Crimson Desert Dirilis, Game Terbaru dari Pengembang Black Desert

Pengembang Black Desert Online, Pearl Abyss, sedang sibuk menyiapkan game terbarunya, Crimson Desert. Rumor mengenai game ini memang sudah cukup lama beredar, akan tetapi trailer gameplay resminya baru saja ditayangkan pada ajang The Game Awards 2020, dan sejauh ini Crimson Desert terlihat cukup mengesankan.

Developer asal Korea Selatan itu mendeskripsikan Crimson Desert sebagai permainan open-world action-adventure, dan kalau melihat trailer-nya, ia memang tampak lebih mirip seperti The Witcher 3 ketimbang MMORPG. Kendati demikian, Pearl Abyss juga tidak lupa menambahkan bahwa Crimson Desert bakal memadukan elemen-elemen dari permainan single-player yang menitikberatkan pada kekuatan narasi dengan sejumlah fungsionalitas dari permainan multiplayer.

Kalau boleh menebak, hasil akhirnya mungkin bakal lebih mirip seperti Genshin Impact ketimbang Black Desert Online yang merupakan MMORPG murni. Genshin Impact, seperti yang kita tahu, bisa saja dimainkan sendirian, dan multiplayer di sana lebih pantas dianggap sebagai bonus ketimbang suatu keharusan.

Dalam Crimson Desert, pemain bakal menjalankan protagonis bernama Macduff, seorang prajurit bayaran yang sedang berjuang untuk merebut kembali kampung halamannya bersama para krunya. Menariknya, meski narasinya terpusat pada satu protagonis, Crimson Desert bakal masih menawarkan opsi kustomisasi karakter yang mendalam.

Crimson Desert digarap menggunakan engine rancangan Pearl Abyss sendiri. Buat yang pernah memainkan Black Desert, Anda pasti akan cukup familier dengan sistem combat di Crimson Desert, yang mencakup gaya bertarung yang bervariasi berdasarkan jenis senjata yang digunakan; apakah itu pedang, belati, kapak, perisai, atau malah tangan kosong.

Deretan musuh yang akan dijumpai juga sangat beragam, mulai dari prajurit biasa sampai monster-monster dari cerita mitologi – sekali lagi mengingatkan saya pada The Witcher 3, akan tetapi dengan nuansa Nordic yang jauh lebih kental. Trailer-nya bahkan juga sempat mempertontonkan adegan Macduff yang sedang menunggangi seekor naga berukuran masif.

Sejauh ini memang belum ada detail mengenai elemen multiplayer dalam Crimson Desert, tapi Pearl Abyss memastikan bahwa bakal ada fitur PvP di sana. Jadi meskipun tidak dideskripsikan sebagai MMO, Crimson Desert masih akan menempatkan seluruh pemainnya di satu server berskala besar.

Kalau boleh menyimpulkan, anggap saja Crimson Desert ini sebagai sekuel dari Black Desert, tapi yang lebih berfokus pada kekuatan narasi ala game single-player. Seandainya semua berjalan sesuai rencana, Crimson Desert bakal dirilis di PC sekaligus console pada musim dingin 2021.

Sumber: 1, 2, 3.

Rangkuman Review Cyberpunk 2077: Seharusnya Ditunda Lagi Saja

Hampir 8 tahun usai teaser trailer pertamanya dirilis dan setelah tiga kali ditunda peluncurannya, Cyberpunk 2077 akhirnya bakal benar-benar bisa dimainkan oleh publik secara luas pada tanggal 10 Desember mendatang. Bahkan saat artikel ini ditulis, saya pribadi sudah selesai melakukan pre-load Cyberpunk 2077 di Steam.

Seperti biasa, beberapa hari menjelang peluncurannya, lusinan media dipersilakan untuk memublikasikan ulasannya masing-masing. Di situs agregat OpenCritic, Cyberpunk 2077 sejauh ini mendapatkan skor rata-rata 91 dari 44 ulasan kritikus di media-media ternama, dan dari sekitar satu lusin ulasan yang sudah saya baca, responnya memang cukup positif.

GamesRadar+ memuji Night City (setting lokasi utama Cyberpunk 2077) sebagai dunia game paling immersive yang pernah ada. Begitu mengesankannya detail pada Night City, sang reviewer merasa akan terlalu banyak yang disia-siakan apabila pemain memilih untuk mengandalkan fast travel selama berpindah dari satu lokasi ke yang lainnya.

Game Informer di sisi lain sangat terpukau oleh berbagai karakter dalam Cyberpunk 2077. Bukan hanya karakter Johnny Silverhand yang diperankan oleh Keanu Reeves saja, tapi juga hampir semua NPC yang memberikan quest kepada sang protagonis, yang menurut sang reviewer benar-benar mengesankan perihal voice acting beserta animasinya.

Cyberpunk 2077

Developer CD Projekt Red (CDPR) selama ini sangat membanggakan bagaimana Cyberpunk 2077 sebagai sebuah RPG mampu menyajikan pilihan yang berlimpah kepada para pemainnya, dan klaim ini rupanya dikonfirmasi oleh ulasan dari IGN. Entah itu terkait opsi saat merespon percakapan dengan NPC, opsi pembuatan karakter, maupun bagaimana pemain bakal menjalani suatu misi, Cyberpunk 2077 benar-benar dibanjiri oleh segudang pilihan.

Seandainya The Witcher 3 bisa menjadi indikasi, narasi juga merupakan kekuatan utama Cyberpunk 2077. Dalam ulasannya, VGC menjelaskan bagaimana Cyberpunk 2077 dapat menyajikan jalan cerita yang benar-benar berkenang dibandingkan game lain yang sejenis, dan ini tidak hanya berlaku untuk jalan cerita utamanya, melainkan juga untuk sederet side quest yang tersedia.

Bagi yang menyukai genre RPG karena mekanik gameplay-nya yang kompleks, Cyberpunk 2077 semestinya bisa memenuhi hasrat tersebut kalau berdasarkan ulasan VG24/7. Perpaduan segudang pilihan senjata dan cyberware yang bervariasi, tidak ketinggalan pula segudang skill dan perk yang tersedia, membuat game ini sangat ekspansif perihal eksperimentasi build karakter.

CD Projekt Red masih punya banyak PR

Cyberpunk 2077

Namun seperti yang kita tahu, tidak ada satu game pun yang sempurna. Para reviewer ini boleh dibuat terkesan, tapi mereka juga sempat kesal akibat sederet bug yang membanjiri Cyberpunk 2077. Komentar soal bug ini bahkan bisa dibilang universal, sebab tidak ada satu pun reviewer yang tidak mengungkit soal betapa banyaknya bug teknis yang mampu merusak sensasi immersive yang didapat.

Ulasan dari PC Gamer contohnya, tidak hentinya membahas mengenai bug demi bug yang mereka temui hampir setiap saat. Mereka bahkan punya satu artikel khusus yang menjabarkan segudang bug yang sejauh ini belum diperbaiki oleh CDPR, dari yang sepele seperti bug visual, sampai yang krusial seperti dialog NPC yang menumpuk, yang tentu saja berdampak buruk terhadap penyajian cerita.

Sudut pandang lain yang juga menarik datang dari GamesBeat, yang menilai game ini seakan kurang bisa memaksimalkan potensinya. Ada banyak elemen dalam game yang seharusnya bisa dikembangkan lebih jauh lagi. Kesannya memang kelewat ambisius, tapi untuk game yang memang sudah terdengar begitu ambisius semacam ini, kenapa tidak sekalian saja digarap sampai bisa melampaui ekspektasi pemain, kira-kira begitu gagasannya.

Konsensus utama yang bisa kita simpulkan dari ulasan-ulasan para kritikus ini adalah, Cyberpunk 2077 merupakan game yang mengesankan, terutama berkat dunianya yang ekspansif, tapi kurang pantas dimainkan saat ini akibat begitu banyaknya bug teknis. Indikasinya bahkan bisa dilihat dari bagaimana ulasan-ulasan ini diterbitkan.

Sejauh ini tidak ada satu pun media yang diperbolehkan menayangkan rekaman gameplay mereka, dan mungkin asumsinya CDPR tidak mau reputasi Cyberpunk 2077 mendadak anjlok karena betapa banyaknya problem visual dan teknis yang tampak. Semua reviewer juga memainkan Cyberpunk 2077 di PC, dan fakta ini memicu pemikiran bahwa performa game ini cukup buruk di console current-gen (PS4 dan Xbox One).

Bahkan performanya di PC pun jauh dari kata mengesankan. Tom’s Hardware sempat menguji Cyberpunk 2077 dengan berbagai kartu grafis, dan performanya bisa dibilang jauh dari kata optimal. Hal ini agak mengejutkan mengingat spesifikasi PC yang disarankan sebelumnya tergolong cukup rendah.

Pun demikian, kita juga tidak boleh lupa bahwa para reviewer memainkannya tanpa meng-install driver versi terbaru dari Nvidia maupun AMD, yang umumnya baru akan dirilis di hari peluncuran suatu game AAA. Versi yang dimainkan para reviewer juga memiliki DRM Denuvo – yang terkenal punya pengaruh buruk terhadap performa game – sedangkan versi final yang akan dirilis pada tanggal 10 Desember nanti dipastikan tidak punya DRM sama sekali.

Cyberpunk 2077

Singkat cerita, CDPR masih punya banyak PR (pekerjaan rumah) untuk mengoptimalkan Cyberpunk 2077 sehingga dapat menyuguhkan pengalaman yang istimewa. Di titik ini, Cyberpunk 2077 terkesan seperti game keluaran Bethesda yang dikenal begitu buggy di hari perilisannya.

Namun yang namanya bug teknis semestinya bisa diatasi dan hanya masalah waktu saja. The Witcher 3 pada saat dirilis lima tahun lalu juga jauh dari kata sempurna, tapi seiring berjalannya waktu, CDPR akhirnya berhasil mengatasi sejumlah problem teknis sehingga game tersebut layak mendapat predikat salah satu game terbaik sepanjang masa.

Untuk Cyberpunk 2077, kemungkinan memang prosesnya bakal lebih lama karena pandemi dan keterbatasan yang dihadapi tim developer selama bekerja dari kediamannya masing-masing. Pasalnya, seperti yang bisa kita lihat, penundaan perilisan sebanyak tiga kali pun masih belum cukup bagi CDPR untuk mengeliminasi sebagian besar bug pada Cyberpunk 2077.

Saran saya, seandainya Anda masih disibukkan dengan game AAA lain seperti Assassin’s Creed Valhalla atau Godfall, ada baiknya Anda menunda memainkan Cyberpunk 2077 di hari perilisannya sembari menunggu CDPR meluncurkan patch demi patch yang bakal menyempurnakan Cyberpunk 2077 secara berkala.

Apple Umumkan 15 Aplikasi Terbaik 2020 di App Store

Apple telah mengumumkan 15 aplikasi dan game terbaik yang terbukti penting untuk membuat hidup lebih mudah, lebih sehat, dan lebih terhubung untuk tahun 2020. Penghargaan ‘iPhone App of the Year‘ tahun ini diberikan kepada Wakeout yang dikembangkan oleh Andres Canella, aplikasi ini membawa olahraga ringan guna membantu mereka yang di rumah saja agar tetap aktif.

Best-of-2020-iphone12-wakeout_12022020_inline

Sementara, aplikasi untuk memfasilitasi meeting virtual dan bekerja serta belajar dari rumah didapat oleh Zoom sebagai ‘iPad App of the Year‘ dan untuk kategori aplikasi terbaik Mac diraih oleh Fantastical besutan Flexibits.

Best-of-2020-ipadair-zoom_12012020_inline

Aplikasi lain yang mendapatkan penghargaan ialah Disney+, platform streaming khusus yang menayangkan produk dari Disney, Pixar, Marvel, dan Star Wars ini mendapatkan hadiah ‘Apple TV App of the Year‘. Sementara, pada kategori Apple Watch diraih oleh aplikasi Endel.

Best-of-2020-iphone12-genshin-impact_12022020_big

Selanjutnya untuk permainan, Genshin Impact dari miHoYo menjadi ‘iPhone Game of the Year‘. Game RPG Open World ini memang menawarkan grafis yang sangat memukau dan mengajak kita berpetualang di dunia fantasi Teyvat. Sementara, untuk kategori iPad didapat oleh Legends of Runeterra besutan Riot Games, game terbaik Mac didapat Disco Elysium, Dandara Trials of Fear sebagai game terbaik Apple TV , dan game arkade terbaik diraih Sneaky Sasquatch.

Apple juga menyoroti beberapa tren aplikasi selama setahun terakhir, yang diberikan kepada Shine untuk membantu pengguna melatih perawatan diri, Caribu untuk menghubungkan keluarga dengan orang yang dicintai, Pokemon GO, dan ShareTheMeal yang merupakan program pangan dunia dari PBB.

Untuk mengapresiasi pencapaian 15 aplikasi dan game terbaik tahun ini, untuk pertama kalinya Apple menghadirkan penghargaan fisik yang terinspirasi dari ikon App Store. Ada logo di bagian depan, ukiran nama pemenang di bagian belakang, dan Apple mengatakan itu terbuat dari 100% aluminium daur ulang.

Sumber: GSMArena

Genshin Impact Adalah Fenomena Industri Game Mobile di Tahun 2020

Genshin Impact bisa dibilang merupakan fenomena gaming tahun 2020. RPG open-world garapan miHoYo tersebut baru saja menyabet dua gelar yang cukup bergengsi, yakni “iPhone Game of the Year” dan Best Game of 2020 versi Google Play. Ya, meski baru dirilis ke publik secara resmi pada tanggal 28 September lalu, Genshin Impact rupanya sudah bisa menjadi game terbaik di dua platform sekaligus.

Bukan hanya itu, Genshin Impact juga berhasil menjadi mesin uang bagi sang developer asal Tiongkok yang memulai kiprahnya di tahun 2012 tersebut. Berdasarkan estimasi data dari Sensor Tower, Genshin Impact sukses membukukan pendapatan sebesar $393 juta (± Rp5,57 triliun) dalam kurun waktu cuma dua bulan semenjak peluncurannya, dan ini hanya untuk di platform mobile saja.

Seperti yang mungkin sudah Anda ketahui, Genshin Impact merupakan game free-to-play, yang artinya seluruh pemasukan tersebut murni berasal dari microtransaction. Lebih dari separuhnya ($226 juta / 57,5%) datang dari platform iOS, sedangkan sisanya ($167 juta / 42,5%) berasal dari kantong para pengguna perangkat Android.

Angka pendapatan sebenarnya mungkin lebih tinggi daripada estimasi ini, sebab Sensor Tower tidak mengikutsertakan data dari platform Android pihak ketiga yang ada di Tiongkok maupun di sejumlah negara lain. Sebagai referensi, di bulan pertamanya Genshin Impact mencatatkan pemasukan sebesar $245 juta – sekarang memang menurun, tapi masih masuk di tiga besar game mobile dengan pemasukan terbesar secara global.

Genshin Impact revenue Sensor Tower

Lalu kalau dibagi berdasarkan lokasi, tanpa harus terkejut pemasukan terbesar Genshin Impact datang dari kampung halamannya sendiri: lebih dari $120 juta, atau 30,5% dari total pemasukan. Di peringkat kedua ada Jepang dengan $98 juta atau 25%, disusul oleh Amerika Serikat dengan $74 juta atau 18,8 persen. Indonesia tidak termasuk tiga besar, yang berarti kita masih rasional perihal gacha 🙂

Terakhir, pencapaian Genshin Impact ini mengesankan bukan hanya karena nominal pendapatannya saja, melainkan juga karena cakupannya yang global. Kepada VentureBeat, perwakilan Sensor Tower menjelaskan bahwa game MMO mobile biasanya cuma sukses di negara asalnya, dan ini bisa dilihat dari sederet MMO besutan Tencent yang dirilis untuk pasar Tiongkok, atau seri game Lineage di Korea Selatan.

Genshin Impact tidak demikian. Seperti yang bisa kita lihat, game ini sukses secara finansial tidak hanya di negara asalnya saja, tapi juga di Jepang dan bahkan di Amerika Serikat. Pandemi jelas berpengaruh besar terhadap kesuksesannya, tapi hal ini sebenarnya tentu juga berlaku untuk gamegame lainnya, tinggal bagaimana masing-masing developer dan publisher pandai-pandai memanfaatkan kesempatannya.

Sumber: VentureBeat.

Microsoft Flight Simulator Dapat Dimainkan Menggunakan VR Headset dalam Waktu Dekat

Dengan game serealistis Microsoft Flight Simulator, memainkannya menggunakan mouse dan keyboard mungkin bakal terasa aneh dan kurang nyaman. Idealnya, permainan simulasi penerbangan seperti ini harus dinikmati dengan menggunakan periferal khusus supaya pengalaman yang didapat secara keseluruhan bisa terasa lebih immersive.

Bicara soal faktor immersive, tentu saja kita otomatis bakal teringat dengan virtual reality (VR). Pertanyaannya, apakah Microsoft Flight Simulator juga dapat dimainkan dalam medium VR? Bisa, per 22 Desember nanti. Berdasarkan keterangan langsung dari pengembangnya, Asobo Studio, dukungan VR untuk Microsoft Flight Simulator bakal hadir secara resmi menjelang hari Natal nanti usai menjalani fase beta sejak Oktober.

Menariknya, Asobo tidak mau pilih-pilih soal platform VR-nya. Sebelum ini Asobo sempat bilang bahwa dukungan VR hanya akan tersedia untuk headset HP Reverb G2, namun sekarang mereka memastikan bahwa keluarga headset Oculus dan HTC Vive pun juga akan kebagian jatah yang sama.

Asobo juga tidak akan menarik biaya tambahan. Dukungan VR ini bisa dinikmati secara cuma-cuma oleh semua pemain Microsoft Flight Simulator. Sebuah kabar yang menggembirakan mengingat dukungan VR sudah menjadi salah satu request terbanyak yang dilontarkan para pemain semenjak game ini dirilis pada bulan Agustus lalu.

Microsoft Flight Simulator

Asobo menjanjikan pengalaman VR yang seamless buat seluruh pemain. Seamless dalam artian tampilan menu sebelum lepas landas pun juga dapat dinavigasikan melalui VR. Dengan kata lain, usai mengklik icon Microsoft Flight Simulator di tampilan desktop, pemain sama sekali tidak perlu melepaskan VR headset-nya.

Dukungan VR ini akan hadir sebagai bagian dari Sim Update 2 untuk Microsoft Flight Simulator. Setelahnya, Asobo bakal merilis World Update 3 pada tanggal 28 Januari 2021 yang membawa segudang update terhadap lokasi-lokasi di dataran Inggris Raya.

Lebih jauh lagi, Asobo juga telah merencanakan sejumlah fitur baru yang akan hadir pada Microsoft Flight Simulator, seperti misalnya fitur replay. Buat yang lebih nyaman menggunakan setup multi-monitor ketimbang VR, Asobo bilang dukungannya akan hadir suatu waktu dalam dua tahun ke depan. Memasuki 2022, Microsoft Flight Simulator kabarnya juga bakal kedatangan jenis kendaraan baru, yakni helikopter.

Sumber: PC Gamer dan Polygon.

Doom Eternal Akan Segera Tersedia di Nintendo Switch

Doom Eternal akan tersedia di Nintendo Switch mulai 8 Desember mendatang. Dirilis di PC dan console pada bulan Maret lalu, game first-person shooter garapan id Software itu rupanya tidak butuh waktu lama untuk mampir ke handheld console Nintendo.

Tentunya yang selalu menjadi pertanyaan ketika ada game AAA yang di-port ke Switch adalah seputar performanya. Doom Eternal, buat yang tidak tahu, adalah game dengan kualitas grafik yang sangat bagus, dan tentunya ini bakal menjadi tantangan tersendiri bagi developer yang diberi tanggung jawab membuatkan versi Switch-nya.

Namun seandainya eksistensi Doom yang pertama di Switch bisa menjadi indikasi – yang menuai banyak pujian berkat performanya yang mulus – semestinya performa Doom Eternal di Switch bakal memuaskan. Pasalnya, developer yang mengerjakan versi Switch-nya adalah Panic Button, developer yang sama yang mengerjakan porting Doom sebelumnya, dan yang terbukti sangat bisa diandalkan untuk urusan porting.

Kasusnya berbeda jauh dari porting The Outer Worlds di Switch, yang bisa dibilang kurang layak dimainkan karena game akan terhenti dari waktu ke waktu untuk memuat aset grafik. Penurunan kualitas visual tentunya bukan masalah besar, tapi kalau sampai menghambat gameplay, pengalamannya jelas sama sekali tidak mengenakkan.

Faktor lain yang juga berpengaruh kalau menurut saya adalah engine yang digunakan oleh masing-masing game. Doom Eternal menggunakan engine id Tech 7, dan kalau berdasarkan pengalaman pribadi, engine ini cukup ramah terhadap hardware dengan spesifikasi rendah. Saya sempat memainkan Doom Eternal di PC lama saya yang masih menggunakan GPU Nvidia GeForce GTX 960 yang sudah berusia lima tahun, dan permainan masih bisa berjalan mulus di 50-60 fps, meski memang sebagian besar setting grafiknya saya buat low.

Berdasarkan laman FAQ resmi dari Bethesda, Doom Eternal versi Switch nantinya hanya akan tersedia dalam versi digital saja, dan instalasinya diperkirakan membutuhkan storage sebesar 18,8 GB. Doom Eternal versi Switch juga akan hadir membawa mode multiplayer yang cukup menarik, yang menempatkan dua pemain sebagai demon dan satu sebagai Doom Slayer untuk beradu.

Membasmi iblis menggunakan shotgun semestinya bisa menjadi aktivitas sampingan yang fresh bagi mereka yang mungkin sudah bosan dengan ketenteraman di Animal Crossing.

Sumber: Polygon.

FIFA 21 Versi Console Next-Gen Hadirkan Sederet Upgrade yang Sangat Menarik

Industri game saat ini sedang berada dalam masa transisi. Kehadiran PlayStation 5 dan Xbox Series X menuntut sejumlah developer untuk memikirkan bagaimana cara untuk memaksimalkan kapabilitas masing-masing console next-gen, sehingga pada akhirnya mereka dapat menyajikan pengalaman bermain yang lebih baik lagi.

Berkat dukungan backwards compatibility yang ditawarkan masing-masing console, developer sebenarnya tidak perlu melakukan apa-apa agar permainannya dapat dinikmati di PS5 maupun Xbox Series X. Di saat yang sama, mereka juga punya opsi untuk memperbarui game-nya agar bisa lebih impresif lagi ketika dimainkan di console next-gen.

FIFA 21 adalah salah satu contoh dari opsi yang kedua ini. Game tersebut memang sudah tersedia di PS4, Xbox One maupun PC, dan secara keseluruhan sudah terkesan fresh dari segi desain maupun gameplay. Pun begitu, versi next-gen FIFA 21 yang dijadwalkan hadir pada tanggal 4 Desember mendatang menjanjikan penyempurnaan yang lebih banyak lagi.

FIFA 21 next-gen

Kita mulai dari yang paling simpel, yakni perkara waktu loading. Di PS5 dan Xbox Series X, waktu loading FIFA 21 jelas akan berlangsung jauh lebih singkat berkat penggunaan SSD NVMe pada masing-masing console. Kalau menurut EA sendiri, dari menu utama ke pertandingan hanya butuh beberapa detik saja.

Selanjutnya adalah perihal visual atau grafis. Selain bisa berjalan pada resolusi 4K 60 fps, FIFA 21 versi next-gen juga mampu menyajikan tekstur yang lebih realistis – termasuk halnya pada pemain – berkat penerapan teknik deferred rendering dan runtime lighting. Berdasarkan laporan Eurogamer yang melihat langsung demonstrasinya, kita bahkan bisa melihat secara jelas setiap helai rambut pada sejumlah pemain top.

Sebagian dari upgrade visual ini memang tidak akan terlalu kelihatan selama pertandingan berlangsung, tapi sangat kentara ketika replay diputar. Contoh spesifik lainnya adalah bagaimana otot kaki Paul Pogba tampak jauh lebih realistis pada FIFA 21 versi next-gen ketimbang current-gen.

Animasi juga mendapat perhatian ekstra pada FIFA 21 versi next-gen. EA bilang bahwa mereka telah menambahkan sejumlah animasi pada pemain saat sedang tidak membawa bola. Beberapa contohnya mencakup animasi membenarkan posisi ban kapten, mengepaskan pelindung lutut, maupun animasi menunjuk ke suatu titik seakan memberi sinyal ke kawannya untuk mengoper bola.

Menariknya, penyempurnaan animasi ini terkadang juga bisa berdampak pada kemulusan gameplay. Satu contoh adalah animasi saat pemain menerima umpan lambung menggunakan dadanya, yang terasa lebih responsif di FIFA 21 versi next-gen karena bolanya bersentuhan dengan sang pemain lebih banyak dari biasanya.

Aspek-aspek sinematik pada FIFA 21 versi next-gen juga dibuat lebih dramatis, baik dari segi visual maupun audio. Contoh yang paling mudah adalah ketika gol terjadi di menit-menit terakhir, di mana ekspresi tim pemenang terlihat lebih gereget dan terkadang manajernya bisa lompat masuk ke lapangan, tidak ketinggalan juga komentator yang terdengar lebih bersemangat.

PC tidak kebagian upgrade next-gen

FIFA 21 next-gen

Kalau kita akumulasikan penyempurnaan-penyempurnaan tadi, FIFA 21 semestinya bakal terkesan jauh lebih fresh lagi di console next-gen. Saya juga belum menyinggung soal fitur yang spesifik untuk tiap console, seperti misalnya di PS5, di mana tombol trigger pada controller DualSense bakal terasa semakin berat seiring menurunnya stamina pemain.

Satu hal yang mungkin bakal sangat disayangkan oleh penggemar FIFA 21 adalah absennya fitur cross-gen play, yang berarti pemain FIFA 21 di PS5 hanya dapat berjumpa dengan pemain lain yang juga menggunakan PS5, dan pemain PS4 juga hanya bisa bertanding bersama atau melawan pemain PS4 lainnya.

Juga mungkin bakal terdengar mengecewakan adalah keputusan EA untuk tidak menghadirkan sederet upgrade next-gen ini ke FIFA 21 versi PC, dengan alasan supaya tuntutan spesifikasi minimumnya tidak jadi ketinggian. Dengan kata lain, cara terbaik untuk menikmati FIFA 21 nantinya hanyalah dengan membeli PS5 atau Xbox Series X.

Kabar baiknya, EA tidak menarik biaya tambahan apabila Anda sudah terlanjur membeli FIFA 21 di platform current-gen. Jadi kalau Anda sudah punya FIFA 21 di PS4, versi next-gen-nya nanti dapat langsung Anda mainkan begitu kiriman PS5 Anda datang pada tanggal 22 Januari 2021. Hal ini juga berarti Anda tidak perlu menunda membeli FIFA 21 di platform current-gen selagi masih menunggu kedatangan console next-gen.

Juga melegakan adalah fakta bahwa progres yang sudah kita catatkan pada mode VOLTA maupun FUT bisa ditransfer ke FIFA 21 versi next-gen, sehingga Anda tidak perlu lagi menguji keberuntungan Anda kembali di PS5 nanti.

Sumber: Eurogamer.

Red Dead Online Segera Hadir Sebagai Game Standalone di Console dan PC

Di akun Steam saya, tercatat saya sudah menghabiskan sekitar 155 jam dalam Red Dead Redemption 2. Lucunya, tidak ada satu detik pun dari waktu tersebut yang saya tuangkan ke Red Dead Online.

Bisa disimpulkan bahwa saya adalah manusia kuper yang lebih mementingkan pengalaman single-player ketimbang multiplayer. Namun di luar sana saya yakin ada cukup banyak orang yang berbanding terbalik dengan saya; mereka yang sama sekali tidak peduli dengan single-player campaign Red Dead Redemption 2 dan lebih memilih menghabiskan waktunya di Red Dead Online.

Saya bisa memahaminya, dan Rockstar apa lagi. Sebagai bukti, mereka baru saja mengumumkan bahwa per 1 Desember 2020, Red Dead Online bakal ditawarkan sebagai game standalone yang dapat dibeli secara terpisah dari Red Dead Redemption 2. Ya, jadi seandainya Anda hanya ingin bertualang di dataran Amerika abad 19 tanpa peduli akan kisah sang protagonis Arthur Morgan, Anda bisa menghemat uang dengan membeli Red Dead Online saja.

Red Dead Online ini nantinya bisa dibeli lewat Steam, Epic Games Store, Rockstar Games Launcher, Microsoft Store, dan PlayStation Store dengan harga $20 (sebelum penyesuaian). Namun khusus untuk yang membelinya sebelum 15 Februari 2021, Rockstar memberikan diskon besar sehingga Anda cuma perlu membayar $5 saja.

Red Dead Online

Perlu dicatat, pengguna PS4 dan Xbox One perlu berlangganan PlayStation Plus atau Xbox Live Gold untuk bisa bermain Red Dead Online. Buat yang punya rencana untuk memainkannya di PS5 atau Xbox Series X, Anda bisa tenang mengetahui bahwa Red Dead Online dipastikan backwards compatible.

Catatan lainnya, pastikan perangkat Anda punya ruang penyimpanan kosong minimal sebesar 123 GB. Apabila ke depannya Anda tiba-tiba tertarik untuk memainkan single-player campaign Red Dead Redemption 2, Anda hanya tinggal membeli aksesnya secara terpisah, tapi tidak ada yang perlu diunduh lagi.

Kedatangan Red Dead Online sebagai game standalone ini sejatinya sudah bisa diprediksi sejak beberapa bulan lalu, tepatnya sejak Rockstar mengumumkan bahwa mereka bakal merilis versi standalone GTA Online pada babak kedua 2021. Pamor Red Dead Online memang tidak sebesar GTA Online, jadi wajar apabila akhirnya ia hadir lebih dulu, lengkap dengan potongan harga yang menggiurkan dalam periode yang cukup lama.

Sumber: Rockstar.