Go-Jek is Open for Listing Possibility in Indonesia Stock Exchange

While Go-Jek is yet to set specific timeframe for a possible IPO, the idea of “going public” has already created buzz in the industry. Listed only on foreign exchange, like NYSE or Nasdaq, will complicate things with local investors. It’s no surprise that Indonesia Stock Exchange (IDX) started to approach Go-Jek to consider listing in local stock exchange.

According to Bloomberg, Go-Jek’s management (led by President Andre Soelistyo) has discussed this issue with IDX management. Soelistyo said, they are considering an IPO seriously, even there is no particular timeframe yet.

Andre said, listing in IDX will facilitate Go-Jek’s stock purchase by common people, including driver-partner. Go-Jek may opt for dual listing to accommodate investors, both local and foreign.

A few of  Indonesian-based companies do dual listing. One is Telkom. Its stock is available in both IDX and NYSE since 1995.

Go-Jek is also reportedly to be in the final phase of fundraising worth $1.5 billion (around Rp20 trillion) after a number of new investors. The world’s largest investment firm, BlackRock, is the latest to invest at on-demand startup co-founded by Nadiem Makarim, Kevin Aluwi, and Michaelangelo Moran. Go-Jek’s valuation post money is estimated around $5 billion (or Rp68 trillion), That number is exceeding the total market cap of all transportation companies in IDX.

This year, Go-Jek prepares for a regional expansion to some neighboring countries to compete with Grab and Uber.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Go-Jek Buka Opsi Melantai di Bursa Efek Indonesia

Meski belum ada timeframe pasti tentang kapan Go-Jek akan listing di bursa efek, kabar bahwa perusahaan on-demand ini akan go public terus berhembus kencang. Hanya terdaftar di bursa asing, misalnya di NYSE atau Nasdaq, akan mengakibatkan sulitnya investor ritel lokal untuk memiliki saham startup unicorn ini. Untuk itu, Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai melakukan pendekatan agar Go-Jek juga membuka wacana mempertimbangkan sahamnya untuk diperjualbelikan di bursa lokal.

Menurut laporan Bloomberg, pihak manajemen Go-Jek (yang dipimpin Presiden Go-Jek Andre Soelistyo) sudah bertemu dengan manajemen BEI untuk mendiskusikan hal ini. Kepada media, Andre menyebutkan pihaknya sangat serius mempertimbangkan IPO, meskipun belum ada timeframe khusus untuk kebutuhan ini.

Andre menyebutkan potensi listing di BEI akan memudahkan pembelian saham Go-Jek oleh berbagai kalangan, termasuk bahkan oleh mitra pengemudinya. Bisa jadi nantinya Go-Jek memilih opsi dual listing untuk mendapatkan investor dari kedua sisi.

Tidak banyak perusahaan Indonesia yang melakukan dual listing. Contoh perusahaan Indonesia yang terdaftar di dua bursa saham dan masih bertahan sampai sekarang adalah Telkom yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan NYSE sejak tahun 1995.

Go-Jek sendiri disebutkan berada di fase akhir penggalangan dana senilai total $1,5 miliar (20 triliun Rupiah) setelah sejumlah investor baru mulai berdatangan. Perusahaan investasi terbesar di dunia, BlackRock, adalah yang terakhir disebutkan berinvestasi di startup yang didirikan oleh Nadiem Makarim, Kevin Aluwi, dan Michaelangelo Moran ini. Valuasi Go-Jek pasca perolehan pendanaan diperkirakan mencapai $5 miliar (atau 68 triliun Rupiah) atau lebih besar dari total market cap semua perusahaan transportasi yang terdaftar di BEI.

Tahun ini Go-Jek mempersiapkan ekspansi regional ke sejumlah negara tetangga untuk meningkatkan persaingannya dengan Grab dan Uber.

Application Information Will Show Up Here

Standar Penghitungan Valuasi Startup Segera Terbit Pertengahan Desember

Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan standar penghitungan (kapitalisasi) valuasi startup dalam waktu dekat akan segera terbit pada pertengahan Desember ini, atau lebih tepatnya 15 Desember 2017. Pedoman penghitungan valuasi diharapkan dapat meningkatkan gairah perusahaan startup untuk melantai di BEI sebagai opsi pencarian dana segar.

Dalam meluncurkan pedoman ini, BEI berkoordinasi dengan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai pihak penyusun Pernyataan Standar Akuntan Keuangan (PSAK). PSAK adalah buku petunjuk pelaku akuntansi yang berisi pedoman tentang pencatatan, penyusunan, perlakuan, dan penyajian pelaporan keuangan.

PSAK disusun IAI dengan mempertimbangkan kondisi keuangan yang berlaku saat ini dan telah disepakati oleh institut atau lembaga resmi di Indonesia.

“IAI akan mengeluarkan PSAK bagaimana mengkapitalisasi program [startup]. Kalau program bisa dikapitalisasi, ini bisa jadi besar. Pada bisa go public anak-anak muda itu. PSAK akan terbit sekitar 15 Desember 2017,” terang Direktur Utama BEI Tito Sulistio di sela-sela diskusi panel Investor Forum 2017, Kamis (23/11).

Menurutnya, metode penghitungan valuasi startup di Indonesia belum memiliki standar. Sebab di Indonesia, bisnis yang berdasarkan ide tergolong aset tak berwujud (intangible asset), sehingga tidak bisa dikonversi ke dalam angka sebagai valuasi perusahaan.

Padahal, aset tak berwujud tersebut bisa menjadi lebih besar melebih modal awal pendirian perusahaan. Dia berharap ketika PSAK sudah terbit, pemilik startup dapat lebih bergairah karena programnya menjadi modal yang dikapitalisasi secara akuntansi.

Meskipun demikian, Tito tidak bisa menjamin ketika PSAK telah terbit dan mulai diterapkan startup lokal sebelum melantai di bursa itu bisa sepenuhnya diserap oleh pasar. Dia menyerahkan keputusan tersebut kepada pasar.

“Tapi saya tidak bisa jamin apakah [sahamnya] bisa diserap publik. Itu saya serahkan ke mekanisme pasar.”

Dalam kesempatan tersebut, Tito juga menyampaikan salah satu upaya BEI untuk mendorong perusahaan startup lebih mudah IPO dengan membuat program IDX Incubator. Program ini tidak hanya fokus pada pengembangan startup dari segi produk saja, tapi juga dari aspek bisnis hingga berkenalan dengan investor. Peserta juga akan diajarkan hal-hal apa saja yang perlu dipersiapkan untuk IPO.

Dua startup berhasil menjadi perusahaan publik tahun ini yakni Kioson dan M Cash. Perusahaan tersebut masuk ke bursa dengan usaha sendiri, bukan karena program IDX Incubator.

Dampak IPO Sea Limited untuk Operasional Bisnis Shopee di Indonesia

Sea Limited, sebelumnya dikenal dengan nama Garena, baru saja melakukan penawaran saham perdananya atau Initial Public Offering (IPO) di New York Stock Exchange. Rencana IPO ini sebenarnya sudah terdengar sejak bulan Mei lalu, yang ditaksir akan memberikan penambahan modal senilai lebih dari 12 triliun rupiah. Tiga unit bisnis Sea yang banyak dikenal di Indonesia, yakni Garena (untuk industri game), AirPay (untuk industri fintech) dan Shopee (untuk industri e-commerce).

Shopee menjadi salah satu yang paling signifikan posisinya di Indonesia. Menanggapi IPO Sea dan pengaruhnya terhadap operasional bisnis Shopee di Indonesia, DailySocial menghubungi Chris Feng, CEO Shopee. Chris meyakini bahwa akan banyak peluang baru yang hadir bersama IPO ini, termasuk untuk bisnis, performa karyawan dan kepercayaan pengguna.

Chris menyampaikan sementara ini belum ada agenda khusus yang akan dilakukan Shopee menyusul IPO yang diumumkan beberapa waktu lalu. Fokus yang diinginkan Chris saat ini lebih soal growth, bukan proposisi harga saham di grup perusahaannya.

“Operasional Shopee di Indonesia akan terus difokuskan untuk memastikan keberlanjutan pertumbuhan dan kesuksesan bisnis, dibandingkan perubahan harga saham harian. Harapan kami, para investor dapat dipandu dengan performa bisnis kami, dan menyadari kelebihannya, serta peluang besar yang akan hadir ke depannya,” ujar Chris.

Kendati demikian, tidak ditampik bahwa dengan bertanggarnya saham Sea di bursa maka akan berpengaruh memberikan penambahan modal bagi perusahaan, pun demikian untuk Shopee. Untuk itu sudah ada beberapa rencana yang akan digulirkan Chris untuk menguatkan pangsa pasar dan kinerja Shopee di Indonesia.

“Dengan adanya penambahan modal, kami dapat lebih menginvestasikan untuk pengembangan ekosistem, terkait pengembangan platform dan fitur, dan tentunya membantu penjual dalam mengembangkan bisnis mereka. Kami percaya hal ini juga merupakan cara yang unik bagi Shopee untuk menarik dan menjaga talenta-talenta terbaiknya, sehingga kami dapat terus memberikan pelayanan terbaik bagi pembeli dan penjual kami,” imbuh Chris.

Chris belum mau mengungkapkan secara detail realisasi pembaruan seperti apa dalam strategi bisnis dan penambahan fitur untuk Shopee. Yang jelas, sudah ada beberapa agenda yang disiapkan sebelum menutup tahun 2017 ini untuk Shopee Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Mengapa Kioson dan M Cash Lebih Memilih “Go Public”?

Pekan pertama bulan Oktober ini kita mendapat kabar lanjutan mengenai dua perusahaan startup yang secara kebetulan menyelenggarakan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam waktu yang berdekatan.

Kioson dengan kode KIOS, secara resmi telah tercatat sebagai emiten ke-24 tahun ini pada Kamis kemarin, (5/10). Sementara M Cash baru menyelenggarakan paparan publik (6/10) untuk mengumumkan rencana listing di BEI pada 31 Oktober 2017 mendatang.

Kedua perusahaan teknologi yang masih tergolong startup ini memberi gebrakan dan semangat baru bahwa startup dapat menempuh opsi pendanaan dari dana pasar modal. Startup dapat memperoleh dana segar di luar cara standar, yang umumnya diperoleh lewat modal ventura atau private equity (PE) dengan tahapan seri tanpa batasan.

Ketika suatu perusahaan sudah tercatat di BEI, mereka memiliki kesempatan untuk menggalang dana segar dengan memilih dua opsi, yaitu menerbitkan saham baru (rights issue) atau surat hutang (obligasi dan sukuk). Karena ada saham publik di sana, maka perusahaan wajib bertanggung jawab dengan membuka seluruh kinerja dan melaporkannya secara rutin ke regulator.

Perbedaannya sangat kontras dibanding ketika startup masih memakai penggalangan dana mulai dari tahap awal, pra seri A, seri A, hingga menyandang status unicorn. Mereka akan cenderung tertutup dengan kinerja maupun kepemilikan saham perusahaan. Hal ini lumrah terjadi dan tidak ada yang bisa memaksa mereka untuk terbuka, kecuali terhadap investor ataupun calon investor.

“Bagi perusahaan, ketika mendapat dana publik akan lebih mudah untuk scaling. Memang dari segi ongkos operasional ada beban lebih, namun di satu sisi dari perpajakan dan utilisasi saham sebagai alat jaminan akan jauh sangat memudahkan mereka,” terang Managing Director Ideosource Andi S Boediman.

Lalu dari perlakuan emiten terhadap investor akan jauh lebih adil karena semua pemegang saham menjadi common share (pemegang saham biasa). Beda halnya bila perusahaan masih tertutup yang masih membedakan dua jenis pemegang sahamnya, dengan masih memiliki saham preferen.

Saham preferen itu maksudnya, jika saham perusahaan dilikuidasi maka pemegang saham tersebut dapat langsung menerima bagian lebih dahulu daripada pemegang saham biasa.

“IPO jadi alternatif yang murah ketimbang pakai cara lain. Dari sisi investor, kami melihatnya positif karena investor lama dapat likuiditas yang dapat digunakan untuk berinvestasi di tempat lain. Ini yang terjadi dengan Ideosource. Kebetulan pernah menjadi investor indirect di salah satu perusahaan yang kemudian diakuisisi M Cash, lalu saham kami ditukar dengan saham. Ini jadi win win solution.”

Dorong startup lakukan hal disruptive

Paparan publik M Cash / M Cash
Paparan publik M Cash / M Cash

Founder dan CEO Kioson Jasin Halim mengatakan memilih aksi IPO merupakan hasil akhir yang dipilih perusahaan setelah mendapati jalan buntu ketika bertemu dengan berbagai investor asing. Disebutkan terjadi perbedaan penghitungan nilai valuasi perusahaan.

“Startup banyak yang pakai penggalangan dana dengan seri A, seri B. Kita coba pakai jalur tersebut tapi tidak sampai. Sebab ada pertimbangan, di mana valuasi kita dengan yang mereka hitung itu beda. Jadinya tidak cocok,” ucapnya saat berbincang dengan media.

Dia melanjutkan, “Ketika kita coba pelajari tentang IPO, ini tidak tabu. Kenapa tidak coba cara yang tidak dilakukan startup pada umumnya, kita pakai cara yang disruptive. Kita juga mencoba disrupt pasar untuk tidak lagi secretive. Kami akan comply dengan corporate governance, keterbukaan informasi, karena kami sudah jadi perusahaan terbuka.”

Jasin menerangkan paling tidak dalam setahun mendatang pihaknya belum memikirkan aksi korporasi lainnya untuk mencari dana segar. Kioson saat ini masih fokus ke pengembangan produk dan layanan secara vertikal maupun horizontal sebagai upaya memperbaiki kinerja agar dapat memperoleh kepercayaan dari investor.

“Belum ada rencana karena untuk raise funding harus melihat dari kebutuhan perusahaan dan bagaimana kondisi keuangan apakah strategis untuk rights issue.”

Sementara itu, langkah IPO bagi M Cash merupakan pertanda telah dicapainya titik kematangan perusahaan dari awalnya adalah startup. Ada juga pengaruh yang ditularkan oleh salah satu pemegang saham M Cash, yakni Kresna Graha Investama, yang notabene adalah emiten investasi.

Menurutnya, menjadi emiten akan memicu timbulnya ide baru mengingat ada banyak investor baru yang ingin saling bersinergi satu sama lain.

“Ada dua alasan yang dorong kami IPO. Pertama, dari Kresna Graha yang jadi share holder kami. Dua, karena kita lihat masuk ke pasar modal itu buat akuntabilitas kita jadi lebih transparan dan bisa dinikmati banyak orang,” ucap CEO M Cash Martin Suharlie.

Animo tinggi, harga terus naik

Animo publik yang tinggi terhadap Kioson sebagai startup pertama yang melantai di BEI cukup tercermin dari proses penawaran saham, pemesanan atas saham perseroan mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) lebih dari 10 kali dari jumlah saham yang ditawarkan.

Harga saham KIOS terus menunjukkan penguatan dari harga penawaran awal sebesar Rp300 menjadi Rp700 per lembar, pada perdagangan sesi II yang ditutup sore tadi (9/10).

Tujuan awal Kioson melakukan IPO lantaran perusahaan ingin menggunakan dana segar yang didapat untuk ekspansi bisnis, bukan untuk restrukturisasi hutang.

“Kalau tujuannya untuk restrukturisasi hutang, sebenarnya bagi sebagian investor jadi kurang menarik. Beda halnya apabila tujuannya untuk ekspansi bisnis, artinya ada prospek cerah yang ditawarkan perusahaan,” ucap Analis Binaartha Securities Muhammad Nafan Aji Gusta, saat dihubungi secara terpisah oleh DailySocial.

Dia melanjutkan pergerakan saham Kioson yang cenderung menguat, menjadi indikasi yang umum pada saat perusahaan baru melantai. Hanya saja, yang perlu diperhatikan adalah volatilitas pasar ke depannya, komposisi antara supply dan demand harus dijaga.

“Karena baru melantai, harga saham terus menguat. Artinya masih lebih banyak demand daripada supply. Kalau harga terus menurun, artinya investor mulai profit taking karena khawatir dengan fundamental perusahaan itu sendiri.”

Melihat kiprah Kioson dan M Cash di BEI, Andi mengungkapkan setidaknya ada dua startup mulai serius melakukan IPO sebagai opsi mendapat pendanaan segar. Meski tidak menyebutkan dua identitas perusahaan, Andi hanya mengatakan kedua perusahaan tersebut masih memiliki segmen bisnis yang sama dengan Kioson dan M Cash.

“Tunggu saja tahun depan. Ada satu atau dua startup yang serius prepare untuk IPO. Masih e-commerce kok, lihat saja tahun depan bagaimana,” pungkas Andi.

Sri Mulyani Janji Permudah Startup “Go Public”

Menteri Keuangan Sri Mulyani menuturkan pihaknya berjanji akan permudah startup untuk “go public” di Bursa Efek Indonesia (BEI), sebagai opsi mendapatkan tambahan permodalan. Saat ini, pemerintah, OJK maupun BEI sedang mengkaji aturan mana saja yang dapat dilonggarkan.

“Dalam [sesi] breakfast tadi pagi, kami membahas topik salah satunya bagaimana menciptakan bursa sebagai tempat bagi startup mendapatkan sumber modal tanpa proses panjang,” terangnya Sri Mulyani saat menjadi pembicara di konferensi Ideafest, Jumat (6/10).

Menurutnya, ada banyak persoalan yang harus dibenahi untuk mengoptimalkan peran BEI sebagai penyambung investor dengan perusahaan yang membutuhkan tambahan dana segar. Dia juga mengakui proses listing yang berlaku saat ini dinilai cukup memberatkan pelaku startup, yang umumnya masih anak muda.

Salah satu persyaratan yang berpotensi dapat dilonggarkan adalah memangkas prosedur pencatatan listing, misalnya memangkas syarat rekam jejak kinerja keuangan yang perlu dilampirkan sebagai dokumen persyaratan.

“Perlu ada pengubahan pola pikir, sehingga bisa saja bukan lagi melihat track record keuangan ke belakang, namun mengarah ke ide ke depan yang menjanjikan untuk dijual dan menghasilkan return.”

Kendati demikian, pelonggaran listing ini tidak serta merta menurunkan kredibilitas BEI sebagai otoritas bursa. Menkeu menilai investasi di bursa bukan kegiatan amal. Investor pasti berharap mendapat imbal hasil atas uang yang mereka tanamkan.

“Kami mendiskusikan dengan OJK bagaimana prosedur listing dari sisi akuntan publik, kualitas pelaporan yang tidak terlalu membebani. But this is what I can promise, pemerintah akan mengurangi sebaik mungkin komplikasi untuk listed ke bursa.”

Sri Mulyani pun juga mengingatkan kepada pemilik startup untuk tidak hanya fokus merealisasikan ide usaha kreatif saja. Mereka perlu dewasa dalam menyikapi ekosistem bisnis untuk turut taat pada sisi tata kelola perusahaan, dengan mulai serius menata manajemen bisnis sebelum memutuskan masuk ke bursa.

“Untuk modal, Anda pinjam uang orang. Perlu tata kelola yang baik, dengan menjaminkan agar selalu untung. Yang kasih pinjaman sadar dengan risikonya. Oleh karena itu, Anda tidak bisa seenaknya sendiri. Ujiannya selalu ada pada titik itu,” pungkasnya.

Pada pekan ini (5/9), startup e-commerce O2O Kioson mencatatkan saham perdananya di BEI dengan ticker KIOS. Kioson tercatat sebagai perusahaan emiten ke-24 yang “go public” sepanjang 2017.

Berikutnya, bila tidak ada aral melintang, startup kedua yang akan listed di BEI adalah M Cash pada akhir Oktober 2017 mendatang.


Disclosure: DailySocial adalah media partner Ideafest 2017

Menjelang IPO, M Cash Tawarkan Saham Seharga Rp1.300-Rp1.450 per Lembar

Menjelang rencanago public“, startup penyedia mesin kios digital PT M Cash Integrasi (MCI) siap melepas 25% saham baru atau sebanyak 216 juta lembar saham baru, seharga Rp1.300-Rp1.450 per saham. Diharapkan dari rencana tersebut, M Cash dapat memperoleh dana segar untuk kebutuhan ekspansi sekitar Rp280 miliar-Rp315 miliar.

Perusahaan pun telah mendapatkan komitmen yang kuat dari anchor investor untuk bertindak sebagai pembeli siaga (standby buyer), setelah melakukan roadshow pada beberapa waktu lalu. Kebanyakan dari mereka berasal dari perusahaan asing yang berlokasi di Hong Kong, Singapura, Australia, Inggris, dan Amerika Serikat.

Managing Director Kresna Graha Suryandy Jahja mengungkapkan pihaknya sempat mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 7 kali saat anchor book building. Dia mengklaim hal ini terjadi karena minat investor yang sangat tinggi dan keyakinan mereka yang positif terhadap prospek perusahaan teknologi di Indonesia.

“[Anchor investor] ada yang dari lokal dan asing. Namun yang asing lebih banyak, minat mereka lebih tinggi. Mungkin karena keyakinannya yang tinggi dengan prospek perusahaan teknologi di Indonesia,” katanya kepada DailySocial.

Rencananya M Cash beserta salah satu pemegang sahamnya Kresna Graha Investama akan menyelenggarakan paparan publik pada 5 Oktober 2017. Pada tanggal tersebut, perusahaan akan membuka book building untuk investor lainnya, di luar anchor investor.

Adapun periode booking untuk para anchor investor itu sendiri telah ditutup pada Rabu (27/9) lalu. Setelah itu, M Cash akan menyelenggarakan pencatatan perdana (listing) pada akhir bulan ini.

“Kita baru dapet info, kalau bisa akhir bulan ini, tanggal 31 Oktober, sudah listed.”

Anchor investor adalah investor dari institusi besar, seperti wealth fund, mutual fund, dan dana pensiun, yang diundang untuk membeli saham menjelang IPO. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan popularitas saham tersebut dan memberikan kepercayaan kepada calon investor potensial.

M Cash memiliki produk utama kios digital yang dikembangkan secara mandiri sejak 2010. Mesin dapat digunakan pengguna untuk bertransaksi produk digital, seperti pulsa, tiket konser, token listrik, dan membayar tagihan. Pengguna juga dapat membeli kartu SIM dan uang elektronik.

Kios digital M Cash sementara ini bisa ditemukan di beberapa gerai Fresh Market dan Ranch Market yang berlokasi di Jakarta dan Bekasi. Ke depannya perangkat ini akan hadir di Hero, Hypermart, dan beberapa merek ritel minimarket lokal. Ditargetkan sampai akhir tahun mereka dapat menempatkan 1.000 outlet kios di seluruh Indonesia.

Go-Jek Dikabarkan Terus Lanjutkan Strategi Akuisisi

Pasca akuisisi terhadap startup manajemen dan analisis event Loket, Go-Jek dikabarkan masih terus mencari startup yang bisa “diambil alih”. Berdasarkan informasi dari tiga sumber yang berbeda, disebutkan perusahaan yang dinakhodai Nadiem Makarim ini masih mencari sekitar 4-5 perusahaan lagi yang bakal diakuisisi dalam usaha menguasai sektor on-demand.

Dalam perjalanannya selama dua tahun terakhir, setidaknya Go-Jek telah mengakuisisi 4 startup teknologi dari India (kemudian menjadi basis Go-Jek Engineering India), 1 startup pembayaran (menjadi basis layanan e-money Go-Pay), dan 1 startup event (Loket).

Akuisisi membantu mengakselerasi adopsi Go-Jek terhadap penguasaan teknologi dan kepemilikan pasar. Salah satu yang paling strategis adalah akuisisi terhadap pemilik lisensi e-money yang terbukti memang tidak mudah mendapatkannya.

Tak cuma layanan transportasi

Go-Jek kini tidak bisa dilihat hanya sebagai layanan transportasi. Bisnis Go-Jek kini sudah menggurita ke layanan pengantaran makanan (Go-Food), layanan pembelian tiket kegiatan hiburan (Go-Tix), layanan pembelian barang kebutuhan sehari-hari (Go-Shop dan Go-Mart), layanan pembersihan rumah (Go-Clean), layanan kecantikan dan kesehatan (Go-Glam dan Go-Massage), dan lain-lain.

Jika melihat sejarah akuisisi yang dilakukan Go-Jek, setelah Loket yang memperkuat pengalaman penggunaan Go-Tix, bisa jadi langkah selanjutnya adalah akuisisi terhadap startup yang memperkuat Go-Clean, Go-Mart, atau Go-Med sekalipun. Yang terakhir sudah dipegang perusahaan afiliasi, karena Go-Jek tercatat sebagai investor HaloDoc.

Meskipun demikian, tak tertutup peluang Go-Jek mengakuisisi vertikal lain, bahkan macam perusahaan pengembang game sekalipun, karena salah satu yang ingin dilakukan adalah adopsi penggunaan Go-Pay di berbagai layanan.

Khusus untuk Go-Food, Go-Jek sedang tahap implementasi Go-Resto yang menyederhanakan proses pemesanan makanan. Nantinya setiap mitra restoran memiliki akun Go-Pay, sehingga pembayaran dari konsumen (melalui Go-Pay) bisa langsung masuk ke rekening restoran. Mitra pengemudi tak perlu repot “menalangi” pesanan yang masuk dan benar-benar hanya menjadi sarana logistik yang mengantarkan makanan dari restoran/warung ke konsumen.

Bermimpi IPO

Masuknya dana segar dari sejumlah perusahaan, yang rumornya kencang sudah masuk sebagai investor adalah Tencent dan JD.com, mendorong Go-Jek untuk terus mempercantik valuasi dan cashflow. Go-Jek bisa dibilang kini memiliki cadangan dana yang cukup untuk melakukan scale di dua arah, menambah jangkauan kota sekaligus meningkatkan kualitas diversifikasi layanannya.

IPO menjadi jalan yang dianggap logis karena akuisisi untuk perusahaan sebesar Go-Jek yang bermain di pasar on-demand tidak mudah. Belum lagi sentimen nasionalisme karena dua pesaing Go-Jek berasal dari negara asing. Apa jadinya jika Go-Jek nanti diakuisisi Softbank, Didi, atau bahkan Alibaba?

Meski demikian, seandainya jadi melakukan IPO pun, rencana tersebut tidak akan dilakukan dalam waktu dekat. Disebutkan secepat-cepatnya langkah itu baru terlaksana di tahun 2020 mendatang.

Dua  rencana  go public yang akan diadakan startup teknologi lokal di BEI akhir tahun ini akan menjadi test case bagaimana penerimaan publik terhadap perusahaan teknologi yang selama dikenal mengutamakan pertumbuhan ketimbang cashflow dan revenue.

Application Information Will Show Up Here

Kioson Segera Menjadi Startup Teknologi Pertama yang “Go Public” di Bursa Efek Indonesia

Kioson, startup e-commerce dan digital payment enabler berbasis O2O, segera menjadi startup teknologi pertama yang go public di Bursa Efek Indonesia. Di bawah bendera PT Kioson Komersial Indonesia, mereka berharap menjual 150 juta saham baru, atau sebesar 23,08% dari total, ke publik yang diharapkan mulai tercatat awal Oktober mendatang.

Menurut informasi, sebagian besar dana yang diperoleh disebutkan bakal digunakan untuk mengakuisisi saham perusahaan afiliasi yang saat ini menjadi mitra aggregator perusahaan telekomunikasi dan perusahaan-perusahaan teknologi mitranya.

Saat ini kepemilikan saham Kioson dipegang PT Artav Mobile Indonesia, PT Seluler Makmur Sejahtera, PT Sinar Mitra Investama, dan PT Media Komunikasi Nusantara Tbk.

Kioson berdiri sejak tahun 2015, dengan Founder Roby Tan dan Viperi Limiardi, bertujuan membantu UKM menjadi agen digital, serupa dengan Kudo dan Ruma/Arisan Mapan. Kioson mengubah pemilik toko kelontong menjadi pusat pembayaran (misalnya PLN, Telkom, PAM), bisnis ritel (pembelian pulsa telepon, token listrik, atau gadget), dan program keagenan pinjaman dan bank.

Disebutkan sudah ada 15 ribu mitra Kioson yang melayani sekitar 2 juta pelanggan di berbagai kota di Indonesia. Kioson juga sudah mulai memberikan pinjaman (dalam bentuk saldo Kioson) kepada para mitranya.

“Kioson merupakan perusahaan yang membuka akses bagi masyarakat Indonesia yang tidak memiliki rekening bank/kartu kredit untuk melakukan transaksi berbelanja online. Selain itu Kioson secara umum didirikan dalam rangka mengedukasi dan meramaikan bisnis e-commerce di Indonesia,” sebut CEO Jasin Halim kepada DailySocial di sebuah kesempatan.

IPO startup teknologi adalah hal yang baru di Indonesia. Startup-startup besar sekalipun, bahkan yang berstatus unicorn, sampai sekarang belum meniatkan diri untuk melantai di bursa.

Masuknya Kioson bakal menjadi test case bagaimana reaksi publik terhadap startup teknologi dan bagaimana startup teknologi, seperti Kioson, bisa menjawab keraguan publik tentang kemampuan perusahaan menjaga cashflow dan pendapatan.

Application Information Will Show Up Here

Sea, Induk Perusahaan Shopee, Siapkan IPO di Amerika Serikat

Sea Ltd., di Indonesia lebih dikenal sebagai induk perusahaan Shopee setelah perubahan nama dari Garena, dikabarkan tengah merilis Initial Public Offering (IPO) perdananya di Amerika Serikat setelah mengajukan ke U.S. Securities and Exchange Commission beberapa minggu terakhir. Menurut Bloomberg disebutkan bahwa penawaran ini berpotensi menghasilkan raihan dana baru hingga $1 miliar (atau senilai 13.3 triliun rupiah).

Untuk memenuhi ketentuan yang tersurat dalam Jumpstart Our Business Startups (JOBS) Act dari sekuritas di AS, perusahaan telah menunjuk Goldman Sachs Group Inc. dan Morgan Stanley untuk membantu IPO ini.

Sebelumnya Sea telah membukukan pendanaan baru hingga 7,3 triliun rupiah dari beberapa investor, termasuk GDP Venture. Pendanaan terakhir tersebut membawa Sea sebagai “most valuable startup” di wilayah Asia Tenggara, bersanding dengan pemain lain seperti GO-JEK dan Grab.

Jika Sea benar melakukan IPO di Amerika Serikat, hal ini bakal menjadi ironi karena otoritas setempat sedang gencar mempertahankan perusahaan potensial untuk melakukan penawaran publik di wilayahnya sendiri. Singapore Exchange Ltd. sedang mengupayakan untuk membangun hub regional bagi startup yang berkembang. Untuk “menahan” startup teknologi melakukan IPO di luar negeri, bursa efek di sana bekerja sama dengan regulator untuk mengembangkan sebuah sistem yang lebih “bersahabat” bagi para perusahaan rintisan untuk memulai penawaran publik.

Sea sendiri telah berevolusi dari perusahaan yang menyediakan platform permainan online menjadi holding company dengan diversifikasi bisnis online marketplace dan layanan pembayaran. Indonesia menjadi sasaran bisnis utama Sea, terutama untuk Shopee.