The Storyline: Catatan Perjalanan Gojek dan Tokopedia hingga Menjadi GoTo

The Storyline adalah varian laporan baru dari DSInnovate, menampilkan catatan momen-momen penting tentang perjalanan sebuah startup. Di seri pertamanya, cerita tentang Gojek dan Tokopedia diangkat.

Seperti diketahui, saat ini Gojek dan Tokopedia telah bergabung menjadi perusahaan entitas tunggal bernama “GoTo”. Namun satu dekade lalu, jauh sebelum kedua startup masuk ke dalam daftar unicorn dunia, mereka berawal dari sebuah startup kecil dengan varian layanan yang terbatas.

Tokopedia dimulai pada tahun 2009 sebagai sebuah C2C marketplace, sementara Go-Jek dimulai sejak tahun 2010 sebagai call center layanan pemesanan ojek —  waktu itu baru mengakomodasi 20 tukang ojek.

Investasi tahap awal yang didapat kedua perusahaan memainkan peran penting, menjadi sebuah bahan bakar untuk membangun sistem teknologi yang lebih kokoh dan terintegrasi.

Tokopedia meluncurkan versi mobile satu tahun kemudian dan berhasil membukukan lebih dari 4 miliar transaksi. Sementara Gojek baru merilis aplikasi native di platform Android dan iOS tahun 2015.

Perjalanan panjang kedua perusahaan ini kami rekam ke dalam sebuah lini masa. Kami mencoba mengingatkan kembali kepada pembaca terkait hal-hal penting yang terjadi setiap tahunnya, dari mereka berdiri hingga bergabung.

Selain itu, turut dicantumkan juga data-data penting terkait perkembangan perusahaan, meliputi:

  • Ekosistem produk di Gojek dan Tokopedia
  • Daftar investor yang mendukung perusahaan
  • Statistik kompetisi pasar saat ini

Ulasan selengkapnya dapat disimak dalam laporan “The Storyline of GoTo: Diving Deep into The Company”. Unduh melalui tautan berikut ini: klik di sini.

Gojek-Tokopedia Merger Officially Completes, Launching the New Entity “GoTo”

Gojek and Tokopedia officially merge to form a new entity “GoTo” today (17/5). GoTo combines e-commerce, on-demand and financial services into one ecosystem. The combination is said to spread around Indonesia, and the largest one between the two internet companies in Asia.

It was supported by the ranks of the two companies’ main investors. Those are Alibaba Group, Astra International, BlackRock, Capital Group, DST, Facebook, Google, JD.com, KKR, Northstar, Pacific Century Group, PayPal, Provident, Sequoia Capital, SoftBank Vision Fund 1, Telkomsel, Temasek, Tencent, Visa, and the Warburg Pincus.

The GoTo Group ecosystem represents 2% of Indonesia’s total GDP and will increasingly serve 270 million Indonesian consumers and other developing countries in Southeast Asia. In the description, the GoTo Group has a total Gross Transaction Value (GTV) of more than $22 billion in 2020; more than 1.8 billion transactions in 2020; more than two million driver-partners registered as of December 2020; more than 11 million business partners as of December 2020; more than 100 million monthly active users.

In an official statement, Gojek’s Andre Soelistyo is to lead GoTo as the Group CEO, with Patrick Cao from Tokopedia as GoTo’s President. Next, Kevin Aluwi will remain as Gojek’s CEO and William Tanuwijaya as Tokopedia’s CEO.

Aside from his responsibilities at the group level, Andre will continue to lead the payments and financial services business called “GoTo Financials”. GoTo Financials includes GoPay services, as well as financial services and business solutions for business partners.

Ekosistem layanan GoTo

“Today is very historical as the GoTo Group is formed and it marks the growth phase for Gojek, Tokopedia and GoTo Financial. [..] The GoTo Group will also enable us to further encourage financial inclusion in Indonesia and Southeast Asia,” Andre Soelistyo said.

GoTo’s President, Patrick Cao added, “The GoTo Group business model is becoming more diverse, stable and sustainable. [..] We are excited to start the next chapter of our business history and will continue to innovate to drive more inclusive growth in every sector our technology involved.”

Tokopedia’s Co-Founder & CEO, William Tanuwijaya said, “[..] The GoTo Group will make it easy for all levels of society to gain access to high-quality products and services, anytime and anywhere. In order to achieve this goal, the journey is still quite long, but today is all about starting it all together.”

Gojek’s Co-Founder & CEO, Kevin Aluwi said, “This is a combination of two companies that share the same principles, thoughts and work ethic. Delivering an agreement of the size and scale of a business such as Gojek and Tokopedia in a relatively short time and smooth move, can only be achieved because we share the same goal, which is to always provide the best experience for consumers supported by the fastest and largest mobility network of driver partners and our merchants.”

In this merger process, Goldman Sachs acted as Gojek’s financial advisor. Davis Polk & Wardwell LLP and Assegaf Hamzah & Partners joined as legal advisors to Gojek. Citi also involved as Tokopedia’s financial advisor. Allen & Overy LLP acted as Tokopedia’s legal advisor.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Gojek dan Tokopedia Resmi Merger, Umumkan Entitas “GoTo”

Gojek dan Tokopedia meresmikan merger dengan membentuk entitas baru “GoTo” pada hari ini (17/5). GoTo mengombinasikan layanan e-commerce, on-demand, dan layanan keuangan ke dalam satu ekosistem. Diklaim kombinasi tersebut tersebar di Indonesia, sekaligus terbesar antara dua perusahaan internet di Asia.

Kesepakatan ini didukung oleh jajaran investor utama kedua perusahaan. Mereka adalah Alibaba Group, Astra International, BlackRock, Capital Group, DST, Facebook, Google, JD.com, KKR, Northstar, Pacific Century Group, PayPal, Provident, Sequoia Capital, SoftBank Vision Fund 1, Telkomsel, Temasek, Tencent, Visa, dan Warburg Pincus.

Ekosistem Grup GoTo mewakili 2% dari total PDB Indonesia dan akan semakin berkembang melayani 270 juta konsumen Indonesia dan negara berkembang lainnya di Asia Tenggara. Bila dijabarkan Grup GoTo memiliki, total Gross Transaction Value (GTV) lebih dari $22 miliar pada 2020; lebih dari 1,8 miliar transaksi pada tahun 2020; lebih dari dua juta mitra pengemudi yang terdaftar per Desember 2020; lebih dari 11 juta mitra usaha per Desember 2020; lebih dari 100 juta pengguna aktif bulanan.

Dalam keterangan resmi disampaikan, Andre Soelistyo dari Gojek akan memimpin GoTo sebagai CEO Group, dengan Patrick Cao dari Tokopedia sebagai President GoTo. Berikutnya, Kevin Aluwi akan tetap menjabat sebagai CEO Gojek dan William Tanuwijaya akan tetap menjadi CEO Tokopedia.

Selain tanggung jawab di tingkat grup, Andre akan terus memimpin bisnis pembayaran dan layanan keuangan yang dinamakan “GoTo Financials”. GoTo Financials mencakup layanan GoPay, serta layanan keuangan dan solusi bisnis mitra usaha.

Ekosistem layanan GoTo
Ekosistem layanan GoTo

“Hari ini adalah hari yang sangat bersejarah dengan dibentuknya Grup GoTo serta menandai fase pertumbuhan selanjutnya bagi Gojek, Tokopedia dan GoTo Financial. [..] Hadirnya Grup GoTo juga akan memungkinkan kami untuk semakin mendorong inklusi keuangan di Indonesia dan Asia Tenggara,” ucap Andre Soelistyo.

President GoTo Patrick Cao menambahkan, “Model bisnis Grup GoTo menjadi semakin beragam, stabil, dan berkelanjutan. [..] Kami sangat bersemangat untuk memulai babak berikutnya dari sejarah bisnis kami dan akan terus berinovasi untuk mendorong pertumbuhan yang lebih inklusif di setiap sektor yang tersentuh teknologi kami.”

Co-Founder & CEO Tokopedia William Tanuwijaya menyampaikan, “[..] Grup GoTo akan memberikan kemudahan kepada seluruh lapisan masyarakat untuk memperoleh akses terhadap produk dan layanan berkualitas, kapan pun dan di mana pun. Perjalanan untuk mencapai tujuan kami masih panjang, tetapi hari ini adalah tentang dimulainya langkah bersama.”

Co-Founder & CEO Gojek Kevin Aluwi mengatakan, “Ini adalah kombinasi dari dua perusahaan yang memiliki prinsip, pemikiran dan etos kerja yang sama. Melahirkan kesepakatan dengan ukuran dan skala bisnis seperti Gojek dan Tokopedia dalam waktu yang relatif singkat dan lancar, hanya dapat tercapai karena kami sama-sama memiliki tujuan yang sama, yaitu selalu memberikan pengalaman terbaik bagi konsumen didukung oleh jaringan mobilitas tercepat dan terbesar dari para mitra driver dan merchants kami.”

Untuk proses merger ini, Goldman Sachs bertindak sebagai penasihat keuangan Gojek. Davis Polk & Wardwell LLP dan Assegaf Hamzah & Partners bertindak sebagai penasihat hukum Gojek. Citi bertindak sebagai penasihat keuangan Tokopedia. Allen & Overy LLP bertindak sebagai penasihat hukum Tokopedia.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Pertemuan Jaket Motor dan Kotak “Hijau”, Peta “GoTo” dari Gojek dan Tokopedia

Bagi banyak kaum urban Indonesia, kehidupan mereka dapat digambarkan dalam dua fase: sebelum Gojek, dan setelah Gojek menjadi bagian dari ponsel mereka. Sekarang, aplikasi hijau-putih tersebut telah menjadi kebutuhan pokok. Hal ini mencakup transportasi, pembayaran, hiburan, pengiriman makanan, dan banyak lagi. Lalu bagaimana dengan e-commerce? Anda mungkin sedang bertanya-tanya. Nah, hal itu akan segera hadir.

Gojek dan Tokopedia, platform e-commerce terbesar di Indonesia, semakin dekat dengan merger yang akan menciptakan entitas baru bernama GoTo, dengan co-CEO Gojek Andre Soelistyo sebagai nahkodanya. GoTo bisa menjadi ekosistem teknologi yang kuat dalam menghubungkan jutaan pelanggan, pedagang, serta mitra pengemudi, dan akan menempati posisi kokoh untuk segera go public.

Kedua perusahaan memiliki banyak keuntungan dari merger ini. Tokopedia akan memiliki akses ke sumber daya logistik Gojek untuk layanan pengiriman yang lebih efisien, sementara Gojek juga akan mendapat dukungan dari jaringan pengiriman e-commerce Tokopedia. Cabang fintech Gojek, GoPay, dan bank digital Bank Jago dapat menargetkan usaha kecil dan menengah Tokopedia untuk menawarkan layanan pembayaran dan peminjaman.

Meningkatkan ragam fungsi aplikasi dapat memperluas jejak Gojek di Asia Tenggara. Terlepas dari kekuatannya di Indonesia, Gojek masih tertinggal dari saingannya, Grab, di luar kandang. Gojek saat ini hanya tersedia di empat pasar, yakni Vietnam, Thailand, Singapura, dan Indonesia. Grab hadir di semua pasar di mana Gojek beroperasi ditambah Malaysia, Myanmar, dan Filipina, dan telah bermitra dengan JapanTaxi untuk memungkinkan pengguna Grab memanggil taksi di lokasi wisata populer di Jepang.

Ekspansi regional sepertinya menjadi salah satu fokus utama Gojek saat ini. Tahun lalu, perusahaan menyatukan merek Vietnam dan Thailand, sementara di Singapura, telah mengumumkan rencana untuk meluncurkan produk baru, termasuk fitur baru untuk klien korporat, pesanan taksi, dan layanan kendaraan besar.

Langkah tersebut tampaknya diperlukan untuk meningkatkan kompetisi dengan Grab, yang bersiap untuk go public di AS melalui mega-merger SPAC dengan Altimeter Growth Corporation. GoTo juga kemungkinan akan melakukan dual listing di Indonesia dan di bursa saham AS tahun ini, keputusan yang bisa jadi didorong oleh tingginya minat raksasa teknologi AS pada startup Asia Tenggara. Gojek sudah memiliki beberapa investor AS seperti Facebook, PayPal, Visa, dan Google, sementara Tokopedia juga mendapat dukungan dari Google. Kedua perusahaan bahkan berbagi DNA investor di Sequoia Capital India dan Temasek.

“Setiap potensi merger akan didorong oleh konvergensi. Layanan yang diberikan oleh kedua perusahaan sangat saling melengkapi dan akan menggabungkan skala yang signifikan. Pemain gabungan juga akan lebih berkelanjutan secara finansial mengingat aliran pendapatan yang lebih beragam,” sebut Kenny Liew, analis senior telekomunikasi, media, dan teknologi di Fitch Solutions, kepada KrASIA.

Menyalurkan minat investor asing

Perusahaan teknologi di Asia Tenggara telah menarik minat investor global berkat ekonomi internet yang berkembang di kawasan ini, yang diharapkan dapat menghasilkan nilai barang dagangan bruto (GMV) sebesar USD 309 miliar pada tahun 2025.

Kesuksesan IPO Sea Group di Bursa Efek New York juga telah membangkitkan minat investor untuk perusahaan-perusahaan di kawasan ini, menurut Hian Goh, mitra pendiri dari investor awal Gojek, Openpace Ventures.

Gojek bisa meyakinkan investor berkat operasional perusahaan di beberapa sektor dan merger dengan Tokopedia. Gojek dapat dilihat sebagai perpaduan Uber, DoorDash, Alipay, dan Flipkart, yang mencakup layanan transportasi online, pengiriman makanan dan bahan makanan online, dan pembayaran online. “Keragaman biasanya mirip dengan pemain teknologi besar AS dan China, yang umumnya diterima dengan baik oleh investor pasar publik,” kata Goh.

Fitch Solutions ‘Liew menambahkan bahwa “tidak seperti IPO ride-hailing sebelumnya seperti Uber dan Lyft, Gojek memiliki model bisnis yang terdiversifikasi dengan kehadiran yang kuat di berbagai bidang seperti fintech dan pengiriman makanan, dua sektor di mana sudah ada jalur yang jelas menuju profitabilitas, dan investor ‘bunga sangat tinggi. ”

Siapa yang memegang kendali Gojek?

Proyeksi pengiriman makanan dan pembayaran digital di Asia Tenggara cukup menjanjikan dibandingkan dengan transportasi online. Pada tahun 2025, nilai bruto pengiriman makanan akan mencapai USD23 miliar, sedangkan nilai transaksi bruto untuk pembayaran akan mencapai USD1,2 triliun, menurut laporan oleh Google, Temasek, dan Bain & Co. Transportasi diprediksi hanya mencapai USD19 miliar, tercatat di laporan yang sama.

Sejauh ini, perusahaan yang beroperasi di sektor ini telah melihat reaksi positif di pasar modal. Platform pengiriman makanan DoorDash berhasil mendapatkan debut yang sukses di pasar saham pada akhir tahun 2020, sementara bisnis pengiriman makanan Uber, UberEats, melaporkan pertumbuhan positif pada Maret 2021.

“Kami yakin minat ini akan terus meningkat di masa mendatang karena investor di semua tahap investasi ingin menangkap peluang yang berkembang di Asia Tenggara,” kata Goh.

Menambahkan layanan e-commerce dapat menjadi keunggulan kompetitif bagi Gojek dalam persaingan melawan Grab, karena perusahaan yang berbasis di Singapura ini tidak memiliki cabang e-commerce, juga belum mengumumkan rencana untuk bergabung dengan salah satunya. Grab menjalin kemitraan dengan Lazada di Vietnam pada November 2020, memberikan konsumen Vietnam akses ke GrabFood dari beranda aplikasi dan halaman web Lazada, sementara pengguna Grab di Vietnam dapat mengakses platform Lazada melalui Banner dan widget di aplikasi Grab.

Hampir 2 juta mitra pengemudi Gojek juga dapat memberikan GoTo kesempatan yang lebih baik untuk membangun jaringan pengiriman yang solid untuk bersaing dengan platform e-commerce Sea Group, Shopee.

Namun, GoTo perlu menciptakan ekosistem yang kokoh dan meningkatkan penawarannya. “Untuk menjadi kompetitif dan menangkis persaingan ketat dari pesaing seperti Shopee dan Grab, Tokopedia dan Gojek perlu menciptakan lebih banyak sinergi dan mengembangkan ekosistem layanan yang akan menghasilkan belanja dan loyalitas pelanggan yang lebih besar, daripada berpegang pada status quo dan mengandalkan produk apa adanya,” kata Liew.

Pengemudi Gojek kelak akan mengirim parcel untuk Tokopedia. Dokumentasi oleh Gojek

Memompa valuasi dan kesempatan di masa depan

Seperti Google dan Uber, Gojek telah menjadi kata kerja yang digunakan oleh masyarakat Indonesia dalam bahasa sehari-hari: Gojek-in aja (“kirim saja lewat Gojek”) dan nge-Gojek (“menggunakan layanan transportasi Gojek”). Di wilayah metropolitan, pengemudi Gojek ada di mana-mana, masing-masing mengenakan jaket hijau khasnya, mengangkut penumpang, mengantarkan paket, atau beristirahat di taman saat istirahat makan siang.

Sebagian besar pedagang offline juga memiliki mesin dan barcode GoPay sebagai opsi pembayaran, yang mencerminkan keberadaan Gojekdi seluruh strata kehidupan masyarakat Indonesia.

Keberadaan Tokopedia lebih halus. Tidak seperti Amazon, platform e-commerce Indonesia tidak mencetak logonya pada paket yang meninggalkan pusat penyimpanannya. Namun, platform ini menjadi yang terbanyak dikunjungi kedua di Indonesia, dengan lebih dari 114 juta kunjungan web setiap bulan, menurut situs agregator pasar iPrice. Platform ini juga mengklaim memiliki lebih dari 900.000 pedagang. Perusahaan telah memasuki kios-kios kecil di pinggir jalan — yang dikenal sebagai warung — menambahkan pulsa telepon dan token listrik ke dalam stok mereka.

Gojek dikabarkan bernilai USD10,5 miliar, sedangkan Tokopedia USD7,5 miliar. Penyatuan antara keduanya akan menciptakan entitas senilai USD18 miliar. Bloomberg memperkirakan, dengan potensi dual listing di Indonesia dan AS, perusahaan dapat mencapai penilaian sekitar USD40 juta, menyamai valuasi yang diharapkan Grab setelah bergabung dengan Altimeter’s SPAC.

Pemegang saham Gojek akan memiliki 58% saham di GoTo, dan pemilik Tokopedia akan mengambil sisanya, menurut sumber familiar yang berbicara dengan Bloomberg. GoTo akan membagi operasinya menjadi tiga unit bisnis: ride-hailing di bawah Gojek, e-commerce di bawah Tokopedia, dan divisi pembayaran dan keuangan baru bernama Dompet Karya Anak Bangsa, atau DKAB.

“Jika kedua perusahaan dapat menunjukkan kepada calon investor seberapa kuat mereka dan di segmen baru apa mereka dapat bersaing dan tumbuh setelah merger, saya pikir itu pasti akan merefleksikan valuasi yang lebih tinggi,” kata Liew.

“Menggabungkan kedua bisnis akan membuka banyak sinergi bagi kedua perusahaan, dan kemungkinan besar akan membuat mereka menjadi pemain yang lebih kuat di bidangnya masing-masing. Membuka sinergi ini secara efektif dapat menghasilkan pertumbuhan yang lebih cepat dan berkelanjutan. Landasan pertumbuhan yang lebih panjang dan kuat adalah kunci dari valuasi yang lebih tinggi, ”tambah Liew.

Goh Openspace Ventures yang telah mengamati Gojek sejak menjadi startup, meyakini bahwa Gojek memiliki masa depan yang menjanjikan. “Kami melihat Gojek sebagai perusahaan teknologi generasi,” ujarnya. “Ini telah mencapai jumlah yang luar biasa dan masih memiliki ruang yang signifikan untuk berkembang. Kami yakin pertumbuhan ini dapat dicapai dengan atau tanpa IPO dalam waktu dekat.”


Artikel ini pertama kali dirilis oleh KrASIA. Kembali dirilis dalam bahasa Indonesia sebagai bagian dari kerja sama dengan DailySocial

In-depth: On the Potential Integration of Gojek and Tokopedia Merger into “Goto”

The latest news arrived from the potential merger of Gojek and Tokopedia worth $18 billion. Based on a source quoted by The Information, the merger of the two brands will be named “Goto”. He also said that the agreement would be completed at the earliest this month.

The source also said that Kevin Aluwi, Andre Soelistyo, William Tanuwijaya, and Patrick Cao would occupy the top ranks of the joint company’s management.

In early April 2021, Bloomberg reported the company’s executives and commissioners had decided the merger agreement details and were seeking approval from other shareholders. In a general note, the two startups have some related investors, including Google, Temasek, Seqoia Capital India, and Alibaba Group.

The next plan,rumor has it, that the joint company will continue to NASDAQ – using SPAC and seeking a valuation of up to $40 billion.

Gojek’s ecosystem

Debuting as an on-demand transportation service, Gojek currently has a fairly complete service to empower its partnership ecosystem. Some of the sub-features are an integration with third parties, especially startups from acquisitions or those included in the portfolio of venture units.

In terms of business structure, Gojek consists of four main lines, which cover Gojek, GoPay, GoPlay, and Go-Ventures services. Meanwhile, in terms of consumer, it is divided into two separate units, between Gojek and GoPlay. From our in-depth observation into the application and public information, following is a map of Gojek’s ecosystem services:

Ekosistem Layanan Gojek

Tokopedia’s ecosystem

Meanwhile, Tokopedia’s core service is an online marketplace, which is a bridge between goods/service owners and end users. Its role in the midst of making innovation is focused on aspects that can provide transaction effectiveness. This is align with the mission of becoming IaaS to facilitate MSMEs to go digital.

Apart from its core services as a marketplace, there are some strong support services, including financial lines, empowerment of SMEs, entertainment, and on-demand services. Some of the services are supported by strategic partners, some of which are by subsidiaries and their investment portfolios. Based on observations on the applications and public information, the following is a map of Tokopedia’s ecosystem services:

Ekosistem Layanan Tokopedia

Potential synergy

Based on the map, if it’s going to happen eventually, Gojek-Tokopedia merger, and become a joint company, there are some potential synergy that could happen.

  1. SME Empowerment

Both services have a significant concentration of MSMEs, gathering business partners. Gojek with restaurant owners, while Tokopedia with merchants. It is different segments, therefore, it is likely to remain a separate entity with a more integrated service model. For example, for the fulfillment of raw materials, GoFood partners can have direct access to shops on Tokopedia.

The unity allows the creation of hyperlocal services – nearby MSMEs serving the closest market share. For example, when Tokopedia Partners (grocery shop owners) can be integrated with Gojek delivery services, they can speed up the fulfillment process for each customer. In other way, to optimize the Gojek driver partners to be more connected with the TokoCabang fulfillment center to speed up the process of delivering goods.

  1. Financial

For the past few years, the two unicorns have a clear mission to become “fintech” as one of their main business models, it’s no doubt each application has a quite rich financial-based service. The thing is that the merger of the two companies will certainly allow Tokopedia users to have a more comprehensive Gopay payment option. On the other hand, they can work on many areas by combining each capability.

For example, integrating Moka-Gopay [Findaya]-Tokopedia, enabling F&B merchants to get fulfillment of basic ingredients on credit to help them improve their cash flow. As it is deeply examined, this scheme will require a lot of support systems such as credit scoring and disbursement infrastructure – which both companies can complement each other.

The big data is quite a treasure that will be very valuable for various business scenarios, including to help financial inclusion. Especially now that Gojek is starting to enter the digital banking – transaction data is a strong fuel for various decisions related to consumers.

  1. Logistics

The logistics challenges are in the first-mile, mid-mile and last-mile areas. The merger of the logistics infrastructure owned by the two companies allows Tokopedia’s IaaS mission to be realized faster. As the company continues to expand its fulfillment center, delivery service has become an essential. With the strategic affiliation of Gojek Logistic, JX, and SiCepat, deeper integration is possible to bring new breakthroughs in the logistics industry.

  1. Core business

Mobility and trade services are the main capabilities of Gojek and Tokopedia. It is indeed projected to keep going, considering the many users involved. The work lies in how to balance each service – especially if it really becomes one brand – therefore it makes consumers feel comfortable, not the other way around, to get more confused due to fragmented service ecosystem.

Conflict possibility

The fact is, the strategic partnerships has an objective to form mutualism. The merger of the two companies also brings the potential for “conflict” between Gojek and Tokopedia’s important partners. Let’s assume  with independently developed service will be easily merged. However, when other players are involved, this consolidation will become a more complicated discourse.

For example, how the investment service will work at Goto – while there are three other startups affiliated in each platform through share ownership. From the service ecosystem mapping, listed some services as the result of partnerships that can create conflict possibility whether the business merger happen:

  Gojek Tokopedia
Pembayaran GoPay Ovo
Pinjaman Findaya Dhanapala
Investasi Pluang Pegadaian, Bareksa
E-commerce JD.id
Online Grocery AlfaMart, LotteMart SayurBox
Logistik JX SiCepat
Kesehatan Halodoc GoApotik

Gojek and Tokopedia are the two Indonesian startups with the largest valuation and user base with the biggest MSME partners. The unity of two companies should help Indonesia achieve its dream of becoming a leader in the digital economy.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Mendalami Potensi Integrasi “Goto”, Hasil Merger Gojek dan Tokopedia

Kabar terbaru hadir dari rencana merger Gojek dan Tokopedia bernilai $18 miliar. Menurut sumber yang dikutip The Information, hasil penggabungan kedua merek akan diberi nama “Goto”. Dikatakan juga kesepakatan tersebut akan selesai paling cepat bulan ini.

Sumber tersebut juga mengutarakan, Kevin Aluwi, Andre Soelistyo, William Tanuwijaya, dan Patrick Cao akan menempati jajaran puncak manajemen perusahaan gabungan.

Sebelumnya, di awal April 2021 lalu, Bloomberg memberitakan, rincian kesepakatan merger sudah diputuskan eksekutif dan komisaris perusahaan dan tengah meminta persetujuan para pemegang saham lainnya. Sebagai informasi, kedua startup memiliki beberapa investor yang sama, yakni Google, Temasek, Seqoia Capital India, dan Alibaba Group.

Rencana berikutnya, dari rumor yang beredar, perusahaan gabungan akan melanjut ke NASDAQ – digadang-gadang menggunakan SPAC dan mencari valuasi hingga $40 miliar.

Ekosistem layanan Gojek

Bermula dari layanan transportasi on-demand, Gojek saat ini memiliki layanan yang cukup komplit memberdayakan ekosistem kemitraan yang dimiliki. Tidak sedikit dari sub-fitur yang disuguhkan merupakan integrasi dengan pihak ketiga, terutama startup hasil akuisisi atau yang masuk dalam jajaran portofolio unit venturanya.

Secara struktur bisnis, Gojek terdiri dari empat lini utama, yang menaungi layanan Gojek, GoPay, GoPlay, dan Go-Ventures. Sementara dari sisi aplikasi [konsumer] baru terbagi menjadi dua unit terpisah, antara Gojek dan GoPlay. Dari hasil pengamatan kami melalui pendalaman aplikasi dan informasi publik yang dihimpun, berikut peta layanan ekosistem Gojek:

Ekosistem Layanan Gojek

Ekosistem layanan Tokopedia

Sementara dasar layanan Tokopedia adalah online marketplace, yakni menjadi jembatan antara pemilik barang/layanan dengan pengguna akhir. Perannya yang berada di tengah membuat inovasi difokuskan pada aspek-aspek yang bisa memberikan efektivitas transaksi. Hal ini senada dengan misi menjadi IaaS memfasilitasi UMKM untuk berdagang secara digital.

Di luar layanan intinya sebagai marketplace, ada beberapa aspek layanan pendukung yang cukup kuat, meliputi lini finansial, pemberdayaan UKM, hiburan, dan layanan on-demand. Beberapa layanan hadir didukung mitra strategis, beberapa di antaranya oleh anak usaha dan portofolio investasinya. Berdasarkan pengamatan terhadap aplikasi dan informasi publik yang dihimpun, berikut peta layanan ekosistem Tokopedia:

Ekosistem Layanan Tokopedia

Potensi kolaborasi

Dari peta layanan tersebut, jika apa yang telah menjadi buah-bibir terkait merger Gojek-Tokopedia selama ini akan terealisasi dan benar-benar menjadi satu unit perusahaan gabungan, ada beberapa aspek yang bisa disinergikan.

  1. Pemberdayaan UMKM

Kedua layanan memiliki konsentrasi yang cukup signifikan terhadap UMKM, menjadikannya sebagai mitra bisnis. Gojek dengan pemilik restoran, sementara Tokopedia dengan penjual dagangan. Segmennya berbeda, sehingga kemungkinan besar akan tetap menjadi entitas terpisah dengan model pelayanan yang lebih terintegrasi. Misalnya, untuk pemenuhan bahan baku mitra GoFood bisa mengakses langsung ke toko-toko yang ada di layanan Tokopedia.

Gabungan tersebut juga memungkinkan terciptanya layanan hyperlocal – UMKM di sekitar melayani pangsa pasar terdekat. Misalnya saat Mitra Tokopedia (pemilik warung kelontong) dapat terintegrasi dengan layanan pengantaran Gojek, sehingga dapat mempercepat proses pemenuhan kepada masing-masing pelanggan. Atau optimasi armada mitra Gojek untuk lebih terhubung dengan pusat pemenuhan TokoCabang untuk mempercepat proses pengiriman barang.

  1. Finansial

Sejak beberapa tahun ke belakang, kedua unicorn memang memiliki misi yang jelas untuk menjadi “fintech” sebagai salah satu model bisnis utamanya, tak ayal layanan berbasis finansial yang ada di masing-masing aplikasi cukup kaya. Yang jelas, penggabungan kedua perusahaan tentu akan memungkinkan pengguna Tokopedia memiliki opsi pembayaran Gopay yang lebih komprehensif. Di sisi lain, ada banyak area yang bisa dikaryakan dengan menggabungkan kekuatan masing-masing.

Misalnya melakukan integrasi antara Moka-Gopay [Findaya]-Tokopedia, memungkinkan merchant F&B mendapatkan pemenuhan bahan dasar secara kredit untuk membantu mereka menyehatkan arus kas. Skema ini jika dikulik lebih dalam akan membutuhkan banyak sistem pendukung seperti skoring kredit dan infrastruktur pencairan – yang mana sudah dapat saling dilengkapi.

Big data yang dihimpun juga menjadi sebuah harta yang akan sangat berharga untuk berbagai skenario bisnis, termasuk untuk membantu inklusi keuangan. Terlebih saat ini Gojek mulai bermain di ranah perbankan digital – data transaksi menjadi bahan bakar penting untuk berbagai keputusan terkait dengan konsumer.

  1. Logistik

Tantangan logistik ada di area first-mile, mid-mile, dan last-mile. Penggabungan infrastruktur logistik yang dimiliki kedua perusahaan memungkinkan misi IaaS yang telah dicetuskan Tokopedia dapat lebih terealisasi dengan cepat. Di saat perusahaan terus memperluas pusat pemenuhan, jasa pengiriman juga menjadi komponen yang wajib dipikirkan. Dengan adanya Gojek Logistic, JX, dan SiCepat yang terafiliasi secara strategis, dimungkinkan terjadinya integrasi yang lebih mendalam untuk menghadirkan terobosan baru dalam dunia logistik.

  1. Bisnis inti masing-masing

Layanan mobilitas dan perdagangan adalah kapabilitas utama yang dimiliki Gojek dan Tokopedia. Tentu ini diproyeksikan besar tidak akan luntur dari masing-masing, mengingat penggunanya sudah sangat banyak. Yang menjadi PR adalah bagaimana menyeimbangkan masing-masing layanan –terlebih jika benar-benar menjadi satu brand—sehingga membuat konsumen tetap nyaman, bukan sebaliknya malah semakin bingung karena ekosistem layanan yang terlalu terfragmentasi.

Potensi “bentrok”

Tidak dimungkiri adanya kemitraan strategis ditujukan untuk membentuk sebuah mutualisme. Penggabungan kedua perusahaan juga membawa potensi “bentrok” antara mitra-mitra penting dari Gojek maupun Tokopedia. Asumsinya, untuk layanan yang dikembangkan sepenuhnya mandiri dapat lebih mudah dilebur. Namun saat melibatkan pemain lain, maka konsolidasi ini akan menjadi diskusi yang lebih alot.

Ambil contoh, bagaimana nantinya layanan investasi di Goto – sementara saat ini ada tiga startup lain yang terafiliasi di masing-masing platform melalui kepemilikan saham. Dari pemetaan ekosistem layanan di atas, dapat didaftar beberapa layanan dari kemitraan yang berpotensi bentrok jika penggabungan bisnis dieksekusi:

  Gojek Tokopedia
Pembayaran GoPay Ovo
Pinjaman Findaya Dhanapala
Investasi Pluang Pegadaian, Bareksa
E-commerce JD.id
Online Grocery AlfaMart, LotteMart SayurBox
Logistik JX SiCepat
Kesehatan Halodoc GoApotik

Gojek dan Tokopedia adalah dua startup Indonesia dengan valuasi terbesar dan basis pengguna dan mitra UMKM paling banyak. Bergabungnya kedua perusahaan seharusnya membantu Indonesia mencapai mimpi menjadi pemimpin ekonomi digital.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here