Daftar Turnamen Esports dengan Hadiah Terbesar Pada 2020

Di tengah pandemi virus corona sekalipun, turnamen esports masih bisa diselenggarakan, walau formatnya harus diubah menjadi online. Memang, hal itu berarti, para fans esports tidak bisa hadir langsung di arena pertandingan untuk menonton para jagoannya bertanding. Meskipun begitu, total hadiah dari kompetisi esports yang diadakan pada tahun ini tetap fantastis.

Berikut 10 kompetisi esports dengan total hadiah terbesar pada 2020.

1. Mobile Legends Professional League Season 6 – US$300 ribu (sekitar Rp4,2 miliar)

Gelar turnamen esports dengan hadiah terbesar pada 2020 seharusnya jatuh ke Free Fire Champions Cup, yang menawarkan total hadiah sebesar Rp8,18 miliar. Rencananya, FFCC akan digelar di Jakarta, meski kompetisi itu juga mengadu tim-tim dari luar Indonesia. Sayangnya, karena pandemi virus corona, turnamen esports itu akhirnya dibatalkan. Karena itu, kami memutuskan untuk tidak menyertakan turnamen tersebut dalam daftar ini.

Mobile Legends Professional League masih menjadi turnamen esports di Indonesia dengan hadiah terbesar pada 2020. MPL Season 6 menawarkan total hadiah sebesar US$300 ribu atau sekitar Rp4,2 miliar. Sama seperti musim-musim sebelumnya, Season 6 dimulai dengan group stage, yang diselenggarakan pada 14 Agustus sampai 4 Oktober 2020 dan diikuti oleh 8 tim yang membayar Rp1,5 miliar untuk bisa ikut dalam liga ini. Enam tim terbaik akan lolos ke babak playoff, yang diadakan pada 16-18 Oktober 2020.

RRQ berhasil memenangkan MPL 2 kali berturut-turut. | Sumber: Facebook
RRQ berhasil memenangkan MPL 2 kali berturut-turut. | Sumber: Facebook

Dalam MPL Season 6,  RRQ Hoshi keluar sebagai juara. Dengan ini, RRQ Hoshi berhasil menjadi tim pertama yang memenangkan MPL dua musim berturut-turut. Tak hanya itu, RRQ Hoshi juga menjadi tim dengan trofi MPL terbanyak. Mereka memenangkan MPL pada Season 2, Season 5, dan Season 6.

2. Mobile Legends Professional League Season 5 – Rp4 miliar

MPL Season 5 dimulai pada 7 Februari 2020. Jadi, pertandingan group stage dari kompetisi ini masih diadakan secara offline. Namun, babak playoff sudah diselenggarakan secara online karena pemerintah telah menetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Sepanjang musim, Bigetron Alpha tampil mendominasi. Hanya saja, di babak playoff mereka terlempar ke lower bracket setelah kalah melawan EVOS Esports. Di lower bracket, Bigetron harus menghadapi ONIC Esports. Sayangnya, mereka harus bertekuk lutut di hadapan tim dengan ikon landak tersebut. Sementara itu, RRQ melanggeng ke babak grand final setelah mengalahkan EVOS di babak final upper bracket.

Di babak final lower bracket, EVOS harus bertanding melawan ONIC Esports. EVOS menang dari ONIC dan melaju babak grand final untuk kembali menghadapi RRQ. Pada akhirnya, RRQ berhasil mengalahkan EVOS dan membawa pulang trofi MPL Season 5.

3. PUBG Mobile Professional League Indonesia Season 1 – US$150 ribu (sekitar Rp2,1 miliar)

PUBG Mobile Professional League merupakan bagian dari restrukturisasi skena kompetitif PUBG Mobile oleh Tencent. Tujuannya adalah untuk mengembangkan ekosistem esports PUBG Mobile di kancah internasional.

PMPL Season 1. | Sumber: Skyegrid Media
PMPL Season 1. | Sumber: Skyegrid Media

PMPL diikuti oleh 24 tim yang terbagi ke dalam 3 grup. Masing-masing grup akan berisi 4 tim undangan dan 4 tim yang lolos babak kualifikasi. Fase liga dari PMPL diadakan pada 6-29 Maret 2020. Dari sini, akan terpilih 16 tim terbaik untuk bertanding di babak playoff, yang diselenggarakan pada 4-5 April 2020.

4. PUBG Mobile Professional League Indonesia Season 2 – US$150 ribu (sekitar Rp2,1 miliar)

Sama seperti MPL, PMPL juga diadakan dua kali dalam setahun. PMPL Season 2 dimulai pada Agustus 2020. Salah satu hal yang membedakan PMPL Season 2 dengan turnamen Season 1 adalah keberadaan turnamen khusus perempuan. Kompetisi itu menggunakan menggunakan sistem babak kualifikasi terbuka, walau jumlah tim yang mendaftar dibatasi menjadi 128 tim.

Pada hari pertama dari babak final PMPL Season 2, BOOM Esports tampil dengan baik dan berhasil mengamankan dua Chicken Dinner. Semangat ini mereka bawa sampai hari kedua. Namun, performa BOOM dapat disaingi oleh Aerowolf Limax, yang akhirnya keluar sebagai juara dari PMPL Season 2.

5. Dunia Games League – Rp1,6 miliar

Melihat besarnya potensi industri game dan esports, tidak heran jika Telkomsel membuat Dunia Games untuk menggarap dua sektor tersebut. Tahun lalu, mereka mengadakan Dunia Games League. Dianggap sukses, mereka kembali mengadakan DG League 2020, yang mempertandingkan PUBG Mobile.

DG League 2020 terbuka untuk semua orang, baik pemain amatir maupun profesional. Turnamen ini memiliki empat babak kualifikasi, yaitu kualifikasi amatir, kualifikasi kampus, kualifikasi pro, dan kualifikasi online. Dari babak kualifikasi pro, akan terpilih delapan tim. Sementara dari babak kualifikasi amatir, kampus dan online, akan terpilih empat tim dari masing-masing babak kualifikasi.

6. Indonesia Games Championship – Rp1,6 miliar

DG League 2020 bukan satu-satunya turnamen esports yang Telkomsel adakan. Selain DG League, perusahaan telekomunikasi itu juga ikut turut serta dalam penyelenggaraan Indonesia Games Championship. Untuk mengadakan IDC, Telkomsel melalui Dunia Games bekerja sama dengan Garena. Berbeda dengan MPL atau PMPL yang hanya mengadu satu game, IGC mempertandingkan empat game sekaligus, yaitu  League of Legends, Arena of Valor, Call of Duty: Mobile, dan Free Fire.

IGC mengadu empat game sekaligus. | Sumber: situs resmi
IGC mengadu empat game sekaligus. | Sumber: Dunia Games

7. Piala Presiden Esports – Rp1,5 miliar

Piala Presiden Esports merupakan hasil kolaborasi antara Kantor Staff Presiden (KSP), Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Badan Ekonomi Kreatif (Bekraft), dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo). Turnamen tersebut diadakan dengan tujuan untuk menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mengembangkan ekosistem esports di Indonesia. Ada tiga game yang diadu dalam Piala Presiden Esports, yaitu Free Fire, Pro Evolution Soccer, dan Ultra Space Battle Brawl, yang merupakan game buatan developer lokal.

8. Free Fire Master League Season 2 – Rp1,2 miliar

Free Fire Masters League Season 2 diadakan pada 8 Agustus sampai 13 September 2020. Liga ini diikuti oleh 18 tim, yang terbagi ke dalam 3 grup. Pada akhir musim reguler, dua tim yang duduk di peringkat pertama dan kedua dari masing-masing grup langsung mendapatkan tiket ke babak grand final Free Fire Indonesia Masters Fall 2020. Sementara itu, 12 tim lainnya masih harus bertanding di babal playoff dari FFIM Fall 2020.

9. Free Fire Master League Season 1 – Rp1,2 miliar

Free Fire Master League Season 1 diselenggarakan pada 14 Januari-14 Februari 2020. Kompetisi esports itu diikuti oleh 24 tim. Dari 24 tim, 6 tim dengan peringkat teratas akan terpilih untuk masuk ke babak grand final dari Free Fire Indonesia Masters 2020 Spring. Garena menyebutkan, tujuan mereka mengadakan FFML S1 adalah untuk mencari pemain Free Fire berbakat yang bisa mewakili Indonesia di turnamen tingkat internasional.

10. Free Fire Indonesia Masters 2020 Fall – Rp800 juta 

Free Fire Indonesia Masters 2020 diadakan pada Oktober 2020. Diikuti oleh 12 tim esports, turnamen ini memperebutkan hadiah sebesar Rp800 juta. Dengan performa yang stabil, EVOS Esports berhasil keluar sebagai juara dan membawa pulang Rp350 juta. Tak hanya itu, mereka juga bisa langsung melaju ke babak final dari  Free Fire Continental Series 2020: Asia. Sementara itu, juara dua diduduki oleh RRQ Hades, yang mendapatkan hadiah Rp175 juta dan juara tiga dipegang oleh ONIC Olympus, yang membawa pulang Rp80 juta. Kedua tim esports ini juga bisa masuk ke babak Play-ins dari FFCS.

Jika dibandingkan dengan turnamen-turnamen esports dengan hadiah terbesar pada 2019, jumlah turnamen esports yang menawarkan hadiah lebih dari Rp1 miliar sepanjang tahun 2020 masih lebih banyak. Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa industri esports bisa bertahan bahkan di tengah pandemi.

Sama seperti tahun lalu, semua turnamen dalam daftar ini mengadu mobile game, seperti Mobile Legends, PUBG Mobile, dan Free Fire. Mengingat Indonesia adalah negara mobile-first, hal ini tidak aneh. Tren lain yang menarik adalah sebagian besar turnamen esports dengan hadiah terbesar pada tahun ini diadakan oleh publisher game, baik Moonton, Tencent, maupun Garena. Jadi, tidak heran jika banyak kompetisi esports tahun ini yang hanya mengadu satu game.

Sumber header: One Esports

Cristiano Ronaldo Jadi Karakter di Free Fire, Microsoft Akuisisi Smash.gg

Dalam satu minggu terakhir, ada beberapa kabar menarik di dunia game dan esports. Misalnya, Microsoft yang memutuskan untuk membeli platform turnamen esports, Smash.gg atau keputusan Cristiano Ronaldo untuk bekerja sama dengan Garena sebagai Global Brand Ambassador dari Free Fire.

CR7 Jadi Global Brand Ambassador Free Fire

Cristiano Ronaldo menjadi Global Brand Ambassador dari Free Fire, game buatan Garena. Sebagai bagian dari kerja sama ini, Garena akan membuat karakter baru yang didasarkan pada Ronaldo, bernama Chrono. Karakter itu berasal dari universe baru dengan tema metropolis futuristik. Walau dunia itu penuh dengan teknologi canggih, tatanan masyarakat di sana kacau balau. Chrono hadir sebagai seorang pahlawan dan juga inspirasi bagi masyarakat untuk tetap hidup.

Microsoft Akuisisi Smash.gg

Microsoft mengakuisisi platform turnamen esports, Smash.gg minggu lalu. Sayangnya, tidak diketahui berapa nilai akuisisi tersebut. Smash.gg didirikan pada lima tahun lalu. Pada awalnya, platform tersebut fokus pada turnamen esports dari Smash Bros. Namun, sekarang, mereka juga bisa digunakan untuk mengadakan turnamen esports dari game-game lain.

Melalui Twitter, Smash.gg menjelaskan, saat ini, mereka akan beroperasi seperti biasa. Ke depan, mereka berharap akan bisa menggunakan sumber daya dari tim Microsoft Content Services untuk mengembangkan platform turnamen esports mereka, lapor Reuters.

Dalam 2 Bulan, Pemasukan Genshin Impact dari Pemain Mobile Hampir Capai US$400 Juta

Berdasarkan data dari perusahaan analitik mobile, Sensor Tower, dalam waktu dua bulan sejak peluncuran, Genshin Impact telah mendapatkan pemasukan sekitar US$393 juta dari para pemain mobile. Hal itu berarti, sejak diluncurkan pada 28 September 2020, game buatan MiHoYo ini menghasilkan US$6 juta per hari, menurut laporan GamesIndustry.

Pemasukan Genshin Impact dari mobile hampir mencapai US$400 juta dalam 2 bulan. | Sumber One Esports
Pemasukan Genshin Impact dari mobile hampir mencapai US$400 juta dalam 2 bulan. | Sumber One Esports

Berdasarkan data Sensor Tower, satu-satunya game yang memiliki pemasukan lebih besar dari Genshin Impact pada awal peluncurannya adalah Honor of Kings dari Tencent, yang mendapatkan US$467 juta. Namun, Sensor Data juga menyebutkan, pemasukan Genshin Impact pada bulan kedua lebih kecil daripada pemasukan mereka pada bulan pertama, yang mencapai US$245 juta.

Sepanjang 2020, Pemasukan Franchise Call of Duty Tembus US$3 Miliar

Setelah peluncuran Call of Duty: Black Ops Cold War, Activision mengungkap bahwa total net bookings dari franchise Call of Duty telah menembus US$3 miliar dalam 12 bulan belakangan. Menurut Activision, net bookings merupakan total penjualan secara fisik dan digital, termasuk biaya lisensi, merchandise, dan insenstif untuk publisher game dalam periode tertentu.

Pada 2020, nilai net bookings dari franchise Call of Duty naik 80% dari tahun lalu. Sementara jumlah unit game yang terjual naik 40%. Activision menyebutkan, ada 200 juta orang yang memainkan game Call of Duty pada tahun ini, menurut laporan IGN.

Dua Eksekutif BioWare Keluar, Pengembangan Mass Effect dan Dragon Age Tetap Berjalan

Dua eksekutif BioWare, Casey Hudson dan Mark Darrah memutuskan untuk keluar dari studio game tersebut. Di BioWare, Hudson menjabat sebagai General Manager, sementara Darrah adalah Executive Producer untuk Dragon Age.

BioWare akan tetap mengembangkan Dragon Age 4.
BioWare akan tetap mengembangkan Dragon Age 4.

Namun, BioWare dan publisher Electronic Arts meyakinkan para fans bahwa keputusan Hudson dan Darrah untuk mengundurkan diri tidak akan mengganggu proses pengembangan game-game baru BioWare, seperti Mass Effect: Legendary Edition, Dragon Age 4, dan Anthem Next, menurut laporan VentureBeat.

Strategi Garena Di Balik Kesuksesan Free Fire

Bahkan setelah esports menjadi populer, mobile esports sempat dianaktirikan, dipandang sebelah mata. Namun, perlahan tapi pasti, anggapan itu mulai berubah. Ekosistem mobile esports kini juga mulai tumbuh. Dan hal ini terjadi berkat kemunculan sejumlah mobile game kompetitif, baik game dengan genre MOBA seperti Mobile Legends maupun game battle royale, seperti PUBG Mobile dan Free Fire.

Faktanya, Free Fire dari Garena berhasil menyabet penghargaan mobile esports terbaik tahun ini. Lalu, bagaimana strategi Garena sehingga mereka bisa membuat Free Fire sukses di dunia?

 

Bisnis Lisensi Game Garena

Sebelum membahas tentang Free Fire, mari kita membahas sejarah Garena secara sekilas. Garena didirikan di Singapura pada 2009. Ketika itu, mereka merupakan developer game. Pada 2017, mereka mengganti nama mereka menjadi Sea Limited. Meskipun begitu, Garena masih digunakan sebagai nama divisi hiburan/game dari perusahaan itu.

Selain bisnis game, Sea juga punya dua divisi lain, yaitu layanan e-money dan e-commerce, yaitu Shopee. Dari ketiga divisi Sea, Shopee merupakan divisi dengan pertumbuhan paling pesat. Namun, hal itu bukan berarti Shopee telah mendapatkan untung. Garena, yang pendapatannya naik 61,6% pada Q2 2020, masih menjadi tulang punggung untuk Sea.

Garena sendiri punya beberapa sumber pemasukan. Salah satunya adalah licensing game. Dengan model bisnis ini, Garena akan membeli lisensi sebuah game dan merilisnya di Asia Tenggara. Beberapa game yang lisensinya Garena miliki antara lain League of Legends, FIFA Online 3 dan 4, Point Blank, Blade & Soul, Arena of Valor, dan Call of Duty: Mobile. Garena menampilkan game-game tersebut di platform distribusi digital mereka, seperti Uplay milik Ubisoft atau Origin dari EA.

Platform distribusi game milik Garena.
Platform distribusi game milik Garena.

Jika Anda memerhatikan game-game yang lisensinya Garena beli, Anda akan menyadari bahwa semua game itu punya model bisnis yang sama, yaitu free-to-play. Dengan game gratis, Garena dapat menjangkau lebih banyak gamer dengan lebih mudah. Pasalnya, di kawasan negara berkembang seperti Asia Tenggara, Amerika Latin, dan India, para gamer cenderung untuk tidak membeli game. Mereka lebih suka untuk memainkan game gratis, walau game itu menawarkan in-game purchase.

Pada 2010, Garena mendapatkan lisensi dari Riot Games untuk meluncurkan League of Legends di Asia Tenggara. Memang, League of Legends terbilang kurang sukses di Indonesia dan negara-negara tetangga. Meskipun begitu, keberhasilan Garena untuk menjalin kerja sama dengan Riot membuat mereka dikenal oleh perusahaan-perusahaan game global, termasuk Tencent.

Pada November 2018, Tencent dan Garena itu menandatangani letter of intent yang menyebutkan bahwa Garena akan menjadi opsi pertama Tencent jika mereka ingin merilis game di Indonesia, Taipei, Thailand, Filipina, Malaysia, dan Singapura. Berkat kerja sama ini, Tencent dapat merilis sejumlah game-game ternama, seperti Arena of Valor, Contra: Return, dan Call of Duty: Mobile.

Call of Duty: Mobile adalah game milik Activision. Namun, Garena bisa merilisnya di ASEAN berkat kerja sama dengan Tencent.
Call of Duty: Mobile adalah game milik Activision. Namun, Garena bisa merilisnya di ASEAN berkat kerja sama dengan Tencent.

Kerja sama dengan Tencent tentu menguntungkan Garena. Berkat kolaborasi itu, Garena tidak hanya dapat merilis game-game populer, tapi juga dapat belajar tentang cara mengembangkan game dan operasinal perusahaan dari Tencent. Nantinya, ilmu yang Garena pelajari ini akan sangat membantu mereka ketika mereka memutuskan untuk membuat game sendiri.

Tentu saja, Tencent juga mendapatkan untung. Kerja sama bisnis tidak akan bertahan lama jika tidak saling menguntungkan. Tencent melihat Garena sebagai perusahaan berpengalaman. Jadi, Tencent tak ragu untuk memercayakan peluncuran sejumlah game di Asia Tenggara pada Garena. Nilai kerja sama dengan Garena menjadi semakin tinggi bagi Tencent ketika pemerintah Tiongkok memperketat peraturan terkait game-game yang bisa diluncurkan di Tiongkok. Karena Tencent harus menunda peluncuran game-game di negara asal mereka, mereka akhirnya memutuskan untuk mencoba dan merilis game di Asia Tenggara dengan bantuan Garena.

Bisnis licensing game memang berhasil membuat Garena sukses. Hanya saja, seiring dengan berjalannya waktu, distribusi game di Asia Tenggara menjadi semakin mudah berkat keberadaan platform seperti Steam untuk game PC dan Play Store serta App Store untuk mobile. Para developer game merasa, mereka bisa merilis game mereka sendiri tanpa bantuan perusahaan perantara seperti Garena.

Karena bisnis licensing game mulai menjadi tak populer, Garena lalu memutuskan untuk membuat dan meluncurkan game sendiri. Hal inilah yang akan menjadi awal dari Free Fire.

 

Strategi Garena di Free Fire

Garena membuat studio game pertama mereka pada 2014. Ketika itu, mereka mencari developer berbakat dari Asia Tenggara dan Tiongkok. Bersama 111dots — developer asal Vietnam — Garena mengembangkan Free Fire. Game battle royale itu lalu diluncurkan pada September 2017. Mengingat game itu dibuat sendiri oleh Garena, mereka tidak lagi perlu untuk membayar biaya lisensi pada pihak developer, yang berarti mereka bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari Free Fire.

Dengan cepat, Free Fire menjadi populer di Asia Tenggara dan Amerika Latin. Memang, pada awal 2017, game dengan genre battle royale tengah populer. Banyak game-game battle royale yang bermunculan. Namun, Garena dapat menggunakan strategi yang tepat sehingga mereka bisa sukses dengan Free Fire, khususnya di kawasan negara berkembang.

Salah alasan mengapa Free Fire bisa sukses adalah karena game tersebut merupakan mobile game. Pada 2017, game battle royale memang menjamur. Namun, kebanyakan developer memilih untuk membuat game untuk PC. Sementara game battle royale untuk mobile masih belum banyak. Dengan menjadikan Free Fire sebagai mobile game, Garena tak perlu bersaing dengan banyak pihak.

Selain itu, Garena juga fokus mengoptimalkan Free Fire sehingga game itu bisa dimainkan di perangkat ‘kentang’ sekalipun. Dengan ini, semakin banyak mobile gamer yang bisa dijangkau. Pendekatan Garena berbeda dengan Epic Games, yang juga merilis Fortnite untuk mobile. Versi mobile Fortnite memerlukan smartphone dengan spesifikasi yang cukup tinggi. Hal ini justru membuat game buatan Epic itu menjadi kurang populer.

Free Fire tidak menuntunt spesifikasi tinggi.
Free Fire tidak menuntunt spesifikasi tinggi.

Tak berhenti sampai di situ, Garena juga memastikan, ukuran file Free Fire tidak terlalu besar. Dengan begitu, orang-orang yang koneksi internetnya tidak terlalu bagus tetap bisa mengunduh dan memainkan game tersebut. Meskipun begitu, Garena tetap mencoba untuk membuat Free Fire tampil unik dengan menambahkan skill pada karakter. Sementara untuk masalah monetisasi, Garena menggunakan model in-game purchase. Selain itu, mereka juga menjual battle pass yang dinamai Elite Pass.

Semua faktor di atas berhasil membuat Free Fire sukses. Namun, Free Fire tidak akan bertahan sampai sekarang jika Garena tidak bisa membuat game itu tetap menarik di mata para gamer. Untuk memastikan para gamer tetap memainkan Free Fire, Garena terus memberikan update berupa campaign dan event. Selain update berkala, strategi lain dari Garena adalah fokus pada pelokalan. Memang, perusahaan asal Singapura itu tidak hanya punya kantor di negara asalnya, tapi juga enam negara lain, termasuk Indonesia, Malaysia, Filipina, Vietnam, Thailand, dan Taipei.

Tugas tim lokal adalah untuk memastikan kegiatan marketing dan promosi yang Garena lakukan bisa diterima dengan baik. Misalnya, di Indonesia, Garena menjadikan Joe Taslim sebagai brand ambassador dari Free Fire. Mereka bahkan membuat karakter bernama Jota yang didasarkan pada artis tersebut. Dengan begitu, tim utama Garena akan bisa fokus pada pengembangan Free Fire.

Setiap negara punya budaya dan kebiasaan yang berbeda-beda. Misalnya, soal makanan, masyarakat Indonesia cenderung makan nasi. Meskipun sudah memakan makanan kaya karbohidrat seperti pizza sekalipun, orang Indonesia tetap merasa belum makan kalau belum menyantap nasi. Begitu juga dengan game. Di Asia Tenggara, negara-negaranya adalah mobile first. Jadi, jangan heran jika mobile game sangat populer di Indonesia dan negara-negara sekitar.

Salah satu hal yang membuat Garena sukses dengan Free Fire adalah karena sejak awal, mereka memang menyasar pasar Asia Tenggara. Padahal, biasanya, perusahaan game besar justru fokus ke pasar-pasar game besar, seperti Amerika Utara, Eropa, Jepang, dan Korea Selatan. Memang, pasar game di kawasan itu besar. Namun, pasarnya sudah jenuh. Jika Garena ingin menembus pasar tersebut, mereka harus siap bersaing dengan perusahaan-perusahaan game ternama lainnya.

Namun, karena Garena fokus pada Asia Tenggara, persaingan yang mereka hadapi tidak terlalu ketat. Selain Asia Tenggara, Garena juga fokus pada pasar kawasan negara berkembang, seperti Amerika Latin dan India. Sama seperti Indonesia, India dan Amerika Latin juga merupakan kawasan mobile first. Dan keputusan Garena untuk fokus pada kawasan negara berkembang berbuah manis.

Menurut data dari Sensor Tower soal penghasilan Garena pada Q1-Q3 2020, Asia Tenggara masih menjadi kawasan yang memberikan kontribusi terbesar pada total pemasukan Garena. Negara-negara ASEAN menyumbangkan 34,6% dari total pemasukan Garena pada 3 kuartal di 2020. Amerika Latin menjadi kawasan dengan kontribusi terbesar kedua. Mereka menyumbangkan sebesar 24,5%. Posisi ketiga diduduki oleh Amerika Utara, dengan kontribusi 20,4%. Terakhir, Asia Selatan dan Asia Timur memberikan kontribusi sebesar 13%.

Pemasukan Garena selama Q1-Q3 2020.

Pemasukan Garena selama Q1-Q3 2020.

Sejak diluncurkan pada 2017, total pemasukan Garena dari Free Fire mencapai US$1,5 miliar. Sementara dari segi download, game battle royale tersebut telah diunduh sebanyak lebih dari 500 juta kali. Pada 2020, Free Fire juga diuntungkan oleh pandemi covid-19. Game itu mencetak dua rekor baru. Pada Q2 2020, jumlah pemain harian Free Fire mencapai 100 juta orang. Dan pada Juli 2020, jumlah pemain berbayar Free Fire juga mencapai rekor baru. Jumlah pemain berbayar Free Fire ketika itu mencapai lebih dari dua kali lipat dari tahun lalu.

Keuntungan yang didapatkan oleh Garena dari Free Fire tak melulu berbentuk uang. Dengan Free Fire, Garena sukses untuk menciptakan reputasi sebagai perusahaan game yang mumpuni. Karena itu, jangan heran jika mereka juga mencoba untuk masuk ke pasar game kasual. Salah satu game buatan mereka adalah Garena Fantasy Town, sebuah game simulasi bercocok tanam.

 

Bagaimana Esports Membantu Garena Sukses

Di Asia Tenggara, para gamer tidak hanya senang untuk bermain game, tapi juga menonton kompetisi esports. Menurut Niko Partners, pada 2019, 60% dari total gamer di Asia Tenggara menonton konten esports. Selain itu, Asia Tenggara juga menjadi kawasan yang industri esports-nya tumbuh paling pesat. Jadi, tidak heran jika Garena lalu memutuskan untuk mengadakan kompetisi esports dari Free Fire.

Penonton esports di Asia Tenggara.
Penonton esports di Asia Tenggara.

Turnamen esports Free Fire ternyata diminati banyak orang. Buktinya, Garena World 2018 berhasil menarik 240 ribu pengunjung offline. Pada 2019, jumlah pengunjung Garena World naik menjadi 300 ribu orang. Sementara itu, Free Fire World Series 2019, yang diselenggarakan di Rio de Janeiro, Brasil, berhasil mendapatkan 2 juta concurrent viewers pada puncaknya. Menurut laporan Esports Charts, viewership itu menjadi rekor concurrent viewership untuk mobile game esports.

Secara keseluruhan, kompetisi Free Fire yang diadakan sepanjang Q1 2020 berhasil mendapatkan total view sebanyak 90 juta views. Pada kuartal berikutnya, angka itu naik menjadi 120 juta views. Turnamen Free Fire Asia All-Stars 2020 saja berhasil mendapatkan 20 juta views.

Keberhasilan turnamen Free Fire untuk mendapatkan banyak penonton merupakan bukti bahwa banyak orang tertarik untuk menonton kompetisi Free Fire. Dan hal ini akan memudahkan Garena untuk mencari sponsor. Tak hanya itu, esports juga dapat meningkatkan tingkat engagement dari para pemain, yang berujung pada naiknya jumlah uang yang dihabiskan oleh para gamer. Garena mengaku, usaha mereka untuk mengembangkan esports dan komunitas berbuah manis. Pada Q3 2019, penghasilan mereka naik berkat ekosistem esports dan komunitas yang solid.

 

Penutup

Garena dapat membuat Free Fire sukses di dunia karena mereka bisa melihat tren pasar dan mengambil kesempatan yang ada. Daripada membuat game battle royale untuk PC, mereka lebih memilhi membuat game untuk mobile. Dan daripada berusaha masuk ke pasar-pasar besar yang sudah jenuh, mereka lebih memilih untuk fokus ke negara-negara berkembang. Setelah itu, mereka foksu pada pelokalan, memastikan bahwa game mereka bisa diterima dengan baik.

Free Fire mungkin sering dianggap remeh karena spesifikasinya yang memang enteng, grafik yang B saja dan gameplay yang cenderung sederhana. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa Garena berhasil membuat game itu sukses. Hal ini menunjukkan bahwa dalam dunia game, “sukses” itu tak melulu berupa game AAA eksklusif untuk konsol terbaru.

Sumber: Niko Partners

Garena Beri Diamond untuk Penemu Bug di Advanced Server Free Fire

Garena meluncurkan Advanced Server untuk Free Fire pada 10 September 2020. Advanced Server ini akan dibuka hingga 17 September 2020. Pemain yang tertarik untuk mencoba bermain di Advanced Server Free Fire bisa mengunduh APK dari situs resminya di sini.

Untuk bermain di Advanced Server, Anda bisa menggunakan akun Facebook Free Fire Anda. Selain itu, Anda juga bisa menggunakan akun tamu. Sayangnya, jumlah pemain yang bisa bermain di Advanced Server Free Fire terbatas. Jadi, meskipun Anda telah mengunduh Advanced Server, ada kemungkinan Anda tidak bisa mendapatkan akses.

Advanced Server Free Fire ini berfungsi untuk mencoba berbagai fitur baru yang akan diluncurkan pada update OB24. Update tersebut diperkirakan akan resmi dirilis pada 26 September 2020. Pemain yang bermain Advanced Server memang akan bisa mencoba berbagai fitur baru yang belum tersedia game Free Fire. Namun, satu hal yang harus diingat, Anda mungkin masih akan menemui bug di Advanced Server. Kabar baiknya, jika Anda melaporkan keberadaa bug tersebut pada Garena, Anda bisa mendapatkan diamonds.

advanced server free fire
Selain karakter baru, Garena juga menampilkan tema Halloween pada update OB24.

Bagi pemain yang melaporkan 1 bug baru akan mendapatkan 100 diamonds. Tak hanya itu, Garena juga menyiapkan 3 hadiah utama untuk para pemain yang melaporkan bugs paling banyak. Hadiah pertama, sebesar 3.000 diamonds, akan diberikan untuk 1 orang. Sementara hadiah kedua, sebanyak 2.000 diamonds, akan diberikan pada 2 orang. Dan hadiah ketiga, sebanyak 1.000 diamonds, akan dimenangkan oleh 3 pemain.

Bulan ini, Garena mengonfirmasi bahwa mereka akan meluncurkan karakter baru, Jai. Selain itu, mereka juga mengimplikasikan, akan ada 2 karakter lain yang akan diluncurkan saat update OB24 rilis. Salah satu karakter baru yang diduga akan bisa dimainkan setelah update OB24 adalah Sverr.

Berdasarkan rumor yang beredar, Sverr akan memiliki skill untuk meningkatkan damage dengan menggunakan HP. Diduga, karakter baru lain yang akan Garena rilis adalah Diana. Dia akan memiliki skill untuk mengurangi recoil dan damage yang dia terima. Tak hanya itu, dia juga akan bisa memulihkan diri dengan lebih cepat.

Di tengah pandemi, semakin banyak orang yang memainkan Free Fire. Pada Q2 2020, jumlah pemain aktif harian Free Fire mencapai 100 juta orang, yang merupakan rekor terbaru.

Sumber: Dot Esports, One Esports

Rekap Free Fire Master League Season 2 Minggu 5: Aura Esports Kuasai Klasemen

Setelah bergulir selama 5 minggu, gelaran Free Fire Masters League Season 2 hampir memasuki akhir musim kompetisi. Di waktu yang berdekatan, Garena juga sudah menjalankan proses kualifikasi untuk perebutan seed di gelaran Free Fire Indonesia Masters 2020 mendatang.

Adapun di akhir matchday 9, EVOS Esports terpilih menjadi team of the match. Faktanya, EVOS Esports dengan meyakinkan menambah selisih poin dan meninggalkan raihan poin tim lainnya di pot C. Performa yang diberikan EVOS Esports terbilang konsisten dengan placement dan kill point yang berimbang sepanjang matchday 9. Tercatat lebih dari 40 kill point dikumpulkan oleh EVOS Esports di matchday 9.

Team of The Match | viaL Instragram ff.esports.id
Team of The Match | viaL Instragram ff.esports.id

Matchday 9 menjadi gelaran pertandingan yang panas antara EVOS Esports dan RRQ Hades. Kedua tim secara berimbang berhasil mendapatkan masing-masing 2 kali Booyah di hari Sabtu yang lalu. Kedua tim memiliki pola rotasi yang efektif dan selalu bertemu di akhir permainan. Sayangnya 2 raihan Booyah untuk RRQ Hades masih belum bisa banyak membantu ketertinggalan jumlah poin mereka di pot C.

Di sisi lain, Legaeloth dari RRQ Hades tampil sebagai pemain kunci yang membawa timnya meraih Booyah. Misalnya pada ronde ketiga, aksi individual Legaeloth sanggup mengeksekusi clutch dan membuat pemain-pemain BOSS Knightmare tersungkur. Booyah pertama berhasil diamankan Legaeloth untuk RRQ Hades.

Berlanjut ke matchday 10, hari Minggu menjadi hari yang lebih baik bagi tim Aerowolf. Permainan yang agresif ditunjukkan Aerowolf di ronde kedua yang berhasil membawa petaka bagi First Raiders Bravo. Sekalipun secara positioning First Raiders Bravo sudah lebih aman karena dapat berlindung dalam compound. Situasi itu justru bisa dimanfaatkan Aerowolf untuk melakukan rush yang berujung dengan Booyah.

Momen menarik lainnya datang dari Onic Olympus yang berhasil mendapatkan momentum di ronde keempat. Performa Jars dari Onic Olympus memiliki akurasi yang tidak main-main saat melemparkan grenade yang menumbangkan pemain First Raiders Bravo dan Aura Esports sekaligus. Performa prima Jars dan kawan-kawan memberikan satu-satunya Booyah untuk Onic Olympus.

FFML Week 5 Standings | via: instagram ff.esports..id
FFML Week 5 Standings | via: instagram ff.esports..id

Di match terakhir, circle yang mengarah ke area open field membawa keberuntungan bagi tim Island of Gods. Dengan keunggulan dari segi vision, IOG memanfaatkan situasi pertempuran antara tim DG Eternal dan BOOM Esports. Fokus yang terpecah membuat DG Eternal harus puas finis di peringkat kedua setelah ambush yang dilancarkan IOG.

Secara kedudukan belum banyak perubahan yang terjadi di minggu kelima gelaran Free Fire Masters League Season 2 dibandingkan minggu yang lalu. Di pot B, Aerowolf menggeser posisi Louvre Kings dengan keunggulan 11 poin yang dikumpulkan 2 matchday terakhir. Dranix Vendetta, EVOS Esports, dan Aura Esports masih tercatat memimpin di pot masing-masing.

Rekap FFML Season 2 Minggu 4: Jatuhnya Onic Olympus dan Bangkitnya Bigetron Bit

Gelaran liga profesional Free Fire Master League Season 2 sudah memasuki minggu yang keempat. Dominasi tim Onic Olympus yang berjaya di posisi atas klasemen sementara minggu ketiga berhasil digeser oleh tim-tim lainnya.

Adapun tim Dranix Vendetta dan tim BOSS Titan kerap menjadi momok bagi tim Onic Olympus dalam persaingan di pot A. Kedua tim tersebut lebih sering tampil dominan dan bisa menguasai situasi di akhir setiap ronde.

Team of The Match | via: Instagram ff.esports.id
Team of The Match | via: Instagram ff.esports.id

Matchday 7 dibuka dengan permainan cemerlang dari tim BOSS Titan. Tim BOSS Titan kembali mengulang performa yang prima dan bisa bermain unggul dibanding tim Onic Olympus sekalipun. Pertemuan pot A dan pot B kembali menyajikan rivalitas antara tim Aura Esports dan tim Dranix Vendetta. Misalnya pada ronde kedua, Dranix Vendetta memenangkannya secara dramatis dengan melakukan strategi healing di saat play zone sudah menutup sepenuhnya.

Lebih jauh lagi, tim Louvre King pantas mencuri perhatian dengan 2 kali raihan Booyah di matchday 7. Pada ronde keempat dan keenam, tim Louvre King mendapatkan hasil Booyah dengan eksekusi yang tenang di akhir-akhir pertandingan. Contohnya pada ronde keempat, tim Louvre King dengan koordinasi yang apik sanggup meredam ambush yang dilakukan tim Dranix Vendetta dan tim Aerowolf serta mendapatkan Booyah.

Salah satu momen menarik matchday 7 terjadi di akhir ronde ketiga. Tim Saudara Esports menunjukkan ketajaman skill dengan menyusun gloo wall yang menutup vision ke arah tim mereka. Booyah berhasil diamankan setelah memenangkan baku tembak di detik-detik terakhir dengan menaklukkan tim Louvre King dan tim BOOM Esports.

FFML Season 2 2020 Week 4 Standings |via: Instagram ff.esports.id
FFML Season 2 2020 Week 4 Standings |via: Instagram ff.esports.id

Matchday 8 terbilang menjadi hari yang baik bagi tim Bigetron Bit. Dengan bekal 2 kali Booyah, tim Bigetron Bit berhasil menggeser tim Red Bull Rebellion yang duduk di posisi kedua pot C. Di ronde kedua, positioning yang diambil tim Bigetron Bit berhasil memaksa tim BOSS Knightmare bertahan di luar zona dan memenangkan Booyah.

Di sisi lain ada aksi individual oleh HeyyU! dari tim BOOM Esports yang patut diacungi jempol. Dengan mempertahankan posisi yang lebih tinggi dari tim-tim lain, HeyyU! berhasil mengumpulkan kill point dan mengambil keuntungan dari pertikaian di antara tim yang tersisa. Booyah di ronde ketiga menjadi milik tim BOOM Esports.

Di akhir minggu keempat, kembali terjadi perubahan dari posisi pemuncak klasemen. Secara keseluruhan tim Dranix Vendetta melesat jauh dengan perolehan 88 poin. Di posisi berikutnya masih ada tim EVOS Esports yang dibuntuti raihan imbang antara tim Aura Esports dan tim BOSS Titan. Tim Onic Olympus yang sebelumnya memimpin kini tertinggal dan tertahan di peringkat ketiga pot A.

 

Tren Penonton MPL, PMPL, dan FFML Sepanjang 2020

Banyak kompetisi olahraga tradisional yang terganggu oleh pandemi virus corona. Namun, tidak begitu dengan esports. Memang, turnamen esports sempat terhenti. Meskipun begitu, kompetisi esports kini sudah dapat diselenggarakan kembali, walau biasanya diadakan secara online. Faktanya, jumlah penonton esports justru bertambah akibat larangan keluar rumah di banyak negara.

Karena itu, saya akan membahas tentang tren penonton untuk tiga liga esports yang diadakan sepanjang 2020. Ketiga liga tersebut adalah Mobile Legends Professional League, PUBG Mobile Professional League, dan Free Fire Master League. Kenapa liga esports? Karena liga esports berlangsung selama beberapa minggu, berbeda dengan turnamen yang biasanya hanya diadakan pada akhir pekan. Ketiga turnamen ini juga dipilih karena sama-sama resmi dari masing-masing publisher-nya. Selain itu, data yang kami ambil di sini adalah yang hanya dari YouTube dan Facebook saja yang datanya terbuka.

Untuk melihat tren penonton dari ketiga liga tersebut, saya lalu memantau jumlah view dari MPL Season 5 dan Season 6, PMPL Season 1 dan 2, serta FFML Season 1 dan 2. Data yang disajikan dalam artikel ini berdasarkan data yang dikumpulkan per 24 Agustus 2020.

Mobile Legends Professional League

Pada awal tahun 2020, MPL memasuki musim ke-5. Ketika itu, MPL disiarkan melalui dua channel resmi, yaitu channel YouTube Mobile Legends: Bang Bang dan juga akun Facebook MPL Indonesia. Sepanjang musim tersebut, jumlah total view yang didapatkan oleh MPL mencapai 73,6 juta. Video dengan jumlah view paling banyak adalah video dari hari terakhir playoff, yang menampilkan babak final, dengan 5,4 juta view. Mengingat babak final MPL Season 5 mempertemukan RRQ dengan EVOS, tidak heran jika jumlah penontonnya membludak.

Sepanjang musim, jumlah view untuk MPL dari minggu ke minggu cenderung stabil. Selama delapan minggu saat musim reguler MPL berlangsung (tanpa menghitung babak playoff), total view mencapai 59,6 juta. Sementara jumlah view rata-rata per minggu mencapai 7,4 juta view.

Dengan pengecualian pada Minggu ke-7, Hari ke-3, jumlah view MPL Season 5 di YouTube tak pernah kurang dari 1 juta. Sementara pada hari pertama dan kedua dari babak playoff, jumlah view mencapai 2,4 juta dan 2,8 juta. Angka itu hanya mencakup jumlah view di channel YouTube saja. Jika ditambah dengan jumlah view dari akun resmi Facebook, jumlah view pada babak playoff MPL Season 5 di hari pertama dan kedua mencapai 3,9 juta view dan 4,5 juta view.

Jumlah total view MPL Season 5. | Sumber: Hybrid/Ellavie
Tren jumlah total view MPL Season 5. | Sumber: Hybrid/Ellavie

Saat ini, MPL Season 6 baru saja melalui minggu ke-2. Dari segi distribusi konten, satu hal yang membedakan MPL Season 6 dan musim sebelumnya adalah Season 6 disiarkan di dua channel YouTube resmi, yaitu channel Mobile Legends; Bang Bang dan MLBB Esports. Tentunya, Season 6 juga disiarkan di Facebook. Jumlah penonton MPL Season 6 di channel YouTube Mobile Legends: Bang Bang memang masih lebih banyak dari channel MLBB Esports. Meskipun begitu, jumlah view di channel MLBB Esports masih mengalahkan jumlah view di Facebook.

Selama dua minggu sejak MPL Season 6 dimulai, jumlah view MPL Season 6 di channel MLBB telah mencapai 9,4 juta view, di channel MLBB Esports mencapai 4,1 juta view, sementara di akun Facebook MPL Indonesia, jumlah view hanya mencapai 2,9 juta view.

Jumlah view MPL Season 6 di tiga kanal distribusi yang berbeda. | Sumber: Hybrid/Ellavie i.A.
Jumlah view MPL Season 6 di tiga kanal distribusi yang berbeda. | Sumber: Hybrid/Ellavie

Menariknya, meskipun disiarkan di lebih banyak channel, hal ini tidak menjamin bahwa jumlah view dari MPL Season 6 akan lebih banyak dari musim sebelumnya. Faktanya, jika jumlah view MPL Season 6 dibandingkan dengan musim sebelumnya, terlihat bahwa jumlah view Season 6 lebih sedikit. Selama dua minggu pertama, jumlah view MPL Season 5 mencapai 17,4 juta view, sementara MPL Season 6 hanya mencapai 16,5 juta view.

Jumlah view MPL Season 5 vs MPL Season 6 pada dua minggu pertama. | Sumber: Hybrid/Ellavie
Jumlah view MPL Season 5 vs MPL Season 6 pada dua minggu pertama. | Sumber: Hybrid/Ellavie

Seperti yang bisa Anda lihat pada grafik di atas, kecuali pada Minggu ke-2, Hari ke-3, jumlah view setiap minggu dari MPL Season 5 selalu lebih banyak dari Season 6.

 

PUBG Mobile Professional League

Oke, mari beralih ke PMPL. Sama seperti MPL, pertandingan PMPL juga disiarkan di channel resmi PUBG Mobile Indonesia, yaitu YouTube dan Facebook. Satu hal yang menarik, para fans PUBG Mobile lebih suka menonton pertandingan PMPL di Facebook daripada di YouTube. Buktinya, jumlah view dari pertandingan PMPL jauh lebih tinggi di Facebook daripada di YouTube. Di YouTube, jumlah view PMPL Season 1 dalam satu hari hanya mencapai sekitar 9 ribu sampai 300 ribu view. Sementara di Facebook, jumlah view liga esports tersebut bisa mencapai ratusan ribu atau bahkan jutaan view.

Sepanjang musim pertama, PMPL berhasil mendapatkan 32,5 juta view. Satu hal yang harus diingat, saat mengumpulkan data viewership untuk PMPL Season 1, saya tidak dapat menemukan video untuk Minggu ke-3, Hari ke-5 di Facebook, walau pertandingan dari hari tersebut tersedia di YouTube.

Seperti yang sudah bisa ditebak, hari terakhir liga menarik view paling banyak. Video dari pertandingan di hari tersebut berhasil mendapatkan view sebanyak 12 juta view. Mengingat PMPL berlangsung selama 5 minggu, maka jumlah view rata-rata per minggu adalah 6,5 juta view.

Jumlah view PMPL Season 1. | Sumber: Hybrid/Ellavie
Jumlah view PMPL Season 1. | Sumber: Hybrid/Ellavie

PMPL Season 2 kini tengah berlangsung. Pada akhir pekan lalu, liga tersebut telah melewati minggu ke-2. Sejauh ini, liga tersebut telah mendapatkan total view sebanyak 9,2 juta. Sama seperti Season 1, sebagian besar view tersebut — sekitar 8,3 juta view — berasal dari Facebook. Namun, jumlah view di channel YouTube PUBG Mobile juga menunjukkan kenaikan.

Sayangnya, jika dibandingkan dengan dua minggu pertama dari PMPL Season 1, jumlah view dari PMPL Season 2 sejauh ini masih lebih sedikit. Dalam dua minggu, PMPL Season 1 berhasil mendapatkan 10 juta view. Sementara PMPL Season 2 hanya mendapatkan 9,2 juta view. Kemungkinan, salah satu alasan mengapa jumlah view dari pertandingan Season 2 lebih sedikit adalah karena di PMPL Season 1, Minggu ke-2 memiliki 5 hari, sementara dalam Season 2, hanya ada 3 hari dalam setiap pekan pertandingan.

Jumlah view PMPL Season 1 dan Season 2 pada dua minggu pertama. | Sumber: Hybrid/Ellavie
Jumlah view PMPL Season 1 dan Season 2 pada dua minggu pertama. | Sumber: Hybrid/Ellavie

Free Fire Masters League

Liga terakhir yang akan saya bahas di sini adalah Free Fire Master League. FFML Season 1 diadakan pada awal tahun, untuk lebih tepatnya, pada akhir Januari hingga Februari 2020. Sementara Season ke-2 tengah berlangung sekarang, Agustus 2020. Untuk data viewership dari FFML Season 1, saya hanya dapat mengumpulkan data di channel YouTube FF Esports ID karena konten tersebut tidak ditemukan di akun Facebook resmi Free Fire Esports ID.

Jika dibandingkan dengan liga Mobile Legends atau PUBG Mobile, FFML Season 1 memiliki jumlah view paling sedikit. Total view sepanjang FFML musim pertama hanya mencapai 792 ribu view, jauh tertinggal dari jumlah view MPL dan PMPL yang mencapai puluhan juta. Meskipun begitu, FFML justru merupakan liga esports dengan pertumbuhan viewership terbesar.

Untuk mendistribusikan siaran pertandingan FFML Season 2, Garena tidak hanya menggunakan YouTube, tapi juga Facebook. Meskipun begitu, YouTube tetap memberikan kontribusi jumlah view terbesar. Sebagai perbandingan, jumlah view dari video FFML Season 2 di Facebook hanya mencapai ratusan ribu view. Sementara jumlah view di YouTube selalu mencapai lebih dari satu juta.

Saat ini, FFML Season 2 baru saja melewati pekan ke-3. Namun, hingga sekarang, jumlah total view dari liga tersebut telah mencapai 9 juta, jauh lebih banyak dari toatl view FFML Season 1 sepanjang musim. Hanya saja, sejauh ini, tren viewership untuk FFML Season 2 menunjukkan penurunan. Satu hal yang harus diingat, baik MPL dan PMPL juga menunjukkan tren yang sama. Belajar dari MPL Season 5 dan PMPL Season 1, jumlah penonton akan kembali naik saat pertandingan terakhir dilangsungkan. Pola ini juga bisa Anda temukan pada jumlah orang yang mengikuti shalat Tarawih berjamaah saat bulan Ramadan: ramai di awal dan di akhir.

Jumlah view FFML Season 2 pada minggu ke-3. | Sumber: Hybrid: Hybrid/Ellavie
Jumlah view FFML Season 2 pada minggu ke-3. | Sumber: Hybrid: Hybrid/Ellavie

Akhir Kata

Jika dibandingkan dengan musim sebelumnya, musim MPL dan PMPL yang tengah berlangsung menunjukkan penurunan dari segi jumlah view. Ada beberapa kemungkinan mengapa hal ini terjadi.

Pertama, karena ada tiga liga esports yang diadakan secara bersamaan. Jadi, mau tidak mau, fans harus memilih salah satu liga yang mau mereka tonton. Namun, berbeda dengan tayangan di televisi, konten yang sudah diunggah ke internet bisa ditonton kapan saja. Bahkan, tak jarang, ada orang yang bahkan mengunggah ulang video pertandingan dari liga esports. Selain itu, jika mau, Anda juga bisa membuka beberapa tab secara bersamaan.

Kemungkinan kedua adalah saat ini, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tak lagi berlaku. Jadi, orang-orang yang tadinya harus berdiam di rumah punya banyak opsi kegiatan lain. Misalnya, hangout bersama teman atau kegiatan lain yang melibatkan kerumunan dan meningkatkan kemungkinan seseorang terpapar COVID-19.

Garena Umumkan Free Fire Continental Series 2020

Beberapa waktu yang lalu Garena selaku publisher dari game Free Fire mengumumkan turnamen internasional terbaru yang akan digelar. Turnamen bertajuk Free Fire Continental Series 2020 rencananya akan dilaksanakan secara global dalam waktu dekat.

Adapun nantinya akan dipertandingkan tim-tim yang terbagi menjadi tiga kelompok berdasarkan negara asalnya, antara lain: Americas Series, Asia Series, dan EMEA Series. Secara bersamaan gelaran turnamen Free Fire Continental Seires akan digelar pada 21 November 2020 mendatang.

Mengingat kondisi global yang tampaknya belum kunjung membaik, turnamen Free Fire Continental Series diharapkan bisa menjadi pengganti dari gelaran turnamen Free Fire World Series (FFWS) yang sedianya dilangsungkan di Brazil di tahun ini.

Free Fire Continental Series 2020 | via: Garena
Free Fire Continental Series 2020 | via: Garena

Christian Wihananto selaku Produser dari Garena Free Fire Indonesia menyatakan dalam sebuah rilis, “turnamen bertaraf internasional ini kami hadirkan tidak hanya untuk para atlet esports Indonesia agar dapat berkompetisi di ajang yang lebih tinggi, tetapi juga untuk seluruh pemain Free Fire tercinta yang sedang berada #DiRumahAja, agar dapat ikut menyaksikan dan mendukung para tim perwakilan Indonesia favoritnya dalam mengharumkan nama bangsa di kancah internasional.”

Setelah juara dari masing-masing region ditentukan di babak final tanggal 28 dan 29 November 2020, selanjutnya masih ada tahapan pemuncak untuk menentukan siapakah tim terbaik yang akan dinobatkan sebagai juara dunia. Ketiga pemenang dari masing-masing region akan beradu dan memperebutkan prizepool sebesar 300.000 Dolar Amerika.

FFCS Regions | via: Garena
FFCS Regions | via: Garena

Menilik prospek tim-tim dari Indonesia, tidak dapat dibantah bahwa Indonesia termasuk ke dalam region yang sangat kompetitif; jika region yang terasa seperti neraka dinilai berlebihan untuk mendeskripsikannya.

Tim-tim Free Fire yang berasal dari Thailand dan India sudah barang tentu menjadi penantang yang berat bagi Indonesia di samping tim dari negara lain di kawasan yang sama untuk mendominasi region Asia. Sampai berita ini diturunkan Garena belum memberikan info lebih lanjut mengenai penentuan tim yang akan mewakili Indonesia di ajang Free fire Continental Series 2020. Saat ini tim-tim di Indonesia masih berlaga dalam Free Fire Master League Season 2 setidaknya sampai pertengahan bulan September 2020.

Di sisi lain kemunculan region EMEA rasanya cukup menjadi kejutan. Tidak dapat dipungkiri region Asia dan Amerika Selatan menjadi tempat yang rasanya cukup sesak menampung deretan tim-tim yang tidak dapat diremehkan kekuatannya. Di luar dugaan, nyatanya game Free Fire bisa membangun komunitas gamersnya di region Eropa sampai ke Timur Tengah dan Afrika Utara.

Mengintip Ragam Kolaborasi Konten Garena di 2020 Hingga Bulan Agustus

Banyak hal sudah terjadi di tahun 2020. Situasi pandemi mungkin jadi salah satu kejadian yang paling berat bagi kita semua. Padahal, esports diprediksi mencapai nilai industri sebesar 15,4 triliun rupiah pada tahun 2020 oleh Newzoo. Namun situasi pandemi sedikit banyak memperlambat pertumbuhan tersebut.

Situasi industri esports dan gaming dalam menghadapi pandemi memang sedikit unik. Pada satu sisi, organisasi esports terkena dampak yang cukup besar gara-gara situasi ini. Bisnis esports di ekosistem lokal juga mengalami kesulitan tersendiri, seperti yang diceritakan oleh Irliansyah Wijanarko, Chief Growth Officer RevivalTV dan Tommy Bambang, Chief Communication Officer INDOESPORTS, dalam artikel pembahasan saya soal esports selama masa pandemi.

Namun pada sisi lain, industri gaming dan esports juga menunjukkan peningkatan secara angka. Data dari IDC menemukan bahwa penonton esports naik 2 kali lipat selama situasi pandemi ini terjadi. Di Amerika Serikat, penjualan konsol game malah meningkat selama masa pandemi ini. Sementara itu di Asia, World Economic Forum menemukan bahwa industri gaming di Asia Tenggara masih bergeliat di tengah pandemi. App Annie juga melaporkan bahwa situasi pandemi ini membuat gamers jadi habiskan lebih banyak waktu untuk bermain game di mobile device.

Sumber: Garena
Sumber: Garena

Maka dari itu, sepertinya jadi tidak heran jika beberapa perusahaan pengembang dan/atau penerbit game, terbilang masih cukup stabil selama keadaan pandemi ini. Dalam ekosistem lokal, salah satu yang patut disorot mungkin Garena. Pengembang dan penerbit game asal Singapura ini terbilang masih cukup tangguh selama menghadapi situasi pandemi ini.

Terakhir kali, Free Fire sebagai salah satu game terbitan Garena, malah berhasil berhasil mencatatkan rekor 100 juta Daily Active User berdasarkan laporan tanggal 19 Agustus 2020 lalu. Melihat kesuksesan ini, konten kolaborasi mungkin bisa dibilang menjadi salah satu alasan atas keberhasilan Garena membuat para pemainnya betah dengan game-game yang disajikan. Tercatat, setidaknya sudah ada 5 konten kolaborasi lokal maupun internasional, yang terjadi di berbagai game besutan Garena sepanjang tahun 2020 ini. Ada apa saja? Berikut daftarnya:

 

Maret 2020 – Garena Free Fire dan Joe Taslim

Melakukan kolaborasi dengan insan kreatif lokal untuk dijadikan konten game, mungkin bisa dibilang menjadi salah satu strategi andalan milik Garena. Contoh nyata dari hal ini adalah kerja sama Garena, dengan aktor film laga kawakan asal Indonesia, Joe Taslim, dan menghasilkan sebuah karakter bernama Jota.

Bukan cuma mirip secara penampilan, karakter Jota juga didesain memiliki kemampuan yang mencerminkan seorang Joe Taslim. Karakter Jota di dalam game Free Fire diceritakan sebagai seseorang yang ahli dalam melakukan parkour dan akrobat. Jota memiliki sebuah skill bernama Sustained Raids. Dengan kemampuan tersebut, HP milik Jota akan pulih hingga 40 poin, apabila ia berhasil melakukan kill dengan menggunakan senjata SMG dan Shotgun. Jika aktif, skill tersebut akan cooldown selama 5 detik.

Dalam rilis, Joe Taslim sendiri mengatakan, “setelah melihat popularitas Free Fire secara lokal hingga global, saya senang bukan main ketika dihubungi oleh tim Garena untuk menghadirkan karakter Jota. Menjadi kebanggan tersendiri untuk saya pribadi bisa menjadi model dari karakter lokal pertama ini. Semoga seperti saya, seluruh pemain Free Fire di Indonesia dapat merasa bangga dengan hadirnya karakter lokal Jota di dalam Free Fire.”

Menariknya, walau kerja sama dilakukan dengan insan kreatif lokal, namun karakter yang dihadirkan tersedia untuk pemain secara global. Ini bukan kali pertama Garena melakukan strategi kolaborasi tersebut. Sebelum Free Fire, satu kolaborasi Garena dengan insan kreatif lokal yang cukup menggemparkan ekosistem game dan esports di Indonesia sudah sempat terjadi pada game Arena of Valor.

Kerja sama ini terjadi pada Agustus 2018 lalu, ketika Garena Indonesia menggandeng Lifelike Pictures dan Caravan Studio untuk menghadirkan hero Wiro Sableng ke dalam game Arena of Valor. Dalam game, superhero lokal tersebut hadir dengan nama “Wiro”, bersenjatakan kapak serta memiliki tato “212” yang khas, dan tersedia dapat dimainkan oleh pemain Arena of Valor di beberapa negara.

Di luar Indonesia, Garena Brazil juga sempat menggandeng insan kreatif lokal, yaitu DJ Alok yang menghasilkan sebuah karakter dengan nama yang sama.

 

Juni 2020 – Garena AOV dan Sword Art Online

Bulan Juni 2020, Garena melakukan kolaborasi konten dengan anime Sword Art Online untuk menghadirkan Kirito dan Asuna, dua karakter utama dalam serial animasi tersebut. Namun, tidak seperti Wiro Sableng yang menjadi hero, Kirito dan Asuna hadir sebagai skin bagi hero Allain dan Butterfly di dalam Arena of Valor.

Kolaborasi konten dengan Sword Art Online bisa dibilang sebagai salah satu kerja sama yang besar, mengingat Sword Art Online yang bisa dibilang sebagai salah satu serial animasi Jepang terpopuler. Bukti atas hal tersebut salah satunya terlihat dari Sword Art Online: Ordinal Scale, versi film serial animasi SAO, yang berhasil mencatatkan 2,75 juta penonton pada tahun 2017 lalu.

Bukan cuma menghadirkan Kirito dan Asuna sebagai skin, kolaborasi konten ini juga mengubah banyak elemen di dalam game AOV. Beberapa yang diubah termasuk Lobby Animation, tampilan ketika Anda bertemu lawan main yang diganti dengan tampilan “Link Start” ala Sword Art Online, karakter Yui dari Sword Art Online yang menjadi asisten Anda di dalam game, logo serta tulisan Sword Art Online di tengah-tengah medan tempur Horizon Valley, sampai kehadiran Aincard (latar dunia SAO) sebagai dekorasi di dalam medan tempur.

Serial animasi SAO berawal sebagai sebuah novel yang ditulis oleh Reki Kawahara, pada tahun 2009 lalu. Sword Art Online menceritakan tentang anak remaja yang bertaruh nyawa di dalam game MMORPG, karena kesadarannya terjebak di dalam sebuah teknologi helm Virtual Reaility bernama Nerve Gear. Kisah ini menjadi populer sehingga diadaptasi menjadi serial animasi, yang membuat Sword Art Online menjadi semakin populer lagi bahkan sampai ke luar Jepang.

Kerja sama seperti ini bukan merupakan yang pertama kali bagi Garena dan AOV. Malah, Arena of Valor mungkin bisa dibilang sebagai salah satu yang paling dahulu menghadirkan karakter berlisensi dari ekosistem industri kreatif lain ke dalam game sebagai karakter yang bisa dimainkan. Pada saat awal rilis, Arena of Valor sempat bekerja sama dengan DC Comics untuk menghadirkan beberapa sosok-sosok superhero khas perusahaan penerbit komik asal Amerika Serikat tersebut. Beberapa karakter DC Comics yang hadir di AOV sebagai hero yang bisa dimainkan termasuk, Batman, Superman, Joker, The Flash, dan Wonder Woman.

Seperti saat menghadirkan karakter Jota, kolaborasi konten ini dilakukan sebagai salah satu cara untuk “merayu” para gamers, terutama gamers dari barat, agar mau mencoba, dan memainkan Arena of Valor. Mengutip laporan Sensor Tower tahun 2018, strategi tersebut ternyata tidak berbuah manis. Diluncurkan Desember 2019, Arena of Valor cuma mendapat 3 juta dollar AS pendapatan, setelah 7 bulan game tersebut hadir di pasar Amerika Serikat.

Mengutip dari GameDaily.biz, Joost van Dreunen Co-Founder SuperData menjelaskan beberapa alasan Arena of Valor kurang berhasil di pasar barat, dan salah satunya adalah ketidakberhasilan karakter DC Comics dalam merayu para pemain game dari barat.

“Pertama, tidak seperti League of Legends, branding Arena of Valor tidak sebegitu kuat di pasar game barat. Kedua, sang rival, Mobile Legends sudah berhasil membangun jumlah penggunanya sebelum AOV rilis. Ketiga, walaupun mereka mencoba mendorong popularitas AOV lewat esports, namun kebanyakan tim yang bertanding di dalam turnamen Pro Series justru tidak akrab dengan khalayak gaming barat. Empat, walaupun mereka menambahkan karakter berlisensi untuk meningkatkan tingkat retensi pemain, namun hal tersebut ternyata tidak berhasil menambahkan jumlah install Arena of Valor.”

 

Juli 2020 – Garena Free Fire dan Money Heist

Sumber: Garena
Sumber: Garena

Kerja sama ini baru saja terjadi beberapa waktu lalu, tepatnya pada tanggal 29 Juli 2020 kemarin. Garena kembali melakukan kolaborasi konten yang cukup mengejutkan, dan mengumumkan kolaborasi antara Free Fire dengan Netflix, untuk menghadirkan yang berasal dari serial televisi Money Heist, ke dalam game. Lewat kolaborasi ini, Garena menampilkan dua konten bertemakan Money Heist ke dalam Free Fire.

Pertama, Free Fire menghadirkan sebuah mode permainan baru yang memiliki nama sama dengan nama serial televisi tersebut, yaitu Money Heist. Pada mode permainan Money Heist pemain akan berlomba mengumpulkan uang kertas sebanyak mungkin. Untuk bisa mendapatkan uang kertas, pemain harus mengaktifkan Money Printer, yang posisinya sudah ditentukan di dalam peta permainan. Untuk mengaktifkan Money Printer, pemain diharuskan untuk menduduki area sekitar Money Printer, yang nantinya akan secara otomatis mencetak uang kertas setelah berhasil diduduki.

Selain itu kolaborasi ini juga mengubah beberapa elemen penting di dalam game, terutama pada map Plan Bermuda yaitu perubahan skin parasut dan pesawat, yang diubah menjadi bertema Money Heist. Kolaborasi ini juga menghadirkan skin eksklusif berupa baju jumpsuit merah dan topeng khusus yang menjadi ciri khas dari serial Money Heist.

Kolaborasi ini mungkin bisa dibilang sebagai kolaborasi konten pertama dari Garena Free Fire yang bersifat universal. Mengingat kolaborasi konten sebelumnya, yaitu dengan Joe Taslim dan DJ Alok, cenderung lebih bersifat lokal sehingga kontennya belum tentu dapat dikenali oleh pemain Free Fire dari belahan dunia lain.

Money Heist merupakan serial film asal Spanyol, yang awalnya hanya terbit di televisi lokal dengan nama La casa de papel. Pada Desember 2017, Netflix mengambil hak siar atas serial televisi, dan diberi nama “Money Heist”, yang membuat serial televisi ini menjadi semakin populer secara internasional. Mengutip akun Twitter resmi Netflix, dikatakan bahwa Money Heist telah ditonton oleh 34 juta lebih orang di pekan pertama perilisan part 3 dari serial tersebut.

Bicara soal kolaborasi ini, Christian Wihananto Produser Garena Free Fire Indonesia mengatakan bahwa salah satu alasannya adalah banyaknya unsur kemiripan antara Free Fire dengan Money Heist, baik dari segi karakter atau aksi yang disajikan. Lebih lanjut, Harold Teo Produser Garena juga menjelaskan bahwa jutaan pemain Garena Free Fire juga merupakan penggemar serial Money Heist, dan ingin menyajikan pengalaman tak terlupakan kepada komunitas Free Fire lewat kolaborasi konten tersebut.

Terakhir kali Free Fire sudah mencatatkan 100 juta Daily Active Users di kuartal kedua 2020. Walau belum ada yang mengungkap jumlah pemain Free Fire dari masing-masing kawasan, namun game ini diketahui begitu sukses di negara Brazil. Hal ini terlihat salah satunya lewat kisah sukses LOUD Esports, tim Free Fire asal Brazil, yang berhasil menjadi organisasi esports pertama dengan 1 miliar views di YouTube. Melihat suburnya Free Fire di Brazil, kolaborasi Free Fire dengan Money Heist terbilang cukup masuk akal. Bisa saja, kolaborasi tersebut dilakukan sebagai persembahan Garena terhadap pemain Free Fire di Brazil, mengingat serial Money Heist menggunakan bahasa Spanyol, yang mirip dengan bahasa Portugis yang merupakan bahasa ibu di negara Brazil.

 

Agustus 2020 – Fantasy Town, Air Asia, dan Oppo

Terakhir, dan merupakan kerja sama terbaru yang dilakukan oleh Garena, adalah kerja sama antara Garena dengan Air Asia dan Oppo untuk game Fantasy Town. Diumumkan pada 13 Agustus 2020 kemarin, kerja sama ini sekaligus menjadi cara Garena untuk menyambut kemerdekaan Indonesia. Berbarengan dengan kerja sama ini, Fantasy Town juga menghadirkan konten khas Indonesia berupa bangunan Candi Borobudur dan Monumen Nasional, serta karakter juga kostum yang berasal dari cerita rakyat Indonesia seperti Kabayan, Iteung, hingga Radu.

Bagi Anda yang mungkin kelewatan informasi soal game terbaru, Fantasy Town merupakan game terbaru yang dibesut oleh Garena. Rilis pada 16 Juli 2020, Fantasy Town merupakan game online berbasis farming simulator, dengan berbagai aktivitas di dalamnya mulai dari bercocok tanam, membangun kota impian, petualangan, hingga melawan berbagai Monster. Game tersebut dikembangkan oleh Arumgames, dengan Garena berperan sebagai penerbit atas game tersebut di Indonesia.

Kerja sama Garena dengan Oppo dalam game Fantasy Town menghadirkan konten semacam “lomba 17-an”. Perlombaan tersebut bertajuk SuperStar Lord, yang hadir dalam bentuk mini-game dengan gameplay seperti game Snake zaman dahulu. Pemain akan beradu skor dengan pemain lain di dalam in-game event ini. Nantinya, lima pemain dengan skor tertinggi dan berhasil memuncaki leaderboard, akan mendapat hadiah berupa 1 unit Oppo A31.

Sumber: Instagram @fantasytown.id
Sumber: Instagram @fantasytown.id

Sementara itu kerja sama dengan Air Asia berbentuk sayembara media sosial. Dalam kerja sama ini, para pemain Fantasy Town diminta untuk menceritakan tujuan wisata impian mereka bila mendapat tiket pesawat gratis. Setiap pekan ada 5 orang pemenang yang dipilih, dan akan mendapat hadiah berupa Air Asia BIG Points, yang bisa ditukarkan dengan tiket pesawat dan berbagai benefit lainnya.

Ini bukan pertama kalinya Garena Indonesia bekerja sama dengan brand non-endemik. Tahun 2018 lalu, Garena lewat game Arena of Valor sempat bekerja sama dengan Fruit Tea. Kerja sama ini menghasilkan beberapa hal, termasuk turnamen Youth National Esports Competition (YNEC), sampai kemasan Fruit Team khusus bergambar hero Arena of Valor.

Garena lewat AOV juga sudah pernah bekerja sama dengan Oppo. Ketika itu, kerja sama menghasilkan beberapa hal, seperti posisi Oppo sebagai sponsor utama turnamen Battle of Valor, dan hadiah in-game berupa hero dari karakter DC, yang diberikan kepada pemain AOV pembeli smartphone Oppo A5.

Menarik jika melihat beberapa kerja sama dan kolaborasi konten yang dilakukan secara inovatif oleh Garena terhadap game-game besutannya. Walau tidak selalu 100% berhasil, namun strategi seperti ini sedikit banyak menjadi salah satu alasan yang membuat Garena, dan jajaran game yang dibesut olehnya bisa menjadi sebesar seperti sekarang ini.

Free Fire Catatkan Rekor 100 Juta Daily Active User di Kuartal Kedua 2020

Industri esports belakangan ini masih mencatatkan pertumbuhan yang konsisten selama masa pandemi berlangsung. Ketiadaan event atau kompetisi secara offline masih tidak menghambat laju pertumbuhan sebuah game ataupun industri esports secara umum. Sebaliknya, kehadiran berbagai turnamen yang dilangsungkan secara online justru menyumbangkan angka penonton yang cenderung meningkat.

Mobile game Free Fire yang dibesut oleh Garena tercatat mengalami peningkatan dari sisi pemain yang signifikan bila dibandingkan dengan tahun yang sebelumnya. Di kuartal pertama tahun ini, Garena mencatatkan setidaknya 80 juta pemain aktif dalam sehari. Sambil menutup kuartal kedua di tahun ini, game Free Fire kembali menunjukkan angka yang fantastis dengana menembus 100 juta pemain aktif harian.

via: Garena
via: Garena

Memasuki tahun yang ketiga sejak diluncurkan secara global, perlahan namun pasti game Free Fire tumbuh manjadi game yang sangat diminati di kalangan usia muda. Secara khusus di region Asia Tenggara dan Amerika Selatan, game Free fire sudah berhasil mengumpulkan jumlah pemain yang tidak main-main. Tuntutan spesifikasi smartphone yang minim menjadi salah satu poin penting besarnya jumlah pemain game Free Fire di banyak negara berkembang.

Di kesempatan sebelumnya region Amerika selatan yang berpusat di Rio de Janeiro menghelat event Free Fire World Series 2019 yang menjadi kompetisi game Free Fire di tingkat global. Sedangkan bila tidak ada aral melintang, seharusnya Indonesia menjadi episentrum dari kejuaraan dunia game Free Fire bertajuk Free Fire Champions Cup di awal tahun 2020 kemarin. Semua gelaran event yang direncanakan harus dibatalkan seiring dengan merebaknya virus COVID-19.

Nyatanya antusiasme dari komunitas game Free Fire semakin meningkat. Seperti tercatat pada laman App Annie, game Free Fire tetap mengisi posisi tertinggi dari aplikasi game yang diunduh di region Amerika Selatan dan Asia Tenggara. Gelaran kompetisi Free Fire Gigantes dan Free Fire Asia All-Stars 2020 dijadikan pengganti yang mengisi kekosongan kejuaraan dunia di tahun 2020 yang gagal dihelat dan tercatat bisa mengumpulkan 120 juta penonton.

Adapun dalam usaha menarik lebih banyak lagi minat pemain, di bulan September nanti game Free Fire akan meluncurkan konten kolaborasi dengan film serial Money Heist besutan Netflix. Nantinya akan dirilis  in game item dan game mode yang diadaptasi dari film tersebut. Hal ini tentunya berpotensi untuk menarik lebih besar lagi dati komunitas gamers untuk setidaknya memainkan game Free Fire secara kasual.

Dengan berbagai capaian sampai tengah tahun ini, akhirnya Garena memutuskan unutk kembali mengaktifkan sirkuit kompetisi Free Fire di Indonesia. Tidak menutup kemungkin dalam waktu dekat master league akan diselenggarakan di beberapa negara lainnya.

Dari beberapa hal di atas dapat disimpulkan bahwa industri esports tetap bisa berjalan dan menjanjikan perkembangan yang baik di tengah masa yang sukar.