Youtap Buat Aplikasi Khusus Pemilik Usaha Kelola Bisnis

Youtap Indonesia menyeriusi potensi rantai pasok dengan merilis aplikasi khusus pemilik usaha mengelola bisnisnya, Youtap BOS. Sebelumnya solusi ini pertama kali diperkenalkan pada Maret 2023, namun masih berbasis website.

CEO Youtap Indonesia Herman Suharto menyampaikan, lebih dari 40% pelaku UMKM di Indonesia masih belum tersentuh dengan ekosistem digital dalam mengembangkan usahanya. Hal ini menjadi motivasi Youtap untuk tetap berinovasi memberikan solusi-solusi usaha digital terlengkap dan terintegrasi untuk para pelaku UMKM dalam mengembangkan usahanya.

Dia melanjutkan, aplikasi Youtap BOS memungkinkan pemilik usaha memantau performa bisnis, berbelanja stok kebutuhan usaha, membeli paket usaha, ikut program afiliasi (Agen Ajak Cuan), dan mendapatkan solusi pembiayaan. Aplikasi ini juga telah terintegrasi dengan aplikasi kasir digital, Youtap POS.

“Ada dua kebutuhan besar dari pelaku usaha, yakni create value chain dan supply chain agar bisa mengelola stok. Kita gabungkan keduanya ke dalam satu solusi Youtap BOS,” ucap Herman saat perayaan hari jadi Youtap ke-4 di Jakarta, Selasa (5/3).

Penyediaan berbagai solusi di aplikasi Youtap BOS merupakan hasil kerja sama dengan para mitra. Solusi pembiayaan misalnya, bekerja sama dengan Bank INA, tak lain bagian dari Salim Group. Mekanismenya, Bank INA menilai tingkat risiko calon debitur dengan memanfaatkan histori transaksi di Youtap BOS yang memanfaatkan integrasi supply chain marketplace dengan Youtap POS yang memiliki solusi rantai pasok.

Bila disetujui, limit yang diterima tidak berbentuk tunai melainkan bisa dipakai untuk belanja stok dan membeli paket usaha. “Bentuknya productive financing. Karena untuk kebutuhan pembelian stok usaha mereka, kita bisa kasih rate kompetitif. Bayar nanti tapi enggak ada bunga yang menjerat.”

Untuk berbelanja stok di Youtap BOS, terdapat lebih dari 300 pemasok yang sudah bermitra. Mereka datang dari pemasok lokal yang dijaring sendiri oleh tim Youtap, pemasok skala nasional, dan Official Store bersama Indomarco.

Solusi rantai pasok ini termasuk ke dalam salah satu dari tiga pilar layanan Youtap, yakni solusi pembayaran non-tunai & layanan finansial dan solusi pengelolaan usaha dengan layanan POS.

Diklaim, saat ini Youtap sudah mendigitalisasi lebih dari 500 ribu pelaku usaha yang tersebar di lebih dari 510 kota/kabupaten di Indonesia.

Masuk ke bisnis rill

Dalam kesempatan yang sama, Youtap memperkenalkan paket usaha ROMIE (Roti Bakar Isi Indomie). Paket usaha ini merupakan hasil kolaborasi Youtap dengan Indosari Food Solutions, unit bisnis dari merek roti Sari Roti, anak usaha lainnya dari Salim Group.

Herman berharap inisiatif ini bisa mendorong lebih banyak orang jadi pengusaha karena modal awal yang ditawarkan untuk waralaba ini terbilang cukup terjangkau, di mulai dari Rp 4 jutaan dan memiliki berbagai benefit, seperti bebas biaya berlangganan kasir digital selama satu tahun.

Ide awal ROMIE ini, sambungnya, datang dari internal Youtap yang mencari ide usaha bersama ekosistem di Salim Group. Kemudian divalidasi langsung ke pasar dengan membuka booth di bilangan pusat perbelanjaan di Jakarta.

“Ini bentuk komitmen dari kami bahwa sekarang Youtap enggak hanya kasih solusi berbasis digital tapi ada solusi riilnya. Ke depannya akan ada banyak lagi inisiatif baru.”

Di luar ROMIE, sebenarnya Youtap sudah menyediakan lebih dari 40 paket usaha yang bisa dipilih untuk mulai jadi pengusaha. Mayoritas adalah merek lokal yang diwaralabakan. Kategorinya bermacam-macam, seperti makanan beku, perawatan & kecantikan, makanan ringan, street food, minuman, roti & kue, resto & café, hingga es krim.

Application Information Will Show Up Here

Perkuat Rantai Pasok, Youtap Manfaatkan Aset Ekosistem Salim Group

Youtap Indonesia memperkuat rantai pasok dengan menghadirkan toko resmi Youtap Official Store (YOS) di dalam platform YouTab BOS. Seluruh suplai di dalam toko tersebut memanfaatkan ekosistem dari induk Youtap, yakni Salim Group, melalui PT Indomarco Adi Prima.

Dalam acara peluncurannya pada hari ini (25/7), CEO Youtap Indonesia Herman Suharto menyampaikan, rantai pasok hingga kini masih menjadi tantangan bagi pelaku UMKM. Belum lagi, dalam memenuhi kebutuhan rutin tersebut prosesnya tidak mudah karena mereka harus keluar rumah dan mendatangi toko grosir untuk mendapat harga yang murah atau menunggu distributor datang.

Bila pesan di platform e-commerce sekalipun, biasanya ongkos kirim yang dibebankan tidaklah murah karena stok yang dibeli dalam jumlah grosir. Kini YOS memungkinkan mitra usaha dalam memenuhi kebutuhan stok bahan baku maupun stok dagangan. Tersedia ribuan SKU yang dapat dipilih dengan harga murah dan bebas biaya pengantaran.

“Dengan bermitra strategis dengan Indomarco Adi Prima, kami bisa membawa YOS ini ke mitra-mitra usaha kami untuk bisa berbelanja kebutuhan usahanya dengan produk terlengkap, harga grosir termurah, dan pengiriman gratis tercepat,” ujarnya.

Perkembangan layanan Youtap

Dia melanjutkan, dalam perjalanan awal Youtap, mereka pertama kali masuk dengan solusi pembayaran. Lalu perkembangan berikutnya, terlihat bahwa mitra butuh tambahan solusi dalam menjalankan operasional usaha, oleh karenanya dikembangkan Youtap POS, aplikasi kasir digital yang bisa digunakan dari ponsel pintar dan tablet.

Kemudian, menghadirkan Youtap BOS pada Maret 2023. Platform ini dapat diakses melalui situs atau aplikasi, diperuntukkan buat pemilik usaha sebagai alat memulai, mengatur, memonitor, dan mengelola usaha. Youtap BOS terhubung dengan lebih dari 300 penyuplai lokal hingga nasional.

“Dalam Youtap BOS ada tiga jenis channel pemasok. Pertama, local supplier yang dijaring oleh tim lapangan YouTap di tujuh lokasi. Kedua, national supplier yang kita direct kerja samanya, seperti Nutrifood, Campina, dan Sosro. Terakhir, Official Store bersama Indomarco.”

PT Indomarco Adi Prima merupakan bagian dari Salim Group yang bergerak sebagai distributor produk-produk sembako terutama produk Indofood. Perusahaan memiliki ribuan jaringan gudang yang tersebar di seluruh Indonesia. Seluruh gudang tersebut disebutkan telah terintegrasi dengan YOS.

Dalam mekanismenya, setiap transaksi yang terjadi di Youtap Official Store akan dilihat berdasarkan lokasi gudang dan jaraknya lokasi pembeli. Biasanya ada satu gudang di tiap satu kecamatan. Secara sistem, gudang terdekat pembeli akan menerima notifikasi tiap transaksi yang perlu mereka antar.

“Karena ada scheduling delivery dan mapping, jadinya efisien dan harganya tetap terjangkau. Kami tetap bisa tawarkan free ongkir dengan ketentuan transaksi minimal Rp400 ribu.”

Pasca terhubung dengan ekosistem Indomarco Adi Prima, Youtap memiliki peluang untuk memperluas rantai pasoknya ke 200 kota dari total 510 kota di Indonesia di mana cakupan solusi Youtap sudah diadopsi. Adopsi produk Youtap lainnya, seperti POS dan pembayaran, juga akan diperkuat mengingat trennya kian positif.

“Pertumbuhan kita selalu double digit untuk pembayaran QR, pengguna berlangganan untuk POS juga tinggi di kota tier 2-3. Kami mau jaga pertumbuhan di sana karena sekarang pertumbuhannya mencapai dua kali lipat dibanding tier 1. Ini menunjukkan adopsi tech tinggi di sana,” pungkas dia.

Saat ini terhitung ada lebih dari 300 penyuplai lokal hingga nasional yang bergabung di Youtap BOS. Adapun jumlah merchant YouTap disebutkan ada lebih dari 500 ribu penguna yang tersebar di 510 kota di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Lengkapi Solusi Bisnis, Youtap BOS Hadir untuk Pemilik Usaha

Startup penyedia solusi bisnis Youtap memperkenalkan Youtap BOS, platform bisnis satu pintu khusus pemilik usaha. Produk yang diluncurkan bertepatan dengan hari jadi perusahaan yang ketiga ini menandai kelengkapan solusi yang sebelumnya telah ada, yakni Youtap POS untuk kasir atau karyawan di toko.

Dalam peluncurannya, Rabu (8/3), CEO Youtap Indonesia Herman Suharto menyampaikan solusi Youtap BOS dan POS memiliki peran yang berbeda, tetapi saling terkait satu sama lain. Youtap POS digunakan sebagai aplikasi kasir digital untuk keperluan operasional sehari-hari. Aplikasinya dapat dipakai dari smartphone dan tablet. Sementara, Youtap BOS diperuntukkan buat pemilik usaha sebagai alat untuk memulai, mengatur, memonitor, dan mengelola usaha.

“Proses registrasi Youtap BOS tidak membutuhkan waktu yang lama. Jika belum memiliki akun Youtap sebelumnya, para bos bisa mengakses lewat situs dan langsung daftar. Dengan hadirnya Youtap BOS membuat seluruh proses pengelolaan usaha menjadi terintegrasi dan menjadikan seluruh aktivitas toko bisa terpantau dengan baik,” kata Herman.

Dia melanjutkan, Youtap memiliki layanan lengkap yang terangkum dalam tiga pilar utama, antara lain solusi cashless payment, solusi POS (aplikasi kasir online) dan loyalty, hingga solusi supply chain: Belanja Stok. Ketiganya akan hadir di dalam Youtap BOS agar para pemilik usaha dapat mengambil keputusan dan menjalankan usahanya lebih maju lagi.

Untuk Belanja Stok, perusahaan bekerja sama dengan berbagai pihak, misalnya untuk belanja stok bermitra dengan supplier, seperti Indomarco, Indofood Beverage, Best Meat, Sosro, DIMA, Dagangan, Nutrifood, API, Diamond Fair, Otto, Campina dan Sari Roti. Adapun untuk pengiriman logistiknya dilakukan oleh Shipper dan Sicepat.

Sejak diperkenalkan di tahun lalu, Youtap BOS diklaim layanan Belanja Stok menjadi fitur favorit pelanggan dengan lebih dari 15 ribu transaksi dan 100 ribu barang. Terdapat 100 solusi di Youtap BOS, mulai dari mengetahui untung-rugi penjualan, analisis produk, status transaksi terbaru, terima semua jenis pembayaran baik tunai hingga nontunai, belanja stok, hingga penawaran paket usaha terlengkap, seperti paket Extra Mantap dan Paket Extra Untung.

Selain menghadirkan insight mendalam terkait penjualan, salah satu keunggulan Youtap BOS, yaitu Youtap ADS yang memungkinkan pemilik usaha bisa mendapat dukungan branding karena adanya penyediaan layanan visual konten hingga beriklan di media sosial. Hal ini tentu sangat cocok digunakan bagi pemilik usaha sebagai pemegang keputusan.

Masuk kota lapis dua dan tiga

Tak hanya itu, di ekosistem digital Youtap para pemilik usaha juga bisa terkoneksi dengan dengan banyak mitra strategis Youtap seperti perbankan, penyedia jasa keuangan, serta pemasok stok-stok barang dagangan dan bahan baku untuk usaha. Langkah ini diharapkan bisa melahirkan lebih banyak pemilik usaha yang unggul dari berbagai wilayah dan tercipta hubungan yang saling memberdayakan antara pelaku UMKM, mitra pemasok dan enterprise.

Herman menjelaskan perusahaan akan mendorong perluasan basis penggunanya ke lebih banyak kota lapis dua dan tiga. Menurutnya, meskipun digitalisasi bisa menjangkau seluruh Indonesia, nyatanya upaya membuka potensi di kota-kota ini memiliki tantangan berbeda dalam adopsi perilaku digital

Pertumbuhan ekonomi di kota-kota tersebut, meski slow adopter, tetapi nyatanya diprediksi menyumbang PDB lebih besar dalam beberapa tahun ke depan. Berdasarkan laporan Alpha JWC Ventures dan Kearney, kontribusi kota-kota tersebut akan meningkat sebesar 3%-5% pada 2030.

Untuk menjangkaunya, terdapat tim lapangan yang terus mengedukasi pedagang di kota besar dan kecil sambil terus mengembangkan ekosistem digital terbesar dan terlengkap bagi para pelaku usaha.

“Upaya ini tercermin dengan pertumbuhan Youtap di kota tier 2 dan tier 3 yang lebih tinggi, yakni mencapai double growth transaksi. Bahkan, transaksi Youtap di Sulawesi tumbuh mencapai 3x lipat. Dengan adanya pertumbuhan positif di berbagai lini, Youtap menunjukkan profitabilitas pada bisnisnya lewat keunggulan kami di tiga layanan utama,” tutup Herman.

Saat ini, ada lebih dari 500 ribu pelaku usaha tergabung di ekosistem Youtap yang tersebar di 510 kota, termasuk Dumai, Tebing Tinggi, Payakumbuh, Pematang Siantar, Ciamis, Kuningan, Banjar, Salatiga, Tegal, Karanganyar, Mojokerto, Tulungagung, Maricaya, Pettarani, dan Rappocini, Mangasa. Digitalisasi tercepat ada di kota Riau dan Batam dengan pertumbuhan 196%.

[Video] Strategi YouTap Indonesia Dorong Adopsi Solusi Bisnis secara Digital

Dalam wawancara bersama DailySocial, CEO Youtap Indonesia Herman Suharto membahas bagaimana platform besutannya memberikan alternatif solusi untuk bisnis UMKM dan korporasi di Indonesia.

Menyasar pelaku usaha yang masih mengelola bisnis secara konvensional, Youtap Indonesia berupaya mendorong mitra beralih ke pengelolaan digital agar meningkatkan penjualan secara signifikan.

Sejumlah fitur menarik menjadi solusi all-in-one bagi mitra Youtap Indonesia, mulai dari pengadaan stok barang, laporan penjualan, hingga pembayaran digital.

Simak pembahasan Herman tentang Youtap Indonesia yang terangkum di video wawancara di bawah ini.

Untuk video menarik lainnya seputar strategi bisnis dan kontribusi sejumlah startup di Indonesia, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV di sesi DScussion.

Dukung Pertumbuhan UMKM, Youtap Luncurkan Program “Mitra Usaha”

Untuk bisa mengakselerasi digitalisasi dan melahirkan pertumbuhan UMKM yang baru, di usianya yang kedua Youtap meluncurkan sebuah program bernama “Mitra Usaha Youtap”. Melalui program ini bagi mereka yang ingin memiliki usaha sendiri, bisa memanfaatkan berbagai produk dan layanan yang dihadirkan oleh Youtap. Di antaranya adalah program loyalitas, Youtap Academy, hingga paket layanan pemasaran.

Dengan teknologi yang sudah terintegrasi ke berbagai akses pembayaran dan proses rantai pasok yang sudah lengkap dalam platform, layanan ini diharapkan bisa merangkul lebih banyak lagi pelaku UMKM baru. Hingga saat ini layanan Youtap telah digunakan oleh lebih dari 264 ribu merchant yang tersebar di 520 kota/kabupaten di seluruh Indonesia.

Melalui program ini Youtap juga memberikan edukasi kepada pelaku usaha yang ingin meluncurkan hingga membesarkan bisnis mereka. Didampingi oleh tim, akan diberikan masukan yang relevan mulai dari data hingga insight yang dimiliki oleh Youtap. Untuk melancarkan kegiatan pemasaran mereka, Youtap juga menyediakan paket marketing seperti pembuatan logo untuk media sosial, yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku usaha baru.

“Mitra Usaha Youtap adalah sebuah layanan agregator yang bisa membantu semua orang untuk mulai usaha. Dengan bergabung menjadi merchant Youtap, kami akan berikan akses luas yang diperlukan oleh pelaku usaha. Kami juga akan meluncurkan program loyalitas kepada merchant,” kata Herman.

Fokus ke layanan rantai pasok

Setelah sebelumnya fokus sebagai pengembang aplikasi pemrosesan e-money dan point-of-sales, tahun ini Youtap mulai serius menjajaki penyediaan layanan rantai pasok terpadu untuk bisa mempercepat adopsi digital para pelaku UMKM.

Sebelumnya Youtap telah meluncurkan fitur Belanja Stok. Melalui fitur ini pelaku usaha tidak perlu lagi keluar rumah maupun menutup tokonya dalam berbelanja kebutuhan barang usaha. Pelaku usaha dapat menghemat waktu belanja dan menyederhanakan proses pengelolaan usahanya secara efisien hanya melalui portal usaha.

Youtap juga telah menghadirkan produk Tablet Usaha dan platform loyalitas pelanggan. Inovasi tersebut diharapkan dapat mendongkrak merchant hingga 1 juta pada tahun ini.

Disinggung apa alasan utama Youtap mulai ,menyasar penyediaan rantai pasok, Herman menegaskan opsi tersebut sebenarnya sudah menjadi rencana bagi perusahaan, memanfaatkan koneksi yang telah mereka miliki dengan perbankan, institusi finansial, e-money dan masih banyak lagi.

“Yang membedakan Youtap dengan pemain lainnya yang juga menawarkan layanan rantai pasok adalah, koneksi kita yang luas. Berawal dari payment dan POS, ke depannya Youtap ingin menghadirkan solusi end-to-end untuk merchant enterprise hingga UMKM,” kata Herman.

Ditambahkan olehnya, salah satu tantangan dari rantai pasok di tanah air saat ini adalah mendigitalkan semua proses, sehingga memudahkan pelaku usaha seperti UMKM untuk mengadopsi teknologi. Untuk bisa menuju ke proses tersebut, diperlukan edukasi dan tentunya pemahaman lebih mendalam kepada pelaku UMKM untuk segera melakukan semua proses secara digital. Seperti pencatatan keuangan dan lainnya, yang nantinya bisa bermanfaat bagi mereka ketika akan menambah modal usaha.

“Memanfaatkan data yang kami miliki kemudian kami olah, bisa menjadi acuan bagi mereka untuk bisa mendapatkan pembiayaan dari institusi finansial hingga platform seperti Kredivo. Melalui kemitraan yang terjalin antara Youtap dengan platform terkait, diharapkan bisa membantu merchant UMKM yang sudah bergabung dalam komunitas Youtap,” kata Herman.

Pemanfaatan big data

Fitur Belanja Stok / Youtap

Salah satu faktor pendukung yang mempercepat inovasi Youtap adalah pemanfaatan tim riset internal yang mereka miliki. Melihat tren hingga data dan masukan dari merchant enterprise hingga UMKM, Youtap bisa melahirkan sebuah inovasi berupa produk hingga fitur yang relevan kepada pengguna mereka.

Big data dari merchant mereka juga menjadi sumber yang sangat relevan bagi Youtap, ketika sudah di olah dan dibuat menjadi sebuah informasi. Youtap mengklaim sudah mulai masuk sebagai entitas yang mengolah data, insight yang kemudian di bagikan kepada ekosistem mereka.

“Salah satu integrasi yang telah kami lakukan adalah dengan BreadLIfe yang merupakan merchant enterprise kita dan saat ini telah menjadi pemasok para merchant UMKM yang membutuhkan produk seperti roti dan lainnya. Kegiatan ini bisa dilakukan memanfaatkan data yang kemudian kami olah,” kata Herman.

Sebagai platform yang fokus kepada pelaku usaha, Youtap memiliki ambisi untuk bisa memberikan layanan kepada semua bisnis, mulai dari kecil, menengah hingga mikro. Saat ini teknologi yang dimiliki Youtap juga telah digunakan oleh perusahaan F&B besar seperti McDonald, Dominos Pizza hingga Burger King. Namun tidak menutup kemungkinan teknologi tersebut bisa diturunkan kepada pelaku usaha kecil menengah lainnya.

Merchant Youtap saat ini masih didominasi oleh perusahaan F&B. Namun kita juga melihat mulai ada pertumbuhan di groceries. Saat ini kita melihat adopsi penggunaan pembayaran non tunai pertumbuhannya sudah semakin baik. Kondisi ini menunjukkan UMKM sudah lebih mature dan lebih bisa beradaptasi dengan cepat. Secara organik ke depannya akan terlihat siapa dari mereka yang bisa bertahan,” kata Herman.

Application Information Will Show Up Here

A Battle to Embrace Micro, Small and Medium Enterprises

With its high contribution to the Gross Domestic Product reaching more than 57,8%, the Micro, Small and Medium Enterprises (MSME) sector not only contributes to the economy, but is also capable to gather majority of Indonesian workforce (Central Statistics Agency/BPS, 2018). However, the perks of having technology is not quite inclusive in this segment.

“Since it was founded, Youtap’s vision is to provide and empower all lines of business, from the enterprise level to MSMEs to achieve their best through digital development. MSMEs have become one focus in developing our all-in-one solutions as Youtap spots a great potential in this sector,” Youtap Indonesia’s CEO, Herman Suharto said.

Meanwhile, according to BukuWarung’s Co-Founder & President, Chinmay Chauhan, MSMEs are not only an economic source, but also important for local communities, especially those who live in rural areas. BukuWarung has formed partnerships with more than 5 million businesses in 750 locations. Most of them function as a place for people to shop for daily necessities and to interact with neighbors.

“The major operational challenge for microbusinesses is their reliance on manual processes for bookkeeping and repayment with customers. We estimate that less than 10% of microbusinesses use any type of digital device to manage their business or accounting.”

From this case, technology companies are trying to play an important role in supporting efforts to digitize MSMEs in Indonesia. Chinmay recommends that they rather focus on how their day-to-day operations, than too focus on innovation and disruption, such as bookkeeping, stock fulfillment and receiving payments, can be made easier and more efficient.

BukuKas’ Co-Founder & CEO, Krishnan Menon learned from his living experience and working in Indonesia, MSMEs are the bread and butter of this country. However, not many technology companies have focused on the needs of this segment. He said to DailySocial that his business is positioned as a digitalization software company for MSMEs that will develop into a fintech player.

“Merchants have realized that going digital is very important for their business. Traders save 2-4 hours a day, 20% costs, and minimize manual calculation errors. We also allow merchants to recover their debt 3 times faster since it’s all automatic.”

Accelerating adoption

In the Social Impact 2020 report released by Bukalapak, MSMEs throughout Indonesia is said to face enormous challenges during the pandemic. Bukalapak is trying to turn this challenge into an opportunity. As the pandemic limits movement, they empower MSMEs capable of offering a wide range of services, from selling groceries and basic necessities, also offering remittances, bill payments and various financial services and other virtual products.

This step allows public to get services from conventional stores registered as Bukalapak’s partners. Until 2020, Bukalapak had added around 4 million Bukalapak vendors and partners. Overall, there are currently 6.5 million sellers (pelapak) and 7 million Bukalapak partners throughout Indonesia.

The pandemic has fasten target users’ acceleration and digital adoption. Chinmay said, MSME’s traditional socioeconomic role in Indonesia is fundamental. Indonesia’s economic potential, which currently experiencing a rapid digitalization during the pandemic, cannot be fully realized if small companies do not immediately taking part in the digital transformation.

“Indonesia is now doubling down on digitizing its companies to be more productive and competitive amid this economic recovery, focusing on a largely underbanked segment such as MSMEs. This is a commendable task but also a monumental one, as there are around 60 million similar businesses throughout the 6,000 islands in the country,” Chinmay said.

One way to focus on accelerating adoption is providing education. Each platform also strives to provide the features users need with easy-to-use technology.

“It is undeniable that the education is easier to do in Jakarta, compared to small cities outside Jabodetabek. In order to provide education easily and inclusively, it is important for players to build simple products to be easily used by traders,” Krishnan said.

With its unique characteristics, the Indonesian market does need a special touch. This is also said by BukuKas team. In order to reach users in small cities, they present an offline mode feature with automatic synchronization when the user is successfully connected to the internet network.

Meanwhile, Youtap sees the benefits of digital technology in helping business players maintain their operational during a pandemic. They are using technology services to increase their sales.

“However, to date, technological adaptation is still not very inclusive in various regions in Indonesia. In fact, if they can adapt, their business can move forward thanks to the ability and fluency of the advanced technology,” said Herman.

SME market potential

Based on BPS data in 2018, the MSME sector is still one of the biggest drivers of the economy at 64.2 million. However, only 16% (Ministry of Cooperatives and MSMEs, December 2020) have been connected to the digital ecosystem.

“Through the large number, the MSME market holds many great opportunities to maximize digital use in its business. Not only limited to business management, but also many other aspects such as marketing, financial management and digital payments, especially with the standardization of QR payments by the Government,” Herman said.

In order to provide the best services and products, BukuKas performs several strategies. One of them is to focus on seeing what their pain points look like and building the solutions required.

“We have the best team with an innovative product culture and DNA that no other player in the market has. This becomes our core strength. We remain focused on traders rather than worrying about competition,” Krishnan said.

BukuWarung claims to be the only player who makes money through payments. In this case, they see the payment adoption as a strategic driver to enable monetization through credit, savings and other financial services at a later stage of the merchant’s business cycle.

“Our focus is more on an in-depth understanding of our merchants to help us stay ahead, it’s proven by how our products and features have become the standard for other players,” Chinmay said.

Meanwhile, Bukalapak still has a vision to build the economy through MSMEs. Starting as a marketplace, Bukalapak has grown into a trading platform serving both online and offline markets.

“In 2016, to ensure that there are no MSMEs left behind, we started to provide solutions to serve the needs of the offline market including stalls, traditional kiosks and individual agents, enabling them to sell beyond FMCG goods,” Bukalapak’s CEO, Rachmat Kaimuddin said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Berlomba Merangkul Pasar Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Dengan kontribusinya yang tinggi, mencapai lebih dari 57,8% Pendapatan Domestik Bruto, sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) tidak hanya memberikan sumbangsih ekonomi, namun juga mampu mayoritas tenaga kerja di Indonesia (Badan Pusat Statistik / BPS, 2018). Meskipun demikian, manfaat teknologi belum terlalu dirasakan sebagian besar segmen ini.

“Sejak awal, Youtap memiliki visi untuk dapat hadir dan memberdayakan semua lini bisnis, mulai dari level enterprise hingga UMKM untuk mencapai pencapaian terbaik mereka melalui perkembangan digital. UMKM menjadi salah satu fokus dalam mengembangkan solusi serba bisa kami karena Youtap melihat potensi besar di sektor ini,” kata CEO Youtap Indonesia Herman Suharto.

Sementara menurut Co-Founder & Presiden BukuWarung Chinmay Chauhan, UMKM tidak hanya menjadi sumber ekonomi, tetapi juga penting bagi masyarakat lokal, terutama mereka yang tinggal di pedesaan. BukuWarung mencatat saat ini telah menjalin kemitraan dengan lebih dari 5 juta bisnis di 750 lokasi. Kebanyakan di antaranya berfungsi sebagai tempat orang berbelanja kebutuhan sehari-hari dan tempat mereka berinteraksi dengan tetangga.

“Tantangan operasional utama bagi bisnis mikro adalah ketergantungan mereka pada proses manual untuk melakukan pembukuan dan pembayaran kembali dengan pelanggan. Kami memperkirakan bahwa kurang dari 10% bisnis mikro menggunakan segala jenis perangkat digital untuk mengelola bisnis atau akunting mereka.”

Berangkat dari persoalan tersebut, perusahaan teknologi mencoba memainkan peran penting dalam mendukung upaya digitalisasi UMKM di Indonesia. Cara yang direkomendasikan Chinmay adalah tidak terlalu fokus ke inovasi dan disrupsi, tetapi lebih pada bagaimana operasional sehari-hari mereka, seperti pembukuan, pemenuhan stok dan penerimaan pembayaran dapat menjadi lebih mudah dan efisien.

Menurut Co-Founder & CEO BukuKas Krishnan Menon, belajar dari pengalamannya tinggal dan bekerja di Indonesia, UMKM merupakan tulang punggung bagi Indonesia. Meskipun demikian, belum banyak perusahaan teknologi yang fokus ke kebutuhan segmen ini. Kepada DailySocial, ia menyampaikan bahwa bisnisnya diposisikan sebagai perusahaan perangkat lunak digitalisasi UMKM yang akan berkembang menjadi pemain fintech.

“Para pedagang telah menyadari bahwa go digital sangat penting bagi bisnis mereka. Pedagang menghemat waktu 2-4 jam sehari, 20% biaya, dan meminimalisir kesalahan perhitungan manual. Kami juga memungkinkan pedagang untuk memulihkan kasbon 3 kali lebih cepat karena prosesnya otomatis.”

Mempercepat adopsi

Dalam laporan Social Impact 2020 yang dirilis Bukalapak disebutkan, UMKM di seluruh Indonesia menghadapi tantangan yang sangat besar saat pandemi. Bukalapak mencoba mengubah tantangan ini menjadi peluang. Karena pandemi membatasi pergerakan, mereka memberdayakan UMKM yang mampu menawarkan berbagai layanan, mulai dari menjual bahan makanan dan kebutuhan dasar hingga menawarkan pengiriman uang, tagihan pembayaran dan berbagai layanan keuangan dan produk virtual lainnya.

Langkah tersebut memungkinkan masyarakat umum untuk mendapatkan layanan dari toko konvensional yang juga merupakan mitra Bukalapak. Hingga tahun 2020 lalu, Bukalapak telah menambah sekitar 4 juta pelapak dan mitra Bukalapak. Secara keseluruhan saat ini terdapat 6,5 juta pelapak dan 7 juta mitra Bukalapak yang tersebar di seluruh Indonesia.

Pandemi juga telah mempercepat akselerasi dan adopsi digital target pengguna. Menurut Chinmay, peran sosioekonomi tradisional UMKM di Indonesia tidak dapat dihiraukan keberadaannya. Indonesia, yang saat ini sedang mengalami digitalisasi sangat cepat selama pandemi, potensi ekonominya tidak dapat sepenuhnya direalisasikan jika perusahaan kecil tidak segera  melakukan transformasi digital.

“Indonesia kini menggandakan digitalisasi perusahaannya agar lebih produktif dan kompetitif di tengah pemulihan ekonomi, dengan fokus kepada segmen yang sebagian besar belum tersentuh seperti UMKM. Ini adalah tugas yang patut dipuji tetapi juga tugas yang monumental, karena ada sekitar 60 juta bisnis serupa yang tersebar di 6.000 pulau,” kata Chinmay.

Salah satu cara yang menjadi fokus untuk mempercepat adopsi memberikan edukasi. Masing-masing platform juga berupaya menghadirkan fitur yang dibutuhkan pengguna dengan teknologi yang mudah digunakan.

“Tidak dapat dipungkiri edukasi yang dilakukan di Jakarta, dibandingkan dengan kota-kota kecil di luar Jabodetabek, menjadi lebih mudah dilakukan. Untuk bisa melakukan edukasi secara mudah dan tentunya lebih merata, penting bagi para pemain untuk kemudian membangun produk yang sederhana yang dapat digunakan dengan mudah oleh pedagang,” kata Krishnan.

Dengan karakteristik unik, pasar Indonesia memang perlu sentuhan khusus. Hal tersebut yang juga dipercayai tim BukuKas. Untuk dapat menjangkau pengguna di kota-kota kecil, mereka menghadirkan fitur mode offline dengan sinkronisasi otomatis ketika pengguna berhasil terkoneksi ke jaringan internet.

Sementara Youtap melihat manfaat teknologi digital dalam membantu pelaku bisnis mempertahankan usahanya di masa pandemi. Para pemilik usaha secara beramai-ramai menggunakan layanan teknologi untuk meningkatkan penjualan mereka.

“Namun adaptasi teknologi hingga saat ini masih belum merata diterapkan di berbagai wilayah di Indonesia. Padahal jika mampu beradaptasi, usaha mereka dapat melangkah lebih maju berkat kemampuan dan kefasihan teknologi yang sudah berkembang,” kata Herman.

Potensi pasar UMKM

Berdasarkan data BPS di tahun 2018, sektor UMKM masih menjadi salah satu penggerak roda perekonomian terbesar, dengan angka sebesar 64,2 juta. Meskipun demikian, tercatat baru sekitar 16% (Kementerian Koperasi dan UMKM, Desember 2020) yang sudah terhubung dengan ekosistem digital.

“Melihat besarnya angka ini, kami melihat bahwa pasar UMKM masih memiliki banyak peluang besar untuk lebih memaksimalkan penggunaan digital dalam usahanya. Tidak terbatas hanya untuk pengelolaan usaha saja, tapi juga banyak aspek-aspek lain yang bisa dikembangkan seperti pemasaran, pengelolaan keuangan dan pembayaran digital, terutama dengan adanya standarisasi pembayaran QR yang dilakukan Pemerintah,” kata Herman.

Untuk bisa memberikan layanan dan produk terbaik, BukuKas memiliki beberapa strategi. Salah satunya adalah fokus melihat seperti apa pain point mereka dan membangun solusi yang dibutuhkan.

“Kami memiliki tim terbaik dengan budaya produk inovatif dan DNA yang tidak dimiliki pemain lain di pasar. Inilah yang kemudian menjadi kekuatan inti kami. Kami tetap fokus pada pedagang daripada mengkhawatirkan persaingan,” kata Krishnan.

BukuWarung mengklaim satu-satunya pemain yang menghasilkan uang melalui pembayaran. Dalam hal ini mereka melihat, adopsi pembayaran sebagai pendorong strategis untuk memungkinkan monetisasi melalui kredit, tabungan, dan layanan keuangan lainnya pada tahap selanjutnya dari siklus bisnis pedagang.

“Fokus kami adalah lebih kepada pemahaman mendalam tentang pedagang kami agar membantu membantu kami tetap terdepan, terbukti dari bagaimana produk dan fitur kami telah menjadi standar untuk pemain lain,” kata Chinmay.

Sementara bagi Bukalapak, perusahaan masih bervisi membangun ekonomi melalui UMKM. Dimulai sebagai marketplace, saat ini Bukalapak telah tumbuh menjadi platform perdagangan yang melayani pasar online dan offline.

“Untuk memastikan tidak ada UMKM tertinggal, pada tahun 2016 kami mulai memberikan solusi untuk melayani kebutuhan pasar offline meliputi warung, kios tradisional dan perorangan agen, memungkinkan mereka untuk menjual di luar barang FMCG,” kata CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin.

Rayakan Hari Jadi, Youtap Rilis “Tablet Usaha Youtap” dan Platform Loyalitas

Memasuki tahun pertamanya beroperasi, Youtap selaku pengembang aplikasi pemrosesan e-money dan point-of-sales, merilis produk Tablet Usaha Youtap dan platform loyalitas pelanggan. Inovasi tersebut diharapkan dapat mendongkrak merchant hingga 1 juta pada tahun ini.

CEO Youtap Indonesia Herman Suharto menerangkan, dalam perjalanan bisnisnya di tahun pertama ini, awalnya solusi Youtap banyak dipakai untuk merchant warung toko kelontong dan sejenisnya. Hingga kini dengan semakin berkembangnya usaha mitra merchant yang bergabung, maka kebutuhan mereka untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan juga semakin bertambah.

Sebelum merilis layanan tablet, perusahaan melihat adanya kenaikan hingga 50% pada adopsi layanan aplikasi Usaha Youtap untuk kategori merchant segmen menengah di kuartal akhir 2020. Layanan baru ini merupakan jawaban perusahaan terhadap tingginya aspirasi para pelaku usaha untuk memiliki perangkat tablet yang terintegrasi dengan seluruh solusi usaha Youtap.

Merchant kami beradaptasi dengan layanan yang disediakan Youtap, mereka suka dengan layanan kami. Kebanyakan mereka tanya kapan sediakan versi tablet yang isinya berbeda dengan sebelumnya. Dari sana kami sesuaikan dengan fundamental di market Indonesia apa yang bisa diintegrasi, akhirnya kami sematkan program loyalitas,” ucap Herman dalam konferensi pers virtual, Kamis (18/2).

Dalam Tablet Usaha Youtap ini, disematkan dengan berbagai fitur tambahan yang berbeda dari aplikasi Usaha. Di antaranya, fitur pengelolaan kategori produk yang dapat diatur sesuai kebutuhan usaha, melakukan program promosi pelanggan yang lebih lengkap, hingga memberikan layanan loyalitas terintegrasi khusus untuk para pelanggan merchant.

Aplikasi tersebut sudah bisa diunduh di Play Store dan App Store. Semua aplikasi dan layanan yang dimiliki Youtap sudah terintegrasi satu sama lain, sehingga pengguna bisa dengan mudah menggunakan akun login yang sama dengan aman, bisa cetak struk, dan mendapat laporan serta analisa transaksi melalui Portal Usaha Youtap.

“Dengan demikian, pemilik usaha bisa memantau semua usahanya dalam satu sistem. Kami juga mengedepankan keunggulan dalam solusi pembayaran nontunai, merchant lebih mudah memproses transaksi QR dynamic, baik MPM (Merchant Presented Mode) maupun CPM (Consumer Presented Mode).”

Untuk layanan loyalitas, sudah terintegrasi langsung baik melalui aplikasi versi tablet dan mobile. Merchant dapat lebih baik mengelola pelanggan setianya, seperti lewat kupon reward untuk pembelian selanjutnya, digital stamp, atau voucher. Perusahaan juga menyediakan aplikasi Snap by Youtap untuk bisa langsung digunakan konsumen untuk scan dari ponsel mereka dari mitra merchant.

Setahun beroperasi, diklaim Youtap memiliki 150 ribu merchant yang tersebar di seluruh Indonesia dan memroses lebih dari 2 juta transaksi. Sekitar 98% dari keseluruhan merchant ini adalah UMKM dan sebanyak 40% di antaranya datang dari pengusaha kuliner, seperti tempat makan serta kedai kopi.

Berikutnya, sekitar 20% dari total merchant datang area Indonesia Timur, seperti Kalimantan, Sulawesi, Bali, serta Papua. Bandung merupakan kota dengan jumlah merchant terbanyak sebesar 12%, disusul Semarang 9% dan Surabaya 7%.

Dalam menargetkan 1 juta pengguna dalam tahun ini, perusahaan sedang memroses kerja sama dengan lima brand besar yang masing-masing memiliki ratusan gerai. Mengingat Youtap adalah bagian dari Grup Salim, oleh karenanya perusahaan akan melanjutkan integrasi tersebut lebih jauh bersama anak usaha lainnya.

Herman optimis target tersebut dapat tercapai dengan memerhatikan kondisi eksternal di Indonesia, yang mana usaha-usaha dari berbagai sektor kembali bergerak. “Kami akan melanjutkan target awal yang sempat tertunda karena pandemi. Kami targetkan ada 1 juta merchant sampai akhir tahun ini,” tutup Herman.

Application Information Will Show Up Here

YouTap dan Tantangannya Mendigitalkan UKM di Tengah Pandemi

Pandemi yang masih berlangsung lambat laun berdampak pada seluruh tatanan kehidupan. Banyak usaha yang terpaksa gulung tikar, orang-orang mulai selektif dalam berbelanja karena terus diambangi risiko pemutusan kerja.

YouTap, startup yang menyediakan platform pemrosesan e-money dan point-of-sales (POS), dihadapkan langsung dengan pandemi yang sempat menyulitkan pemilik UKM untuk menjalankan bisnisnya. Startup ini baru resmi beroperasi pada Februari lalu alias sebulan sebelum pandemi masuk ke Indonesia.

Pandemi “berhasil” membuat YouTap membuat banyak penyesuaian bisnis yang tentunya menarik untuk dibahas lebih dalam. Untuk itu, #SelasaStartup mengundang CEO Youtap Herman Suharto untuk berbagi pengalamannya lebih jauh. Berikut rangkumannya:

Menjadi merchant-centric

Herman menjelaskan, pandemi banyak membuat perusahaan berinovasi untuk memenuhi kebutuhan merchant, dari berbagai skala, untuk memulai transformasi digital. Pasalnya sedari awal YouTap mendedikasikan dirinya untuk kebutuhan merchant, bukan dari sisi konsumer.

“Semua produk kita itu selalu idenya berasal dari merchant karena kita ini merchant-centric. Banyak perusahaan yang sudah fokus ke sisi konsumer, tapi kita menempatkan diri untuk merchant,” terangnya.

Perusahaan membuat tim yang terbagi-bagi khusus untuk melayani merchant yang datang dari skala besar hingga mikro. Juga sangat melibatkan manfaat dari riset yang secara kontinu setiap memvalidasi produk baru, demi memastikan produk tersebut menjawab kebutuhan merchant.

YouTap memiliki tim riset in-house yang setiap hari melakukan tugasnya, bertanya kepada merchant untuk mengidentifikasi kebutuhan mereka. Hasil dari riset ini perusahaan membuat identifikasi profil merchant. Uniknya tiap profil ini memperlihatkan aspirasi yang berbeda-beda terhadap solusi digital.

Keempat profil merchant ini, terdiri atas penjual harian, penjual yang hanya mengikuti arus pada saat itu, pencari peluang, dan pemimpi tangguh. Misalnya untuk jenis pemimpi tangguh ini mereka punya rencana yang matang untuk mengembangkan usahanya. Sedangkan, penjual pengikut arus tidak memiliki rencana matang, sebab ia hanya akan berjualan produk yang saat itu laku saja.

“Kita ada komitmen bahwa solusi YouTap ini harus bisa dipakai oleh semua level merchant. Karena kami ini merchant centric, kita harus paling tahu kondisi merchant-nya. Itu hanya bisa terjadi kalau kita banyak riset setiap hari, selalu minta feedback kepada merchant.”

YouTap diklaim lebih dari platform kasir biasa, melalui aplikasi semua UKM bisa lebih mudah membuat laporan keuangan, pendataan barang, hingga fitur notifikasi yang dibuat secara personal.

Notifikasi bekerja seperti mengirim chat melalui WhatsApp. Setiap pagi, merchant akan diingatkan bagaimana kinerja penjualan bisnis mereka kemarin. Tujuannya agar mereka bisa lebih bersemangat berjualan. Tidak hanya itu, YouTap menyediakan fitur kalkulator untuk membantu transaksi tunai.

“Ternyata fitur simpel seperti ini bisa memacu mereka. Sebab pada dasarnya ada dua tipe pedagang, mereka yang selalu catat di buku dan yang tidak pernah mencatat hanya menghafal di kepala. Kalau yang biasa catat di buku sekarang sudah digital, nah biasanya yang enggak pernah catat ini kurang menyadari bahwa omzet mereka itu besar.”

Aplikasi YouTap bisa diakses secara gratis, namun bagi merchant yang ingin menikmati fasilitas tambahan dan alat khusus bisa memilih berlangganan.

Ambil pendekatan baru

YouTap ikut kesulitan dalam mengakuisisi merchant baru di saat pandemi, sehingga apabila menerapkan strategi dengan cara full digital kurang tepat. Pasalnya, pendekatan ke pengusaha mikro masih membutuhkan cara ketemu fisik untuk menjelaskan produk, mengingat tingkat literasi digital yang masih belum merata.

Herman mengaku, pihaknya memiliki tim lapangan yang bertugas untuk akuisisi merchant. Mereka tersebar di Jabodetabek, Bandung, Sukabumi, Cirebon, Tasikmalaya, Garut, Yogyakarta, Semarang, Solo, Salatiga, Sukoharjo, hingga Banyuwangi, dan Medan.

“Kami menggunakan cara ekosistem dengan mendekati pemerintah daerah di sana untuk mendapatkan merchant. Jadi persebaran kita tidak sporadis karena kita sadar enggak akan bisa cater semuanya dan harus tetap efisien.”

Di dalam tim lapangan itu sendiri terbagi lagi menjadi tim yang khusus untuk akuisisi dan manajemen merchant buat menjaga retensi. Tim akuisisi kini melakukan cara baru untuk memperkenalkan produk YouTap dengan memanfaatkan akun media sosial yang tenar seperti Instagram dan TikTok.

“Banyak perubahan dari sisi produk dan market [karena pandemi], apalagi sekarang banyak limitasi [untuk ekspansi] di masa yang sedang sulit ini. Kita berharap bisa tumbuh masif di kuartal terakhir tahun ini,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here

Ambisi Youtap Indonesia Jadi Perusahaan Teknologi yang Fokus ke “Merchant”

Saat ini kasir-kasir toko dan restoran semakin dipenuhi berbagai macam produk teknologi, mulai dari platform pembayaran hingga kasir online. Youtap Indonesia, platform yang melabeli dirinya sebagai aplikasi teman dagang, menyasar segmen ini dengan menawarkan berbagai solusi bagi para pelaku bisnis, seperti Point of Sales, pembayaran, dan pencatatan.

Youtap Indonesia merupakan joint venture Salim Group dan Youtap Global, sebuah perusahaan teknologi yang berasal dari Selandia Baru yang menyediakan pemrosesan pembayaran e-money real-time, pasar pembayaran digital, dan platform point-of-sales untuk pasar yang tumbuh cepat.

Sebelumnya, Youtap dengan kapasitas global, sudah lebih dulu menjajal kerja sama bersama beberapa perusahaan telekomunikasi di Asia dalam penyediaan sistem pembayaran digital (back end).

Perusahaan mengklaim menjadi yang pertama dalam mengintegrasikan semua solusi tersebut dalam satu platform untuk bisa digunakan oleh semua lini bisnis. Selain Youtap Indonesia, pemain yang memiliki irisan bisnis di sektor SaaS ini termasuk Moka dan Qasir.

Pasar UKM merupakan salah satu pasar paling menarik, karena data BPS menunjukkan jumlah UKM di Indonesia mencapai sekitar 60 juta buah dan menyumbang 61% PDB negara.

Model Bisnis

Kepada DailySocial, CEO Youtap Indonesia Herman Suharto menyampaikan ambisinya untuk bisa menjadi platform yang merchant-centric. “Everybody focus on consumer. Sudah banyak sekali aplikasi yang dikembangkan untuk konsumen. Kita ingin jadi the first company yang fokus ke merchant.” 

Menurut situsnya, Youtap Indonesia menawarkan ragam solusi dalam tiga jenis layanan untuk para pelaku bisnis, yaitu aplikasi dagang, sistem pembayaran, dan pembuatan laporan. Dalam hal monetisasi, perusahaan mengemas produk mereka dengan sistem berlangganan (subscription model) dan menawarkan beberapa pilihan paket yang memiliki benefit berbeda. Penawaran harga mulai dari yang gratis hingga Rp35 ribu per bulan.

youtap

Youtap Indonesia menempatkan diri sebagai agregator antara merchant dan issuer. Saat ini issuer yang sudah terintegrasi adalah Linkaja, Dana, Ovo, GoPay, dan ShopeePay. Dengan latar belakang perusahaan teknologi yang berpengalaman dalam menyediakan sistem backend, pihaknya yakin bisa menghadirkan solusi terlengkap untuk para pelaku bisnis di Indonesia.

“Yang membuat kita berbeda adalah kita memulai dari back-end, jadi dari segi sistem kita sudah robust. Kita bisa menghadirkan solusi yang lengkap dari sisi merchant maupun issuer. Platform ini mengedepankan kecepatan bertransaksi hingga 1 detik saja,” ujar Suharto.

Rencana di tahun 2020

Target jangka panjang Youtap Indonesia adalah menjadi yang terbesar di Indonesia untuk jaringan penerimaan transaksi dan juga menjangkau potensi di luar transaksi pembayaran. Di tahun 2020 ini perusahaan memiliki target untuk bisa menjangkau 1,5 juta merchant.

Beberapa pilot project telah diluncurkan, salah satunya adalah di Pasar Bintaro. Mereka juga menyasar pasar UKM yang semakin menjamur di Indonesia. Saat ini activation rate diklaim sudah mencapai 65%-75%. Rata-rata menggunakan device sendiri, tetapi ada beberapa yang juga menggunakan device dari Youtap Indonesia.

Rencananya, tahun ini menargetkan untuk bisa menjangkau 600 pasar, terutama di Pulau Jawa. Pihaknya juga mengaku sudah menyiapkan tim teknisi lokal yang siap diperbantukan untuk berbagai macam isu lokal terkait penggunaan teknologi Youtap Indonesia.

Pihaknya mengakui adanya tantangan dalam edukasi pasar dan merchant. Mereka mencoba mengatasi hal itu dengan pendekatan personal antara tim dan merchant. Hal ini diakui demi melancarkan jalannya seluruh ekosistem,

“Saat ini tim kami ada 30 [orang]. Fokus awal adalah tim mikro, tentunya ada untuk engagement consumer goods [..]. Rencananya akan menambah tim hingga 70 [orang] agar bisa menjangkau semakin banyak merchant,” tambah Suharto.

Application Information Will Show Up Here