Berkat Deretan Periferal Baru Corsair, Kegiatan Gaming di Ruang Keluarga Jadi Lebih Nikmat

Mengawali bisnis di bidang penyediaan memori komputer, Corsair kini juga menjadi brand yang disegani di segmen periferal gaming kelas premium. Demi membuat kehadirannya lebih terdengar, tahun lalu produsen hardware PC Amerika itu mengadakan Press Tour perdana di Indonesia dan memperkenalkan produk-produk mereka secara lebih personal ke media dan gamer.

Ternyata tradisi ini terus dipegang oleh Corsair Components. Setahun setelah momen itu, produsen kembali melangsungkan Press Tour, kali ini mengangkat tema Unplug and Play. Di sana, Corsair memperkenalkan sejumlah perangkat anyar yang sempat menjadi primadona di CES 2018, mengungkap versi baru dari varian yang sudah dipasarkan, serta mempresentasikan fitur-fitur mutakhir di produk andalannya.

Lewat Unplug and Play, Corsair mencoba menggarisbawahi konsep wireless yang diterapkan di sejumlah produk. Sejak 2017, Corsair berupaya membuat kegiatan PC gaming lebih santai dan fleksibel sehingga tak cuma dapat dinikmati di depan monitor di atas meja. Seperti bermain game di console, hobi Anda itu bisa dilakukan sepenuhnya dari atas sofa di ruang keluarga berkat dukungan konektivitas wireless.

 

Gaming gear

Ada empat gaming gear yang menjadi bintang di Corsair Unplug and Play Press Tour 2018 kemarin. Mereka adalah keyboard K63 Wireless plus unit lapboard, mouse Dark Core RGB, serta mousepad MM1000 yang dilengkapi teknologi Qi wireless charging.

Corsair 10

Dalam presentasinya, senior product line manager Michael Grey menjelaskan bahwa para gamer tak hanya menuntut periferal dan hardware berperforma tinggi, tapi juga kenyamanan penggunaan. Buat memenuhinya, Corsair memfokuskan perhatiannya pada sejumlah faktor krusial. Pertama mereka memastikan respons perangkat berlangsung super-singkat di 1-milidetik dengan frekuensi 2,4GHz, dan selanjutnya, Corsair membekali device bersama baterai tahan lama serta kemudahan proses isi ulang.

Corsair 4

Dalam sesi diskusi terpisah, Michael Grey bercerita pada saya bahwa mengedepankan koneksi wireless memang memberikan tim teknisi Corsair beragam tantangan. Misalnya saja di Penny Arcade Expo East (PAX East) awal bulan ini. Di sana, ribuan smartphone pengunjung ternyata dapat menginterferensi sambungan wireless gaming gear ke PC. Namun Corsair sudah mempunyai solusinya.

Corsair 3

Misalnya buat keyboard K63 wireless. Corsair membekalinya dengan opso koneksi Bluetooth low energy, Wi-Fi via dongle, dan kabel jika Anda sedang betul-betul tidak menginginkan adanya kompromi pada aspek responsivitas.

 

K63 Wireless & lapboard

Varian baru ini merupakan alternatif nirkabel dari keyboard gaming mekanis entry-level yang meluncur tahun lalu. K63 Wireless mengusung desain dan spesifikasi serupa pendahulunya, termasuk pemanfaatan switch Cherry MX Red, layout tenkeyless, serta dukungan tombol kendali multimedia sehingga fungsi-fungsinya bisa mudah diakses. Perbedaan K63 Wireless sisi penampilan hanya terletak pada pemakaian LED biru – bukan merah. Pola pencahayaannya dapat Anda kustomisasi lebih jauh melalui Corsair Utility Engine.

Corsair 11

Corsair 16

Agar lebih nyaman bermain dari sofa, Anda bisa mencantumkan K63 Wireless ke lapboard. Aksesori ini didesain khusus buat K63 Wireless, dan Anda tinggal menyematkan keyboard di slot yang telah tersedia dan mengamankannya dengan mengangkat sepasang kait. Lapboard menyediakan ruang lapang untuk mouse serta area buat mengistirhatkan telapak tangan, tetapi ia hanyalah sekadar papan dan tidak menyimpan komponen elektronik.

Corsair 17

Grey menjelaskan bahwa baterai berada sepenuhnya di dalam K63 Wireless, dan tidak ada unit baterai tambahan di lapboard. Alasannya ialah, selain berusaha menekan harga, Corsair ingin mendistribusikan produk secara mudah, tidak perlu lagi melakukan sertifikasi hardware.

Corsair 18

 

Dark Core RGB SE & mousepad MM1000 Qi

Beberapa media menyebut Corsair Dark Core RGB sebagai mouse gaming wireless terbaik saat ini. Ia memanfaatkan desain ergonomis dengan permukaan tubuh yang unik: bagian tombol mengusung teksur halus anti-slip, lalu area punggung dan thumb rest dilapisi karet berpola menonjol. LED RGB-nya diimplementasikan secara minimalis, berada di sisi pojok, di logo Corsair dan di scroll wheel; lalu tombol-tombol di sana sangat mudah dicapai jari.

Corsair 12

Dark Core RGB SE menyajikan sensitivitas maksimal 16.000DPI dan polling rate 1.000Hz. Dari pengalaman saya mencobanya sembari bermain Far Cry 5, performa mouse ini tak berbeda dari varian wired. Di sisi positifnya, tidak ada lagi kabel yang mungkin bisa mengganggu gerakan manuver mouse. Dan meski menyimpan baterai, Dark Core RGB SE tetap terasa ringan. Corsair menjanjikan daya tahan baterai selama 24 jam.

Corsair 13

Corsair 14

Dilihat dari perspektif harga, Dark Core juga lebih terjangkau dibanding Logitech G903 dan Razer Lancehead. Dan yang membuatnya unik adalah dukungan teknologi wireless charging Qi mousepad MM1000. Mousepad ini memungkinkan kita mengisi ulang baterai Dark Core Special Edition tanpa perlu mencolokkan kabel. Caranya cukup taruh Dark Core RGB SE di simbol lingkaran di area pojok kanan atas mousepad.

Corsair 15

Dan tak cuma Dark Core saja, Corsair MM1000 juga kompatibel dengan perangkat bersertifikasi Qi lain, memperkenankan kita men-charge smartphone sembari bermain.

 

K68 RGB

Walaupun bukan bagian dari keluarga gaming gear wireless, K68 RGB juga mencuri perhatian di acara pers kemarin. K68 ialah keyboard mekanis RGB yang mempunyai tubuh anti-tumpahan air IP32 – sangat berguna jika Anda sering menikmati minuman kaleng saat bermain game. Di dalam, K68 mempunyai rangkaian kanal buat mengalirkan cairan ke luar sebelum sempat merusak komponen elektronik keyboard.

Corsair 8

Corsair 9

Berbeda dari varian terdahulu, Corsair K68 RGB menawarkan dua opsi switch mekanis, yakni Cherry MX Red dan MX Blue – yang menyajikan sensasi clicky.

Corsair 6

Corsair 7

 

Ketersediaan

Selain gaming gear di atas, ada banyak produk yang Corsair pamerkan dan presentasikan di Unplug and Play Press Tour 2018, termasuk casing, headset hingga sistem pendingin; namun produsen belum menjabarkan detail harga dari masing-masing hardware. Meski demikian, acara ini tentu saja menandai pendaratan resmi seluruh produk tersebut di Indonesia.

Corsair 19

[Review] Mouse Gaming Rapoo VPro V910, Diramu Untuk Menemani Anda Menikmati MMO

Kepopularitasan eSport tak cuma membuat khalayak awam lebih melek terhadap potensi gaming, tapi juga memunculkan lebih banyak pilihan produk buat gamer. Di ranah gaming gear, reputasi merek-merek seperti Zowie dan Rapoo mulai merangkak naik. Umumnya perusahaan menjajakan perangkatnya sebagai alternatif lebih terjangkau yang dipadu keunikan distingtif.

Setelah mencicipi Rapoo VPro V25s, kali ini saya mendapatkan kesempatan buat menguji saudarinya yang ‘lebih serius’ dan lebih high-end. Produsen periferal komputer asal Shenzhen itu menamainya V910, mouse spesialis permainan MMO bersensor laser. MMO sendiri mempunyai cakupan yang luas. Gamer mungkin akan mengasosiasikannya dengan MMORPG, namun perlu diingat bahwa ada pula permainan-permainan MMOFPS (PlanetSide 2) dan MMORTS (Age of Empires Online).

v910 1

Itu berarti, Rapoo mencoba menyiratkan bagaimana mouse gaming VPro V910 sanggup menjadi rekan andalan saat Anda menikmati game-game online, terlepas apapun genre-nya. Dan lewat ulasan ini, saya mencoba mengungkapkan segala kelebihan serta kekurangan yang disimpan olehnya, sembari mencari tahu apakah klaim Rapoo terhadap V910 bisa dipertanggungjawabkan…

 

Desain

V910 mempunyai pendekatan desain yang cukup berbeda dari V25s. Mouse gaming ini difokuskan pada faktor ergonomis, mengusung penampilan asimetris menajam. Arahan ini memberikannya kesan futuristis, namun lengkungan-lengkungan dan penempatan tombol di tubuhnya juga memastikan hanya gamer non-kidal saja yang dapat memanfaatkan V910 secara maksimal.

v910 12

v910 13

Begitu V910 dikeluarkan dari bungkusnya, para gamer veteran mungkin akan segera melihat sejumlah kesamaan dengan Logitech G502 Proteus. Itu berarti, segala aspek yang Anda sukai (dan tidak disukai) dari sang kompetitor terdapat pada V910. Perangkat ini memiliki dimensi 13,1×7,7cm dan berdiri setinggi 4,2-sentimeter. Tubuhnya terbuat dari plastik dengan kombinasi permukaan berbeda sehingga Rapoo bisa meminimalkan bobotnya – hanya 155g.

v910 4

Begitu saya menggenggamnya, secara instingtif saya segera menempatkan jempol di ruang melengkung di sisi kiri lalu mengamankan bagian kanannya dengan jari manis dan kelingking. Tubuh mouse ini dibalut plastik rubberized untuk memaksimalkan daya cengkeraman, kecuali pada area jempol. Di sana, Rapoo mencantumkan lapisan karet dengan pola titik-titik bundar kecil.

v910 11

v910 6

Tubuh VPro V910 didominasi warna hitam, kecuali pada garis ‘V’ di bagian punggung dan area yang membingkai scroll wheel. Di sana, Rapoo mencantumkan warna abu-abu metalik, meski bahannya tetaplah plastik.

v910 9

VPro V910 menyajikan dua tombol utama, satu tombol scroll wheel dan sebuah switch DPI. Di samping kiri tombol utama, Anda dapat menemukan sepasang tombol zoom. Beralih ke bawah, mouse menyajikan tidak kurang dari enam thumb button, ada tombol G1 sampai G5 plus satu tombol dengan icon crosshair.

v910 8

 

LED RGB

Untuk menyempurnakan aspek estetika, produsen tidak lupa memanfaatkan sistem pencahayaan RGB. Sama seperti keseluruhan tema mouse ini, LED diimplementasikan secara asimetris: dimulai dari pojok kanan bawah ke kiri, lalu melintas di sisi ujung kiri tubuh sampai ke depan, kemudian membelok lagi ke arah kanan. RGB juga diterapkan pada scroll wheel, logo VPro di punggung dan switch DPI, namun LED di sana tidak mengikuti pola di zona lain karena berfungsi sebagai indikator sensitivitas.

v910 14

Di mode default sebelum VPro Unified Driver diinstal, V910 dapat membaca keberadaan tangan Anda di dekatnya. RGB akan menyala begitu tangan menggenggamnya dan segera nonaktif (kecuali indikator switch DPI) saat Anda tidak memegangnya. Software tersebut mempersilakan kita untuk memprogram ulang fungsi tiap tombol dan mengutak-atik RGB-nya.

v910 3

 

VPro Unified Driver

Saya belum bisa memastikan apakah software yang dahulu pernah saya instal di PC untuk mengkonfigurasi V25s juga mampu mendeteksi V910. Software ini saya dapatkan dari laman support khusus model V910, mempunyai nama file installer bertuliskan ‘V910 Setup’. Dengan kata ‘Unified’ di namanya, seharusnya app ini siap mendukungan model mouse berbeda.

Saat aplikasi dibuka, Anda disuguhkan lima pilihan menu: ada Main, LED Control, Macro Editor, Trophy dan Help. Tiap kustomisasi yang Anda buat bisa disimpan ke profile berbeda. Rapoo menyediakan lima slot. Ini dia detail dari masing-masing opsi menu:

Di Main, Anda dapat mengubah-ubah level DPI lebih lanjut, mengatur kecepatan kursor dan sensitivitas scroll wheel, sampai mengubah fungsi tiap tombol. Anda juga dapat menggunakan mode office, MOBA serta shooter.

V910 1

 

LED Control mempersilakan Anda dapat memilih preset warna, menentukan komposisinya dari palet RGB, mengonfigurasi pola dan tingkat kecerahan, serta menyala-matikan fitur sensor proximity.

V910 2

 

Sesuai judulnya, Macro Editor adalah tempat merekam dan mengonfigurasi macro, juga ditopang sejumlah tool.

V910 3

 

Trophy menjabarkan pencapaian yang Anda raih dengan V910. Ia memperlihatkan seberapa banyak Anda menekan tombol tertentu, menggunakan scroll wheel ataupun menggeser mouse. Kian sering digunakan, maka ‘pangkat’ Anda akan semakin tinggi.

V910 4

 

Di Help, Anda bisa meng-update software ini serta firmware V910, atau mengembalikan mouse ke setting pabrik.

V910 5

 

Spesifikasi

Rapoo V910 diotaki oleh chip ARM 32-bit V-power 3 untuk mengolah segala macam input yang diterimanya, dan dibantu unit memori on-board. Berkat dukungan chip itu, mouse kabarnya mampu menyajikan report rate 1MHz secara konsisten serta dapat membaca akselerasi 30g. Sensor lasernya menunjang setting DPI di 400 sampai 8.200. Tapi Anda perlu menginstal VPro Unifiend Driver buat menyetel DPI tertinggi. Secara default, V910 memilihkan setting maksimal di 2.400DPI.

Dari diskusi saya bersama representasi Rapoo di Indonesia, VPro V910 dibekali switch Omron. Switch ini umumnya menjanjikan daya tahan hingga 50 juta kali klik. Mouse tersambung ke PC via kabel braided sepanjang 1,8-meter dengan kepala USB berlapis emas.

Menariknya lagi, mouse tetap dapat mendeteksi gerakan meski posisinya sedang terangkat, paling tinggi sejauh 5-milimeter. Berkat kapabilitas ini, momentum gerakan tidak terputus walaupun tangan bergerak tak sengaja atau Anda mencoba mencari pose yang lebih nyaman – sangat membantu saat Anda sedang serius bermain.

 

Pengalaman penggunaan

Selama beberapa minggu ini, VPro V910 setia menemani saya bekerja ataupun bermain. Saya tidak merasakan adanya kendala saat mouse dipakai buat meng-edit gambar. Proses cropping yang membutuhkan keakuratan tinggi dapat ditanganinya dengan baik. Tentu saja, V910 juga saya gunangan untuk menikmati game-game seperti Ni No Kuni 2, Final Fantasy XV, Overwatch dan Assassin’s Creed Origins. Proses adaptasinya tidak memakan waktu terlalu lama.

v910 17

Sebagai acuan, saya adalah pengguna mouse dengan postur mencakar (claw grip). Menurut saya, gaya ini memaksimalkan kekuatan jari dalam menekan tombol serta memudahkan kita mengubah posisi mouse. Kebiasaan lain saya adalah menempatkan pangkal telapak tangan di luar punggung mouse.

v910 18

Karena tubuh V910 yang cukup tinggi dan memanjang, jari saya sedikit kesulitan untuk meraih tombol-tombol yang berada di area depan, misalnya tombol Zoom +, G3 dan tombol crosshair. Agar dapat menjangkaunya, saya perlu mengangkat telapak tangan, kemudian baru kembali ke posisi awal. Dari sini satu hal bisa kita pelajari: V910 lebih cocok buat gamer berjari panjang.

v910 5

Kabar gembiranya, gerakan apapun yang saya buat, V910 tetap bisa menerjemahkannya sebagai input kendali secara presisi, walaupun mouse mat saya miliki tidaklah istimewa. Dalam menikmati game-game action, empat mouse feet yang ditaruh di sisi bawah V910 sepertinya lebih cocok dipasangkan ke mouse mat berpermukaan keras ketimbang kain karena gerakan di sana lebih mulus.

v910 10

Aspek yang harus diperatikan Rapoo lebih baik adalah kemantapan V910 dalam berdiri dan konsistensi tombol. Mouse ini mudah miring begitu saya menekan area kirinya. Di kondisi ini, bagian bawah ‘thumb rest‘ akan mengunci gerakan mouse. Saya juga merasakan sedikit perbedaan resistensi antara kedua tombol utama mouse. Di unit ini, tombol kanan lebih ringan dengan jarak lebih pendek dari tombol kiri.

v910 2

Saya juga menjumpai sedikit anomali di konstruksi tubuhnya. Tidak ada masalah pada pemanfaatan material plastik – tubuh V910 tetap kokoh dan mantap dalam genggaman. Tetapi saya merasakan pergerakan kecil begitu jempol menekan zona berbeda di thumb rest. Bukan problem besar dan tidak akan memengaruhi performa bermain, namun tetap dapat dirasakan.

v910 19

Bobot VPro V910 bisa dikonfigurasi lebih jauh dengan menambah dan mengurangi pemberat. Caranya sangat mudah, Anda hanya tinggal membuka panel kecil berbentuk V di sisi bawah mouse. Baik pemberat ataupun penutupnya terpasang via magnet. Namun menurut saya, memasang atau melepas pemberat tidak begitu memberi pengaruh, mengingat bobot total pemberat itu hanya 3,8g.

 

Konklusi

Perlu diketahui bahwa Rapoo VPro V910 bukanlah produk yang betul-betul baru. Mouse gaming ini diperkenalkan perdana di bulan Agustus 2015, dan dari sedikit riset yang saya lakukan, sudah dipasarkan di situs-situs eCommerce lokal. Rapoo tampakya sengaja menempatkan V910 di rentang harga yang sejajar dengan Logitech G502 Proteus Spectrum, yaitu Rp 900 ribu.

Karena belum pernah mendalami Logitech G502, saya belum bisa menentukan siapa yang terbaik di antara kedua produk ini. Namun kabar baiknya janji V910 dalam menangani game-game online terpenuhi. Periferal khusus MMORPG ataupun MOBA biasanya menawarkan thumb button lebih banyak, tapi tanyakan pada diri sendiri, seberapa sering kita memanfaatkan lebih dari lima tombol jempol?

Menurut saya, hal yang mengurangi kenimatan menggunakan mouse baru adalah waktu adaptasi yang terlalu lama dan V910 lulus ujian ini. Meski begitu, ada sejumlah aspek yang bisa produsen perbaiki, terutama pada struktuktur ‘kuda-kuda’ V910. Akan lebih baik jika tekanan yang diterima mouse di mana pun dari arah atas tidak menyebabkan posisi mouse berubah.

 

Sparks

  • Akurat
  • Desain stylish
  • Ergonomis dan nyaman
  • Kustomisasi mudah via VPro Unified Driver 

 

Slacks

  • Konsistensi tombol perlu diperbaiki
  • Struktur mouse feet harus diperkokoh
  • Desainnya mirip Logitech G502 Proteus Spectrum

Lewat Experience Tour, Zowie Coba Tekankan Seperti Apa Gaming Gear yang Ideal Untuk Gamer Pro

Meroketnya kepopularitasan gaming mendorong raksasa teknologi untuk berbondong-bondong mengambil bagian di sana. Selain nama-nama familier, sejumlah merek seperti Samsung atau LG sudah lama menyediakan monitor gaming. Namun acara yang dilangsungkan oleh BenQ minggu lalu kembali menyadarkan saya bahwa gaming gear juga terbagi dalam segmen berbeda.

Saat ini, eSport merupakan bagian tak terpisahkan dari gaming. Dan sebagai salah satu merek yang begitu dikenal oleh atlet olahraga elektronik, BenQ menggelar Zowie Experience Tour Jakarta sebagai cara bagi perusahaan periferal PC itu mempersilakan para gamer merasakan langsung apa yang membuat produk mereka istimewa. Di sana, perwakilan BenQ mengungkap banyak perbedaan antara perangkat gaming hardcore dengan gear khusus buat gamer pro.

Zowie 16

Sebelum membahasnya lebih jauh, saya akan menceritakan dulu sejarah singkat Zowie. Bertahun-tahun sebelum eSport seterkenal sekarang, Zowie telah lama memupuk reputasi di ranah itu – konon sejak era Counter-Strike 1.6. Melihat potensi dan pengalaman yang disimpan olehnya, BenQ mengakuisisi Zowie di tahun 2015. Untuk memahami signifikansi produk Zowie bagi gamer pro, kabarnya monitor mereka digunakan oleh 80 persen pemain CS:GO.

Zowie 5

Menariknya lagi, meskipun tidak menjadi sponsor di turnamen-turnamen eSport, para gamer meminta agar panitia menggunakan monitor Zowie di acara mereka. Akhirnya, produk-produk Zowie menjadi bagian esensial di event-event besar seperti Dreamhack, ESWC, Intel Extreme Masters, MLG, ESEA, EVO hingga ESL One Katowice.

 

Gaming gear standar vs. perangkat atlet eSport

Anda tidak akan kehabisan pilihan gaming gear dari berbagai merek, masing-masing menjanjikan fitur andalannya sendiri. Namun bagi Zowie, atlet eSport merupakan target utama mereka. Seluruh produknya dirancang sesuai kebutuhan gamer pro. Menjawab pertanyaan saya, Kang K.K. Lee dari BenQ membenarkan bahwa langkah ini memang membuat gaming gear Zowie lebih ‘terspesialisasi’. Tapi di sisi lain, hal ini jugalah yang memberikannya diferensiasi.

Zowie 3

Ambil contohnya dalam proses perancangan monitor. Sejumlah produsen mungkin telah mulai mengadopsi desain curved plus resolusi tinggi dengan maksud mendongkrak aspek sinematik serta meningkatkan field of view. Sedangkan Zowie sendiri hingga kini lebih memilih mengusung panel TN (twisted nematic) karena lebih superior untuk mengekspos detail di area-area gelap, walaupun harus mengorbankan jangkauan sudut penglihatan (IPS biasanya menghidangkan sudut 178 derajat).

Zowie 9

Bagi Kang yang sudah lama menekuni ranah eSport sebagai gamer Counter-Strike pro, kekurangan ini bukanlah masalah bagi para atlet karena umumnya mereka menggunakan monitor tepat di depan wajah – bukan dari samping. Zowie juga tidak tertarik ikut serta dalam ‘lomba resolusi’. Misalnya monitor XL2546. Produk ini hanya menyuguhkan resolusi 1080p, namun refresh rate-nya mencapai 240Hz (native) serta telah dilengkapi fitur Dynamic Accuracy.

Zowie 8

Banyak di antara fitur ini yang sulit diungkap oleh angka serta spesifikasi, dan hanya dapat dirasakan dengan mencobanya langsung. Anda mungkin sudah paham bahwa refresh rate yang tinggi efektif dalam meminimalkan latency serta membuat detail pada output tetap tampak tajam terlepas dari seberapa cepat objek di game bergerak (tentu saja harus didukung oleh GPU memadai), namun fitur DyAc betul-betul memberi perbedaan signifikan.

Zowie 4

Dalam uji coba via TestUFO, bukan saja saya bisa melihat mulusnya gerakan UFO berkat refresh rate di 240Hz, Dynamic Accuracy membuat saya bisa mudah menghitung jumlah mata alien meski gambar melesat cepat.

 

Perhatian tinggi pada detail

Aspek menarik lain dari cara Zowie meramu produk adalah mereka hanya fokus pada elemen-elemen penting penunjang professional gaming saja. Contohnya dua mouse anyar Zowie EC1-B dan EC2-B. Mereka tidak mempunyai LED RGB dan masih tersambung menggunakan kabel, tapi saat saya menggenggamnya, seluruh bagian mouse ini betul-betul terasa dalam kendali. Zowie tampak mencoba mengurangi jumlah input di permukaan mouse sehingga menciut juga probabilitas salah tekan. Salah satu metodenya ialah dengan memindahkan posisi switch DPI ke sisi bawah.

Zowie 11

Zowie 12

Menariknya lagi, BenQ mencoba menawarkan produknya secara merata dan berusaha untuk tidak membingungkan calon konsumen dengan terlalu banyaknya pilihan. Tiap mouse, misalnya EC1-B, punya opsi ukuran berbeda. Anda hanya tinggal menentukan desain mana yang paling pas di genggaman. Favorit saya pribadi adalah FK2 berukuran terkecil, karena saya lebih menyukai rancangan ambidextrous.

Zowie 7

Berkat pemanfaatan konektivitas kabel di mouse gaming Zowie, BenQ juga dapat memastikan polling rate-nya lebih cepat serta (yang terpenting) konsisten, dan dapat memangkas bobotnya. Dengan menggunakan koneksi wireless, maka mouse sudah pasti harus menyimpan baterai.

Zowie 6

Zowie 14

Saya juga memuji proses panjang yang BenQ lalui buat mengembangkan aksesori yang kita anggap remeh, seperti mousepad. Kang menceritakan bahwa prosedur perancangan mousepad Zowie memakan waktu tiga sampai empat tahun untuk mencapai desain ‘100% flat low friction‘.

Zowie 10

Pertama, produsen harus menggunakan bahan karet dan kain yang tepat demi menjaga permukaannya betul-betul rata meskipun user telah menggulung atau menariknya. Kedua, semua produk ini wajib lulus uji coba. Kabarnya, kurang dari 50 persen produk mousepad yang berhasil lolos tes QC, sisanya dibuang karena tidak memenuhi standar. Dan ketiga, BenQ harus memproduksi mousepad secara tertutup di kantornya di Taiwan demi menjaga kerahasiaan prosedurnya.

Zowie 13

 

Ketersediaan

Proses produksi super-kompleks dan fitur-fitur khusus eSport inilah yang membedakan Zowie dengan gaming gear brand lain. Kabar gembiranya, Anda yang tertarik bisa segera membeli perangkat-perangkat ini secara mudah. BenQ sudah memiliki official store di Lazada  dan seluruh produk yang Anda lihat di sana dapat langsung dibeli – termasuk keyboard switch optik Celeritas II, aksesori pengelolaan kabel Camade, hingga mousepad PSR.

MSI Luncurkan 2 Keyboard Gaming Premium Dengan Sistem RGB Per Key ‘Tersinskronisasi’

Di antara produk papan ketik spesialis gaming racikan MSI, Vigor merupakan lineup yang mendapatkan perhatian paling besar. Keseriusan sang produsen menapaki ranah pembuatan keyboard gaming mulai terlihat sejak awal tahun lalu, saat mereka memamerkan sejumlah periferal di CES 2017. Salah satunya adalah papan ketik bernama Vigor GK80.

Ternyata butuh waktu setahun lebih bagi Micro-Star International untuk memoles perangkat tersebut. Vigor GK80 baru diumumkan secara resmi di tanggal 28 Februari 2018 kemarin. Menariknya, ia tidak sendirian dalam berkompetisi di segmen yang dikuasai oleh nama-nama seperti Razer atau SteelSeries itu. Sang produsen juga menyediakan alternatif berdesain lebih ringkas, yaitu Vigor GK70.

GK 4

GK 7
Vigor GK 80 (atas) dan GK70 (bawah).

Vigor GK80 dan GK70 mengusung moto serupa: untuk menjadi landasan solid dalam ber-gaming. Tubuh kedua keyboard terbuat dari aluminium dengan finishing anodized. Menurut MSI, material ini kuat, ringan, serta tidak mudah mengumpulkan baretan. Lalu tim desainer juga memanfaatkan desain keycap ‘melayang’. Posisinya tidak terlalu dempet ke bawah sehingga mudah dilepas dan dibersihkan.

Sang produsen hardware Taiwan itu juga menyediakan dua tipe keycap: 12 keycap karet bertekstur jika Anda membutuhkan daya cengkeram lebih tinggi, serta empat keycap logam zinc yang bisa Anda taruh di posisi WASD. MSI paham betul bahwa tombol-tombol ini yang paling sering digunakan gamer, dan umumnya, pemakaian di waktu lama akan membuat permukaannya aus.

GK 3

GK 5

Perbedaan distingtif antara Vigor GK80 dan GK70 terletak pada desainnya. Vigor GK80 adalah keyboard full-size, sedangkan Vigor GK70 menyuguhkan rancangan tenkeyless. GK80 dilengkapi tombol-tombol pengaturan fungsi media dedicated, serta dibundel bersama wrist rest detachable yang mempunyai tempat penyimpanan keycap tambahan. Penampilan minimalis GK70 sendiri membuatnya lebih cocok digunakan dalam turnamen karena memberikan ruang bergerak lebih lapang bagi mouse.

GK 3

Spesifikasi kedua papan ketik gaming ini tetap sama, masing-masing menawarkan opsi switch mekanis Cherry MX Red atau MX Silver Speed. Keduanya tersambung ke PC lewat kabel USB braided 2m, turut dibekali sistem RGB per key MSI Mystic Light yang memeperkenankan kita untuk menyinkronkan pencahayaan di keyboard dengan hardware PC dan aksesori lain. Selanjutnya, utak-atik fungsi macro dapat dilakukan via software.

GK 1

MSI belum mengungkap harga dari keyboard-keyboard ini, namun mereka berencana untuk mulai memasarkannya secara global di bulan Maret 2018.

Vigor GK80 dan GK70 merupakan keyboard yang MSI posisikan di kelas high-end, setelah sebelumnya mereka memperkenalkan papan ketik anti-tumpahan air Vigor GK40. MSI terbukti lihai dalam meracik gaming gear, tapi saat ini mereka membutuhkan fitur signature baru mengingat pemakaian RGB per key sudah jadi semakin umum di kalangan produsen periferal.

MSI Perluas Koleksi Gaming Gear Mereka Lewat Tiga Produk Baru

Kira-kira sudah satu dekade berselang sejak MSI memutuskan untuk mensponsori Fnatic dan menyelami segmen gaming. Dalam perjalanannya itu, mereka mengembangkan banyak sekali pilihan perangkat buat gamer nomaden serta mulai mengekspansi bisnis untuk mendukung virtual reality. Dan di awal tahun lalu, MSI mulai menginvasi ranah gaming gear kelas premium secara agresif.

Kabar yang cukup menggembirakan buat MSI adalah, performa aksesori gaming racikan mereka ternyata tidak kalah dari produk-produk brand yang sudah lama bermain di sana. Kali ini, perushaan hardware gaming asal Taiwan itu mencoba memperluas koleksi gear dengan memperkenalkan tiga perangkat anyar: ada headphone, keyboard, serta satu combo kit.

 

Headset Immerse GH60

MSI 1

Dari gambar, Immerse GH60 mempunyai arahan desain yang hampir sama seperti kakaknya, Immerse GH70. Headphone ini mengusung headband dua bagian ala SteelSeries Siberia V2, cup over-ear bundar dengan bantalan empuk (berlapis kulit sintetis atau kain), serta lengan mic adjustable yang bisa dimasukkan ke housing. Bedanya, ia tidak dibekali LED RGB.

Di dalam, MSI mencantumkan unit driver Neodymium 50mm. Headphone kabarnya telah memperoleh sertifikasi audio Hi-Res, menjanjikan output yang jernih dan detail, sehingga sempurna buat mengekspos posisi lawan dalam permainan atau sekedar menikmati musik favorit Anda di PC. Lalu karena Immerse GH60 mengandalkan koneksi fisik berupa jack 3,5mm, penggunaannya juga sangat fleksibel.

 

Keyboard Vigor GK40

MSI 2

Vigor GK40 ialah keyboard gaming anti-tumpahan air ber-switch membran karet. Papan ketik ini menawarkan layout full-size, wrist rest ergonomis bertekstur, serta akses multi-media yang diintegerasikan ke tombol Function. Demi memenuhi tren estetika saat ini, GK40 juga ditunjang sistem RGB Mystic Light dengan enam zona pencahayaan, delapan efek berbeda, serta empat tingkat kecerahan.

 

Combo Kit Vigor GK40

MSI 3

Paket ini disediakan bagi Anda yang sedang berhemat, terdiri dari keyboard Vigor GH40 dan mouse gaming Clutch GM10. GM10 adalah mouse ergonomis untuk pengguna non-kidal dengan tubuh semi-simetris plus tekstur anti-slip yang dipersenjatai sensor PixArt. Tersedia empat opsi level DPI, dari 800 sampai 2.400. Switch-nya bisa tetap bekerja normal hingga 10 juta kali klik.

MSI bilang, ketiga produk ini sudah dipasarkan sejak bulan Januari 2018 kemarin, namun produsen sama sekali belum menyinggung harga. Berdasarkan estimasi saya – melihat dari nama serta fitur-fitur mereka – perangkat-perangkat ini disediakan sebagai alternatif lebih terjangkau dibanding gaming gear yang telah MSI pasarkan…

Mad Catz Resmi Bangkit dari ‘Kematian’, Kini Fokus Menyediakan Gaming Gear PC

Setelah berkiprah selama 28 tahun di ranah penyediaan gaming gear, Mad Catz mengumumkan berita duka di penghujung Maret 2017. Perusahaan yang bermarkaskan di San Diego itu menyatakan dirinya bangkrut dan berhenti beroperasi, dibarengi oleh proses pembekuan aset serta pengunduran diri para direktur dan segenap tim manajemen.

Namun secercah harapan muncul di bulan Desember kemarin. Kotaku melaporkan bahwa mereka dikirimkan sebuah tautan ke video pendek oleh tim Big Little PR. Durasinya singkat, dan isinya lebih tepat disebut teaser. Video tersebut menampilkan kepingan-kepingan objek yang bersatu kembali, membentuk mouse, keyboard dan headset, kemudian diakhir oleh tulisan ‘back in the game‘.

Menurut Kotaku, video dari Big Little PR ini adalah trailer‘ kebangkitan Mad Catz sebagai produsen gaming gear (meski waktu itu saya belum terlalu yakin video tersebut berkaitan dengan brand Mad Catz). Namun akhirnya Mad Catz Global buka suara. Melalui rilis pers, mereka mengumumkan agenda buat kembali berkecimpung di segmen ini, kurang dari setahun sesudah gulung tikar.

Mad Catz ‘baru’ ini kabarnya beroperasi di bawah tim manajemen baru, dibekali ide-ide baru, serta siap memperkenalkan produk-produk baru. Mereka berkomitmen untuk mengutamakan kualitas dan inovasi. Dalam proses pengembangan perangkatnya, desain dan produksi dilakukan langsung oleh tim in-house agar hasilnya berbeda dari kreasi kompetitor serta memastikan performanya maksimal.

Rencananya, Mad Catz akan menyingkap device-device anyar mereka di CES 2018 yang akan digelar sebentar lagi. Produk-produk ini terdiri dari penerus mouse R.A.T., papan ketik S.T.R.I.K.E., headphone gaming F.R.E.Q., serta mouse mat G.L.I.D.E. Seperti yang Anda lihat sendiri, Mad Catz kini tampaknya lebih menekankan perhatiann pada gaming gear PC. Mereka belum membahas joystick simultor serta controller game musikal.

Salah satu aksesori yang jadi primadona Mad Catz di CES 2018 ialah R.A.T. Air, yaitu mouse gaming wireless yang bisa dikustomisasi. Hal paling unik dari Air adalah ia tidak ditenagai oleh baterai internal biasa, tetapi mengambil daya dari unit mousepad-nya. Jika Anda lebih memfavoritkan mouse mat merek lain, Air dapat tersambung ke PC melalui kabel USB.

Selanjutnya, Mad Catz juga akan memamerkan S.T.R.I.K.E. 4, keyboard gaming mekanis yang mengusung tubuh aluminium dan pencahayaan RGN, serta headset F.R.E.Q. 4 yang dibekali frame logam dan driver neodymium 40-milimeter. Detail lebih lanjut mengenai seluruh perangkat ini akan diungkap tak lama lagi.

Mad Catz Global berencana buat mendemonstrasikan produk-produk baru ini di CES 2018 Las Vegas secara eksklusif melalui ‘undangan khusus’. Jika tertarik, Anda bisa mengajukan permintaan undangan melalui email ke [email protected].

Sumber: Gamasutra.

Produsen Gaming Gear Mad Catz Bangkit Dari Kebangkrutan?

Memulai bisnisnya di akhir 80-an, Mad Catz dikenal oleh gamer veteran lewat produk cartridge GameShark. Dan selama beberapa puluh tahun berbisnis, mereka juga menyediakan aksesori setir mobil untuk PlayStation, serta memperoleh kesempatan buat menciptakan rangkaian controller resmi Rock Band hingga mensponsori kompetisi MLG Pro Circuit.

Selain controller console, perusahaan San Diego itu turut memperluas portfolio-nya dengan memperkenalkan gaming mouse R.A.T dan headset Tritton. Proyek ambisius terakhir yang mereka lakukan adalah kolaborasi bersama Cloud Imperium Games buat menciptakan perangkat simulasi pendukung Star Citizen. Namun sayang sekali kiprah mereka harus terhenti, Mad Catz dinyatakan bangkrut di awal 2017.

Namun ada indikasi Mad Catz akan bangkit meneruskan perjalanan mereka di ranah gaming gear. Baru kemarin, Kotaku dikirimkan tautan ke video milik Big Little PR teaser bertajuk ‘Back in the Game’. Teaser ini memang sama sekali tidak menunjukkan branding Mad Catz, tetapi perangkat yang ditampilkan di sana mirip produk buatan mereka. Dan di bagian akhirnya, video menampilkan satu tanggal: 4 Januari 2018.

Big Little PR sendiri adalah tim konsultan PR spesialis gaming, memiliki hubungan baik dengan media-media ternama dunia dan sejumlah developer. Dan saat saya cek channel mereka di YouTube, Big Little PR ternyata menyiapkan dua versi video: satu berbahasa Inggris, dan satu lagi berbahasa Mandarin.

Video tersebut dibuat agar terlihat dramatis, menampilkan kepingan-kepingan objek di ruang gelap yang menyatu kembali dan membentuk mouse, keyboard dan headset. Tentu saja tetap ada kemungkinan video ini ternyata membahas brand berbeda dan tidak mempunyai hubungan dengan Mad Catz. Itu artinya, kita cuma bisa menebak brand apa yang kira-kira akan ‘kembali’.

Mad Catz 1

Bisnis Mad Catz mulai terlihat terseok-seok di awal 2016, ketika mereka terpaksa merumahkan 37 persen karyawannya akibat penjualan periferal Rock Band yang mengecewakan; dibarengi pengunduran diri CEO Darren Richardson, senior VP of business affairs Whitney Peterson, serta presiden Thomas Brown.

Kemudian di bulan September 2016, Logitech mengakuisi brand spesialis aksesori joystick Saitek dari tangan Mad Catz senilai US$ 13 juta. Tapi tampaknya jumlah uang ini belum cukup untuk mengeluarkan Mad Catz dari krisis finansial, hingga akhirnya berujung pada pembekuan aset di bulan Maret silam.

Untuk lebih jelasnya mengenai brand apa yang akan kembali, kita harus sabar menunggu pengungkapannya di tanggal 4 Januari besok.

Via PC Gamer.

[Review] Rapoo VPro V25s, Mouse Gaming Terjangkau yang Dibekali Beragam Kejutan Unik

Namanya memang tak setenar brand-brand periferal PC lain di tanah air, tapi Rapoo sebetulnya telah menyelami ranah aksesori komputer sejak 2002. Kabarnya ia sempat masuk di Indonesia pada tahun 2012, namun tenggelam di tengah hiruk-pikuk kehebohan gaming gear. Agar lebih mudah dikenal khalayak, Rapoo menyiapkan sub-brand gaming mereka: VPro.

Produsen periferal Shenzhen itu mulai mencoba menginvasi kembali segmen gaming gear nusantara di akhir 2017 ini. Beberapa minggu lalu, perwakilan Rapoo memberikan saya kesempatan untuk  menjajal mouse gaming mid-range terbaru mereka secara lebih personal, sebuah produk bernama VPro V25s. Ia menjelaskan bahwa V25s merupakan satu dari sejumlah produk anyar yang Rapoo siapkan buat menyaingi merek aksesori PC populer asal Swiss lewat kombinasi duet harga dan performa.

Dari sedikit riset, spesifikasi VPro V25s tak berada jauh dari Logitech G102 Prodigy. Namun hal yang membuatnya istimewa ialah presentasi tema ‘gaming’ yang diusung V25s: pencahayaan LED RGB menari tanpa henti, lalu desain simetris yang familier ternyata nyaman untuk menangani beragam tugas berbeda. Silakan simak ulasan lengkap VPro V25s di bawah ini.

 

Packaging

Rapoo bermaksud buat menjaga bundel penjualan VPro V25s tetap sederhana. Di dalam bungkusnya yang tak terlalu besar, Anda hanya akan menemukan unit mouse, kabel yang tersusun rapi, dan lembar ‘quick start guide‘. Di lembar panduan tersebut, Rapoo menyarankan pengguna untuk mengunduh aplikasi companion dari page V25s agar kita bisa mengonfigurasi DPI, LED, hingga memanfaatkan fungsi macro.

VPro V25s 9

 

Desain

VPro V25s ialah mouse ambidextrous dengan lekukan-lekukan yang menyiratkan bagaimana tim perancangnya tidak melupakan elemen ergonomis. Dua tombol utama menjadi bagian dari pelat punggung, lalu di tengahnya ada scroll wheel dan switch DPI. Satu aspek yang menyebabkan mouse ini tidak sepenuhnya simetris adalah dua thumb button yang hanya tersedia di sisi kiri.

VPro V25s 35

VPro V25s 33

Tubuh hitam VPro V25s terbuat dari plastik, termasuk pada bagian metalik yang membingkai scroll wheel dan switch DPI. Untuk membuat pengendaliannya lebih akurat dan mengurangi peluang tergelincir dari jari, Rapoo membubuhkan lapisan karet bertekstur di kiri dan kanan mouse. Di sisi bawah, Anda akan menemukan empat mouse feet teflon, masing-masing berada di bagian ujung V25s. Mouse ini sendiri tersambung ke PC melalui kabel USB braided sepanjang 2-meter.

VPro V25s 11

VPro V25s 10

VPro V25s mempunyai dimensi 125,6×66,2×39,5-milimeter dan bobot di kisaran 120-gram tanpa menghitung kabel. Ukurannya ini mendukung penuh gaya claw grip (kebiasaan saya), dan memungkinkan jari-jari mungil ini menjangkau kelima tombol di sana – termasuk dua thumb button-nya. Lalu saat jempol, jari manis dan kelingking mengunci mouse di area karet, V25s sangat ringan buat diangkat.

VPro V25s 14

VPro V25s 13

Pencahayaan LED diterapkan di bagian punggung mouse – mengisi garis pembatas pelat atas dan scroll wheel. Pola melingkar dengan garis putus-putus di sana mengingatkan saya pada sidik jari atau kulit bunglon, namun sebetulnya desain ini terinspirasi dari star trail (jejak bintang). Lighting RGB di V25s dibagi dalam tiga zona dan Anda bisa mengatur warna serta memilih mode pencahayaan (breathing, multicolor, statis, hingga ‘spectrum cycling‘) via app.

VPro V25s 20

VPro V25s 15

Kejutan unik di VPro V25s adalah dukungan fungsi sensor proximity. Komponen ini memungkinkan mouse mendeteksi eksistensi tangan Anda di dekatnya untuk segera mengaktifkan pertunjukan cahaya RGB. Begitu tangan menjauhinya, LED akan mati.

VPro V25s 27

VPro V25s 22

 

Rapoo V25s Driver

Tidak seperti Corsair Utility Engine atau SteelSeries Engine yang diramu untuk menunjang banyak device, app Rapoo V25s Driver tampaknya dispesialisasikan khusus buat mouse V25s saja. Saya berasumsi, Anda harus menginstal software lagi ketika ingin melakukan kustomisasi pada periferal Rapoo lain. Memang sedikit merepotkan, namun hanya dengan memasang app ini di PC barulah bagian-bagian terbaik dari mouse dapat terkuak.

Interface Rapoo V25s Driver memang tidak secantik garapan rival-rivalnya yang lebih berpengalaman, tetapi begitu dibuka, ia segera menyodorkan hal-hal esensial buat Anda. App terbagi atas lima menu: utama, berisi pengaturan DPI dan sensor; pengendalian LED; Macro Editor; menu Trophy; dan Help. Software turut menyediakan lima slot penyimpanan profile.

 

VPro V25s 1

Di menu utama, Anda bisa menentukan tujuh level switch DPI, tersedia 14 pilihan dari mulai 500 sampai 7000. Kita juga dapat melakukan perubahan pada kecepatan pointer, sensitivitas default sensor, polling rate (125Hz hingga 1000Hz), serta memprogram ulang fungsi tombol.

 

VPro V25s 2

Di LED Control, Anda dipersilakan mengutak-atik segala hal terkait pencahayaan, termasuk memilih warna secara spesifik dari palet red-green-blue. Di sana pula Anda dapat menyala-matikan fungsi proximity sensing agar VPro V25s bisa ‘merasakan’ kehadiran telapak tangan sang user.

 

VPro V25s 3

Macro Editor sendiri memungkinkan Anda merekam dan mengedit macro. Rapoo telah menyediakan beberapa preset buat game-game populer seperti Dota 2, Counter-Strike: Global Offensive, Minecraft hingga Skyrim. Jika game Anda tak ada di daftar, silakan buat macro-nya sendiri.

 

VPro V25s 4

Trophy ialah fitur ala achievement yang sangat menarik. Semakin sering mouse   digunakan (klik kanan, kiri, atau menggerakkannya ke sana-sini) maka level trophy akan naik. 13 level di sana dibekali oleh badge berbeda, dan Anda juga dapat melihat data statistik terkait banyaknya tekanan pada tombol atau mengetahui kebiasaan diri saat menggunakan mouse.

 

VPro V25s 5

Kemudian via menu Help, Anda dapat mengimpor atau ekspor file profile, serta melakukan update firmware pada mouse V25s.

 

Performa dan pengalaman penggunaan

Rapoo VPro V25s memanfaatkan sensor optik ‘khusus gaming‘, tetapi produsen tidak menjelaskan lebih rinci tipenya. Berdasarkan info di website, kabarnya sensor ini mempunyai kecepatan proses gambar di 5.300FPS serta sanggup melacak gerakan 80-inci per detik. Anda mungkin juga sudah bisa menerka, profile-profile penggunaan disimpan dalam unit memori built-in sehingga dapat diakses walaupun mouse disambungkan ke PC berbeda.

VPro V25s 12

Mouse gaming Rapoo ini saya gunakan untuk bekerja sehari-hari dan bermain. Di tangan saya, desainnya sangat nyaman dan saya menyukai kesederhanaan lekukannya. V25s tidak memiliki sudut-sudut atau lekukan-lekukan ganjil, tak ada bagian yang menekan dan membuat genggaman jadi tidak enak. Dan seperti yang saya jelaskan sebelumnya, seluruh tombol gampang dicapai oleh jari.

VPro V25s 17

Saya belum mendapatkan konfirmasi soal tipe switch yang digunakan di VPro V25s. Resistensinya lebih tinggi sedikit dari switch Omron di MSI Clutch GM70, namun sensasi menekannya tetap empuk dan responsif. Thumb button-nya terasa pas, tidak terlalu keras tapi juga tak terlampau sensitif. Tombol jempol itu biasanya saya pakai untuk mengaktifkan Boost di game Titanfall 2, dan tak pernah gagal menyajikannya.

VPro V25s 26

Mungkin hal yang bisa menimbulkan masalah adalah tidak adanya indikator level DPI. Jadi jika tak sengaja menekan switch saat seru berduel dengan lawan, Anda harus mencarinya secara manual dan mengira-ngira setting mana yang sebelumnya paling pas.

VPro V25s 28

Anda mungkin akan menyangka bahwa penggunaan LED RGB secara merata di pelat atas keyboard menyebabkan mouse jadi hangat. Menariknya, hal tersebut tidak terjadi di VPro V25s. Periferal tetap terasa sejuk walaupun saya memakainya selama berjam-jam. Pemanfaatan tekstur doff di permukaan tubuhnya juga meminimalkan penumpukan minyak dan kotoran dari tangan.

VPro V25s 23

VPro V25s 21

Selama dua minggu ke belakang, VPro V25s dengan setia menemani saya menikmati Wolfenstein II: The New Colossus, South Park: The Fractured But Whole, Divinity: Original Sin II dan Titanfall 2; dan sejauh ini, ia cukup fleksibel buat menangani genre permainan berbeda dan belum pernah mengecewakan.

VPro V25s 29

Dalam permainan role-playing ‘santai’ yang tidak menuntut gerakan cepat (seperti Original Sin II misalnya) V25s bekerja sangat mulus. Mouse ini enteng dan tidak membebani jari meski navigasi dilakukan sepenuhnya menggunakan mouse – bahkan sewaktu meluncur di atas mouse mat kain standar. Di Wolfenstein II, semuanya terasa natural, dan saya tak perlu repot mengubah sensitivitas mouse secara manual via menu options – cukup dengan mencari level DPI yang tepat.

 

VPro V25s 36

VPro V25s 38

VPro V25s 37
Ketiga ‘first place’ ini diperoleh saat saya menggunakan VPro V25s.

Buat menangani Titanfall 2, saya bahkan tidak perlu melalui proses adaptasi lagi. Karakteristik VPro V25s mirip MSI Clutch GM40 – plus LED RGB dan macro. Saya tanpa kesulitan lompat dari tembok ke tempok, Titan ke Titan, melacak pilot lawan dengan meriam 40mm, serta memburu mereka yang mencoba melarikan diri berbekal senapan Mastiff.

VPro V25s 7

Melihat dari penyajiannya, Rapoo VPro V25s disiapkan untuk menunjang game-game ber-genre first-person shooter atau action – entah apakah itu permainan single-player ataupun multiplayer kompetitif.

 

Konklusi

Bagi saya, faktor utama yang membuat VPro V25s berbeda dari mouse gaming kelas menengah lain ialah keberhasilan Rapoo menghadirkan elemen gaming  dalam pengalaman penggunaan sehari-hari. Melalui fitur trophy dan level, mouse ini mengapresiasi kita ketika semakin sering menggunakannya. Sayangnya, mungkin Anda hanya dapat membanggakan pencapaian tersebut ke sesama pengguna mouse Rapoo.

VPro V25s 8

Dan di harga yang tidak terlalu tinggi, kinerja Rapoo VPro V25s tergolong mumpuni. Secara pribadi, mouse ini sangat pas dengan ukuran tangan saya dan postur claw grip (pada dasarnya membuat jangkauan jari jadi lebih pendek), lalu saya sama sekali tidak perlu melakukan proses adaptasi, terutama untuk menikmati Titanfall 2 – salah satu game bertempo tercepat yang menuntut refleks dan akurasi tinggi. Menurut saya, produk ini cocok buat gamer pemula atau veteran yang sedang berhemat.

Rapoo VPro V25s kabarnya sudah mulai dipasarkan di Indonesia, dijajakan di harga eceran paling mahal Rp 360 ribu.

VPro V25s 16

 

Permukaan Dua Controller Console Edisi Terbatas Ini Ditutupi Oleh Rumput

Sejak console generasi terakhir, para produsen tampaknya merasa telah puas pada sistem kendali pendamping hardware gaming mereka. Satu-satunya perubahan besar di DualShock 4 adalah penambahan touchpad; lalu controller Xbox One sendiri masih mengusung layout pendahulunya, dengan sejumlah penyempurnaan pada desain, stik analog dan tombol trigger.

Momentum evolusi gamepad pelan-pelan melambat dan era motion controller telah dimulai. Tapi tentu saja sistem kendali standar ini tidak akan pergi ke mana-mana karena mereka ialah bagian dari identitas dari produk console. Periferal tersebut juga tak jarang digunakan produsen buat mempromosikan suatu game, umumnya lewat tema edisi terbatas. Namun mungkin, sulit menemukan produk yang lebih unik lagi dari dua controller kreasi Scuf Gaming ini.

Scuf Gaming 5

Lewat website resminya, perusahaan pencipta gear spesialis pro-gamer itu memperkenalkan controller bernama Impact Turf untuk PlayStation 4 dan Infinity1 Turf buat Xbox One. Penampilannya hampir serupa dengan DualShock ataupun controller Xbox One, tapi jika Anda lihat lebih dekat, tubuh kedua periferal kendali ini ternyata ditutupi oleh rumput halus.

Scuf Gaming 4

Scuf menjelaskan bahwa Impact Turf dan Infinity1 Turf didedikasikan bagi para penggemar setia franchise permainan FIFA. Menurut produsen, tak ada cara yang lebih baik untuk menyampaikannya kecuali dengan membubuhkan rumput buatan (atau turf) di permukaan controller. Scuf juga yakin, penampilan unik dari kedua gamepad itu mampu menambah keasikan bermain.

Scuf Gaming 1

Kepada Forbes, Scuf Gaming mengakui mereka tidak benar-benar menggunakan rumput sintetis AstroTurf yang dipakai di stadion-stadion sepakbola ternama dunia. Produsen memanfaatkan material hampir serupa yang lebih lembut – kata  Forbes, sensasinya mirip menyentuh lumut kering atau karpet shag.

Scuf Gaming 2

Selain fokus pada penampilan, Scuf tidak melupakan aspek fungsi. Produsen membekali Impact Turf dan Infinity1 Turf dengan sistem paddle control (ada empat unit), fitur remapping electromagnetic, sistem trigger 3-in-1 (untuk Impact Turf, terdiri dari pemanjang tombol trigger, aksesori quick shift trigger stop, dan hair trigger yang dapat dikustomisasi), grip handle kelas militer dan Scuf Pro putih buat Infinity1 Turf, hingga thumb stick pengganti.

Scuf belum menjelaskan berapa banyak unit Impact Turf dan Infinity1 Turf yang telah disiapkan, namun mereka sempat bilang bahwa jumlahnya sangat terbatas. Kedua produk ini dibanderol di harga yang sama, yaitu US$ 190, dan kabarnya juga bisa dimanfaatkan oleh gamer PC.

Corsair ST100 Ialah Stand Headset Premium yang Bisa Suguhkan Surround Sound 7.1

Bagi sejumlah orang, mengustomisasi PC serta mengoleksi gaming gear  tampaknya menjadi kegiatan yaang tak kalah seru dari bermain video game. Mungkin ini alasannya mengapa tren RGB begitu populer sekarang. Dan jika kebetulan Anda sedang bingung mencari tempat sempurna buat menaruh headphone kesayangan, Corsair Components punya solusinya.

Mengawali bisnisnya di ranah teknologi melalui penyediaan memori komputer, brand dari Fremot itu kini dikenal sebagai pemasok aksesori gaming terpercaya. Corsair juga tak tanggung-tanggung dalam menawarkan produk. Selain keyboard dan mouse, mereka turut mendesain kursi gaming hingga unit pengendali hardware. Dan baru saja mereka memperkenalkan ST100, yaitu ‘stand headphone premium dengan pencahayaan RGB’.

Anda tidak salah baca, ST100 didesain untuk jadi singgasana headset kebanggaan Anda. Stand premium tersebut menyajikan desain simpel, tersusun dari bahan aluminium kelas dirgantara, demi memastikan konstruksinya kokoh dan ringan. Ukuran kait di atasnya mendukung semua varian headphone Corsair Void Pro, baik wired maupun wireless. Tentu saja, ST100 juga kompatibel ke headset brand lain asalkan ukurannya tak terlalu besar.

ST100 1

ST100 turut dibekali LED RGB dan Anda dipersilakan untuk mengutak-atik pola pencahayaan dan menentukan warna melalui software Corsair Utility Engine. Berkat palet red-green-blue, kita disajikan pilihan 16,7 juta warna lebih. Dan menariknya lagi, tarian warna di ST100 dapat disinkronkan dengan perangkat Corsair lain: headset, papan ketik, sampai mouse mat MM800.

ST100 2

LED RGB diposisikan pada area bawah pelat kaki, terbagi dalam sembilan zona yang dapat dikonfigurasi. Lalu agar ST100 bisa berdiri dengan stabil, tim desainer membubuhkan lapisan karet di bawahnya. Aksesori ini terhubung ke PC lewat kabel USB sepanjang 1,8-meter, membutuhkan sistem ber-OS Windows 10, 8 atau 7.

ST100 3

Stand headphone ini dilengkapi sepasang port USB 3.1, memungkinkan Anda mengisi ulang wireless receiver dan headset Void Pro RGB sembari mengenakannya, atau men-charge smartphone saat bermain. Satu fitur yang membuat ST100 sangat unik adalah kemampuannya menyuguhkan surround sound 7.1 atau output stereo full-range dengan mencolokkan headphone analog merek apapun ke port 3,5-milimeter di sana.

ST100 4

Dari keterangan Corsair Indonesia di Facebook, ST100 RGB Premium Headset Stand baru saja diumumkan di Amerika Serikat, dan berjanji akan ‘segera menginformasikan waktu rilisnya di Indonesia jika sudah tersedia’. Harganya sendiri malah baru muncul di situs Corsair Eropa, dibanderol € 70 atau sekitar US$ 82 – sangat mahal untuk sebuah stand headset.

Sumber: Corsair.