Gojek Claims Performance “Milestone”, Transaction Exceeds 127 Trillion Rupiah in 2018

Gojek’s Founder and CEO, Nadiem Makariem said the gross transaction value (GTV) has increased by 13.5 times up from 2016 to 2018. In terms of nominal, it has exceeded $9 billion (around Rp127 trillion) in 2018 and reached two billion transaction a year in total.

Gojek has now acquired 1.7 million drivers, around 400 merchants, and more than 60 thousand service providers in Southeast Asia. The app has been downloaded over 142 million times.

According to the three researches Makariem has mentioned, the Financial Times Confidential (2018), DailySocial and Jakpat (2018), and YouGov (2019), the entire report stated Go-Pay as the number one payment method in Indonesia.

“9 billion dollar for gross transaction has outperformed the competitor, although we just started expanding abroad. [..] Go-Pay, according to the three research institution, is top of the list. Soory to clarify, what really matter is the impact. A real work rather than show off,” he said yesterday (4/11).

Two of Gojek’s main businesses, Go-Food and Go-Pay performance are also revealed. Go-Food is the largest service in Southeast Asia and at the third position in the world.

Go-Food’s Chief Commercial Expansion, Catherine Hindra Sutjahyo said, Go-Food has win over Go-Ride as transportation service. Go-Food is said to develop four times bigger than GrabFood.

The number of its order has reached 30 million per month in Southeast Asia, increased by 7 times from December 2016 to December 2018. 80% of Go-Food’s orders aren’t coming of big merchants, but SMEs. Delivery time in average is 27 minutes.

“Go-Food Merchants has reached more than 300 thousand, 125 thousand in April last year. It’s countable, the monthly growth,” she said.

Aldi Haryopratomo, Go-Pay’s CEO added, since walking out from Go-Jek’s ecosystem, the rate has gone up 25 times since the first time it was introduced. It encourages Go-Pay as the most popular e-money service in Indonesia according to three different research institutions.

Go-Pay is now partnered up with 28 financial institutions, accepted by more than hundred thousands merchants in 370 cities in Indonesia.Go-Pay infrastructure is supported by various services, including Spots – an online multifuction cashier app.

Spots can receive Go-Food’s orders, Go-Pay’s payment, print the bill, and create daily report of various kinds of payment methods. Midtrans payment gateway also support online merchants to receive payment from many kinds of financial institutions.

Declare an “open war”

Makariem implisitly quipped, and questioned Grab’s claim of many issues. For example, Grab‘s market penetration in Indonesia, and super app.

He claims Gojek as the first super app in the world. Not only one app, there are three apps has been developed. Those are Gojek end user app for transaction, Go-Biz (rebranding from Go-Resto) for SMEs merchants, and Gojek Driver for the drivers.

“We have the first super app in the world consists of big pillars, each to be explored further. Those are human transportation, logistics, payment, and fintech.”

These pillars, he added, are proof that local concept can gain benefit, not only Indonesia, but also for all around Southeast Asia. Whereas, Gojek has just ‘got out of the cage‘.

He also mentioned, the war is started from the time Gojek received US$2 million funding, while Grab has reached US$250 million. Gojek is considered as the main power due to understanding of user’s demand and aware of consumer’s opinion.

“Therefore, being the largest is important, but not the priority. What matter most is Gojek’s real impact to public. Win over Indonesia, in Southeast Asia. [..] We’re glad to accept new challenge [from Grab] that is why we always create new innovations everyday,” he added.

Another advantage is, Gojek started from two-wheeler transportation, which creates efficiency. Drivers can work all day long, picking up people, delivering package and food, also offering Go-Pay top up. He said driver’s income has outrun Grab’s.

Support from investors are essential. He claimed, everytime they did fundraising, it always going well, effective, and successful. The investors are also diversed of various classes.

Regarding decacorn status, Makariem argued that valuation is not for public information due to company’s culture.

“Our culture is not to celebrate ourselves. Let people celebrate. Valuation is important, but not everyting. What matter the most is the numbers, the impact to the country we are proud of, Indonesia,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Gojek Klaim “Milestone” Pencapaian, Transaksi Tembus 127 Triliun Rupiah di 2018

Gojek mengungkap sejumlah data teranyar terkait pencapaiannya sejak delapan tahun beroperasi. Data tersebut sengaja diungkap untuk mementahkan klaim kompetitor terkuatnya, Grab, tentang pencapaian transaksi di Indonesia sepanjang 2018.

Founder dan CEO Gojek Global Nadiem Makariem mengungkapkan, pertumbuhan gross transaction value (GTV) naik 13,5 kali lipat dari 2016 ke 2018. Secara nominal mencapai lebih dari $9 miliar (setara Rp127 triliun) di 2018 dan total volume transaksi setahun mencapai 2 miliar.

Berikutnya jumlah pengguna aktif bulanan diklaim lebih tinggi hingga 1,5 kali dari kompetitor yang mengacu pada laporan “The State of Mobile 2019” dari App Annie yang menyebut Gojek sebagai aplikasi on demand dengan jumlah pengguna aktif bulanan terbanyak di Indonesia sepanjang 2018.

Gojek kini memiliki 1,7 juta mitra pengemudi, hampir 400 ribu mitra merchants, dan lebih dari 60 ribu penyedia layanan di Asia Tenggara. Aplikasi Gojek sendiri telah diunduh lebih dari 142 juta kali.

Menurut tiga riset yang dikutip Nadiem, yaitu Financial Times Confidential (2018), DailySocial dan JakPat (2018), dan YouGov (2019), semuanya menyebut Go-Pay sebagai alat pembayaran nomor satu di Indonesia.

“9 miliar dollar untuk gross transaction itu di atasnya kompetitor, meski kita baru ke luar negeri. [..] Go-Pay menurut tiga lembaga riset kita jadi terdepan, nomor satu. Mohon maaf harus diklarifikasi, yang terpenting adalah dampaknya. Kerja nyata saja, daripada terus gombar gambir prestasi,” kata Nadiem, kemarin (11/4).

Dua bisnis penggenjot utama Gojek, Go-Food dan Go-Pay juga turut diungkap pencapaiannya. Layanan Go-Food diklaim jadi terbesar di Asia Tenggara dan terbesar ketiga di dunia.

Chief Commercial Expansion Go-Food Catherine Hindra Sutjahyo menyebut, Go-Food bahkan sudah mengalahkan layanan transportasi Go-Ride. Go-Food disebut-sebut sudah tumbuh minimal empat kali lebih besar dari GrabFood.

Jumlah order Go-Food sebesar 30 juta per bulan di Asia Tenggara dengan pertumbuhan tujuh kali lipat dari Desember 2016 ke Desember 2018. Sebanyak 80% pesanan Go-Food justru bukan datang dari merchant besar, melainkan dari merchant UMKM. Durasi pengiriman rata-rata 27 menit.

“Merchant Go-Food sekarang lebih dari 300 ribu, April tahun lalu ada 125 ribu. Itu bisa dihitung penambahan perbulannya seperti apa,” kata Catherine.

CEO Go-Pay Aldi Haryopratomo menambahkan, sejak keluar dari ekosistem Gojek, penggunaan Go-Pay disebutkan telah naik 25 kali lipat sejak pertama kali diperkenalkan. Hal ini mendongkrak pamor Go-Pay sebagai layanan e-money paling banyak dipakai di Indonesia menurut riset tiga lembaga yang berbeda.

Go-Pay kini bermitra dengan 28 institusi keuangan, telah diterima di lebih dari ratusan ribu rekan usaha di 370 kota di Indonesia. Infrastruktur Go-Pay didukung berbagai layanan, termasuk Spots — sebuah aplikasi kasir online multifungsi.

Spots dapat menerima pesanan Go-Food, pembayaran Go-Pay, mencetak resi, hingga menulis laporan harian berbagai macam tipe pembayaran. Payment gateway Midtrans juga mendukung merchant online menerima pembayaran dari berbagai institusi keuangan.

Nyatakan “perang terbuka”

Nadiem secara implisit menyindir, sekaligus mempertanyakan klaim Grab tentang banyak hal. Misalnya penetrasi pasar Grab di Indonesia, dan super app.

Nadiem mengklaim Gojek menjadi super app pertama di dunia. Tidak hanya satu aplikasi, ada tiga super app yang sudah dikembangkan perusahaan. Mereka adalah aplikasi end user Gojek untuk transaksi, Go-Biz (rebranding dari Go-Resto) untuk merchant UMKM, dan Gojek Driver untuk mitra pengemudi.

“Kita punya super app pertama di dunia yang terdiri dari pilar besar, yang tiap pilarnya akan terus kita dalami. Pilar tersebut transportasi manusia, logistik, makanan, payment, dan fintech.”

Pilar-pilar ini, sambungnya, menjadi bukti bahwa konsep yang dibuat orang lokal bisa membawa manfaat, tidak hanya untuk Indonesia tapi juga di seluruh penjuru Asia Tenggara. Padahal, Gojek bisa dikatakan baru keluar kandang.

Nadiem menyebut pertempuran dengan Grab pertama kali dimulai saat Gojek masih mendapat pendanaan sebesar US$2 juta, sementara posisi Grab sudah sampai pendanaan US$250 juta. Gojek dianggap jadi kekuatan utama lantaran kemampuan untuk mengerti kemauan dan mendengar masukan dari konsumen.

“Jadi yang paling besar itu penting, tapi bukan yang paling utama. Yang terpenting adalah dampak nyata Gojek untuk masyarakat luas. Menang di Indonesia, menang di Asia Tenggara. [..] Kami senang dapat tantangan begitu besar [dari Grab] karena itu kami selalu buat hal baru setiap hari,” katanya.

Keunggulan lainnya yang disebut Nadiem adalah Gojek dimulai dari transportasi roda dua, sehingga ada efisiensi. Mitra dapat seharian bekerja, mengantar orang, kurir barang, antar makanan, bahkan berjualan top up Go-Pay. Dia menyebut pendapatan mitra lebih tinggi daripada Grab.

Dukungan dari investor pun juga tak kalah besar. Nadiem mengklaim setiap kali Gojek ingin lakukan pendanaan selalu lancar, berjalan efektif, dan sukses. Jajaran investor di balik Gojek pun terdiversifikasi dari berbagai penjuru.

Saat ditanya mengenai tanggapan status decacorn, Nadiem berdalih valuasi bukanlah hal yang diumumkan ke publik karena bukan budaya perusahaan.

“Kultur kita bukan merayakan diri sendiri. Biar orang lain saja yang merayakan. Valuasi itu hal penting, tapi bukan yang terpenting. Yang terpenting adalah angka-angkanya, dampak kepada Indonesia yang kita banggakan, bukan valuasi,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Go-News Jadi Produk Pertama Kolaborasi Gojek dengan Pihak Ketiga

Akhir Oktober kemarin DailySocial sempat mewartakan inovasi terkini Gojek yang saat itu kami sebut dengan istilah “in-app news”. Gojek kemudian memformalisasi produk ini dengan nama Go-News, sebuah fitur yang memungkinkan pengguna bisa membaca berita melalui aplikasi Gojek.

Menurut Sony Radhityo, Head of Third-Party Platform Gojek, sejauh ini Gojek sudah membangun lebih dari 19 produk dan Go-News adalah produk pertama yang dibangun dengan kolaborasi pihak ketiga.

“Sebelum Go-News, semua produk dalam platform Gojek dibuat untuk transaksi. Kami belum menjelajah ke ranah produk-produk non-transaksional. Ini berarti bahwa ketika pengguna kami tidak perlu membeli makanan, memesan tumpangan, mencari pijatan, atau semua kasus penggunaan transaksional lainnya, mereka memiliki insentif yang sangat kecil untuk membuka aplikasi kami,” ungkap Sony.

Go-News dihadirkan dengan harapan agar pengguna tetap membuka aplikasi Gojek meski tidak sedang ingin bertransaksi. Versi pertama Go-News menggandeng Kumparan, salah satu media yang masuk dalam portofolio Go-Ventures.

DailySocial mencoba menguhubungi pihak Gojek mengenai Go-News ini. VP Corporate Communications Gojek Group Kristy Nelwan menjelaskan bahwa saat ini mereka memang menampilkan konten berita dari Kumparan, namun tidak menutup kemungkinan untuk juga menampilkan konten berita lainnya.

“Saat ini, Go-News menyajikan berita yang dikurasi oleh Kumparan. Ke depannya, kami terus terbuka pada kesempatan untuk menjalin kerja sama lain agar dapat terus menyajikan konten berita bagi para pelanggan Gojek,” terang Kristy.

Perjalanan menuju super app

Perusahaan berusaha berkembang menjadi apa yang disebut sebagai super app. Sebuah konsep yang menjadikan aplikasi Gojek sebagai aplikasi super lengkap, tidak hanya berbasis transaksional seperti saat ini.

Go-News adalah bagian dari perjalanan tersebut. Berawal dari menyajikan konten berita untuk menjaga pengguna tetap berinteraksi dengan aplikasi Gojek, Go-News bisa jadi bagian penting dalam proses menjaga jumlah kunjungan.

“Agregator berita Go-News merupakan salah satu perwujudan komitmen Gojek sebagai super app terdepan di Indonesia untuk memudahkan kehidupan sehari-hari dengan menggunakan teknologi. Jadi, hanya dengan menggunakan satu aplikasi Gojek, pelanggan dapat memenuhi berbagai kebutuhannya dengan praktis dan nyaman, dalam hal ini termasuk akses terhadap konten berita terkini,” terang Kristy.

Application Information Will Show Up Here

Gojek Is to Invest in Two Indian Startups

Indonesia based online transportation company, Gojek, is said to invest in two Indian startups, Rebel Foods and Mobile Premier League (MPL). The two startups will complete Gojek’s business line in its ambition to be “super app” — a concept that’ll put Gojek as the all-in-one app.

As reported by India Times, Gojek and Rebel Foods is in a discussion to build a joint venture company. Both are to be invested around $8-10 million to bring the “cloud kitchen” concept and skill from Rebel Food to the Southeast Asian market.

“One of the senior executive of Rebel Foods will led this company,” said one of the source quoted from India Times.

In addition, Gojek also said to invest in MPL, an India based game developer startup. The rumor has been started since 2018. Total investment has reached $30 million or around Rp431 billion. The investment will bring up MPL valuation up to $150 million. Previously, MPL has secured Series A funding from Sequoia Capital which also Gojek’s investor.

India is one of the country that contributes to Gojek’s current success. In India, Gojek has acquired four developers and build an R&D center in Bangalore.

Gojek moves rapidly in 2018. They expand to some countries in Southeast Asia by entering Vietnam, Singapore, and Thailand.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Gojek Dikabarkan Berinvestasi di Dua Startup India

Perusahaan transportasi online asal Indonesia Gojek dikabarkan segera menyuntikkan dana segar untuk dua statup asal India, Rebel Foods dan Mobile Premier League (MPL). Keahlian dua startup ini akan melengkapi lini bisnis Gojek yang berambisi untuk menjadi “super app” — sebuah konsep yang menjadi Gojek sebagai aplikasi dengan layanan yang serba ada.

Menurut pemberitaan India Times, Gojek dan Rebel Foods sedang dalam pembicaraan untuk membangun sebuah perusahaan joint venture. Keduanya akan bersama-sama menginvestasikan uang yang berkisar $8-10 juta untuk membawa konsep dan keahlian “cloud kitchen” dari Rebel Food ke pasar Asia Tenggara.

“Salah satu eksekutif senior dari Rebel Foods akan memimpin perusahaan ini,” kata salah satu sumber seperti dikutip dari India Times.

Selain Rebel Foods, Gojek juga dikabarkan akan memberikan investasi ke MPL, startup pengembang game asal India. Kabar mengenai investasi Gojek ke MPL sendiri sudah berhembus sejak akhir tahun 2018 kemarin Total investasi yang disalurkan Gojek dikabarkan mencapai mencapai $30 juta atau senilai Rp431 miliar.  Investasi ini akan membuat valuasi MPL di kisaran $150 juta. MPL sebelumnya juga telah mengamankan pendanaan Seri A dari Sequoia Capital yang juga termasuk investor Gojek.

India adalah salah satu negara yang tidak bisa dipisahkan dari kesuksesan Gojek saat ini. Di India Gojek sudah mengakusisi empat pengembang dan membangun kantor R&D di Bangalore.

Di tahun 2018 Gojek bergerak cepat. Sejumlah ekspansi dilakukan di beberapa negara Asia Tenggara dengan hadir di Vietnam, Singapura, dan Thailand.

 

Application Information Will Show Up Here

Laporan LD FEB UI: Tahun 2018 Mitra Gojek Berkontribusi 44 Triliun Rupiah untuk Perekonomian Indonesia

Berawal dari layanan ride-hailing, Gojek kini bertransformasi menjadi aplikasi untuk pembayaran, pengiriman barang hingga pemesanan berbagai kebutuhan. Bukan hanya mengajak lebih banyak masyarakat mengadopsi teknologi, Gojek juga sudah memudahkan pelaku UKM mempromosikan dan menjual produk secara cepat dan lebih mudah.

Untuk melihat peranan dan efek yang ditimbulkan oleh Gojek kepada mitra hingga pelaku UKM di Indonesia, Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) memaparkan hasil riset terbarunya yang bertajuk “Dampak Gojek terhadap Perekonomian Indonesia pada Tahun 2018”. Hasil Riset LD FEB UI ini menemukan kontribusi mitra Gojek dari empat layanan, yaitu layanan Go-Ride, Go-Car, dan Go-Food kepada perekonomian Indonesia mencapai 44,2 triliun Rupiah.

“Secara langsung Gojek sudah memudahkan pelaku UKM secara khusus untuk meningkatkan penjualan memanfaatkan aplikasi. Mulai dari pemesanan hingga pembayaran non-tunai,” kata Wakil Kepala LD FEB UI Paksi Walandouw.

Meningkatkan taraf hidup mitra

Survei yang dilakukan oleh LD FEB UI mengacu kepada total sampel sebanyak 6 ribu lebih responden yang terdiri dari 3886 mitra Go-Ride, 1010 mitra Go-Car, 1000 mitra Go-Resto dan 836 gabungan dari mitra Go-Life dan Go-Clean. Wilayah survei yang dilakukan oleh LD FEB UI untuk semua mitra kecuali mitra Go-Life berasal dari Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, Balikpapan, Makassar dan Palembang.

Sebagai layanan yang menjadi pembuka jalan bagi layanan lainnya, Go-Ride telah memberikan kontribusi sebesar 16,5 triliun Rupiah per tahun ke perekonomian Indonesia pada 2018. Untuk mitra yang bergabung rata-rata sebelumnya memiliki penghasilan sekitar 1 juta Rupiah, setelah bergabung menjadi mitra Gojek mengalami peningkatan hingga 6 juta Rupiah. LD FEB UI mencatat penghasilan rata-rata mitra Go-Ride di Jabodetabek adalah 4,9 juta Rupiah. Sementara mereka yang tinggal di luar Jabodetabek 3,8 juta Rupiah.

Hal serupa juga terjadi dengan mitra Go-Car, yang kebanyakan memiliki latar belakang lebih tinggi dari mitra ride-hailing roda dua Gojek. Penghasilan mitra Go-Car berkontribusi 8,5 triliun Rupiah per tahun ke perekonomian Indonesia di tahun 2018.

Secara demografi LD FEB UI mencatat, 66% mitra pengemudi berusia 21-40 tahun. Sebanyak 71% mitra pengemudi memiliki tingkat pendidikan SMA ke bawah, 43% mitra pengemudi sebelumnya pernah bekerja menjadi karyawan swasta dan 90% mitra pengemudi memiliki tanggungan. Setelah bergabung menjadi mitra Gojek, penghasilan rata-rata mereka meningkat menjadi 42%. Sementara pengeluaran rata-rata mitra pengemudi meningkat 32% setelah bergabung menjadi mitra Gojek.

Membantu mitra mengadopsi teknologi

Sementara itu untuk layanan yang saat ini makin digemari oleh pengguna dan terpisah dari aplikasi induk di Gojek yaitu Go-Life, sudah memberikan kontribusi sekitar 1,2 triliun Rupiah per tahun ke perekonomian Indonesia di tahun 2018. LD FEB UI juga mencatat meskipun masih terbatas di beberapa wilayah, Go-Life juga didominasi oleh mitra yang 95% berasal dari kalangan perempuan, sangat relevan dengan beberapa layanan yang ditawarkan oleh Go-Life.

Setelah bergabung menjadi mitra Go-Life LD FEB UI mencatat, penghasilan rata-rata meningkat menjadi 72%. Sementara pengeluaran mitra meningkat 19% setelah bergabung menjadi mitra Go-Life. Omzet mitra UKM Go-Food berkontribusi 18 triliun RUpiah per tahun. Para mitra yang bergabung bisa mendapatkan keuntungan sekitar 15 juta Rupiah.

Yang menjadi fokus utama dari LD FEB UI adalah bagaimana Gojek sudah membantu pelaku UKM khususnya industri kuliner untuk memasarkan, mempromosikan hingga melakukan transaksi secara online. Bukan hanya menambah jumlah pelanggan lebih luas lagi jangkauannya, Gojek juga sudah mengajarkan pelaku UKM dan pengguna untuk melakukan transaksi secara non-tunai.

Sebanyak 75% responden UKM juga telah menerapkan pembayaran non-tunai setelah menjadi mitra dari Go-Food. Sementara itu 93% mitra UKM langsung go online dengan alasan menjadi mitra dari Go-Food. LD FEB UI juga mencatat, 72% mitra UKM klasifikasi “usaha mikro” dengan omzet 300 juta Rupiah per tahun.

Teknologi dinilai telah membantu pelaku UKM membuka jaringan dan menambah jumlah pelanggan. LD FEB UI mencatat 90% mitra bergabung dengan Go-Food untuk meningkatkan pemasaran, 78,5% mitra bergabung untuk mengadopsi perkembangan teknologi.

Application Information Will Show Up Here

Philippines’ Transportation Regulator Still Refuse to Allow Gojek Services

Gojek’s submission for business operation in Philippines still not approved by Philippines’ transportation regulator. They’re considered to violate the rule of foreign ownership limitation.

Quoted from Nikkei Asia Review, The Land Transportation Franchising and Regulatory Board (LTFRB) refuse the reexamination of the previous result submitted by Gojek’s affiliation, Velox Technology Philippines.

The company is considered to disobey the rule regarding local ownership that requires 60%. Major investor (99%) is Velox South East Asia Holdings based in Singapore.

Philippines’ regulator representative, Jay Sabale said this is no different from the previous decision.

“They can’t run business here[Philippines] unless they follow the regulation.”

Regarding this, Gojek’s representative shows his disappointment to LTFRB and on its way to find another option.

“Gojek is disappointed with LTFRB’s rejection [..]. The players in Singapore, Vietnam, Thailand, and Indonesia obtain benefits from our technology everyday. However, due to this results, Philippines’ drivers and customers might have to wait longer,” he added.

Previously, Gojek is said to talk with local konglomerate, Ayala Corp, to penetrate the country, although there’s no confirmation yet. In other countries besides Indonesia, Gojek has partnered up with locals, even adopting local branding in Vietnam and Thailand.

After the Uber shut down, Grab is practically dominating the online transportation business.

Earlier this year, Gojek has announced acquisition of a blockchain-based digital payment, coins.ph worth of $72 million (over 1 billion Rupiah per today’s rate).


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Regulator Transportasi Filipina Kembali Tolak Permohonan Gojek untuk Beroperasi

Permohonan Gojek untuk izin operasional di Filipina kembali ditolak regulator transportasi Filipina. Gojek dianggap melanggar aturan yang ditetapkan terkait pembatasan kepemilikan asing.

Dikutip dari Nikkei Asia Review, The Land Transportation Franchising and Regulatory Board (LTFRB) menolak permohonan peninjauan kembali keputusan sebelumnya yang diajukan perusahaan afiliasi Gojek, Velox Technology Philippines.

Perusahaan tersebut dianggap tidak mematuhi persyaratan kepemilikan saham lokal minimal 60%. Pemodal mayoritas perusahaan tersebut (99%) adalah Velox South East Asia Holdings yang berbasis di Singapura.

Perwakilan regulator Filipina Jay Sabale mengatakan keputusan ini tidak berbeda dengan keputusan terhadap pelanggaran sebelumnya.

“Mereka tidak bisa datang ke sini [Filipina] kecuali mereka mengikuti apa yang tertulis dalam undang-undang.”

Menanggapi keputusan ini, perwakilan Gojek mengungkapkan kekecewaan terhadap LTFRB dan bersiap mencari opsi lain.

“Gojek kecewa dengan keputusan LTFRB untuk menolak mosi kami [..]. Penglaju di Singapura, Vietnam, Thailand, dan Indonesia mendapat manfaat dari teknologi kami setiap hari. Namun karena keputusan ini, tampaknya pengemudi dan penumpang di Filipina harus menunggu sedikit lebih lama,” terangnya.

Sebelumnya disebutkan Gojek telah melakukan pembicaraan dengan konglomerasi lokal, Ayala Corp, untuk memasuki negara tersebut, meskipun belum ada konfirmasi. Di negara-negara di luar Indonesia, Gojek menjalin kemitraan dengan perusahaan lokal, bahkan mengadopsi branding lokal di Vietnam dan Thailand.

Dengan penutupan layanan Uber di sana, Grab praktis masih menjadi penguasa bisnis transportasi online.

Awal tahun ini Gojek mengumumkan akuisisi terhadap perusahaan pembayaran digital berbasis blockchain Coins.ph senilai $72 juta (lebih dari 1 miliar Rupiah menurut kurs hari ini).

Application Information Will Show Up Here

Astra and Gojek Formed a “Joint Venture” to Extend Investment

PT Astra International Tbk (Astra) and Gojek, today (3/4) announced a joint venture to develop four-wheeler ride hailing. They also involved in the first round of Gojek’s series F funding with $100 million investment or equivalent to Rp1.4 trillion. In total, Astra has poured around 3.5 trillion rupiah for Gojek.

Prijono Sugiarto, President Director of PT Astra International Tbk said, the development of joint venture and Astra’s participation in the series F funding has showed their trust to Gojek, also, a realization of partnership exploration to create Astra automotive business synergy.

“We expect this partnership can help public to enter the formal economy sector, therefore, it can increase public welfare and have positive impact to the economic development in Indonesia. It goes along with Astra’s dreams to get prosper with the nation,” he added.

Gojek’s CEO and Founder, Nadiem Makarim mentioned, Southeast Asia’s digital economic potential, Indonesia in particular, should be optimized by business players with collaboration of each industry.

“Astra’s arms collaboration in the automotive sector with Gojek in the technology field is expected to open up more source of income for people, to be able to improve welfare,” he said.

A strategic partnership between Astra and Gojek is planned to optimize Indonesia’s potential to be the leading digital economy pioneer in Southeast Asia. As the automotive company holding, Astra is currently working on some digital initiatives in this sector, including Astra Digital.

A joint venture by Astra and Gojek is planned to provide dozens of fleet units with automotive management system that supported by Astra FMS (Fleet Management system) and Gojek’s ride hailing technology, particularly Go-Car.

Gojek is currently one of the biggest on-demand companies with 130 million users and 2 million driver partners.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Tambah Investasi, Astra dan Gojek Dirikan “Joint Venture”

PT Astra Internasional Tbk (Astra) dan Gojek hari ini (4/3) mengumumkan kesepakatan membentuk perusahaan patungan (joint venture) untuk pengembangan bisnis ride hailing roda empat. Pihak Astra juga mengumumkan keterlibatannya di  tahap pertama putaran pendanaan Seri F Gojek dengan nilai investasi $100 juta atau setara dengan Rp1,4 triliun. Secara total Astra telah menyuntikkan dana sekitar 3,5 triliun Rupiah untuk Gojek.

Presiden Direktur PT Astra Internasional Tbk Prijono Sugiarto mengungkapkan, pembentukan perusahaan patungan dan partisipasi Astra dalam pendanaan Seri F ini menunjukkan kepercayaan pihaknya kepada Gojek, sekaligus wujud nyata eksplorasi kerja sama untuk menciptakan sinergi bisnis otomotif Astra.

“Kami berharap kerja sama ini dapat membantu masyarakat luas masuk ke sektor ekonomi formal, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini sejalan dengan cita-cita Astra untuk sejahtera bersama bangsa,” terang Prijono.

CEO dan Founder Gojek Nadiem Makarim menambahkan, potensi perekonomian digital di Asia Tenggara, khususnya Indonesia, harus bisa dimaksimalkan para pelaku bisnis dengan menggabungkan kekuatan di masing-masing industri.

“Gabungan kekuatan Astra di bidang otomotif dan Gojek di bidang teknologi melalui kerja sama ini diharapkan akan membuka lebih banyak peluang bagi masyarakat untuk memiliki sumber penghasilan, sehingga mampu untuk meningkatkan kesejahteraan,” terangnya.

Kemitraan strategis yang terjalin antara Astra dan GOJEK diharapkan dapat memaksimalkan potensi Indonesia untuk terus menjadi pelopor ekonomi digital terdepan di kawasan Asia Tenggara. Sebagai holding perusahaan otomotif, Astra saat ini terus mengusahakan sejumlah inisiatif digital di bidang ini, termasuk pendirian Astra Digital.

Perusahaan patungan yang digagas Astra dan Gojek ini direncanakan akan menyediakan ribuan unit armada dengan sistem pengelolaan kendaraan yang didukung Astra FMS (Fleet Management System) dan teknologi “ride hailing” Gojek, khususnya layanan Go-Car.

Gojek saat ini telah menjadi salah satu perusahaan layanan transportasi on-demand terbesar dengan 130 juta pengguna dan 2 juta mitra pengemudi.

Application Information Will Show Up Here